Anda di halaman 1dari 2

Nama : Bagus Maulana Nasrul Ikhsani

NIM : 191117365
Kelas : Manajemen / Semester 5

Kasus bentuk kebijakan proteksi tarif :

Produksi gula nasional saat ini berasal dari 35 dari 45 pabrik gula yang masih beroperasi.
Pada pertengahan Agustus, seluruh pabrik gula dibawah naungan PTPN digabung dalam satu
entitas perusahaan gula nasional yang bernama PT Sinergi Gula Nusantara. Penggabungan
seluruh pabrik gula lewat holding company tersebut ini diharapkan bisa meningkatkan
kemandirian produksi gula nasional.  Sebagai salah satu komoditas strategis di Indonesia,
Industri gula nasional kini mendapat perlindungan dan dukungan yang cukup memadai dari
pemerintah Indonesia. Kebijakan- kebijakan tersebut antara lain mencakup kebijakan tarif
impor, kebijakan tataniaga impor, dan dukungan terhadap program akselerasi pergulaan
nasional. Untuk tarif impor, pemerintah tetap mempertahankan kebijakan tarif impor gula
sebesar Rp 700/kg. Kebijakan tataniaga impor membatasi membatasi jumlah importir yaitu
hanya importir produsen dan importir terdaftar. Untuk program akselerasi, pemerintah
menyediakan dana sekitar Rp 65 miliar untuk tahun 2003. Dari tiga kebijakan tersebut,
kebijakan tataniaga impor yang tertuang dalam Kepmenperindag No. 43/MPP/Kep/9/2002,
tertanggal 23 September 2002 merupakan kebijakan yang paling mendapat sorotan. Esensi
dari kebijakan ini, disamping membatasi pelaku importir yaitu hanya importir produsen dan
importir terdaftar impor dapat dilakukan bila harga di tingkat petani adalah minimal Rp
3100/kg. Kebijakan yang pada dasarnya membatasi penawaran gula impor diharapkan dapat
memberi dorongan pertumbuhan industry gula serta peningkatan dan sekaligus stabilitas
pendapatan petani tebu

Kebijakan tersebut secara langsung telah meningkatkan harga gula ditingkat petani. Kalau
sebelum kebijakan tersebut diterapkan harga di tingkat petani jarang diatas Rp 3100/kg;
setelah kebijakan tersebut diterapkan harga di tingkat petani umumnya diatas nilai tersebut,
bahkan sering sudah mendekati Rp 3500/kg. Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam jangka
panjang kebijakan tersebut akan mendorong perluasan areal tebu secara nasional sekitar
8.21% lebih tinggi bila dibandingkan dengan tanpa kebijakan tersebut. Hal yang sama
berlaku juga terhadap produksi yang diperkirakan akan menjadi sekitar 7.23% lebih tinggi
bila dibandingkan dengan tanpa kebijakan tersebut. Kebijakan tersebut diperkirakan
menyebabkan impor menjadi lebih rendah sekitar 7.35%.
Kelemahan kebijakan tarif pada kasus tersebut :

kebijakan tersebut dapat menciptakan strukur pasar yang mengarah pada pasar monopolistik
bila terbentuk sejenis kartel, mengingat jumlah importir terdaftar sampai saat ini hanya empat
importir. Oleh beberapa kalangan, situsi ini dinilai telah melanggar UU Persaingan Usaha.
Kedua, kebijakan ini akan menyuburkan prilaku pemburu rente ekonomi. Lonjakan harga
gula di dalam negeri yang pernah terjadi pada periode Januari- April 2003, merupakan
indiaktor dari kelemahan kebijakan tersebut.

Solusi Alternatif :

Salah satu alterantif kebijakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah mencari alternatif
kebijakan impor gula yang lebih tepat. Terkait dengan upaya ini, tariff-rate quota(TRQ) dapat
menjadi salah satu alternatif untuk di pertimbangkan. Kebijakan TRQ pada dasarnya
mengenakan tarif rendah sampai dengan volume impor tertentu. Di atas volume impor
tesebut, tarif impor yang dikenakan biasanya jauh lebih tinggi (tarif tinggi). Beberapa negara
telah menerapkan kebijakan tersebut sebagai bentuk kompromi untuk melindungi industri
gula dalam negeri dan konsemen, termasuk industri yang menggunakan gula sebagai bahan
baku. Kebijakan ini merupakan salah satu kebijakan yang paling banyak diterapkan oleh
negara-negara yang berperan penting dalam perdagangan gula, seperti EropaBarat, Amerika,
dan China. Di samping itu, kebijakan ini masih sejalan dengan komitmen yang berkaitan
dengan WTO.

Anda mungkin juga menyukai