Anda di halaman 1dari 14

RANGKUMAN

(Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro)

Disusun Oleh
Nama : Cahyadi J. Malia
Nim : 21910130
Kelas : D
Semester : II

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

KELAS MANAJAEMEN II D

2020
Tugas I

 Deskripsi Mata Kuliah

Mata Kuliah ini memberikan pemahaman dasar berbasis konsep, teori dan kebijakan
Makro Ekonomi, mencakup, konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, perdagangan luar
negeri, permintaan dan penawaran agregat, hingga pengukuran pendapatan nasional dan
kebijakan fiskal.

1. Ruang Lingkup Ekonomi Makro

Isu-isu makro ekonomi sangat mempengaruhi perekonomian suatu negara. Tentu saja
banyak pertanyaan - pertanyaan yang sering muncul dari setiap kebijakan yang dilakukan oleh
pemerintah dalam upaya meningkatkan perekonomiannya. Pernyataan yang dimaksud
diantaranya mengapa negara mengalami perlambatan ekonomi, kebijakan apa yang dilakukan
oleh pemerintah untuk menjaga stabilitas harga, menekan laju inflasi, mengapa negara
pendapatan nasionalnya atau pendapatan perkapitanya merosot tajam, tingkat pengangguran
semakin tinggi, dan lain sebagainya. Beberapa pertanyaan pertanyaan tersebut merupakaan
masalah makro ekonomi yang memerlukan studi tentang perekonomian secara menyeluruh
(Agregat).

Analisis dalam ekonomi makro menjelaskan beberapa hal yaitu pertama bagaimana segi
permintaan dan penawaran menentukan tingkat kegiatan dalam perekonomian, kedua masalah-
masalah utama yang selalu dihadapi setiap perekonomian, ketiga Peranan kebijakan dan campur
tangan pemerintah untuk mengatasi masalah ekonomi yang dihadapi.

2. Perkembangan Teori Ekonomi Makro

tahun 1929-1932 terjadi kemunduran ekonomi di seluruh dunia yang diawali dari
kemerosotan ekonomi di Amerika Serikat, periode tersebut dinamakan Great Depression .
Kemunduran ekonomi tersebut menimbulkan kesadaran dari para ahli ekonomi bahwa
mekanisme pasar tidak secara otomatis menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tangguh dan
juga penggunaan tenaga kerja penuh. Ketidakmampuan tersebut mendorong seorang ahli
ekonomi Jhon Maynard Keynes mengemukakan pendapatnya dan menulis sebuah buku yang
berjudul "THE GENERAL THEORY OF EMPLOYMENT, INTEREST AND MONEY" yang
diterbitkan pada tahun 1936.

Pandangan utama Keynes adalah pengeluaran agregat yaitu perbelanjaan masyarakat atas
barang dan jasa adalah faktor utama yang menentukan tingkat penggunaan tenaga kerja penuh
yang menentukan tingkat kegiatan ekononomi yang tangguh.

3. Pendapatan Nasional

Pendapatan Nasional (Nasional Income) adalah pendapatan yang diterima oleh suatu
negara selama satu tahun yang dukur dengan uang. Pendapatan nasional menggambarkan
tingkat produksi negara yang dicapai dalam tahun tertentu dan perubahannya dari tahun ke
tahun. Dalam konsep yang lebih spesifik pendapatan nasional dibedakan menjadi dua pengertian
yaitu Produk Nasional Bruto (PNB) dan Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Nasional yang
diwujudkan oleh faktor-faktor produksi milik warga negara suatu negara dinamakan Produk
Nasional Bruto, sedangkan Produk Domestik Bruto adalah faktor-faktor produksi di dalam
negeri (milik warga negara dan orang asing). Sehingga dapat disimpulkan bahwa PNB dan PDB
merupakan ukuran mengenai besarnya kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan
jasa dalam satu tahun.

Pendapatan nasional memiliki peranan yang sangat penting sebab dapat menggambarkan tingkat
kegiatan ekonomi yang dicapai dan perubahan serta pertumbuhannya dari tahun ke tahun. Ada
beberapa manfaat dari pendapatan nasional yaitu :

 Menilai prestasi dan keberhasilan suatu negara


 Menilai perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara dari tahun ke tahun
 Mempertegas struktur perekonomian negara
 Bahan perbandingan dengan perekonomian negara lain
 Menjadi dasar pertimbangan pemerintah merumuskan sebuah kebijakan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pendapatan nasional yaitu :

1) Permintaan dan Penawaran


2) Konsumsi dan Tabungan
3) Investasi

CARA MENGHITUNG PENDAPATAN NASIONAL

Sebagai jumlah dari keseluruhan barang dan jasa yang diproduksi, pendapatan nasional
membutuhkan penghitungan yang tepat dan akurat sehingga nilai yang diperoleh benar-benar
sesuai dengan data yang ada, bukan sekadar pencitraan pemerintah saja. Ada tiga pendekatan
cara menghitung pendapatan nasional :

Pendekatan pengeluaran

Pengeluaran yang dimaksudkan dalam pendekatan ini mencakup konsumsi,


investasi, pemerintah perintah, ekspor, dan impor. Dari komponen pengeluaran
tersebut, penghitungan pendapatan nasional dapat dirumuskan sebagai berikut.

Y = C + I + G + (X – M)

Pendekatan Produksi

penghitungan pendapatan nasional melalui pendekatan produksi dilakukan dengan


menjumlahkan nilai tambah dari seluruh sektor produksi selama satu tahun. Cara ini dapat
diformulasikan sebagai berikut.

Y = {(P1 x Q1) + (P2 x Q2) + … + (Pn x Qn)}

Keterangan:

Y = pendapatan nasional
P1 = harga barang ke-1
P2 = harga barang ke-2
Pn = harga barang ke-n
Q1 = jenis barang ke-1
Q2 = jenis barang ke-2
Qn = jenis barang ke-n
Pendekatan Pendapatan

pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan pendapatan yang diterima oleh


seluruh pemilik faktor produksi selama satu tahun. Faktor produksi yang dimaksudkan mencakup
tenaga kerja, modal, tanah, dan keterampilan atau keahlian atau kewirausahaan.

Adapun pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi tersebut tidaklah sama.
Pendapatan tenaga kerja berupa upah, pemilik modal berupa bunga, pemilik tanah berupa sewa,
dan keterampilan atau keahlian berupa laba. Cara menghitung pendapatan nasional dengan
pendekatan ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

Y=r+ w+ i+ p

Keterangan:

Y = pendapatan nasional
r = pendapatan upah atau gaji
w = pendapatan sewa
i = pendapatan bunga
p = pendapatan laba usaha

4. Pengukuran Pendapatan & Output Nasional

Negara merupakan salah satu entitas yang diobservasi oleh Ilmu Ekonomi terutama
Makro Ekonomi, perilaku negara dalam pembentukan Output secara agrgetaif merupakan bidang
kajian makro ekonomi. Salah satu indikator penting dalam mengukur kinerja nega secara
agregatif dalam perekonomian adalah Output Nasional atau Pendapatan Nasional.

5. Konsumsi dan Investasi


Konsumsi dan Investasi merupakan dua kegiatan utama dalam perekonomian, konsumsi
merupakan ragam kegiatan untuk menghabiskan nilai guna barang dan jasa sementara Investasi
merupakan ragam kegiatan untuk mempertinggi nilai guna barang dan jasa melalui pemanfaatan
sumber-sumber ekonomi.
6. Permintaan & Penawaran Agregat

Permintaan agregat adalah jumlah barang dan jasa akhir yang diminta pada berbagai
tingkat harga.

7. Pandangan utama teori keyness


1. faktor utama yang menetukan prestasi kegiatan ekonommi suatu Negara adalah
pengeluaran agregat
2. pengeluaran agregat yaitu perbelanjaan masyarakat ke atas barang dan jasa
3. dalam system pasar bebas penggunaan tenaga kerja penuh tidak selalu tercipta dan di
perlukan usaha dan kebijakan pemerintah
4. kebijakan pemerintah dan peran peran pemerintah perlu untuk menciptakan tingkat
penggunaan tenaga kerja penuh dan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang teguh

Ruang Lingkup Yang Di Pelajari Ekonomi Makro

1. pendapatan nasional
2. neraca pebayaran dan kurs valuta asing
3. pengangguran dan kesempatan kerja investasi nasional (peerintah dan swasta)
4. pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
5. anggaran pemerintah
6. kebijakan fiscal dan system perpajakn
7. kebijakan moneter dan jumlah uang yang beredar
8. tingkat bunga
9. tabungan nasional

Perbedaan ekonomi makro dan mikro


Ekonomi makro mempelajari variable variable ekonomi secara menyeluruh
(agregat)seperti jumlah uang beredar, pendapatan nasional , pengangguran dan kesempatan
kerja,inflasi,neraca pembayaran internasional ,dan pertumbuhan ekonomi sedangkan ekonomi
mikro merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang variable variable ekonomi dalam
lingkup lebih kecil seperti perusahaan,perilaku koonsumen ,permintaan dan penawaran
produksi,harga dan lainnya

Tugas II
1. Masalah Pendidikan

Dalam upaya menyelenggarakan pendidikan yang bermutu, diperlukan peran serta


berbagai pihak, mulai dari Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Agar semua pihak
yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik,
diperlukan peraturan yang dapat mengikat semua pihak.

Begitu pun dengan kebijakan, agar kebijakan bidang pendidikan dan kebudayaan dapat
terlaksana dengan optimal perlu dituangkan dalam bentuk program-program. Terlaksananya
program-program tersebut sangat tergantung dari koordinasi antar pihak terkait. Agar setiap
program dapat berjalan sinkron dan harmonis diperlukan sinergisitas antara Pemerintah dan
pemerintah daerah.

“Pada hari ini kita akan membahas isu yang sangat penting, terutama yang terkait dengan
kebijakan-kebijakan Kemendikbud yang akan segera diterapkan. Mulai tahun ini, fokus
pemerintah di bidang pendidikan terkait dengan peningkatan mutu. Kemendikbud mulai menata
dan mengevaluasi kembali tentang Standar Nasional Pendidikan. Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP) sudah mulai me- review kembali. Kemudian ada kegiatan penjaminan mutu
yang kewenangannya diberikan kepada Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP). Hasil
dari penjaminan mutu yang sifatnya formatif inilah yang nanti akan dikomunikasikan dan
dikoordinasikan dengan dinas pendidikan mengenai apa yang harus diperbaiki di sekolah kita, "
demikian disampaikan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Dirjen Dikdasmen Kemendikbud), Hamid Muhammad, saat
membuka kegiatan Sosialisasi Kebijakan/Peraturan Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah, di
Hotel Aryaduta, Jakarta, Senin (11/3/2019).

Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan


Daerah, maka Standar Pelayanan Minimal (SPM) tidak lagi dimaknai dalam kontekstual sebagai
norma, standar, prosedur, dan kriteria. Batasan pengertian SPM secara tekstual memang tidak
berubah, yaitu bahwa SPM merupakan ketentuan mengenai Jenis Pelayanan Dasar dan Mutu
Pelayanan Dasar yang berhak diperoleh setiap Warga Negara secara minimal. Namun terdapat
perubahan mendasar dalam pengaturan mengenai jenis pelayanan dasar dan mutu pelayanan
dasar, kriteria penetapan SPM, dan mekanisme penerapan SPM. “Terkait dengan UU
Pemerintahan Daerah yang disitu amanatnya adalah bagaimana setiap daerah bisa menjamin
pelayanan minimal terhadap anak-anak kita mulai PAUD, SD, SMP, SMA, SMK dan SLB. Ini
nanti yang akan dijelaskan oleh rekan-rekan dari Kemendagri karena ada Peraturan Pemerintah
(PP) nya, Peraturan Mendikbud (Permendikbud) tentang teknis SPM-nya, serta Edaran Mendagri
yang perlu diketahui bersama. Inilah yang harus kita upayakan yang bermuara terhadap
peningkatan mutu pendidikan,” ujar Dirjen Hamid.

Menurut Dirjen Hamid, salah satu pokok bahasan dalam sosialisasi ini, adalah tentang
zonasi. Melalui sistem zonasi diharapkan dapat menjamin pemerataan mutu pendidikan di
seluruh wilayah Indonesia. “Sejak tahun 2017, Kemendikbud telah menggulirkan sistem zonasi.
Kita masih ingat sistem zonasi pertama kali diluncurkan ketika kita akan melakukan Ujian
Nasional Berbasis Komputer (UNBK) secara massal pada 2016. Bagaimana UNBK dilaksanakan
berbasis zona. Waktu itu belum banyak unit komputer, sehingga kita berbagi fasilitas. Jenjang
SMP menggunakan fasilitas SMA/SMK, dan demikian pula sebaliknya. Kemudian tahun 2017,
mulailah kita menerapkannya pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). Pada PPDB tahun
2019 adalah ketiga kalinya kita melaksanakan sistem zonasi dan kita tahu bahwa sistem zonasi
ini bukan hanya untuk PPDB, UNBK, melainkan jauh lebih luas lagi,” terang Dirjen Hamid.

Dilanjutkan Hamid, melalui sistem zonasi, ada beberapa masalah yang akan dibenahi,
antara lain, (1) PPDB yang merujuk pada Permendikbud Nomor 51 Tahun 2018 yang
mempertegas Permendikbud Nomor 14 Tahun 2018, artinya pemerintah daerah harus
menetapkan zona SD, SMP, SMA. Sampai saat ini di tingkat SMP, baru 234 kabupaten/kota
yang menetapkan zonasi, masih ada 280 kabupaten/kota lagi belum menetapkannya. Adapun
untuk tingkat SMA (provinsi), terdapat 18 provinsi yang sudah menetapkan, tinggal 16 provinsi
yang belum menetapkan; (2) Penghitungan data anak-anak yang akan masuk ke jenjang SD,
SMP, SMA maupun SMK, agar dapat menghitung daya tampungnya sehingga lebih mudah
mengaturnya; (3) Redistribusi dan pembinaan guru-guru yang akan dilakukan oleh Ditjen Guru
dan Tenaga Kependidikan (GTK). Ke depan, Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) akan
berbasis zona di semua daerah.

Redistribusi guru harus dilakukan agar jangan sampai guru-guru menumpuk di satu
tempat karena kalau tidak diselesaikan, berapapun jumlah guru yang diangkat, tidak akan
mencukupi. Selanjutnya, (4) Pembinaan kesiswaan. Terdapat berbagai kegiatan yang pada
akhirnya bermuara di tingkat nasional maupun internasional. Ke depan, penyeleksian akan
dilakukan berbasis zona. Dari zona ke tingkat kabupaten/kota, lalu ke tingkat provinsi, nasional,
sampai ke tingkat internasional. Dengan cara itu, anak-anak yang memiliki potensi, dimanapun
mereka berada, pasti akan masuk pada sistem merit; (5) Penilaian. Asesmen Kompetensi Siswa
Indonesia (AKSI), rencananya akan dilaksanakan mirip dengan tes Programme for International
Student Assessment (PISA) maupun tes Trends in International Mathematics and Science Study
(TIMMS) yang biasanya dilakukan setiap 3 tahun di tingkat internasional, akan diterapkan di
Indonesia. AKSI ini dipersiapkan jika Ujian Nasional (UN) kedepannya tidak ada lagi. Tujuan
AKSI dilaksanakan adalah agar tetap ada barometer untuk mengukur kemampuan siswa. AKSI
ini nantinya tidak lagi dilakukan pada setiap akhir masa studi melainkan akan dilaksanakan pada
siswa kelas 3, 5, 8, dan 11. Namun jika UN masih terus berlaku, maka AKSI akan dilakukan
sebagai survei di semua sekolah.

Selain pembahasan tentang zonasi, pada kegiatan ini juga akan dibahas masalah-masalah
lainnya, antara lain, tentang Komite Sekolah. “Sebagai contoh di Sumatera Barat ada kepala
SMA yang kena saber pungli. Padahal saya sudah sampaikan kalau ada kepala sekolah yang
kena saber pungli, segera kontak Pak Irjen, dan Irjen akan siap menjelaskan kepada tim saber
pungli. Karena 2 tahun yang lalu, tim saber pungli pusat datang bersama-sama kita untuk
mendiskusikan masalah ini,” ucap Dirjen Hamid.

Masalah kekerasan yang terjadi di lingkungan sekolah pun tidak luput dari perhatian
Kemendikbud. “Masa pengenalan lingkungan sekolah juga akan kita bahas. Jangan sampai kita
lengah dan muncul kasus kekerasan pada saat masa pengenalan sekolah maupun pada saat siswa
baru dikukuhkan di kegiatan ekstrakurikuler, serta harus menjaga agar jangan sampai ada
kekerasan antara guru dengan murid, orang tua dengan guru dan seterusnya,” pungkas Dirjen
Hamid.
Upaya Pemerintah

Sementara itu, Sekretaris Dirjen Dikdasmen, Sutanto, menuturkan bahwa tujuan


sosialisasi ini adalah untuk memberikan pemahaman terhadap peraturan dan kebijakan bidang
pendidikan dasar dan menengah serta untuk mengetahui perkembangan atas pelaksanaan
peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang telah terbit pada tahun sebelumnya. “Hasil
yang diharapkan dari kegiatan ini antara lain adalah agar peserta memiliki persepsi yang sama
terhadap peraturan yang telah diterbitkan dan dapat disosialisasikan lebih lanjut kepada para
stakeholders di wilayah binaan para peserta, dan dapat diimplementasikan secara optimal,” kata
Sutanto.

Kegiatan ini dihadiri oleh 147 peserta yang terdiri dari kepala dinas pendidikan provinsi,
kepala dinas pendidikan kabupaten/kota, pengawas, ketua Kelompok Kerja Kepala Sekolah
(KKKS) dan ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS), dewan pendidikan, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), dan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP).

2. masalah kemiskinan

Indonesia masih belum bisa menyelesaikan permasalahan kemiskinan ini dalam waktu
dekat. Perlu adanya kerjasama antara pemerintah dan masyarakat untuk sama-sama mengatasi
masalah kemiskinan. Apapun kebijakan pemerintah akan sangat tidak berguna apabila
masyarakat tidak ikut serta dalam pelaksanaanya.

Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa persentase penduduk miskin
di Indonesia pada bulan Maret 2019 sebesar 9,41 persen, mengalami penurunan 0,25 persen poin
terhadap bulan September 2018 dan mengalami penurunan 0,41 persen poin terhadap bulan
Maret 2018.

Jumlah penduduk miskin pada bulan Maret 2019 sebesar 25,14 juta orang mengalami
penurunan 0,53 orang terhadap bulan September 2018 dan mengalami penurunan 0,80 juta orang
terhadap bulan Maret 2018.
Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada bulan september 2018 sebesar 6,89
persen, mengalami penurunan menjadi 6,69 pesrsen pada bulan Maret 2019. Sedangkan
persentase penduduk miskin di daerah pedesaan pada bulan September 2018 sebesar 13,10
persen, mengalami penurunan menjadi 12,85 persen pada bulan Maret 2019.

Dibandingkan pada bulan September 2018, Jumlah penduduk miskin pada bilan Maret
2019 di daerah perkotaan turun sebanyak 136,5 ribu orang. Sementara itu daerah di daerah
pedesaan turun sebanyak 393,4 ribu orang.

Garis Kemiskinan (GK) pada bulan Maret 2019 tercatat sebesar Rp425.250,00/kapita per
bulan dengan komposisi Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKM) sebesar Rp313.250,00
(73,66 persen) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKNM) sebesar Rp112.018,00 (26,35
persen).

Pada bulan Maret 2019, secara rata-rata rumah tangga yang tergolong miskin di
Indonesia memiliki 4,68 orang anggota rumah tangga. Dengan demikian, besarnya Garis
Kemiskinan (GK) per rumah tangga miskin secara rata-rata adalah sebesar
Rp1.990.170,00/rumah tangga miskin per bulan.

Berikut beberapa faktor-faktor yang menyebabkan munculnya masalah kemiskinan ;

1. Pendidikan yang Terlampau Rendah

2. Malas Bekerja

3. Keterbatasan Sumber Daya Alam

4. Terbatasnya Lapangan Kerja

5. Keterbatasan Modal

6. Beban Keluarga

7. Rendahnya Derajat Kesehatan

Upaya pemerintah mngatasi kemiskinan

Dari berbagai faktor-faktor penyebab munculnya kemiskinan ini, perlu adanya peran pemerintah
dan masyarakat dalam mengatasi dan mengurangi angka kemiskinan. Berikut merupakan upaya
yang harus dilakukan pemerintah untuk mengatasi dan mengurangi angka kemiskinan, yaitu :
1. Menggerakan sektor real melalui sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dengan
program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM). Program ini sangat efektif mengatasi masalah kemiskinan di Indonesia.
2. Membuka lapangan kerja yang seluas-luasnya untuk mengurangi jumlah pengangguran,
sebagai salah satu faktor penyebab kemiskinan di Indonesia.
3. Menghapuskan tindakan koruspsi yang mebuat berbagai layanan masyarakat terhambat
sehingga membuat masyarakat tidak dapat menerima haknya sebagai warga negara.
Akibatnya kemiskinan di Indonesia semakin berkembang.
4. Meningkatkan program zakat yang akan membantu pemerataan kesejahteraan sekaligus
mengatasi kemiskinan dan dapat mencegah kesenjangan sosial.

3. Masalah Pegangguran
 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) berdasarkan data resmi Badan Pusat Statistik
(BPS) mencapai 7,05 juta orang per Agustus 2019, dimana mengalami peningkatan dari
tahun lalu. Akan tetapi secara persentase, TPT turun menjadi 5,28% dibandingkan tahun
lalu yang sebesar 5,34%. Adapun pada Februari 2019 angka pengangguran mencapai
5,01% atau 6,82 juta orang. Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan, jumlah angkatan kerja
pada Agustus 2019 tercatat sebesar 197,92 juta orang, bertambah dibanding periode yang
sama tahun lalu 194,78 juta. Adapun tingkat partisipasi kerja naik dari 66,67% pada
Agustus 2018 menjadi 67,49%. "Tingkat pengangguran terbuka tercatat turun (secara
presentase) dari 5,34% pada Agustus 2018 menjadi 5,28% pada Agustus 2019. Tingkat
pengangguran tertinggi masih berasal dari lulusan SMK, tetapi trennya mulai menurun,"
Suhariyanto dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (5/11/2019).
 Saat ini tingkat pengangguran terbuka pada Agustus 2019 untuk lulusan SMK mencapai
10,42%, turun dibandingkan Agustus 2018 sebesar 11,24%. Disusul oleh lulusan SMA
sebesar 7,92% yang turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar sebesar
7,95%. Sambung Suhariyanto mengutarakan, jumlah tenaga kerja pada sejumlah sektor
mengalami penurunan, terutama pada sektor pertanian yang turun 1,12 juta atau 1,46%.
Selain itu, menurut dia, terdapat penurunan tenaga kerja pada sektor jasa keuangan dan
pertambangan, tetapi jumlahnya tak terlalu signifikan. "Ini bagus karena beban sektor
pertanian terlalu berat dan ada transformasi ke sektor lain," katanya. Sementara itu dilihat
dari tren lapangan pekerjaan selama Agustus 2018-Agustus 2019, lapangan pekerjaan
yang mengalami peningkatan persentase terutama pada Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum (0,50% poin), Industri Pengolahan (0,24% poin), dan Perdagangan
(0,20% poin). Sementara lapangan pekerjaan yang mengalami penurunan terutama pada
Pertanian (1,46% poin), Jasa Keuangan (0,06% poin), dan Pertambangan (0,04% poin).
Pekerja formal yaitu mereka yang berusaha dibantu buruh tetap dan yang menjadi
buruh/karyawan/pegawai. Terdapat sejumlah 56,02 juta orang (44,28%) pekerja formal.
Sedangkan penduduk yang bekerja pada kegiatan informal (mencakup berusaha sendiri,
berusaha dibantu buruh tidak tetap, pekerja bebas, dan pekerja tak dibayar) ada sebanyak
70,49 juta orang (55,72%).

Upaya pemerintah untuk mengatasi pengangguran


 1. Menyelenggarakan Bursa Tenaga Kerja
 Cara mengatasi pengangguran yang pertama, yaitu menyelenggarakan bursa tenaga kerja
atau job fair.
 Bursa tenaga kerja ini merupakan tempat yang mempertemukan antara pemberi kerja
dengan pencari kerja. Dengan melakukan cara ini, para pencari kerja tidak akan kesulitan
lagi dalam mendapatkan informasi lowongan pekerjaan yang sesuai dengan potensinya.
 Setiap pekerjaan akan diisi oleh Sumber Daya Manusia yang sesuai di bidangnya dan
pencari kerja tinggal melakukan sistem seleksi untuk menentukan pihak yang layak
diterima untuk mengisi posisi yang ditawarkan
 Adanya bursa kerja memang salah satu penanganan pemerintah untuk merekrut lulusan
terbaru dari berbagai lapangan pekerjaan yang tersedia.
 Bursa tenaga kerja ini tentunya dapat memberikan jumlah lapangan kerja untuk banyak
orang. Hal ini memang sangat mampu dalam mengatasi segala permasalahan mengenai
permasalahan pengangguran.
 2. Memberikan Pelatihan Kerja
 Pelatihan kerja juga merupakan salah satu cara mengatasi pengangguran yang efektif
dilakukan di Indonesia. Banyaknya masyarakat usia produktif merupakan suatu potensi
yang baik. Hal ini harus dimanfaatkan dengan pemberian pendidikan yang berkualitas
hingga tingkat perguruan tinggi.
 Program pelatihan juga diperlukan untuk orang-orang yang ingin mengembangkan
keterampilan atau hobinya. Program dapat menciptakan peluang untuk mencetak pekerja-
pekerja yang memadai, baik dari segi kuantitas, maupun kualitas.
 Pemerintah juga harus mengarahkan mereka untuk berwiraswasta atau membuka
lapangan pekerjaan

Anda mungkin juga menyukai