Anda di halaman 1dari 77

Pasukan Mau Tahu

Misteri di Teater Kecil

Edit by : zheraf.net
http://www.zheraf.net

Bab 1
Di Stasiun

Larry dan Daisy duduk sambil berayun-ayun di pintu pagar. Berulang kali mereka
menoleh ke jalan. Keduanya sedang menunggu Fatty datang menjemput.
"Senang rasanya pulang berlibur lagi," kata Daisy. "Mana sih Fatty - kenapa belum
muncul-muncul juga! Kalau ia tidak lekas datang, bisa terlambat kita nanti
menjemput Pip dan Bets dari kereta api. Aku sudah rindu sekali pada mereka. Rasanya
sudah lama sekali tidak berjumpa dengan mereka, sejak liburan Natal yang lalu!"
"Itu dia Fatty!" seru Larry, lalu cepat-cepat meloncat turun. "Dan Buster juga
ikut. Hallo, Fatty! Kita harus lekas-lekas berangkat, jika masih ingin bertemu
dengan Bets dan Rp di stasiun."
"Ah - masih banyak waktu," kata Fatty. Anak itu kelihatannya selalu santai. "Wah,
asyik juga ya - Pasukan Mau Tahu sudah lengkap lagi, siap untuk menangani misteri
baru yang super-hebat!"
"Ayo, kita berangkat," kata Daisy. "Sebentar lagi keretanya sudah masuk. Bayangkan,
liburan sudah hampir seminggu, dan baru sekarang Pip dan Bets pulang. Pasti mereka
tidak merasa senang tinggal di tempat bibi mereka, karena kabarnya Bibi
3
Sophie sangat keras dan memperhatikan sopan-santun. Pasti nanti keduanya tidak
henti-hentinya mengucapkan 'terima kasih', 'tolong', 'silakan', dan macam-macam
lagi!"
"Nantinya kan luntur lagi," kata Fatty. Kalian ada yang sudah berjumpa dengan si
Ayo Pergi dalam liburan ini?"
Ayo Pergi itu julukan yang diberikan anak-anak pada polisi desa itu. Nama
sebenarnya Pak Goon. ia tidak suka pada kelima anak itu. Soalnya, mereka sudah
beberapa kali berhasil membongkar misteri, mendului Pak Goon. Padahal polisi desa
itu sangat ingin berhasil menyelidikinya, ia merasa iri pada mereka.
"Begitu ia melihat salah seorang di antara kita muncul di mana pun juga. pasti ia
akan langsung berteriak, 'Ayo Pergi!' " kata Larry sambil nyengir. "Tapi ngomong-
ngomong, aku ingin tahu apakah akan ada lagi kejadian misterius selama liburan
sekarang ini! Aku ingin mengasah otak. mengusutnya sampai selesai!"
Fatty dan Daisy tertawa mendengarnya.
"Jangan sampai ucapanmu itu didengar Ayah." kata Daisy. "Rapormu kali ini begitu
banyak merahnya! Pasti ia akan menanyakan, apa sebabnya otakmu itu tidak
kaupergunakan untuk memecahkan soal-soal matematika dan bahasa Latin!"
"Pasti dalam laporan itu tertulis, 'Kurang memakai otak', 'Bisa lebih tekun
belajar', atau
komentar lain semacam itu," kata Fatty. "Aku tahu kayak apa itu!"
"Kalau kau, pasti dalam rapormu belum pernah ada komentar semacam itu, Fatty," kata
Daisy. ia sangat mengagumi kecerdasan Fatty.
"Yah," kata Fatty merendah, "kalau dalam raporku, biasanya tertulis, 'Hasil ulangan
baik sekali', atau 'Jauh melampaui tingkat rata-rata di kelasnya', atau..."
Kalimatnya terpotong, karena perutnya ditinju oleh Larry. Tentu saja secara main-
main.
"Kau masih sama saja, Fatty! Menyombongkan diri dengan gaya rendah hati! Kau memang
hebat, berlagak dengan sikap merendah! Aku.. "
"Sudah! Jangan nbut terus - itu. keretanya sudah datang!" kata Daisy, karena saat
itu terdengar bunyi peluit panjang, ia segera berlari ke arah stasiun "Kita harus
sudah ada di peron, untuk menjemput Rp dan Bets. Aduh, kasihan Buster - ia
ketinggalan! Kakinya sih, pendek sekali. Ayo. Buster!"
Ketiga anak itu memasuki stasiun dan langsung menuju ke peron. Buster menggonggong
dengan gembira, lalu lari menghampiri seseorang yang sedang berdiri di dekat kios
majalah, ia mengendus-endus pergelangan kaki orang itu, yang memakai celana panjang
berwarna biru tua. Orang itu mendengus dengan jengkel.
"Ayo pergi!" tukasnya. "Jangan biarkan anjing itu berkeliaran tanpa tali!"
Anak-anak sudah mengenal baik suara itu.
"Halo. Pak Goon!" sapa Fatty. Larry dan Daisy serentak, seolah-olah polisi desa itu
sahabat baik mereka.
"Eh - ketemu lagi!" kata Fatty. "Mudah-mudahan Anda baik-baik saja-tidak sedang
sebal karena keadaan cuaca, atau..."
Pak Goon sudah hendak membentakkan jawaban kasar. Tapi tidak jadi, karena bunyi
berisik kereta api yang masuk ke stasiun saat itu menenggelamkan segala bunyi
lainnya.
"Itu Pip!" seru Larry. ia melambai-lambaikan tangannya dengan ribut, nyaris saja
topi Pak Goon terpental karena tersenggol. Buster cepat-cepat menyusup masuk ke
bawah bangku yang ada di peron Anjing itu tidak suka pada kereta api. Pak Goon
berdiri tidak jauh dari mereka, sambil celingukan seolah-olah mencari seseorang.
Bets dan Pip bergegas turun dari kereta. Bets langsung lari menghampiri Fatty, lalu
merangkul anak itu.
"Fatty!" serunya dengan gembira. "Aku tadi sudah berharap, kau akan datang
menjemput kami! Halo, Larry! Halo. Daisy!"
"Halo, Bets," kata Fatty. ia sangat sayang pada anak itu. "Halo, Pip." katanya
pula, sambil menepuk punggung Pip. "Kalian kembali pada waktu yang tepat, untuk
ikut membantu pengusutan suatu misteri yang hebat sekali!"
Fatty berbicara keras-keras. Itu memang disengaja olehnya, supaya terdengar Pak
Goon. Tapi
6
polisi desa itu tidak mendengarnya, karena saat itu ia sedang menyalami seorang
teman sejawatnya Polisi yang satu lagi itu masih muda dan berwajah cerah.
"Lihatlah - ada seorang polisi lagi!" kata Larry "Apakah di desa kita ini akan ada
dua polisi yang bertugas?"
"Entah." kata Fatty. sambil memperhatikan polisi yang muda itu. "Tapi aku senang
melihat kawan Pak Goon itu - kelihatannya ia periang"
"Aku senang melihat telinganya yang melebar ke samping itu," kata Bets.
"Goblok." tukas Pip. Anak itu selalu mengecam adiknya. Menurut anggapannya. Bets
masih kecil Jadi belum tahu apa-apa. "Mana Buster. Fatty?"
"Sini, Buster! Ayo keluar dari bawah bangku itu," panggil Fatty. "Tidak tahu malu,
takut pada kereta api!"
Buster merangkak ke luar Dicobanya meng goyang-goyangkan ekornya yang terkulai ke
bawah. Tapi begitu kereta berangkat lagi mening galkan stasiun dengan desisan asap
beruntun-runtun, anjing itu lekas-lekas menyuruk kembali ke bawah bangku.
"Kasihan! Kalau aku jadi Buster, kurasa aku pun pasti akan bersembunyi di bawah
bangku pula." kata Bets.
"Alaa - tidak usah menjadi Buster! Sebagai Bets pun, belum lama berselang kau masih
bersembunyi di belakangku setiap kali ada kereta
7
masuk ke stasiun." kata Pip. "Aku malah masih ingat, ketika kau ..."
"Sudahlah, kita pergi saja sekarang," kata Fatty cepat-cepat Dilihatnya muka Bets
mulai menjadi merah. "Buster! Ayo. keluar dari bawah bangku! Jangan konyol - kereta
itu kan sudah jauh sekarang!"
Begitu Buster muncul dari tempat persembunyiannya, dengan segera dilihatnya
sepasang kaki terbungkus kain celana biru tua datang menghampiri. Ia pun langsung
lari menyongsong dengan gembira. Tapi Pak Goon malah menendang.
"Anjing sialan!" tukasnya dengan kesal, lalu berpaling pada temannya. "Kau harus
hati-hati dengan anjing itu." katanya dengan suara lantang "Sebetulnya perlu
diadukan, karena tidak dijaga dengan baik oleh pemiliknya. Kau harus berjaga-jaga
terhadapnya, Pippin! Jangan mau dikurang-ajari!"
"Wah. Pak Goon - masak kalian berdua mengejar Buster yang malang ini," kata Fatty,
yang selalu siap untuk bertengkar dengan polisi desa itu.
"Kami tidak berdua di sini," kata Pak Goon "Aku hendak pergi berlibur. Sudah
waktunya aku beristirahat sebentar! Dan rekanku ini, P.C. Pippin. akan menggantikan
diriku di sini selama aku tidak ada Aku senang kami berjumpa dengan kalian sekarang
ini. karena dengan begitu aku bisa menunjukkan kalian padanya - dan sekaligus
memperingatkannya agar bersikap awas terhadap kalian." Setelah itu ia berpaling
pada teman
8
sejawatnya, P.C. Pippin, yang nampak agak bingung. Huruf-huruf P.C. di depan nama
Pippin itu bukan nama depannya, melainkan merupakan singkatan dari 'Police
Constable', yang berarti Agen Polisi.
"Kaulihat kelima anak ini?" kata Pak Goon. "Mereka mengira diri mereka paling hebat
- sanggup mengusut misteri mana saja yang terjadi di daerah sini! Kau tidak bisa
membayangkan - kerepotan apa saja yang kuhadapi karena perbuatan mereka! Kau harus
mengawasi mereka terus, Pippin - dan kalau ada misteri yang terjadi, kau harus
tutup mulut! Kalau tidak, akan kaualami bahwa anak-anak ini kemudian mencampuri
urusan hukum, dan akan merepotkan tugasmu!"
"Terima kasih atas perkenalan itu, Pak Goon." kata Fatty sambil nyengir.
Dipandangnya polisi yang satu lagi, kini dengan senyuman ramah. "Selamat datang di
Peterswood. Pak Pippin. Mudah-mudahan Anda merasa senang di sini. Dan - eh - jika
pada suatu waktu nanti Anda memerlukan bantuan kami. Anda tinggal mengatakannya
saja!"
"Nah! Apa kataku tadi?" tukas Pak Goon, yang mukanya sudah menjadi merah lagi.
"Selalu saja campur tangan! Ayo, semuanya pergi dari sini - dan ajak anjing kalian
yang menyebalkan itu! Dan awas, P.C. Pippin akan kuberi tahu tentang segala akal
bulus kalian, sehingga kalian akan melihat nanti bahwa ia takkan mau kalian
permainkan! Mengerti?"
9
Setelah itu Pak Goon pergi dengan teman sejawatnya. yang masih sempat menoleh
beberapa kali ke arah anak-anak dengan pandangan yang kelihatannya agak menyesal.
Fatty mengedipkan mata ke arahnya, dan dibalas dengan kedipan pula.
"Aku suka padanya," kata Bets "Wajahnya ramah Dan telinganya ..."
"Melebar ke samping. Ya, itu sudah kaukatakan tadi." kata Pip dengan nada tidak
sabar. "He. Fatty, kurasa Pak Goon pasti akan mengoceh panjang lebar, bercerita
tentang diri kita pada Pak Pippin. Pasti kita dilukiskannya sebagai segerombolan
penjahat cilik, atau semacam itu."
"Itu sudah pasti!" kata Fatty "Aku kepingin mendengar apa ceritanya tentang kita.
Pasti telinga kita merah karenanya!"
Ternyata telinga anak anak itu memang terasa panas, karena begitu sengit Pak Goon
mengata-ngatai mereka. Asyik sekali polisi desa itu mempenngatkan P.C. Pippin
tentang pasukan Mau Tahu, termasuk anjing mereka!
"Kau harus bersikap keras terhadap mereka," kata Pak Goon. "Dan jangan mau
dipermainkan anak yang gendut tadi! ia benar-benar menyebalkan!"
"Menurut perasaanku, ia kelihatannya anak yang baik!" kata P.C. Pippin agak heran.
Pak Goon mendengus.
"Itu dia liciknya! Sudah sering sekali anak itu mempermainkan diriku-sampai aku
kacau-balau - aku diberinya berbagai petunjuk palsu, dan
10
kasus-kasusku yang paling hebat menjadi kacau karena perbuatannya! Anak itu
setengah sinting. Sungguh! Kesenangannya menyamar menjadi macam-macam, dan berlagak
tolol!"
"Tapi bukankah dia itu yang sangat dihargai Pak Inspektur?" kata P. C. Pippin
dengan kening berkerut karena bingung. "Kalau tidak salah, ia pernah mengatakan
bahwa..."
Polisi yang masih muda itu sebetulnya tidak boleh mengatakan hal itu pada Pak Goon.
Muka polisi desa itu berubah warna lagi. menjadi ungu! Pippin ditatapnya dengan
mata melotot.
"Anak Itu menjilat pada Pak Inspektur Jenks," tukasnya pada Pippin, yang
memandangnya dengan takut "Mengerti? Anak itu penjilat! Jangan kaupercayai kata
Inspektur Jenks mengenainya! Pokoknya, kalau kau melihat ada anak-anak berambut
merah berkeliaran di mana-mana - berhati-hatilah!"
Mata P.C. Pippin melotot.
"Aku - aku tidak mengerti," katanya heran. "Anak anak berambut merah?"
"Pakai otakmu, Pippin." kata Pak Goon dengan nada menggurui. "Si Fatty itu banyak
sekali samarannya! Dan yang paling digemarinya, rambut palsu berwarna merah. Aku
sampai bosan melihat anak-anak berambut merah - semuanya Fatty yang sedang menyamar
untuk mempermainkan diriku. Kau berhati-hati saja, Pippin! Pasti ia akan mencoba
mempermainkan dirimu dengan cara yang sama. Percayalah - anak itu jail! Mereka
11
semuanya jahat! Anak-anak jahat yang suka mencampuri urusan orang lain. Sama sekali
tidak menaruh rasa hormat pada petugas hukum!"
P.C. Pippin mendengarkan dengan heran, tapi juga dengan sikap hormat. Pak Goon dua
kali lebih tua daripada dirinya, dan pasti sudah banyak sekali pengalamannya.
Sedang Pippin belum lama menjadi polisi. Tapi ia rajin. Ia merasa bangga ditugaskan
untuk menggantikan Pak Goon, selama polisi desa itu berlibur.
"Kurasa takkan ada kejadian sulit di sini selama aku pergi," kata Pak Goon,
sementara keduanya berbelok memasuki pekarangan rumahnya. "Tapi jika ada apa-apa,
kausimpan hal itu untuk dirimu sendiri, Pippin! Jangan sampai anak-anak itu
mengetahuinya. Tapi kalau mereka sampai tahu, kau harus dengan segera meminta aku
kembali, mengerti?! Dan usahakan agar anjing tadi itu bisa ditahan, dengan salah
satu alasan. Anjing itu berbahaya, aku ingin agar ia disingkirkan. Pokoknya,
usahakanlah apa yang bisa kaulakukan mengenainya."
P.C. Pippin agak bingung mendengar segala wejangan itu. Sebetulnya ia suka pada
kelima anak-anak tadi, serta pada anjing mereka. Karena itu ia heran mendengar
bahwa pendapat Pak Goon begitu lain mengenai mereka. Tapi - Pak Goon pasti lebih
tahu! P.C Pippin bertekad untuk berusaha sebaik mungkin, untuk Pak Goon. Ya - ia
akan berusaha sebaik-baiknya.
12
Bab 2
Menyusun Rencana

Para anggota Pasukan Mau Tahu merasa bergembira, karena bisa berkumpul lagi.
Liburan Paskah tidak sepanjang liburan musim panas. Dan waktu sudah berlalu hampir
satu minggu. ketika akhirnya Pip dan Bets kembali dari berkunjung ke rumah bibi
mereka. Jadi tidak begitu banyak lagi waktu tersisa.
"Tidak sampai tiga minggu lagi," keluh Larry. "Mudah-mudahan saja cuaca tetap baik
selama itu, supaya kita bisa melancong naik sepeda dan berpiknik"
"Dan saat ini juga ada suatu grup yang sedang bermain di Teater Kecil," kata Daisy.
"Mereka menghidangkan cerita tentang Dick Whirtington."
Dick Whirtington adalah seorang dermawan bangsa Inggris, yang hidup sekitar abad
kelima belas, dan pernah menjadi walikota London.
"Ceritanya lucu sekali," sambung Daisy. "Aku sudah melihatnya - tapi kita bisa saja
menontonnya lagi beramai-ramai."
"Ah - jadi grup itu masih main sampai sekarang?" tanya Fatty berminat. "Aku ingat,
pernah menonton beberapa pertunjukannya ketika sedang liburan Natal Ada beberapa
aktornya yang
13
payah aktingnya. Coba aku dites untuk memainkan beberapa peranan. Soalnya, semester
yang lalu di sekolah ..."
"Aduh, Fatty! Jangan ceritakan lagi bahwa kau lagi-lagi mendapat peran utama dalam
pertunjukan di sekolahmu," kata Larry. "Masa tidak ada anak lain yang pernah
menjadi peranan utama di sekolahmu?"
"Fatty hebat sekali aktingnya - ya kan, Fatty?" kata Bets. "Lihat saja, betapa
hebatnya ia menyamar! Kita saja sampai bisa tertipu. Kau akan menyamar lagi dalam
liburan ini, Fatty? Bilang ya, dong! Kau masih ingat ketika kau berdandan sebagai
wanita tua yang menjual balon?"
"Ya - lalu si Ayo Pergi lewat dan menanyakan surat ijinmu," kata Daisy sambil
tertawa geli. "Tapi waktu itu kau memakai rok dalam berlapis-lapis, lalu kau pura-
pura tidak berhasil menemukan surat ijin itu."
"Tapi akhirnya Bets berhasil mengenalimu, karena tiba-tiba saja perhatiannya
tertarik pada kukumu yang bersih - padahal saat itu tanganmu dekil sekali," kata
Larry sambil mengingat-ingat. "Kuku tangan yang bersih itu menimbulkan
kecurigaannya. Bets hebat, bisa melihat petunjuk sekecil itu."
"Kalian ini membuat aku merasa kepingin menyamar lagi," kata Fatty sambil nyengir.
"Bagaimana kalau berbuat iseng terhadap polisi muda itu? Siapa lagi namanya? O ya -
Pippin! Bagus sekali namanya!"
14
"Ya - dan cocok dengan orangnya." kata Bets. "Pipinya kemerah-merahan, seperti buah
apel yang masak!"
Anak-anak tertawa mendengarnya. Perbandingan itu memang lucu, karena Pippin itu
juga nama sejenis apel yang merah.
"Katakan saja itu padanya." kata Fatty. "Kaudatangi dia. lalu kausapa 'Pippin
bundar yang budiman, yang kemerah-merahan'. Pasti ia tercengang mendengarnya."
"Jangan konyol, ah." kata Bets "Aku tidak mau - karena aku suka padanya."'
"Coba selama Pak Goon pergi nanti terjadi sesuatu yang misterius di sini." kata
Fatty "Pasti polisi gendut itu akan jengkel sekali karenanya! Dan kurasa kita akan
bisa membantu Pippin. ia pasti akan senang mendapat bantuan kita. Orangnya tidak
begitu pintar kelihatannya - dan masih muda. Pasti kita lebih mampu mengusut
misteri, dibandingkan dengan dia. Selama ini sudah sering juga kita berhasil. Sudah
enam kali!"
"Mana mungkin setiap liburan selalu saja ada kejadian misterius." kata Larry.
Kalau begitu, kita ciptakan saja kejadian itu - untuk Pak Pippin," kata Bets dengan
tiba-tiba.
Kejadian yang kecil saja, tapi lengkap dengan segala galanya! Lihat saja, nanti dia
kan sibuk sekali karenanya."
Sesaat anak-anak yang lain hanya menatapnya saja Tapi kemudian Fatty nyengir.
"He - bagus juga ide Bets itu!" katanya. "Larry memang benar dengan perkataannya
tadi, tidak mungkin kita mengharapkan selalu ada kejadian yang perlu diusut pada
setiap liburan. Menurut perasaanku, dalam tiga minggu mendatang ini takkan ada
kejadian apa-apa. Karena itu kita karang saja suatu kejadian, untuk menghibur
Pippin yang bundar wajahnya!"
Anak-anak bersemangat mendengarnya. Kini ada sesuatu yang bisa menyibukkan mereka.
"Pasti ia akan membuat catatan yang banyak sekali, lalu menunjukkannya dengan
bangga pada Pak Goon," kata Larry. " Lalu Pak Goon curiga, dan menduga pasti itu
perbuatan kita. Mereka akan tertipu!"
"Ini benar-benar menarik." kata Fatty senang. "Pippin akan mendapat tugas untuk
mengasah kecerdasannya, kita bisa iseng, dan Pak Goon akan jengkel apabila kembali
nanti - karena pasti saat ini ia sudah memberi petunjuk pada Pippin agar berhati-
hati terhadap kita. Tahu-tahu akan dialaminya bahwa Pippin membuang-buang waktu,
berusaha mengusut misteri yang sebenarnya tidak ada!"
"Tapi misteri apa yang akan kita karang?" kata Bets. ia merasa senang, melihat
usulnya tadi disambut dengan gembira oleh anak-anak yang lain. "Kita harus
menciptakan misteri yang asyik - yang memungkinkan Fatty menyamar lagi. Aku senang
melihat Fatty menyamar."
16
"Kita pikirkan saja beramai-ramai," kata Fatty "Pertama-tama, kita perlu
membangkitkan kecurigaannya. Kita harus berbuat sesuatu yang membuat Pippin mengira
ada sesuatu yang sedang terjadi-sehingga ia mulai sibuk menyelidik-lalu menemukan
beberapa petunjuk..."
"Yang sengaja kita pasang untuknya," sambung Bets sambil tertawa. "Setuju, setuju!
Ayo cepatlah - cari akal! Kalau aku, aku takkan mampu menemukan ide sama sekali!"
Selama beberapa menit anak-anak sibuk berpikir. Seperti katanya tadi, Bets sama
sekali tidak bisa menemukan sesuatu.
"Nah - ada yang punya usul?" tanya Fatty. "Kau bagaimana, Daisy?"
"Ada-tapi rasanya tidak begitu menarik," kata Daisy. "Bagaimana jika kita
mengirimkan surat yang misterius pada Pippin?"
"Percuma," kata Fatty. "Pasti ia akan langsung mencurigai kita. Kau bagaimana,
Larry?"
"Bagaimana dengan suara-suara aneh malam-malam, di halaman belakang rumahnya?" usul
Larry. "Ya, aku tahu, tidak begitu menarik."
"Memang - karena sesudah itu tidak ada sambungannya," kata Fatty. "Kita harus
mencipta-kan sesuatu yang bisa menimbulkan perhatian Pippin. Kita harus membuat ia
berperasaan menghadapi sesuatu yang hebat!"
"Aku juga hanya bisa menemukan usul yang tidak begitu menarik." kata Rp. "Maksudku
- kita bersembunyi malam-malam dalam salah satu
17
kebun sampai Pippin lewat, lalu kita berbisik-bisik supaya terdengar olehnya. Kalau
ia datang untuk memeriksa, kita cepat cepat lari ke tempat gelap, sehingga ia pasti
mengira yang didengarnya itu orang-orang yang bermaksud jahat."
"He! Idemu itu boleh juga." kata Fatty. setelah memikirkannya sesaat. "Itu bisa
disambung lagi. Nanti dulu - biar aku berpikir sebentar."
Anak-anak yang lain diam. sambil memandang Fatty yang sedang berpikir dengan kening
dan bibir berkerut
"Kurasa aku tahu sekarang," kata anak itu kemudian. "Ini yang akan kita lakukan!
Aku dan Larry akan menyamar menjadi penjahat. Kita selidiki bagaimana saja tugas
Pippin dalam penjagaannya malam hari - ke mana ia pergi dan kapan waktunya Setelah
itu aku dan Larry akan bersembunyi dalam kebun salah satu rumah kosong, menunggu
Pippin lewat."
ia berpikir lagi sekejap, lalu menganggukkan kepala
"Ya, betul! Lalu, begitu terdengar Pippin datang, kami berdua mulai berbisik-bisik
dengan suara agak keras supaya terdengar olehnya, ia pasti akan berseru, siapa itu
yang bersembunyi dalam kebun. Begitu ia berseru, kami akan langsung lari - seolah-
olah takut padanya dan tidak ingin ketahuan."
"Lalu sambungannya bagaimana?" tanya Larry "Tunggu sebentar," kata Fatty sambil
tertawa kecil. "Setelah kami berdua lari. apakah yang akan
18
dikerjakan oleh Pippin? Tentu saja masuk ke dalam kebun itu dan menyorotkan
senternya ke mana mana. Nah - kemudian ia akan menemukan surat yang sudah dirobek-
robek."
"O ya!" kata Bets bersemangat. "Tapi apa isi surat itu?"
"Di situ akan tertulis alamat pertemuan selanjutnya," kata Fatty. "Nanti kita pilih
tempatnya yang bagus. Lalu apabila Pippin kita yang bundar itu tiba di tempat itu,
ia akan menemukan beberapa petunjuk lagi yang menarik!"
"Dan petunjuk-petunjuk itu, kita lagi yang menaruh di situ!" kata Pip sambil
nyengir. "Ya, Fatty - ide itu bagus sekali! Pippin akan kita permainkan habis-
habisan."
"Dan petunjuk-petunjuk itu membawanya ke tempat lain lagi," sambung Fatty.
"Pokoknya, Pippin akan kita buat berputar-putar nanti, sampai puas. Sudah bisa
kubayangkan bagaimana tampang Pak Goon apabila ia mendapat kabar mengenainya -
pasti ia akan tahu bahwa semuanya merupakan perbuatan kita."
"Kapan kita mulai? Jangan tunggu lama-lama, Fatty," kata Bets bergairah. "Tidak
bisakah kau dan Larry memulainya malam ini?"
"Jangan - sebelumnya kita perlu menyelidiki, lewat mana saja Pippin harus
berpatroli setiap malam," kata Fatty. "Setelah itu kita mencari rumah kosong yang
terletak pada lintasan patrolinya itu Sebaiknya malam ini juga kita membuntutinya,
Larry - untuk mengetahui
19
jalan-jalan mana saja yang dilalui Pippin Kalau Pak Goon, ia biasanya mulai
berpatroli pukul setengah delapan. Bisakah kau sudah ada di rumahku saat itu?"
"Kurasa bisa," kata Larry. "Kami makan malam pukul tujuh. Kalau aku makan cepat-
cepat, kurasa aku takkan terlambat datang."
Dengan demikian diputuskan bahwa malam itu Larry dan Fatty akan membuntuti P.C.
Pippin untuk mengetahui dengan tepat ke mana saja ia melakukan ronda malam. Dan
malam besoknya akan dipersiapkan kejutan bagi polisi muda pengganti Pak Goon itu.
Bets bersemangat sekali. Ia menyukai petualangan semacam itu, karena tidak
mengandung ketegangan yang menyeramkan seperti misteri yang sejati Kemungkinan
terburuk yang mungkin terjadi sebagai akibatnya ialah diomeli Pak Goon!
Malam itu, pukul tujuh lewat dua puluh lima menit Larry sudah ada di rumah Fatty.
Hari sudah mulai gelap. Saat itu sudah musim semi, jadi siang mulai memanjang lagi.
Kedua anak itu tidak menyamar, karena tidak ada waktu lagi untuk itu. Mereka
menyelinap pergi, menuju ke jalan tempat tinggal Pak Goon yang kini didiami P.C.
Pippin selama polisi desa itu sedang cuti.
Sesampai di sana, mereka mendengar bunyi telepon berdering di kamar depan, disusul
suara Pippin berbicara. Kemudian lampu di kamar itu dipadamkan.
20
"Ssst - dia keluar!" bisik Fatty. "Sembunyi lebih dalam ke semak. Larry!"
P.C. Pippin muncul di ambang pintu, lalu berjalan ke pintu pagar depan. Langkahnya
pelan, karena sepatunya bersol karet. Anak-anak melihatnya ketika ia masuk ke
jalan, lalu pergi menjauh dari tempat mereka bersembunyi.
"Yuk." ajak Fatty. "ia mulai patroli sekarang. Akan kita lihat, jalan mana saja
yang dilewatinya nanti!"
Kedua anak itu menyelinap-nyelinap di belakang P.C. Pippin. Polisi itu mula-mula
berpatroli sepanjang Jalan Besar, ia melakukan tugasnya dengan cermat. Setiap pintu
toko diperiksa, apakah terkunci dengan baik. Begitu pula jendela-jendela. Fatty dan
Larry sudah mulai bosan mengikutinya, karena setiap kali ia berhenti untuk
memeriksa. Dan setiap kali Pippin berhenti, mereka harus buru-buru bersembunyi
sebentar.
Setelah satu jam, polisi muda itu rupanya sudah yakin bahwa tak mungkin ada pencuri
yang bisa memasuki toko mana pun juga di jalan itu Senternya dipadamkan. Kemudian
ia memasuki suatu jalan samping, diikuti dari belakang oleh Fatty dan Larry.
Pippin berjalan dengan langkah nyaris tak berbunyi, ia menghampiri sebuah garasi,
lalu memeriksa pintu gerbangnya
"Kenapa sih, ia berhenti melulu? Kenapa tidak meneruskan patroli?" keluh Larry. "Di
mana-mana ia berhenti, lalu memeriksa!"
Pippin meneruskan langkahnya, ia nampaknya melakukan tugas dengan sistematis Mula-
mula memeriksa satu sisi jalan, setelah itu pergi ke se seberang. Baru setelah itu
ia pergi ke jalan lain. Dan begitu seterusnya. Kalau itu kebiasaannya setiap malam,
anak-anak akan bisa dengan mudah menunggunya di salah satu tempat!
"Pukul sembilan," kata Fatty dengan suara pelan, ketika terdengar lonceng gereja
berdentang sembilan kali "Kita kini berada di Jalan Willow. Di seberang sana ada
rumah kosong, Larry. Kita bisa bersembunyi dalam kebun rumah itu besok malam,
sebelum pukul sembilan. Lalu pada saat Pippin lewat di situ, kita akan
mengagetkannya Lihatlah - sekarang ia menyorotkan senternya ke pintu pagar rumah
itu. Ya, itulah yang akan kita kerjakan besok! Kita bersembunyi dalam kebun rumah
itu."
"Setuju." kata Larry dengan lega. "Aku sudah bosan menyelinap-nyelinap terus kayak
begini. Mana angin dingin sekali rasanya! Yuk - kita pulang saja sekarang. Besok
pagi kita berjumpa di rumah Pip. untuk menyampaikan niat kita pada anak-anak yang
lain, lalu menyusun rencana selanjutnya."
"Betul!" kata Fatty. ia pun merasa lega, bahwa tugas membuntuti P.C. Pippin sudah
selesai "Jadi sampai besok! Ssst! Itu Pippin datang lagi kemari."
Mereka cepat-cepat menyusup ke dalam pagar semak yang ada di tepi jalan. Mereka
menunggu di situ. sampai polisi muda itu sudah lewat lagi
23
"Aduh - nyaris saja aku bersin tadi," bisik Larry- "Yuk - aku sudah kedinginan
sekarang."
Keduanya pulang ke rumah masing-masing. Sesampai di rumah, Larry bercerita pada
Daisy bahwa mereka sudah berhasil menemukan tempat persembunyian yang cocok untuk
besok malam. Sedang Fatty mulai mengatur rencana penyamaran Dikeluarkannya beberapa
potong pakaian usang, lalu diperhatikan dengan seksama Sambil mengatur, ia
berpikir-pikir.
"Pippin pasti akan kaget besok malam," katanya dalam hati

Bab 3
Sepasang Penjahat

Keesokan harinya, kelima anggota Pasukan Mau Tahu asyik merundingkan rencana
mereka. Buster duduk dekat mereka, dengan telinga ditegakkan
"Apa boleh buat, tapi kali ini kau tidak bisa ikut," kata Fatty. Ditepuk-tepuknya
anjing kecil itu. "Kau harus kuikat nanti malam di rumah Harus kucegah kemungkinan
kau menyusulku, lalu nbut menggonggong apabila Pippin nanti lewat dekat tempat
persembunyian kami."
"Guk," gonggong Buster, seolah-olah mengerti, ia berbaring di lantai. Sikapnya saat
itu, seperti tidak tertarik lagi pada pembicaraan anak-anak.
"Kasihan Buster," kata Bets, sambil mengusap usapkan sol sepatunya ke punggung
anjing itu. "Kau tidak senang ya, tidak boleh ikut? Tapi ini hanya misteri yang
pura-pura saja. Buster!"
Anak-anak memutuskan bahwa sebaiknya Larry dan Fatty memakai samaran mereka di
rumah Larry saja, karena letaknya berdekatan dengan kebun di mana keduanya akan
bersembunyi Dengan begitu mereka kemudian akan bisa cepat-cepat lari kembali ke
rumah Larry, tanpa banyak mengalami kesulitan
25
"Nanti setelah minum teh. aku akan datang dengan koper berisi pakaian untuk
penyamaran kita," kata Fatty pada Larry. "Ada kemungkinan atau tidak menyembunyikan
koper itu dalam kebun kalian. Larry? Misalnya dalam gudang, atau tempat lain. Orang
dewasa selalu merasa curiga kalau ada sesuatu yang agak aneh. Jika aku datang ke
rumahmu nanti sambil membawa koper, besar kemungkinannya ibumu akan bertanya apa
isinya "
"Ya. memang benar! Dalam kebun ada sebuah pondok kecil," kata Larry. "Itu, yang
biasa dipakai tukang kebun! Nanti pada saat yang disepakatkan aku akan datang ke
situ. Dan sebaiknya di situ pula kita memakai samaran kita. Fatty. Tempat itu aman!
Akan memakai apa kita nanti?"
"Wah! Bolehkah aku ikut datang nanti, untuk melihat kalian menyamarkan diri?" tanya
Bets. Sedapat mungkin ia selalu berusaha, agar tidak ketinggalan dalam kesibukan
yang mana pun juga. "Boleh ya? Aku dan Pip nanti bisa menyelinap pergi setelah
makan malam, pada saat kami sebenarnya harus membaca-baca dalam kamar "
"Ibu malam ini akan menonton pertunjukan di Teater Kecil." kata Pip. "Dengan begitu
kami bisa dengan aman datang ke sana, untuk melihat kalian berdua menyamarkan
diri."
Jadi sekitar pukul delapan malam itu anak-anak berkumpul semuanya dalam pondok
kecil di kebun rumah Larry Pintu pondok ditutup rapat-rapat. Fatty menutup jendela
dengan karung, supaya
26
tidak nampak cahaya memancar ke luar Setelah itu ia mulai berdandan menyamarkan
diri. bersama Larry.
"Sebaiknya kita membuat diri kita kelihatan seram," kata Fatty "Pippin nanti pasti
akan menyorotkan senternya ke arah kita. Jadi biar ia melihat tampang kita yang
mirip penjahat! Nih. Larry - kaupakai saja kumis yang galak ini. Dan itu. rambut
palsu berwarna merah itu - pakai pula itu, kemudian kaututupi dengan topi pet yang
kumal. Tampangmu pasti akan kelihatan seram!"
Bets memperhatikan kedua anak itu dengan asyik. Fatty sangat pintar menyamar.
Banyak buku yang dimilikinya tentang seni menyamar ia pun memiliki berbagai alis
palsu, begitu pula kumpulan dari beraneka jenis kumis, janggut, dan bahkan sejumlah
gigi palsu dari plastik yang diselipkan menutupi gigi yang asli. Kalau gigi palsu
untuk nampak tersembul ke depan - hih, seram!
Fatty memasang janggut palsu ke dagunya. Mukanya dikernyitkan, lalu kerut-merut
yang timbul dipergelap olehnya dengan bahan rias berwarna hitam. Ia juga
memasangkan sepasang alis palsu yang lebat. Seketika itu juga tampangnya nampak
menjadi jauh lebih tua. Bets terpekik melihatnya.
"Hii - tampangmu menyeramkan, Fatty! Ngeri rasanya melihatmu sekarang. Kau tak
kukenali lagi."
"Kalau ngeri, jangan melihat dong," kata Fatty. ia menyeringai, memamerkan lubang-
lubang
27
hitam di sela gigi depannya. Bets menatap dengan rasa ngeri.
"Fatty! Kenapa gigimu? Kulihat ada dua yang hilang!"
"Bukan hilang, cuma kuhitamkan saja," kata Fatty sambil nyengir lagi. "Diterangi
sinar samar begini, kelihatannya seperti ada yang copot, ya?"
ia mengenakan rambut palsu yang tipis dan terjurai, ditutupi dengan pet. Kemudian
ia mengernyitkan muka lagi, sambil menggerak-gerakkan janggut ke arah Bets dan
Daisy.
"Tampangmu seram dan menjijikkan sekarang," kata Daisy. "Untung aku tidak tiba-tiba
berpapasan denganmu nanti malam. Pasti aku akan setengah mati ketakutan, jika tahu-
tahu berjumpa denganmu dalam keadaan seperti sekarang di tempat gelap. Aduh, Bets -
lihatlah tampang Larry sekarang! Larry! Jangan kauker-nyitkan muka kayak begitu -
aku ngeri melihatmu."
Larry memicingkan mata, sedang mulutnya dimencongkan sehingga kumisnya miring ke
samping.
"Jangan kaulebih-lebihkan," kata Fatty. "Tampangmu sekarang kayak orang goblok -
jadi tidak banyak bedanya dengan tampangmu yang asli!"
Larry menampar punggung Fatty.
"Jaga omonganmu, jika bicara padaku," geramnya dengan suara berat "Aku ini si
Mencong dari Lincoln "
28
"Nama itu pantas dengan tampangmu sekarang," kata Daisy. "Kalian berdua kelihatan
seram-seram! Pippin nanti takkan percaya jika melihat kalian."
"Maksudmu, ia akan tahu bahwa kami hanya menyamar saja?" tanya Fatty padanya, ia
agak khawatir terhadap kemungkinan itu. "Apakah penyamaran kami ini terlalu
berlebihan?"
"Ah, berlebihan juga tidak sebenarnya," kata Daisy. "Maksudku, polisi kan sudah
sering melihat bandit dan penjahat. Di antara mereka, pasti ada yang tampangnya
seburuk kalian. Hii. kalian benar-benar menakutkan. Pasti aku akan mimpi buruk
tentang kalian malam ini."
"He - kurasa sekarang sudah waktunya," kata Pip dengan tiba-tiba, setelah memandang
arlojinya. Selama itu ia diam saja. ia agak kesal, karena tidak diajak. Tapi Fatty
menjelaskan bahwa Pip terlalu pendek tubuhnya, jadi sulit bisa menyamar sebagai
orang dewasa. Sedang Larry dan ia sendiri sudah cukup tinggi. Apalagi Fatty, dengan
tubuhnya yang kekar itu.
"Ya, betul - kita harus berangkat sekarang," kata Fatty. Larry membuka pintu dengan
hati-hati.
"Kita harus lewat dekat pintu dapur," katanya. Tapi itu tidak menjadi soal. Takkan
ada yang bisa mendengar kita."
Kedua penjahat bertampang buruk itu berjingkat-jingkat ke arah depan. Namun ketika
mereka sedang lewat di depan dapur, tiba-tiba pintu terbuka Tampang mereka
diterangi cahaya yang
29
memancar keluar dan dalam dapur Saat itu juga terdengar jeritan ngeri, disusul
pintu yang ditutup kembali dengan keras.
"Astaga! Itu tadi Janet juru masak kami," bisik Daisy. "Tentu ia kaget setengah
mati, begitu melihat tampang kalian berdua. Cepat lari, sebelum ia melaporkan pada
Ayah."
Fatty dan Larry bergegas-gegas menuju ke jalan. Bets pulang bersama Pip. Ketika
Daisy masuk ke rumah lewat pintu samping, didengarnya Janet dengan gugup melaporkan
pengalamannya pada Ayah.
"Orangnya seram-seram, Pak." katanya. "Tubuh mereka tinggi besar. Mereka menatap
saya dengan tajam, sambil menggeram-geram seperti anjing!"
Daisy tertawa dalam hati lalu cepat cepat naik ke tingkat atas ia sama sekali tidak
heran bahwa Janet ketakutan. Tampang Fatty dan Larry tadi memang sangat menakutkan!
Sementara itu Fatty dan Larry menyelinap di jalan, menuju ke rumah kosong. Mereka
selalu cepat-cepat menghindar, setiap kali mendengar langkah orang datang. Untung
saja tidak ada yang berpapasan dengan mereka saat itu. Coba kalau ada, pasti orang
itu sudah berteriak-teriak minta tolong, begitu melihat dua orang penjahat yang
tampangnya sangat menakutkan!
Akhirnya mereka tiba di rumah kosong yang dituju, lalu cepat-cepat masuk lewat
pintu pagar
30
depan. Mereka sempat melihat bahwa dalam kebun ada pula sebuah pintu samping.
"Nanti kalau Pippin datang kita berbisik-bisik di bawah semak ini," kata Fatty.
"Lalu kalau ia datang lewat pintu pagar depan untuk memeriksa kita cepat-cepat lari
lewat pintu samping. Kita ben kesempatan padanya untuk menyoroti muka kita dengan
senternya, ia takkan b sa mengenali siapa
ta sebenarnya, dengan penyamaran seseram ini."
"Baiklah," kata Larry. "Mana surat yang robek-robek, Fatty?"
Fatty merogoh kantongnya mengambil sepucuk sampul yang berisi kertas kumal yang
sudah dirobek-robek. Pada surat itu tertulis,
'Di belakang Teater Kecil. Jumat pukul sepuluh malam.'
Fatty nyengir sambil memegang kertas surat yang sudah robek itu.
"Kemudian apabila Pippin muncul hari Jumat di belakang Teater Kecil kita harus
mengusahakan agar ia menemukan berbagai petunjuk di sana." katanya sambil
menghamburkan robekan kertas surat ke tanah, di bawah semak tempat mereka
bersembunyi.
L Tiba-tiba Larry mendesis.
"Ssst. ia datang! Langkahnya belum kedengaran - tapi aku mengenali suaranya
terbatuk-batuk Nah - itu bunyi langkahnya sekarang!"
Kedua anak itu menunggu dengan diam-diam, sampai P.C. Pippin sudah tiba di dekat
kebun.
31
Kemudian Fatty membisikkan sesuatu dengan suara mendesis. Larry menggoncangkan
semak.
"Sssst!" desis Fatty. Seketika itu juga Pippin menyalakan senternya.
"Siapa di situ! Ayo keluar, tunjukkan dirimu!" bentak Pippin.
"Jangan lari dulu," bisik Fatty. "Kita beri kesempatan padanya untuk melihat
tampang kita."
Larry menggoncang-goncang semak lagi. Dengan cepat Pippin mengarahkan sorotan
senternya ke situ. Kagetnya bukan main, ketika melihat tampang dua orang yang buruk
sekali memandang ke arahnya. Pasti kedua orang itu penjahat yang bermaksud buruk,
pikirnya.
"Sekarang lari!" kata Fatty, sementara polisi muda itu membuka pintu pagar sebelah
depan.
Kedua anak bandel itu lari ke luar lewat pintu samping. Pippin yang langsung
mengejar, tertinggal jauh di belakang.
"He, kalian! Berhenti!" serunya. Wah - gawat, pikir Fatty dan Larry. Mereka sama
sekali tidak menyangka bahwa Pippin akan berseru-seru. Bagaimana jika tahu-tahu ada
orang menahan mereka?
Tapi untungnya tidak ada orang yang menangkap mereka. Ada seorang yang mencoba,
yaitu tukang daging. Orang itu kebetulan sedang berjalan-jalan dengan istrinya.
Ketika melihat ada dua orang lari dikejar polisi, ia langsung maju untuk menahan.
Tapi begitu melihat tampang mereka yang jelek sekali diterangi sinar lampu jalan,
32
dengan segera ia mengurungkan niatnya Dan Fatty serta Larry bisa menyelamatkan diri
tempat aman.
Keduanya lari. memasuki pekarangan rumah Larry, terus ke pondok kecil di tengah
kebun Mereka merebahkan diri di dalam, dengan napas tersengal-sengal. Fatty nyengir
"Bagus, Larry!" katanya "Kini Pippin pasti akan kembali ke rumah tadi dan memeriksa
di sana dengan senternya! Tentu ia akan menemukan sobekan surat kita. dan kemudian
hari Jumat yang berikut muncul di belakang Teater Kecil untuk menemukan petunjuk-
petunjuk selanjutnya. Aku merasa asyik tadi Kau juga?"
"Jelas," kata Larry. "Tapi sayang rasanya jika samaran kita sekarang ini harus
langsung dicopot Bagaimana kalau kita berkeliaran sebentar di desa. supaya lebih
banyak lagi orang yang melihat tampang kita?"
"Lebih baik jangan," kata Fatty. "Yuk - kita buka saja samaran kita. Wah -
sebetulnya lebih asyik jika tadi itu Pak Goon yang melihat kita Pasti ia akan sibuk
sekali sekarang!"
Sementara itu P.C. Pippin sudah kembali ke kebun tempat kedua 'penjahat' tadi
bersembunyi. Hatinya berdebar-debar, ia sama sekali tak menyangka akan terjadi
sesuatu di desa itu, sementara ia bertugas menggantikan Pak Goon. Tapi kini
ternyata ia memergoki dua penjahat bertampang seram yang sedang bersembunyi
33
dalam kebun sebuah rumah kosong. Pasti mereka sedang merencanakan perampokan!
Pippin menyorotkan senternya ke tanah, di bawah semak tempat kedua orang tadi
bersembunyi. Ia mengharapkan akan melihat jejak kaki di situ. Dan ternyata memang
banyak sekali! Tapi kecuali itu ia melihat petunjuk lain di tempat itu. Sobekan-
sobekan kertas! Jangan-jangan kertas itu berasal dari kedua penjahat tadi!
Polisi muda itu mengambil buku catatannya, lalu menyisipkan sobekan-sobekan itu di
bagian belakangnya. Delapan potong yang ditemukannya. Ia melihat tulisan di situ.
ia bermaksud memeriksa tulisan itu apabila sudah kembali di rumah nanti.
Kemudian diukurnya panjang jejak kaki yang nampak membekas di tanah yang lembek,
dengan garisan yang bisa dilipat. Setelah itu ia mencari-cari petunjuk lain. Tapi
kecuali kertas-kertas tadi, ia tidak menemukan apa-apa di situ.
Pippin sibuk terus di rumah sampai lewat tengah malam. Mula-mula menyambung
sobekan-sobekan kertas dan membaca tulisan yang tertera di situ. Kemudian menulis
catatan tentang tampang kedua penjahat yang dipergoki olehnya tadi, serta
menggambar jejak kaki menurut catatan ukurannya.
ia merasa dinnya penting dan bangga Itu kasusnya yang pertama. Ia bertekad akan
menanganinya dengan baik. ia hendak mendatangi Teater Kecil pada Jumat malam
mendatang,
34
jauh sebelum pukul sepuluh, ia ingin tahu, apa yang akan ditemukannya di tempat
itu.
Kesemuanya mungkin penting artinya. Bahkan sangat penting!
35
Bab 4
Rambut Merah - Dan Berbagai Petunjuk

Fatty serta keempat kawannya tertawa-tawa. Mereka geli, mengingat telah berhasil
mempermainkan Pippin yang sama sekali tidak menyadari hal itu. Secara kebetulan
Larry berpapasan dengan polisi muda itu keesokan paginya, ia berhenti sebentar,
untuk mengajaknya mengobrol.
P.C. Pippin memandangnya dengan sikap agak sangsi, ia teringat pada kata-kata Pak
Goon, yang memperingatkannya agar berhati-hati terhadap kelima anak-anak itu. Tapi
yang dihadapinya saat itu bukan anak gendut yang kata Pak Goon berbahaya!
"Selamat pagi, Pak Pippin," sapa Larry dengan sopan. "Bagaimana, sudah merasa cocok
di sini?"
"Tentu saja," jawab P.C. Pippin. "Desa Peterswood ini menyenangkan. Dari semula aku
sudah merasa senang. Kau pulang selama liburan Paskah ini?"
"Betul," jawab Larry. "Eh - Anda sudah menemukan kejadian misterius di sini, Pak?"
"Kalaupun ada, takkan kuceritakan padamu," kata Pippin sambil nyengir. "Soalnya,
aku sudah diberi tahu tentang kalian!"
36
"Ya - sudah kami sangka begitu." kata Larry "Ngomong-ngomong, juru masak kami
kemarin malam mengalami kejadian yang mengejutkan sekali! Katanya, ia melihat dua
orang penjahat di depan pintu dapur rumah kami."
P.C. Pippin langsung merasa tertarik. "O ya?" katanya. "Seperti apa tampang
mereka?"
"Yah - katanya seorang dari mereka berambut merah," kata Larry. "Tapi untuk
jelasnya, lebih baik Anda tanyakan sendiri pada juru masak kami itu. Kenapa Anda
bertanya? Anda juga melihat mereka?"
"Mungkin - tapi mungkin juga tidak," kata Pippin mengelak. Setelah itu ia
melanjutkan langkah, setelah menganggukkan kepala pada Lany.
P.C. Pippin memeras otak sambil berjalan. Jadi juru masak keluarga Larry melihat
seorang penjahat berambut merah. Tentunya orang itulah yang juga dilihatnya kemarin
malam. Mau apakah mereka? Saat itu juga diambilnya keputusan. untuk menanyai juru
masak keluarga Larry. Dari Janet diperolehnya berbagai keterangan mengenai dua
orang penjahat bertubuh tinggi besar, nyaris dua meter tingginya! Keduanya
menggeram dan mengerang, dengan mata terpicing dan muka dikernyitkan.
Seorang dari mereka berambut merah. Mulai saat itu P.C. Pippin sudah siap untuk
mencurigai setiap orang berambut merah. Ia mengawasi Pak Kerry, tukang sepatu yang
kebetulan rambutnya
37
berwarna merah nyala. Sikapnya mengawasi begitu penuh rasa curiga, sehingga Pak
Kerry ketakutan karenanya.
Kemudian ia melihat saudara laki-laki Pak Pendeta. Orang itu baik hati. tidak
pernah berbuat jahat. Kegemarannya naik sepeda setiap pagi, mengelilingi desa
sampai tiga kali untuk latihan jasmani. Ketika Pippin melihat ia datang untuk
ketiga kalinya, dan memperhatikannya dengan pandangan menyelidik, saudara Pak
Pendeta mulai merasa pasti ada sesuatu yang tidak beres. Dalam hati P.C. Pippin
juga sudah bertanya-tanya, masih berapa kalikah ia akan kembali melihat penunggang
sepeda berambut merah itu?
Ketika Larry menceritakan pada anak anak yang lain bahwa ia sudah bertemu dengan
Pippin serta melaporkan pada polisi muda itu tentang laki-laki berambut merah yang
dilihat juru masak di rumahnya, Fatty tertawa geli. Apalagi ketika ia mendengar
dari Janet sendiri bahwa Pippin sudah datang untuk minta keterangannya tentang
'penjahat' berambut merah itu.
"Kurasa kini perlu ada serangkaian penyamaran lagi," kata Fatty pada anak-anak yang
lain. "Sejumlah oknum berambut merah, pasti akan menarik bagi Pippin."
Tengah hari itu juga muncul seorang pengantar telegram yang masih muda. Anaknya
berambut merah menyala. Ia naik sepeda sambil bersiul-siul. Ketika berjumpa dengan
P.C Pippin, anak itu
turun dari sepedanya lalu menanyakan suatu alamat yang tidak dikenalnya.
Pippin memandang anak itu dengan curiga. Nah - ini ada lagi orang berambut merah,
katanya dalam hati. Rupanya di Peterswodd banyak sekali orang berambut merah.
Setengah dua siang Pippin dikagetkan lagi oleh seseorang yang tahu-tahu muncul di
sampingnya Orang itu membawa keranjang. Alisnya hitam - aneh sekali kelihatannya,
karena warna rambutnya merah! Giginya besar-besar, tersembul ke muka. Bicaranya
tidak jelas. Mungkin karena gigi yang tersembul itu!
"Maaf," kata orang itu dengan suara mendesis. "Dapatkah Anda menunjukkan di mana
letak kantor pos?"
Mula-mula P.C. Pippin mengira orang itu berbicara dalam salah satu bahasa asing.
Tapi akhirnya disadarinya bahwa ia yang salah dengar. Orang itu berbicara mendesis-
desis! Diperhatikannya laki-laki tak dikenal itu dengan cermat. Lagi-lagi seseorang
berambut merah! Aneh. Tapi semuanya tidak ada yang mirip dengan 'penjahat' yang
dilihatnya malam sebelumnya.
Pukul setengah tiga, seorang laki-laki berambut merah mengetuk rumah Pak Goon yang
didiami P.C. Pippin saat itu. Ia mengantar surat kabar, yang menurut keterangannya
keliru diserahkan ke rumah orang lain. Pippin mengucapkan terima kasih, karena
menyangka pasti itu koran langganan Pak Goon. Tapi kemudian ditatapnya pengantar
39
surat kabar itu. Keningnya berkerut Lagi-lagi seseorang berambut merah! Fatty yang
menyamar, membalas tatapan Pippin tanpa sedikit pun berkedip.
Pippin merasa tidak enak. Tapi ia sendiri tidak tahu apa sebabnya! Pintu
ditutupnya, lalu ia kembali ke kamar depan. Menurut perasaannya saat itu, jika ia
melihat satu orang lagi yang berambut merah hari itu. ia hendak memeriksakan
matanya ke dokter mata!
Tapi sekitar setengah enam sore, ketika ia hendak pergi ke kantor pos, di tengah
jalan dilihatnya seorang kakek-kakek berjalan tersaruk-saruk dengan tongkat di
tangan. Pak tua itu memakai topi pet - dan rambutnya berwarna merah nyala!
"Kurasa mataku yang sudah rusak," kata Pippin yang malang itu dalam hati. "Atau
jangan-jangan pikiranku yang kacau. Dari tadi, rambut merah melulu yang kulihat!"
Tapi tiba-tiba ia teringat kembali
"Eh - apa kata Pak Goon waktu itu padaku? ia mengingatkan agar berjaga-jaga,
apabila tahu-tahu banyak sekali orang berambut merah berkeliaran di sini! Apa
maksudnya? Apa urusan rambut merah ini? Ya, betul! Kata Pak Goon, itu semuanya
Fatty yang menyamar! Tapi masak ia sepintar itu?"
P.C. Pippin membayangkan kembali semua orang berambut merah yang dilihatnya sehari
itu. Kecurigaannya yang timbul, terutama terarah pada
40
laki laki yang sampai tiga kali dilihatnya lewat naik sepeda.
"Nah - tunggu sampai orang berambut merah yang berikut muncul," katanya geram.
"Jika aku hendak dipermainkan, aku puri bisa membalas! Biar si Rambut Merah itu
ketakutan nanti!"
Kebetulan rambut merah berikut yang dilihatnya adalah saudara laki-laki Pak
Pendeta. Orang itu bergegas-gegas mengayuh sepedanya, hendak mengantar surat ke
kantor pos. Pippin berdiri di tengah jalan, menghadang orang itu. Saudara laki-laki
Pak Pendeta mendering-deringkan bel sepedanya beberapa kali. Tapi Pippin tetap
tidak mau minggir. Akhirnya pengen-dara sepeda yang harus terpaksa mengalah. Ia
mengerem sepedanya dengan keras, sehingga nyaris saja terjungkir.
"Ada apa. Pak Polisi?" tanya orang itu dengan
heran, "Hampir saja saya menabrak Anda." "Nama dan alamat Anda?" tanya Pippin
dengan
ketus sambil mengambil buku catatannya. "Nama saya Theodore Twit dan saya tinggal
di rumah saudara saya yang menjadi pendeta di sini," kata saudara Pak Pendeta
dengan sikap anggun. "Huah! Begitu ya!" tukas Pippin. "Anda tinggal di rumah
Pendeta! Aku takkan bisa dibohongi!" Pak Twit bingung. Dipandangnya polisi muda di
depannya itu dengan cemas, karena dikiranya Pippin kurang waras. Tapi Pippin salah
menafsir-kan pandangan itu. ia menyangka Pak Twit takut.
41
Tiba-tiba saja ia mengulurkan tangan, menjambak rambut Pak Twit yang merah dan
lebat.
"Aduh!" teriak Pak Twit Hampir saja ia terjatuh dari sepedanya. "Apa-apaan ini?"
Ketika menjambak tadi, Pippin yakin sekali bahwa rambut merah itu palsu. Jadi pasti
langsung terlepas, begitu ditarik. Tapi ternyata tidak! Pippin kaget setengah mati.
Ditatapnya Pak Twit sambil melongo, sementara air mukanya berubah Merah padam!
"Ada apa sih. Pak Polisi?" tanya Pak Twit dengan semakin bingung. Ia mengusap-usap
bagian kepalanya yang terasa sakit karena dijambak itu. "Saya benar-benar tidak
mengerti! Ah - syukurlah, saudara perempuan saya datang. Coba kemari sebentar,
Muriel! Tolong katakan pada polisi ini siapa aku. Kelihatannya ia tidak percaya
ketika kukatakan sendiri."
P.C Pippin melihat seorang wanita bertubuh besar dan bersikap sangat tegas datang
menghampiri.
"Ada apa, Theodore?" tanya wanita itu dengan suara berat. Pippin tidak menunggu
lebih lama lagi. Sambil terbata-bata minta maaf, ia buru-buru lari - meninggalkan
dua orang yang saling berpandangan dengan bingung.
"Sinting," kata Bu Muriel dengan suaranya yang berat. "Pak Goon saja sudah sinting
- tapi ini sudah keterlaluan sekali! Seenaknya saja ia menjambak rambutmu,
Theodore!"
42
Kebetulan petang itu Bu Muriel Twit datang berkunjung ke rumah keluarga
Trotteville. orang tua Fatty. Ketika Fatty mendengar cerita wanita itu mengenai
tingkah laku Pippin yang aneh, karena tanpa alasan sedikit pun menjambak rambut
Theodore yang malang, anak Itu terpingkal-pingkal. Ibunya marah karenanya. Fatty
disuruh meninggalkan kamar duduk. Ketika sudah sendiri pun ia masih tertawa terus.
Buster memandangnya dengan heran.
"Jadi Pippin ternyata sudah tahu bahwa rambut merah itu samaran belaka," pikir
Fatty. "Baiklah - sebaiknya tak kupakai lagi. Mudah mudahan saja ia tidak menduga
bahwa penjahat berambut merah itu sebenarnya aku. Kalau sedikit saja ia curiga
bahwa ia dipermainkan, ia takkan mau muncul di belakang Teater Kecil dan menemukan
petunjuk-petunjuk palsu yang akan dipasang di sana."
Saat itu hari Kamis. Anak-anak berunding lagi, untuk menentukan petunjuk-petunjuk
apa saja yang akan mereka pasangkan untuk Pippin keesokan malamnya di belakang
Teater Kecil. Di situ ada semacam beranda sempit yang beratap. Di tempat itu bisa
diletakkan berbagai jenis petunjuk.
"Pertama-tama puntung rokok yang agak banyak," kata Fatty. "Gunanya supaya Pippin
mengira sebelumnya sudah pernah ada pertemuan lain di situ."
"Ya - dan jangan lupa bekas korek api," kata Larry. "Lalu bagaimana dengan sapu
tangan yang
43
ada sulaman huruf singkatan nama orang? Itu selalu merupakan petunjuk yang
menarik!"
"Ya, setuju!" kata Daisy. "Aku punya sapu tangan yang sudah tua. Nanti akan
kusulamkan salah satu huruf di situ. Tapi apa enaknya, ya?"
"Z," kata Fatty dengan segera. "Biar Pippin pusing mencari-cari nama orang yang
cocok!"
"Z?" kata Bets. "Mana ada orang yang namanya dimulai dengan huruf itu?"
"Ada saja - misalnya saja Zebra!" kata Fatty sambil nyengir.
"Baiklah! Kalau begitu akan kusulamkan huruf itu ke sapu tanganku," kata Daisy.
"Kuambil saja jarum dan benang sekarang juga! Lalu. petunjuk-petunjuk apa lagi yang
akan kita pasangkan di sana?"
"Selembar halaman buku," kata Pip. "Dari buku jadwal perjalanan, misalnya."
"Ya - itu ide yang bagus," kata Fatty setuju "Masih ada lagi ide-ide lain?"
"Apa lagi sih, yang mungkin tercecer secara tidak sengaja?" kata Daisy sambil
berpikir-pikir. "Ah, aku tahu! Kalau di sana ada paku atau benda lain yang
menonjol, kita bisa menyangkutkan secarik kain tua di situ! Biar kelihatannya
seolah-olah ada jas seseorang tersangkut paku sehingga robek sedikit. Itu petunjuk
yang penting sekali! Cuma sayangnya, petunjuk palsu!"
"Ya, betul!" kata Fatty. "Kita besok juga membawa pinsil lalu mengasahnya di sana.
Biar bekas asahannya bertebaran di situ. Wah - akan
44
banyak sekali petunjuk menarik yang bisa ditemukan Pippin nanti!"
"Kita masih perlu meninggalkan sesuatu di situ, yang menyebabkan Pippin akan
meneruskan penyelidikannya ke tempat lain," kata Larry.
"Betul! Bagaimana jika kita membuat garis dengan pinsil di bawah jadwal
keberangkatan salah satu kereta pada halaman buku jadwal waktu yang akan kita
letakkan di situ," usul Pip. "Kita kan jadi menaruh sobekan buku jadwal? Nah -
katakanlah kita memilih jam keberangkatan salah satu kereta pada hari Minggu. Pasti
hari itu Pippin akan sudah siap di stasiun!"
Anak-anak tertawa geli.
"Kemudian Fatty yang menyamar datang menghampirinya, lalu menyelipkan secank kertas
ke tangannya dengan petunjuk ke mana ia harus pergi dari situ," kata Daisy. "Dengan
begitu kita bisa menyuruh Pippin berkeliling ke mana-mana!"
"Tunggu saja sampai Pak Goon menerima laporan tentang ini semua," kata Fatty sambil
nyengir gembira. "Pasti ia akan mengamuk - karena langsung tahu bahwa semuanya
hanya tipuan belaka!"
Semua petunjuk disiapkan, termasuk serpih-serpih kayu bekas asahan pinsil, lalu
dimasukkan ke dalam sebuah sampul.
"Kapan akan kita pasang segala petunjuk ini?" tanya Bets. "Bolehkah aku ikut?"
"Tentu saja! Kita semua pergi beramai-ramai," kata Fatty. "Aku tidak melihat
alasan, kenapa kita
45
tidak bisa melakukannya. Kan tidak ada yang mencurigakan, apabila kita melancong
beramai-ramai! Kita bisa berangkat naik sepeda. Sesampai di sana, sepeda-sepeda
kita taruh di tempat parkir yang ada di belakang. Lalu kita pura pura melihat
poster-poster teater, sementara seorang dari kita menyelinap ke beranda belakang
dan meletakkan petunjuk-petunjuk di situ. Pekerjaan itu paling lama satu menit
pasti sudah selesai."
"Kapan kita berangkat?" tanya Bets lagi. Anak itu selalu ingin dengan segera
melakukan segala sesuatu.
"Jangan hari ini, karena sekarang angin agak kencang." kata Fatty. "Jangan sampai
petunjuk-petunjuk kita hilang diterbangkan angin. Tapi besok angin mungkin sudah
reda kembali. Jadi besok sajalah kita ke sana, sesudah minum teh. Begitulah,
sekitar pukul enam sore."
Keesokan sorenya pukul enam kurang sepuluh menit kelima anak itu berangkat. Seperti
biasa, Buster ditempatkan dalam keranjang di sepeda Fatty. Mereka mengarahkan
sepeda mereka ke belakang Teater Kecil, menuju tempat parkir yang ada di situ.
Ternyata di situ banyak anak-anak yang sedang mengambil sepeda dari tempat
penitipan.
"He!" seru Fatty kaget. "Rupanya ada pertunjukan ya, sore ini?"
"Betul," jawab seorang anak laki-laki yang berada di dekat mereka. "Pertunjukan
khusus untuk kami, anak-anak dari Panti Asuhan Farleigh. Kami diperbolehkan
menonton tanpa membayar.
46
Pertunjukannya bagus sekali! Aku paling senang pada kucing itu."
"Kucing?" tanya Fatty. "Ah, maksudmu kucing Dick WhitHngton!" ia teringat, acara
minggu itu berupa kisah jenaka mengenai masa remaja Dick WhitHngton. "Tapi kan
bukan kucing betul?"
"Tentu saja bukan!" kata anak laki-laki yang ditanyai. Daisy sudah menonton
pertunjukan itu. ia menjelaskan pada Fatty
"Kucing itu seseorang yang berselubung kulit kucing tiruan, tolol! Tapi orang itu
mestinya berukuran kerdil, karena badannya kecil sekali. Atau kalau tidak, seorang
anak-anak Kucing itu kocaknya bukan main!"
"Lihatlah - itu dia para aktornya," kata seorang anak perempuan, sambil menuding ke
arah sebuah pintu yang terdapat di samping gedung. "Gadis yang cantik itu, dialah
yang menjadi Dick Whittington Kenapa ya, dalam pertunjukan-pertunjukan begini,
peran laki-laki selalu dimainkan oleh gadis? Dan itu Margot, kekasih Dick. Dan itu
majikannya - lalu itu ibunya Lihatlah, yang menjadi ibu sebenarnya laki-laki. Lalu
itu nakhoda kapal yang ditumpangi Dick Hebat ya, tampangnya! Dan itu kepala suku di
pulau yang didatangi Dick. Tapi dalam pertunjukan,- mukanya dicat menjadi hitam!"
Kelima anak-anak itu memandang para aktor yang meninggalkan gedung Teater Kecil
lewat pintu samping. Semua nampaknya biasa-biasa
47
saja Menurut perasaan mereka, sama sekali tidak bertampang aktor.
"Mana kucingnya?" tanya Bets.
"Rupanya tidak ada bersama mereka, kata anak perempuan yang masih menemani mereka.
"Tapi aku juga tidak tahu kayak apa tampang sebenarnya, karena selama pertunjukan
berlangsung ia terus memakai baju kucing. Permainannya bagus sekali. Aku suka
padanya."
Saat itu terdengar suara seseorang memanggil-manggil Rupanya guru dari panti asuhan
"Irene! Donald! Ayo cepat - mau apa lagi kalian di situ? Kami sudah menunggu-
nunggu!"
Tempat parkir itu menjadi kosong. Fatty memandang berkeliling.
"Nah, sekarang sudah tiba saatnya bagi kita!" katanya kemudian. "Yuk - keadaan
sudah aman. Kita beramai-ramai memperhatikan poster-poster yang terpasang di sana
itu, sambil mengobrol. Lalu jika sudah pasti tidak ada yang memperhatikan kita.
nanti aku diam diam pergi ke beranda dan menebarkan petunjuk-petunjuk di sana."
Tapi selalu ada saja orang datang ke tempat parkir. Atau kalau tidak, ada orang
melintas di situ. Anak-anak sudah jengkel karenanya. Akhirnya Fatty mengetahui
bahwa tempat parkir itu dijadikan jalan lintas untuk menuju ke sebuah toko penjual
rokok yang terdapat di jalan berikutnya.
"Sialan!" katanya kesal. "Kita terpaksa menunggu di sini sampai toko itu tutup.
Tapi kurasa sebentar lagi tentu akan sudah ditutup juga."
Membosankan rasanya harus menunggu begitu lama di situ. sambil tidak henti-hentinya
mengobrol tentang poster-poster yang dipajang. Tapi akhirnya toko itu ditutup juga.
karena tidak ada lagi orang melintas lewat tempat parkir Hari sudah gelap. Dengan
cepat Fatty menyelinap menaiki anak tangga, menuju ke beranda.
Di situ disebarkannya petunjuk-petunjuk palsu. Puntung-puntung rokok serta bekas-
bekas korek api. sapu tangan usang dengan huruf Z yang tersulam di salah satu
sudut, serpih-serpih kayu bekas asahan pinsil, suatu halaman yang dirobek dari buku
jadwal perjalanan kereta api dengan jadwal perjalanan kereta tertentu pada hari
Minggu digarisi sebelah bawahnya, serta sepotong kain biru tua dicantelkan pada
sebatang paku yang me-
nonjol.
Fatty berpaling hendak pergi lagi. Tapi sebelum-nya. ia sempat memandang ke dalam
gedung lewat jendela di dekatnya. Pemandangan yang dilihatnya di dalam, membuatnya
kaget setengah mati

Bab 5
P.C. Pippin Terpancing

Seekor binatang besar berbulu tebal nampak di balik jendela. Fatty merasa seolah-
olah binatang itu memandang tepat ke arahnya. Matanya besar, berkaca-kaca. Fatty
merinding melihatnya. Dengan cepat ia mundur. Nyaris saja terpeleset di tangga.
"Ada apa?" tanya Larry dengan heran.
"Ada sesuatu yang aneh di sana," kata Fatty "Seekor binatang besar dan menyeramkan
me mandangku dari balik jendela. Aku hanya samar-samar saja melihat bayangannya,
diterangi lampu jalan yang terdapat di luar tempat parkir."
Bets menjerit pelan.
"Hii! Aku takut!"
"Kau ini goblok. Fatty. Pasti itu pakaian kucing yang dipakai oleh aktor yang
memainkan peran sebagai kucing Dick Whittington," kata Larry sesaat kemudian. Anak
anak lega semuanya mendengar keterangan itu.
"Ya - kurasa kau benar," kata Fatty. ia merasa malu atas kekagetannya tadi. "Tidak
sampai ke situ pikiranku tadi. Habis, kelihatannya persis seperti hidup, sih!
Kurasa itu bukan cuma pakaian saja, tapi masih dipakai oleh aktor yang memainkan
peran itu."
50
Astaga! Jangan-jangan pakaian itu selalu dipakainya," kata Daisy. "Yuk, kita lihat
sebentar - apakah ia masih tetap memandang dari balik jendela."
"Aku tidak mau," kata Bets dengan segera. "Aku sebenarnya juga segan," kata Daisy
kini. "Tapi kami mau." kata Larry. "Yuk, Fatty - Rp!"
Ketiga anak laki-laki itu dengan pelan menaiki tangga beranda, lalu memandang ke
dalam dari jendela. Kucing itu sudah tidak ada lagi di balik jendela. Tapi
sementara mereka masih memandang ke dalam, tiba-tiba mereka melihatnya masuk lewat
pintu kamar lalu merangkak mendekati pediangan listrik. Nampak jelas betapa kucing
raksasa itu pura-pura membersihkan muka dengan kaki depannya. Persis seperti kucing
asli!
Itu dia!" kata Fatty. "Ia sudah melihat kita. Itulah sebabnya ia sekarang
bertingkah kayak begitu, ia mengira kita ini anak-anak yang datang untuk menonton
pertunjukan tadi. Ia masih berpura-pura menjadi kucing Dick Whittington. Astaga!
Aku tadi benar-benar kaget dibuatnya, ketika pertama kali melihatnya di balik
jendela!"
Kucing palsu itu mengeong-ngeong dengan suara lantang sambil menghadap ke jendela
serta melambai-lambaikan kaki depannya.
"Entah kenapa - tapi perasaanku tidak enak melihatnya," kata Pip. "Aku tahu, itu
cuma seseorang yang berperan sebagai kucing. Tapi
51
nampaknya seperti kucing sungguh-sungguhan Yuk - kita pergi saja!"
Ketiga anak laki-laki itu menggabungkan diri kembali dengan Daisy dan Bets. Hari
sudah benar-benar gelap saat itu. Lonceng gereja berdentang tujuh kali, ketika
anak-anak mengambil sepeda dari tempat penitipan.
"Nah - sekarang petunjuk-petunjuk sudah kita pasang di sana," kata Fatty, sambil
melepaskan Buster dari ikatan. "Wah, Buster-untung kau tadi tidak melihat kucing
palsu itu. Kalau kau melihatnya, kau pasti tercengang menatap kucing sebesar itu!"
"Guk," gonggong Buster. Ia tidak senang ditinggal sendiri, apalagi karena ia merasa
bahwa saat itu sedang terjadi sesuatu yang mengasyikkan. Ia diangkat dan dimasukkan
ke dalam keranjang sepeda Fatty. Setelah itu anak-anak pulang, mengayuh sepeda
mereka lambat-lambat.
"Aku ingin tahu kapan Pippin muncul nanti," kata Fatty, ketika ia turun dari sepeda
di depan pintu pagar rumahnya. "Tapi yang jelas jauh sebelum pukul sepuluh, supaya
ia sempat, bersembunyi sebelum pertemuan para penjahat berlangsung. Padahal nanti
sama sekali takkan ada pertemuan. Ia hanya akan menemukan berbagai petunjuk di
sana!"
"Sampai besok, Fatty!" seru Pip dan Bets. "Yuk, Larry dan Daisy! Kita harus cepat-
cepat pulang, kalau tidak ingin kena marah!"
52
Anak-anak berpisah. Fatty masuk ke rumah, sambil membayangkan kembali betapa kucing
palsu tadi menatapnya dari balik jendela. Kagetnya setengah mati karenanya!
"Kalau aku ini Bets, pasti malam-ini aku akan bermimpi mengenainya!" pikir Fatty.
"Aku ingin tahu, apakah Pippin nanti bersembunyi di salah satu tempat di atas
beranda itu. Apabila ia melihat kucing raksasa itu. pasti ia akan sangat
ketakutan!"
P.C. Pippin baru muncul di beranda belakang Teater Kecil sekitar pukul setengah
sembilan, ia bermaksud lekas-lekas datang ke situ, supaya bisa menyiapkan diri
mengintai pertemuan misterius yang akan berlangsung di situ. Perasaannya asyik
sekali ketika setelah sobekan sobekan kertas disambung-sambung olehnya, ternyata di
situ tertulis pesan mengenai pertemuan di belakang Teater Kecil, hari Jumat pukul
sepuluh malam.
Pak Goon pasti akan puas dengan pekerjaannya, apabila ia berhasil membongkar suatu
misteri atau persepakatan untuk berbuat jahat. Pippin sudah bertekad akan berusaha
sebaik mungkin. Sehari sebelumnya Pippin sudah datang ke belakang Teater Kecil,
untuk mencari tempat di mana ia bisa bersembunyi pada Jumat malam, ia menemukan
lubang di atas beranda Lewat lubang itu ia bisa memanjat ke atas, lalu duduk di
ambang jendela ruangan yang ada di atas beranda. Dari tempat itu ia akan bisa
mendengarkan perundingan para penjahat
53
Pippin tiba di beranda itu tepat ketika lonceng gereja berdentang menunjukkan waktu
setengah sembilan, satu setengah jam setelah anak-anak pergi dari situ. Ia membawa
senter. Tapi ia baru menyalakannya setelah meyakinkan diri bahwa di sekitar situ
tidak ada orang.
Dari dalam kamar di belakang beranda nampak memancar sinar remang-remang. Pippin
menjenguk ke dalam. Dilihatnya bahwa sinar remang-remang itu berasal dari pediangan
listrik yang menyala. Di depan pediangan nampak sesuatu, yang kelihatannya seperti
kucing-tapi berukuran besar sekali! Kucing raksasa itu nampaknya sedang tidur
Pippin terperanjat ketika melihat makhluk yang begitu besar. Ia mengusap-usap
matanya. Betulkah itu seekor kucing? Ya-itu kupingnya - dan itu ekornya di atas
hamparan lantai.
Pippin memandang lewat jendela, menatap binatang besar berbulu tebal yang diterangi
sinar remang pediangan. Jangan-jangan itu gorila, pikirnya. Ah, tidak mungkin -
gorila tidak boleh dipelihara dalam rumah. Lagipula. makhluk itu nampaknya lebih
mirip kucing!
Hampir saja Pippin berteriak karena kaget. Tapi ia sempat menahannya. Tentu saja!
Pasti itu Kucing Dick Whittington.yang ikut berperan dalam pertunjukan siang itu.
ia sendiri tidak menonton, tapi ia mendengar centa mengenainya. Aneh - kenapa
pakaian panggung itu tidak dilepaskan? Ia melihat bahwa dalam baju kucing itu masih
ada orangnya.
54
Mestinya orang itu cepat-cepat melepaskan pakaian yang panas itu. Tapi ternyata
tidak!
Pippin bertanya-tanya dalam hati. Masih jadikah pertemuan para penjahat, apabila
aktor kucing ada dalam kamar di dekat situ? Tapi- mungkin juga pertemuan itu akan
diadakan di tempat parkir Kalau begitu, apa gunanya ia memanjat ke atap beranda?
Dari atas. ia takkan bisa mendengar apa-apa!
Sesaat Pippin tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dengan hati-hati dinyatakannya
senter, lalu disorotkannya berkeliling, menerangi lantai beranda. Saat itu ia
melihat petunjuk-petunjuk yang tersebar di situ!
Matanya bersinar ketika melihat puntung-puntung rokok, bekas-bekas korek api serta
serpih-serpih bekas asahan pinsil. Rupanya sebelum dia ada orang lain di situ. Dan
bukan hanya sekali saja, kalau melihat banyaknya puntung rokok yang berserakan.
Rupanya pertemuan yang akan diadakan memang di beranda. Dan jangan-jangan aktor
kucing itu pun ikut serta di dalamnya. Ya! Siapa tahu?
Dengan seksama P.C. Pippin memunguti puntung-puntung rokok serta petunjuk-petunjuk
lainnya. Semuanya dimasukkan ke dalam berbagai sampul. Kemudian ditemukannya
sobekan jadwal keberangkatan kereta api, yang diterbangkan angin ke sisi beranda.
Perhatiannya sangat tertarik pada jadwal keberangkatan yang dibubuhi garis tebal di
bawahnya.
55
Pippin memandang berkeliling. Dilihatnya selembar sapu tangan, lalu dipungutnya.
Huruf Z yang tersulam di salah satu sudutnya, dikiranya huruf N. Pippin tidak bisa
membayangkan ada orang yang namanya dimulai dengan huruf Z!
Setelah itu ia melihat sobekan kain biru tua yang tersangkut ke paku. Nah! Itu dia,
petunjuk yang paling penting! Kalau ia bisa menemukan seseorang dengan jas berwarna
biru tua yang robek, itu berarti penyidikannya sudah mencapai kemajuan besar!
Sekali lagi Pippin menjengukkan kepala dengan berhati-hati ke jendela, memandang ke
dalam kamar di belakang beranda. Kucing palsu yang besar itu masih berbaring di
depan pediangan listrik yang masih tetap menyala. Kelihatannya aneh - apalagi jika
diingat bahwa yang berbaring itu bukan kucing yang sungguh-sungguh, tetapi manusia
yang berpakaian seperti kucing. Kemudian dilihatnya kucing palsu itu bergerak
sedikit ke letak berbaring yang lebih nyaman, lalu tidur lagi.
"Makhluk aneh," pikir Pippin yang masih bingung. Tapi perasaannya lega sekali
melihat kucing raksasa itu bergerak. "Aku merasa seolah-olah jika ada tikus lari
melintas dalam kamar, kucing itu pasti akan langsung mengejarnya - padahal aku
tahu, itu bukan kucing yang sebenarnya!"
Kemudian ia merasa sudah waktunya untuk naik ke atas lewat lubang di atap beranda.
Ada kemungkinan orang-orang yang ditunggunya akan
56
datang setiap saat. Siapa tahu. mungkin ada seorang di antaranya yang muncul lebih
cepat dari waktu yang disepakatkan! Jangan sampai ia ketahuan ada di situ.
Pippin mengantongi sampul-sarhpul di mana petunjuk-petunjuk yang ditemukannya tadi
disimpan. Kemudian ia naik lewat lubang di atap beranda, merangkak-rangkak menuju
ke ambang jendela kamar sebelah atas lalu duduk di situ. Ambang jendela itu sempit.
Tidak enak duduk di situ. Lagipula rasanya keras dan dingin. Pippin bersiap-siap
untuk lama menunggu di tempat itu.
Tapi beberapa menit kemudian didengarnya bunyi yang aneh sekali. Pippin memasang
telinga. Jantungnya berdebar keras. Bunyi aneh itu kedengarannya seperti suara
erangan. Tapi dari manakah datangnya suara itu? Kamar di belakangnya gelap-gulita.
Sepanjang pengetahuannya, saat itu sama sekali tidak ada orang di luar sekitar
situ. Sedang jika kucing palsu dalam kamar di bawah yang mengerang, ia takkan
mungkin bisa mendengarnya. Tidak mungkin!
Erangan itu terdengar lagi. Pippin benar-benar merasa tidak enak sekarang. Ia
sedang duduk dalam gelap, menunggu penjahat penjahat bertemu di beranda bawah -
tapi tahu-tahu kini ia mendengar suara mengerang, ia benar-benar merasa tidak enak.
Pippin memasang telinga sambil menahan napas. Erangan itu terdengar lagi. Ternyata
datangnya dari belakang tempatnya duduk. Kini ia
57
yakin sekali mengenainya. Wah! Kalau begitu, yang mengerang itu pasti ada dalam
kamar di belakangnya. Pippin meraba-raba daun jendela, dengan maksud hendak
membukanya. Tapi daun jendela itu terkunci dari dalam.
Saat itu barulah Pippin teringat bahwa ia membawa senter. Diambilnya benda itu.
lalu dinyalakannya. Cahayanya diarahkan ke dalam kamar yang ada di depannya,
disorotkan lambat-lambat ke sana dan kemari. Akhirnya terhenti - menerangi sesuatu
yang aneh sekali.
Seorang laki-laki duduk menelungkup pada sebuah meja. Kedua lengannya terjulur ke
depan. Di sampingnya nampak sebuah cangkir yang terjungkir pada piringnya. Sebuah
sendok teh terletak di atas meja. Pippin menatap pemandangan itu dengan perasaan
ngeri.
Kemudian cahaya senternya menerangi suatu benda lain. Sebuah cermin dinding yang
besar tersandar ke dinding, memantulkan cahaya senter. Di dinding dekat cermin itu
nampak sebuah lubang menganga. Lubang itu ternyata bagian dalam lemari rahasia di
dinding. Pintunya terbuka. Dalam lemari itu tidak ada apa-apa. Kosong!
"Ada perampokan!" kata P.C. Pippin dalam hati. ia pun langsung bertindak.
Dibungkusnya kepalan tinjunya dengan sapu tangan, lalu dihantamkannya ke kaca
jendela yang langsung pecah berantakan. P.C. Pippin mulai beraksi!
58
Bab 6
Benar-benar Ada Misteri

Kelima anggota Pasukan Mau Tahu. tentu saja sama sekali tidak tahu tentang
pengalaman Pippin yang menarik malam itu Pip dan Bets sudah tidur lelap di
pembaringan masing-masing, ketika polisi muda itu memecahkan kaca jendela kamar di
belakang Teater KeciL Sedang Larry dan Daisy masih diijinkan mengikuti warta berita
pukul sembilan. Tapi sesudah itu harus segera tidur. Fatty sedang di kamarnya
sendiri, mencoba suatu alat penyamar baru yang bagus. Alat itu berupa bantal-bantal
kecil yang harus diselipkan di balik pipi, supaya nampak tembam!
"Ini akan kucoba besok," pikir Fatty sambil nyengir. "Aku akan memakainya sebelum
sarapan pagi Aku ingin tahu, ada yang memperhatikan atau tidak!"
Ketika kemudian sudah berbaring di tempat tidur. Fatty masih sempat berpikir
tentang P.C. Pippin. Ia ingin tahu, apakah polisi pengganti Pak Goon itu menemukan
petunjuk-petunjuk palsu yang disebarkannya di beranda belakang gedung teater, dan
sampai berapa lama ia menunggu berlangsungnya pertemuan penjahat yang sebetul-
59
nya tidak ada. Pippin yang malang-mungkin saja ia menunggu sampai lama sekali!
Apabila Fatty mengetahui apa sebetulnya yang terjadi saat itu, pasti ia kemudian
takkan langsung terlelap dengan tenang. Tidak! Pasti ia berangkat ke Teater Kecil,
untuk mencari petunjuk-petunjuk di situ!
Keesokan paginya, sebelum turun untuk sarapan Fatty memakai alat bantu
penyamarannya yang baru. Diselipkannya bantal-bantal kecil itu ke dalam mulutnya.
Dengan seketika mukanya yang sudah bundar, nampak semakin membulat. Ayahnya seakan-
akan sama sekali tidak melihat perbedaan itu. ia sibuk membaca surat kabar.
Lagipula ia memang sudah selalu berpendapat bahwa Fatty terlalu gemuk! Tapi ibunya
menatap dengan heran. Fatty nampak lain dari biasanya. Agak aneh! Tapi apa yang
menyebabkannya? Ah, pipinya! Kelihatan tembam sekali.
"Kau sakit gigi, Frederick?" tanya ibunya dengan tiba-tiba. "Pipimu kelihatan
bengkak."
"Ah, tidak, Bu," jawab Fatty. "Gigiku tidak apa-apa."
"Tapi aneh - makanmu tidak sebanyak biasanya," kata ibunya berkeras. "Dan pipimu
benar-benar nampak bengkak. Aku akan menelepon dokter gigi, supaya kau diperiksa
olehnya."
Wah, gawat! Fatty sama sekali tidak menghendaki dokter gigi mengorek-ngorek dalam
mulutnya, dan siapa tahu nanti menemukan lubang dalam giginya. Fatty bahkan seratus
persen yakin, kalau
60
giginya sama sekali tak ada yang berlubang pun, tahu-tahu kemudian ada karena
dikorek-korek oleh Pak Dokter. Padahal alasan sebenarnya. Fatty takut sakit!
"Betul, Bu - gigiku sama sekali tak berlubang," kata Fatty dengan bingung. "Aku kan
mestinya tahu kalau ada yang sakit!"
"Kalau begitu kenapa pipimu begitu tembam?" desak Ibu. ia masih belum puas, lalu
berpaling pada Ayah. "Kau tidak berpendapat bahwa pipi Fatty bengkak kelihatannya?"
Ayah melirik sebentar dari kesibukannya membaca surat kabar.
"ia memang sudah selalu kelihatan begitu," gumamnya. "Terlalu banyak makan." Fatty
merasa lega, karena setelah jawaban singkat itu Ayah mengalihkan perhatiannya
kembali ke surat kabar.
"Nanti sehabis sarapan, aku akan segera menelepon dokter gigi," kata Ibu.
Fatty kebingungan. Dengan cepat ia merogoh mulutnya, lalu mengeluarkan kedua bantal
kecil yang menyumpal di balik pipi. Tapi Ibu bukannya gembira melihat pipi anaknya
itu tidak bengkak lagi. Tidak - ia malah berseru dengan jengkel.
"Frederick! Kau ini memang keterlaluan! Tidak tahu aturan - mengeluarkan makanan
dari mulut dengan tangan! Kenapa sih kau pagi ini? Ayo, tinggalkan meja makan!"
61
Fatty tidak sempat lagi memberi penjelasan tentang bantal penyumpal pipinya, karena
saat itu ayahnya tiba-tiba berseru.
"Wah! Coba dengar berita ini! 'Kemarin malam manager Teater Kecil di desa
Peterswood dijumpai dalam keadaan pingsan karena dibius di ruang kantornya. Peti
besi di dinding di belakangnya terbuka, sedang isinya hilang semua dicuri orang.
Polisi menahan seorang tersangka"
Fatty kaget sekali mendengar berita yang dibacakan ayahnya itu. Bantal penyumpal
pipi yang masih dipegangnya dimasukkan ke mulut, karena dikira roti - lalu
dikunyahnya Menurut perasaannya, berita itu mustahil benar. Bukankah ia bersama
teman-teman yang lain kemarin lama sekali berada di sekitar Teater Kecil, dan
mereka tidak melihat apa-apa di sana. Kecuali aktor kucing!
"Bolehkah kubaca sebentar berita itu. Yah?" tanya Fatty. ia agak heran, apa
sebabnya roti yang di mulutnya begitu kenyal. Tapi tiba-tiba disadarinya, itu sama
sekali bukan roti. Uhh, memuakkan - ternyata ia sedari tadi mengunyah-ngunyah
bantalan pipi! Dan kini ia tidak berani mengeluarkannya lagi, karena takut kena
semprot ibunya. Fatty agak repot jadinya.
"Jangan bicara jika di mulutmu masih ada makanan, Fatty," tukas ibunya. "Dan kau
tidak bisa meminjam surat kabar dari ayahmu. Nanti saja kaubaca, jika ia sudah
selesai."
Untung baginya, saat itu telepon berdering. Ternyata untuk ibunya. Begitu Ibu sudah
pergi,
62
Fatty cepat-cepat mengambil bantal pipi dari mulut, lalu mengantonginya ia tidak
mau lagi memakai alat samaran itu pada saat makan! ia sudah kapok. Diliriknya surat
kabar yang masih dipegang ayahnya. Ah - kini Ayah melipatnya. Bagian yang ada
beritanya tentang perampokan itu menghadap ke arahnya, tapi dengan posisi terbalik.
Walau begitu Fatty masih bisa juga membacanya - walau hanya sepotong-sepotong.
Semangatnya mulai timbul.
Apakah kini sudah ada lagi suatu misteri baru? Bagaimana jika polisi ternyata
menahan tersangka yang sebetulnya tidak bersalah? Kalau begitu. Pasukan Mau Tahu
akan bisa mulai langsung beraksi! Fatty hilang seleranya untuk meneruskan sarapan.
Dengan diam-diam ia menyelinap pergi meninggalkan meja makan, sebelum ibunya
kembali. Sedang ayahnya, ia sama sekali tidak sadar bahwa Fatty tahu-tahu
menghilang.
Dengan segera anak itu pergi ke rumah Pip. Sebentar lagi Lany dan Daisy pasti
muncul, karena mereka memang sudah berniat untuk berkumpul lagi pagi itu di sana.
Pip dan Bets mempunyai kamar main sendiri yang sangat luas. Di situ mereka larang
diganggu, sehingga enak kalau mengadakan pertemuan di kamar itu.
Pip dan Bets ternyata sama sekali belum mendengar kabar hebat itu. Keduanya
tercengang ketika mendengarnya dari Fatty.
"Apa?" seru Pip dengan bersemangat. "Ada perampokan kemarin malam, di Teater Kecil?
63
Kanan terjadinya? Waktu kita ada di sana? - Nah, ini Larry dan Daisy sudah datang.
He, Larry! Kau sudah mendengar berita tentang perampokan di Teater Kecil?"
Larry dan Daisy sudah mengetahui kejadian itu. Keduanya bahkan lebih banyak tahu
daripada Fatty. Soalnya, juru masak mereka yang bernama Janet kenal dengan wanita
yang biasa membersihkan Teater Kecil. Dari wanita itu Janet mendengar kabar tentang
perampokan itu. yang kemudian diteruskannya pada Larry dan Daisy. Kata Larry, Janet
merasa yakin perampoknya adalah kedua penjahat yang dilihat juru masak itu malam
sebelumnya diterangi cahaya yang memancar ke luar lewat pintu dapur yang dibuka
olehnya!
"Bayangkan - kita semua ada di tempat itu kemarin malam, berkeliaran dan berbuat
iseng," keluh Fatty. "tapi kita tidak melihat ada yang mencurigakan di sana! Kita
begitu sibuk menyiapkan petunjuk petunjuk palsu untuk mempermainkan Pippin,
sehingga tidak menyadari bahwa ada kejahatan terjadi langsung di dekat kita!"
"Menurut Janet, Bu Trotter - itulah nama wanita yang kerjanya membersihkan Teater
Kecil - bercerita padanya, kemarin malam polisi menjumpai manager teater itu duduk
menelungkup di meja kantornya. Manager itu tidur pulas karena dibius orang! Sedang
di belakangnya, lemari besi di dinding ternganga lebar," kata Larry. "Padahal letak
lemari itu tersembunyi di balik cermin besar yang digantungkan di depannya. Kata
64
Bu Trotter, polisi mengetahui kejadian itu mestinya tidak lama setelah para pencuri
beraksi!"
"Polisi! Itu artinya, P.C. Pippin," kata Fatty "Wah. bayangkan - kita yang
memancingnya sehingga saat itu ia berada di beranda, sementara di sekelilingnya
bertebaran petunjuk-petunjuk palsu! Tahu-tahu pada saat itu pula terjadi perampokan
yang sebenarnya. Ini benar benar menjengkelkan! Coba waktu itu kita agak lebih lama
berada di sana, mungkin saja kita yang akan menjadi saksi kejadian itu. Tapi
sekarang, kita malah menyuguhkan misteri itu pada polisi - tepatnya pada Pippin!
Kini pasti mereka akan langsung beraksi, mengusut kejadian itu sampai tuntas!"
Selama beberapa saat. anak-anak membisu Semuanya lesu, membayangkan kesialan nasib
mereka.
"Kurasa Pippin kini pasti akan menganggap segala puntung rokok, sapu tangan serta
benda-benda lainnya itu benar-benar merupakan petun-juk - maksudku, petunjuk
mengenai para perampok itu," kata Bets kemudian.
"Astaga! Betul juga - pasti ia akan keliru dalam pengusutannya," kata Fatty. "Wah,
gawat! Mem-permainkan Pak Goon atau Pippin untuk iseng-iseng boleh saja - tapi aku
tidak mau berbuat sesuatu yang merintangi mereka dalam usaha menangkap para
perampok itu. Petunjuk-petunjuk palsu kita pasti akan menyebabkan mereka salah
usut!"
65
"Maksudmu - mereka akan mencari orang-orang yang namanya dimulai dengan huruf Z?"
kata Daisy. "Begitu pula mengawasi kereta yang jadwal keberangkatannya pada hari
Minggu kita beri garis di bawahnya, dan bukannya melacak jejak penjahat yang
seharusnya?"
"Ya, betul!" kata Fatty. "Yah-kurasa aku lebih baik mengaku saja berterus terang
pada Pippin. Aku tidak mau menyebabkan ia mengikuti jejak yang keliru, membuang-
buang waktu untuk menyelidiki misteri pura-pura, apabila sebetulnya ada misteri
sungguhan terjadi yang perlu ditangani! Sialan! Tidak enak juga rasanya harus
menjelaskan duduk perkara. Dan kurasa ia takkan mau memberi keterangan apa-apa
padaku, karena jengkel telah kupermainkan. Padahal kita bisa bekerja sama
dengannya! Sedang dengan Pak Goon sama sekali tidak bisa."
Semuanya merasa murung. Bayangkan, mereka kehilangan peluang untuk menyelidiki
suatu misteri sungguhan yang hebat, hanya karena sebelumnya mengarang misteri pura-
pura yang konyol!
"Aku ikut untuk menjelaskan," kata Larry.
"Jangan," kata Fatty. "Aku sendiri yang harus bertanggung jawab atas kejadian ini.
Aku lebih senang jika kalian tidak ikut terlibat. Soalnya, jika Pippin kemudian
ternyata ingin mengadukan perbuatan ini, orang tuaku tidak begitu peduli. Kalau
orang tuamu lain halnya. Larry! Apalagi Pip, orang tuanya pasti akan sangat marah."
66
"Mereka memang selalu begitu." kata Rp Orang tuanya sangat keras terhadap dirinya
dan Bets. Sudah berapa kali mereka marah-marah, ketika mendapat pengaduan Pak Goon
tentang perbuatan Rp dan Bets serta kawan-kawan mereka. "Orang tuaku jangan sampai
tahu tentang kejadian ini. Ibu sudah mengatakan, ia merasa lega Pak Goon pergi
bercuti. Katanya, dengan begitu selama liburan ini kami berdua takkan berbuat
iseng, yang menyebabkan Pak Goon datang untuk mengadu lagi."
"Sekarang saja kudatangi Pippin." kata Fatty sambil bangkit. "Urusan yang tidak
enak. sebaiknya diselesaikan dengan segera! Mudah-mudahan saja Pippin nanti tidak
terlalu jengkel. Terus terang saja. kurasa ia baik hati. ia pasti akan bergembira,
bisa menangani kasus kayak begini sementara Pak Goon sedang tidak ada."
Fatty keluar, diikuti oleh Buster. Ia berjalan sambil bersiul-siul. untuk
menunjukkan sikap tak peduli. Padahal dalam hati. Fatty merasa bersalah karena
telah memasang petunjuk-petunjuk palsu itu ia merasa jengkel terhadap dirinya
sendiri, karena merusak kesempatan untuk bisa bekerja sama dengan P.C. Pippin.
Pippin tidak seperti Pak Goon. Orangnya memberikan kesan bisa diajak bicara. Fatty
merasa yakin, polisi muda itu pasti mau menyambut baik tawarannya untuk membantu.
ia sampai di rumah Pak Goon. yang saat itu didiami oleh Pippin selama polisi desa
itu bercuti.
67
Fatty tercengang, melihat pintu depan rumah itu terbuka, ia langsung masuk.
Maksudnya hendak mencari Pippin.
Didengarnya seseorang berbicara dengan suara keras di kamar depan. Fatty tertegun
He! Itu kan suara Pak Goon? Pak Goon! Sudah kembalikah dia? Apakah ia kini
mengambil alih wewenang pengusutan misteri? Sialan!
Fatty berdiri, tanpa tahu apa yang harus diperbuatnya saat itu ia tidak mau
mengakui keisengannya pada P.C. Pippin, di depan Pak Goon! ia takkan berbuat
sekonyol itu. Karena siapa tahu, mungkin saja Pak Goon lantas timbul pikirannya
untuk mengadu pada Inspektur Jenks, sahabat baik Fatty serta teman-temannya. Fatty
merasa bahwa Pak Inspektur kecil sekali kemungkinannya akan menyukai keisengan yang
dilakukan oleh anak-anak terhadap Pippin yang tidak sadar bahwa dipermainkan itu.
Pak Goon kedengarannya sangat marah. Dengan suara nyaring ia membentak-bentak
Pippin. Fatty bisa mendengarnya, karena saat itu ia masih tetap ada dalam lorong.
Anak itu masih bingung, apa yang harus dikerjakan.
"Kenapa kau tidak langsung memanggil aku pulang, ketika kau melihat penjahat
penjahat yang bersembunyi dalam semak di kebun itu? Kenapa kau tidak mengatakan
apa-apa padaku tentang surat yang dirobek-robek itu? Bukankah aku sudah bilang,
kalau terjadi apa-apa kau harus melaporkannya padaku! Goblok! Otak udang! Begitu
aku
pergi, langsung dikirim polisi goblok kayak kau ini. yang bahkan tidak bisa memakai
otaknya untuk memanggil atasannya jika ada kejadian apa-apa!" Akhirnya Fatty
memutuskan, lebih baik ia pergi saja. Tapi Buster lain pendapatnya. Nah - itu kan
suara musuh lamanya? Sambil menggonggong dengan gembira. Buster mendorong pintu
kamar duduk dengan hidungnya sehingga terbuka, lalu melompat masuk!

Bab 7
Pak Goon, Pippin dan Fatty

Pak Goon kaget setengah mati.


"Dari mana datangnya anjing itu?" serunya. "Ayo pergi! Eh. mau menggigit kakiku,
ya?"
Fatty bergegas menyusul masuk, karena khawatir kalau Pak Goon akan menyakiti
Buster. Dilihatnya P.C. Pippin berdiri dekat jendela. Tampangnya kuyu. Pak Goon
nampak di depan pediangan. sambil mengayun-ayunkan kaki hendak menendang Buster
yang menandak nandak mengelilingi kakinya.
Ketika Fatty masuk. Pak Goon menoleh ke arahnya.
"Ah! Kau ada di sini juga rupanya!" kata polisi desa itu. "Kausuruh anjingmu
menyerang aku ya?" Mana sudah harus berurusan dengan si otak udang itu. ditambah
lagi dengan anjing sialan ini serta kau pula - huh! Aku rasanya kepingin minta
pensiun sekarang ini juga!"
Fatty merasa ngeri ketika melihat Pak Goon mengambil besi pengorek api pediangan
dan memukul punggung Buster dengan senjata itu Buster terkaing kesakitan. Fatty
lari menghampiri Pak Goon, lalu merampas batang besi itu dori tangannya. Muka Fatty
pucat pasi karena marah.
70
"Kaulihat itu?" kata Pak Goon sambil berpaling pada Pippin, yang tampangnya juga
pucat. "Kau kan melihatnya? Kau menjadi saksi - anak ini menyuruh anjingnya
menyerang diriku, lalu ketika aku membela diri ia malah ikut menyerang. Kau
saksiku, Pippin! Catat kejadian ini. Ayo. cepat! Sudah sejak lama aku mengincar
anak sialan ini beserta anjingnya-dan kini ia tertangkap tangan. Kau kan melihat
semuanya tadi, Pippin?"
Sementara itu Buster sudah digendong oleh Fatty. Anak itu tidak berani berbicara
karena khawatir nanti malahan lebih merumitkan keadaan Ia tahu Pak Goon itu
seseorang yang dungu, bebal dengan watak yang agak kejam. Tapi baru sekali ini
polisi desa itu menunjukkan sifat aslinya secara terang-terangan. Pippin masih
tetap berdiam diri. Ia tetap berdiri dekat jendela, dengan wajah kaget dan sangat
ketakutan. Sebelumnya, sudah setengah jam Pak Goon membentak-bentak dirinya,
menimpakan berbagai jenis kesalahan padanya serta mengata-ngatai - dan kini ia
disuruh mengambil buku catatannya untuk menuliskan berbagai tuduhan palsu mengenai
anjing lucu itu beserta tuannya. "Pippin! Ayo tuliskan seperti kataku tadi," suruh
Pak Goon sambil marah-marah. "Akan kusuruh binasakan anjing itu. Anak ini akan
kuajukan ke pengadilan. Aku ..."
Perkataan Pak Goon terputus oleh geraman Buster.
71
"Kalau Anda hendak melakukan segala hal iftl kata Fatty menyela, "akan kulepaskan
lagi anj r.c^. ini, biar Anda benar-benar diserang olehnya Kalau ia memang akan
dibinasakan, lebih baik untuk suatu perbuatan yang benar-benar dilakukan olehnya,
Pak Goon! Anda kan tahu sendiri, ia sama sekali tidak menggigit Anda. Tapi jika
Anda tetap berkeras mengatakan digigit olehnya, biar saja ia benar-benar
melakukannya'"
Sambil berkata begitu, Fatty berbuat seolah-olah hendak meletakkan Buster yang
ribut menggonggong sambil meronta-ronta dalam gendongannya itu ke lantai kembali!
Seketika itu juga kemarahan Pak Goon lenyap. Polisi desa itu berusaha menguasai
perasaannya kembali. Dengan sikap gagah, ia berpaling pada P C. Pippin.
"Akan kukatakan padamu, apa yang harus �aucatat." katanya. "Ayo, jangan berdin
terus di *tu kayak patung!" "Aku takkan menuliskan apa-apa selain ke-yataan yang
sebenarnya," kata Pippin dengan ndak disangka-sangka. "Anda memukul anjing itu ngan
alat pengorek api. Anda memukulnya begitu keras, sehingga bisa saja ia cedera untuk
seumur hidupnya. Aku tidak bisa menyetujui uatan seperti itu. juga tidak apabila
yang lakukannya seorang polisi! Aku suka pada - mereka tidak pernah menyerang
diriku, takkan setuju jika anjing itu dibinasakan, atas n apa pun juga. Dan anak
itu tadi hanya
73
merampas alat pemukul itu dari tangan Anda, karena hendak mencegah jangan sampai
Anda memukul anjingnya lagi! Dan untung saja ia melakukannya. Coba kalau tidak,
mungkin dengan pukulan berikut Anda membunuh anjing itu. Kalau itu sampai terjadi,
lantas Anda bagaimana? Anda akan mengalami kesulitan yang gawat sekali. Pak Goon!"
Setelah rentetan kalimat yang tak terduga-duga itu, suasana dalam kamar menjadi
sunyi senyap. Bahkan Buster pun berhenti menggonggong. Semua heran mendengar Pippin
yang biasanya pendiam tahu-tahu bisa berbicara dengan tegas. Bahkan Pippin sendiri
pun mungkin paling kaget karenanya. Pak Goon bersikap seolah-olah tidak bisa
mempercayai pendengarannya sendiri. Ditatapnya Pippin sambil melongo, sedang
matanya yang sudah melotot semakin menonjol ke luar.
Hebat, Pippin! pikir Fatty keasyikan.
Akhirnya Pak Goon pulih dari kekagetannya. Mukanya merah padam. Ia melangkah maju
menghampiri Pippin. lalu menggoyang-goyangkan jari telunjuknya yang gemuk dan kotor
di bawah hidung polisi muda itu.
"Persoalan ini belum selesai, mengerti?" tukasnya. "Aku sekarang sudah kembali, dan
akulah yang kini memegang wewenang di Peterswood. Aku yang akan menangani
kasusbaruini - sedang kau tidak boleh campur tangan. Sama sekali tidak, tahu?! Kau
salah sangka, jika mengira kau akan mendapat pujian dari Pak Inspektur mengenainya.
74
Akan kusampaikan laporan yang jelek mengenai dirimu serta tindak-tandukmu! Mengira
bisa menangani sendiri, supaya semua penghargaan akan kauperoleh sendiri! Aku tidak
diberi tahu apa-apa. Hah!"
Pippin diam saja. Tampangnya kelihatan memelas. Fatty merasa kasihan padanya.
Sedang Pak Goon, ia senang bisa memarahi Pippin di depan Fatty. ia senang sekali
bisa merasa berkuasa.
"Serahkan petunjuk-petunjuk itu padaku," katanya. "Semuanya! Aha! Frederick
Trotteville - kau tentunya ingin tahu apa petunjuk-petunjuk itu, ya? Tapi kau tidak
mengetahuinya! Kau takkan pernah bisa tahu!"
Pippin menyerahkan petunjuk-petunjuk itu pada Pak Goon. Semua petunjuk palsu, yang
diletakkan oleh Fatty malam sebelumnya di beranda belakang Teater Kecil! Semuanya
masih dalam bungkusannya, sehingga tak terlihat oleh Fatty Tapi anak itu tahu
dengan tepat, apa saja isi sampul-sampul itu. ia nyengir dalam hati. Betul,
pikirnya, serahkan saja semuanya pada Pak Goon - biar ia melakukan pengusutan
mengenainya Toh takkan ada gunanya! Salah dia sendiri, bersikap begitu jahat
terhadap Pippin!
"Kaulihat apa yang terjadi dengan orang yang tidak mau bekerja sama dengan aku?"
kata Pak Goon pada Fatty, dengan nada menjengkelkan.
Kini aku takkan mengijinkannya ikut dalam pengusutan kasus ini - dan begitu pula
halnya dengan kalian! Aku akan beraksi seorang diri.
75
Pippin! Selama dua minggu mendatang ini kau melakukan tugasku yang sehari-hari. Dan
jangan campuri urusan lainnya! Aku tidak mau kaubantu Otak udang kayak kamu. memang
tidak mungkin bisa membantu orang seperti aku. Kau jangan merengek-rengek nanti
dengan gagasan-gagasanmu yang konyol, mengerti! Aku tidak memerlukannya!"
Segala petunjuk palsu itu dimasukkan oleh Pak Goon ke dalam sebuah kotak, yang
kemudian dikuncinya.
"Sekarang aku akan memeriksa manager Teater Kecil." katanya. "Ya, ya - aku tahu kau
sudah memeriksanya. Tuan Pintar! Tapi aku tak peduli apa hasil pemeriksaanmu itu.
karena sama sekali tidak ada artinya Nah! Sekarang tuliskan apa-apa yang sudah
kukatakan tadi. Dan ingat, aku takkan melupakan sikap membangkangmu tadi. mengenai
anjing menyebalkan itu. Ya, betul - sikap yang terang-terangan membangkang -
menolak untuk melakukan tugas yang diperintahkan. Hahh!"
Kemudian Pak Goon pergi, dengan sikap angkuh dan digagah-gagahkan. Dengan langkah-
langkah berat ia menuju ke pintu pagar depan, lalu keluar sambil membantingkan
pintu itu keras-keras. Fatty, Buster dan Pippin ditinggalkannya dalam kamar depan.
Fatty meletakkan anjing kecilnya ke lantai. Dengan segera Buster lari menghampiri
Pippin. lalu mengais-ngais pipa celana polisi muda itu sambil mendengking pelan.
76
Pippin membungkuk, untuk menepuk-nepuk Buster. Tampangnya nampak memelas sekali
Fatty kepingin menghiburnya.
"Buster mengucapkan terima, kasih, karena Anda tadi membelanya," katanya. "Aku juga
mengucapkan terima kasih. Pak Pippin. Anda baik hati!"
"Anjingmu manis." kata Pippin "Aku suka pada anjing Di rumah aku juga punya seekor.
Tap Pak Goon tidak mengijinkan aku membawanya kemari"
"Kurasa Anda berpendapat sama kayak aku tentang Pak Goon," kata Fatty lagi. "Kami
semua sependapat tentang dia. Orang itu jahat! Dari semula ia memang sudah begitu,
ia tidak boleh mengata-ngatai Anda kayak tadi "
"Kusangka aku menemukan suatu kasus yang penting sekali," kata Pippin. Ia duduk di
meja kerja. Diambilnya pulpen, siap untuk menulis "Aku memang sudah berniat pagi
ini untuk meminta Pak Goon pulang. Tapi ternyata ia lebih dulu membaca berita dalam
surat kabar, lalu kembali dengan terburu-buru, dan langsung menuduhku tidak
menyampaikan laporan padanya Sekarang aku terpaksa menyerahkan segala petunjuk yang
kutemukan padanya, ia yang akan memanfaatkan nya, dan bukan aku!"
Fatty berpikir-pikir. Perlukah ia mengaku pada Pippin sekarang, bahwa segala
petunjuk itu sebenarnya tidak ada artinya sama sekali? Tidak, pikirnya. Kan
sekarang semuanya ada di tangan
77
Pak Goon. Biar saja ia sibuk dengan petunjuk-petunjuk palsu itu. Fatty merasa jika
ia mengaku terus-terang pada Pippin, jangan-jangan polisi muda itu nanti akan
merasa berkewajiban untuk melaporkan pengakuan itu pada Pak Goon. Dan kalau itu
sampai terjadi, wah - gawat! Pak Goon pasti akan -mengadu pada orang tua anak-anak,
sehingga mereka dilarang berusaha mengusut misteri itu. Sedang Pippin akan diamuk
habis-habisan oleh Pak Goon. dikatakan goblok karena bisa tertipu dengan petunjuk-
petunjuk palsu.
Di lain pihak, apabila Pak Goon sibuk dengan petunjuk-petunjuk itu. kan enak!
Dengan begitu Fatty beserta para anggota Pasukan Mau Tahu akan bisa dengan leluasa
beraksi! Mungkin Pippin akan membantu mereka. Itu malah lebih baik lagi.
"Pak Pippin," kata Fatty dengan serius, "jangan Anda acuhkan kata-kata Pak Goon
tadi. Aku tahu pasti. Inspektur Jenks tentu takkan membiarkan Pak Goon berbicara
sekasar tadi terhadap Anda, jika ia mengetahuinya. Pak Inspektur teman baik kami."
"Pak Inspektur sudah bercerita padaku tentang kalian," kata Pippin. "Kelihatannya
ia sangat menghargai kalian! Katanya, kalian sangat berjasa membantu pemecahan
berbagai kasus yang misterius."
Fatty langsung memanfaatkan kesempatan baik
itu.
"Ya, itu memang benar," katanya. "Aku akan , ikut juga menangani kasus yang
sekarang ini - dan
mungkin akan berhasil mengusutnya! Aku akan bangga sekali jika Anda mau membantu
kami. Kan menyenangkan, jika kita bersama-sama bisa menyajikan suatu misteri lagi
yang sudah selesai diusut pada Pak Inspektur. Pasti ia gembira sekali!"
Pippin menatap wajah Fatty yang nampak serius. Anak itu masih remaja. Tapi ada
sesuatu pada dirinya, yang membuat orang bersikap menghargai dan mempercayai
dirinya. Mungkin karena kecerdasannya? Betul. Kepribadian? Hebat. Keberanian?
Bahkan terlalu berani. Ketabahan? Luar biasa. Pippin melihat segala sifat sifat itu
ada pada diri Fatty, yang sedang diperhatikan olehnya. Yah - ika Inspektur Jenks
suka dan mengagumi anak itu, ia pun bersedia untuk melakukan hal yang sama. Bahkan
dengan senang, mengingat bahwa Fatty tidak akan bekerja sama dengan Pak Goon!
Menurut perasaan Pippin saat itu, ia akan merasa senang membantu anak itu
memecahkan misteri yang dihadapi. Kalau ternyata berhasil, betapa kecewanya Pak
Goon nanti!
"Yah," kata Pippin, lalu berhenti sebentar. "Yah aku sebenarnya mau saja membantumu
- tapi apakah aku nanti tidak perlu melaporkan setiap penemuan kita pada Pak Goon?"
Tapi, Pak - Anda kan mendengar sendiri tadi, ia sama sekali tidak menghendaki
bantuan Anda!" kata Fatty. "Tidakkah Anda mendengarnya melarang Anda datang padanya
dengan gagasan-
gasan konyol Anda, yang mana pun juga! Kalau
79
Anda melapor padanya, Anda malah melanggar perintahnya "
Bagi Pippin, itu rasanya jalan keluar yang baik. Ya - ia memang akan melanggar
larangan, apabila ia melaporkan hal-hal yang diketahuinya pada Pak Goon. Sedang di
pihak lain, ia berkewajiban mengusut kasus itu jika bisa. Bukankah ia yang
menjumpai kasus perampokan itu?
"Aku akan membantumu," katanya pada Fatty. Anakitu nyengir dengan gembira. "Kurasa
jika Pak Inspektur selama ini membiarkan kalian campur tangan dalam kasus-kasus
yang lain, pasti ia akan mengatakan kalian juga boleh ikut menyelidiki kasus yang
sekarang ini. Lagipula, aku ingin membalas Pak Goon karena tadi mengata-ngatai
diriku."
"Itu sudah sewajarnya," kata Fatty sependapat. "Nah. sekarang aku akan berterus
terang - dan, Anda juga bisa melakukan hal yang sama. Akan kukatakan sekarang
segala-galanya yang kuketahui, sedang Anda menceritakan apa saja yang sudah Anda
ketahui."
"Apa yang kauketahui?" tanya Pippin ingin tahu
"Yah - aku bersama keempat temanku, kemarin malam ada di belakang Teater Kecil.
Mulai dari setengah enam sore, sampai sekitar pukul tujuh," kata Fatty. "Kami hanya
iseng saja di situ- melihat-lihat poster. Pokoknya, sedang iseng!"
80
"O ya?" Pippin langsung tertarik. "Lalu, kalian melihat sesuatu yang menarik di
situ?"
"Kebetulan aku memandang ke dalam kamar di belakang beranda itu, lewat jendela,"
sambung Fatty. "Aku melihat Aktor Kucing di situ Setidak-tidaknya, menurut
perasaanku itu pasti" dia! Kelihatannya seperti kucing raksasa berbulu tebal, ia
menghampiri jendela dan memandangku. Aku kaget sekali karenanya! Aku melihatnya
diterangi cahaya lampu jalan. Kemudian ketika aku memandang lagi ke dalam bersama
Larry, kami melihatnya sedang duduk dekat pediangan. pura-pura sibuk membasuh muka
seperti kebiasaan kucing, ia melambaikan kaki depannya ke arah kami."
Pippin mendengarkan dengan penuh minat "Sangat menarik," katanya. "Kelihatannya
ketika terjadi perampokan di Teater Kecil, di situ tidak ada siapa-siapa - kecuali
kucing gadungan itu! Pak Goon berniat menahannya sebagai tersangka ia merasa yakin,
orang itulah yang membius manager lalu merampok isi lemari besi. Bayangkan - Aktor
Kucing sebagai perampok!"
Bab 8
Laporan Pippin

Otak Fatty sibuk bekerja.


"Ceritakanlah apa saja yang Anda ketahui," katanya pada Pippin. "Pukul berapa Anda
datang ke sana - apa saja yang Anda lihat di situ. Bagaimana Anda sampai mengetahui
bahwa di situ terjadi perampokan - pokoknya, segala-galanya! Wah - untung Anda saat
itu ada di sana!"
"Aku sebetulnya sedang menyelidiki dua penjahat, yang beberapa malam yang lalu
kulihat mengendap-endap dalam semak di sebuah pekarangan," kata Pippin. Muka Fatty
memerah mendengarnya. Untung saja Pippin tidak melihat. "Aku menduga mereka akan
mengadakan pertemuan di belakang Teater Kecil. Karena itulah aku bersembunyi di
tempat itu. Aku datang sekitar setengah sembilan. Ketika aku menjenguk ke dalam
kamar di belakang beranda, di mana kau melihat kucing gadungan itu - aku juga
melihatnya di sana. ia sedang tidur dekat pediangan. Aneh! Untuk apa ia begitu lama
memakai pakaian kucing itu?"
"Ya, rupanya orang itu agak aneh," kata Fatty.
"ia memang aneh - otaknya tidak normal," kata Pippin. "Aku melihatnya tadi pagi,
tanpa
pakaian kucingnya Orangnya agak kerdil, kecuali kepalanya yang besar Umurnya
sekitar dua puluh empat kata orang. Tapi pertumbuhannya tidak normal. Tingkah
lakunya masih seperti anak kecil Panggilannya Boysie."
"Kurasa ia pernah terjatuh ketika masih bayi." kata Fatty. Ia pernah mendengar
cerita orang mengenai aktor kucing itu. "Dan orang yang pernah mengalami cedera
semasa bayi, pertumbuhannya kan sering tidak normal, kata orang! Tapi teruskanlah,
Pak. Ini menarik sekali!" "Yah - seperti kataku tadi. aku melihat kucing gadungan
itu tidur dekat pediangan." sambung Pippin. "Kemudian, ketika lonceng gereja
berdentang sembilan kali, aku memutuskan untuk bersembunyi. Aku lantas memanjat ke
atas lewat lubang yang ada di atap beranda, lalu duduk di ambang jendela kamar
sebelah atas. Aku menung-gu di situ. Kemudian aku mendengar suara orang
mengerang."
"Lalu-setelah itu?" desakFatty. karena Pippin berhenti sebentar untuk mengingat-
ingat. "Wah. Anda untung sekali ada di tempat itu!"
"Aku menyorotkan senterku ke dalam kamar," sambung Pippin. "Kulihat manager Teater
Kecil tertelungkup di mejanya. Lemari besi di dinding sebelah belakangnya kosong!
Dengan segera aku masuk, dengan jalan memecahkan kaca jendela.
sementara itu manager mulai siuman kembali, rupanya ia dibius orang Kurasa obat
biusnya dimasukkan ke dalam minuman teh. Lemari besi
yang kosong langsung diperiksa oleh petugas ahli yang segera kuminta datang, untuk
menemukan bekas-bekas sidik jari di situ. Cangkir teh juga diperiksa. Kurasa obat
bius yang menyebabkan manager itu pingsan, obat tidur yang keras sekali!"
"Apakah ia menyebutkan, siapa yang membawakan teh itu untuknya?" tanya Fatty dengan
penuh minat.
"Ya. Boysie - aktor kucing!" kata Pippin. "Mencurigakan, ya? Tapi apabila Boysie
diajak bicara mengenainya, langsung timbul perasaan bahwa ia tidak ada sangkut-
pautnya dengan kejadian ini. Orangnya terlalu dungu! Rasanya ia tidak cukup punya
akal untuk memasukkan obat tidur ke dalam secangkir teh. Dan ia pasti tak tahu di
mana letak lemari besi - atau di mana kuncinya disimpan. Apalagi mengetahui angka-
angka kombinasi yang harus dipilih untuk membuka pintu lemari, apabila anak kunci
sudah dimasukkan ke lubangnya"
"Hmm - ini sangat menarik," kata Fatty. "Kecuali Boysie, siapa lagi yang ada di
Teater Kecil saat itu?"
"Cuma ia sendiri yang ada di situ," jawab Pippin. "Para aktor yang lain, semua
sudah pergi setelah mengadakan pertunjukan hiburan untuk anak-anak Panti Asuhan
Farleigh. Kita bisa saja meneliti alibi mereka. Kita telusuri dengan cermat, di
mana para aktor itu berada sejak meninggalkan gedung teater, sampai dengan pukul
delapan malam. Soalnya, perampokan itu terjadi pada suatu saat
84
antara pukul setengah enam sampai pukul delapan. Yaitu antara saat pertunjukan
bubar, sampai manager kutemukan pingsan karena dibius!"
"O, begitu. Dan Anda karenanya perlu mengecek di mana saja orang-orang yang mungkin
datang kembali lalu melakukan perampokan itu," kata Fatty. "Ya, betul! Tapi apakah
tidak mungkin perampokan itu dilakukan orang lain? Maksudku, kenapa harus salah
seorang aktor itu yang dicurigai?"
"Karena pelakunya tahu, kapan saat yang paling baik untuk melakukannya," kata
Pippin menjelaskan, "ia tahu di mana letak lemari besi. ia tahu, manager sudah
menyimpan uang masuk hari itu ke
dalamnya, dan belum dibawa ke bank seperti biasa dilakukan olehnya. Perampok itu
tahu di mana anak kunci disimpan, yaitu dalam dompet manager - dan bukan pada
gelang kunci. Ia pun tahu kebiasaan manager untuk minum secangkir teh pada petang
hari - lalu memasukkan obat tidur ke dalamnya!"
"Ya, Anda benar! Seorang asing takkan mengetahui segala hal itu," kata Fatty sambil
merenung. "Jadi pelakunya mestinya salah satu dari para aktor itu! Tapi aneh -
kenapa Boysie yang mengantarkan teh pada manager? Menurut
Anda, mungkinkah ia terlibat dalam perampokan tu?"
"Entahlah, aku belum tahu! Menurut keterangannya, ia tidak ingat apa-apa, kecuali
merasa
85
sangat mengantuk kemarin malam, lalu tidur di depan pediangan," kata Pippin.
"Memang di situlah aku melihatnya, ketika aku memandang ke dalam kamar itu. ia
bahkan mengaku bahwa bukan dia yang mengantarkan teh untuk manager. Tapi itu tentu
saja omong kosong, karena managernya sendiri mengatakan bahwa Boysie yang datang
mengantarkan teh. Mana mungkin manager itu sampai keliru! Menurut dugaanku, Boysie
berkata begitu karena takut, ia mengatakan bukan dia yang mengantarkan supaya
jangan dituduh, ia lupa bahwa dirinya gampang dikenali, dengan pakaian panggung
sebagai kucing!"
"Ya - kelihatannya Boysie sendiri yang melakukan perampokan itu, atau ia membantu
orang lain," kata Fatty. "Yah, terima kasih, Pak Pippin! Anda akan kukabari.
apabila kami menemukan sesuatu yang menarik Dan ingat - Anda jangan mengatakan apa-
apa pada Pak Goon. ia takkan berterima kasih karenanya!"
"Aku takkan mau membuka mulut." kata Pippin. "Astaga-itu dia. datang kembali!
Padahal aku sama sekali belum membuat laporan yang disuruhnya buat tadi. Kau
sebaiknya menyingkir saja lewat belakang, Frederick!"
Pak Goon nampak di pintu pagar depan, dengan sikap sok penting, ia sedang bercakap-
cakap dengan Pak Pendeta. Gaya bicaranya serius dan lambat
Fatty berjingkat-jingkat ke serambi dalam, sambil! menggendong Buster ia menuju ke
dapur.
86
Maksudnya hendak keluar lewat halaman belakang, melompati pagar di situ lalu pergi
ke rumah Pip. Banyak sekali yang perlu diceritakannya pada teman-teman!
ia mendengar suara Pak Goon yang lantang di dalam rumah.
"Kau tahu apa kata Pak Pendeta tadi padaku. Pippin? Katanya, kau kemarin bersikap
kasar terhadap saudaranya! Katanya, kau menyambar topinya, atau begitu! Sungguh,
kurasa..."
Fatty tidak menunggu lebih lama lagi. Pippin yang malang! Kini ia pasti menghadapi
kesulitan, sebagai akibat kecurigaannya terhadap orang orang berambut merah! Fatty
menyesal sekali atas kejadian itu.
"Coba dari semula kita tahu bahwa Pippin baik hati, pasti kita tidak begitu iseng
terhadapnya," kata Fatty pada dirinya sendiri, sementara ia berjalan menuju ke
rumah Pip. "Tapi - mungkin aku bisa memperbaiki kesalahan itu, dengan jalan
memecahkan misteri aneh ini untuknya."
Sementara itu anak-anak yang lain sudah tidak sabar menunggu kedatangan Fatty.
Sudah satu setengah jam ia pergi! Apa saja yang dilakukannya selama itu?
"Nah - akhirnya ia datang juga." seru Bets, ang berjaga di depan jendela," ia
bergegas-gegas memasuki pekarangan, bersama Buster. Kelihatannya seperti membawa
kabar penting!"
Kenyataannya memang demikian. Begitu masuk, Fatty langsung menceritakan segala-
87
galanya dari awal mula. Ketika ia sampai pada bagian di mana Pak Goon memukul
Buster dengan alat pengorek api. Bets menjerit lalu merebahkan diri di samping
Buster Anjing kecil itu kaget, ketika dengan tiba-tiba saja dirangkul oleh Bets.
"Aduh. Buster- kau luka? Keterlaluan, kenapa ada yang sampai hati memukulmu! Aku
benci sekali pada Pak Goon! Aku tahu, tidak baik membenci orang, tapi lebih tidak
baik lagi jika orang jahat kayak Pak Goon tidak dibenci. Mariamu yang sakit.
Buster?"
Laporan Fatty terputus selama sepuluh menit Para anggota Pasukan Mau Tahu sibuk
meneliti keadaan Buster. Pada mulanya Fatty merasa yakin bahwa Buster tidak apa-
apa. Bulu anjing kecil itu sangat tebal. Tapi melihat betapa prihatin teman-
temannya, ia mulai ragu, jangan-jangan Buster memang cedera berat. Dengan hati hati
sekali kelima anak itu menyibakkan bulu yang tebal di punggung Buster dan memeriksa
setiap jengkal kulit sebelah dalamnya. Buster keasyikan, ia berbaring, sedang
ekornya mengibas-ngibas kesenangan Lidahnya yang merah terjulur ke luar.
Tapi anak-anak sama sekali tidak menemukan bekas apa pun juga. kecuali di satu
tempat. Itu pun hampir-hampir tidak kelihatan.
"Di tempat itulah ia kena pukulan," kata Bets. "Huh-kepingin rasanya aku memukul
Pak Goon dengan alat pengorek api! Dan keras sekali!"
"Aduh, galaknya, Bets!" kata Daisy tercengang. "Padahal kau tahu sendiri, baru
dibentak saja oleh
Pak Goon, kau pasti sudah lari pontang-panting!"
"Aku takkan heran apabila Bets menyerang Pak Goon dengan alat itu, jika ia
beranggapan Pak Goon hendak memukul Buster" kata Fatty. "Bisa saja ia sendiri takut
pada polisi jahat itu. Tapi jika merasa Pak Goon hendak menyakiti orang lain. Bets
pasti akan lupa pada rasa takutnya! Aku tahu sifat Bets!"
Bets senang mendengar perkataan Fatty itu. Mukanya merah, lalu cepat-cepat
disembunyikan nya dengan jalan membenamkannya ke leher Buster. Fatty menepuk-nepuk
punggung anak itu.
"Aku sendiri rasanya kepingin sekali tadi memukul kepala Pak Goon, ketika kurampas
alat pemukul itu dari tangannya," kata Fatty "Wah - kalian mesti melihat tampangnya
tadi ketika menyadari bahwa alat itu tahu-tahu sudah kurampas!"
"Sekarang teruskan ceritamu," kata Pip. "Semakin asyik saja kedengarannya! Coba aku
tadi ikut hadir di sana!"
Fatty meneruskan ceritanya. Anak-anak tertawa terpingkal pingkal ketika mendengar
betapa Pak Goon meminta segala petunjuk palsu dari Pippin, yang langsung
menyerahkan.
"Pasti hari Minggu ini ia akan ada di stasiun, untuk menyongsong kereta api itu,
Fatty!" kata Pip sambil terkekeh. Tidak bisakah kita ikut ada di sana?"
I "O ya - yuk. yuk!" kata Bets. "Pak Goon pasti jengkel, jika melihat kita semua
juga ada di stasiun.
89
Pasti ia akan mengira bahwa kita juga tahu tentang petunjuk itu!"
"Dan kenyataannya memang begitu," kata Larry, "karena kita yang memasangnya!"
"He! Ide itu bagus sekali," kata Fatty. "Aku bisa menyamar lagi dan datang dengan
kereta itu, biar Pak Goon curiga lalu membuntuti diriku."
"Sedang kami pun bisa ikut membuntuti." kata Bets sambil cekikikan. "Ya, ya - itu
harus kita lakukan! Besok kan sudah Minggu! Wah - pasti ini bisa asyik sekali.
Fatty!"
"Tapi teruskan dulu ceritamu," kata Daisy. "Kita dengarkan dulu sampai selesai,
sebelum kita mengatur rencana selanjutnya. Kalau dipotong-potong terus. tahu-tahu
sudah saat makan siang sebelum Fatty selesai dengan ceritanya."
Fatty menceritakan pengalamannya sampai selesai. Anak anak yang lain ikut
bergembira, mendengar betapa Pippin membela Fatty dan Buster. Semua sependapat
bahwa Pippin baik hati. Sedang Bets dan Daisy agak menyesal, kenapa kemarin malam
tidak berani mengintip ke dalam kamar di belakang beranda, sehingga tidak ikut
melihat Boysie yang berpakaian kucing tidur di situ.
"Menurutmu, diakah pelakunya?" tanya Bets. "Jika ia yang mengantar teh, mestinya
dialah yang melakukan perampokan itu. Mungkin saja ia lebih cerdik daripada
sangkaan kita."
"Kemungkinan itu memang bisa saja, Bets," kata Fatty. "Aku perlu menanyainya. Kita
bisa beramai-ramai datang, untuk mengajaknya meng-
90
obrol. Kita berbuat seolah-olah kita anak-anak yang tertarik pada peranannya. Kalau
diajak bicara orang dewasa, pasti ia berjaga-jaga. Tapi dengan anak-anak, tidak!"
"Ya - ide itu bagus," kata Larry. "Wah, kejadian ini mengasyikkan! Bayangkan,
secara tidak sengaja kita meletakkan petunjuk-petunjuk palsu, tepat di tempat di
mana kemudian terjadi perampokan! Dan kita pula yang memancing seorang polisi untuk
datang ke situ. sehingga ia mengetahui kejadian itu. Benar benar luar biasa!"
"Yah - sekarang kita harus mulai memutar otak," kata Fatty. "Waktu kita tinggal dua
minggu untuk menyelidiki misteri itu! Dan Pak Goon pun sudah sibuk dengannya -
meski agak direpotkan karena adanya petunjuk-petunjuk palsu. Sedang kita akan
dibantu oleh Pippin. Mungkin saja ia akan mengetahui beberapa hal, yang tidak
mungkin bisa kita selidiki!"
"Bagaimana kita memulai penyelidikan ini?" tanya Larry.
"Kita harus menyusun rencana," kata Fatty. Rencana yang rapi! Seperti biasanya kita
lakukan. Dengan daftar tersangka, daftar petunjuk dan seterusnya."
"Ya, ya!" kata Bets bersemangat. "Yuk, kita mulai sekarang ini juga. Fatty! Kau
membawa buku catatan?"
"Tentu saja," kata Fatty, sambil mengeluarkan buku catatan tebal serta pulpen dari
kantongnya.
91
Dibukanya buku catatan, lalu dibuatnya beberapa garis dengan rapi pada salah satu
halaman "Nah! Sekarang - orang-orang yang perlu dicurigai."
Saat itu dari bawah terdengar bunyi lonceng. Bets mengeluh
"Aduh! Sudah saat makan siang! Maukah kau datang lagi nanti siang untuk meneruskan
rencana kita. Fatty?"
"Baiklah," jawab Fatty. "Kita berkumpul lagi pukul setengah tiga. Kalian hendak
bersiap-siap untuk berpikir. Misteri kita kali ini hebat sekali!"
92
Bab 9
Pippin Membantu

Sambil makan siang Fatty sibuk berpikir Ibunya melihat anak itu hampir-hampir tidak
bicara, langsung menyangka ia sakit gigi lagi. Diperhati kannya Fatty dengan
teliti. Pipinya nampak sudah mengempis. Tidak begitu tembam lagi. Sebdak-daknya.
bdak lebih dari biasanya!
"Bagaimana gigimu sekarang Frederick?" tanya Ibu dengan tiba-tiba. Fatty menoleh
dengan bingung. Giginya? Apa maksud ibunya? "Gigiku?" katanya. "Gigi yang mana.
Bu?"
"Jangan konyol. Frederick," tukas Ibu "Kau kan tahu. mukamu tadi pagi bengkak
sekali. Aku sudah bermaksud menelepon dokter gigi.Tapi kemudian lupa! Aku
menanyakan gigimu, karena pasti sakit - kalau melihat mukamu yang begitu bengkak.
Kurasa lebih baik kutelepon saja dokter gigi, walau pipimu sudah agak kempis
kembali." "Bu. yang tadi pagi itu bukan sakit gigi, tapi bantalan pipi," kata Fatty
ketakutan. Sekarang ibunya yang memandang dengan bingung. "Bantalan pipi? Apa
maksudmu, Frederick?" "Itu. bantalan yang diselipkan di belakang pipi, supaya
tampang kita kelihatan berubah," kata Fatty. ia menyesal sekarang, kenapa tadi
iseng
93
memakainya sewaktu sarapan. "Itu-itu semacam samaran. Bu!"
"Huh. menjijikkan!" kata Ibu. "Kenapa sih, kau suka melakukan hal-hal seperti itu,
Frederick? Pantas tampangmu berubah sekali!"
"Maaf. Bu." kata Fatty Untung ibunya tidak melanjutkan pembicaraan tentang soal
itu. Ibu mulai berbicara tentang tingkah laku Pak Pippin yang aneh. ia mendengar
kabar, polisi muda itu menyambar rambut Pak Twit Atau mungkin juga topinya.
Entahlah! Ibu juga bercerita pada Fatty, Pak Pendeta sudah mengadukan kejadian itu
pada Pak Goon. yang kini sudah kembali untuk mengusut kasus perampokan di Teater
Kecil.
"Dan kuharapkan sekali agar kau tidak ikut-ikut campur lagi dalam kejadian itu."
kata Ibu. "Pak Goon nampaknya sudah lumayan hasil penyelidikannya. Di tangannya
terdapat sejumlah petunjuk yang sangat menarik. Aku tidak suka pada orang Itu, tapi
kali ini ia kelihatannya cepat sekali bertindak Langsung kembali dari bercuti lalu
menemukan segala petunjuk itu, dan dengan segera sudah berhasil melacak jejak
perampok!"
"Masak mau saja percaya." gumam Fatty dengan pelan.
"Apa katamu, Frederick? Kalau bicara yang jelas, jangan menggumam." kata ibunya.
"Yah - kurasa kau tidak tahu apa-apa tentang kasus ini. Jadi jangan ikut-ikut
campur, karena nanti Pak Goon jengkel!"
94
Fatty diam saja. Padahal cukup banyak yang diketahuinya tentang kejadian itu. ia
pun bermaksud hendak melibatkan diri dalam penyelidikannya. Dan kalau ia bisa
menjengkelkan Pak Goon, sudah pasti ia akan melakukannya! Tapi kesemuanya itu tentu
saja tidak bisa diceritakan pada ibunya. Karena itu ia tetap membisu, sambil
berpikir-pikir siapa saja yang bisa dicurigai sebagai perampok!
ia harus menyelidiki nama-nama mereka, dan di mana mereka tinggal. Sudah jelas,
hanya salah satu dari orang-orang teater saja yang mungkin melakukan perbuatan itu.
Seorang dari mereka kemarin malam secara diam-diam datang kembali, menyelinap masuk
tanpa ketahuan, lalu merampok peti besi. Tapi siapakah orang itu?
Akhirnya Fatty mengambil keputusan Mula-mula ia perlu mendatangi Pippin dulu, untuk
meminta daftar nama dan alamat orang-orang teater. Jadi pukul dua kurang
seperempat, ketika ia sudah selesai makan siang, Fatty bergegas mencari Pippin. Ia
takkan bisa mendatangi polisi muda itu. jika Pak Goon ada di rumah, ia tidak bisa
menanyakan apa pun juga di depan Pak Goon!
Fatty lewat di depan jendela kamar duduk rumah polisi desa itu. Dilihatnya Pippin
ada di dalam, sedang duduk menghadap jendela. Tapi Pak Goon juga ada. ia sedang
menulis di meja kerjanya, dengan punggung membelakangi jendela. Fatty berjingkat-
jingkat ke jendela, lalu berusaha mena-rik perhatian Pippin. Polisi itu heran
ketika melihat
95
Fatty menggamit-gamit. memanggilnya ke luar. Pippin menoleh dengan hati-hati, untuk
melihat apa yang sedang dikerjakan oleh Pak Goon.
Ketika ia berpaling lagi ke jendela, dilihatnya secarik kertas diacungkan di situ
oleh Fatty Di atas kertas itu tertulis pesan.
"Jumpai aku di Jalan Besar, sepuluh menit lagi".
Pippin nyengir, lalu menganggukkan kepala ke arah Fatty. Anak itu pergi lagi Pak
Goon berpaling ketika terdengar bunyi pintu pagar ditutup.
"Siapa yang datang itu?" katanya.
"Tidak ada yang datang. Pak," jawab Pippin. ia tidak berbohong. Fatty saat itu
pergi, bukan datang!
"Kalau begitu siapa yang keluar?" tanya Pak Goon lagi.
"Aku tidak melihat siapa-siapa," kata Pippin.
"Hah! Mengaku polisi, tapi tidak melihat orang yang membuka pintu pagar di depan
hidungnya," kata Pak Goon. Siang itu ia terlalu banyak makan. Karenanya ia cepat
marah. Pippin diam saja. ia sudah biasa dikata-katai oleh Pak Goon. Diselesaikannya
pekerjaannya, lalu berdiri.
"Mau ke mana?" tanya Pak Goon.
"Ke kantor pos," kata Pippin. "Saat ini aku kan tidak dinas, Pak Goon! Jadi kalau
ada pekerjaan yang harus kulakukan, nanti akan kuselesaikan sepulangku dari kantor
pos."
Tanpa mempedulikan dengusan Pak Goon, Pippin pergi ke luar lalu menuju ke kantor
pos. Di sana ia mengeposkan surat yang ditulisnya tadi. Setelah itu ia mencari-cari
Fatty. Ah, itu dia -
96
duduk di bangku. Pippin menghampirinya. Kedua nya saling berpandangan sambil
nyengir
"Yuk, kita minum limun sebentar di toko itu," ajak Fatty. "Jangan sampai Pak Goon
melihat kita berdua mengobrol di sini."
Mereka masuk ke toko yang dimaksudkan oleh Fatty, lalu duduk di situ. Fatty memesan
limun dua gelas. Setelah itu dengan suara pelan ia mengajukan pertanyaan pada
Pippin.
"Anda tahu nama dan alamat para aktor Teater Kecil?" katanya.
"Ya, aku tahu," jawab Pippin dengan segera. Semua sudah kucatai kemarin malam.
Tunggu Hulu - kalau tidak salah ada dalam buku catatanku Aku tidak menyerahkannya
pada Pak Goon ia pun sudah menanyai mereka semua. Kurasa ia mendapat nama-nama
mereka dan manager, seperti aku."
Wah - jadi ia sudah menanyai mereka?" kata Fatty. "Kalau begitu, ia sudah bisa
mulai dengan
nyelidikannya, ya?"
"Betul." kata Pippin. ia sudah tahu bahwa seorang dari aktor itu, seorang wanita,
nama depannya dimulai dengan huruf Z. Salah satu petunjuk yang kutemukan di beranda
adalah selembar sapu tangan tua, yang di salah satu pojoknya tersulam huruf Z. Nah.
lihatlah," kata Pippin sambil menuding salah satu nama yang tertera pada daftarnya.
"Nama asli pemain yang memerankan Dick Whittington, adalah Zoe Mar kham. Kau tahu
kan, tokoh utama itu diperankan
97
deh seorang gadis. Rupanya tadi malam Zoe keluar sebentar ke beranda, dengan salah
satu alasan. Mungkin untuk menemui para penjahat!"
Fatty kaget sekali mendengar keterangan itu. ia sama sekali tidak menyangka ada
orang yang namanya diawali dengan huruf Z! Sesaat ia bingung. Ia harus berusaha
membebaskan diri gadis bernama Zoe itu dari kecurigaan. Untuk kesekian kalinya
Fatty menyesali keisengannya bersama kawan-kawannya, mempermainkan Pippin dengan
petunjuk-petunjuk palsu!
"Tidakkah Zoe itu memiliki alibi yang kuat? Tidakkah ada saksi yang bisa mengatakan
bahwa gadis itu berada di tempat lain, antara pukul setengah enam dan pukul delapan
malam kemarin?" tanya Fatty dengan gelisah.
"D ya! Mereka semuanya punya alibi," kata Pippin. "Aku sendiri sudah memeriksa
mereka kemarin malam, disusul oleh Pak Goon sekali lagi tadi pagi. Alibi mereka
tidak ada yang palsu!"
"Aneh," kata Fatty, setelah terdiam sesaat "Maksudku - perampok itu mestinya kan
salah seorang di antara orang teater itu! Tidak ada orang lain yang begitu banyak
tahu, sehingga mengantarkan teh untuk manager, memindahkan cermin dinding dari
tempatnya, mengambil anak kunci, mengenal kombinasi angka yang tepat dan dengan
begitu bisa membuka lemari."
"Tapi jangan lupa, yang mengantarkan teh untuk manager kan Boysie, aktor kucing,"
kata Pippin.
98
"Ya, betul! Itu malah lebih aneh lagi," kata Fatty. "Dari kenyataan itu, semua
pasti akan beranggapan bahwa dialah perampoknya!"
"Pendapat Pak Goon memang begitu." kata Pippin. "Menurut anggapannya, pengakuan
Boysie yang mengatakan ia tidak mengerti dan juga tidak ingat apa-apa, begitu pula
menangisnya itu. cuma pura-pura saja!"
"Pendapat Anda sendiri bagaimana?" tanya Fatty. Pippin berpikir sebentar.
"Aku sudah mengatakannya." katanya kemudian "Menurut pendapatku. Boysie itu tidak
normal orangnya Pikirannya tidak ikut menjadi dewasa! Aku juga punya saudara sepupu
seperti dia. Saudara sepupuku itu sama sekali tidak bisa menyakiti orang lain. ia
tidak bisa berbuat jahat. Sayang Pak Goon beranggapan bahwa Boysie-lah yang
melakukan perampokan itu. Pasti Boysie setengah mati ketakutan karena dituduh
begitu."
"Tapi kan mungkin saja seseorang bersembunyi dalam dapur ketika Boysie sedang
membuatkan teh untuk manager, lalu ketika ia sedang lengah cepat-cepat memasukkan
obat tidur ke situ." kata Fatty.
"Ya - kemungkinan itu memang bisa saja," kata Pippin. "Tapi kita kembali lagi pada
kenyataan bahwa pelakunya hanya mungkin salah satu dari orang-orang teater itu.
Sedang mereka semuanya mempunyai alibi yang kuat. Nah!"
"Bolehkah kucatat nama serta alamat mereka?" tanya Fatty. Pippin menyerahkan buku
catatannya
99
untuk disalin isinya. Fatty membaca tulisan yang tertera di situ dengan penuh
minat. "He ini catatan Anda tentang alibi mereka itu. di mana masing-masing berada
antara setengah enam dan pukul delapan malam?"
"Betul." jawab Pippin. "Ambil saja catatan itu kalau mau. jadi tak usah repot-repot
menyalinnya. Mereka semuanya sudah dua kali diperiksa. Jadi kau boleh yakin bahwa
mereka takkan memberi keterangan yang lain apabila ditanyai untuk ketiga kalinya -
itu jika kau berniat hendak melakukannya. Frederick!"
"Kami sedang menyusun rencana." kata Fatty, sambil mengantongi kertas-kertas
catatan itu. "Saat ini aku belum tahu pasti bagaimana rencana kami nanti. Nanti
kuberi tahu, kalau perinciannya sudah jelas. Terima kasih. Pak!"
"Kalau kau melihat seorang gelandangan bertampang jahat dan berambut merah, tolong
beritahu padaku, ya?" kata Pippin. "Maksudku - kau kan biasa keluyuran ke mana-mana
dengan sepedamu! Nah, siapa tahu kapan-kapan kau bertemu dengan orang itu. beserta
kawannya Maksudku, kedua laki-laki yang kulihat di bawahi semak kebun di Jalan
Willow."
"Eh - ya - aku tahu yang Anda maksudkan," kata Fatty. ia merasa bersalah ketika
penjahat berambut merah itu disebut-sebut. "Jika aku berjumpa dengan orang itu.
Anda pasti akan kuberitahukan. Tapi kurasa ia tak ada hubungannya dengan kasus
perampokan itu!"
100
"Siapa tahu?" kata Pippin. ia menghabiskan limunnya, lalu berdiri. "Dari tampangnya
saja aku sudah bisa menilai, orang itu pasti jahat! Aku tidak mau bergaul dengan
orang seperti dia! Kutemani kau sebentar - mumpung udara sedang cerah. Bagaimana
anjingmu sekarang? ia tidak apa-apa?"
"Buster baik-baik saja," kata Fatty. "Anjing yang bulunya setebal dia, tidak
gampang dicederai!"
"Aku marah sekali pada Pak Goon saat itu," kata Pippin lagi, sementara mereka
berdua berjalan dengan santai menyusur Jalan Besar. Di suatu tikungan, tahu-tahu
mereka bertubrukan dengan Pak Goon. Polisi desa itu menatap mereka dengan mata
melotot Sedang Buster langsung menandak-nandak mengelilinginya dengan gembira.
"Sini, Buster!" panggil Fatty dengan nada keras, sehingga Buster menurut dengan
segera. Dengan ekor terkulai anjing itu menyelinap ke belakang Fatty. Tapi di situ
ia menggeram-geram terus.
"Kau kalau bergaul jangan sembarangan, Pippin!" tukas Pak Goon. "Kan sudah
kuperingat-kan, hati-hati terhadap anak itu! Ia kerjanya selalu
mau tahu dan ikut campur urusan orang! Tapi
pokoknya, ia takkan bisa mencampuri kasus yang sekarang ini! Semua sudah kuusut,
tinggal menangkap pihak yang bersalah saja lagi!"
Setelah itu Pak Goon meneruskan langkah, sementara Fatty dan Pippin saling
berpandangan
dengan alis terangkat.
101
"ia hendak menangkap Boysie." kata Pippin. Aku mengetahuinya dari kilatan matanya!
Pasti ia akan berhasil menyuruh _ orang itu mengakui kesalahan yang bukan
perbuatannya! Itu pasti!"
"Kalau begitu aku harus mencegahnya," kata Fatty "Aku harus bertindak sekarang
juga!"

Bab 10
Para Tersangka dan Alibi Mereka

Beberapa menit setelah pukul setengah tiga. untuk kedua kalinya Fatty hari itu
memasuki pekarangan rumah Pip ia disapa oleh Bets yang berdiri di jendela
"Ayo cepat, Fatty! kami ingin cepat-cepat menyusun rencana kita!"
Fatty bergegas masuk ke rumah, ia merasa geli melihat Bets sudah tidak sabar lagi.
Anak-anak yang lain dijumpainya duduk mengelilingi sebuah meja bundar. Semua
menunggu kedatangannya
"Wah - seperti rapat!" kata Fatty. "Nah - aku kini sudah memperoleh sejumlah
keterangan, yang akan kita pelajari bersama-sama. Setelah itu kita bisa bertindak."
Dengan cepat dikisahkannya cerita Pippin padanya, lalu dikeluarkannya catatan
polisi muda itu. yang bensi nama-nama serta berbagai alamat, serta penncian alibi
masing-masing tersangka. Bets belum mengenal kata 'alibi', sehingga perlu
dijelaskan dulu artinya.
"Apakah ada hubungannya dengan lullaby?" tanyanya polos. Anak-anak yang lain
tertawa geli.
"Tidak. Bets," kata Fatty. "Lullaby itu kan lagu! nina bobok, lagu untuk menidurkan
anak kecil
104
Akan kuterangkan secara singkat arti alibi. Misalkan saja kaca jendela kamar ini
pecah. Lalu ibu kalian menyangka Pip yang memecahkan. Kemudian Pip mengatakan,
ketika kaca" pecah, ia sedang bersamaku. Dan aku mengatakan bahwa keterangannya itu
benar. Nah-dengan begitu aku menjadi saksi alibi Pip. ia mempunyai alibi, karena
aku bisa menegaskan bahwa ia memang betul-betul ada bersamaku ketika kaca ini pecah
"
"Ah. begitu." kata Bets. "Jadi apabila ada orang mengatakan kau saat ini memukul
kepala Pak Goon. lalu kami semua mengatakan itu tidak mungkin, karena saat ini kau
ada bersama kami, maka kami menjadi saksi alibimu!"
Betul, Bets." kata Fatty sambil nyengir. "Nah ini daftar alibi semua orang yang
tersangka. Mungkin gunanya besar sekali! Dengarkan baik-baik! Terlebih dulu
kubacakan nama-nama para tersangka, setelah itu akan kukatakan apa-apa saja alibi
mereka, serta apa yang kita ketahui tentang mereka."
Fatty mulai membacakan catatan Pippin.

DAFTAR TERSANGKA No. 1 Aktor kucing, nama aslinya Boysie Summers. Pada saat yang
dipersoalkan, ada dalam teater. Mengantarkan teh secangkir untuk manager. Tidak
mengaku melakukannya, tapi mengatakan bahwa ia sendiri minum teh secangkir Katanya
pula, setelah itu ia tertidur sepanjang petang.
105

No. 2. Zoe Markham. gadis yang memainkan peranan sebagai Dick Whittington. Katanya,
ia meninggalkan teater bersama teman-teman aktor lainnya, lalu pergi ke rumah
kakaknya di mana ia bermain dengan para kemenakannya dan kemudian menidurkan
mereka. Kakaknya bernama Bu Thomas, bertempat tinggal di Wisma Hijau, Jalan Hemal.
"Bu Thomas itu kukenal," kata Daisy. "Orangnya baik sekali. Anaknya dua orang. Aku
kebetulan tahu. seorang di antaranya sebentar lagi akan merayakan hari ulang
tahunnya."
"He!" seru Larry dengan riba-riba. "Zoe Markham, nama depannya dimulai dengan huruf
Z. Aduh - mudah-mudahan saja Pak Goon tidak menghubungkan namanya dengan huruf yang
tersulam pada sapu tangan Daisy-yang kita pakai sebagai petunjuk palsu!"
"Kurasa ia telah melakukannya," kata Fatty "Kalau itu ternyata betul, kita harus
berbuat sesuatu mengenainya. Nah - kita lanjutkan saja dulu..."

No. 3. Lucu White, yang memainkan peranan Margot, kekasih Dick Whittington. Katanya
ia saat itu mengunjungi Bu Adams, seorang wanita jompo yang sedang sakit. Alamat Bu
Adams Jalan Mark nomor 11. Lucy menemaninya sampai pukul sembilan, dan membantunya
merajut.
106
"Bu Adams itu teman juru masak kami," kata Larry. "Dulu ia kadang-kadang datang
untuk membantu menjahit ia sudah tua, dan baik hati!"

No. 4. Peter Watting, yang menjadi majikan Dick. Orangnya sudah setengah umur dan
agak rewel sikapnya. Tidak mau memberikan jawaban dengan segera. Katanya pada saat
yang dipersoalkan, ia sedang berjalan-jalan dengan Tersangka nomor 5.

No. 5. William Orr, memainkan peranan sebagai nakhoda kapal yang ditumpangi Dick.
Orangnya masih muda, ramah dan terbuka. Katanya, saat itu ia sedang berjalan-jalan
dengan Peter Watting.
"Kalau begitu tersangka nomor 4 dan 5 masing-masing menjadi saksi alibi temannya,"
kata Larry dengan nada tertarik. "Padahal mungkin saja bagi keduanya untuk bersama-
sama kembali ke teater dan melakukan perampokan, lalu setelah itu saling menjadi
saksi alibi!". Kesimpulanmu itu bagus sekali, Larry," kata Fatty. "Bagus sekali!
Pippin kelihatannya tidak sampai ke situ pikirannya. Tapi tunggu dulu. Ini ada
catatan lebih lanjut mengenai mereka. Tersangka nomor 4 dan 5 (Peter Watting dan
William Orr) mengatakan bahwa mereka berjalan-jalan ke tepi sungai. lalu mampir di
kedai teh yang bernama 'menara' dan minum kopi serta makan sandwich di situ.
Saatnya yang tepat tidak mereka ketahui."
107
"Agak mencurigakan." kata Pip "Perlu diselidiki lebih lanjut!"

Tersangka no. 6. Alec Grant. yang memainkan peranan ibu Dick. Biasa memainkan
peranan wanita dengan sangat baik Katanya malam itu ia mengadakan pertunjukan di
Gedung Hetton, di desa Sheepridge dari pukul enam sampai pukul sepuluh - di mana ia
tampil memainkan berbagai peran wanita, dengan disaksikan penonton yang jumlahnya
sekitar seratus orang.
"Wah! Kalau begitu, tidak mungkin dia!" kata Larry "Saksi alibinya tidak cuma satu,
tapi seratus orang."
"Ya - dengan begitu jelas ia tidak bisa dicurigai lebih lanjut," kata Fatty. "Nah -
sekarang Tersangka terakhir."

Tersangka no. 7. John James, yang dalam pertunjukan memainkan peranan Raja Hitam
Katanya malam itu ia menonton film, yang judulnya, 'Anda Kan Tahu Bagaimana'.
"Alibi itu juga tidak kuat," kata Pip "Bisa saja ia masuk sebentar, lalu keluar
lagi. Ia bahkan bisa masuk kembali dan melanjutkan menonton, setelah melakukan
perampokan. Alibi yang rapuh, menurut pendapatku!"
"Kurasa Pak Goon tentu akan memeriksa segala alibi ini, jika ia belum
melakukannya," kata Fatty
108
Tapi dia kan lamban, jadi bisa saja ia tidak melihat sesuatu hal penting, yang
mungkin kita melihatnya Jadi usulku, kita semua mengecek sendiri segala alibi ini!"
Sesaat semuanya membisu. Tidak ada yang merasa sanggup melakukan tugas itu.
Menanyai orang saja sudah sukar - apalagi mengecek alibi!
"Aku tak sanggup." kata Bets. "Aku tahu, aku anggota Pasukan Mau Tahu dan harus
melakukan tugas yang kausuruh, Fatty. Tapi aku takkan bisa mengecek ali - alibi!
Maksudku - itu kan sudah terlalu mirip pekerjaan detektif."
"Yah - kita ini memang masih anak anak," kata Fatty. "tapi walau begitu, kita
detektif yang cukup hebat. Ingat saja misteri-misteri yang sudah berhasil kita
singkapkan selama ini. Tapi memang, kasus yang kita hadapi sekarang ini agak lebih
sulit!"
"Jauh lebih sulit," keluh Larry. "Perasaanku sama seperti Bets - sama sekali tidak
mampu."
"Jangan menyerah sebelum mulai," kata Fatty. "Nah, sekarang kukatakan saja apa yang
harus kita lakukan."
"Apa itu?" tanya teman-temannya Buster memukulkan ekornya ke lantai, seolah-olah
juga sangat ingin mengetahui pertanyaan itu.
"Tiga hal yang perlu kita lakukan," kata Fatty. Kita harus menanyai Boysie, lalu
menarik kesimpulan tentang pendapat kita tentang dia. Kita menanyainya beramai-
ramai, seperti usulku sebelum ini."
109
"Baiklah." kata Larry. "Lalu?"
"Para tersangka lainnya juga kita datangi satu per satu," kata Fatty. Teman-
temannya mengeluh serempak.
"Aduh, Fatty - enam orang! Dan semuanya sudah dewasa! Mana mungkin kita
melakukannya," kata Daisy. "Lalu alasan apa yang kita pakai untuk mendatangi
mereka?"
"Alasan yang bagus sekali," kata Fatty. "Kita membawa buku kumpulan tanda tangan
kita lalu meminta tanda tangan para aktor itu! Nah - pada saat itu kita kan bisa
saja membuka percakapan?"
"Itu ide yang hebat sekali," kata Pip. "Benar-benar hebat. Fatty. Sungguh, kau
selalu saja bisa menemukan ide-ide yang bagus!"
"Ah - kalian kan tahu, aku ini punya otak," kata Fatty dengan nada merendah. "Kalau
kalian mau tahu, aku..."
"Sudah, janganlah bercerita lagi tentang segala kehebatan yang kaulakukan di
sekolah selama semester yang lalu." kata Pip. "Teruskan saja dengan rencana kita!"
"Baiklah." kata Fatty Dari sikapnya nampak bahwa ia agak tersinggung. "Hal ketiga
yang perlu kita lakukan, adalah mengecek alibi para tersangka, seperti sudah
kukatakan tadi. Tugas itu tidak begitu sulit, jika kita mau berpikir sedikit.
Misalnya saja. Daisy kan mengatakan kenal pada kakak Zoe Markham yang tempat
tinggalnya dekat dengan rumahnya, ia juga mengatakan, salah seorang anak wanita itu
sebentar lagi akan merayakan hari ulang
110
tahun. Nah, Daisy - kau kan bisa saja datang ke sana bersama Bets untuk
menyampaikan hadiah ulang tahun, lalu mengobrol dengan ibu anak itu, untuk
menyelidiki apakah memang benar kemarin malam Zoe ada di situ sejak petang! Kakak
Zoe takkan merasa curiga, jika menghadapi dua orang anak yang datang membawakan
hadiah untuk anaknya"
"Ya - baiklah, Fatty, itu bisa kulakukan," kata Daisy. "Kau kan mau ikut, Bets?"
"Mau," kata Bets. "Tapi kau yang mengajukan pertanyaan, ya?"
"Kau juga harus membantu," tukas Daisy. "Aku tidak mau kalau semuanya harus
sendiri!"
"Sekarang, tersangka berikut. Lucy White. yang pergi menemani Bu Adams, wanita
jompo yang sedang sakit," sambung Fatty. "Larry. katamu tadi Bu Adams itu teman
juru masak kalian, dan dulu kadang-kadang datang untuk membantu menjahit. Tidak
bisakah kau dan Daisy mencari sesuatu yang perlu dijahit lalu membawanya ke wanita
itu - lalu di sana mengajukan beberapa pertanyaan mengenai Lucy White?"
"Ya, bisa saja," kata Daisy. "Aku pura-pura ingin menghadiahkan sesuatu pada ibuku
pada perayaan Paskah nanti. Bisa saja kubawa ke sana sarung bantal untuk
disulamkan. Pokoknya, sesuatu kayak begitu. Aku sudah pernah datang ke rumah Bu
Mary Adams!"
"Bagus!" kata Fatty. "Itu dua alibi yang bisa kita periksa dengan mudah. Sekarang
alibi berikut.
111
Sebetulnya dua alibi sekaligus, karena keduanya saling bertalian-antara Peter
Watting dan William Orr. Yah - rupanya mereka berdua pergi ke restoran kecil yang
bernama 'Menara', di mana mereka minum kopi dan makan sandwich. Pip, kita berdua
besok pagi ke sana dan juga memesan kopi dan sandwich."
"Tapi besok kan hari Minggu." bantah Pip. "Aku harus ke gereja!"
"O ya, betul juga! Aku lupa. bahwa besok Minggu," kata Fatty "Yah, kalau begitu
Senin atau Selasa pagi saja kita ke sana. Kini. Tersangka nomor enam. Alec Grant,
yang mengaku waktu itu mengadakan pertunjukan di Gedung Hetton dengan disaksikan
sekitar seratus penonton. Alibi itu begitu kuat, rasanya tidak perlu diteliti
lagi."
"Kalau begitu tidak usah." kata Larry.
"Tapi soalnya - detektif yang baik selalu mengecek segala-galanya," kata Fatty.
"juga apabila ia menganggap sebetulnya tidak perlu lagi Jadi lebih baik kita
mengeceknya pula. Bets, kau ikut dengan aku untuk mengeceknya. Kita cari seseorang
yang menghadiri pertunjukan itu, lalu menanyainya apakah Alec Grant benar-benar ada
di sana."
"Baik. kata Bets. ia tidak pernah merasa berkeberatan melakukan tugas apa pun juga,
asal bersama Fatty ia merasa aman dengan anak itu seaman ditemani orang dewasa.
"Dengan begitu tinggal satu tersangka." kata Fatty, sambil memperhatikan daftar di
tangannya
112
"Orang itu John James, yang mengaku waktu itu menonton film."
"Ya - dan kita tadi menganggap alibi itu tidak kuat," kata Rp. "Siapa yang harus
mengecek keterangan itu?"
"Ah - kurasa itu bisa kulakukan bersama Larry, atau kau bersama Larry," kata Fatty
Tapi bagaimana caranya?" tanya Larry. "Kita harus mencari akal," kata Fatty. "Nah.
begitulah! Banyak yang perlu kita selidiki! Kita harus mendatangi Boysie, meminta
tanda tangan para aktor supaya ada kesempatan memperhatikan mereka - lalu mengecek
segala alibi. Berat juga tugas kita!"
Tapi kita kan harus ke stasiun besok. Fatty. untuk memperdayai Pak Goon," kata Bets
mengingatkan. "Itu jangan sampai dilupakan!"
Aku tidak lupa," kata Fatty sambil nyengir. "Itu memang juga harus kita lakukan.
Untuk itu aku akan memakai bantalan pipiku."
"Apakah itu?" tanya Bets heran ia tertawa terpingkal-pingkal, ketika dijelaskan
oleh Fatty. "O ya, harus memakainya. Mudah mudahan saja aku tidak terkikik kalau
melihatmu nanti!"
"Awas kalau kau tertawa, Bets," kata Fatty, sambil mencubit hidung anak itu.
"Keretaapi pukul Berapa yang kita beri garis di bawahnya?"
"Kereta pukul setengah empat siang," kata Pip kami semua akan hadir di sana, Fatty.
Lalu kau sendiri, apa yang akan kau kenakan? Apakah akan
113
pergi ke stasiun desa berikut, naik kereta di situ supaya tiba di sini pukul
setengah empat?"
"Betul," kata Fatty. "Jadi berjaga-jagalah untuk mencariku Aku harus pulang
sekarang. Aku baru ingat bahwa aku disuruh ibuku pulang satu jam yang lalu, untuk
bertemu dengan bibinya. Aduh, aku ini pelupa sekali!"

Bab 11
Pak Goon Dipermainkan

Malam itu Fatty mengatur jadwal waktu pelaksanaan rencana Pasukan Mau Tahu. Satu
hal sudah jelas. Besok hari Minggu, jadi tidak banyak yang bisa mereka lakukan saat
itu. Daisy pada hari Senin harus membeli hadiah ulang tahun untuk anak kakak Zoe.
lalu mengantarkannya bersama Bets. Lalu keesokan harinya mungkin ia bisa pergi
bersama Larry untuk mengunjungi Bu Adams. dan meminta keterangan pada wanita jompo
itu mengenai Lucy White.
Fatty sendiri, bersama Larry akan ke restoran 'Menara' pada hari Senin. Di sana
mereka akan memesan kopi dan sandwich. sambil berusaha mencari keterangan mengenai
Peter Watting dan William Orr Sedang tentang Alec Grant. itu akan ditangani paling
akhir. Soalnya, alibinya nampak kokoh sekali, dengan saksi sekitar seratus orang,
ia takkan berani mengajukan alibi seperti itu, apabila
lak sesuai dengan kebenaran!
"Tapi aku tidak tahu. bagaimana caranya menyelidiki alibi tersangka paling akhir,"
kata Fatty pada dirinya sendiri. "Siapa lagi namanya? O ya - John James. Kan tidak
bisa aku mendatangi
gedung bioskop dan mengajukan pertanyaan! Ah. nanti aku pasti bisa menemukan salah
satu jalan!"
Dipandangnya bayangan dirinya dalam cermin Ia memikirkan penyamaran yang akan
dipakainya besok. Sesuatu yang pantas, tapi aneh. Dan rambut merah, supaya
perhatian Pak Goon tertarik padanya, ia akan memakai kaca mata hitam, dan berpura-
pura cadok. Pasti anak-anak tertawa jika melihatnya.
"Boysie kita datangi Senin pagi," pikir Fatty sambil membuat garis-garis menurun
dari kedua sisi cuping hidungnya ke sisi bibir. "Huh - seramnya tampangku! Grrr!
Hahh!"
Dihapusnya lagi garis-garis itu, lalu melakukan percobaan dengan berbagai bentuk
alis. Sementara itu ia terus sibuk memikirkan rencananya.
"Kita semua pada hari Senin nanti akan meminta tanda tangan, setelah pertunjukan
sore di Teater Kecil," pikirnya. "Ah - kenapa kita tidak menonton saja sekaligus,
supaya bisa melihat mereka beraksi. Mungkin tak ada kesimpulan yang bisa diambil
daripadanya, tapi siapa tahu?! Ya, itu ide yang baik. Nah - hari Senin nanti kita
akan cukup sibuk. Sekarang bagaimana dengan besok Apakah sebaiknya kusapa Pak Goon,
apabila aku bertemu dengan dia setelah turun dari kereta api? Aku bisa saja
menanyakan jalan padanya!"
Fatty mencoba-coba berbagai suara yang berlain-lainan. Mula-mula suara yang berat
menirukan suara seorang pendeta yang pernah datang untuk berkhotbah di sekolahnya
pada suatu
116
hari Minggu Teman-teman sekolahnya semua mengagumi suaranya yang berat.
Setelah itu ia mencoba suara yang tinggi. Tidak! Kurang cocok. Kemudian dicobanya
logat orang asing. Ya - itu cocok sekali!
"Maaf, Pak - tolong tunjukkan jalan ke Jalan Hofel-Fofel." kata Fatty dengan logat
Perancis.
Bagaimana. Pak? Saya kurang mengerti! Saya katakan tadi. saya ingin tahu di mana
Jalan Hofel Fofel Ya - HOFEL FOFEL!"
Tiba-tiba pintu kamarnya diketuk dari luar
"Frederick." terdengar suara ibunya, "apakah Pip serta kawan-kawanmu yang lain ada
di dalam? Kau kan tahu, aku tidak mau jika mereka sampai terlalu malam bermain di
sini."
Fatty kaget lalu membukakan pintu.
"Tidak. Bu - tentu saja mereka tidak ada di sini. Aku seorang diri!"
Begitu melihat tampangnya. Ibu langsung mendengus dengan jengkel.
"Huh - Frederick! Kauapakan lagi alismu? Kelihatannya mencong-mencong! Dan apa itu,
yang kelihatan hitam sekeliling matamu?"
"Ah - cuma kerutan saja yang kugambar dengan pinsil, untuk coba-coba," kata Fatty.
lalu menghapus kerutan palsu itu dengan tergesa-gesa.
Ibu tidak perlu khawatir tentang alisku, Bu. Alisku tidak mencong-mencong.
Lihatlah!"
Dilepaskannya alis palsu yang menempel di keningnya, untuk menunjukkan alisnya yang
asli
117
pada ibunya. Dan alis itu memang sama sekali tidak miring letaknya!
"Kau ini macam-macam saja, Frederick," tukas ibunya. "Aku ke sini sebetulnya
'karena ayahmu ingin agar kau ikut mendengarkan siaran radio bersama dia. Ada
laporan mengenai suatu bagian dari negeri Cina yang sangat dikenal olehnya. Tapi
kau tahu pasti, di sini tidak ada orang lain kecuali kau sendiri? Ketika aku sedang
di tangga tadi, aku mendengar suara berbagai orang."
"Silakan memeriksa di bawah tempat tidur, Bu - atau di balik tirai dan dalam
lemari," kata Fatty. Tentu saja ibunya tidak mau repot-repot memeriksa, melainkan
turun lagi ke bawah. Tapi sesampai di tangga, ia tertegun. Didengarnya suara
seseorang bernada tinggi menanyakan, "Sudah pergikah dia? Bisakah aku keluar
sekarang?"
Dengan segera Ibu kembali lagi ke kamar Fatty. Ia jengkel, karena ternyata ada
orang lain di kamar anaknya. Tapi begitu melihat tampang Fatty yang nyengir, Ibu
ikut tertawa.
"Ah - rupanya kau lagi yang sedang menyamarkan suaramu," katanya. "Mestinya sudah
harus kusangka dari tadi. Aku benar-benar tidak mengerti, bagaimana mungkin angka
rapor-mu selalu bagus, Frederick. Tingkah-lakumu di sekolah pasti tidak bisa
dijadikan teladan!"
"Yah, Bu - yang penting kan otak," kata Fatty dengan nada merendah. "Kan bukan
salahku jika aku ini pintar? Maksudku..."
118
"Ssst!" desis Ayah, karena sambil bercakap-cakap, ibu dan anak itu memasuki ruang
keluarga Sedang saat itu siaran radio yang hendak didengar Ayah sudah dimulai.
Laporan itu ternyata tentang suatu daerah Cina yang tidak banyak dikenal orang.
Uraiannya membosankan sekali. Setengah jam lamanya ia terpaksa duduk di situ.
Sambil berpura-pura mendengarkan, otaknya sibuk menyusun rencana selanjutnya
Ayahnya merasa puas, melihat tampang Fatty begitu tekun. Seolah-olah mendengarkan
dengan penuh perhatian!
Para anggota Pasukan Mau Tahu merasa seolah-olah waktu berjalan lambat sekali
Perasaan mereka selalu begitu, jika akan terjadi sesuatu yang menarik Bets sudah
tidak sabar lagi menunggu besok sore. Seperti apakah Fatty menyamar nanti? Apakah
yang akan dikatakan olehnya? Apakah ia akan mengedipkan mata pada teman-temannya?
Keesokan harinya pukul tiga lewat dua puluh lima menit, Larry, Daisy, Pip dan Bets
berjalan dengan tenang menuju peron. Semenit kemudian Pak Goon tiba. ia agak
kehabisan napas, karena sebelumnya ia habis bertengkar dengan P.C. Pippin, dan oleh
sebab itu harus bergegas-gegas pergi ke stasiun. Setiba di situ, dengan segera
dilihatnya anak-anak yang berdiri menunggu. Dipandangnya mereka dengan mata
melotot.
"Mau apa kalian di sini?" tanya Pak Goon.
"Rasanya sama seperti Anda." jawab Pip. Menjemput seseorang."
119
"Kami menjemput Fatty," sela Bets. Larry cepat-cepat menyikutnya.
"Tidak apa," bisik Bets menenangkan, "aku kan tidak membocorkan rahasia! ia pasti
takkan bisa mengenali Fatty jika melihatnya nanti!"
Sesaat kemudian kereta api masuk ke stasiun, lalu berhenti. Banyak juga penumpang
turun. Pak Goon memperhatikan mereka semua dengan cermat, ia berdiri dekat pintu
keluar. Anak-anak berdiri tidak jauh dari situ. sambil mencari-cari Fatty.
Bets menyikut Pip. Seorang wanita tua yang nampak gemuk sekali berjalan di peron.
Mukanya diselubungi dengan selendang tipis, yang berkibar-kibar dipermainkan angin.
Pip menggeleng. Tidak - betapa hebatnya pun kemampuan Fatty menyamar, tapi tidak
mungkin ia bisa kelihatan seperti wanita tua berpotongan galak itu.
Seorang laki-laki lewat. Jalannya pincang, bertopang tongkat Topinya terbenam
menutupi muka, sedang mantel yang sudah tidak keruan bentuknya tersampir di pundak,
ia berkumis jarang, sedang jenggotnya kecil dan janggal kelihatannya. Rambutnya
agak kemerah-merahan. Pak Goon menatap orang itu dengan tajam.
Tapi Bets tahu, orang itu bukan Fatty Fatty takkan bisa menirukan bentuk hidung
yang bengkok seperti paruh kakaktua itu.
Pak Goon kelihatannya sudah cenderung untuk membuntuti laki-laki itu. Tapi saat itu
juga ia
120
melihat seorang laki-laki lain Orang itu rambutnya lebih merah lagi. Jadi jauh
lebih mencungakan!
Laki-laki itu nampaknya orang asing. Sebuah topi aneh bertengger di atas rambutnya
yang tersisir rapi. Ia memakai semacam jubah yang kelihatannya model luar negeri.
Jubah itu menyelubungi pundaknya. Sepatunya lancip ujung depannya,
dan disemir mengkilat.
Entah untuk apa, ujung bawah celana panjangnya dijepit seperti pengendara sepeda
yang takut kalau ujung celananya robek tersangkut rantai. Hal itu menyebabkan
tampangnya nampak semakin asing, menurut perasaan Bets Orang itu memakai kaca mata
hitam. Kumisnya tipis berwarna merah,
sedang pipinya menggembung. Mukanya penuh dengan bintik bintik Bets kagum
melihatnya, ia heran, bagaimana Fatty bisa membuat bintik-bintik seperti itu.
Tentu saja Bets langsung menduga bahwa laki-laki itu pasti Fatty. Begitu pula
halnya dengan anak-anak yang lain. Tapi jika mereka tidak tahu bahwa Fatty akan
turun dari kereta, besar kemungkinannya mereka pun akan sangat sangsi Hanya gayanya
berjalan dan memandang berkeli-ling, membuat mereka benar-benar yakin.
Laki-laki bertampang asing itu menyenggol Bets, ketika ia menuju ke pintu keluar,
ia menyikut rusuk Bets, sehingga nyaris saja anak itu terkikik karena geli.
"Karcisnya, Pak." kata penjaga pintu, ketika ia melihat bahwa Fatty tidak
menyodorkan karcis
121
Fatty meraba-raba seluruh kantongnya, satu demi satu. Sambil mencari, ia mengomel.
"Huh, kart-yis itu - ke mana lagi sekarang! Tadi masih ada! Aku tahu pasti.
Warnanya Hid-yau!"
Pak Goon memperhatikan dengan waspada. Polisi desa itu sudah siap untuk menahan
orang asing itu, apabila ia tidak menyerahkan kart-yis - eh, karcisnya. Tahu-tahu
orang asing itu membungkuk, lalu mendorong kaki Pak Goon ke samping. Pak Goon
langsung melotot.
"He! Apa-apaan ini?" tukasnya.
"Maaf banyak sekali," kata orang asing itu sambil melambai lambaikan sepotong
karcis di depan hidung Pak Goon yang besar. "Ini dia kart-yisnya, d-yatuh ke tanah
lalu kaki Anda yang besar mengind-yakn-ya! Aha!" Fatty menyodorkan karcis itu pada
penjaga pintu yang tercengang, lalu menerobos ke luar melewati Pak Goon. Tapi
kemudian ia berhenti dengan tiba-tiba, sehingga mengagetkan polisi desa itu.
"Ahh - Anda kan plisi, ya?" tanya Fatty yang menyamar menjadi orang asing. Ia
mendekatkan mukanya ke wajah Pak Goon. berpura-pura cadok matanya. "Mula-mula
kusangka Anda masinis kereta - tapi sekarank kulihat Anda ini plisi!"
"Ya - aku polisi desa ini," kata Pak Goon menggerutu, ia semakin curiga terhadap
orang asing yang aneh itu. "Anda mau ke mana? Tentunya masih baru di sini."
"Ya - memank! Aku orang asink," kata Fatty. "Aku ing-gin tahu d-yalan ke suatu
tempat. Anda
122
bisa bilank tempat itu?"
"Ya, tentu saja," jawab Pak Goon senang.
"Eh - anu - aku ment-yari Rumah Hofel-Fofel, letakn-ya di D-yalan Willow,'' kata
Fatty Pak Goon melongo.
"Di sini tidak ada tempat yang namanya begitu,'' �owabnya.
"Kukatakan Hofel Fofel, tapi Anda bilank tidak tahu! Mana mungkin?" seru Fatty,
lalu pergi
dengan langkah bergegas. Pak Goon langsung mengikutinya. Tahu-tahu Fatty berhenti
lagi
dengan cepat sehingga tertubruk Pak Goon. sementara itu Bets sudah terpingkal-
pingkal tertawa, sehingga agak ketinggalan berjalan. "Di sini tidak ada rumah yang
namanya seperti
itu." kata Pak Goon dengan bingung. "Anda mencari siapa?"
"Itu urusanku sendiri-urusan rahasia, sang-gat rahasia," kata Fatty "Di mana itu -
D-yalan Willow? Akan kut-yari sendiri itu Rumah Hofel
fotel."
Pak Goon menunjukkan arah Jalan Willow pada orang asing' itu. Dengan segera Fatty
melangkah lagi dengan cepat, dibuntuti oleh Pak Goon Napas polisi desa itu
terengah-engah. Anak-anak mengikuti dari jauh, sambil menahan tertawa. Hasil
pencarian Fatty, sudah bisa diduga sebelumnya, ia tidak menemukan Rumah Hofel-Fofel
yang dicari.
"Aku akan ment-yari di seluruh desa, sampai kulihat tempat itu," kata Fatty dengan
nada serius
123
pada Pak Goon. "D-yang-gan ikuti aku terus. Pak Plisi - aku sudah bosan melihatmu!"
Setelah itu Fatty cepat-cepat berjalan lagi. sehingga Pak Goon tertinggal. Polisi
desa itu melihat keempat anak yang mengikuti dari belakang. Keningnya langsung
berkerut. Anak-anak yang menyebalkan, pikirnya. Tidak bisakah ia membuntuti orang
tanpa mereka ikut pula?
"Ayo pergi!" bentaknya, ketika keempat anak itu sudah mendekat. "Kalian dengar atau
tidak? Ayo pergi!"
"Masak kami tidak boleh jalan-jalan, Pak Goon?" kata Daisy dengan suara memelas.
Pak Goon mendengus, lalu bergegas menyusul orang asing sialan' itu, yang sudah
hampir lenyap dari pandangan
Fatty sebenarnya memang sedang berusaha meninggalkan Pak Goon. ia sudah bosan
keluyur-an lama-lama. ia ingin pulang, supaya bisa asyik tertawa bersama teman-
temannya. Tapi Pak Goon ternyata tidak gampang menyerah. Dengan tabah (walau
napasnya tersengal-sengal) dibuntutinya terus 'orang asing' itu. Karenanya Fatty
lantas berpura-pura membaca nama berbagai rumah sepanjang jalan, sambil memicingkan
mata di balik kaca mata hitamnya Sementara itu ia sudah semakin dekat ke rumahnya
sendiri
Dengan cepat ia menyelinap masuk ke peka rangan lewat pintu pagar depan, lalu
bergegas menuju ke belakang kebun, ia masuk ke dalam gudang tempat anak-anak biasa
berkumpul!
124
mengunci pintu lalu cepat-cepat melepaskan segala samarannya. Dibersihkannya muka
dari cat perias, dilepaskannya alis dan rambut palsu, dikeluarkannya bantalan yang
menyumpal pipi Setelah meluruskan letak dasi. ia keluar lagi.
Dilihatnya keempat temannya memandang dengan cemas dari balik pagar
"Pak Goon masuk, untuk memberi tahu ibumu," bisik Larry. "Pasti ia merasa ada orang
asing yang mencurigakan dalam kebun kalian, dan karenanya meminta ijin untuk
mencarinya."
"Biar saja." kata Fatty sambil nyengir. "Aduh. sakit rasanya perutku karena menahan
tertawa. Ssst! Itu dia Pak Goon - bersama Ibu."
Fatty berjalan dengan santai, menghampiri mereka.
"Eh, Pak Goon." sapanya. "Ada di sini ya!" "Kusangka kawan-kawanmu tadi menjemputmu
di stasiun." kata Pak Goon dengan nada curiga.
"Betul," jawab Fatty dengan sopan. "Mereka tadi menjemputku. Itu mereka!"
Keempat temannya sementara itu sudah masuk lewat pintu pagar di belakang kebun,
lalu berdiri di belakang Fatty dengan sikap tak bersalah. Pak Goon memandang mereka
dengan heran.
"Lho!" katanya. "Mereka tadi kan terus-terusan membuntuti diriku? Dan aku sama
sekali tidak melihatmu di stasiun!"
"Mana bisa. Pak Goon - Fatty ada tadi," kata Larry dengan serius. "Mungkin Anda
saja yang
125
tidak mengenalinya. Tampangnya kadang-kadang memang lain."
"Pak Goon," sela Bu Trotteville dengan tidak sabaran, "kata Anda tadi. Anda hendak
mencari seseorang yang mencurigakan, yang tanpa ijin masuk ke kebunku ini. Ini hari
Minggu siang. Pak- aku masih ada pekerjaan di dalam. Anda jangan membuang-buang
waktu lagi dengan anak-anak ini."
"Ya - tapi - tapi..." Pak Goon merasa tidak mampu lagi berpikir. Bagaimana mungkin
anak-anak itu bisa menjemput Fatty, jika anak bengal itu tadi tidak ada di stasiun?
Bagaimana mereka bisa berani mengatakan bahwa mereka datang bersama Fatty dari
sana, jika ia tahu pasti bahwa sesiang itu mereka membuntuti dirinya terus? Ada
sesuatu yang sangat aneh dalam persoalan ini!
"Yah - kalau begitu kutinggal saja Anda di sini. Pak Goon," kata Bu Trotteville
lagi. "Anak-anak pasti mau membantu Anda mencari gelandangan yang mencurigakan
itu."
Setelah ibu Fatty masuk, kelima anak itu langsung sibuk sekali membantu Pak Goon
mencari, sehingga polisi desa itu merasa kewalahan. Ia mulai sangsi, apakah bisa
menemukan laki-laki asing berambut merah tadi. Atau mungkinkah itu Fatty yang
menyamar? Ah, mustahil! Takkan ada yang berani mempermainkan dirinya seperti
begitu. Pak Goon merasa kesal, karena kini ia gagal menyelidiki siapa yang datang
dengan kereta pukul setengah empat itu. ia
126
mendengus, lalu keluar lewat pintu pagar depan.
Anak-anak merebahkan diri ke tanah, sambil tertawa terpingkal-pingkal. Begitu sibuk
mereka tertawa, sehingga tidak melihat bahwa Pak Goon memandang mereka dari luar
pagar dengan sikap bingung. Nah - apa lagi yang lucu sekarang, pikir polisi desa
itu. Dasar anak-anak sialan! Mereka itu licin sekali - sama sekali tidak bisa
dipercaya!
Pak Goon pulang dengan perasaan capek dan jengkel.
"Kurang ajar. mencampuri urusan hukum," omelnya, menyebabkan P.C. Pippin melongo
"Selalu saja mencampuri urusan hukum! Pada suatu ketika nanti aku pasti akan
berhasil menjebak mereka - biar sisi lain dari muka mereka yang tertawa Hahh!"
Entah apa lagi yang dimaksudkan oleh Pak Goon dengan sisi lain dari muka anak-anak
Tengkuk kan tidak bisa tertawa.
127
Bab 12
Zoe - Tersangka Pertama

Edit by : zheraf.net
http://www.zheraf.net

Senin keesokan harinya para anggota Pasukan Mau Tahu mulai beraksi Seperti biasa,
mereka berkumpul di rumah Pip. Cukup pagi mereka datang, sekitar setengah sepuluh.
Soalnya, seperti dikatakan oleh Fatty. banyak tugas yang harus dikerjakan hari itu
"Daisy, kau dan Bets harus membelikan kado ulang tahun untuk anak itu - kemenakan
Zoe Markham." kata Fatty "Punya uang tidak?"
"Aku sama sekali tidak punya." kata Bets. "Sudah habis untuk membayar utang pada
Pip."
"Kurasa aku punya satu shilling," kata Daisy
Fatty merogoh kantong, lalu mengeluarkan segenggam uang perak. Anak itu
kelihatannya selalu punya uang. Saudara-saudara orang tuanya sering menghadiahinya
uang, sehingga ia tidak pernah kehabisan.
Fatty mengambil dua keping uang, satu keping dua shilling dan satu lagi bernilai
enam penny.
"Ini, Daisy! Belilah sesuatu seharga setengah crown. Kapan hari ulang tahun anak
itu?"
"Besok," jawab Daisy. "Kebetulan aku berjumpa dengan adiknya kemarin, lalu
kutanyakan."
128
"Bagus," kata Fatty, "jadi cocok sekali! Nah - sekarang kau dan Bets membeli kado
itu, lalu-bungkus dengan rapi. Tulis pesan selamat ulang tahun, lalu antarkan kado
itu ke tempat Bu Thomas, kakak Zoe Markham. Usahakan agar kalian bisa mengobrol
sebentar dengan dia, untuk mengetahui dengan tepat kapan Zoe datang ke situ Jumat
malam yang lewat, lalu kapan ia pergi lagi."
"Tapi bagaimana caranya memancing pembicaraan itu?" tanya Daisy. ia mulai merasa
gugup. Fatty menatapnya dengan sikap galak.
"Masak aku harus merencanakan setiap pembicaraan kalian!? Caranya terserah padamu,
Daisy. Pakai akal sehatmu. Tanyakan apa kado Bu Thomas untuk anaknya - pokoknya
begitulah - pasti kalian kemudian diajaknya masuk ke rumah, untuk melihat hadiah
itu."
"Ya - itu ide yang baik," kata Daisy. "Yuk, Bets ita harus berbelanja dulu."
"Kalau bisa, aku ingin bertemu dengan Pippin sebenta.," kata Fatty "Ada beberapa
hal yang perlu kuketahui, sebelum kususun rencana selan
jutnya."
"Apa yang ingin kauketahui?" tanya Larry ingin
hu.
"Yah - aku ingin menanyakan apakah polisi menemukan bekas-bekas jari tangan di
cermin. Kan cermin itu harus dipindahkan dulu oleh
perampok, sebelum ia bisa membuka lemari besi yang tersembunyi di belakangnya,"
kata Fatty.
129
"Dan di pintu lemari itu pun mungkin ada pula bekas-bekas jari. Kalau ternyata
memang ada, dan perampoknya salah satu aktor teater itu, maka itu berarti kita
tidak usah repot-repot mengadakan penyelidikan lagi. Soalnya, Pak Goon tinggal
mengambil sidik jari para aktor, lalu mencocokkannya dengan bekas jari-jari yang
terdapat di cermin atau peti besi - dan habis perkara Ia langsung menemukan
perampok yang dicari!"
"Aduh, mudah-mudahan saja ia tidak berhasil!" kata Bets dengan nada kecut. "Aku
kepingin bisa meneruskan misteri ini. Aku ingin kita yang berhasil mengusutnya, dan
bukan Pak Goon. Aku suka pada bagian usut-mengusut ini!"
"Jangan khawatir," kata Fatty sambil nyengir. "Aku merasa yakin, pencuri itu takkan
meninggalkan bekas-bekas jarinya. Siapa pun orangnya, ia sangat cerdik!"
"Apakah menurut pendapatmu, dia itu Boysie, aktor kucing?" tanya Daisy.
"Tidak - setidak-tidaknya untuk sementara," kata Fatty. "Tunggu saja bagaimana
pendapat kita nanti mengenainya, apabila sudah berjumpa dengan dia. O ya, Larry -
bagaimana jika kau bersama Pip pergi ke teater pagi ini, untuk membeli karcis
pertunjukan sore nanti? Ini uangnya!"
Dan lagi-lagi keluar segenggam uang perak dari kantong Fatty.
"Untung saja kau kaya, Fatty," kata Bets. "Kalau tidak, pasti pekerjaan usut-
mengusut ini tidak begitu gampang rasanya."
130
"Nah - kita semua kan sudah kebagian tugas pagi ini, ya?" kata Fatty. "Kanan semua
nanti melapor ke sini pukul dua belas, atau kurang lebih pada saat itu. Ayo, Buster
- bangun! Masuk ke keranjang sepeda!"
Buster membuka matanya sambil bangun dari tempatnya berbaring di depan api
pediangan ia menguap, serta mengibas-ngibaskan ekor. Diikutinya Fatty dengan
langkah gontai. Bets mengambil topi dan mantelnya, siap untuk pergi berbelanja
bersama Daisy. Pip dan Larry pergi mengambil sepeda masing-masing. Mereka akan
berangkat ke Teater Kecil, untuk membeli karcis masuk.
Saat itu Fatty sedang mendorong sepedanya, keluar dari gudang, ia berseru memanggil
kedua anak itu.
"Pip! Larry! Nanti jangan cuma membeli karcis saja - usahakan agar kalian bisa
sebanyak mungkin berbicara dengan orang-orang di situ! Coba kalau bisa menyelidiki
sesuatu!"
"Baik, Boss!" kata Larry sambil nyengir "Kami akan berusaha sebaik mungkin."
Kelima anggota Pasukan Mau Tahu berpencar, untuk melakukan penyelidikan. Bets dan
Daisy
berrjalan kaki, karena ban sepeda Bets bocor. Tidak lama kemudian mereka sudah
sampai di tengah desa, lalu langsung menuju ke toko mainan yang ada di situ.
"Jane baru empat tahun umurnya," kata Daisy. Jadi belum ada gunanya membeli
permainan
131
yang rumit. Kita carikan saja permainan yang empuk."
Tapi permainan jenis itu tidak ada yang setengah crown harganya. Semuanya terlalu
mahal. Kemudian Bets melihat seperangkat perabot rumah boneka.
"Aduh, lucunya!" katanya. "Kita beli yang ini saja, Daisy. Sepasang kursi kecil,
sebuah meja dan sebuah dipan. Pasti Jane menyukainya!"
"Berapa harganya?" kata Daisy, sambil memandang label harga yang terpasang. "Dua
shilling, sembilan setengah penny. Uang yang diberikan Fatty tadi setengah crown,
jadi masih kurang tiga setengah penny. Sisanya aku yang membayar. Aku kan punya
satu shilling!"
"Nanti kalau aku punya uang lagi, akan kuberikan satu penny padamu. Wah, aku senang
sekali melihat kursi yang kecil-kecil ini!"
Daisy membeli perabot rumah boneka itu, lalu dibungkus dengan rapi deh pelayan
toko.
"Sekarang kita pulang dulu untuk menuliskan ucapan selamat hari ulang tahun pada
label, lalu mengantarkan kado kita ke rumah Bu Thomas," kata Daisy. Sesampai di
rumah, mereka menuliskan pesan, 'Selamat hari ulang tahun untuk Jane, dari Daisy
dan Bets'.
Setelah itu mereka berangkat lagi, kali ini ke rumah Bu Thomas, kakak Zoe Markham.
Mereka sampai di rumah itu, yang kecil tapi menarik. Letaknya agak jauh dari tepi
jalan. Di depan pintu pagar, mereka berhenti.
132
"Apa yang kita lakukan, jika Bu Thomas tidak ada?" kata Daisy. Ia agak gugup
"Bilang saja, nanti kita kembali lagi," kata Bets dengan segera. "Tapi ia ada.
Kudengar suara Jane dan Dora bermain main dalam kebun."
"Lalu apa kata kita, jika pintu sudah dibukakan?" tanya Daisy yang masih tetap
gugup.
"Katakan kita membawa kado untuk Jane. Lalu kita tunggu, apa kata Bu Thomas," kata
Bets. ia heran, melihat Daisy gugup. "Biar aku saja yang mengurus tugas ini, jika
kau tidak mampu, Daisy!"
Ucapan Bets itu sudah cukup untuk membuat Daisy lenyap rasa gugupnya!
"Siapa bilang aku tidak mampu!" katanya agak tersinggung. "Ayo!"
Keduanya pergi ke pintu depan, lalu membunyikan bel. Bu Thomas membukakan pintu.
"Halo, Daisy," katanya. "Dan siapa ini - ah, kau kan Elisabeth Hilton?"
"Betul, Bu," kata Bets, karena namanya yang sebenarnya memang Elisabeth.
"Eh - anu, Bu - besok Jane kan merayakan hari ulang tahunnya, ya," kata Daisy.
"Kami membawakan kado sedikit untuknya."
"Wah! Kalian anak yang baik hati," kata Bu Thomas. "Apa kado kalian?"
Daisy menyerahkan bungkusan yang dibawa.
"Cuma perabot rumah boneka," katanya. "Ia punya rumah boneka atau tidak?"
"Wah, kebetulan sekali - aku dan ayahnya hendak memberinya hadiah rumah boneka
133
besok!" kata Bu Thomas "Jadi perabot ini benar-benar hadiah yang sesuai!"
"Bolehkah kami melihat rumah itu, Bu?" tanya Bets dengan segera, karena ia melihat
kesempatan untuk masuk ke rumah lalu mengajak Bu Thomas mengobrol.
"Tentu saja," jawab Bu Thomas. "Yuk - masuk!"
Mereka masuk ke rumah. Bu Thomas mengajak mereka ke tingkat atas, untuk menunjukkan
sebuah rumah boneka yang indah, yang disimpan dalam sebuah kamar di situ. Daisy
mengarahkan pembicaraan pada Teater Kecil.
"Adik Anda, Zoe Markham, kalau tidak salah kan ikut bermain dalam pertunjukan di
Teater Kecil, ya Bu?" tanyanya sambil lalu.
"Ya. betul," jawab Bu Thomas. "Kalian sudah pernah menonton pertunjukan di sana?"
"Kami bermaksud hendak menonton sore ini," kata Bets. "Aku kepingin melihat aktor
kucing!"
"Boysie yang malang!" kata Bu Thomas. "Ia menderita sekali saat ini, karena
dirongrong terus oleh polisi yang galak itu. Polisi itu beranggapan bahwa Boysie-
lah yang melakukan perampokan Kalian tentunya sudah mendengar berita menge-nainya."
Saat itu seorang wanita muda yang cantik dan tinggi langsing masuk ke dalam kamar.
"Halo," kata wanita muda itu. "Betul juga pendengaranku tadi. Aku rasanya seperti
mende-
134
ngar orang bercakap-cakap di sini. Sapa teman-temanmu ini, Helen?"
"Ini Daisy, dan yang ini Elisabeth - atau Bets Itu kan nama panggilanmu. Nak?" kata
Bu Thomas sambil berpaling pada Bets "Ini Zoe, adikku Ialah yang bermain dalam
pertunjukan di Teater Kecil."
Wah - kebetulan sekali. Daisy dan Bets memandang Zoe dengan penuh perhatian.
Alangkah cantiknya dia. dengan wajah yang selalu dihiasi senyum manis. Kedua anak
itu langsung menyukai Zoe.
"Kalau tidak salah dengar, kalian sedang berbicara tentang Boysie yang malang itu,
ya," kata Zoe. ia duduk di samping rumah boneka, lalu mulai mengatur perabot di
dalamnya. "Keterlaluan! Seakan-akan ia bisa melakukan kejahatan Jumat malam itu! ia
kan tidak cukup cerdik. Mana mungkin ia mendapat akal begitu, walau hanya untuk
membalas dendam pada manager atas sikapnya terhadap Boysie."
"Kenapa begitu? Apakah manager itu jahat terhadapnya?" tanya Bets.
"Ya - ia selalu bersikap tidak sabar," kata Zoe. "Soalnya, Boysie tidak cepat
mengerti, dan ia selalu mendapat peran yang konyol-konyol, seperti menjadi kucing
Dick Whittington, atau menjadi angsa Bu Angsa dan peran-peran lain seperti itu.
Sudah begitu, manager masih sering membentak-bentak terhadapnya, sehingga Boysie
menjadi semakin payah. Aku tidak tahan lagi pada hari Jumat pagi, ketika kami
sedang berlatih Aku
marah-marah, dan kukatakan terus terang penda-patku pada manager mengenai sikapnya
yang tidak enak itu."
"O ya?" kata Daisy. "Lalu apa kata manager? Marahkah dia?"
"Bukan marah lagi - mengamuk!" kata Zoe. "Kami saling bentak-membentak. Akhirnya
aku diberhentikannya, mulai akhir minggu ini."
"Aduh - kalau begitu Anda kehilangan pekerjaan sekarang," kata Daisy prihatin.
"Ya-tapi tidak apa-apa. Aku sudah capek, dan memang kepingin beristirahat," kata
Zoe. "Untuk sementara waktu aku akan tinggal di sini. di tempat kakakku. Kami
berdua senang karena bisa berkumpul lagi."
"Anda tentunya dalam hati merasa puas bahwa manager Teater Kecil dibius dan
dirampok," kata Daisy. "Pada saat peristiwa itu terjadi, Anda ada di mana?"
"Aku meninggalkan tempat itu pukul setengah enam, bersama teman-teman yang lain,"
kata Zoe. "Aku langsung ke sini. Kurasa Pak Goon beranggapan bahwa akulah yang
melakukan perampokan itu, dengan bantuan Boysie!"
"Tapi mana mungkin, jika semalaman Anda berada di sini?" kata Bets dengan segera.
"Apakah kakak Anda tidak mengatakan pada Pak Goon bahwa Anda ada di sini?"
"Ya - tapi sulitnya, sekitar pukul tujuh kurang seperempat aku ke luar untuk pergi
ke kantor polisi sebentar, setelah anak-anak sudah tidur," kata
136
Zoe "Dan kakakku tidak mendengar aku datang kembali sepuluh menit setelah itu! Aku
langsung naik ke kamar tidur dan berada di situ sampai pukul delapan kurang
seperempat. Setelah itu aku turun kembali ke kamar duduk. Nah - karena itu menurut
Pak Goon, aku bisa saja menyelinap pergi ke Teater Kecil, memasukkan obat tidur ke
dalam teh yang akan diminum manager. Setelah ia pingsan, kupindahkan cermin dinding
dari tempatnya, lalu membuka lemari besi dan mencuri isinya - dan semuanya dengan
bantuan Boysie! Dan yang lebih parah lagi, Pak Goon ternyata menemukan selembar
sapu tangan - yang bukan milikku - tapi di sudutnya tersulam huruf Z. Ia
menemukannya di beranda belakang Teater Kecil. Pak Goon mengatakan, aku menjatuhkan
sapu tangan itu secara tidak sengaja, ketika aku masuk dengan bantuan Boysie malam
itu. Bagaimana pendapat kalian atas tuduhan begitu?"
137
Bab 13
Penyelidikan Larry dan Pip

Bets dan Daisy sangat kaget-apalagi mengenai sapu tangan yang mencelakakan itu.
Muka Daisy merah, mengingat betapa ia menyulamkan huruf Z pada salah satu sudutnya,
tanpa menduga sama sekali bahwa ada orang bernama Zoe.
Keduanya memandang wanita muda yang sedang dirongrong kesulitan itu. Bets mau
menangis saja rasanya. Daisy sudah hampir membeberkan persoalan sapu tangan itu -
tapi tidak jadi. Ia harus minta ijin dulu pada Fatty.
"Pak Goon tidak enak sikapnya," kata Bu Thomas. "Aku ditanyai terus tentang Zoe,
sampai capek! ia juga ingin melihat semua jas dan mantel berwarna biru tua yang ada
di rumah ini - entah untuk apa!"
Daisy dan Bets tahu apa maksudnya! Pak Goon menyimpan sobekan kain biru tua, yang
sengaja ditancapkan oleh Fatty ke paku untuk dijadikan petunjuk palsu. Dan kini
polisi desa itu mencari-cari mantel atau jas yang robek, untuk dicocokkan dengan
sobekan kain yang ada padanya! Aduh - persoalan menjadi semakin gawat.
"Ia juga menanyakan merek rokok yang biasa kami isap," kata Zoe. "Ia kelihatannya
senang
138
sekali, ketika kami menunjukkan kotak rokok Player's!"
Hati Daisy dan juga Bets semakin kecut ketika mendengar keterangan itu. Soalnya,
puntung-puntung rokok yang diserakkan oleh Fatty di beranda belakang teater, juga
Player's mereknya. Siapa yang akan mengira, segala petunjuk palsu itu ternyata
sesuai dengan indikasi yang ada dalam kasus perampokan - dan memberatkan tuduhan
terhadap Zoe!
Bets mengejap-ngejapkan mata. berusaha menahan air mata yang hendak menetes, ia
ketakutan, dan merasa sedih. Ia melirik Daisy. Daisy melihat lirikan Bets. Dengan
segera ia mengerti, bahwa Bets ingin cepat-cepat pergi dari situ. Daisy pun ingin
lekas pergi. Ia merasa takut dan gelisah. Fatty perlu diberi tahu mengenai
perkembangan ini. Betul-betul perlu! Ia pasti tahu apa yang harus dilakukan.
Kedua anak perempuan itu bergegas minta diri.
"Kami akan melihat Anda nanti sore, karena kami akan menonton pertunjukan di Teater
Kecil," kata Daisy pada Zoe. "Bolehkah kami nanti meminta tanda tangan Anda - kami
semua, maksudku?"
"Tentu saja boleh," jawab Zoe. "Kalian ada berapa orang? Lima? Baiklah! Kalau
kalian mau, aku bisa memberi tahu teman-temanku, supaya mereka semua memberikan
tanda tangan untuk kumpulan kalian. Tapi nanti bertepuk tangan untukku, ya?"
139
"O ya, tentu saja," kata Bets bersungguh-sungguh. "Anda jangan sampai ditahan
polisi, ya!" Zoe tertawa.
"Tentu saja tidak," katanya. "Aku kan tidak merampok, dan Boysie yang malang juga
tidak terlibat di dalamnya. Itu aku tahu pasti! Aku sebetulnya tidak takut pada Pak
Goon yang jahat itu. Kalian tidak perlu khawatir!"
Tapi Bets dan Daisy masih saja merasa gelisah, ketika meninggalkan rumah Bu Thomas.
Mereka sudah tidak sabar lagi menunggu pukul dua belas siang, supaya bisa cepat-
cepat menceritakan penemuan mereka pada Fatty, Pip dan Larry.
"Penyelidikan kita tadi berhasil baik," kata Daisy, ketika mereka sudah sampai di
kamar main Pip dan Bets, lalu duduk untuk berunding. "Cuma yang kita temukan,
ternyata hal-hal yang sama sekali tidak enak bagi kita. Aduh - aku merasa bersalah
mengenai sapu tangan itu, Bets! Seumur hidup, aku tak mau berbuat seperti itu
lagi!"
Larry dan Pip datang sekitar pukul dua belas kurang sepuluh menit Keduanya
kelihatan puas
"Hai - bagaimana hasil penyelidikan kalian?" tanya Pip. "Kami berhasil!" ia
menceritakan pengalamannya bersama Larry. Keduanya tadi bersepeda ke Teater Kecil,
lalu pergi ke loket karcis untuk memesan tempat untuk pertunjukan sore Tapi sial -
loket tutup! Pip lantas mengajak Larry mengadakan penyelidikan di sekitar situ.
"Nanti kalau ada orang melihat kita, kita bisa saja mengatakan bahwa kita hendak
membeli karcis.
140
dan sedang mencari-cari seseorang yang bisa dimintai keterangan," kata Pip.
Keduanya lantas pergi ke bagian belakang teater itu. Di situ ada seorang laki-laki
Ia sedang membersihkan sebuah sepeda motor. Pip dan Larry tidak tahu, siapa orang
itu.
"Sepeda motor itu bagus," kata Pip pada Larry. Laki-laki yang ada di situ mendengar
suaranya, lalu mendongak. Orang itu kelihatannya sudah setengah umur Tubuhnya agak
gemuk. Bibirnya tipis sedang keningnya berkerut. Tampangnya memberikan kesan
pemarah.
"Apa yang kalian cari di sini?" tanya orang itu
"Kami sebenarnya datang untuk memesap karcis pertunjukan nanti sore," kata Larry.
"Tapi loket tutup."
"Tentu saja! Kalian bisa membeli karcis, jika datang nanti sore," kata laki-laki
itu. Ia meneruskan kesibukannya, menggosok-gosok spatbor sepeda motornya yang sudah
berkilat-kilat. "Loket hanya dibuka pada hari Sabtu pagi, pada saat diperkira kan
penonton akan banyak. Pokoknya, sekarang pergi dari sini! Aku tidak suka melihat
ada orang lontang-lantung di sini. Setelah peristiwa peram pokan hari Jumat, aku
tidak senang jika ada orang berkeliaran di sekitar teaterku!"
"Ah - apakah Anda manager teater ini?" kata Larry dengan segera.
"Ya, betul! Akulah yang banyak diberitakan ini. Akulah yang dibius dan dirampok
hari jumat
142
yanglalu," kata manager itu. "Huh-jika aku bisa membekuk leher pelakunya, akan tahu
rasa cha
"Adakah kecurigaan Anda tentang siapa yang mungkin pelakunya?" tanya Pip.
"Sama sekali tidak," kata manager itu. "Menurut pendapatku, tak mungkin Boysie
goblok itu yang merampok. Takkan mungkin ia mampu melakukan perbuatan seperti itu.
Lagipula, ia terlalu takut padaku. Kurasa pelakunya seseorang yang dimasukkan oleh
Boysie malam itu, pada saat teater sedang kosong!"
Pip dan Larry asyik mendengar keterangan dari seseorang yang terlibat langsung
dalam kejadian itu.
"Dalam surat kabar diberitakan bahwa Boysie - aktor kucing - mengantarkan teh untuk
Anda - yang sebelumnya sudah diberi obat tidur," kata Larry. "Betulkah itu, Pak?"
"Memang dia yang membawa masuk teh secangkir untukku," kata manager itu. "Saat itu
aku sedang sibuk sekali. Jadi aku hanya menoleh sebentar untuk menerimanya. Tapi
yang datang saat itu jelas Boysie. Aku takkan mungkin keliru, karena masih memakai
pakaian kucingnya, ia terlalu malas untuk melepaskannya. Memang begitulah sifat
Boysie! Aku bahkan pernah mengalami, ia langsung tidur dalam keadaan begitu, tanpa
mengganti pakaian dulu. Tapi orangnya memang kurang normal. Masih kayak anak kecil
saja! Perampokan itu tidak mungkin
143
dilakukan oleh dia sendiri, walau mungkin saja ia ikut terlibat. Boysie gampang
sekali dibujuk!"
"Jadi kemungkinannya ada seseorang yang kembali malam itu, lalu masuk dengan
bantuan Boysie. Minuman teh Anda dicampuri obat tidur, dan kemudian diantarkan pada
Anda oleh Boysie - seperti biasanya, supaya Anda jangan merasa curiga," kata Larry.
"Lalu, begitu Anda sudah tertidur, orang yang dimasukkan oleh Boysie itu menyelinap
masuk ke dalam kamar Anda, menurunkan cermin dinding, mengambil anak kunci dari
tempat Anda menyimpannya, lalui membuka lemari besi. Kemudian orang itu pergi lagi,
sebelum Anda siuman."
"Ya, begitulah kira-kira," kata manager itu. Ia berdiri, untuk mengelap setang
sepeda motornya. "Lagipula pelakunya pasti salah seorang anggota teater, karena
orang lain tidak ada yang begitu banyak tahu tentang hal-hal di sini seperti mereka
Siapa pun perampoknya, orang itu bahkan tahu. bahwa anak kunci lemari tidak
kuselipkan di gelang kunci - tapi kusimpan dalam suatu bagian tersembunyi dari
dompetku. Dan hanya orang-orang teater saja yang tahu bahwa aku tidak menyetorkan
uang hasil penjualan karcis hari Kamis ke bank. Sebab mereka melihat aku kembali
sambil marah-marah, karena ternyata bank tutup!"
Anak-anak mengikuti penjelasan itu dengan penuh perhatian. Beberapa di antaranya
sudah mereka ketahui. Tapi bagaimanapun juga. lebih asyik dan asli rasanya jika
mendengar penuturan
144
manager sendiri. Mereka tidak suka pada orang itu -karena kelihatannya jahat dan
pemarah. Mereka bisa membayangkan, orang seperti manager itu pasti banyak musuhnya,
yang ingin membalas dendam atas perbuatannya yang menyakiti hati.
"Kurasa polisi pasti langsung beraksi setelah itu," kata Pip. Ia mengambil lap,
lalu ikut membersihkan jari-jari roda sepeda motor.
"O ya! Polisi desa - siapa lagi namanya? O ya, Goon-nah! Selama ini ia boleh
dibilang tinggal di sini, sibuk menanyai setiap orang. Boysie sampai setengah mati
ketakutan dibuatnya, sehingga kurasa kini ia sudah tidak tahu lagi apa yang
dikatakannya Goon membentak-bentak, sampai Boysie menangis."
"Dasar jahat!" gumam Pip. Manager itu memandangnya dengan heran.
"Ah - belum tentu! Jika memang Boysie pelakunya, Goon harus berusaha mengorek
keterangan sampai berhasil. Lagipula, tidak ada jeleknya jika Boysie dibentak-
bentak - karena kadang-kadang hanya dengan cara begitu ia bisa dibikin mengerti!"
Sementara itu sepeda motor sudah selesai dibersihkan. Kelihatannya sudah
berkilauan. Manager teater mendorongnya masuk ke dalam sebuah gudang.
"Nah, sekarang selesai," katanya. "Sayang, aku tidak bisa menjual karcis pada
kalian sekarang. Tapi nanti sore, kalian akan bisa memperolehnya
145
dengan gampang. Hari Senin jarang banyak penonton."
Pip dan Lany pergi dari situ. Mereka senang sekali. Asyiknya, keterangan mereka
peroleh langsung dari manager sendiri. Kini pengetahuan mereka tentang kasus itu
sama banyaknya seperti Pak Goon!
Kejadian itu memang sangat misterius. Boysie ternyata memang mengantarkan teh yang
sudah diberi obat tidur pada manager teater. Dan jika bukan ia sendiri yang
menaruhkan obat tidur itu, tentunya ia tahu siapa yang melakukannya, ia pula yang
memasukkan orang yang belum ketahuan itu. Mungkin juga Boysie ikut menyaksikan,
sementara pencuri itu memindahkan cermin dinding dan merampok isi lemari besi.
Semua dugaan yang ada, sangat memberatkan kedudukan Boysie. Lany dan Pip bisa
membayangkan dengan jelas, betapa Pak Goon berteriak dan membentak-bentak Boysie.
untuk memaksanya agar mau mengatakan siapa pelaku perampokan.
"Yuk, kita kembali saja - sekarang sudah pukul dua belas kurang seperempat," kata
Larry. Ia sudah tidak sabar lagi, ingin cepat-cepat menyampaikan laporan pada anak-
anak yang lain. "Aku ingin tahu, bagaimana hasil penyelidikan Bets dan Daisy.
Mereka mendapat tugas gampang. Begitu pula halnya dengan Fatty - ia cuma harus
menanyai Pippin saja."
"Aku suka pekerjaan detektif begini," katanya lagi. sementara mereka bersepeda
pulang. "Kau
146
bagaimana? Tentu saja bagi kita lebih sulit kalau dibandingkan dengan Pak Goon atau
Pippin. Kalau mereka enak saja, bisa mendatangi siapa saja untuk menanyai macam-
macam, karena mereka tahu orang-orang harus memberi jawaban jika ditanyai polisi
Mereka bisa memasuki rumah orang untuk melakukan pemeriksaan - sedang kita tidak
bisa!"
"Betul - tapi di pihak lain, kita mungkin bisa mendapat keterangan yang tidak akan
disampai kan pada Pak Goon," kata Pip. "Nah - itu Pak
Goon!"
Betullah - Pak Goon nampak sedang bersepeda, dengan kening berkerut dan sikap sok
penting Ia memanggil kedua anak itu ketika mereka sudah dekat.
"Mana anak gendut teman kalian' Katakan padanya, jika aku melihatnya lagi pagi ini,
ia akan kuadukan pada orang tuanya. Mencampuri urusan orang lain tanpa diminta!
Mana dia?"
"Tidak tahu," kata Pip dan Larry serempak, sambil nyengir. Mereka juga bertanya
tanya dalam hati, apakah yang sedang diperbuat Fatty saat itu.
"Kalian tidak tahu? Hahh! Pasti kalian tahu di mana ia bersembunyi saat ini, siap
untuk mengorek-ngorek keterangan lagi dari Pippin. Apakah ia mengira bisa turut
dalam kasus ini? Mana bisa! Aku yang menanganinya. Bilang itu padanya!"
Pak Goon meneruskan perjalanannya, meninggalkan Pip dan Larry yang sibuk bertanya
dalam
147
hati - apakah yang sedang dilakukan Fatty itu.
148
Bab 14
Penyelidikan Fatty

Pagi itu Fatty sibuk sekali. Mula-mula ia bersepeda ke rumah Pak Goon. Di sana ia
menjenguk ke dalam kamar depan, lewat jendela. Hanya Pippin yang kelihatan di
dalam. Bagus! Fatty menyandarkan sepedanya ke tembok rendah di depan rumah. Buster
ditinggalkannya di situ. sebagai penjaga. Setelah itu ia memasuki pekarangan depan.
Diketuknya jendela kamar di mana Pippin sedang sibuk bekerja menyusun
laporan dan macam-macam lagi. Pippin menoleh ketika mendengar ketukannya, lalu
meringis. Dibukakannya pintu depan, lalu diajaknya Fatty masuk ke kamar depan. "Ada
kabar baru?" tanya Fatty. "Yah," kata Pippin. "ada laporan mengenai lemari besi
serta cermin dinding, tentang sidik jari. polisi sama sekali tidak menemukan bekas
apa-apa pada kedua benda itu!' "Kalau begitu perampoknya ternyata sangat licin,"
kata Fatty. "Jadi tidak mungkin Boysie!" Pippin hendak mengatakan sesuatu, tapi
Hdak jadi - karena saat itu terdengar gonggongan Buster. Fatty dan polisi muda itu
memandang ke luar. Mereka melihat Pak Goon turun dari
149
sepedanya, dengan tampang cemberut. Buster berdiri di tengah jalan masuk sambil
menggong-gong-gonggong. Seolah-olah ia hendak mengata-kan, "Hii - kau tidak bisa
masuk. Rasakan! Guk. guk! Tidak bisa masuk! Hee!"
"Sebaiknya kau cepat-cepat pergi," kata Pippin gelisah. "Aku sebenarnya masih punya
beberapa kabar baru, tapi kau harus pergi sekarang."
Karena melihat gelagatnya, Buster sudah hendak menyerang Pak Goon, Fatty bergegas
keluar lalu lari ke gerbang depan. Diangkatnya Buster dan ditaruhnya dalam
keranjang sepeda
"Apa yang kaulakukan di sini?" bentak Pak Goon. "Aku sudah memperingatkan Pippin
mengenai dirimu, Tuan Mau Tahu! Kau takkan bisa mengetahui apa-apa dari dia. Ia
tidak ikut dalam kasus ini. Ia tidak tahu apa-apa - dan kalau tahu pun. takkan
dikatakannya padamu. Ayo pergi! Aku sudah bosan melihat tampangmu yang tembam itu!"
"Harap jangan kasar kalau berbicara. Pak Goon," kata Fatty dengan sikap anggun. Ia
tidak suka, jika mukanya dikatakan tembam.
"Siapa yang kasar? Aku tidak kasar - cuma terus terang saja," kata Pak Goon, sambil
mendorong sepedanya memasuki pekarangan "Sungguh, aku tidak mau melihat tampang
gemukmu itu lagi hari ini. Aku ini orang sibuk - banyak sekali urusan penting yang
harus kulakukan. Aku tidak senang jika kau berkeliaran di sini. mau tahu urusan
orang."
150
Setelah itu ia masuk. Ia merasa senang | membayangkan bahwa Pippin tadi pasti
mendengar dia memperlakukan anak gendut itu dengan cara yang seharusnya dilakukan.
Aha! Ia, Pak Goon, sudah jauh perkembangannya ke arah penyelesaian kasus yang
sangat sulit. Semua sudah beres - dan sekali ini Frederick Algemon Trotteville
boleh menggigit jari.
Diiringi perasaan puas itu Pak Goon masuk, untuk menyemprot Pippin. Fatty yang
masih ingin bicara dengan Pippin, pergi menjauh sedikit dengan sepedanya. Kemudian
disandarkannya sepedanya itu pada sebatang pohon, ia sendiri bersembunyi di balik
pohon itu, untuk mengintip, ia menunggu Pak Goon pergi lagi. Polisi desa itu
menyandarkan sepedanya ke tembok rumahnya, seakan-akan hendak pergi lagi.
Sambil mengintai, Fatty memikirkan cercaan Pak Goon mengenai mukanya yang dikatakan
gemuk. Jadi menurut Pak Goon, mukanya gemuk? Baiklah - akan diperlihatkannya
tampang yang benar-benar gemuk! Fatty merogoh kantong, mengambil sepasang bantalan
pipi lalu menyelipkannya ke balik pipi. Seketika itu juga mukanya nampak bengkak!
Beberapa menit kemudian Pak Goon keluar, lalu menaiki sepedanya. Ia menyusur jalan
dengan lambat-lambat. Fatty muncul dari balik pohon, menampakkan diri pada polisi
desa itu.
151
"Kau ada di sini lagi?!" tukas Pak Goon Sikapnya goyah di atas sepeda, karena
marah-"Kau ini..."
Saat itu barulah ia benar-benar melihat tampang Fatty yang menggembung pipinya. Pak
Goon mengejapkan mata, lalu memandang lagi. Fatty tertawa nyengir. Pipinya semakin
membulat seperti balon!
Pak Goon turun dari sepeda, ingin mengamati lebih jelas. Tapi Fatty cepat-cepat
meloncat ke sepedanya, lalu mengayuhnya pergi, ia memasuki sebuah jalan samping,
lalu bersepeda mondar-mandir di situ sambil menunggu. Akhirnya ia merasa bahwa Pak
Goon pasti sudah pergi. Fatty kembali ke rumah polisi desa itu.
"Kau tidak usah khawatir," kata Pippin dan jendela, "ia pergi untuk mengirim kawat.
Setelah itu pergi ke tempat parkir Teater Kecil, untuk memeriksa di tempat itu.
Kemudian ia masih harus datang ke Pertanian Loo, untuk urusan seekor anjing Ia
takkan cepat kembali."
Fatty sudah lebih dulu mengambil bantalan dari balik pipinya, sehingga tampangnya
nampak biasa lagi.
"Aku hanya perlu beberapa menit saja," katanya pada Pippin. "Aku tahu Anda sedang
sibuk. Tapi Anda punya kabar apa lagi?"
"Yah - dalam minuman teh itu ternyata memang ada obat tidur." kata Pippin. "Tidak
berbahaya, tapi keras. Sisa-sisanya ditemukan di dasar cangkir Jadi itu sudah
terbukti!"
152
"Masih ada lagi kecuali itu?" tanya Fatty. Apakah sudah ditemukan jejak uang yang
hilang?"
"Belum! Dan kurasa takkan bisa ditemukan, karena semuanya uang kecil," kata Pippin.
"Ada gambaran mengenai pelakunya?" tanya
Fatty.
"Yah - aku sudah melihat catatan Pak Goon. Jika kau ingin mengetahui alasan
perampokan itu
- yaitu seseorang yang menaruh dendam terhadap manager - seluruh anggota teater itu
bisa dicurigai sebagai pelakunya!" kata Pippin.
Kau kan tahu juga bahwa Pak Goon tidak mau mengatakan apa-apa padaku - tapi ia
begitu "hingga pada dirinya karena telah begitu banyak berhasil menyelidiki,
sehingga ia menyuruhku membaca catatan-catatannya Katanya, besar sekali gunanya
bagiku untuk melihat cara seorang ahli menangani kasus seperti ini!"
Fatty meringis.
"Ya-bisa kubayangkan ia berkata begitu. Tapi apa maksud Anda tadi, anggota teater
semuanya menaruh dendam terhadap manager?"
"Pak Goon menanyai manager, dan banyak keterangan yang diperolehnya," kata Pippin.
"Nah
- misalnya saja Zoe Markham. Pagi hari itu ia bertengkar dengan manager, sehingga
dipecat. Sedang Lucy White - ia ingin meminjam uang karena ibunya sakit, tapi
permintaan itu ditolak. Lalu Peter Watting dan William Orr-kedua orang itu kepingin
berperan dalam pertunjukan teater
153
yang serius, dan tidak hanya cerita-cerita jenaka saja. Tapi mereka malah
ditertawakan manager. ia mengatakan, mereka hanya cocok untuk pertunjukan-
pertunjukan lucu kelas murahan saja. Katanya. aktor yang mutunya murahan harus puas
dengan pertunjukan-pertunjukan murahan pula."
"Pasti keduanya marah," kata Fatty.
"Ya - rupanya mereka marah sekali," kata Pippin. "Nyaris saja terjadi pukul-
pukulan. Mereka mengancam akan memukul manager, jika ia berani sekali lagi mengatai
mereka aktor kelas murahan Pada hakekatnya mereka aktor bermutu-apalagi William
Orr."
"Wah, mi menarik sekali," kata Fatty. "Terus - siapa lagi yang menaruh dendam?"
"John James meminta kenaikan gaji," sambung Pippin. "Rupanya manager sudah
menjanjikan apabila pertunjukan sudah berlangsung enam bulan. Karenanya ia lantas
menuntut, tapi ditolak Manager mengatakan, ia tidak pernah menjanjikan apa-apa."
"Wah, baik sekaK dia - manager itu," kata Fatty sambil nyengir. "Selalu bersedia
untuk membantu Bukan main caranya mengelola rombongan teater! Pasti semuanya benci
padanya."
"Memang begitu," kata Pippin. "Bahkan Boysie, aktor kucing juga benci padanya.
Nanti dulu - apakah semuanya sudah kusebutkan? Belum, masih ada Alec Grant. ia
minta ijin untuk tampil dalam suatu pertunjukan lain pada hari-hari ia tidak main
di sini - tapi manager tidak
154
mengijinkannya. Rupanya kemudian mereka bertengkar hebat mengenainya! Jadi kaulihat
sendiri, banyak orang yang ingin membalas dendam pada manager atas perlakuannya
terhadap mereka!"
"Lalu bagaimana dengan alibi mereka masing-masing?" tanya Fatty, setelah memikirkan
segala keterangan itu sebentar.
"Semua sudah dicek," kata Pippin. "Dan semua cocok, kecuali ada suatu pertanyaan
susulan mengenai Zoe Markham. Soalnya, malam itu ia meninggalkan rumah kakaknya,
dan tidak ada yang melihat ia datang kembali. Kata Zoe sendiri, ia langsung pergi
ke kamarnya. Tanpa ada yang melihat Jadi kenyataan itu, ditambah dengan huruf Z
yang tersulam di sudut sapu tangan yang ditemukan di beranda teater, Pak Goon kini
menganggap dia serta Boysie sebagai orang-orang yang paling dicurigai!"
Itu sama sekali tidak menyenangkan, pikir Fatty. Sementara itu Pippin sudah sibuk
lagi dengan kertas-kertas laporannya.
"Yah-hanya itu saja yang bisa kuceritakan saat ini," katanya, "dan jangan bilang
siapa-siapa bahwa aku yang bercerita, ya! Lebih baik kau pergi sekarang - dan
jangan lupa memberi tahu padaku, jika kalian mengetahui sesuatu yang
menarik!"
"Saat ini belum ada," kata Fatty. "Hanya mudah-mudahan saja Pak Goon sekarang
capek, setelah kuajak berjalan-jalan lama sekali kemarin
sore!"
155
Pippin menoleh dengan cepat.
"Apa? ia kan membuntuti seorang asing berambut merah? Maksudmu - orang itu kau?"
"Yah - aku berpendapat, tidak ada salahnya jika Pak Goon benar-benar bertemu dengan
seseorang yang turun dari kereta pukul setengah empat," kata Fatty. "Padahal ia
seharusnya kini merasa curiga terhadap orang-orang berambut merah!"
Setelah berkata begitu, Fatty keluar sambil bersiul-siul. Ketika sudah bersepeda
kembali tiba-tiba ia mendapat ilham. Diambilnya bantalan pipinya, lalu
diselipkannya ke balik pipi. Kini ia menuju ke kantor pos. Mungkin saja Pak Goon
masih ada di situ.
Dugaannya ternyata tepat. Fatty cepat-cepat masuk ke sebuah tempat telepon umum,
ketika Pak Goon keluar dari kantor pos Polisi itu berhenti ketika melihat seseorang
meringis ke arahnya dari balik kaca tempat telepon umum. ia kaget sekali Pipi Fatty
membengkak seperti yang dilihatnya beberapa saat yang lalu
Fatty mengangguk sambi! nyengir dengan ramah. Pak Goon meneruskan langkah sambil
menggeleng-geleng karena heran. Anak itu, mukanya semakin sembab saja kelihatannya,
pikirnya. Tak mungkin pipinya begitu karena menahan napas, ia tadi kan meringis!
Jangan-jangan anak itu menderita suatu penyakit.
Fatty melesat pergi dengan sepedanya. Ia mengambil jalan pintas, menuju tempat
parkir
156
belakang teater. Di situ ia membawa sepedanya ke dalam gudang, lalu pura-pura sibuk
memeriksanya. Sesaat kemudian Pak Goon tiba dengan sepedanya, ia turun, lalu
menuntun kendaraannya itu ke dalam gudang, ia melihat ada seorang anak di situ,
tapi tidak begitu diperhatikan olehnya - sampai Fatty berpaling dan memamerkan
mukanya yang melembung.
Pak Goon kaget sekali. Diperhatikannya Fatty dekat-dekat.
"Kau sakit gigi?" tanyanya. "Mukamu sangat bundar!"
Pak Goon masuk ke dalam teater, sementara Fatty berangkat ke Pertanian Loo. Di situ
ia menunggu selama sepuluh menit sambil duduk di sadel sepedanya di balik tembok.
Ketika nampak Pak Goon datang, dengan tiba-tiba Fatty melesat keluar dari tempatnya
bersembunyi. Sekali lagi Pak Goon memandang muka bulat seperti bulan purnama.
"Sekarang pergi!" teriak Pak Goon. "Kau dengan mukamu yang sembab itu, selalu saja
mengikuti aku terus! Sana, pergi ke dokter gigi. Hahh! Kausangka kau lucu ya -
mengikuti aku dengan mukamu yang kayak begitu!"
"Tapi, Pak Goon - kelihatannya malah Anda yang terus-terusan mengikuti aku," bantah
Fatty. Aku pergi menelepon, Anda juga ada di situ! Aku ke tempat parkir- eh, Anda
juga ke situ. Sekarang aku mampir kemari, tahu-tahu Anda ke sini juga! untuk apa
Anda membuntuti aku terus? Atau
157
mungkin Anda menyangka aku yang merampok di Teater Kecil?"
Pak Goon menatap wajah Fatty dengan perasaan heran bercampur sebal ia tidak
mengerti, bagaimana mungkin muka seseorang dengan tiba-tiba saja bisa menggelembung
seperti itu!
Pak Goon memutuskan untuk tidak mampir di pertanian itu, selama di situ masih
berkeliaran anak bertampang sembab itu. Pak Goon pergi lagi.
"Menyebalkan!" gumamnya pada diri sendin _ "Anak itu benar-benar menyebalkan! Tapi
tidak bisa diapa-apakan. Yah - pokoknya, ia tidak tahu bahwa aku sudah banyak
mencapai kemajuan dengan kasus ini. Pasti ia akan kaget nanti jika mendengar bahwa
misteri sudah terbongkar pelaku-pelakunya sudah ditangkap - dan melihat aku
ditepuk-tepuk oleh Pak Inspektur sebagai tanda puas. Biar tahu rasa anak itu,
dengan tampangnya yang sembab!"
Sementara itu Fatty memandang arlojinya Sudah hampir pukul dua belas. Lebih baik ia
lekas-lekas kembali, menggabungkan diri dengan teman-teman. Kabar apa saja yang
berhasil mereka peroleh?
Fatty pergi ke rumah Pip. Anak-anak sudah ada semua di situ. Bets melambai dari
jendela, ketika Fatty datang.
"Cepat sedikit, Fatty! Banyak kabar yang berhasil kami kumpulkan! Kami sudah
khawatir jangan-jangan kau tidak bisa datang!"
158
Bab 15
Pertunjukan Teater - dan Sesudah Itu

Anak-anak duduk di kamar main yang lapang. Mereka menghadapi coklat sekantong,
sumbangan Larry
"Yah - kelihatannya kita semua membawa laporan," kata Fatty. "Anak-anak perempuan
dulu! Bagaimana hasil penyelidikan kalian Daisy dan Bets?"
Bets dan Daisy menyampaikan laporan mereka, keduanya silih berganti melaporkan.
"Untung sekali kami tadi, bisa berjumpa sendiri dengan Zoe," kata Daisy. "Orangnya
manis sekali. Tak mungkin ia yang merampok teater, Fatty!"
"Tapi yang tidak enak, urusan sapu tangan dengan huruf Z itu," kata Bets. "Dan
Fatty - ia mengisap rokok yang sama mereknya dengan puntung-puntung yang kita
sebarkan sebagai perunjuk palsu!"
"Ah - Pak Goon mungkin akan menyadari kemudian bahwa banyak sekali orang yang
mengisap merek itu," kata Fatty. "Jadi soal itu tidak perlu terlalu kita
khawatirkan. Tapi yang kusesali, soal sapu tangan itu. Kenapa kita sulamkan huruf Z
pada sapu tangan konyol itu?!"
159
"Apakah kita tidak perlu menceritakan hal itu pada Pak Goon? Maksudku, bahwa kita
yang menaruh sapu tangan itu, sebagai petunjuk palsu?" tanya Daisy. "Tak enak
rasanya mengingat bahwa Pak Goon merongrong Zoe dengan petunjuk palsu demikian. Kan
kasihan Zoe!"
"Sapu tangan itu tidak bisa dipakai untuk membuktikan apa pun juga," kata Fatty
sambi berpikir. "Andaikan sapu tangan itu miliknya, kan bisa saja tercecer di situ
pada saat lain-dan bukan justru pada malam itu. Aku tidak melihat kemungkinan Pak
Goon bisa memakainya sebagai barang bukti!"
"Pendapatku juga begitu," kata Larry. "Nanti saja kita mengaku apabila kasus ini
sudah selesai Sedang saat ini, aku tidak melihat manfaatnya Paling-paling hilang
peluang kita untuk memecah-kan misteri!"
"Baiklah kalau begitu," kata Daisy. "Tapi aku tetap merasa tidak enak!"
"Harus kuakui, kalian berdua bekerja dengan baik sekali," kata Fatty pada Daisy dan
Bets "Banyak informasi berguna yang kalian peroleh Bagaimana dengan kalian, Pip dan
Lany?"
Kedua anak itu mengisahkan pertemuan mereka dengan manager teater. Fatty
mendengarkan dengan penuh minat.
"Wah - hebat!" katanya, ketika mereka selesai melaporkan. "Aku tidak ragu lagi
sekarang bahwa memang Boysie yang mengantarkan teh berisi obat tidur itu. Yah -
apakah ia sendiri yang menjadi
160
pelakunya, atau mungkin juga hanya membantu orang lain - yang jelas, ia ikut
terlibat, karena mengantarkan teh pada manager! Kurasa ia tidak menyadari bahwa
pada sisa teh itu bisa ditemukan bekas-bekas obat tidur. Hal seperti itulah yang
dilupakan orang tolol kayak Boysie!"
"Yah - sore ini kita akan bertemu dengan dia," kata Daisy. "Aku tadi lupa
mengatakan, Fatty - tapi Zoe sudah berjanji bahwa kita nanti sore bisa berjumpa
dengan para aktor, untuk meminta tanda tangan mereka. Jadi kita juga akan bertemu
dengan Boysie."
"Bagus!" kata Fatty senang. "Kalian semua sudah bekerja dengan baik sekali.
Ternyata ada juga gunanya aku mendidik kalian!"
Teman-temannya langsung melabraknya dari segala pihak. Habis aksinya! Setelah
keadaan tenang kembali, Larry bertanya bagaimana hasil penyelidikannya. Fatty
memaparkan cerita Pippin padanya.
"Aneh - bagaimana semua anggota teater menaruh dendam terhadap manager," katanya
kemudian. "Ia pasti orang yang jahat sifatnya. Melakukan hal-hal yang menyebabkan
orang membalas dendam! Semuanya memiliki motif!" "Apa itu - motif?" tanya Bets.
"Alasan kuat untuk melakukan sesuatu," kata Fatty menjelaskan. "Para aktor
mempunyai alasan kuat untuk membalas dendam pada manager. Mereka mempunyai motif,
untuk membalas sikapnya yang tidak enak."
161
"Misteri ini sangat menarik," kata Larry. "Ada tujuh orang yang mungkin melakukan
perampok- an itu - dan semuanya memiliki motif untuk membalas dendam pada manager.
Tapi semua memiliki alibi yang teguh - kecuali Boysie, dan mungkin juga Zoe. Sedang
kita merasa, tak mungkin keduanya perampok! Zoe terlalu ramah orangnya!"
"Memang - misteri ini sangat mengasyikkan," kata Fatty. "Nah - apa langkah kita
setelah ini?"
"Nanti sore kita semua menonton pertunjukan dan memperhatikan penampilan para aktor
itu. Kemudian kita mendatangi mereka untuk meminta tanda tangan dan mengajak
mengobrol. Perhatian kita terutama pada Boysie," kata Larry dengan segera.
"Kau naik kelas," kata Fatty menggoda, ia meneruskan, "Dan besok, kita akan
meneliti alibi-alibi yang lain. Lany dan Daisy mendatangi Bu Adams, untuk
menyelidiki apakah alibi Lucy White memang sesuai dengan kenyataan. Sedang aku dan
Pip berusaha memeriksa keterangan Peter Watting dan William Orr. Kita juga perlu
mencari akal. bagaimana caranya bisa mengecek John James, ia kan katanya malam
kejadian itu pergi menonton film."
"Ya-dan alibi Alec Grant juga perlu diperiksa," kata Daisy. "Ia mengaku mengadakan
pertunjukan di Sheepridge."
"Sebetulnya konyol, kalau alibinya masih kita periksa," kata Pip. "Begitu banyak
orang yang
162
menjadi saksi, menonton pertunjukannya itu. Pokoknya, keterangannya bisa kita
periksa dengan mudah."
"Wah, lonceng sudah berbunyi memanggil makan," kata Pip. "Aku harus mencuci tangan
sekarang. Pukul berapa kita bertemu lagi nanti sore? Dan di mana? Di teater - atau
di tempat lain?"
"Sebaiknya di teater saja," kata Fatty. "Kita datang pukul tiga kurang seperempat,
karena pertunjukan dimulai pukul tiga. Nah - sampai nanti!"
Siang itu anak-anak makan dengan lahap. Bekerja sebagai detektif, ternyata
menimbulkan selera makan. Sehabis makan siang, Fatty sibuk mencatat segala hal yang
sudah diketahui mengenai misteri itu. Setelah selesai, dibacanya sekali lagi. ia
merasa bingung. Begitu banyak
tersangka, begitu banyak motif yang ada, tapi alibi pun tidak kurang! Bagaimana
caranya untuk mengusut teka-teki itu sehingga terbongkar?
Pukul tiga kurang seperempat, para anggota pasukan Mau Tahu sudah hadir di Teater
Kecil. Setelah membeli karcis, mereka masuk. Mereka memilih tempat di depan, supaya
bisa memperhatikan para aktor dengan teliti.
Mereka duduk di tengah-tengah, pada deretan kedua. Tampat itu bagus sekali.
Terdengar bunyi permainan piano dengan lembut. Dalam pertunjukan itu tidak ada
orkes, karena rombongan teaternya tidak besar. Layar pentas bergerak-gerak
163
terdorong angin, setiap kali pintu terbuka Anak-anak memperhatikan layar itu.
Mereka mengagumi pemandangan matahari terbenam yang terlukis di atasnya.
Pertunjukan dimulai tepat pada waktunya. Pukul tiga persis layar terangkat. Para
penonton meluruskan duduk, siap untuk mengikuti pementasan.
Acaranya terdiri dari tiga bagian. Dua fragmen serta satu kisah jenaka tentang Dick
Whittington Boysie baru tampil pada bagian paling belakang. Anak-anak ramai tertawa
dengan gembira, ketika ia muncul di panggung sambil merangkak-rangkak. diselubungi
pakaian kucing yang mereka lihat dipakai olehnya pada Jumat malam.
Aktingnya kocak sekali. Ia melambaikan tangan pada anak-anak, persis seperti
caranya melambai dari balik jendela, ketika Fatty beserta kedua anak laki-laki
temannya mengintip ke dalam kamar pada hari Jumat itu. Boysie berkeliaran di atas
panggung, merapatkan diri pada Zoe Markham yang berperan sebagai Dick - pokoknya,
penampilan para aktor sangat memuaskan.
"Zoe cantik sekali kelihatannya," kata Larry "Ya, betul - tapi apa sebabnya peran
utama laki-laki selalu dimainkan aktor wanita?" tanyai Daisy pada saat pergantian
adegan. "Kalian ingat tidak - dalam kisah Aladin, yang menjadi Aladin seorang
gadis. Lalu dalam cerita Cinderella, juga seorang gadis yang menjadi pangeran!"
164
"Ssst!" desis Bets. "Layar sudah diangkat lagi Wah, itu dia si Kucing. Aduh -
lihatlah, bajunya robek pada bagian ekornya!"
Aktor kucing rupanya juga mengetahui hal itu karena berulang kali ia meraba bagian
yang robek itu dengan kaki depannya sambil mengeong-ngeong. Seolah-olah ia sedih
karena kulitnya robek!
"Mudah-mudahan saja robeknya tidak semakin membesar," kata Bets. "Kalau itu
terjadi, pasti ia akan diamuk manager jahat itu. Aduh, kocaknya! Lihatlah - ia
pura-pura mengejar tikus. Tikus sungguhan kah itu?"
"Bukan-tikus mainan," kata Daisy. "Boysie ini mungkin saja tidak cerdas, tapi ia
hebat sekali aktingnya. Sungguh!"
Fatty berpikir-pikir. Mungkinkah orang yang begitu pandai bermain teater, bisa
goblok seperti yang dikatakan orang. Yah - ia harus berusaha agar bisa berbicara
dengan Boysie seusai pertunjukan. Mungkin setelah itu ia akan memperoleh gambaran
yang lebih jelas mengenai aktor kucing itu.
Pertunjukan selesai. Layar diturunkan. Para penonton bertepuk tangan lalu bubar.
Saat itu sudah pukul lima lewat.
"Sekarang kita cepat-cepat ke belakang, ke pintu panggung," kata Fatty. "Yuk!"
Sambil menggenggam buku tanda tangan masing-masing, kelima anak itu bergegas lari
menuju pintu panggung. Mereka menunggu
165
selama lima menit di situ. Kemudian Zoe muncul, masih dengan riasan panggung. Tapi
ia sudah berganti pakaian. Kelihatannya sudah berbeda dengan ketika masih menjadi
Dick Whitbngton tadi.
"Yuk, kita masuk - untuk berjumpa dengan rekan-rekanku," ajaknya. "Masih beberapa
menit lagi mereka baru keluar! Di sini kan dingin"
Kelima anak itu berbondong-bondong mengikuti Zoe masuk ke sebuah ruangan besar, di
mana para aktor sedang duduk sambil minum teh.
Peter Watting dan William Orr ada di situ. Yang satu orangnya sudah agak tua dan
bertampang masam. Sedang temannya masih muda, berwajah memelas. Jauh berlainan
dengan penampilan mereka di atas pentas, di mana Peter berperan sebagai majikan
Dick, sedang William menjadi nakhoda kapal yang gagah, yang menyanyikan lagu pelaut
dengan gembira dan lantang!
Kedua aktor itu menganggukkan kepala, ketika melihat anak-anak masuk.
"Halo," sapa mereka. "Kalian ingin minta tandai tangan? Ya, tentu saja kami mau
memberikan Kami merasa bangga karenanya!"
Keduanya lantas membubuhkan tanda tangani mereka dalam buku kumpulan tanda tangan
anak-anak. Setelah itu Zoe memperkenalkan Fatty serta kawan-kawannya pada Lucy
White. Luo bertubuh tinggi dan lemah lembut, ia menjati kekasih Dick dalam cerita
tadi. Ketika masih di atas pentas, ia kelihatan cantik sekali. Anak-anak mengagumi
rambutnya yang panjang berombak
166
dan berwarna pirang. Tapi ternyata itu rambut palsu! Sedang Lucy sebenarnya
berambut coklat Orangnya pendiam. Saat itu ia nampak sedang banyak pikiran.
Lucy juga menandatangani buku anak-anak. Setelah itu datang John James. Orangnya
bertubuh kekar, tinggi besar dengan wajah masam serta langkah berat, ia cocok
sekali memerankan Raja Hitam dalam cerita itu.
"Halo!" sapanya begitu masuk. "Wah - rupanya ada juga yang ingin mengumpulkan tanda
tangan kita, ya? Bukan main, kita ini rupanya termasyhur!"
ia juga membubuhkan tanda tangannya. Se mentara itu Fatty mengajak William dan
Peter mengobrol, sedang Larry berusaha berbicara dengan John James. Pip memandang
ke sekeliling ruangan itu. Ia mencari-cari orang yang bisa dimintai tanda
tangannya.
Saat itu masuk seorang laki-laki bertubuh kecil tapi perlente. Ialah yang memainkan
peran ibu Dick di atas pentas. Aktingnya bagus sekali. Cekatan, dengan suara tinggi
yang kocak, ia bahkan menyanyikan beberapa lagu dengan suara palsu-nya itu.
"Bolehkah kami meminta tanda tangan Anda?" tanya Fatty, sambil menghampiri laki-
laki yang baru masuk itu. "Aku senang sekali menonton akting Anda tadi. Aku sampai
mengira. Anda betul-betul wanita! Bahkan suara Anda pun persis suara wanita!"
167
"Ya - Alec sedang hebat hari ini," kata Zoe. "Waktu menyanyi tadi, bahkan nada-nada
yang tinggi pun dicapainya dengan sangat baik. Tidak ada yang terdengar sumbang!
Kalian harus melihat kalau ia sedang menirukan aku dan Lucy. Persis sekali! Menurut
kami, sayang ia membuang bakatnya di teater kecil seperti begini, ia seharusnya
tampil dalam pertunjukan-pertunjukan besar, di teater yang kenamaan!"
"ia sendiri juga beranggapan begitu. Ya kan, Alec," kata John James dengan nada
agak mengejek. "Tapi manager kita tidak sependapat!"
"Jangan bicara lagi tentang dia padaku," kata Alec. "Kita semua membenci dia. Nih,
anak-anak, katanya sambil menyodorkan buku-buku yang sudah ditandatangani olehnya.
"Mudah-mudahan saja kalian bisa membaca tanda tanganku!"
Fatty membuka buku kumpulan tanda tangan. nya. Ia melihat tulisan yang sangat tidak
jelas. Hanya dengan susah payah saja ia bisa mengenali bahwa itu nama 'Alec Grant'
Zoe tertawa.
"Tulisannya memang begitu," katanya. "Tidak ada yang bisa membacanya. Sungguh-
apakah ia menuliskan namanya, atau 'Aku Gila atau perkataan lain - takkan ada yang
bisa melihati perbedaannya. Aku ingin tahu, apakah ibumu bisa membaca cakar ayammu
itu, Alec."
"Tidak bisa," kata Alec "Kalau aku menulis surat padanya, ia selalu menunggu sampai
aku pulang lalu memintaku agar membacanya. tapi aku juga tidak bisa!"
168
Semuanya tertawa mendengar leluconnya itu.
"Yuk, aku pergi sekarang," kata Alec, sambil melilitkan syal berwarna kuning ke
lehernya. "Sampai besok. Dan malam ini, jangan sampai ada di antara kalian yang
mengetok kepala manager kita!"
169
Bab 16
Minum Teh Bersama Sang Kucing

Anak-anak merasa sudah waktunya mereka pergi lagi. Menurut perasaan Fatty, mereka
sudah terlalu lama di situ. Tapi tiba-tiba ia teringat pada sesuatu.
"He - bagaimana dengan aktor kucing? Kita belum memperoleh tanda tangannya. Mana
dia?"
"Mungkin sedang membersihkan pentas," kata Zoe. "Itu termasuk tugasnya. Tapi ia
takkan bisa memberi tanda tangan - karena Boysie tidak bisa menulis."
"Ah, masak?!" tanya Bets heran. "Tapi ia kan sudah dewasa?"
"Ya, umurnya sudah dua puluh empat tahun," kata Zoe. "Tapi pikirannya masih seperti
anak kecil. Bahkan membaca pun hampir-hampir tidak bisa Walau begitu, orangnya baik
sekali. Sebentar, akan kupanggilkan!"
Tapi Zoe tidak perlu pergi, karena saat itu Boysie sudah datang. Ia masih memakai
pakaian kucing, dengan selubung kepala disingkapkan ke belakang. Kelihatannya aneh
sekali!
Kepala Boysie besar, sedang matanya kecil dan rapat Giginya tersembul ke depan
seperti gigi kelinci. Air mukanya menunjukkan rasa takut.
170
ia menghampiri Zoe, lalu menyelipkan tangannya ke tangan gadis itu. Tingkah lakunya
seperti anak kecil.
"Zoe," katanya merengek, "Zoe harus bantu Boysie."
"Ada apa, Boysie? Bilang saja pada Zoe." Gadis itu berbicara, seperti pada anak
kecil
"Lihatlah," kata Boysie dengan sedih, lalu memutar tubuh. Semua memandang, dan
melihat sobekan besar pada pakaian kucingnya, dekat bagian ekor. Sobekan itu sudah
semakin besar, dibandingkan dengan ketika Bets melihatnya di atas panggung tadi.
"Lalu ini - lihatlah!" kata Boysie sambil menuding perutnya. Pakaian kucingnya juga
robek pada bagian itu "Bisakah Zoe menjahitkan lagi untuk Boysie?"
"Ya - tentu saja. Boysie," kata Zoe dengan ramah Boysie memegang tangan gadis itu
lagi, sambil tersenyum senang, ia terpaksa mendongak, karena tingginya hanya sebahu
Zoe.
"Kau gendut sekarang," kata Zoe. "Itulah, kalau terlalu banyak makan!"
Saat itu barulah Boysie melihat kelima anak yang masih ada dalam ruangan itu. Ia
tersenyum gembira.
"Ada anak-anak." katanya sambil menuding mereka. "Kenapa mereka ada di sini?"
"Mereka ingin berkenalan dengan kita, Boysie," kata Zoe, lalu berbisik pada Fatty,
"ia takkan
171
mengerti maksudku, jika kukatakan bahwa kalian ingin mengumpulkan tanda tangan."
Peter Watting dan William Orr pergi, disusul oleh Lucy White. Gadis itu
meninggalkan rambut palsunya yang pirang di situ. Dengan segera Boysie memakainya,
lalu mondar-mandir dengannya sambil meringis. Tampangnya kelihatan konyol sekali.
"Nah, apa kataku? Dia kan seperti anak kecil saja kelakuannya," bisik Zoe. "Tapi
orangnya polos dan baik hati. Apa saja mau dilakukannya untuk kami. Dan ia mahir
dalam pekerjaan tangan, ia sangat pandai membuat patung kayu. Lihatlah - ini ada
beberapa patung yang dibuatkannya untukku!"
Zoe mengambil sederet patung binatang ber-ukuran kecil, terbuat dari kayu.
Buatannya bagus sekali Boysie yang masih memakai rambut palsu pirang datang
menghampiri mereka sambil tertawa
senang.
"Aduh, Boysie! Bagus sekali buatanmu ini," kata Bets kagum. "Bagaimana caramu
mengukirnya? Lihatlah anak domba ini - persis sekali dengan aslinya!"
Tiba-tiba Boysie lari meninggalkan kamar. Tidak lama kemudian ia kembali sambil
membawa patung anak domba, mirip dengan yang dikagumi Bets. Disodorkannya patung
itu ke tangannya, sambil tersenyum konyol. Matanya berkaca kaca.
"Nih - ambil!" katanya. "Aku suka padamu."
172
Bets berpaling memandangnya, ia tidak melihat tampang yang jelek, dengan mata yang
terlalu rapat serta gigi yang tersembul ke depan. Tidak! ia hanya melihat kebaikan
budi yang takut-takut. Tiba-tiba ia merangkul Boysie. Bets menganggapnya anak yang
jauh lebih muda dan kecil daripada dirinya sendiri
"Nah - lihatlah, betapa senangnya anak itu," kata Zoe pada Boysie. "Kau baik hati!"
Kemudian ia berkata pada anak-anak yang lain, "ia selalu begitu. Apa pun yang
dimilikinya, pasti diberikannya kalau ada yang meminta. Betul kan, ia baik hati?"
"Ya," kata anak-anak serempak. Kenyataannya memang demikian. Boysie mungkin saja
konyol dan tidak begitu normal serta bertampang buruk. Tapi hatinya baik. ia
berwatak tulus dan rendah hati. Ia juga gemar bercanda. Mau tidak mau, orang pasti
senang padanya.
"Paling tidak enak rasanya jika tahu ada orang yang jahat terhadapnya," kata Zoe
lagi. "Kadang-kadang manager bersikap kasar terhadapnya. Kalau sudah begitu, sulit
rasanya bagiku untuk tidak marah. Dan Jumat yang lalu aku tidak bisa menahan diri
lagi. Ya kan, Boysie?"
Boysie mengangguk, sementara tampangnya menjadi suram
"Kau tidak boleh pergi," katanya pada Zoe, sambil memegang tangannya. "Jangan
tinggalkan Boysie."
173
"Ia berkata begitu karena hari Jumat itu aku dipecat oleh manager kami," kata Zoe.
"Ia takut kalau aku pergi. Tapi aku takkan pergi, karena dalam kenyataannya manager
tidak mau kehilangan aku. Tadi siang ia mengatakan bahwa ia tidak benar-benar
bermaksud memberhentikan diriku, ia berkata begitu hari Jumat, karena saat itu
sedang marah. Manager kami aneh. Tidak ada seorang pun yang senang padanya."
"He - kita benar-benar harus pergi sekarang," kata Fatty. "Kau ikut, Zoe? Kami
boleh kan, memanggilmu Zoe?"
"Tentu saja boleh," jawab Zoe. "Tapi tidak, aku belum bisa pergi sekarang, karena
masih harus membetulkan pakaian kucing Boysie dulu. Aku minum teh di sini saja. He,
Boysie! Bagaimana pendapatmu, jika anak-anak ini kita undang minum teh bersama
kita?"
"Boysie senang sekali. Dielus-elusnya tangan Zoe. Setelah itu diraihnya tangan
Bets.
"Boysie akan membuatkan teh," katanya. "Kalian duduk saja."
"Kau tidak mau membuka pakaian kucingmu itu, Boysie?" tanya Zoe. "Nanti kau
kepanasan di dalamnya, sedang sobekan itu bisa menjadi bertambah besar."
Boysie tidak mengacuhkannya, ia masuk ke dalam sebuah bilik kecil, yang
kelihatannya seperti lemari. Terdengar bunyi air mengalir ke dalam ceret.
174
"Kami mau sekali ikut minum teh, asal tidak merepotkan," kata Fatty pada Zoe. Gadis
itu benar-benar ramah, pikirnya. "Bagaimana jika aku pergi sebentar membeli roti
manis?"
"Ya, itu ide yang baik." kata Zoe. "Ke mana lagi dompetku? Sebentar, nanti
kuberikan uangnya!"
"Tidak perlu, uangku cukup," kata Fatty cepat-cepat. "Aku takkan lama. Kau ikut,
Larry?"
Fatty pergi bersama Larry. Boysie menunggu air, yang dengan segera sudah mendidih.
Ketika ia mematikan gas, Fatty dan Lany sudah datang lagi dengan roti bundar berisi
selai, kue coklat serta biskuit jahe.
"Dalam sepen ada piring," kata Zoe. "Wah, pesta kita sekarang!"
Fatty masuk ke dalam bilik kecil, di mana Boysie sedang sibuk menyiapkan teh. Laki-
laki bertubuh kecil itu membuat teh dengan cekatan. Mulanya dicucinya teko berwarna
coklat. Setelah itu dimasukkannya teh.
"Tehnya berapa sendok, Zoe?" serunya ke luar.
"Empat kurasa sudah cukup," balas Zoe. "Tolong hitungkan untuk dia, ya - ia kurang
bisa berhitung!"
"Aku bisa menghitung sampai empat," kata Boysie dengan nada tersinggung. Tapi
kemudian ternyata ia memasukkan lima sendok teh ke dalam teko. Setelah itu
dituangkannya air mendidih ke dalamnya.
"Kau setiap sore membuat teh?" tanya Fatty. Boysie mengangguk.
175
"Ya. Boysie pandai membuat teh," kata Zoe, sementara Boysie membawa teko berisi teh
masuk dan menaruhnya ke atas meja. "Biasanya begitu pertunjukan selesai, ia
membuatkan teh untuk kami semua Lalu kemudian ia membuatkan lagi untuk manager.
Betul kan, Boysie?"
Anak-anak kaget, ketika Boysie tiba-tiba menangis.
"Aku tidak mengantarkan teh untuk dia. Bukan aku," katanya terisak-isak.
"ia teringat kejadian hari Jumat," kata Zoe. Ditepuk-tepuknya tangan Boysie, untuk
menenangkannya "Polisi itu tidak henti-hentinya merongrong dirinya, berusaha
memaksanya supaya mengatakan bahwa ia mengantarkan teh untuk manager. Padahal
Boysie terus mengatakan, bukan dia yang membawanya. Sedang manager berkeras,
Boysie-lah yang datang mengantarkan teh untuknya. Kurasa Boysie bingung, karena
sudah lupa."
"Ceritakanlah pada kami, Boysie," kata Fatty. ia merasa senang, karena banyak
sekali memperoleh keterangan secara langsung. "Kau Bdak perlu khawatir berbicara
dengan kami. Kami tahu, kau tidak terlibat sedikit pun dengan kejadian han Jumat
malam."
"Kan bukan aku, ya Zoe?" kata Boysie sambil memandang Zoe. "Kalian semua pergi,
Zoe. Kau tidak bisa menemani Boysie, kayak hari ini. Aku masih memakai pakaian
kucing, karena tidak bisa membukanya sendiri. Kau kan tahu! Aku pergi ke
176
kamar belakang, karena di situ hangat Ada api!" "Maksudnya, kamar yang terletak di
belakang jberanda," kata Zoe menjelaskan. "Di situ ada pediangan listrik. Boysie
senang menghangatkan tubuh di dekatnya."
"Dan aku melihat kau - dan kau - dan kau," kata Boysie, sambil menuding Fatty,
Larry dan Pip. "Tapi kalian berdua tidak," sambungnya pada Bets dan Daisy.
"Kau tidak pernah mengatakannya selama ini," kata Zoe heran. "Kau tidak boleh
nakal, Boysie. Kau sama sekali tidak melihat anak-anak ini."
"Aku melihat mereka, memandang dari balik jendela," kata Boysie. "Aku juga
memandang mereka. Mereka ketakutan! Lalu mereka melihat lagi. Aku melambai.
Maksudku hendak bilang bahwa mereka tidak usah takut, karena mereka anak-anak yang
manis."
Kelima anak itu berpandang.-pandangan Mereka tahu, Boysie tidak bohong, ia memang
melihat mereka malam itu-dan melambai ke arah mereka!
"Kau menceritakannya pada polisi itu?" tanya Fatty dengan tiba-tiba.
Boysie menggeleng. "Tidak! Waktu itu Boysie tidak ingat. Tapi sekarang ingat!"
"Apa yang kaulakukan kemudian, ketika anak-anak sudah pergi?" tanya Fatty dengan
lembut.
177
"Aku membuat teh." Boysie mengernyitkan mukanya, mengingat-ingat. "Untukku sendiri,
dan untuk manager "
"Kau minum tehmu dulu, atau mengantarkan teh manager dan setelah itu baru minum?"
tanya Fatty lagi.
"Tehku masih panas," kata Boysie. "Panas sekali! Terlalu panas. Aku bermain-main
dulu menunggu agak dingin. Lalu kuminum."
"Setelah itu kau menuangkan teh untuk manager, lalu mengantarkannya ke atas?" tanya
Fatty. Boysie mengejap-ngejapkan mata. Tampangnya nampak ketakutan.
'Tidak!" katanya. "Tidak, tidak! Aku tidak mengantarkan teh untuknya. Aku berbaring
di atas permadani, lalu tidur. Tapi aku tidak mengantarkan teh ke atas. Jangan
suruh aku mengatakan bahwa aku mengantarkannya. Aku tidak melakukannya. Bukan aku!"
Sesaat semua terdiam, tidak tahu apa yang harus dikatakan. Akhirnya Fatty berkata
lagi.
"Siapa mau roti manis lagi? Nih. Boysie - ini ekstra untukmu Kau tidak perlu
memikirkan soal teh itu lagi. Lupakan saja!"
Bab 17
Mengecek Alibi

Setelah itu peristiwa Jumat malam tidak disinggung-singgung lagi. Terasa jelas
bahwa pembicaraan mengenainya sangat menggelisah kan perasaan Boysie. Dalam hati,
Fatty sangat bingung. Boysie-lah yang mengantarkan teh pada manager. Manager
mengatakannya dengan yakin, karena seperti halnya kini, waktu itu Boysie masih
memakai pakaian kucing Jadi gampang sekali dikenali. Tapi, kalau begitu apa
sebabnya Boysie memungkirinya? Apakah ia hendak melindungi seseorang dengan cara
konyol Itu, yaitu memung kiri bahwa ia ada hubungannya dengan teh yang sudah diberi
obat bius itu?
Kalau benar begitu, siapakah yang hendak dilindunginya? Barangkali Zoe? Mustahil!
Tidak bisa dibayangkan Zoe memasukkan obat tidur ke dalam teh, atau mencuri isi
lemari besi. Orang yang bisa mencurigainya, paling-paling Pak Goon saja.
Menurut perasaan Fatty, perlu sekali diteliti semua alibi yang lain. Jika ada
sedikit saja hal yang meragukan dalam salah satu alibi itu, maka mungkin orang
itulah yang oleh Boysie hendak dilindungi. Fatty membulatkan tekad. Besok semua
alibi harus diteliti! Jika ia tidak berhasil menemukan
179
sesuatu yang jelas, maka kelihatannya Boysie akan ditahan - begitu pula halnya
dengan Zoe! Soalnya, Pak Goon yakin bahwa Boysie melindungi Zoe, yang dikaguminya.
Anak-anak menikmati perjamuan minum teh itu. Menjelang akhirnya, terdengar suara
lantang berseru dari atas tangga, di luar ruangan.
"Ada apa ribut-ribut di bawah itu? Siapa di sana? Aku mendengar suaramu, Zoe!"
"Ya, aku masih ada di sini, karena hendak menjahitkan pakaian kucing Boysie yang
robek. Kecuali aku masih ada pula beberapa orang anak yang datang meminta tanda
tangan. Mereka ikut minum teh dengan aku dan Boysie!"
"Bilang pada mereka agar berhati-hati, jangan sampai Boysie memasukkan obat tidur
ke dalam teh mereka!" seru manager. Kemudian ia kembali ke kamarnya, sambil menutup
pintu keras-keras.
"Dia ramah, ya?" kata Larry menyindir. "Kami sudah berjumpa dengan dia tadi pagi.
Orangnya jahat sekali!"
"Memang," kata Zoe. "Yah - sebaiknya kalian pergi saja sekarang. Buka pakaian
kucingmu, Boysie, jika ingin aku menjahitnya!"
Anak-anak meminta diri. Mereka bersalaman dengan Zoe dan Boysie. Saban bersalaman,
Boysie membungkuk dalam-dalam. Sikapnya sopan sekali.
Setelah itu anak-anak pergi mengambil sepeda mereka, yang disimpan dalam gudang.
180
"Wah - bukan main! Kita berhasil masuk ke dalam dan bertemu semuanya, lalu diajak
minum teh bersama Zoe dan Boysie," kata Fatty dengan senang.
"Ya - dan mendengar cerita dari dia sendiri, sambut Larry sambil mendorong
sepedanya ke luar. "Kau mempercayai ceritanya tadi, Fatty?"
"Yah - aku tahu, mustahil bahwa ia tidak mengantarkan teh itu pada manager," kata
Fatty. "Tapi aku berperasaan bahwa Boysie tidak bohong Belum pernah aku bingung
seperti sekarang ini! Pikiranku sebentar begini, dan sebentar begitu."
"Pokoknya, bukan Zoe pelakunya," kata Bets "ia terlalu baik hati, jadi tidak
mungkin dia!"
"Aku sependapat denganmu," kata Fatty. "Tak mungkin ia yang merampok, sama tidak
mungkinnya jika kau yang melakukannya, Bets. Yah - kalau begitu kita mencari
kemungkinan yang lain. Kita harus meneliti alibi yang lain-lainnya besok!"
Keesokan paginya para anggota Pasukan Mau Tahu langsung mulai dengan penyelidikan
mereka Larry dan Daisy pergi ke tempat tinggal Bu Mary Adams, untuk meminta
keterangan mengenai Lucy White. Fatty dan Pip pergi ke tepi sungai. Mereka mencari
restoran yang bernama 'Menara', untuk berusaha menyelidiki di sana apakah betul
William Orr dan Peter Watting ada di tempat itu hari Jumat malam, seperti kata
mereka.
"Setelah itu kalau sempat kita harus menyelidiki alibi John James yang mengaku
menonton film,"
181
kata Fatty. "Lalu kalau masih ada waktu, alibi Alec Grant juga! Kita harus
bertindak cepat, karena kurasa tak lama lagi Pak Goon akan beraksi. Jika Boysie
dirongrong sekali lagi olehnya, bisa sinting orang yang malang itu dibuatnya!"
Daisy menemukan sarung bantal yang pernah mulai disulamnya, tapi tidak pernah
selesai. Diambilnya benang sutera yang dipakai untuk menyulam, lalu dlbungkusnya
bersama sarung bantal.
"Yuk," katanya pada Larry, "sebentar lagi kita akan mendapat keterangan tentang
Lucy White. Tapi terus terang saja, kurasa kita hanya membuang-buang waktu saja.
mengecek alibinya. Lucy orangnya begitu lembut, sulit rasanya membayangkan ia
melakukan perbuatan jahat!"
Sesampai di tempat tinggal Bu Adams, mereka menekan bel. Wanita tua itu membukakan
pintu.
"Wah - tamu yang tak terduga rupanya, katanya dengan senang "Daisy dan Larry! Sudah
lama aku tidak ketemu kalian! Kalian sudah besar-besar sekarang! Yuk, masuk!"
Bu Adams mengajak mereka masuk ke kamar duduknya yang sempit. Diambilnya sekaleng
biskuit coklat dari atas rak, lalu ditawarkannya pada kedua tamunya itu. Bu Adams
sudah tua sekali Tubuhnya kecil mungil, sedang rambutnya sudah putih semua. Ia
sulit sekali bergerak karena penyakit encok yang dideritanya. Tapi ia masih sanggup
menjahit dan merajut
_182 ^
Daisy membuka bungkusan yang dibawanya.
"Bu, aku minta tolong agar sarung bantal ini disulam. Bisakah selesai sebelum
Paskah? Aku ingin menghadiahkannya pada Iba Aku sendiri tidak sempat
menyelesaikannya, karena saat ini aku sedang menyulam beberapa lembar sapu tangan
untuknya. Anda minta bayaran berapa untuknya?"
"Kau tak perlu membayar, Daisy," kata Bu Adams. Wajahnya berseri-seri. "Aku senang
bisa berbuat sesuatu untukmu. Apalagi ini akan kauhadiahkan pada ibumu Untuk itu,
dengan senang hati aku menyelesaikannya tanpa dibayar"
"Aduh - terima kasih, Bu," kata Daisy. "Anda baik hati. Nanti kalau bunga narsis di
kebun kami sudah mekar semua, akan kubawakan seikat untuk Anda Tahun ini mekarnya
agak lambat"
"Masih mau biskuit lagi?" kata Bu Adams. ia menyodorkan kaleng kue lagi pada kedua
tamu remajanya itu. "Senang rasanya kalian datang. Aku baru saja sakit, jadi jarang
keluar. Jadi ada selingan, jika kedatangan tamu."
Itu dia - pembukaan yang ditunggu-tunggu oleh Larry dan Daisy.
"Anda kenal Lucy White?" kata Larry. "Tadi kami mendapat tanda tangannya. Kalau
tidak salah, ia kan teman Anda, Ya?"
"Ya, betul! Ia anak yang baik hati. Minggu lalu, setiap malam ia datang ke sini,
ketika encokku sedang kambuh," kata Bu Adams. "Masih banyak pekerjaan rajutan yang
harus kuselesaikan waktu
183
itu. ia datang membantuku, sampai semuanya selesai."
"Jumat malam, ia juga datang ke sini, Bu?" tanya Daisy.
"Ah - kau ini seperti Pak Goon saja!" kata Bu Adams. "Tiga kali ia datang kemari,
mengajukan pertanyaan macam-macam mengenai Jumat malam. Ya - Lucy datang sekitar
pukul enam kurang seperempat. Kami berdua sibuk sampai setengah sepuluh malam.
Setelah itu ia pulang Kami masih mendengarkan warta berita pukul sembilan. Lalu ia
membuatkan coklat panas untukku. Asyik kami berdua waktu itu. minum coklat sambil
makan biskuit"
Nah - kalau begitu alibi Lucy White ternyata kokoh!
"Tidak pernahkah Lucy pergi sebentar sebelum setengah sepuluh?" tanya Daisy.
"Sama sekali tidak! Bahkan meninggalkan kamar ini saja, juga tidak," kata Bu Adams.
"Kami sibuk sekali merajut. Lalu keesokan harinya Lucy mengantarkan semua rajutan
kami minggu itu pada para langganan, ia anak yang baik budi!"
Saat itu terdengar bel berdering.
"Biar aku saja yang membukakan," kata Daisy. ia pergi ke pintu, lalu membukanya, ia
kaget, karena ternyata yang datang itu Pak Goon. Mukanya merah, karena habis
menaiki tangga yang lumayan tingginya ke tempat tinggal Bu Adams. Polisi desa itu
memandang Daisy dengan mata melotot Nampak jelas bahwa ia curiga!
184
"Apa yang kaulakukan di sini?" tanya Pak Goon. "Mencampuri urusan orang lagi?"
"Kami meminta tolong pada Bu Adams, agar ia menjahitkan sesuatu untuk kami," kata
Daisy dengan sikap anggun.
"Hahh!" tukas Pak Goon. Ia tidak percaya "Mary Adams ada di rumah?"
"Ya, ada!" seru Bu Adams dari dalam. Nada suaranya jengkel. "Anda datang lagi, Pak
Goon? Tak ada lagi yang bisa kutambahkan pada keteranganku sebelum ini. Kuharap
Anda pergi dari sini. Anda hanya membuang-buang waktuku saja!"
"Aku hanya hendak mengajukan pertanyaan lagi," kata Pak Goon sambil masuk.
"Theophilus Goon! Sejak kau masih anak menyebalkan sebesar begini, kau sudah selalu
gemar bertanya yang bukan-bukan," kata Bu Adams. Terdengar Pak Goon mendengus
dengan marah. Larry dan Daisy cepat-cepat minta permisi lalu lari sambil tertawa
geli.
"Aku berani bertaruh, Pak Goon sewaktu kecil memang menyebalkan!" kata Larry,
sementara ia dan adiknya menuruni tangga "Tugas kita tadi itu gampang, Daisy!"
"Ya, gampang sekali," sahut Daisy. "Dan hasilnya sangat jelas. Ternyata Lucy White
tidak berbohong. Aku ingin tahu, bagaimana hasil penyelidikan teman-teman."
Bets menunggu di rumah, bersama Buster. Sebenarnya Bets ingin ikut dengan Pip dan
Fatty.
185
Tapi Fatty melarangnya. Kemudian anak itu pergi dengan Pip ke tepi sungai. Mereka
mengambil jalan yang dilalui William Orr dan Peter Watting, menurut keterangan
mereka.
Kedua anak itu sampai di depan sebuah bangunan berbentuk tinggi langsing, dengan
sebuah menara kecil Di pintu pagar terdapat papan nama rumah itu.
"Restoran Menara. Tersedia kopi, sandwich. makanan kecil."
"Nah, kita sudah sampai," kata Fatty. "Kebetulan aku sudah lapar sekali!"
ia masuk bersama Rp, lalu memilih meja yang menghadap ke kebun yang penuh dengan
mawar liar. Seorang anak perempuan datang untuk menanyakan pesanan mereka. Tampang
anak itu kelihatannya tidak lebih dari dua belas tahun, walau umurnya pasti sudah
lebih tua.
"Kopi untuk dua orang," kata Fatty. "Serta roti sandwich. Dan makanan kecil."
Anak perempuan itu tertawa.
"Akan kubawakan sebaki makanan kecil," katanya. "Kalian memilih saja sendiri!"
Tidak lama kemudian pelayan itu sudah kembali dengan kopi panas dua cangkir,
sepinng sandwich dengan isian telur dan daging, serta sebaki makanan kecil yang
kelihatannya enak-enak.
"Wah! Kita ternyata memilih tempat yang tepat untuk mengecek alibi para tersangka,"
kata Fatty sambil memandang isi baki itu dengan gembira "Lihat saja ini!"
186
Anak anak menyikat roti sandwich dengan lahap. Setelah itu mereka memilih makanan
kecil, masing-masing sepotong. Rasanya enak sekali!
"Ah-kita terus saja makan makanan kecil ini," kata Fatty. "Aku lapar, karena jauh
juga kita berjalan tadi. Masa bodoh jika seleraku nanti tidak ada lagi pada saat
makan siang!"
"Tapi cukupkah uangmu, Fatty?" tanya Pip dengan cemas. "Aku tidak banyak membawa
uang!"
"Pokoknya beres," kata Fatty. Ia menggoncang-goncang kantong celananya Terdengar
bunyi gemerincing. "Sehabis makan, kita mulai dengan pengecekan alibi. He! Lihat -
siapa yang datang itu!"
Keduanya memandang Pak Goon, yang masuk dengan gaya seolah-olah ialah yang memiliki
tempat itu. Detik berikutnya Pak Goon melihat Fatty.
187
Bab 18
Melanjutkan Penyelidikan

Pak Goon menghampiri meja Fatty.


"Ke mana saja aku pergi, selalu saja kujumpai beberapa dari kalian," tukasnya
dengan suara keras. "Sekarang - apa yang kalian lakukan di sini?"
"Jajan, Pak Goon," kata Fatty dengan sopan. "Anda juga hendak jajan di sini, Pak?
Sayang, tidak banyak lagi yang tersisa."
"Jaga mulutmu," kata Pak Goon.
"Tapi Anda tadi kan bertanya," bantah Fatty "Anda mengatakan.."
"Aku tahu apa yang kukatakan." kata Pak Goon. "Aku sudah bosan terhadap kalian!
Ketika aku ke tempat Mary Adams, beberapa di antara kalian ada di sana. Sekarang
aku ke sini, ternyata kalian juga ada di sini. Aku berani bertaruh, jika aku ke
tempat lain, tentu ada pula kalian di sana. Kalian benar-benar menyebalkan!"
"Aneh, bahwa kami juga sering berjumpa dengan Anda, Pak Goon," kata Fatty. ia
berbicara dengan nada sopan dan ramah, yang selalu menimbulkan kejengkelan Pak
Goon. "Menye-nangkan!"
Tampang Pak Goon menjadi ungu. karena marah. Saat itu gadis pelayan yang tadi
datang Pak Goon berpaling padanya.
"Ibumu ada?" tanyanya. "Aku ingin bicara sebentar."
"Ibu tidak ada, Pak," jawab peiayan itu "Saya sedang sendiri di sini. Tapi jika
Anda mau menunggu sebentar, Ibu tak lama lagi pasti kembali"
"Aku tidak punya waktu." kata Pak Goon dengan kesal. "Masih banyak yang harus
kukerjakan. Besok saja aku datang lagi."
Pak Goon berpaling, hendak pergi. Secara kebetulan ia memandang ke arah Fatty Tiba-
tiba ia teringat pada pipi anak itu, yang ketika terakhir kali dilihatnya nampak
menggembung. Tapi kini tidak lagi segemuk itu.
"Kauapakan pipimu sehingga bisa kempis?" tanya Pak Goon curiga.
"Yah - mungkin gigi gerahamku sudah dicabut semuanya," jawab Fatty. "Nanti dulu -
betulkah begitu, Pip? Mungkin kau ingat!"
"Hahh!" tukas Pak Goon, lalu pergi. Anak perempuan yang melayani, tertawa keras-
keras.
"Kau ini lucu sekali," katanya. "Jahat ya, orang itu? Sebelum ini ia sudah datang
untuk mengajukan berbagai pertanyaan padaku serta ibuku, tentang dua orang laki-
laki yang datang ke sini Jumat malam yang lalu."
"O ya?" sambut Fatty dengan segera. "Kebetulan aku tahu, siapa orang-orang itu.
Mereka kan
189
aktor? Aku punya tanda tangan mereka, dalam albumku. Jadi mereka Jumat malam itu
ada di sini?"
"Ya-hari Jumat itu mereka kemari," kata anak perempuan itu. "Aku ingat, karena itu
kebetulan hari ulang tahunku, dan Peter Watting memberi hadiah sebuah buku untukku.
Ketika mereka datang pukul setengah tujuh, aku sedang mendengarkan siaran Aneka Ria
di radio."
"Setengah tujuh," kata Fatty. "Lalu, apa yang mereka lakukan? Mereka juga memesan
makanan kecil?"
"Tidak - mereka hanya memesan kopi dan roti sandwich," jawab anak perempuan itu.
"Kemudian kami bersama-sama mendengarkan sandiwara radio pukul tujuh. Sayang tidak
sampai selesat karena tahu-tahu radio kami rusak."
"Aduh," kata Fatty. ia kecewa, karena semula sudah berharap akan bisa menentukan
waktu kepergian kedua laki-laki itu dari panjangnya siaran. "Lalu, apa yang terjadi
sesudah itu?"
"Peter Watting ternyata pandai membetulkan radio," kata anak perempuan itu. "ia
menawarkan untuk membetulkan radio kami. Kata ibuku, kalau bisa pukul delapan sudah
baik kembali, karena ia ingin mendengar konser yang dimulai saat itu.
"Jadi saat itu radio sudah betul kembali?" tanya Fatty.
"Belum - baru pukul delapan lewat dua puluh." kata anak perempuan itu. ibu kecewa
sekali! Setelah radio kami beres kembali, Peter dan
190
William pergi. Mereka menyeberang dengan perahu tambang."
Keterangan itu sangat menarik. Dengannya tidak ada keragu-raguan lagi bahwa William
Orr dan Peter Watting sama sekali tidak ada sangkut-pautnya dengan perampokan di
Teater Kecil Itu sudah jelas sekarang, karena anak perempuan itu nampak tidak
bohong
"Wah - terima kasih atas makanan yang enak-enak ini," kata Fatty. "Berapa harus
kubayar'"
Anak perempuan itu berteriak kaget
"Aduh, aku sama sekali tidak menghitung berapa yang kalian makan tadi! Ibuku pasti
marah jika mengetahuinya."
"Ya, sebetulnya harus kauhitung tadi," kata Fatty. "Bagi kami sulit, menghitung
sambil makan. Bagaimana, Pip? Menurut perkiraanku, kita masing-masing memakan enam
potong makanan kecil, ditambah kopi dan roti sandwich Betul tidak?"
Pip membenarkan perkiraan itu. Fatty membayar, sambil menghadiahkan uang satu
shilling untuk anak perempuan itu, sebagai hadiah ulang tahun. Kemudian kedua anak
laki-laki itu pergi dengan perut kenyang.
"Kita masih punya waktu sedikit untuk pergi ke gedung bioskop dan berusaha mencari
keterangan mengenai John James," kata Fatty pada Pip. "Aduh- menyesal juga rasanya
tadi terlalu banyak
191
jajan. Saat ini otakku rasanya tidak sanggup disuruh berpikir."
Sesampai di gedung bioskop, mereka masuk ke serambi depan. Seorang gadis sedang
menghitung karcis di loket penjualan.
"Selamat pagi." sapaFatty. "Eh-bisakah kami memperoleh keterangan sedikit tentang
pertunjuk- an minggu lalu?"
"Kenapa?" tanya gadis itu sambil terkikik.
Kalau mau melihatnya, sekarang sudah ter-lambat
"Aku dan kawanku ini berselisih pendapat mengenainya.' kata Fatty. Pip memandangnya
dengan heran. Hal itu tidak mengherankan, karena mereka sebetulnya tidak bertengkar
mengenainya. Keterangan itu merupakan karangan Fatty, yang timbul saat itu.
"Soalnya begini! Kawanku ini mengatakan, film yang diputar minggu lalu di sini
namanya Si Bocah. Sedang aku mengatakan. Henri ke-V."
"Bukan, bukan," kata si gadis. "Filmnya berjudul Si Lemah! Bukan Si Bocah, dan juga
bukan Henri ke-V"
Dengan sikap kesal Fatty berpaling, lalu berjalan ke luar. Di tangga ia bertabrakan
dengan seseorang yang baru datang. Nyans saja ia terjatuh, kalau tidak cepat-cepat
berpegangan pada orang yang menubruknya Saat itu juga terdengar suara yang sudah
teramat dikenal.
192 I
"Jangan pegang aku! Ke mana pun aku pergi, selalu saja kujumpai kalian! Apa lagi
yang kalian cari di sini?"
"Mereka hendak membeli karcis pertunjukan minggu lalu," seru gadis penjual karcis
dari dalam, sambil tertawa terpingkal-pingkal. "Tentu saja kumarahi, karena
mengganggu pekerjaan."
"Itu betul!" kata Pak Goon. "Mereka memang perlu disemprot! Seenaknya saja,
mengganggu dengan pertanyaan-pertanyaan konyol!" Tapi saat itu juga Pak Goon
berpaling dengan marah. Baru disadari olehnya, Fatty pasti datang untuk keperluan
sama seperti dia - yaitu mengecek alibi! "Turut campur..."
Tapi Fatty sudah buru-buru menghilang, bersama Pip. Mereka tidak ingin bertengkar
dengan Pak Goon dan gadis penjual karcis itu.
"Sialan," kata Fatty. "Sekarang Pak Goon pasti akan berhasil mengorek keterangan
lebih banyak daripada kita tadi"
"Ya - pengecekan kita kali ini tidak berhasil," kata Fatty. Tapi tiba-tiba ia
tertegun. Ditumbuknya Fatty. "He - aku tahu akal! Kita bisa memeriksanya pada
Kitty, juru masak kami. Setiap hari Jumat malam, ia menonton film. Aku pernah
mendengar nya ketika ia bercerita pada Bets. Kata Kitty, sejak sembilan tahun ia
selalu menonton setiap Jumat malam."
"Tapi jangan-jangan sekali ini ia tidak menonton," kata Fatty dengan suram.
Kegagalan tadi
193
masih menjengkelkannya. "Tapi tidak ada salahnya jika kita periksa!"
"Setidak-tidaknya di dapur rumah kami, tak ada kemungkinan kita akan berjumpa
dengan Pak Goon," kata Pip.
Sesampai di rumah Pip, mereka langsung masuk ke dapur. Kitty memandang mereka
dengan wajah berseri-seri.
"Kami boleh minta minum, Kitty?" tanya Fatty.
"Sebentar - nanti kuambilkan limun," kata Kitty. "Kalian juga mau jajanan sedikit?"
Mendengar kata jajan, muka Fatty langsung pucat.
"Wah, terima kasih banyak - tapi kami baru saja jajan, Kitty," katanya.
"Masak sedikit saja tidak mau." kata Kitty. ia menyodorkan beberapa potong susis
yang kelihatannya enak. Fatty mengerang, lalu cepat-cepat membuang muka.
"Aduh, maaf, Kitty - kelihatannya memang enak sekali, tapi saat ini aku betul-betul
kekenyangan," katanya. Sesaat tidak ada yang berbicara, sementara Kitty menuangkan
limun ke dalam gelas.
"Kau minggu lalu menonton film, Kitty?" tanya Pip. "Kau kan selalu nonton, tiap
minggu!"
"Selama sembilan tahun, belum pernah aku tidak menonton," kata Kitty dengan bangga.
"Ya aku menonton Jumat malam, seperti biasa. Aduh - filmnya baguuus deh!"
"Ceritanya mengenai apa?" tanya Fatty.
194

"Ketika aku masuk pukul enam, saat itu sedang diputar film berita." kata Kitty.
"Kemudian menyusul film kartun, seperti biasa Aku terpingkal pingkal melihatnya.
Lalu mulai setengah tujuh, film utama. Namanya, Kasih Tak Terhingga! Aduh ceritanya
bagus sekali! Aku menangis melihatnya."
"Jadi malam yang menyenangkan, ya," kata Fatty. "Kau ketemu orang yang kaukenal
saat itu?"
Kitty mengingat-ingat sebentar
"Tidak - kurasa tidak ada. Tapi aku memang kurang memperhatikan orang lain, sebab
perhatianku sepenuhnya terarah pada film. Sayang di tengah-tengah, putus!"
Fatty langsung waspada
"Apa maksudmu - putus?"
"Putus ya putus, Frederick." tukas Kitty. "Filmnya putus, sehingga pertunjukan
terhenti"
"Terjadinya cuma sekali?" tanya Fatty meminta ketegasan.
"Apa? Sekali? Empat kali!" tukas Kitty "Dan terjadinya selalu pada saat kita sedang
asyik-asyiknya! Para penonton sampai menggerutu!"
"Sayang," kata Fatty sambil berdiri. "Nah, Kitty - kami pergi lagi. Terima kasih
untuk limun tadi! Mudah-mudahan kau tidak kecewa Jumat malam ini!"
"Wah - itu sudah pasti!" kata Kitty "Judul filmnya, Patah Hati!"
"Kau bisa menangis sepuas-puasnya," kata Fatty. "Jadi tentu asyik! Sayang aku tidak
bisa ikut, untuk meminjamkan sapu tanganku."
195
"Ah - kau ini macam-macam saja," kata Kitty dengan geli.
"Yuk, Pip," kata Fatty. Diajaknya Pip ke luar. "Nah - keterangan Kitty itu besar
sekali artinya. Sekarang, jika kita bisa menjumpai John James dan menyelidiki
apakah ia tahu film Jumat malam itu putus, kita akan mendapat kepastian tentang
alibinya. Kalau ia memang benar-benar menonton, pasti ia tahu mengenainya!"
"Ya, betul," kata Pip. "Tapi bagaimana cara kita menanyai John? Kan tidak bisa
langsung saja bertanya, 'Pak James, Anda tahu bahwa film yang Anda saksikan Jumat
malam itu putus?"
"Tentu saja tidak bisa dengan jalan begitu," kata Fatty sambil memandang arlojinya.
"Wah, sekarang sudah hampir saat makan siang. Kita terpaksa mengundurkannya sampai
nanti. Kau masih mampu makan? Aku tidak!"
"Aku juga tidak - padahal hidangannya siang ini daging panggang dengan saus apel,"
kata Pip sambil mengeluh, ia paling suka hidangan itu.
"Aduh, jangan sebut-sebut daging panggang," kata Fatty sambil bergidik. "Kenapa
kita tadi banyak-banyak jajan? Sekarang ibuku pasti cemas lagi, karena nafsu
makanku tidak ada, lalu aku disangka sakit!"
"Bagaimana dengan John James?" tanya Pip. "Bagaimana cara kita menanganinya? Di
mana orangnya saat ini pun aku tidak tahu! Di Teater Kecil pasti tidak ada, karena
siang ini di sana tidak ada pertunjukan.
1%
"Dari rumah akan kutelepon Zoe untuk menanyakan apakah ia tahu," kata Fatty. "Nanti
Bets kita ajak. Kalau tidak, ia pasti akan merasa tersisih."
"Ya, betul," kata Pip. "Jadi sampai nanti siang!" Kedua anak itu berpisah.
197
Bab 19
Alibi John James

Fatty bernasib mujur. Ibunya sedang tidak ada di rumah Jadi tidak ada yang
memperhatikan bahwa selera makan anak itu tidak ada siang itu. Setelah makan
beberapa suap, ia menelepon Zoe di rumah kakaknya. Ternyata gadis itu ada di sana
"Halo. Zoe," kata Fatty lewat telepon. "Bolehkah aku menanyakan sesuatu pada Anda?
Aku kepingin berbicara dengan John James, kalau bisa. Tahukah Anda di mana ia siang
ini?"
"Nanti dulu." jawab Zoe. "Aku mendengar ia mengatakan hendak menyeberang sungai
dengan perahu tambang, lalu piknik sampai sore di bukit seberang. Pemandangan di
sana indah sekali."
"Ya, aku juga tahu." kata Fatty. "Wah, kalau begitu ke sana saja ia kucari. Anda
tahu pukul berapa ia berangkat?"
Zoe tidak mengetahuinya Tapi kemudian ia bercerita. Pak Goon petang itu hendak
kembali memeriksa Boysie.
"Kudengar ia mengatakan bahwa kali ini Boysie harus mengaku," kata Zoe dengan
marah. "Mana mungkin Boysie hendak dipaksa mengakui perbuatan yang sama sekali
tidak dilakukan olehnya!"
198
Sehabis menelepon, Fatty berpikir, ia merasa khawatir, jangan-jangan akhirnya
Boysie mengakui perampokan itu, hanya karena sudah terlalu bingung dan ketakutan.
Aktor kucing itu mengakui kesalahan yang tidak dilakukan, sedang pelakunya sendiri
bisa tetap bebas.
Fatty menelepon Lany, dan setelah itu Pip, untuk memberi tahu tentang rencana John
James siang itu.
"Kita harus mengecek alibinya," kata Fatty "Hal itu hanya bisa kita lakukan dengan
jalan menanyainya - untuk mengetahui apakah ia benar-benar menonton pada Jumat
malam itu. Kebetulan cuaca hari ini bagus. Jadi tidak ada salahnya jika kita juga
berpiknik ke bukit. Sambil menyelam minum air - kita bersenang-senang sambil
melakukan tugas penyelidikan!"
Anak-anak menyetujui usulnya itu.
"Fatty selalu bagus-bagus idenya," kata Bets dengan senang. "Pasti menyenangkan
nanti, berpiknik di atas bukit."
Fatty menyuruh Pip untuk menanyai Kitty lebih lanjut, mengenai kejadian putusnya
film pada pertunjukan Jumat malam itu.
"Tanyakan padanya, berapa kali tepatnya film putus - dan kalau bisa juga saatnya
yang tepat," kata Fatty. "Sebaiknya kau mencatatnya, Pip. Mungkin penting bagi
kita! Kelihatannya satu-satunya yang tinggal cuma John James saja. Karena kurasa
Alec Grant tidak bisa kita curigai. Saksi alibinya kan lebih dari seratus orang!"
199
Pukul tiga kurang seperempat anak-anak berkumpul di tempat penyeberangan di tepi
sungai Mereka membawa perbekalan piknik. Pip membawa selimut tebal.
"Ibuku yang menyuruh," katanya dengan kesal. "Katanya, rumput masih lembab, nanti
kita masuk angin kalau duduk tanpa alas. Nasibmu mujur, Fatty! Ibumu tidak pernah
rewel tentang soal-soal begitu."
"Tapi Ibu rewel tentang soal-soal lain," kata Fatty. "Sedang ibu Larry sibuk dengan
hal-hal tertentu pula. Tapi sudahlah, kan tidak ada salahnya jika kita duduk di
atas selimut!"
"Aku kenal satu atau dua ibu yang tidak pernah ribut-ribut tentang anak mereka,"
kata Bets dengan serius. "Tapi sebabnya, kurasa karena mereka tidak peduli terhadap
anak-anak mereka! Mendingan punya ibu yang rewel, daripada yang tidak peduli sama
sekali."
"Nah - perahu tambang sudah datang," kata Fatty. "Biar aku yang membayar untuk kita
semua. Kan cuma dua penny seorang!"
Anak-anak naik ke perahu.
"Sudah ada yang menyeberang siang ini?" tanya Fatty pada tukang perahu. Orang itu
menggeleng.
"Belum ada," jawabnya
"Kalau begitu John James belum menyeberang," kata Fatty pada teman-temannya. "Hati-
hati, Buster - nanti kau tercemplung ke dalam air!"
200
Sesampai di seberang, mereka langsung naik sampai ke puncak bukit. Fatty memilih
tempat, dari mana dapat melihat tempat penyeberangan.
"Jadi kita bisa melihat jika tukang perahu menyeberang lagi," katanya. "Aku tidak
tahu apakah dari sini kita bisa mengenali John James. Tapi kurasa bisa! Badannya
kan sangat kekar!"
Saat itu baru musim semi. Tapi sinar matahari sudah panas. Bunga-bunga padang
terangguk-angguk ditiup angin. Lany menguap, lalu berbaring di rumput.
"Kalian berjaga-jaga ya - kalau John James datang," katanya. "Aku ingin tidur
sebentar!"
Tapi tak sampai sepuluh menit kemudian, ia sudah dibangunkan lagi oleh Fatty.
"Lany! Lany! Bangun! Coba kaulihat sebentar - James-kah itu yang berdiri di
seberang, memanggil-manggil tukang perahu?"
Larry cepat-cepat bangun. Anak itu awas sekali matanya, ia memicingkannya,
memandang ke Seberang sungai.
"Ya - kurasa itu John James," katanya setelah sesaat. "Mudah-mudahan saja ia menuju
ke sini. Aku malas berjalan jauh untuk mendatanginya."
Untung bagi anak-anak, orang yang datang itu memang John James. Dan ia datang ke
arah mereka Anak-anak memperhatikannya naik ke perahu, menyeberang, lalu berjalan
menyusur jalan setapak yang mereka lalui tadi.
"Nah - sekarang kita harus berkeliaran di sini, sampai sudah tahu di mana ia
memilih tempat
202
duduk," kata Fatty. "Lalu kita duduk tidak jauh dari situ."
"Bagaimana kita memulai pengecekan nanti?" tanya Pip.
"Aku yang memulainya," kata Fatty. "Setelah itu kalian menyusul, dengan pertanyaan-
pertanyaan sepele. Ayo-gulung selimutmu. Pip."
Anak-anak berkeliaran di bukit sambil memetik bunga. Tapi perhatian mereka tetap
terarah pada John James, yang dengan langkah lambat mendaki bukit, ia menemukan
tempat teduh dengan semak di belakangnya, lalu merebahkan diri di situ Lengannya
dijadikan bantal, sehingga ia bisa memandang ke arah sungai.
Fatty pura-pura berjalan tanpa tujuan tertentu sampai ke dekat orang itu Kemudian
ia berseru, memanggil teman-temannya.
"He! Di sini ada tempat yang bagus," katanya "Di sini saja kita hamparkan selimut
kita " Kemudian ia berpaling pada John James, yang berbaring di dekat situ. "Anda
kan tidak keberatan jika kami duduk di sini?"
"Tidak - asal kalian tidak ribut berteriak-teriak," kata John James. "Tapi kurasa
kalian tidak akan ribut. Kalian kelihatannya anak-anak yang tahu aturan!"
"Mudah-mudahan saja Anda benar," gumam Fatty, lalu menggamit teman-temannya. Pip
menghamparkan selimut yang dibawanya di atas rumput. Sementara itu John James sudah
duduk lagi, lalu menyelipkan sebatang rokok ke sela
203
bibirnya. Tangannya menepuk-nepuk kantong, sementara keningnya berkerut.
"Kurasa kalian tentu tidak membawa korek api," katanya pada Fatty. "Sial - korekku
tertinggal di rumah!"
Tapi Fatty selalu membawa segala macam barang dalam kantong. Karena siapa tahu, apa
yang mungkin diperlukan pada saat-saat tertentu Diambilnya korek api dari kantong
jasnya, lalu disodorkan pada John James.
"Ambil saja semuanya," kata Fatty. "Aku belum mau merokok, sebelum berumur dua
puluh satu!"
"Bagus," kata John James. "Itu sikap yang baik! Terima kasih. Tapi nanti dulu -
kalau tidak salah, aku pernah melihatmu!"
"Memang - kemarin," kata Fatty. "Kami datang seusai pertunjukan kemarin sore, untuk
meminta tanda tangan para aktor. Anda juga bersedia menandatangani album kami."
"Ah - sekarang aku ingat lagi," kata John James. "Dan sekarang kalian hendak piknik
di sini?"
"Ya, Pak Kami baru saja datang," kata Fatty. Rasa kenyang yang dialaminya pada saat
makan siang tadi sudah berkurang, sehingga ia sudah mampu makan lagi. "Eh - kalau
Anda tidak berkeberatan ikut berpiknik bersama kami. Bekal kami banyak!"
"Tentu saja aku mau," kata John James. "Kita gabungkan saja bekal kita!"
204
Asyik sekali mereka makan-makan di atas bukit Bekal melimpah, dan limun buatan
Kitty sedap sekali rasanya dinikmati pada siang yang panas itu Selama beberapa saat
Fatty serta anak-anak yang lain berceloteh tentang apa saja yang mereka ingat Tapi
kemudian Fatty memulai pengecekannya
"Film apa yang main di bioskop minggu ini, Larry?" tanyanya. Larry menyebutkan
judul sebuah film. ia menyebutnya asal saja.
"Ah-ngawur," kataFatty. "Itu kan film minggu lalu!"
"Kau keliru," sela John James dengan segera "Pada awal minggu, yang diputar film
Ini Dia!, lalu diganti dengan Kasih Tak Terhingga! Tapi keduanya sama-sama jelek!"
"O ya?" kata Fatty. "Kudengar, film Kasih Tak Terhingga itu bagus sekali. Aku
sendiri tidak melihatnya. Anda menontonnya?"
"Ya - aku melihatnya hari Jumat malam," kata John James. "Lebih tepat kukatakan aku
seharusnya melihat film itu. Tapi aku tertidur di tengah pertunjukan. Habis,
konyolnya ampun-ampunan!"
Keterangan itu sangat mengecewakan bagi anak-anak. Jika John James tidur sepanjang
pertunjukan, ia takkan mengetahui bahwa film itu putus beberapa kali. Jadi mereka
tidak bisa memastikan kebenaran alibinya!
"Mudah-mudahan saja saat itu Anda tidak mendengkur," kata Fatty. "Tapi tentu ada
orang
205
yang membangunkan, jika Anda sampai mendengkur."
"Aku memang terbangun beberapa kali," kata John James. "Soalnya, kudengar beberapa
kali orang-orang sekelilingku menggerutu karena sesuatu hal. Aku tidak tahu pasti
apa yang sebenarnya terjadi saat itu - tapi kurasa filmnya tahu-tahu putus. Itu kan
kadang-kadang bisa terjadi, sehingga penonton jengkel dan gelisah. Tapi aku
langsung pulas lagi."
"Menjengkelkan, terbangun dengan cara begitu," kata Fatty sambil tertawa. "Mudah-
mudahan saja tidur Anda saat itu tidak terlalu sering terganggu!"
James berpikir-pikir sebentar.
"Kurasa film sialan itu putusnya sampai empat kali paling sedikit," katanya
kemudian "Aku masih ingat, beberapa kali aku menengok arlojiku. Sekali ketika
terbangun pukul tujuh kurang seperempat Setelah itu pukul tujuh lewat sepuluh
menit. Aku ingat, saat aku terbangun itu aku agak bingung sekejap. Kusangka waktu
itu aku tidur di rumah!"
"Bagi Anda, malam itu tentunya membosankan," kata Fatty, sementara memandang Rp
mengeluarkan buku catatannya lalu dengan diam-diam mencocokkan waktu-waktu yang
disebutkan oleh John James, dengan keterangan Kitty. Kemudian dilihatnya Pip
mengangguk dengan sembunyi-sembunyi Jadi cocok! Alibi John James memang benar.
Tidak diragukan lagi bahwa ia malam itu terus berada di bioskop, dan
206
terbangun setiap kali film putus, karena mendengar suara orang-orang menggerutu di
sekelilingnya.
"Ya, memang membosankan," jawab John James. "Tapi setidak-tidaknya, waktu luangku
terisi olehnya. Ayo. siapa mau kue buahku ini Bekalku banyak!"
Pembicaraan kemudian beralih pada peristiwa perampokan di teater.
"Menurut dugaan Anda, siapa pelakunya?" tanya Fatty.
"Aku tidak menduga siapa-siapa," jawab John James. "Yang jelas, Boysie sudah pasti
bukan! Itu kuyakini ia tidak cukup cerdik, dan juga tidak berani melakukan
perbuatan demikian. Boysie itu orangnya tidak bisa berbuat jahat ia sangat
mengagumi Zoe Aku tidak heran - karena gadis itu selalu bersikap manis
terhadapnya!"
Mereka masih mengobrol selama beberapa saat. Kemudian Fatty berdiri, sambil
menepiskan remah-remah yang menempel ke pakaiannya
"Terima kasih atas ajakan Anda berpiknik. Pak James," katanya. "Tapi kami harus
pulang sekarang. Anda ikut?"
"Tidak-aku masih ingin duduk-duduk di sini." kata John James. "Pemandangan matahari
terbenam dari sini bukan main indahnya!"
Para anggota Pasukan Mau Tahu berangkat, menuruni bukit.
"Nah - nama John James kini harus kita coret dari daftar para tersangka," kata
Fatty, ketika mereka sudah agak jauh. "Alibinya kokoh sekali.
207
Ternyata ia betul-betul ada dalam gedung bioskop Jumat malam itu. Wah- misteri ini
makin lama makin rumit rasanya. Aku kehabisan akal!"
"Aduh, Fatty - masa kau sampai kehabisan akal?" kata Bets dengan kaget. "Mana
mungkin? Kau kan cerdas luar biasa!"

Bab 20
Kegagalan - dan Ilham Secara Tiba-tiba

Malam itu Fatty sibuk memeras otak, mencari akal. Tapi sia-sia. ia tetap tidak
mampu menemukan pemecahan misteri yang dihadapi, ia merasa yakin, bukan Boysie yang
melakukan perampokan Ia juga yakin bahwa Zoe sama sekali tak terlibat, walau
alibinya agak goyah. Sedang para tersangka lain-lainnya, semua memiliki alibi yang
teguh. Memang, mereka belum mengecek alasan Alec Grant. Tapi dalam suatu berita
dalam surat kabar setempat, Fatty membaca laporan tentang pertunjukan tunggal Alec
pada Jumat malam itu, di Sheepridge.
"Berita dalam surat kabar itu merupakan saksi yang cukup kuat," kata Fatty keesokan
hannya pada teman-temannya. "Kita tidak perlu repot-repot dengan Alec. Tapi
siapakah pelakunya? Siapa yang merampok isi lemari besi Teater Kecil?"
Petangnya Fatty mendatangi P.C. Pippin, karena sudah kehabisan akal. Polisi muda
itu sedang mondar-mandir di pekarangan belakang rumah Pak Goon, sambil mengisap
pipa. Ia nampak senang ketika melihat Fatty muncul.
"Ada kabar baru?" tanya Fatty. "Pak Goon sedang keluar?"
209
"Ya, syukurlah," kata Pippin dengan lega. "Sehari ini aku dirongrong terus olehnya.
Ada-ada saja yang menjadi bahan omelannya. Tak henti-hentinya ia bolak-balik dengan
sepedanya, sampai aku tidak bisa merasa tenang. Kini ia sudah pergi lagi, hendak
memeriksa Boysie. Aku khawatir, ia akan berhasil memaksanya untuk mengaku, walau
sebenarnya mungkin ia sama sekali tidak bersalah!"
"Ya-aku juga mengkhawatirkan kemungkinan itu," kata Fatty. "Lalu bagaimana dengan
Zoe? Apakah Pak Goon menganggap gadis itu ada sangkut-pautnya dengan perampokan?"
"Kurasa ya," kata Pippin. "Padanya kan ada sapu tangan Zoe yang di sudutnya
tersulam huruf Z! Itu salah satu petunjuk utama yang dimiliki Pak Goon!"
"Tapi itu kan konyol!" tukas Fatty. "Sapu tangan itu kan mungkin saja sudah
berhari-hari tergeletak di beranda itu! Itu kan bukan bukti bahwa Zoe ada di sana
malam itu."
"Pak Goon lain pendapatnya," kata Pippin. "Soalnya, ia berhasil menyelidiki bahwa
beranda itu disapu bersih Jumat itu, pukul empat sore! Jadi sapu tangan itu
mestinya tercecer sesudah itu."
Fatty menggigit-gigit bibir. Keningnya berkerut. Wah - gawat, pikirnya, ia tidak
tahu sebelumnya, bahwa pada hari Jumat sore itu beranda disapu. Jadi kini tentu
saja Pak Goon menyangka Zoe menyelinap ke beranda petang itu lalu dimasukkan ke
dalam oleh Boysie - karena ia menemukan
210
sapu tangan dengan huruf Z tersulam di salah satu sudutnya, ia pasti menyangka, Zoe
menjatuhkannya dengan tidak sengaja di situ, sesudah pukul empat sore! Kalau
begitu, petunjuk tersebut sangat memberatkan kedudukan gadis itu.
"Yang menjengkelkan Pak Goon, Zoe tetap menyangkal bahwa sapu tangan itu miliknya,"
kata Pippin. "Katanya, ia belum pernah melihatnya. Sayang di pojoknya tersulam
huruf Z! Jarang ada orang yang namanya dimulai dengan huruf itu."
"Aku tahu," keluh Fatty. ia sudah ingin mengaku saja terus-terang, bahwa sebenarnya
ia sendiri yang meletakkan sapu tangan itu di beranda belakang teater, beserta
'petunjuk-petunjuk' lainnya. Yah - jika Pak Goon nanti ternyata benar-benar menahan
Zoe dan Boysie - apa boleh buat, ia akan terpaksa mengakui kesalahannya
Dipandangnya Pippin sekali lagi.
"Tolong beritahu padaku lewat telepon, ya Pak
- jika ada berita yang serius. Misalnya jika Pak Goon berhasil memaksa Boysie
supaya mengaku
- atau melakukan penangkapan," katanya. Pippin mengangguk
"Boleh saja," katanya. "Lalu kau sendiri, apa yang kaulakukan selama ini? Pasti kau
tidak berpangku tangan terus!"
Fatty menceritakan kesibukan Pasukan Mau Tahu, mengecek alibi para tersangka yang
ternyata kokoh semua - kecuali alibi Zoe. Fatty kini benar benar merasa cemas.
Benar-benar tidak enak, apabila Pak Goon berhasil memecahkan
211
misteri secara keliru, dan menahan orang-orang yang sebenarnya tidak bersalah.
Sedang Fatty sendiri, saat itu merasa tidak tahu apa-apa!
Ia kembali ke rumahnya dengan perasaan murung. Hal itu jarang dialaminya. Kemudian
Larry menelepon, ia ingin tahu, apakah Fatty mendengar kabar baru dari Pippin. Lany
mendengarkan tanpa menyela, sementara Fatty meneruskan kabar yang didengarnya dari
polisi itu.
"Yah - lalu apa yang kita lakukan sekarang?" tanya Lany, setelah Fatty selesai
bercerita.
Fatty tidak bisa menjawabnya. Ia tidak tahu, apa yang bisa mereka lakukan setelah
Itu.
"Aku kehabisan akal," katanya sedih. "Pikiranku saat ini benar-benar macet.
Penyelidikan kita sama sekali tidak berjalan. Kalau cuma begini saja kemampuan
kita, terpaksa Pasukan Mau Tahu kita bubarkan."
"Sebaiknya kita berkumpul lagi besok, pukul sepuluh pagi," usul Larry. "Kita perlu
berunding, untuk berpikir dan membicarakan segala-galanya. Semua perlu kita tilik
kembali. Aku merasa yakin, pasti ada sesuatu yang kita lupakan - atau tak terpikir
selama ini. Tidak ada misteri yang tidak bisa ditemukan jawabnya, Fatty. Sudahlah,
jangan sedih terus. Kita pasti berhasil!"
Keesokan paginya sebelum pukul sepuluh, pesawat telepon di rumah Fatty berdering.
Ternyata Pippin yang menelepon, untuk menyampaikan kabar buruk.
212
"Aku tidak banyak waktu," kata polisi muda itu. "Pak Goon sudah berhasil membuat
Boysie mengaku. Dan Zoe terlibat di dalamnya! Rupanya Boysie mengatakan, ia
melakukan perampokan itu bersama Zoe. Ia memasukkan gadis itu lewat pintu beranda,
lalu mereka membuatkan teh yang diberi obat tidur. Boysie kemudian mengantarnya ke
manager. Ketika manager sudah terlena, Zoe naik ke atas lalu membongkar lemari
besi. Rupanya gadis itu tahu di mana anak kunci disimpan, begitu pula tempat lemari
besi."
Fatty kaget sekali mendengar kabar itu.
"Aduh, Pak - tidak mungkin Boysie yang melakukan kejahatan Itu. Begitu pula Zoe!
Pak Goon merongrong Boysie yang malang itu terus-menerus, sehingga akhirnya ia
kebingungan!"
Sesaat keduanya membisu.
"Aku cenderung sependapat denganmu," kata Pippin kemudian. "Dalam kenyataannya -
yah, sebetulnya aku tidak boleh menceritakan hal ini padamu, tapi aku harus
mengatakannya - aku menarik kesimpulan dari ucapan yang terlanjur dikatakan Pak
Goon padaku, pengakuan Boysie itu memang diperolehnya dengan jalan paksaan! Tapi
aku sama sekali tak berdaya. Aku tidak mungkin bisa bertindak terhadap Pak Goon.
Hanya kau saja yang bisa mengambil tindakan. Bukankah Inspektur Jenks sahabat karib
kalian? Jika kau mengatakan padanya bahwa dalam kasus ini terjadi kekeliruan,
apakah ia tidak percaya nanti?"
213
"Tapi aku tidak punya bukti," keluh Fatty. "Jika aku tahu siapa perampoknya dan
bisa mengajukannya beserta bukti-bukti yang jelas, Pak Inspektur pasti akan mau
mendengarkan keteranganku. Nantilah kutanyakan dulu pada teman-teman, bagaimana
pendapat mereka mengenainya. Jika kami tidak bisa menemukan jalan yang lebih baik,
kurasa kami akan bersepeda ke kota untuk mendatangi Inspektur Jenks."
"Pokoknya, kalian harus..." kata Pippin. Kalimatnya itu tidak diselesaikannya.
Fatty mendengar bunyi gagang telepon diletakkan di tempatnya, ia langsung menduga,
pasti Pak Goon sudah kembali. Fatty memutar otak, sambil duduk dekat pesawat
telepon. Kasihan, Zoe dan Boysie yang malang. Apakah yang bisa dilakukan olehnya
untuk menolong mereka?
Kemudian ia bergegas berangkat dengan sepeda, menuju rumah Pip. Anak-anak yang lain
sudah ada semua di sana. Tidak seorang pun yang berwajah gembira saat itu. Tampang
mereka semakin lesu. ketika Fatty menceritakan kabar dari Pippin.
"Wah, ini gawat," kata Lany. "Lebih gawat dari misteri mana pun yang kita tangani
selama Ini. Apakah yang bisa kita lakukan, Fatty?"
"Kita meneliti semua tersangka serta alibi mereka, dan membicarakan apa-apa saja
yang kita ketahui," kata Fatty sambil mengeluarkan buku catatannya. "Semuanya ada
dalam buku ini Kalian mendengarkan baik-baik sementara aku
214
membacakan - dan jangan lupa berpikir! Pikir baik-baik. Seperti dikatakan Larry
padaku, pasti ada sesuatu yang tidak kita perhatikan. Suatu petunjuk, suatu bukti
yang bisa membantu kita. Ada sesuatu yang sangat tidak beres! Penjelasannya mungkin
sangat menyolok - cuma kita saja belum melihatnya!"
Fatty mulai membacakan catatannya. Daftar para tersangka, serta alibi masing-
masing. Pengecekan alibi-alibi Itu. Keterangan Boysie mengenai malam perampokan
itu. Lalu keterangan manager. Ketidaksenangan para aktor terhadapnya, yang bisa
menjadi alasan bagi masing-masing untuk melakukan pembalasan dendam. Semua yang
tertera dalam buku catatannya dibacakan lambat-lambat dan dengan jelas oleh Fatty,
sementara para anggota Pasukan Mau Tahu mendengarkan dengan tekun.
Akhirnya Fatty selesai membacakan catatannya, lalu memandang teman-temannya.
"Ada yang punya ide?" tanyanya, tanpa banyak berharap. Melihat anak-anak semuanya
menggelengkan kepala, Fatty menutup buku catatannya dengan keras.
"Kalah!" katanya getir. "Yang kita ketahui hanyalah bahwa dari ketujuh tersangka,
dua yang mungkin melakukannya-yaitu Boysie dan Zoe- tidak melakukan perampokan itu.
Kita tahu, bukan mereka yang melakukannya. Keduanya tidak mampu melakukan perbuatan
begitu. Sedang yang lain-lainnya, yang bisa berbuat begitu, alibi
215
mereka sangat kokoh. Bagaimana mungkin Boysie melakukan sesuatu yang tidak sesuai
dengan wataknya?"
"Rasanya seperti ada orang lain memakai pakaian kucing Boysie," kata Bets. Anak-
anak yang lain langsung tertawa meremehkan.
"Konyol!" kata Pip. Muka Bets merah mendengar cercaan itu. Tapi Fatty - tiba-tiba
sikapnya berubah, ia menatap Bets dengan mata nanar. Lalu ditepuknya bahu anak itu.
ia bangun lalu menandak-nandak sekitar kamar. Tampangnya menampakkan perasaan yang
senang sekali.
"Bets!" katanya, setelah berhenti lagi. "Bets! Kau benar-benar hebat. Otakmu tajam!
ia berhasil! ia berhasil memecahkan misteri ini. Bets, kau pantas menjadi pemimpin
Pasukan Mau Tahu! Aduh, Bets - kenapa selama ini tidak sampai ke sana pikiranku?"
Anak-anak yang lain memandang Fatty, seolah-olah ia kurang waras otaknya.
"Jangan konyol, Fatty. Katakan apa maksudmu," kata Pip kesal. "Katamu, Bets hebat?
Apanya yang hebat? Aku benar-benar tidak mengerti!"
"Aku juga tidak," kata Larry. "Duduklah, Fatty - dan jelaskan maksudmu "
Fatty duduk lagi, dengan wajah berseri-seri Dirangkulnya Bets yang nampak
tercengang.
"Bets hebat - ia menyelamatkan Zoe dan Boysie," kata Fatty lagi. "Otaknya hebat
sekali!"
"Sudah, Fatty! Jelaskan maksudmu!" kata Pip. Nyaris saja ia berteriak, karena
kesal.
216
"Baiklah," kata Fatty. "Kalian tadi kan mendengar apa kata Bets! ia mengatakan,
'Rasanya seperti ada orang lain memakai pakaian kucing Boysie'. Nah? Nah? Kalian
tidak sadar, itu jawaban yang kita cari-cari selama ini? Goblok - kalian masih
belum mengerti juga?"
"Ya, ya - aku mulai mengerti," kata Larry lambat-lambat. 'Tapi kau kelihatannya
sudah benar-benar tahu, Fatty. Jadi katakan saja."
"Begini," kata Fatty. "Boysie kan mengatakan, ia tidak mengantarkan teh ke kamar
manager. Sedang manager berani bersumpah, bahwa Boysie-lah yang membawakan teh
untuknya. Kenapa manager seyakin itu sikapnya? Karena Boysie memakai pakaian
kucingnya, katanya. Baiklah! Jadi yang mengantar teh, berpakaian kucing. Tapi
manager tidak melihat orang yang berada dalam pakaian itu. Jadi dari mana ia tahu,
orang itu Boysie?"
Teman-temannya mendengarkan sambil melongo.
"Dan kenyataannya, orang itu memang bukan Boysie," kata Fatty dengan nada puas.
"Baiklah kukatakan saja apa yang menurut pendapatku terjadi malam itu - setelah
Bets membukakan mataku."
"Ya, ya, katakanlah," desak Pip. ia bersemangat, karena kini sudah mulai mengerti
maksud Fatty.
"Yah- seperti sudah kita ketahui, para aktor pergi seusai pertunjukan, pukul
setengah enam.
217
Kita sendiri melihat mereka pergi." kata Fatty. "Hanya Boysie saja yang tinggal,
karena ia tinggal di situ. Sedang manager ada di kantornya, di tingkat atas.
"Nah! Ada seorang anggota teater yang ingin membalas dendam terhadap manager. Malam
itu, sesudah kita memasang petunjuk-petunjuk palsu lalu pulang, orang itu dengan
diam-diam datang kembali. Rupanya Boysie tidak melihatnya. Karena kalau melihat,
pasti dikatakan olehnya. Orang itu bersembunyi di dalam, sampai ia melihat Boysie
sudah membuat teh. Ia tahu, Boysie selalu membuatkan teh untuk manager."
Anak-anak mengangguk serempak
"Baiklah," sambung Fatty. "Boysie membuat teh untuk manager. Tapi ia juga membuat
secangkir untuknya sendiri. Tehnya itu Bdak langsung diminum olehnya, karena masih
terlalu panas. Ia menunggu sampai sudah agak dingin. Saat itulah orang yang
bersembunyi tadi menyelinap ke luar, lalu memasukkan obat tidur ke dalam cangkir
teh Boysie.
"Boysie meminumnya. Sebagai akibatnya, ia merasa sangat mengantuk, ia pergi ke
kamar di belakang beranda, lalu tidur mendengkur dekat pediangan. Orang yang masuk
secara diam-diam itu meyakinkan dirinya dulu bahwa Boysie benar-benar sudah pulas
dan takkan bangun untuk sementara waktu. Kemudian dilepaskannya pakaian kucing dari
tubuh Boysie...."
218
"Lalu dipakai olehnya!" seru anak-anak serempak. "Wah, Fatty!"
"Ya-pakaian kucing itu kemudian dipakainya. Teh untuk manager diberinya obat tidur
pula - lalu diantarkannya ke atas. Nah - dari mana manager bisa mengetahui, bahwa
yang datang dengan pakaian kucing itu bukan Boysie? Ya kan?"
"Betul," kata Daisy. "Lalu orang itu menunggu manager pulas setelah minum teh yang
sudah diberi obat bius. Setelah itu, ia melakukan perampokan!"
"Tepat!" kata Fatty. "Dan setelah merampok isi lemari besi yang tersembunyi di
balik cermin dinding, ia kembali lagi ke tempat Boysie berbaring, lalu pakaian
kucing dipakaikannya lagi padanya Setelah itu orang tak dikenal itu menyelinap ke
luar dengan diam-diam, sambil membawa uang hasil perampokan!
"Orang itu tahu bahwa apabila cangkir teh diperiksa dan di situ ditemukan bekas-
bekas obat tidur, maka pertanyaan pertama yang diajukan adalah, 'Siapa yang
mengantarkan teh untuk manager?'" kata Fatty. "Jawabannya kalian ketahui - walau
sebenarnya keliru - 'Boysie!' "
"Aduh, hebat Fatty," kata Bets dengan wajah berseri. "Kita berhasil memecahkan
misteri ini!"
"Belum!" kata Larry dan Pip serempak.
"Sudah," kata Bets ketus.
"Tunggu dulu, Bets," kata Fatty. "Kita kini sudah tahu bagaimana cara kerja
perampok itu. Itu
219
memang betul! Tapi yang menjadi misteri sekarang -siapakah orang yang memakai
pakaian kucing?

Bab 21
Pengecekan Alibi Terakhir

Anak-anak gembira sekali. Larry menepuk punggung Bets, sebagai tanda turut bangga.
"Dengan komentarmu tadi, kau memecahkan rahasia, Bets," katanya.
"Kan sudah kukatakan, ada sesuatu yang menonjol jelas sekali, di depan hidung
kita," kata Fatty. "Dan ternyata, inilah dia! Nah, sekarang kita harus menyelidiki,
siapakah yang memakai pakaian kucing yang diambilnya dari Boysie yang sedang
tidur!"
Anak-anak sibuk berpikir.
"Tapi apa gunanya menduga orang itu mungkin si ini, atau si itu?" kata Pip
kemudian. "Katakanlah, kita menduga bahwa orang itu John James. Itu tidak mungkin,
karena kita sudah mengecek alibinya."
"Jangan kita pikirkan soal alibi dulu," kata Fatty. "Jika kita sudah menarik
kesimpulan mengenai orangnya, setelah itu alibinya kita cek sekali lagi. Kurasa,
nanti akan ternyata bahwa alibi itu palsu! Harus palsu - tidak bisa tidak. Nah,
sekarang - siapakah yang mungkin memakai pakaian kucing itu?"
221
"Kalau John James, tidak mungkin," kata Daisy. "Tubuhnya terlalu besar. Terlalu
gemuk!"
"Ya - orangnya pasti bertubuh kecil," kata Fatty "Boysie berukuran kecil, dan hanya
orang yang sebanding ukurannya dengan dia sajalah yang bisa memakai pakaian kucing
itu."
Semuanya sibuk membayangkan ukuran tubuh para aktor. Kemudian Larry menggebrak
lantai.
"Alec Grant!" serunya. "Ia yang paling kecil tubuhnya. Badannya langsing. Kalian
masih ingat?"
"Betul! Sedang yang lain-lain, semuanya terlalu besar - termasuk Zoe dan Lucy, yang
jangkung-jangkung," kata Fatty. "Hanya Alec Grant saja yang bisa memakai pakaian
itu."
"Tapi ternyata masih tetap terlalu besar tubuhnya, sehingga pakaian itu robek,"
kata Daisy dengan tiba-tiba. "Masak kau tidak ingat, Fatty! Boysie kan datang, lalu
minta tolong pada Zoe untuk menjahitkannya. Lalu Zoe memperhatikan jahitan yang
robek, dan mengatakan pada Boysie bahwa tubuhnya bertambah gemuk! Padahal sama
sekali tidak. Pakaian itu robek, karena dipakai seseorang yang tubuhnya agak lebih
besar daripada Boysie!"
"Wah! Betul juga katamu!" kata Fatty. "Aduh- petunjuk sejelas itu ada di depan mata
kita, tapi kita sama sekali tidak melihatnya! Tapi nanti dulu - Alec Grant!
Alibinya kan yang paling kokoh di antara semuanya!"
222
"Memang," kata Larry. "Akan sulit sekat merobohkan alibinya itu Menurut pendapatku
bahkan mustahil."
"Bukan - bukan mustahil," kata Fatty. "Alec tidak mungkin sekaligus berada di dua
tempat Jadi, apabila ia ada di Teater Kecil dengan menyamar sebagai aktor kucing
Jumat malam itu, maka ia tidak mungkin mengadakan pertunjukan di Sheepridge. Itu
sudah pasti!"
"Bayangkan, itu satu-satunya alibi yang tidak kita periksa," kata Larry.
"Ya! Padahal aku mengatakan, detektif yang baik selalu mengecek segala-galanya,
tidak peduli apakah ia berpendapat itu perlu atau tidak," keluh Fatty. "Wah,
kemampuanku menurun sekali rupanya sekali ini! Payah!"
"Itu tidak benar, Fatty," bantah Bets. "Kan kau yang langsung menyadari bahwa kata-
kataku yang kuucapkan sambil main-main tadi sebenarnya merupakan kunci jawaban atas
teka-teki ini! Sedang aku sendiri tidak menyadarinya. Begitu pula yang lain-lain!"
"Kini, bagaimana cara kita menggoyahkan alibi Alec Grant!" kata Larry. "Waktu kita
tidak banyak lagi - mengingat bahwa Pak Goon sudah berhasil memaksa agar Boysie
mengaku. Pasti tiap saat ia akan sudah menghubungi Pak Inspektur, lalu melakukan
penahanan. Bukan Boysie saja yang akan ditangkapnya, tapi barangkali juga Zoe!"
"Ada yang punya kenalan di Sheepridge?" tanya Fatty dengan tiba-tiba.
223
"Aku punya saudara sepupu di sana. Kau juga kenal padanya - Freddie Wilson," kata
Larry. "Kenapa kau bertanya?"
"Begini! Mungkin saja ia kebetulan menonton pertunjukan yang diadakan oleh Alec di
sana," kata Fatty. "Coba kautelepon dia, Larry, untuk mendapatkan penegasan
mengenainya. Kita sekarang perlu mencari keterangan mengenai pertunjukan itu."
"Mana Freddie mau menonton pertunjukan seperti itu - laki-laki menirukan wanita,"
kata Larry dengan nada meremehkan.
"Sudahlah - coba saja kautelepon," kata Fatty. "Tanyakan padanya, apakah ia tahu-
menahu mengenainya."
Walau dengan segan-segan. Larry pergi menelepon saudara sepupunya, ia khawatir,
jangan-jangan Freddie nanti mengejeknya karena menanyakan soal seperti itu.
Tapi ternyata Freddie tidak ada di rumah. Julia, kakak Freddie yang berumur delapan
belas tahun, yang menerima telepon. Dan itu malah kebetulan sekali!
"Tidak, Larry - Freddie tidak menonton pertunjukan itu," kata Julia. "Bisa
kaubayangkan, Freddie menonton pertunjukan seperti begitu? Tapi aku melihatnya,
bersama Ibu. Wah! Alec Grant benar-benar hebat! Sama sekali tidak bisa diketahui
bahwa ia sebenarnya pria. Seusai pertunjukan, aku meminta tanda tangannya."
224
"Tunggu sebentar," kata Larry. Ia menyampaikan cerita Julia pada Fatty. Anak itu
langsung terlompat, seperti disengat kalajengking.
"Tanda tangan Alec Grant?" serunya. "Wah - ini hebat sekali! Masak kau tidak ingat,
goblok! Kita semua kan mendapat tanda tangannya pula? Aku kepingin melihat tanda
tangan yang diberikan pada Julia! Aku berani bertaruh, wujudnya pasti lain sekali
dengan tanda tangan yang kita peroleh."
"Tapi, Fatty - Alec Grant ada di sana, dan ia benar-benar mengadakan pertunjukan,"
kata Larry. "Julia yang mengatakannya."
Fatty sama sekali tidak mengacuhkan bantahan Larry. ia bergegas menghampiri pesawat
telepon Buster tdak mau ketinggalan. Anjing kecil itu merasa, pasti ada sesuatu hal
yang maha penting terjadi!
"Julia? Di sini Frederick Trotteville," kata Fatty. "Bisakah aku datang ke tempat
kalian? Aku akan datang dengan bis berikut. Ini penting sekali Kau ada di rumah
nanti?"
Julia tertawa mendengar nada suara Fatty, yang kedengarannya sangat mendesak.
"Wah, Frederick! Suaramu kedengaran, seolah-olah kau sedang menghadapi misteri! Ya,
tentu saja kau boleh datang. Aku ingin tahu, kau mau apa!"
Fatty mengembalikan gagang telepon ke tempatnya, lalu cepat-cepat kembali ke tempat
anak-anak yang lain.
"Aku berangkat ke Sheepridge," katanya. "Ada yang mau ikut?"
225
"Tentu saja mau!" seru anak-anak serempak. Siapa mau tidak ikut, sementara
perkembangan menjadi semakin ramai? Tidak - semuanya ingin ikut menyaksikan
penyelesaian teka-teki itu!
Sejam kemudian mereka sudah sampai di Sheepridge, lalu langsung pergi ke rumah
saudara sepupu Larry. Julia ada di rumah. Ia menunggu kedatangan anak-anak. ia
merasa geli, melihat mereka datang berbondong-bondong.
"Begini, Julia," kata Fatty. "Saat ini aku tidak bisa menjelaskan segala-galanya,
karena nanti terlalu banyak waktu terbuang. Tapi kami ingin tahu tentang
pertunjukan Alec Grant. Kau mengatakan tadi, ia benar-benar mengadakan pertunjukan
di sini? Kau benar-benar mengenalinya? Dan sebelumnya, kau sudah pernah
melihatnya?"
"Ya, tentu saja aku mengenalinya," kata Julia.
Fatty agak kecewa mendengar penegasan itu. Soalnya, semula ia berharap Julia akan
mengatakan tidak mengenali Alec. Dengan begitu ada kemungkinan baginya untuk
membuktikan bahwa peranan Alec Grant dimainkan orang lain.
"Mana albummu, yang ada tanda tangannya?" tanya Fatty selanjutnya. Julia pergi
mengambilnya. Pasukan Mau Tahu membawa serta album mereka. Setelah Julia datang
lagi dengan albumnya, Fatty lantas membanding-bandingkan tanda tangan yang tertera
pada kelima album mereka, dengan tanda tangan yang ada dalam album Julia.
226
Ternyata tanda tangan di album gadis itu lain sama sekali!
"Lihatlah," kata Fatty sambil menuding "Tanda tangannya dalam album kita, semuanya
tidak bisa dibaca! Sedang yang di album Julia, jelas sekai tulisannya. Ini bukan
tanda tangan Alec Grant!"
"Jangan-jangan kau hendak mengatakan, ini tanda tangan saudara kembarnya," kata
Julia sambil tertawa.
Fatty menatap gadis itu, seolah-olah ia merasa salah dengar.
"Apa katamu?" katanya dengan suara keras. "Saudara kembar? Maksudmu - Alec Grant
mempunyai saudara kembar?"
"Ya tentu saja - saudara wanita," kata Julia "Apa-apaan sih, misteri ini? Aku sudah
pernah melihat saudaranya itu. Tubuhnya kecil langsing, persis Alec Grant Ia tidak
tinggal di sini, tapi di Marlow."
Fatty menghembuskan napas panjang.
"Kenapa tidak ke sana pikiranku?" katanya "Saudara kembar! Tentu saja - itulah
satu-satunya jawaban yang benar! Alec meminta agar saudara kembarnya itu mengadakan
pertunjukan, menggantikannya. Bagaimana dia, Julia - baguskah permainannya?"
"Yah - keduanya memang aktor," kata Julia "Kata orang, Alec jauh lebih bermutu
daripada saudaranya itu. Nora. Menurut pendapatku, Jumat malam itu aktingnya kurang
baik. Ia sedang pilek, jadi sebentar-sebentar batuk!"
227
Para anggota Pasukan Mau Tahu berpandang-pandangan. Pilek. Batuk-batuk! Mereka tahu
pasti Alec sama sekali tidak pilek, ketika mereka mendengar ia menyanyi pada
pertunjukan Senin sore! Ia sama sekali tidak batuk saat itu. Nah! Ini sangat
mencurigakan.
"Bolehkah kami meminjam album ini untuk beberapa waktu?" tanya Fatty. "Nanti pasti
kukembalikan, lewat pos. Terima kasih atas bantuanmu!"
"Aku membantu apa? Bagiku, kesemuanya ini merupakan teka-teki," jawab Julia.
"Memang, mulanya memang membingungkan," kata Fatty. Ia bersiap hendak pergi lagi.
"Membingungkan sekali! Nyaris saja aku menghadapi jalan buntu. Sekarang tidak
lagi!"
Kelima anggota Pasukan Mau Tahu meninggalkan rumah saudara sepupu Larry, sambil
sibuk bercakap-cakap dengan bersemangat.
"Kini semuanya sudah menjadi jelas," kata Fatty senang. "Ini berkat jasa Bets.
Sungguh, Bets-kita pasti macet, jika kau tidak mengucapkan komentar itu. Kau
mendapat ilham rupanya!"
Sekembali mereka di Peterswood, anak-anak sudah menentukan tindakan apa yang harus
diambil berikutnya. Mula-mula mereka akan mendatangi Pippin, untuk menceritakan
segala-galanya yang berhasil mereka selidiki. Menurut Fatty, ia berhutang budi pada
polisi muda itu. Jika Pippin hendak menangkap Alec Grant, dengan
keterangan anak-anak hal itu bisa dilakukan olehnya. Wah! Pak Goon akan menggigit
jari!
Tapi anak-anak kaget, ketika mereka tiba di rumah Pak Goon. Hanya Pippin sendiri
yang ada di situ. Tampangnya sangat suram.
"Ah, akhirnya kau muncul juga, Frederick," kata Pippin. "Sudah sejam aku berusaha
menghubungimu dengan telepon. Pak Goon sudah menangkap Zoe dan Boysie. Keduanya
sangat bingung, karena tidak merasa bersalah. Aku khawatir, jangan-jangan Boysie
kini menjadi gila!"
"Di mana mereka sekarang?" tanya Fatty gugup.
"Dibawa Pak Goon, mendatangi Inspektur Jenks," kata Pippin "Kau kenapa -
kelihatannya gelisah sekali!"
"Memang," kata Fatty, lalu duduk. "Sekarang Anda dengarkan baik-baik keteranganku
ini. Setelah itu Anda katakan, apa yang harus kami lakukan. Anda bersiap-siap saja
mendengar sesuatu yang tidak disangka-sangka!"

Bab 22
Pak Goon Terkejut!
P.C. Pippin mendengarkan keterangan Fatty. Matanya terbelalak karena kaget
Keningnya berkerut sebentar, ketika mendengar tentang petunjuk-petunjuk palsu yang
dipasangkan Fatty untuknya di beranda belakang teater. Didengarnya bagaimana anak-
anak menyelidiki alibi para tersangka, bagaimana mereka menghadapi jalan buntu,
yang diakhiri dengan komentar Bets-yang menyebabkan Fatty akhirnya berhasil melacak
jejak pelaku yang sesungguhnya!
Kemudian dilakukan perbandingan tanda tangan. Kisah mengenai wanita yang merupakan
saudara kembar Alec Grant dituturkan. Kening Pippin semakin berkerut karena
bingung, sementara Fatty menyodorkan bukti demi bukti, yang semuanya cocok -
sehingga misteri itu bisa diselesaikan!
"Wah - aku benar-benar bingung sekarang," kata Pippin. "Tapi yang jelas, Pak Goon
telah salah tangkap Dan aku juga percaya, memang Alec Grant itu yang merampok
Teater Kecil."
"Kalau begitu, Anda tentu bisa menangkap orang itu, lalu membawanya ke Pak
Inspektur!" seru Fatty.
230
"Wah, tidak bisa," jawab Pippin. "Aku tidak bisa menangkapnya, hanya berdasarkan
ceritamu itu Tapi aku tahu apa yang bisa kulakukan! Aku bisa menahannya untuk
diperiksa. Ia akan kubawa menghadap Pak Inspektur, lalu kukatakan segala yang
kauceritakan tadi padanya."
"Ya - itu ide yang bagus sekali," kata Fatty "Bolehkah kami ikut?"
"Kalian bahkan harus ikut," kata Pippin. 'Wah tidak enak rasanya membayangkan air
muka Pak Inspektur nanti, jika ia mendengar tentang petunjuk-petunjuk palsu kalian.
Untung saja kalian kemudian berhasil memecahkan misteri ini Mudah-mudahan saja
dengan begitu. Inspektur Jenks mau memaafkan keisengan kalian."
Nada suara Pippin keras. Tapi matanya berkilat-kilat Jenaka.
"Aku sendiri tidak bisa marah pada kalian." katanya "Petunjuk kalian itu membawa
aku ke tempat di mana kejahatan itu terjadi - dan kelihatannya kini aku akan bisa
membeberkan kesalahan Pak Goon. Biar tahu rasa, menggertak seseorang yang tidak
normal sampai memberikan pengakuan palsu!"
Peristiwa pagi itu kian menegang. Alec Grant dijemput dari teater, di mana ia
sedang berlatih bersama aktor-aktor lainnya. Mereka semua kaget mendengar Zoe
ditangkap. Ketika Pippin datang bersama anak-anak, Alec Grant bersikap pura-pura
tidak tahu kenapa polisi ingin memeriksanya.
231
Tapi ia heran sekali, ketika melihat para anggota Pasukan Mau Tahu ikut dalam mobil
yang akan mengangkutnya ke kantor polisi di kota. Tak seorang pun memberi
penjelasan, apa sebabnya mereka ikut Anak-anak membuang muka. Dasar perampok jahat!
Begitu sampai hati ia membiarkan Zoe dan Boysie dipersalahkan.
Sebelum berangkat, terlebih dulu Pippin menelepon Inspektur Jenks.
"Di sini Pippin, Pak. Saya hendak melaporkan tentang perampokan di Teater Kecil.
Kalau tidak salah, Pak Goon sudah membawa kedua tahanannya ke tempat Anda Begini,
Pak. Maukah Anda menunggu sebentar? Saya di sini mempunyai bukti-bukti baru.
Penting sekali! Saya membawa seseorang untuk diperiksa - namanya Alec Grant Saya
juga membawa - eh, lima orang anak-anak. Pak."
"Apa?" kata Inspektur Jenks. ia merasa pasti salah dengar. "Lima apa, katamu?"
"Anak-anak, Pak." kata Pippin. "Anda pernah bercerita tentang mereka, sebelum saya
ditugaskan ke sini. Seorang di antara mereka bernama Frederick Trotteville."
"O ya?" kata Pak Inspektur. "Ini menarik sekali! Jadi ternyata ia juga sibuk dalam
kasus ini, ya? Lalu, kau tahu bagaimana kesimpulannya, Pippin?"
"Ya, Pak - saya mengetahui segala-galanya," kata Pippin. "Soalnya, anu-Pak Goon
tidak mau saya ikut menyelidik bersama dia, Pak - jadi - anu..."
232
"Jadi kau lantas bekerja sama dengan Frede rick," sambung Pak Inspektur. "Kau
mengambil keputusan yang bijak. Yah - baiklah! Aku akan menunggu dulu sampai kalian
datang "
Kemudian Pak Inspektur memanggil Pak Goon masuk ke kamarnya.
"Goon," katanya, "kita harus menunggu sekitar dua puluh menit, sebelum mulai.
Pippin baru saja menelepon. Katanya ia mempunyai bukti baru."
Pak Goon langsung naik darah.
"Pippin, Pak?" tukasnya, "ia tidak tahu apa-apa tentang kasus ini. Saya tidak
mengijinkannya turut campur, karena ia goblok sekali! Memang, ia belum lama ikut
saya, tapi nampak jelas bahwa orang itu takkan banyak gunanya. Ia tidak cukup
cerdas. Kecuali itu juga agak tedalu sok aksi, Pak!"
"Ya, ya," kata Inspektur Jenks. "Pokoknya, kita menunggu sebentar. Pippin membawa
seorang laki-laki untuk ditanyai."
Pak Goon melongo.
"Seorang laki-laki - untuk ditanyai? Tapi kita kan sudah menangkap para perampok
itu. Untuk apa ia membawa-bawa orang lain lagi? Siapakah
dia?"
"ia juga mengatakan, bahwa ada lima orang anak ikut dengannya," kata Pak Inspektur
dengan nada puas. ia tidak senang pada Pak Goon, karena sikapnya yang sombong dan
mau menang sendiri. "Kalau tidak salah, salah satu di antara mereka anak yang
cerdas itu, yang sudah beberapa kali menolong kita - Frederick Trotteville!"
233
Selama sekitar dua menit mulut Pak Goon mengap-mengap, tanpa mengucapkan apa-apa.
Hanya air mukanya saja yang pelan-pelan menjadi ungu, sehingga Inspektur Jenks
kaget melihatnya.
"Kalau kau selalu cepat marah seperti itu, Goon - pada suatu hari kau bisa
mengalami serangan jantung," katanya. "Kau kan tidak berkeberatan bahwa Frederick
datang ke sini? Kau kan begitu yakin telah berhasil membongkar kasus perampokan
itu, serta menangkap orang-orang yang bersalah! Jadi untuk apa cemas?"
"Saya tidak cemas," kata Pak Goon dengan nada galak. "Tapi anak sialan itu-maaf,
Pak-ia selalu mencampuri urusan hukum - selalu..."
"Goon! Ia kan membantu hukum, bukan merecoki," sela Inspektur.
Pak Goon masih tetap menggerutu, tapi kemudian terdiam. Tampangnya lesu. Pippin
akan datang - bersama anak-anak itu. Ada apa lagi sekarang?
Akhirnya Pippin tiba bersama Alec Grant, kelima anggota Pasukan Mau Tahu, dan tentu
saja Buster. Tampang Pak Goon semakin masam begitu melihat Buster ikut Sedang
anjing itu langsung menghampirinya dengan gembira, seolah-olah bertemu kawan lama.
Ia berlari-lari mengitari Pak Goon, sehingga polisi itu sebal sekali melihatnya.
"Ah, Frederick - ternyata kau sudah beraksi lagi, ya," kata Inspektur Jenks. "Apa
kabar? Dan ini Larry, Pip, Daisy - dan Bets cilik juga ikut
234
Bagaimana kabar kalian? Kau belum dikeluarkan dari Pasukan Mau Tahu, Bets?"
"Dikeluarkan? Mana mungkin," kata Fatty. "Kalau bukan karena Bets, kami takkan
berhasil menemukan jawaban yang benar!"
Pak Goon menggerutu mendengar ucapan Fatty. Pak Inspektur berpaling memandang
polisi desa itu.
"Ah, Goon! Kau kan juga beranggapan telah berhasil menyelesaikan kasus ini,"
katanya. "Kedua tahananmu ada di kamar sebelah. Sekarang aku ingin bertanya. Apa
sebabnya kau merasa telah berhasil membongkar kasus ini, Goon? Kau tadi hendak
mengatakannya, ketika aku menerima telepon dari Pippin."
"Pak, saya sudah memperoleh pengakuan dari Boysie Summers, aktor kucing," kata Pak
Goon "Ia jelas-jelas mengatakan bahwa ialah yang merampok isi lemari besi di
teater, dengan dibantu Zoe Markham Ini sapu tangan gadis itu, ditemukan pada malam
kejadian itu di beranda belakang. Huruf Z ini singkatan dari nama Zoe Pak."
"Itu sapu tanganku, Pak Inspektur," kata Daisy. "Aku yang menyulamkan huruf Z itu,
untuk iseng. Betul kan, Teman-teman?"
Anak-anak yang lain mengangguk.
"Itu bukan milik Zoe," kata Daisy lagi. "Tidak mungkin gadis seperti dia, memiliki
sapu tangan dekil setua ini. Mestinya itu juga disadari deh Pak Goon."
235
Napas Pak Goon mulai berdengus-dengus. "Nanti dulu," katanya.
"Kau yang nanti dulu, Goon," kata Inspektur Jenks. Dipungutnya kertas laporan yang
berisi pengakuan palsu. "Jadi begitu keterangan Boysie, ya? Tolong bawa Boysie ke
sini, Pippin! ia ada di kamar sebelah, bersama Zoe Markham. Kedua-duanya saja
kausuruh ke sini."
Pippin pergi menjemput Zoe dan Boysie. Zoe menangis. Gadis itu sangat bingung,
sehingga tidak melihat kelima anak yang ada dalam ruangan, ia langsung menghampiri
Inspektur Jenks, lalu menepiskan laporan pengakuan palsu yang dipegang pejabat
kepolisian itu.
"Tidak separah kata pun benar isinya!" tukas Zoe. "Semuanya palsu. Pak Goon memaksa
Boysie mengatakan hal-hal yang sama sekali tidak benar. Lihat saja Boysie! Bisakah
Anda membayangkan ia melakukan kejahatan itu, bahkan dengan bantuanku? Umurnya
memang sudah dua puluh empat tahun, tapi sifatnya masih seperti anak kecil. Pak
Goon merongrongnya terus, dan tidak henti-hentinya menggertak, sehingga akhirnya
Boysie ketakutan dan mau mengakui apa saja. Apa saja! Perbuatan itu jahat sekali!"
Boysie berdiri di samping Zoe Anak-anak tidak mengenalinya, karena tidak memakai
pakaian kucing. Ia kelihatannya seperti anak kecil. Seorang anak kecil yang gemetar
ketakutan, sambil berpegangan pada gaun Zoe. Bets merasa air matanya berlinang-
linang.
"Nah, Nona Markham," kata Inspektur Jenks "di sini ada lagi orang, yang akan kami
periksa. Kurasa Anda kenal padanya."
Zoe Markham berpaling, dan melihat Alec berdiri di situ.
"Alec Grant!" serunya kaget "Kaukah yang melakukannya, Alec? Kalau ya. katakanlah
berterus terang. Masak kau sampai hati membiarkan Boysie nyaris kehilangan akal
karena persoalan ini! Kau membenci manager. Kau selalu mengatakan begitu. Kaukah
yang melakukannya?"
Alec Grant diam saja. Kini Pak Inspektur memandang Pippin.
"Pippin! Coba jelaskan, apa sebabnya kau membawa laki-laki ini ke sini?"
P.C. Pippin menceritakan laporannya dengan cermat dan jelas. Terasa jelas bahwa ia
pada suatu waktu nanti pasti menjadi petugas polisi yang sangat baik!
Sekali-sekali Pak Inspektur menyela untuk mengajukan pertanyaan. Dan sekali-sekali
Fatty juga ikut menimbrung. Sedang Pak Goon duduk dengan mulut melompong. Matanya
melotot karena heran.
Sementara itu Alec Grant tampak semakin merasa tidak enak. Wajahnya semakin
memucat, ketika Pippin bersama Fatty bercerita bagaimana anak-anak pergi ke
Sheepridge dan melihat tanda tangan yang lain dalam album Julia. Fatty menyodorkan
album itu sebagai bukti pada Pak Inspektur.
237
"Jadi kalian berpendapat, orang ini menyuruh saudara kembarnya untuk berperan
menjadi dia, sementara ia sendiri kembali dengan diam-diam ke Teater Kecil, membius
Boysie, memakai pakaian kucingnya, lalu mengantarkan teh yang sudah diberi obat
tidur pada manager teater itu, kemudian merampok isi lemari besi dan setelah itu
mengenakan pakaian kucing pada Boysie lagi?" kata Inspektur Jenks. "Ini merupakan
kejahatan yang benar-benar cerdik! Kita harus menahan saudara perempuan orang ini!"
"Nanti dulu!" Kini Pak Goon memotong Suaranya seperti tercekik. "Tidak bisa!
Percayalah, bukan orang ini perampok yang dicari. Bukan dia yang bersalah! Bukankah
aku sudah memperoleh pengakuan yang tertera dalam laporan itu?"
Tapi detik berikutnya Pak Goon kaget setengah mati.
"Memang aku pelakunya!" kata Alec Grant. "Persis seperti yang dikatakan P.C.
Pippin. Tapi jangan ikutkan saudara kembarku - ia tidak tahu apa-apa tentang
kejadian ini! Waktu itu aku meneleponnya untuk meminta agar ia menggantikan aku
mengadakan pertunjukan di Sheepridge. Dan ia mau! ia sudah pernah melakukannya
sebelum itu ketika aku jatuh sakit, dan tak seorang pun mengetahuinya. Tampang kami
berdua mirip satu dengan yang lain. Seperti Anda ketahui, aku biasa tampil
menirukan wanita. Jadi siapa yang bisa tahu, apabila saudaraku itu menirukan aku?
Tidak
238
ada! Hanya anak-anak ini - mereka terlalu pintar!"
Inspektur Jenks mengambil kertas pengakuan Boysie, lalu merobek-robeknya.
"Di belakangmu pediangan menyala, Goon," katanya dengan nada dingin. "Bakar laporan
ini!"
Pak Goon terpaksa membakar kertas laporannya yang 'hebat' itu. Ia merasa sangat
malu saat itu Kepingin rasanya berada di ujung dunia, supaya tidak usah bertatapan
muka dengan semua orang yang ada di situ. Tapi sudah sewajarnya ia menerima
hukuman, karena tingkah lakunya yang sombong dan kejam!
"Uang itu masih ada semuanya padaku," sambung Alec Grant. "Aku bermaksud
mengembalikannya lagi nanti Aku cuma ingin membuat manager kaget setengah mati-
sebagai pembalasan atas kejahatannya. Jika aku tahu Boysie dan Zoe ditahan, pasti
aku sudah dengan segera mengaku."
"Anda sudah tahu sebelum ini," kata Pippin dengan suara pelan. "Jadi percuma saja
mengatakan begitu sekarang!"
"Yah," kata Pak Inspektur, ia menyandarkan diri di kursinya, sambil memandang anak-
anak. "Yah - rupanya sekali lagi kalian berhasil menolong kami, Anak-anak! Aku
berterima kasih padamu, Pippin. Selamat! Kau berhasil menangani kasus ini dengan
baik, walau dilarang bekerja dengan Goon. Frederick, kau anak yang keterlaluan dan
tidak bisa dilarang! Jika kau masih juga memasang petunjuk-petunjuk palsu, ada
kemungkinan aku nanti
239
terpaksa menangkapmu! Taku kau juga sudah banyak membantu kami. Caramu menangani
masalah ini menunjukkan bahwa akalmu panjang. Terima kasih!"
Dengan wajah berseri-seri Pak Inspektur memandang kelima anak itu dan Pippin, serta
Zoe dan Boysie. Bets menyelipkan tangannya ke dalam genggaman Pak Inspektur.
"Anda kan tidak benar-benar bermaksud menangkap Fatty?" kata Bets dengan cemas
"Kami semua ikut bersalah mengenai petunjuk-petunjuk itu, Pak."
"Tidak - aku tadi cuma main-main saja," kata Inspektur Jenks. "Tapi kalian harus
mengerti, aku sama sekali tidak menyetujui perbuatan seperti begitu. Itu perbuatan
yang patut dicela! Tapi meski begitu, aku berperasaan bahwa tindakan kalian yang
kemudian berhasil memupus kesalahan itu. Nah - kalian tahu pukul berapa sekarang?
Pukul dua siang. Kalian sudah makan?"
Tiba-tiba anak-anak merasa perut mereka kosong sekali. Mereka memang belum makan
lagi sejak sarapan pagi.
"Kalau begitu, mudah-mudahan kalian mau makan siang bersama aku di Hotel Royal,"
kata Inspektur Jenks. "Nanti kusuruh bawahanku menelepon orang tua kalian, yang
saat ini pasti sudah bingung mencari kalian! Dan barangkali Nona Markham juga mau
makan siang bersama kami? Bagaimana dengan aktor kucing?"
240
"Wah, terima kasih," kata Zoe ia tersenyum. senang. "Apakah kami sudah benar-benar
bebas sekarang?"
"Tentu saja" kata Pak Inspektur. "Goon. bawa Alec Grant ke kamar tahanan. Dan kau
menunggu di sini. sampai aku kembali nanti. Aku masih ingin bicara sedikit
denganmu."
Dengan tampang lesu, Pak Goon menggiring Alec Grant ke kamar tahanan. Bets
menghembuskan napas lega.
"Aduh, Pak Inspektur - aku tadi sudah khawatir, jangan-jangan Anda juga hendak
mengajak Pak Goon ikut makan siang!"
"Mana mungkin!" kata Pak Inspektur. "Ah, kau masih ada di sini, Pippin. Pergilah
makan di kantin Setelah itu kau ke sini lagi, dan tolong buatkan laporan tentang
kasus ini'untukku. Dan sekaligus teleponkan orang tua anak-anak ini!"
Pippin memberi hormat sambil nyengir. Ia puas sekali terhadap dirinya sendiri. Ia
mengedipkan mata pada Fatty. Fatty membalasnya. Kalau Pippin selalu berhasil
menangani kasus seperti saat itu, ada kemungkinan ia akan lekas naik pangkat.
"Aku senang sekari menghadapi misteri kali ini," kata Bets, ketika ia sudah duduk
di meja dalam hotel lalu menghamparkan kain serbet di pangkuannya. "Sangat
berbelit-belit - tapi sama sekali tidak menyeramkan!"
"Tapi bagiku menyeramkan - begitu pula bagi Boysie," kata Zoe. ia mengisi gelasnya
dengan
241
limun, lalu diacungkannya ke arah Fatty serta teman-temannya.
"Kuucapkan selamat pada Pasukan Mau Tahu!" katanya.
Pak Inspektur ikut mengangkat gelasnya, ia tersenyum riang
"Kuangkat gelasku untuk menghormati para detektif remaja yang telah berhasil
menyibakkan kejadian yang paling sulit dan misterius-Misteri di Teater Kecil!"
TAMAT

Sumber Djvu:
www.tag-dgn.blogspot.com

Edit by : zheraf.net
http://www.zheraf.net

Anda mungkin juga menyukai