005/BM/2009
PEDOMAN
Konstruksi dan Bangunan
ii
4.5.3. Sistem Lantai Jembatan Rangka Austria dan Bukaka
............................................................................. 27
4.6. Standar pembebanan ................................................... 29
4.6.1. Standar pembebanan jembatan CH ....................... 29
4.6.2. Standar pembebanan jembatan rangka Belanda Baru
............................................................................. 29
5. Pemeriksaan Jembatan Rangka Baja ................................. 30
5.1. Pemeriksaan Jembatan ................................................ 30
5.1.1. Pemeriksaan Inventarisasi ..................................... 32
5.1.2. Pemeriksaan Detail ................................................ 32
5.1.2.1. Kerusakan Tipikal Struktur Beton..................... 35
5.1.2.2. Kerusakan Tipikal Struktur Baja Jembatan ...... 37
5.1.3. Pemeriksaan Khusus ............................................. 46
5.1.3.1. Pemeriksaan mutu beton ................................. 46
5.1.3.2. Pemeriksaan karbonasi ................................... 47
5.1.3.3. Pemeriksaan tulangan dan selimut beton dengan
alat covermeter ............................................... 47
5.1.3.4. Pemeriksaan retak dengan alat Pundit atau
UPV dan alat pengukur retak .......................... 47
5.1.3.5. Pengujian getaran jembatan ............................ 48
5.1.3.6. Uji beban ......................................................... 48
5.1.3.7. Pengujian laboratorium .................................... 49
5.2. Pengujian Lapangan dan Laboratorium ........................ 49
5.2.1. Kriteria dan Metoda ................................................ 49
5.2.2. Pemeriksaan dan Pengujian Lapangan dan
Monitoring ............................................................. 55
5.2.3. Uji Laboratorium ..................................................... 76
iii
Daftar Tabel
iv
Daftar Gambar
v
Gambar 24 Perkembangan Kehilangan Bahan Akibat Korosi
Permukaan sebagai Fungsi dari Waktu dan Kondisi
Lingkungan ........................................................... 42
Gambar 25 Penampang yang Terbuka dari Rangka Bawah
dengan Akumulasi Pencemaran ........................... 43
Gambar 26 Penampang Struktur Jembatan dari Tipe Jembatan
Rangka dengan Ikatan Angin di Bagian Atas dengan
Lokasi yang Sensitif .............................................. 44
Gambar 27 Lokasi Retak Fatik Tipikal di Dalam Bangunan Atas
Jembatan Baja...................................................... 44
Gambar 28 Lokasi yang Memungkinkan dari Retak Fatik di
Dalam Jembatan Rangka yang Disambung dengan
Paku Keling .......................................................... 45
Gambar 29 Penyajian Sistematik Umur Pelayanan Jembatan
secara Teknis ....................................................... 50
Gambar 30 Informasi dari Tipe Penyelidikan yang Berbeda ...... 54
Gambar 31 Gagasan Pokok untuk Pengujian CAPO ................ 60
Gambar 32 Uji Kecepatan Pulsa Ultrasonik .............................. 61
Gambar 33 Pengujian Impact-echo ........................................... 62
Gambar 34 Scan Radar ............................................................ 62
Gambar 35 Scan Radiografi...................................................... 63
Gambar 36 Rekaman Infra Merah ............................................. 63
Gambar 37 Sirkuit untuk Pengukuran Potensial Setengah Sel .. 64
Gambar 38 Contoh Garis-garis Isopotensial untuk Penentuan
Letak Korosi yang Muncul di dalam Element
Struktural .............................................................. 65
Gambar 39 Pemeriksaan Endoskop Kabel dan Saluran Kabel
Prategang ............................................................. 65
Gambar 40 Perbandingan Suatu Contoh Lendutan yang
Terhitung dan yang Terukur (yang terlihat di dalam
tanda kurung) dari Gelagar Utama akibat
Pembebanan (a) Simetris dan (b) Tidak Simetris .. 71
vi
Gambar 41 Suatu Contoh Vibrograf Ideal dari Perpindahan
Vertikal Gelagar Jembatan. O- penanda waktu (1 s =
1 detik), P - didapat ketika poros sumbu kendaraan
pertama berada di atas jembatan dan didapat ketika
poros sumbu kendaraan yang terakhir keluar dari
jembatan, W - jangka waktu getaran paksa, S -
jangka waktu getaran bebas, yst - perubahan statis,
yav - garis perubahan rata-rata, ymax - perubahan
dinamis maksimum, delta- amplitudo getaran, tw -
periode getaran paksa, ts - periode getaran bebas
(periode alami) ...................................................... 74
vii
Pendahuluan
viii
Jenis-jenis jembatan rangka baja yang ada di Indonesia antara
lain : Callender Hamilton (RBU), rangka baja Belanda (RBD,
RBB), rangka baja Australia (RBA), rangka baja Austria (RBR),
rangka baja Bukaka (RBK), rangka baja KBI (RBC), rangka baja
Spanyol (RBE), dll.
Penggunaan jembatan rangka dimulai dari zaman sebelum tahun
1945 sampai saat ini sehingga banyak yang telah melebihi umur
rencananya dan belum diganti karena keterbatasan dana yang
ada. Perkembangan teknologi angkutan dan penambahan beban
yang tidak terkendali serta kurangnya pemeliharaan
menyebabkan banyak jembatan rangka baja yang rusak, rusak
parah hingga runtuh.
Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan suatu system
pemeliharaan dan perkuatan struktur dan lantai jembatan pada
jembatan rangka baja sesuai dengan perkembangan peraturan
dan teknologi yang ada saat ini serta memperhatikan dan
memenuhi persyaratan sebagai berikut : kekuatan dan stabilitas
struktural, kelayakan, keawetan, kemudahan pelaksanaan,
ekonomis, dan bentuk estetika yang baik.
Dalam pelaksanaan tugas Subdit Teknik Jembatan mencakup
perencanaan teknik jembatan nasional dan pengembangan
teknologi jembatan serta pembinaan perencanaan teknik
jembatan provinsi dapat dijabarkan dan dimanifestasikan dalam
tupoksi yang berfokus pada tahapan pembangunan dan
perencanaan teknik baik untuk perencanaan,
pemeliharaan/perawatan jembatan manapun pada tahap
pembangunan baru dan penunjangan atau perkuatan jembatan.
Sebagai acuan dalam kegiatan pemeliharaan/ perawatan
jembatan dan berkaitan dengan tugas pembinaan teknik ke
seluruh Indonesia, diperlukan suatu pengaturan yang berkaitan
dengan penanganan kerusakan pada jembatan rangka baja
berupa disusunnya suatu sistem perkuatan struktur dan lantai
ix
jembatan pada jembatan rangka baja sesuai dengan
perkembangan peraturan dan teknologi yang ada saat ini.
x
Pemeriksaan Jembatan Rangka Baja
1. Ruang lingkup
Pedoman ini memuat secara umum tatacara perkuatan struktur
jembatan rangka sehingga dapat mengembalikan kapasitas
jembatan mendekati kondisi semula dengan tindakan yang
paling tepat, efektif tanpa mengubah desain awal dan spesifikasi
yang ada.
2. Acuan normatif
Undang-undang No. 32 : Tentang Jalan
tahun 2005
SK.SNI T-02-2005 : Pembebanan Jembatan
SK.SNI T-12-2004 : Perencanaan Struktur Beton untuk
Jembatan
SK.SNI T-03-2005 : Perencanaan struktur baja untuk
jembatan
3.2. aspal
lapis atas perkerasan elastik.
3. 3. bailey
jembatan darurat portable yang bisa dibongkar pasang.
1 dari 82
3.4. baja
material dengan kekerasan cukup tinggi yang umum digunakan
pada suatu jenis konstruksi bangunan atau jembatan.
3.5. baut
elemen untuk mengikat elemen struktur yang terpisah yang
dikencangkan dengan suatu kunci momen.
3.7. beton
material batu buatan yang mampu menahan tekan tetapi tidak
mampu menahan tarik.
3.10. elastomer
perletakan elastik tempat tumpuan girder baja atau girder beton.
3.11. elemen
bagian dari suatu struktur jembatan.
3.12. fatik
beban pada jembatan yang bersifat berulang dan terus menerus.
2 dari 82
3.13. format numerik
bentuk baku berdasarkan analisis yang diberikan oleh komputer.
3.14. fraktur
keretakan secara tiba-tiba pada struktur baja setelah adanya
kerusakan kecil yang bersifat desktruktif.
3.16. galvanis
lapisan khusus pada elemen baja untuk mengatasi perkaratan.
3.17. grouting
upaya memberikan zat pengisi terhadap bagian struktur beton
yang mengalami keretakan kecil.
3.18. jembatan
sistem struktur dengan dua perletakan atau lebih yang
direncanakan secara analitis dan sistematis untuk
menyeberangkan angkutan di atasnya melewati suatu halangan,
sungai atau lautan.
3 dari 82
3.20. komponen
bagian dari elemen suatu struktur yang mendukung
terintegrasinya suatu sistem.
3.21. komposit
aksi perilaku bersama antara dua atau lebih material yang
memiliki karakteristik yang berbeda.
3.22. konstruksi
sistem struktur yang dibuat manusia dengan menerapkan kaidah-
kaidah desain.
3.23. korosi
kerusakan pada elemen jembatan akibat pengikatan uap air oleh
karat baja.
3.25. lendutan
perubahan geometrik elemen struktur akibat momen lentur.
3.26. longitudinal
arah memanjang jembatan
3.27. lvdt
linear variables displacement tranducers.
4 dari 82
3.28. metoda elastis
kriteria desain dengan menerapkan hubungan linear tegangan vs
regangan.
3.30. mortar
bahan untuk pengisi suatu adukan semen yang telah dibersihkan
dan memenuhi persyaratan lainnya
3.31. pelat
bagian struktur yang dominan mengalami biaxial lentur dan torsi
5 dari 82
3.35. pemeriksaan khusus
pemeriksaan yang disarankan oleh pemeriksa jembatan pada
waktu pemeriksaan detail karena pemeriksa merasa kurangnya
data, pengalaman atau keahlian untuk menentukan kondisi
jembatan.
3.36. prategang
suatu teknik memberikan momen lentur berlawanan dengan arah
lentur beban sehingga meningkatkan kapasitas muat suatu
elemen struktur.
3.37. profil
baja penampang tertentu yang digunakan dalam konstruksi.
3.38. pundit
alat untuk mengukur keretakan.
3.39. regangan
perbandingan perubahan dilatasi terhadap panjang semula.
3.40. semi-permanen
sistem jembatan baja yang dibuat untuk mengalihkan sementara
tingkat lalu lintas dengan waktu layan jembatan lebih lama dari
jembatan non permanen
6 dari 82
3.43. struktur
suatu tatanan konstruksi buatan manusia dengan menerapkan
kaidah-kaidah alam, aturan dan spesifikasi teknis yang
merupakan pedoman bersama.
3.44. struktural
elemen-elemen jembatan yang dominan menerima beban-beban
utama.
3.45. tegangan
kondisi tarik atau tekan yang merupakan ukuran gaya per satuan
penampang.
3.46. tendon
kabel prategang yang terdiri dari banyak strand.
3.49. transversal
arah melintang jembatan.
3.50. tulangan
komponen baja batangan pada beton bertulang sebagai bagian
yang menerima beban tarik.
7 dari 82
3.51. umur pelayanan
masa penggunaan suatu konstruksi
3.52. vibrocorder
alat untuk mengukur getaran jembatan
3.53. warren
tipe jembatan rangka dengan ciri khas elemen diagonal tanpa
elemen vertikal
4. Umum
4.1. Tipe dan komponen berbagai jembatan rangka
Jembatan Rangka yang dipergunakan di Indonesia umumnya
menggunakan tipe rangka Warren dimana jumlah rangka baja
tersebut dibandingkan dengan jumlah jembatan pada ruas jalan
nasional adalah sebagai berikut :
1. Rangka Baja Callender Hamilton (CH )dari Inggris (kode BMS
: RBU) – berjumlah sekitar 0,87%
2. Rangka Baja Hollandia Klos (=Belanda Baru) dari Belanda
(kode BMS : RBB) – berjumlah sekitar 1,07%
3. Rangka Baja Transfield dari Australia (kode BMS : RBA) –
berjumlah sekitar 3,32 %
4. Rangka Baja Waagner Biro dari Austria (kode BMS : RBR) –
berjumlah sekitar 0,50 %
5. Rangka Baja Bukaka dari Indonesia (kode BMS : RBK) –
berjumlah sekitar 0,25 %
6. Rangka Baja Karunia Berca Indonesia (KBI) (kode BMS :
RBC)
7. Rangka Baja Centunion dari Spanyol (kode BMS : RBE)
8. dan rangka baja lainnya baik yang ada setelah rangka baja
Spanyol atau sebelum rangka baja Callender Hamilton.
8 dari 82
Sedangkan rangka baja semi-permanen dan jembatan darurat
yang dipakai di Indonesia adalah:
1. Rangka Baja Panel Bailey dan Acrow Panel dari Inggris (kode
BMS : RBW) – ketersediaan 1,13 % stok jembatan nasional.
2. Rangka Baja Semipermanen Transfield dari Australia (kode
BMS : RBS) – ketersediaan 0,22 % stok jembatan nasional.
3. Rangka Baja Transpanel Transfield dari Australia (kode BMS
: RBT) – ketersediaan 0,12 % stok jembatan nasional.
Untuk lebih jelasnya bentuk dari masing-masing tipe dapat dilihat
pada gambar di bawah ini.
9 dari 82
Gambar 3 Elemen Tipikal Jembatan Rangka Baja CH
10 dari 82
Gambar 4 Jembatan Rangka Baja Australia
11 dari 82
Gambar 6 Jembatan Rangka Belanda Baru
12 dari 82
Gambar 8 Tipikal Jembatan Rangka Baja Austria, Bukaka, KBI,
dan Spanyol
POTONGAN MELINTANG
13 dari 82
Gambar 10 Jembatan Rangka Semipermanen Australia
14 dari 82
4.2. Mutu bahan komponen jembatan
Mutu bahan komponen jembatan terdiri dari berbagai macam
kelas.
Untuk jembatan CH mutu komponen jembatan mempergunakan
ketentuan BS 4630 sebagaimana yang dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.
15 dari 82
4.3. Baut jembatan
4.3.1. Baut jembatan rangka CH
Pada jembatan Callender Hamilton (CH) yang terpasang
sekarang dipakai 2 (dua) macam baut yaitu baut diameter 1” Mild
Steel (M.S.) dan 11/2” High Yield Steel (H.Y.S).
Baut diameter 1” dipakai pada sambungan-sambungan sekunder
dan baut 11/2” pada sambungan-sambungan primer.
4
BAUT RING MUR
3
BAUT RING MUR
16 dari 82
Tabel 2 Dimensi Baut High Yield Steel (H.Y.S.)
Mark (notasi) 2 3 4 5 6 8
Mark (notasi) 2 3 4 5 6
Panjang (mm) 52 62 72 82 92
Contoh :
- Baut Mild Stell (M.S.)
3 lapis angka 3
17 dari 82
- Baut High Yield Steel (Y.H.S.)
2 lapis angka 2
18 dari 82
Ada dua macam diameter baut yamg digunakan yaitu M20 dan
M24 dengan panjang yang berbeda. Panjang baut dan kelebihan
panjang ulir (min 7mm dan max 11mm) dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.
19 dari 82
Dengan data teknis sebagai berikut:
Momen
140 - 560 Nm 480 - 940 Nm
Pengencangan
14 - 57 Kgm 49 - 95 Kgm
1200 - 50001bf - in -
20 dari 82
gambar dan dalam daftar baut dengan awalan "M" serta diameter
dan panjangnya dalam milimeter (umpama M20 x 50).
Baut M20:
Pengencangan awal : Ma 1 = 400 Nm
Pengencangan akhir : Ma 2 = 500 Nm
Baut M16:
Pengencangan awal : Ma 1 = 200 Nm
Pengencangan akhir : Ma 2 = 250 Nm
Baut M12: Ma = 60 Nm, untuk klemp sandaran.
21 dari 82
Gambar 14 Baut Standar Metrik
22 dari 82
4.4. Sistem perletakan
4.4.1. Sistem perletakan CH
23 dari 82
Gambar 16 Sistem Perletakan Jembatan Rangka Baja Austria
24 dari 82
4.4.3. Alat dongkrak hidrolis
Setiap dongkrak hidrolis mempunyai kapasitas 145 ton (2 x 72,5)
dihubungkan dengan pompa tangan, pipa karet penghubung, dan
alat penyambung, yang dipergunakan pada pemasangan
bangunan atas jembatan (dari bentang jembatan 40m sampai
60m).
25 dari 82
Lantai baja gelombang yang digalvanis ini diproses secara dingin
dari pelat baja dengan mutu 42 sesuai dengan ASTM A-572 dan
disediakan dalam dua jenis bentuk profil dengan lebar:
− Lantai jembatan tunggal = 444 mm dan
− Lantai jembatan ganda = 818 mm
Panjang dari lantai baja sama dengan setengah lebar dari lebar
jembatan.
Kelas A, panjang = 4.50 m
Kelas B, panjang = 3.50 m
Kelas C panjang = 2.75 m
26 dari 82
4.5.2. LHD - Profile (besi siku pinggir untuk lantai)
LHD - Profil disediakan bersama-sama dengan komponen baja
konstruksi dan harus ditanam dalam beton sesuai dengan detail
pada gambar. Besi siku pelindung untuk lantai dibentuk menurut
kemiringan pelat lantai dan hares mempunyai jarak yang tepat,
dan bila digunakan lapisan aspal, maka besi siku ini hares
dipasang lebih tinggi dari lantai beton agar tingginya sama
dengan permukaan akhir lantai.
27 dari 82
Gambar 19 Pelat baja bergelombang Jembatan Rangka Austria
28 dari 82
4.6. Standar pembebanan
Standar pembebanan yang digunakan paling umum adalah
peraturan pembebanan Bina Marga tahun 1971. Kemudian
setelah Sistem Manajemen Jembatan dikeluarkan tahun 1992
semua ketentuan pembebanan jembatan rangka diubah dengan
persyaratan yang terbaru.. Selain ketentuan pembebanan tadi
masih ada peraturan pembebanan tahun 1987.
29 dari 82
• VOSB 1963 (Standar Belanda NEN 1008).
• VVSB 1977 ( Standar Belanda NEN 2008).
• Spesifikasi AASHTO dan ASTM.
− Kelas A/B (Spesifikasi Pembebanan untuk Jembatan Jalan
Raya).
o Lalulintas : 2 lajur penuh ditambah trotoar.
o 100% beban D (ditambah faktor kejut) dan
100% beban T.
o Trotoar : 500 kg/m2 Batang Sandaran: 100
kg/m (gaya mendatar).
− Kelas C (Spesifikasi Pembebanan untuk Jembatan Jalan
Raya).
o Lalulintas : 1 lajur penuh ditambah trotoar.
o 100% beban D (ditambah faktor kejut) dan
100% beban T
o Trotoar : 500 kg/m2, Rel pegangan: 100 kg/m
(gaya mendatar)
− Bangunan atas jembatan diperhitungkan sebagai konstruksi
dengan tumpuan bebas
− direncanakan dengan metoda Elastis dan dengan
memberikan lawan lendut yang cukup
− untuk mengimbangi lendutan yang terjadi sebesar 150 %
beban mati.
30 dari 82
Tujuan pemeriksaan jembatan ini adalah untuk meyakinkan
bahwa jembatan masih berfungsi secara aman dan perlunya
diadakan suatu tindakan tertentu guna pemeliharaan dan
perbaikan secara berkala.
31 dari 82
Data jembatan dikumpulkan dari berbagai jenis pemeriksaan
yang berbeda dalam skala dan intensitasnya, frekuensinya dan
secara sifat masing-masing elemen jembatan atau pemeriksaan
secara detail.
Jenis pemeriksaan yang utama dalam sistem informasi
manajemen jembatan adalah sebagai berikut:
• Pemeriksaan Inventarisasi.
• Pemeriksaan Detail.
• Pemeriksaan Khusus.
32 dari 82
setiap individual jembatan dan membuat urutan prioritas
jembatan sesuai dengan jenis penanganannya.
Pemeriksaan detail dilakukan paling sedikit sekali dalam lima
tahun atau dengan interval waktu yang lebih pendek tergantung
pada kondisi jembatan. Pemeriksaan Detail juga dilakukan
setelah dilaksanakan pekerjaan rehabilitasi atau pekerjaan
perbaikan besar jembatan, guna mencatat data yang baru, dan
setelah pelaksanaan konstruksi jembatan baru, untuk
mendaftarkan ke dalam database dan mencatatnya dalam format
pemeriksaan detail.
BAJA
Penurunan mutu cat dan atau galvanis
Karat
33 dari 82
Perubahan bentuk pada komponen
Retak
Pecah atau hilangnya bahan
Elemen yang tidak benar
Kabel jembatan yang aus
Sambungan yang longgar
LANDASAN/PERLETAKAN
Tidak cukupnya tempat untuk bergerak
Kedudukan landasan yang tidak sempuma
Mortar dasar retak atau rontok
Perpindahan atau Perubahan bentuk yang berlebihan
Landasan yang cacat (pecah sobek atau retak)
Bagian yang longgar
Kurangnya pelumasan pada landasan logam
34 dari 82
LAPISAN PERMUKAAN
Permukaan yang licin
Permukaan yang kasar/berlubang dan retak pada lapisan
permukaan
Lapisan permukaan yang bergelombang
Lapisan permukaan yang berlebihan
TROTOAR/KERB
Permukaan trotoar yang licin
Lubang/retak/kasar pada trotoar
Bagian hilang
UTILITAS
Tidak berfungsi
35 dari 82
1. Kebocoran sambungan siar-
muai,
2. Kebocoran, beton yang
menurun kualitasnya,
3. Gompal beton akibat korosi
tulangan.
Retak dalam kaitan dengan
penyusutan (jika tingginya
lebih dari separuh tinggi
gelagar).
1. Kebocoran sambungan
siar-muai,
2. Korosi angker tendon,
3. Korosi tendon dengan
tanda extemal akibat
kualitas yang rendah dari
grouting di dalam saluran
kabel prategang.
36 dari 82
1. Kebocoran yang dihasilkan
dari penyekatan yang dapat
ditembus air di ataspelat
lantai jembatan
2. Retak akibta korosi
tendon,
3. Gompal beton dan tendon
yang tidak ada lapisan
luarnya akibat korosi.
37 dari 82
3. korosi celah, terjadi di lapisan kontak antara dua elemen tipe
yang sama baja (sebagai contoh, pada pelat yang diperkuat
dengan baut, pelat penyambung, pelat buhul, dll.) dan
mengarah pada kerusakan oleh kekuatan yang merobek
sebagai hasil dari efek pengembangan hasil korosi, dalam
banyak kasus sangat sulit untuk mendeteksi efek yang
membahayakan akibat tipe korosi ini karena muncul pada
banyak tempat yang tidak mudah diakses di dalam struktur
jembatan,
4. korosi galvanis, yang umumnya terjadi pada sambungan dua
tipe baja atau logam yang berbeda (sebagai contoh , dalam
pengelasan, hubungan dengan menggunakan sekrup, baut
atau paku keling yang disebut sel galvanis dapat dibentuk)
dan mengarah pada pengrusakan bahan lokal, sulit untuk
pendeteksian,
5. korosi tegangan, terjadi kebanyakan di dalam kabel pada
jembatan gantung dan jembatan cable-stayed, relatif jarang di
dalam elemen jembatan struktural yang dibangun dengan
baja karbon, korosi tegangan bersama-sama dengan korosi
cekungan dan korosi celah kadang-kadang dianggap sebagai
korosi fatik.
Korosi permukaan, korosi cekungan dan korosi celah, yang
ditandai di atas dengan (a), (b) dan (c), adalah yang paling sering
diamati dalam struktur jembatan baja. Penyelesaian masalah
fisik dan penyelesaian masalah kimia korosi tipe ini serupa dan
seperti ditunjukkan gambar-gambar di bawah ini. Untuk
membandingkan penyelesaian masalah korosi ini dalam baja
struktural dan di dalam tulangan baja dari beton, ilustrasi yang
relevan diberikan. Informasi yang lebih detail tentang korosi
adalah di luar bidang buku ini dan dapat ditemukan lain dalam
banyak sumber.
38 dari 82
untuk dapat diakses dalam pemeliharaan), kualitas perlindungan
anti-korosi, kualitas pekerjaan konstruksi, program dan kualitas
pemeliharaan seperti halnya kondisi-kondisi lingkungan,
sebagian besar kelembaban dan polusi yang merusak di dalam
atmosfer.
HASIL KOROSI
Fe (OH)3 + n H2O
Fe (OH)2
TETESAN AIR
KATODA
KATODA
ANOD BAJA
A
Keterangan gambar :
Penyelesaian masalah dasar-
anoda : 2Fe → 2Fe+++ 4e-, katoda: O2+ 2H2O+ 4e- → 4(OH)-.
Contoh hasil penyelesaian masalah korosi - dalam hal jumlah
terbatas oksigen:
Fe+++ 2(OH)- → Fe(OH)2,- dalam kasus dari akses yang lebih
bebas dari oksigen:
2Fe+++ 4(OH)- + ½ O2+ (n+1)H2O→ 2Fe(OH)3 x nH20, 4Fe++ +
3O2→ 2Fe2O3.
BAJA
AIR
ANODA KATODA
BAJA
Gambar 22 Mekanisme Penyelesaian Masalah Korosi Celah
dalam Lapisan Kontak antara Dua Unsur dari
Elemen Bagian Baja Struktural
39 dari 82
HASIL
KOROSI
TULANGAN
BAJA
ANOD KATODA
A
BETON
C=A .t B
di mana C adalah rata-rata kedalaman kehilangan korosi dalam
bahan yang dinyatakan dalam [µm], t adalah waktu yang
dinyatakan [tahun], A dan B adalah koefisien tanpa dimensi yang
tergantung pada tipe baja sebagaimana kondisi-kondisi
lingkungan (yaitu, lingkungan pedesaan, perkotaan dan laut) dan
dengan nilai-nilai yang ditentukan secara statistik. Nilai-nilai A
40 dari 82
dan B berkenaan dengan karbon baja struktural terdaftar pada
Tabel 8.
Hasil perhitungan yang dilakukan dengan penggunaan
persamaan di atas disajikan dalam format grafis pada Gambar
24.
41 dari 82
Rata-rata kedalaman
kehilangan bahan akibat
korosi C (µm)
0,60
C = 70 * t
Kondisi lingkungan laut
0,57
C = 80 * t
Kondisi perkotaan
0,65
C = 34 * t 0,65
C = 34 * t
Kondisi pedesaan
Kondisi pedesaan
42 dari 82
Tipe kedua paling utama dari kerusakan bangunan atas jembatan
baja adalah efek fatik dan retak fraktur, yang diwujudkan
kebanyakan oleh retak. Gejala yang dihubungkan dengan
kegagalan fatik adalah sangat kompleks dan tergantung
sebagian besar pada struktur internal baja, intensitas beban
siklis, tingkat tegangan dalam bagian struktur primer dan
sekunder, bentuk mereka, termasuk ketidakmenerusan struktural
lokal dan takikan, mengarah pada konsentrasi tegangan, dll.
Zat pencemar
Pipa
pengeluaran air
43 dari 82
Tempat yang sensitif terhadap korosi
44 dari 82
Keterangan gambar :
1 retak fatik,
2 gelagar utama,
3 balok melintang,
4 pengaku,
5 cover plate,
6 diagonal,
7 rangka bagian atas.
45 dari 82
Efek korosi pada bagian baja jembatan komposit secara umum
juga sedikit banyak lebih lemah dibanding pada jembatan baja
sebab pelat lantai beton memberikan suatu tipe atap untuk
bagian baja pada struktur itu. Bagaimanapun, sayap bagian atas
gelagar baja adalah suatu pengecualian sebab mereka sangat
sensitif terhadap korosi akibat kelembaban yang terkumpul di
dalam beton. Di dalam kasus terlalu rendahnya suatu kapasitas
pemikulan dari penghubung geser, penghubung geser dapat juga
menjadi sensitif terhadap korosi karena pemisahan parsial yang
mungkin antara baja struktural dan pelat lantai beton di dalam
lapisan kontak antara dua elemen ini. Situasi ini, bagaimanapun,
jarang diamati dalam jembatan komposit.
46 dari 82
5.1.3.2. Pemeriksaan karbonasi
Pemeriksaan karbonasi dilakukan untuk mengetahui sampai
sejauh mana pengaruh karbon terhadap kondisi struktur beton
jembatan. Pemeriksaan dilakukan dengan melakukan
pengeboran bagian-bagian tertentu jembatan yang akan
diperiksa, kemudian bagian yang dibor tersebut diberi
phenolphetalin sehingga timbul warna ungu pada lubang
pengeboran. Pengaruh karbon atau kedalaman penetrasi dapat
diukur dari tebal bagian yang berwarna ungu pada lubang
pemeriksaan.Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengukur
pengaruh karbon yang apabila penetrasinya sudah mencapai
tulangan (lebih besar dari tebal selimut beton yang ada) akan
dapat menyebabkan timbulnya karat pada tulangan. Karat pada
tulangan ini pada akhirnya akan mengurangi kekuatan dari
tulangan dan struktur secara keseluruhan.
47 dari 82
Pundit yaitu alat pengujian Ultrasonic Pulse Velocity-UPV dan
untuk lebar retak digunakan crackmeter yaitu berupa kaca
pembesar untuk mengukur lebar retak yang terjadi.
Dari pengujian dengan alat Pundit dan pengukur retak ini akan
didapatkan data-data kedalaman, lebar dan panjang retak serta
ada tidaknya rongga atau keropos pada betonnya.
Bagian-bagian jembatan yang diperiksa kondisinya
(kemungkinan retaknya) adalah bagian-bagian yang bersifat
struktural dan terbuat dari beton yaitu kepala jembatan, pilar,
gelagar dan pelat lantai jembatan.
48 dari 82
5.1.3.7. Pengujian laboratorium
Pemeriksaan dan pengujian di laboratorium akan dilakukan
terutama kuat tekan beton pada hasil beton inti di lapangan dan
hal lain yang secara khusus yang mengharuskan pengujian di
laboratorium.
49 dari 82
ada kerusakan visual teramati secara umum, selagi tahap
propagansi, kerusakan visual pada umumnya muncul.
Awal Propagasi
Umur
Batas penerimaan
Kerusakan
50 dari 82
2. Kekakuan yang diperlukan dari elemen struktural primer dan
sekunder dinyatakan secara umum oleh lendutannya di
bawah beban hidup dan pada umumnya dinyatakan sebagai
fraksi dari bentangan elemen struktural (contohnya , L / 600,
di mana L adalah bentang efektif elemen struktural itu);
3. Perbedaan izin di dalam penurunan pilar jembatan dan
kepala jembatan (yaitu., penurunan izin yang tidak seragam
dalam struktur);
4. Retak izin di dalam beton pada umumnya 0,1 mm.
Lebih dari itu, terdapat beberapa kriteria lain dari gejala alami
yang lebih spesifik seperti yang berikut:
Dimana:
1,2 p
fbebas beban = 2 L2 Error!
51 dari 82
n = faktor koreksi berkisar antara 1 - 1,2
L = Panjang bentang efektif jembatan
E I dinamik = Modulus elastisitas dinamik baja
E I dinamik = Error!
k = Error! = Error!
52 dari 82
Nilai 0,3 ≤ ∆f ≤ 0,5 Hz kondisi cukup
Nilai ∆f ≤ 0,3 Hz kondisi baik
53 dari 82
dalam teknologi bahan, mekanisme penurunan mutu, prosedur
perilaku dan konstruksi struktural".
Ikhtisar
( tingkat presisi pengukuran)
Penyelidikan
Laboratorium Penyelidikan
Lapangan
Survai umum
Lapangan
54 dari 82
Langkah kedua didasarkan pada banyak teknik penyelidikan,
yang mana tersedia baik dalam di dalam pengujian lapangan dan
laboratorium. Pilihan teknik harus dibuat secara individu
tergantung pada tipe, bahan struktural dan skala dan tipe
penurunan mutu jembatan sebagaimana pendeteksian dan
monitoring lain diperlukan untuk menilai kondisi teknis struktur ini.
55 dari 82
jembatan penting, tepat sebelum dipergunakan untuk memeriksa
ketelitian konstruksi dan keselamatan struktur. Dalam kasus yang
sedemikian, pengujian lapangan pada umumnya dimasukkan
sebagai "pengujian pembuktian beban". Metodologi pengujian
beban pada umumnya disampaikan dalam peraturan atau
panduan yang relevan. Hasil pengujian beban harus disimpan
dalam arsip yang relevan dengan unit administrasi jalan raya
sebagaimana hasil referensi untuk pengujian lapangan lebih
lanjut. Perbandingan antara hasil pengujian pembuktian beban
dan hasil pengujian yang dilakukan di bawah tingkat beban yang
sama setelah suatu periode pemanfaatan jembatan tertentu
setelah beberapa tahun menandai adanya perubahan positif atau
negatif di dalam perilaku struktur, contohnya, peningkatan atau
penurunan sifat elastik. Permasalahan teknis dan penelitian yang
dihubungkan dengan uji lapangan jembatan sangat penting tetapi
lebih kompleks. Beberapa keterangan umum diberi di bawah.
Bagaimanapun, penyajian permasalahan ini secara detil di luar
lingkup dari buku ini.
56 dari 82
dan baja yang didaftarkan pada Tabel 9 dan Tabel 10, berturut-
turut, bersama-sama dengan teknik yang relevan untuk
mendeteksinya.
57 dari 82
2. Pendeteksian Ultrasonik- ND
rongga dan Impact-echo- ND
delaminasi dalam Scan dengan radar - ND
beton dan cacat Termografi - ND
lainnya
3. Kedalaman Bidang magnetik- ND
selimut beton Scan dengan radar - ND
Scan dengan Radiografi - ND
4. Permeabilititas pengujian penyerapan permukaan
Beton awal - ND
Tes Udara Figg – PD (3)
5. Karbonasi beton Pengujian fenolphtalin - Pd
6. Konsentrasi Uji nitrat perak - PD
klorida di Analisa kimia yang diterapkan untuk
dalam beton contoh yang diperoleh dengan
palu berputar (contohnya , metode
pengambilan contoh debu
pengeboran)- PD
7. Korosi tulangan potensial Setengah Cell - PD
Polarisasi arus anoda konstan - PD
Probe ketahanan electrikal - PD
Probe ketahanan polarisasi - PD
8. Korosi tendon Pemeriksaan dengan penjelahan
pasca- melalui pengeboran lubang dan
penegangan atau pemeriksaan visual tanpa instrumen -
pengrusakan lain PD
termasuk tidak Pemeriksaan endoskopi - PD
memadainya Teknik tekanan hampa udara - PD
graut Ultrasonik- ND
saluran kabel Radiografi- ND
prategang Impact-echo- ND
9. Penentuan Pembebasan tegangan dengan
tegangan di pengeboran - PD
lapangan dalam Metode pembebasan lain dengan
beton, menggunakan meteran dari berbagai
58 dari 82
tulangan baja tipe (contohnya , pemotongan bagian
atau kawat bahan dari elemen struktural) - D
prategang
(1) ND-non destructive tesing = pengujian tidak merusak , (2) D-
destructive tesing = pengujian yang merusak, (3) PD- partially
desctrutive tesing = pengujian yang sebagian bersifat merusak
59 dari 82
4. Pendeteksian Palu beton- ND
retak dan Uji magnetik- ND
keganjilan lain Scan dengan radiografi - ND
dalam elemen- Ultrasonik- ND
elemen struktural
dan
sambungannya,
terutama bagian
las.
5. Ketebalan Baja. Mikrometer atau jangka sorong
(elemen yang
dengan mudah dapat diakses)- ND
Ukuran ultrasonik atau alat lain
(elemen yang tidak dengan mudah
dapat diakses)- ND
Terpotong
60 dari 82
pola
perambatan
gelombang
rongga
61 dari 82
untuk menyajikan luasan struktur yang menurun mutunya di
dalam suatu format grafis, yang dikatakan sebagai "pemetaan"
(lihat Gambar 36).
ketukan
palu
penerima /
dengan tayangan
penyebar
sinyal penerima
Unit kendali dan
perekam / tayangan
62 dari 82
sumber
sinar-x dan
film sensitif sinar gamma
terhadap
sinar - x
LEGENDA
Delaminasi
Tambalan sebelum di-overlay
63 dari 82
vo ltm e te r d e n g a n
ta h a n a n tin g g i
E le k tro d a
r e fe r e n s i
J e m b a ta n
K o n d u ks i
Ko n eks i B e to n
E l e k tr ik k e T u la n g a n
tu la n g a n
64 dari 82
metoda untuk melakukan itu, yang mana biasanya memberikan
informasi yang tidak cukup dan diragukan pada kondisi teknis riil
tendon dan blok angkernya. Oleh karena itu, metoda yang paling
umum dan dapat dipercaya umum adalah inspeksi visual dengan
penjelajahan lubang yang dibor menggunakan endoskop
sebagaimana yang diperlihatkan pada Gambar 39.
Batang bagian bawah Jalan raya
Gelagar pengantung lantai
Cahaya yang
Panjang 290 - 1150 m m
dis ebarkan m elalui
Diam eter 1,7 - 20 m m
fiber-optik untuk
m engilum inas i
daerah yang dicurigai
Perlengkapan penglihatan
Sumber cahaya lubang diameter 25 mm
yang dilubangi ke bagian
saluran kabel prategang
Rongga
Saluran kabel
Graut
Tendon
65 dari 82
Pengeboran dan teknik hampa udara/ tekanan mungkin memberi
banyak informasi bermanfaat. Sekalipun rongga di dalam saluran
kabel dan korosi tendon tidak terjadi bersama-sama.
66 dari 82
pemasukan logam atau dan ketidakteraturan dimensi dan bentuk.
Cacat ini pada umumnya dideteksi dengan cara teknik radiografi
dan ultrasonik, yang dengan singkat diperkenalkan di atas.
67 dari 82
5. untuk menentukan jika struktur saat ini memerlukan
modifikasi besar,
6. untuk menentukan efek modifikasi terakhir pada kapasitas
beban,
7. untuk menentukan respon jembatan akibat efek beban acak
dan fatik,
8. untuk menentukan model beban yang sesuai untuk
memprediksi beban di atas jembatan dalam periode yang
diperpanjang,
9. untuk menentukan sifat dinamis jembatan baik terhadap
angin, gempa bumi atau beban tumbukan.
68 dari 82
Pembebanan statis jembatan jalan raya pada umumnya
diterapkan oleh kendaraan dengan beban dan jarak yang
diketahui, menirukan kendaraan standar yang relevan. Dalam
beberapa kasus, beban statis dapat diterapkan dengan
menggunakan metoda lain, contohnya, dongkrak hidrolik atau
blok beton yang dikehui beratnya.
69 dari 82
yang terukur biasanya lebih kecil dibandingkan dengan yang
dihitung, sebab model perhitungan (bahkan yang sangat
kompleks pun dengan menggunakan komputer) selalu lebih
sederhana dibanding struktur yang riil (lihat Gambar 40). Ketika
situasi yang berlawanan terjadi, berarti proses kerusakan struktur
telah mencapai tahap yang sangat lanjut. Bagaimanapun, ketika
interaksi transversal elemen struktural diuji di bawah
pembebanan tidak seragam, nilai-nilai yang dihitung dapat
kurang dari yang terukur dalam beberapa bagian dari struktur
sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 40. Kemudian hal
tersebut menunjukkan bahwa interaksi transversal yang nyata
menjadi lebih baik dibanding yang dihasilkan model perhitungan.
Salah satu ukuran pokok kualitas struktural adalah perilaku
elastis jembatan di bawah siklus pembebanan dan penghilangan
beban. Lendutan permanen izin maksimum (yp) setelah
penghilangan beban pada umumnya diberikan dalam regulasi
atau standar relevan sebagai fraksi dari lendutan maksimum
(ymax) di bawah pembebanan, contohnya, yp < 0.2 ymax.
Bandingkan nilai-nilai yp yang diukur sepanjang pengujian, dan
yang dilakukan pada suatu interval waktu tertentu (contohnya
lima tahun), perilaku elastis struktur dapat diperkirakan. Suatu
penurunan sifat elastis menandai adanya beberapa cacat bahan
atau kerusakan struktural.
70 dari 82
Yang dihitung
Yang diukur
71 dari 82
pengujian jembatan pada umumnya menggunakan peralatan
yang berikut ini:
1. Transduser,
2. Pengatur dan pembesar sinyal,
3. Perekaman dan pemroses data.
Dalam hal jembatan penting atau untuk tujuan riset, tes dinamis
adalah juga dilakukan. Jembatan diuji di bawah beban dinamis
yang sebagian besar untuk dua tujuan yang berikut:
untuk memperoleh data karakteristik dinamis jembatan, untuk
memperoleh suatu perkiraan ketentuan izin beban dinamis (faktor
tumbukan) yang dapat digunakan dalam evaluasi jembatan.
72 dari 82
Data yang diperoleh dari pengujian dilakukan di bawah lalu lintas
normal yang tak terkendali untuk suatu waktu yang cukup lama,
mengizinkan estimasi suatu ketentuan izin beban dinamis
menggunakan analisa statistik.
73 dari 82
Hasil uji dinamis disajikan dalam format grafis atau digital. Suatu
contoh yang diidealkan dari suatu vibrograf menyangkut
perpindahan vertikal dinamis gelagar jembatan utama
ditunjukkan Gambar 41. Dapat dilihat bahwa vibrograf
mengizinkan penentuan tiga karakteristik dinamis jembatan yang
disebutkan di atas. Sebagai contoh, faktor redaman [itu]
(contohnya, penyusutan logaritmik) dapat ditentukan dari bagian
dari vibrograf yang sesuai dengan getaran bebas (bagian
ditandai oleh S pada Gambar 2-21). Pengukuran modern dan
teknik pengolahan data memungkinkan kita untuk memperoleh
nilai-nilai dari karakteristik dinamis yang secara langsung dalam
format numerik.
delta
y av
y max tw
y st ts
ts w s
74 dari 82
Tes dinamis dilakukan pada suatu interval waktu tertent,
contohnya dalam waktu lima tahun memperbolehkan kita untuk
menguji variasi dalam perilaku dinamis struktur. Sebagai contoh,
suatu peningkatan faktor redaman menandai adanya secara
umum suatu pengurangan sifat elastis struktur akibat beberapa
kerusakaan struktural dan cacat bahan.
75 dari 82
Sebagaimana disebutkan di atas, uji lapangan jembatan adalah
suatu bagian integral inventaris dan estimasi jembatan.
76 dari 82
bahan yang sesuai untuk perbaikan atau perkuatan. Sama
halnya, beton dan sifat tulangan baja aktual dalam struktur harus
dikenal sebelum proses perancangan rehabilitasi.
77 dari 82
yang tidak keras, menurun mutunya secara umum terlalu lemah
untuk dapat diperoleh. Lubang bor yang tersisa dalam struktur
setelah pengambilan inti spesimen harus dengan segera diisi
dengan beton atau bahan perbaikan sesuai yang lain.
78 dari 82
struktural yang primer (contohnya, gelagar utama). Tergantung
pada lokasi elemen dan kupon, konsekuensi dari keselamatan
sebagai hasil pengurangan penampang dari unsur yang diberikan
harus dianalisa. Perbaikan yang sesuai harus disajikan untuk
memelihara daya-dukung jembatan, contohnya detail perbaikan
baut atau las. Identifikasi bahan dilakukan menggunakan analisa
kimia sebagaimana cara penyelidikan mikroskopik struktur
internal baja. Sebagaimana yang disebutkan di atas (lihat Bagian
4.3), baja harus dikenali, terutama dalam hal jembatan tua , yang
kebanyakan untuk menentukan kemampuan untuk dapat
dilasnya dan proses las untuk digunakan selama perbaikan atau
rehabilitasi struktur itu.
79 dari 82
pada spesimen standar yang ditakik dengan cara uji tumbukan
menggunakan palu pendulum yang terayun, kebanyakan tipe
Charpy. Jumlah energi tumbukan yang dulu digunakan untuk
membuat fraktur spesimen dipertimbangkan sebagai suatu
ukuran fraktur bahan. Retak fraktur normal dari struktur granular
ketika fraktur fatik secara normal mempunyai sebuah struktur
yang berserat. Hal ini memungkinkan kita untuk membedakan
dan menentukan penyebab kerusakan struktural dalam elemen
jembatan.
80 dari 82
Pengusul / Penyusun :
Subdit Penyiapan Standar dan Pedoman Dit. Bina Teknik
Ditjen Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum
Tim Pembahas Pemeriksaan Jembatan Rangka Baja:
No. Nama Instansi
81 dari 82
SNVT. P2JJ. Prop.
14 Ir. Sjofva Roliansyah, MT
Sumbar.
82 dari 82