Anda di halaman 1dari 26

PERBANDINGAN DAN ARITMATIKA SOSIAL

Makalah Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Matematika SMP

yang diampu oleh Ibu Tika Karlina Rachmawati, M.Pd.

Disusun Oleh:

Riska Amelia Sari 1202050103

Shelly Seldiana 1202050118

Silfia Natarina 1202050120

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA 3D

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI


BANDUNG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkat rahmat, izin
dan kehendak-Nya kami dapat menyelesaikan makalah berjudul Perbandingan dan
Aritmatika Sosial.

Makalah ini kami susun sebagai tugas mata kuliah Ilmu Tauhid, yang
diampu oleh Ibu Tika Karlina Rachmawati, M.Pd. Dalam penyelesaikan makalah
ini, tak sedikit ditemui kesulitan dan halangan. Namun, berkat pertolongan Allah
SWT, bimbingan dari dosen pengampu, usaha, kerja keras, ketekunan, dan
kersabaran serta bantuan dari berbagai pihak, semua dapat diatasi.

Sebagai manusia biasa, kami menyadari bahwa kami tidak luput dari
kesalahan, begitupun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta memiliki
banyak kekurangan dan kesalahan. Namun, kami harap makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandung, 19 September
2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Perbandingan...............................................................................2
B. Faktor Perbesaran dan Faktor Pengecilan.....................................................2
C. Jenis-Jenis Perbandingan..............................................................................4
D. Sejarah Aritmatika Sosial............................................................................11
E. Pengertian Aritmatika Sosial......................................................................11
F. Untung, Rugi, Diskon, Pajak, Bruto, Netto, Tara dan Bunga Tunggal.......12
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................23

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejalan dengan perkembangan dalam kehidupan sehari-hari, kita sering
mendengar istilah-istilah perdagangan seperti harga pembelian, harga
penjualan, untung dan rugi. Demikian pula, istilah impas, rabat (diskon),
bruto, neto, tara dan bonus. Istilah-istilah ini merupakan bagian dari
matematika yang disebut aritmetika sosial, yaitu yang membahas perhitungan
keuangan dalam perdagangan dan kehidupan sehari-hari beserta aspek-
aspeknya. Begitu pula halnya dengan perbandingan yang pada sub bab nya
membahas tentang perbandingan dua besaran dengan satuan yang sama dan
berbeda, perbandingan senilai dan berbalik nilai.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian perbandingan dan aritmatika sosial?
2. Apa itu faktor perbesar dan faktor pengecil?
3. Apa saja jenis-jenis perbandingan?
4. Bagaimana sejarah aritmatika sosial?
5. Bagaimana cara menghitung untung, rugi, diskon, pajak, bruto, neto, tara
dan bunga tunggal?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian perbandingan dan aritmatika sosial
2. Mengetahui faktor perbesar dan faktor pengecil
3. Mengetahui jenis-jenis perbandingan
4. Mengetahui sejarah aritmatika sosial
5. Mengetahui cara menghitung untung, rugi, diskon, pajak, bruto, neto, tara
dan bunga tunggal

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perbandingan
Perbandingan (rasio) adalah proses membandingkan nilai dari dua besaran
sejenis. Perbandingan biasa dinyatakan secara sederhana dalam bentuk
pecahan. Penulisan rasio atau perbandingan dapat dituliskan sebagai a : b atau

a
dengan a dan b merupakan dua besaran yang memiliki satuan yang sama.
b
Besaran yang dimaksud bisa berupa panjang, kecepatan, massa, waktu, banyak
benda, dan sebagainya.

Perbandingan tidak akan berubah jika dikalikan atau dibagi dengan


bilangan lain. Selain itu perbandingan bisa dibagi dengan membagi suku
pertama atau mengalikan suku kedua. Perbandingan juga bisa dikalikan
dengan suatu bilangan dengan cara mengalikan bilangan pertama dengan
bilangan tersebut dan sebaliknya untuk suku kedua.

B. Faktor Perbesaran dan Faktor Pengecilan


Faktor perbesaran/ pengecilan adalah perbandingan antara hasil
perbesaran/pengecilan dan ukuran awal benda. Secara sistematis, faktor
pembesaran dan faktor pengecilan dirumuskan sebagai berikut.

ukuran benda hasil perbesaran


Faktor Pembesaran =
ukuran awal benda

ukuran benda hasil pengecilan


Faktor Pengecilan =
ukuran awal benda

Jika kurang dari 1, maka disebut faktor pengecilan


Jika lebih dari 1, maka disebut faktor perbesaran.1
Contoh faktor perbesaran:

1
Prasetya Adhi Nugroho, Big Bank Soal + Bahas Matematika SMP/MTs Kelas VII, VIII, & IX, 1st
ed. (Jakarta: Wahyumedia, 2013), 56.
2
Sebuah vas bunga setinggi 15 cm diletakkan di depan sebuah lampu. Vas
tersebut membentuk bayangan dilayar. Jika tinggi bayangan vas bunga
tersebut 30 cm, tentukan faktor perbesarannya!

Pembahasan:

Dari soal diketahui informasi berikut :

Tinggi awal = 15 cm

Tinggi hasil perbesaran = 30 cm

Berdasarkan rumus faktor perbesaran, diperoleh:

ukuran benda hasil perbesaran


Faktor Pembesaran =
ukuran awal benda

30
=
15

=2

Jadi, faktor perbesarannya adalah 2 kali.

Contoh faktor pengecilan:

Sebuah model kapal laut berukuran panjang 2 m dan panjang kapal


sebenarnya adalah 25 m. tentukan faktor pengecilan dari kapal laut tersebut!

Pembahasan:

Dari soal diketahui informasi berikut:

Panjang hasil pengecilan benda = 2 m

Panjang asli benda = 25 m

Berdasarkan rumus faktor pengecilan, diperoleh:

ukuran benda hasil pengecilan


Faktor Pengecilan =
ukuran awal benda

2
=
25
3
= 0,08

Jadi, faktor pengecilannya adalah 0,08 kali.

D. Jenis-Jenis Perbandingan
1. Perbandingan Dua Besaran dengan Satuan yang Sama
Perbandingan dua besaran satuannya sama, yaitu perbandingan
dengan besaran dan satuannya sama. Misalnya perbandingan massa badan
merupakan dua besaran yang sejenis, karena masssa badan memiliki
satuan yang sama, yaitu kg. Begitu pula perbandingan tinggi pohon sawit
merupakan dua besaran yang sejenis, karena tinggi pohon sawit memiliki
satuan yang sama, dapat dinyatakan dengan meter, inci atau cm. Untuk
lebih jelasnya, perhatikan permasalahan berikut!
Dari ilustrasi gambar di atas, dapat disimpulkan bahwa
perbandingan dengan satuan yang sama adalah membandingkan dua objek
atau lebih yang memiliki ukuran satuan yang sama. Untuk lebih
memahaminya, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut!
1. Pada gambar tersebut, pohon manakah yang paling tinggi?
2. Pohon mana yang paling rendah?
3. Berapakah perbandingan yang paling sederhana antara tinggi pohon
sawit A dan tinggi pohon sawit B ?
Jawab:
1. Pohon yang paling tinggi adalah pohon sawit B
2. Pohon yang paling rendah adalah pohon sawit A
3. Perbandingan tinggi kedua pohon itu adalah
Tinggi Pohon Sawit A : Tinggi Pohon Sawit B
100 cm : 400 cm Satuan cm
100 : 400 Satuan hilangkan
1:4 Disederhanakan
Contoh 3:
1. Tentukan perbandingan yang paling sederhana dari pasangan bilangan
di bawah ini !
4
a. 8 cm dan 14 cm
b. 12 kg dan 16 kg
c. 36 m dan 132 m
Jawab:
a. 8 cm : 14 cm Satuan cm
8 : 14 Satuan hilangkan
4:7 Disederhanakan
Dengan demikian, 8 cm : 14 cm = 4 : 7
b. 12 kg : 16 kg Satuan kg
12 : 16 Satuan hilangkan
3:4D isederhanakan
Dengan demikian, 12 kg : 16 kg = 3 : 4
c. 36 cm : 132 cm Satuan cm
36 : 132 Satuan hilangkan
3 : 11 Disederhanakan
Dengan demikian, 36 cm : 132 cm = 3 : 11
2. Diketahui tinggi badan Maria adalah 160 cm dan tinggi badan Alvin
adalah 140 cm. Tentukanlah perbandingan tinggi badan Maria dengan
Alvin!
Jawab:
Tinggi badan Maria = 160 cm
Tinggi badan Alvin = 140 cm
Tinggi badan Maria : Tinggi badan Alvin = 160 cm : 140 cm
= 160 : 140
=8:7

Jadi, perbandingan tinggi badan Maria dengan Alvin adalah 8 : 7.

2. Perbandingan Dua Besaran dengan Satuan yang Berbeda


Pada bagian ini Kita akan mempelajari tentang perbandingan dua
besaran dengan satuan yang berbeda. Perbandingan dua besaran dengan
satuan yang berbeda adalah perbandingan dengan besaran yang sama

5
tetapi satuannya berbeda. Perhatikan contoh perbandingan dua besaran
dengan satuan yang berbeda berikut!
Contoh 1:
Sederhanakanlah perbandingan-perbandingan di bawah ini.
a. 4 m : 30 cm: Besaran panjang dengan satuan m dan cm
b. 2 kg : 8 ons : Besaran massa dengan satuan kg dan ons
c. 14 bulan : 1 tahun : Besaran waktu dengan satuan bulan dan tahun
d. 3 buah : 1 lusin : Besaran kuantitas benda dengan satuan buah dan
lusin
Untuk menyederhanakan perbandingan di atas, kita harus
menyamakan terlebih dahulu bentuk satuannya. Setelah ita menyamakan
satuannya, kemudian kita dapat menyederhanakan perbandingan bilangan
tersebut.
a. 4 m : 30 cm Perbandingan besaran panjang
400 cm : 30 cm Satuan cm (1 m = 100 cm)
400 : 30 Satuan hilangkan
40 : 3 Disederhanakan
Dengan demikian, 4 m : 30 cm = 40 : 3
b. 2 kg : 8 ons Perbandingan besaran massa
20 ons : 8 ons Satuan ons (1 kg = 10 ons)
20 : 8 Satuan hilangkan
5:2 Disederhanakan
Dengan demikian, 2 kg : 8 ons = 5 : 2
c. 14 bulan : 1 tahun Perbandingan besaran waktu
14 bulan : 12 bulan Satuan dalam bulan (1 tahun = 12 bulan)
14 : 12 Satuan hilangkan
7:6 Disederhanakan
Dengan demikian, 14 bulan : 1 tahun = 7 : 6
d. 3 buah : 1 lusin Perbandingan besaran kuantitas
3 buah : 12 buah Satuan buah (1 lusin = 12 buah)
3 : 12 Satuan hilangkan

6
1:4 Disederhanakan
Dengan demikian, 3 buah : 1 lusin = 1 : 4
Bagian terpenting yang harus Kita ingat untuk menyederhanakan
perbandingan dua besaran yang berbeda satuan adalah menyamakan
satuan besaran yang berbeda tersebut, kemudian menentukan nilai FPB-
nya, setelah itu Kita dapat menyelesaikan perbandingan tersebut dengan
membaginya dengan nilai FPB dari dua bilangan tersebut.
3. Perbandingan Senilai
Perbandingan senilai dapat disebut juga dengan perbandingan
seharga. Perbandingan senilai atau seharga adalah perbandingan antara dua
besaran yang apabila salah satu besaran memiliki nilai semakin besar,
maka nilai besaran yang lain akan semakin besar dan juga sebaliknya.
Perbandingan senilai disebut juga dengan proporsi. Perbandingan senilai
sama dengan pecahan senilai. Rumus perbandingan senilai dapat ditulis
sebagai berikut.
x 1 x2
=
y1 y2
Masalah 1
Seorang pekerja pemungut biji sawit memiliki pekerjaan memungut biji
sawit pada blok sawit tertentu sesuai jadwal setiap harinya. Para pekerja
diberikan upah sebesar Rp36.000,00 setiap dua karung biji sawit yang
dikumpulkannya.
 Berapa upah yang diterima pekerja sawit jika ia dapat mengumpulkan
6 karung biji sawit?
 Dapatkah kita memprediksi upah jika biji sawit yang terkumpul
sebanyak 10 karung?
Jawab:
Alternatif jawaban 1 (menggunakan tabel)
Tabel 1.1 Perbandingan Banyak Kelapa Sawit dan Upah Kerja

Baris ke- Banyak Kelapa Sawit Upah Kerja


1. 2 karung Rp. 36.000,00

7
2. 4 karung Rp. 72.000,00
3. 6 karung Rp. 108.000,00
4. 8 karung Rp. 144.000,00
5. 10 karung Rp. 180.000,00

Jika diperhatikan dengan teliti, semakin besar nilai yang terdapat


pada kolom banyak kelapa sawit dalam karung, maka banyaknya upah
pekerja semakin besar. Kita dapat melihat data perbandingan pada baris
ke-1 dan ke-2. Jika banyak kelapa sawit ditambah 2 karung, maka
banyaknya upah pekerja semakin bertambah, yaitu Rp72.000.00.
Perhatikan perbandingan pada baris ke-2 dan ke-3. Jika banyak
kelapa sawit ditambah lagi 2 karung, maka banyaknya upah pekerja
semakin bertambah, yaitu Rp108.000,00. Pada tabel 5.3, kita dapat melihat
sebuah contoh mengenai konsep perbandingan senilai. Jika salah satu
besaran nilainya bertambah, maka besaran lainnya yang dibandingkan
nilainya menjadi semakin bertambah.
Berdasarkan tabel 5.3, maka dapat diselesaikan kedua pertanyaan
masalah tersebut, yaitu:
 Jadi, upah yang diterima pekerja sawit jika dapat mengumpulkan 6
karung biji sawit adalah Rp108.000,00. (Lihat baris nomor 3 tabel 5.3)
 Jadi, upah yang diterima pekerja sawit jika dapat mengumpulkan 10
karung biji sawit adalah Rp180.000,00. (Lihat baris nomor 5 tabel 5.3)
Alternatif jawaban 2
1. Diketahui upah yang diterima untuk pengumpulan 2 karung adalah Rp
36.000,00. Upah yang diterima untuk pengumpulan 1 karung =

Rp . 36.000,00
. Misalkan upah yang diterima untuk pengumpulan 6
2 karung
karung adalah p, maka Ananda akan memperoleh
Rp . 36.000,00
p = 6 karung ×
2 karung
6 karung p 6 karung
= × Rp .36.000,00 ⇔ =
2 karung Rp .36.000,00 2 karung

8
3
= × Rp . 36.000,00
1
= Rp .108.000,00
2. Kita bisa menghitung besarnya upah yang diterima pekerja jika ia
dapat mengumpulkan 10 karung langsung dengan perbandingan senilai
seperti pada jawaban 1) :
2 karung ⇒ Rp . 36.000,00
10 karung ⇒ x
Hubungan antara besaran-besaran pada perbandingan senilai adalah
2 karung Rp. 36.000,00
=
10 karung x
2 Rp . 36.000,00
=
10 x
2 x=10 × Rp .36.000,00
Rp. 360.000,00
x=
2
x=Rp .180.000,00
Jadi, untuk pengumpulan 10 karung biji sawit, pekerja mendapatkan
upah sebesar Rp. 180.000,00.
Catatan:
Yang perlu diingat dalam menyelesaikan perbandingan senilai adalah
menentukan bentuk perbandingan yang berbanding lurus, artinya jika
suatu besaran berubah naik, maka besaran lain akan berubah naik,
demikian pula sebaliknya. Persoalan dapat diselesaikan dengan
perbandingan langsung ataupun menggunakan nilai satuan.
4. Perbandingan Berbalik Nilai
Perbandingan berbalik nilai adalah suatu bentuk perbandingan
yang apabila salah satu besaran yang diperbandingkan nilainya bertambah,
maka besaran lainnya memiliki nilai yang semakin kecil. Berbeda dengan
perbandingan senilai, yaitu pada perbandingan senilai, nilai suatu barang
akan bertambah/berkurang sejalan dengan nilai barang yang dibandingkan.

9
Suatu perbandingan dikatakan perbandingan berbalik nilai jika dua
perbandingan tersebut selalu tetap (konstan) walaupun perbandingannya
dibalik. Salah satu hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah satuan
dari besaran tersebut. Perhatikan contoh masalah berikut!
Masalah 2
Pada suatu hari seorang peternak memiliki 30 ekor domba dan mempunyai
persediaan makanan selama 15 hari. Jika peternak itu menjual 5 ekor
domba, maka berapa hari persediaan makanan akan habis?
Alternatif Jawaban
Tabel 1.2 Perbandingan Banyak Domba dan Banyak Hari

Banyak Domba Banyak Hari


30 15
25 y
30 Domba ⇒15 hari
1 Domba⇒ 30× 15 hari
30 Domba ×15 hari
Sehingga 25 Domba ⇒ =y
25 Domba
30 Domba y hari
⇔ =
25 Domba 15 hari
30 y
⇔ =
15 15
⇔ 25 y =30∙ 15
30 ∙ 15
⇔ y= =18
25
Jadi, persediaan makanan akan habis selama 18 hari untuk 25 ekor domba.
Contoh masalah-masalah yang dapat digolongkan perbandingan berbalik
nilai di antaranya sebagai berikut.
1. Jarak tempuh dan waktu tempuh, jika menempuh jarak yang sama.
2. Banyak ternak dan waktu untuk menghabiskan pakan ternak, jika
disediakan pakan ternak dengan jumlah sama.
3. Banyak karyawan dan waktu untuk menyelesaikan pekerjaan
4. Banyak siswa dengan banyak permen yang diperoleh dari hasil
pembagian
10
E. Sejarah Aritmatika Sosial
Zaman dahulu, apabila seseorang ingin membeli suatu barang, maka ia
harus menyiapkan juga barang miliknya untuk ditukar dengan barang yang
diinginkannya. Misalnya seorang petani ingin membeli pakaian, maka petani
tersebut bisa menukarkannya misalnya dengan satu karung beras. Pada saat itu
pembelian dengan cara tukar-menukar dikenal dengan istilah barter.
Kemudian dengan berjalannya waktu dan berkembangnya peradaban juga
pengetahuan umat manusia, kegiatan tukar menukar barang mulai
ditinggalkan. Hingga akhirnya kegiatan jual-beli mulai menggunakan nilai
atau harga pada suatu barang. Kemudian setelah mengalami proses umat
manusia mulai menemukan benda yang disebut mata uang.

F. Pengertian Aritmatika Sosial


Sejalan dengan perkembangan dengan dalam kehidupan sehari-hari,
kita sering mendengar istilah-istilah perdagangan seperti harga pembelian,
harga penjualan, untung dan rugi. Demikian pula, istilah impas, rabat (diskon),
bruto, neto, tara, dan bonus. Istilah-istilah ini merupakan bagian dari
Matematika, yang disebut aritmatika sosial (Asri Maysa, 2015).

Aritmatika sosial adalah bidang atau cabang ilmu matematika yang


mempelajari tentang matematika pada kehidupan sosial, misal di bidang
ekonomi, bidang geografi, bidang sosiologi. Materi aritmetika sosial ini
merupakan materi yang dapat membantu kita dalam memecahkan
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari seperti perdagangan, perbankan,
dan lain-lain. Secara singkat aritmetika sosial adalah salah satu materi
matematik yang mempelajari operasi dasar suatu bilangan yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari.

11
G. Untung, Rugi, Diskon, Pajak, Bruto, Netto, Tara dan Bunga
Tunggal
Dalam suatu perdagangan, ada beberapa istilah yang disebut: harga
penjualan, harga pembelian, untung (laba), rugi, diskon, persentase untung,
persentase rugi, neto, bruto, dan tara.
1. Untung
Nilai uang dari suatu barang yang dibeli disebut harga pembelian, dan
nilai uang dari suatu barang yang dijual disebut harga penjualan. Untung
adalah Selisih antara harga penjualan dengan harga pembelian di mana
harga penjualan lebih besar dari harga pembelian. Secara matematis
untung dapat dirumuskan sebagai berikut:

Untung (U) = Harga Penjualan (HJ) – Harga Pembelian (HB)

Dalam kehidupan sehari-hari juga untung juga bisa dinyatakan dalam


bentuk persen. Biasanya persentase untung dan rugi dihitung dari harga
pembelian, kecuali ada ketentuan lain. Secara matematis presentasi untung
dan rugi dapat dirumuskan sebagai berikut:

Untung
Persentase Untung = Harga Pembelian
× 100%
Untung
Persentase Rugi = Harga Pembelian
× 100%

Contoh:

Seorang pedagang warung membeli beras sebanyak 65kg dengan harga


Rp. 585.000,00. Kemudian beras itu di jual kembali Rp. 10.000,00 per kg.
Tentukan keuntungan dan presentasi keuntungan pedagang warung
tersebut!

Jawaban:

12
• Harga beli 65 kg beras adalah Rp. 585.000,00

Maka, harga penjualan= 65 kg × Rp. 10.000,00 per kg = Rp. 650.000,00

Keuntungan: U = Harga penjualan – Harga pembelian

= Rp. 650.000,00 - Rp. 585.000,00 = Rp. 65.000,00

Maka keuntungan pedagang tersebut adalah Rp. 65.000,00.

• Presentasi Keuntungan= u/Hbx100% = 65.000/650.000x100% = 10%

Maka presentasi keuntungannya adalah 10%.

2. Rugi
Jika dalam proses jual beli harga penjualan lebih rendah dari harga
pembelian, maka penjual disebut mengalami kerugian. Secara singkat rugi
adalah selisih antara harga penjualan dengan harga pembelian di mana
harga penjualan lebih kecil dari harga pembelian. Secara matematis rugi
dapat dirumuskan sebagai berikut:

Rugi (R) = Harga Pembelian (HB) – Harga Penjualan (HJ)


Contoh:
Seorang pedagang membeli 10 ekor ayam dengan harga seluruhnya Rp
750.000,00. Ternyata ayam tersebut hanya dapat dijual dengan harga Rp
70.000,00 per ekor. Berapa rupiahkah kerugian pedagang tersebut?
Jawaban:
Harga pembelian = Rp 750.000,00
Harga penjualan = Rp 70.000,00 x 10 = Rp 700.000,00
Rugi = Rp 750.000,00 - Rp 700.000,00 = Rp 50.000,00
Jadi, kerugian pedagang tersebut adalah Rp. 50.000,00.
3. Diskon atau Rabat
Diskon biasa disebut juga dengan korting atau potongan harga.
Biasanya diskon dinyatakan dalam persen. Diskon (rabat) merupakan
potongan harga. Harga sebelum dipotong diskon disebut harga kotor.
13
Harga setelah dipotong diskon disebut harga bersih.Harga bersih = harga
kotor – diskon. Jadi diskon adalah potongan harga yang diberikan penjual
kepada pembeli pada saat terjadi transaksi jual-beli.
Contoh:
Dalam suatu Mall bertuliskan harga pada barang diskon 20% untuk baju
pendek dengan harga awal Rp. 150.000,00. Hitunglah berapa harga baju
pendek tersebut sesudah memperoleh diskon?

Jawaban:

Harga jual = Rp. 150.000,00

20
Diskon 20% = × Rp. 150.000,00 = Rp. 30.000,00
100

Harga sesudah didiskon = Rp. 150.000,00 - Rp. 30.000,00 = Rp.


120.000,00

Jadi, harga baju pendek setelah didiskon adalah Rp. 120.000,00.

4. Pajak
Pajak merupakan iuran wajib masyarakat terhadap negara yang
dilandasi oleh undang-undang dengan tidak membalas jasa secara
langsung yang dipakai guna membiayai pengeluaran umum serta bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Secara singkat pajak
adalah Iuran yang harus dibayarkan rayat kepada negara berdasarkan
undang-undang yang akan digunakan untuk membayar belanja atau
pengeluaran negara.
Contoh:
Ayah menerima gaji setiap bulannya sebesar Rp. 4.500.000,00 dan harus
membayar banyak 4,5%. Berapa gaji bersih yang diterima ayah?
Jawaban:

Penghasilan kena pajak = Rp. 4.500.000,00

Besar pajak penghasilan = 4,5/100 x Rp. 4.500.000,00 = Rp. 202.500,00


14
Gaji bersih = Rp. 4.500.000,00 - Rp. 202.500,00 = Rp. 4.297.500,00.

Jadi, gaji bersih yang diterima ayah adalah Rp. 4.297.500,00.

5. Bruto, Neto dan Tara


Dalam kehidupan sehari-hari, sebuah benda memiliki istilah yang
berhubungan dengan berat benda tersebut. Salah satu contohnya adalah
pada kemasan makanan atau benda-benda di sekitar kita, salah satunya
adallah Netto.

Bruto, Neto dan Tara sering kita jumpai dalam masalah berat
barang. Ketiganya akan saling berkaitan satu sama lain. Misalnya pada
kantong semen, karung gula, karung beras, dan kemasan lain. Biasanya
dalam kemasan tersebut mencantumkan bruto, neto, dan tara.

Misalnya pada sekantung semen tertulis neto (berat bersih) 50 kg,


artinya berat semen dalam kantong tersebut 50 kg, tidak termasuk berat
kantongnya. Jadi, neto dapat diartikan sebagai berat bersih, yaitu berat
suatu barang dikurangi dengan kemasan atau tempatnya. Apakah satu
kantong semen tersebut jika ditimbang menunjukkan angka 50 kg? Jika
tidak mengapa demikian? Ya, ternyata beratnya lebih dari 50 kg yang
disebabkan oleh berat kantong semen itu sendiri. Berat kantong semen ini
dinamakan tara. Tara adalah berat kemasan atau tempat suatu barang.
Sedangkan berat yang ditunjukkan oleh timbangan dinamakan bruto atau
sering dikatakan berat kotor, yaitu berat suatu barang beserta dengan
tempatnya. Bruto, neto dan tara adalah istilah-istilah yang berkaitan
dengan berat barang. Bruto adalah berat kotor suatu barang yang terdiri
dari berat bersih dan berat tempatnya. Neto adalah berat bersih atau berat
sebenarnya dari suatu barang. Sedangkan tara adalah potongan berat suatu
barang, yaitu berat kemasan.

Dari pemisalan Sekantung semen tersebut, maka dapat dirumuskan


mengenai hubungan Bruto, Neto dan Tara sebagai berikut :

15
BRUTO = NETO + TARA
NETO = BRUTO -TARA
TARA = BRUTO - NETO

Jika diketahui persen tara dan bruto, maka penyelesaiannya bisa


menggunakan rumus berikut :

TARA = Persen Tara x Bruto

Contoh :

Seorang pedagang membeli 5 karung beras dengan bruto masing-masing


72 kg dan tara 1%. Berapa rupiah pedagang itu harus membayar jika harga
setiap kg beras Rp. 4.000,00- ?

Penyelesaian :

Berat bruto = (5 × 72 kg)

= 360 kg

Tara 1% = 1/100 × 360 kg

= 3,6 kg

Neto = 360 kg – 3,6 kg

= 356,40 kg

Jadi Pedagang itu harus membayar = 356,40 × Rp. 4.000,00 = Rp.


1.425.600,00.

Dari perumusan tadi, Istilah Neto diartikan sebagai berat dari suatu benda
tanpa pembungkus benda tersebut. Neto juga dikenal dengan istilah berat
16
bersih. Istilah Bruto diartikan sebagai berat dari suatu benda bersama
pembungkusnya. Bruto juga dikenal dengan istilah berat kotor. Istilah Tara
diartikan sebagai selisih antara bruto dengan neto.

Contoh Masalah dan Penyelesaiannya :

Masalah 1

Pedagang membeli satu karung gula pasir tertulis bruto 100 kg, tara 2%
dengan harga Rp1.000.000,00. Semua gula pasir tersebut dijual dengan
harga Rp14.000,00 per kg. Berapakah keuntungan pedagang tersebut?

Jawab:

Diketahui : bruto = 100 kg dan persentase tara = 2%.

Oleh karena itu, nilai tara adalah 2% x 100 kg = 2 kg.

Dengan demikian, neto = 100 kg – 2 kg = 98 kg.

Harga penjualannya adalah Rp14.000,00 × 98 kg = Rp1.372.000,00

Jadi, keuntungannya adalah Rp372.000,00.

Masalah 2

Sebuah karung terigu bertuliskan Bruto = 73 kg dan neto = 71,5 kg.


Berapakah taranya?

Jawab :

Tara = Bruto – neto= 73 kg – 71,5 kg = 1,5 kg

Masalah 3

Haryadi membeli dua karung gula pasir dengan total beratnya mencapai
100 kg dan tara 2%. Jika harga 1 kg gula pasir Rp8.500,00 per kg, berapa
rupiah yang harus dibayar Haryadi?

17
Jawab:

Nilai tara = 2% x 100 kg = 2 kg

Neto = bruto – tara

= 100 kg – 2kg

= 98 kg

Jadi, harga yang harus dibayarkan adalah neto x harga dalam satuan massa
= 98 kg x Rp 8.500,00 = Rp 833.000,00.

6. Bunga Tunggal

Di dalam kegiatan ekonomi dan keuangan tidak akan lepas dari


perhitungan matematika. Seorang pengusaha dalam menjalankan usahanya
harus berurusan dengan bank. Terkadang bank tersebut digunakan untuk
menyimpan uang, kadang pula untuk tempat meminjam uang guna
menjadi modal dalam menjalankan usahanya. Di lingkungan sekitar kita,
sering kita jumpai bahwa seseorang membeli mobil secara angsuran
dengan bunga 10% pertahun atau seseorang meminjam uang di bank
dengan bunga 2% per bulan. Jadi kata bunga bukanlah kata asing di
telinga masyarakat Indonesia. Secara umum bunga dapat diartikan sebagai
jasa berupa uang yang diberikan oleh pihak peminjam kepada pihak yang
meminjamkan modal atas persetujuan bersama. Ada kalanya juga bunga
dapat diartikan sebagai jasa berupa uang yang diberikan oleh pihak
bank kepada pihak yang menabung atas persetujuan bersama. Dalam dunia
ekonomi sebenarnya terdapat bunga majemuk dan bunga tunggal. Namun
bunga yang akan dibahas pada makalah ini hanya bunga tunggal saja.
Bunga adalah jasa berbentuk uang yang diberikan oleh pihak peminjam
kepada pihak yang meminjamkan modal dengan persetujuan bersama.

Bunga Tunggal adalah bunga yang diperoleh pada setiap akhir


jangka waktu tertentu yang tidak mempengaruhi besarnya modal yang

18
dipinjam. Perhitungan bunga setiap periode selalu dihitung berdasarkan
besarnya modal yang tetap.

Bunga Tunggal memiliki arti bunga yang hanya terdapat pada


hanya modalnya saja, selanjutnya bunganya tidak akan berbunga lagi.
Apabila bunganya turut berbunga maka jenis bunga tersebut disebut bunga
majemuk. Sedangkan suku bunga tunggal adalah suku bunga yang
besarnya tetap dari waktu ke waktu.

Misalkan seseorang menabung sebesar Rp. 100.000,00 disuatu bank


selama satu tahun dengan suku bunga 18% setahun. Pada akhir tahun
pertama penabung memperoleh bunga sebesar:

18% × Rp. 100.000,00 = 18/100 x Rp. 100.000,00

= Rp. 18.000,00

Pada akhir tahun kedua, bunga yang diperoleh adalah

2 × 18% × Rp. 100.000,00 = 2 x 18/100 x Rp. 100.000,00

= Rp. 36.000,00

Jika penabung ingin mengambil bunga tabungannya pada akhir bulan


keenam, maka bunga yang diperoleh adalah:

6/12 x 18% x Rp. 100.000,00 = ½ x 18/100 x Rp. 100.000,00

= Rp. 9.000,00

Pada akhir bulan kedua, besar bunga yang diperoleh adalah

2/12 x 18% x Rp. 100.000,00 = 1/6 x 18/100 x Rp. 100.000,00

= Rp. 3.000,00

Contoh Masalah dan Penyelesaiannya :

Masalah 1
19
Trio menabung sebesar Rp1.000.000,00 pada sebuah bank yang
memberikan bunga 2% per bulan, Apabila bunga itu hanya dikenakan
pada besarnya tabungan awal maka jumlah uang setelah disimpan dalam
tempo yang ditentukan dapat di lihat pada tabel berikut:

Akhir Bulan ke- Bunga (Rp) Jumlah Tabungan (Rp)


0 - Rp. 1.000.000,00
1 Rp. 20.000,00 Rp. 1.020.000,00
2 Rp. 20.000,00 Rp. 1.040.000,00
3 Rp. 20.000,00 Rp. 1.060.000.00
4 Rp. 20.000,00 Rp. 1.080.000,00
5 Rp. 20.000,00 Rp. 1.100.000,00
6 Rp. 20.000,00 Rp. 1.120.000,00

Cara membaca tabel tersebut adalah:

Modal awal Rp1.000.000,00

Modal akhir bulan ke-1 adalah Rp1.020.000,00

Modal akhir bulan ke-2 adalah Rp1.040.000,00

Modal akhir bulan ke-3 adalah Rp1.060.000.00

....

Dan seterusnya.

Jadi, modal akhir bulan ke-12 = 1.000.000,00 + (12 × 20.000) =


Rp1.240.000,00

Untuk menentukan modal akhir pada masalah 1, dapat dirumuskan sebagai


berikut :

Misalkan Modal awal = Mo

Bulan ke-n = n

Bunga = B
20
Maka dapat disimpulkan bahwa :

Modal Akhir bulan ke-n = Mo + B

Masalah 2

Okta menabung di bank sebesar Rp 750.000 dengan bunga 12% per tahun.
Apabila pihak bank memberikan bunganya secara tunggal. Hitunglah
jumlah uang Okta setelah enam bulan!

Jawab :

Besar uang tabungan (modal) adalah Rp 750.000,00

Bunga dalam 1 tahun adalah 12 %

Bunga akhir bulan 6 = 6/12 x 12% x Rp 750.000,00 = Rp 45.000,00

Jadi, jumlah uang Okta setelah disimpan selama enam bulan menjadi =
Rp 750.000,00 + Rp 45.000,00 = Rp 795.000,00.

Dari permasalahan diatas, maka dapat disimpulkan :

Bunga 1 Tahun = Persen Bunga x modal

Bunga selama n bulan = n/12 x Bunga 1 tahun


xmodal

21
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Perbandingan dalam kehidupan sehari-hari antara lain perbandingan berat
badan, tinggi badan, umur, tinggi bangunan, dan perbandingan banyak uang
yang dimiliki seseorang.

Aritmatika sosial adalah bidang atau cabang ilmu matematika yang


mempelajari tentang matematika pada kehidupan sosial, misal di bidang
ekonomi, bidang geografi, bidang sosiologi. Masih banyak lagi fungsi
perbandingan dan aritmatika sosial di kehidupan sehari-hari.

22
DAFTAR PUSTAKA

Ponidi dan Masayuki Nugroho. 2020. Modul 5 Perbandingan. Jakarta: Direktorat


Sekolah Menengah Pertama. Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini.
Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan 2020.

Ponidi dan Masayuki Nugroho. 2020. Modul 6 Aritmatika Sosial. Jakarta:


Direktorat Sekolah Menengah Pertama. Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia
Dini. Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan 2020.

As'ari, Abdul Rahman, dkk. 2016. Matematika SMP/MTs Kelas VII Semester 2.
Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.

Manik, Dame Rosida. 2009. Penunjang Belajar Matematika Untuk SMP/MTs


Kelas 7. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Yunita, S. (2021). Mari Belajar Matematika Perbandingan Dan Aritmatika Sosial


Dilengkapi Soal-Soal Cerita (Doctoral dissertation, UIN Raden Intan Lampung)

Hartono, Tri Puji. (2017). Serial Modul SMP Terbuka. Jakarta: Pusat Teknologi
Informasi dan Komunikasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

As’ari Abdur Rahman, Mohammad Tohir, Erik Valentino, Zainul Imron, dan Ibnu
Taufiq. 2017. Silabus Kapita Selekta Matematika SMP/MTs 2021. Indonesia.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Matematika / Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.-- . Edisi Revisi Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2017.

Karso, H. ARITMETIKA SOSIAL DAN PERBANDINGAN.

23

Anda mungkin juga menyukai