Anda di halaman 1dari 75

02

Buku Serial Revitalisasi

PEMBINAAN
KEDISIPLINAN
PESERTA DIDIK
Disusun oleh:
Laode Muhammad Apdy Poto
Wahyu Kuncoro

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2020
Pengarah:
Dr. Ir. M. Bakrun, M.M.
Direktur SMK
Mochamad Widiyanto, S.Pd., M.T
Koordinator Bidang Penilaian
Drs. Haryono, M.M
Koordinator Bidang Peserta Didik
Arie Wibowo Khurniawan, S.Si., M.Ak
Koordinator Bidang Sarana dan Prasarana
Dr. Abdul Haris, M.Si
Koordinator Bidang Tata Kelola
Chrismi Widjajanti, S.E., M.B.A
Koordinator Bidang Program dan Evaluasi
Arfah Laidiah Razik, S.H., M.A
Kasubbag Tata Usaha

Penulis:
Laode Muhammad Apdy Poto
Wahyu Kuncoro

Penyunting:
Huda Saifullah Kamalie
Tim Dit. SMK

Desain Sampul:
Sonny Rasdianto

Layout:
Winih Wicaksono

ISBN: 978-602-5517-65-5

© Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan
dengan cara apapun tanpa izin tertulis dari Direktorat
02
Buku Serial Revitalisasi

PEMBINAAN
KEDISIPLINAN
PESERTA DIDIK
Disusun oleh:
Laode Muhammad Apdy Poto
Wahyu Kuncoro

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2020
KATA PENGANTAR
Pengembangan dan penerapan pendidikan karakter kerja siswa
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan hal yang pokok dalam upaya
meningkatkan kapasitas dan kualitas lulusan SMK. Hal ini tertuang dalam
penjelasan Pasal 15 Undang Undang nomor20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Sekolah Menengah Kejuruan merupakan pendidikan
menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja.
Perpres No. 87 tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan Karakter, kemudian
dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 34 Tahun 2018
tentang Standar Nasional Pendidikan SMK/MAK, khususnya Standar
Kompetensi Lulusan terdapat 9 (sembilan) area kompetensi, salah satu area
kompetensi tersebut adalah Karakter Pribadi dan Sosial lulusan SMK/MAK.
Pengembangan karakter kerja bagi siswa SMK merupakan aspek
penting dalam menghasilkan lulusan yang mampu bersaing dan berhasil
dalam pekerjaannya. Siswa SMK harus dipersiapkan untuk menghadapi
persaingan dan tantangan dalam bekerja di dunia usaha dan industri. Bekerja
di dunia usaha dan industri berbeda dengan lingkungan sekolah sehingga
diperlukan adanya pengembangan karakter kerja meliputi pembinaan
ketahanan mental, disiplin kerja, ketahanan fisik, dan perilaku positif siswa.
Pelaksanaan pembentukan karakter kerja di SMK, diperlukan adanya
materi pembentukan tim yang memuat tentang materi Kesamaptaan, Tata
Tertib Siswa, dan Pembentukan Organisasi Siswa. Pembentukan karakter kerja
ini terintegrasi dalam proses pembelajaran dengan melibatkan pihak internal
maupun eksternal sekolah. Dalam rangka inilah Direktorat SMK pada tahun
2020 menyusun Dokumen Pembinaan Karakter Kerja berbasis Ketarunaan,
yang meliputi, Pedoman Pelaksanaan, Materi Pembinaan Ketarunaan
(Membangun Tim Sekolah, Pembinaan Kedisiplinan Peserta Didik, Pembinaan
Ketarunaan, Pembinaan Kerohanian, Pusat Pengembangan Karir Bakat dan
Minat Peserta Didik SMK, Pembentukan Karakter Kerja & Kontrak Belajar) dan
Panduan Training of Trainer (ToT) sebagai dokumen yang utuh dan menyeluruh.
Dokumen pembinaan ketarunaan ini diharapkan dapat digunakan bagi SMK
bersama pihak terkait yang berkepentingan baik langsung maupun tidak
langsung, dalam menyiapkan kemampuan dan membangun karakter utama
para peserta didiknya yang pada akhirnya tercipta suatu budaya yang disiplin,
maju, modern dan kompetitif.

Direktur SMK

Dr. Ir. M. Bakrun, M.M.

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2020 iii
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iii


DAFTAR ISI iv
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 2
C. Ruang Lingkup 2

BAB II. PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI 3


LATIHAN DASAR KEDISIPLINAN
A. Pengerian Disiplin 3
B. Latihan Dasar Kedisiplinan (LDK) 6
C. Lembar Kegiatan 19
D. Refleksi 21

BAB III. IMPLEMENTASI PERATURAN BARIS BERBARIS (PBB) 22


A. Peraturan Baris Berbaris (PBB) 22
B. Pelaksanaan Kegiatan Apel 33
C. Tata Upacara 35
D. Lembar Kegiatan 52
E. Refleksi 53

BAB IV. PEMBENTUKAN PERILAKU MORAL 54


A. Pengertian Nilai dan Moral 54
B. Pembinaan Perilaku Moral Taruna 56
C. Lembar Kegiatan 66
D. Refleksi 67

BAB V. PENUTUP 68
DAFTAR PUSTAKA 69

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
iv 2020
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 pada pasal 3 menyebutkan
bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Krisis nilai-nilai karakter bangsa dan makna perjuangan hidup yang
dialami suatu bangsa akan berdampak luas terhadap timbulnya berbagai
krisis-krisis lainnya yang apabila tidak segera dapat diatasi dengan penuh
kesadaran bersama maka pada gilirannya akan membawa akibat buruk
terhadap perkembangan pola pikir sumberdaya manusia Indonesia. Lebih
berbahaya lagi apabila perubahan pola pikir tersebut mengancam
kepentingan bangsa dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

1. Penerapan Sanksi Disiplin


2. Pembinaan Karakter Disiplin
Tidak Efektif
3. Sistem Pembelajaran Belum
Terpadu
4. Guru Yang Belum Profesional

1.1. Penyebab Karakter Peserta Didik Yang Rendah

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2020 1
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

Dalam dunia pendidikan, masalah pokok yang dihadapi terutama di


Sekolah Menengah Kejuruan adalah rendahnya karakter peserta didik. Ada
beberapa penyebab mengapa karakter peserta didik rendah, yaitu (1)
penerapan sanksi disiplin atas pelanggaran tata tertib sekolah masih belum
optimal yang berdampak pada efek jera peserta didik, (2) implementasi
pembinaan karakter disiplin peserta didik belum berjalan secara efektif, (3)
sistem penyelenggaraan proses pembelajaran belum sepenuhnya dijalankan
secara terpadu, dan (4) belum semua guru mampu melaksanakan tugas
profesinya sebagai pendidik secara profesional yang mendukung
pembentukan karakter peserta didik sesuai visi dan misi di sekolahnya
masing-masing.
B. Tujuan
Setelah mempelajari materi pembinaan kedisiplinan Taruna, pemangku
kebijakan maupun tim PPK sekolah diharapkan mampu:
1. Menerapkan simulasi kegiatan Latihan Dasar Kedisiplinan
2. Menerapkan simulasi Implementasi Peraturan Baris Berbaris (PBB)
3. Mengembangkan program penyuluhan anti NAPZA, program
penyuluhan anti korupsi, program penyuluhan pergaulan sehat dan
program penyuluhan Internet Sehat di Sekolah
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pembinaan kedisiplinan terdiri dari:
1. Pembentukan karakter melalui latihan dasar kedisiplinan.
2. Implementasi Peraturan Baris Berbaris (PBB).
3. Pembentukan perilaku moral

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2 2020
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

BAB II
PEMBENTUKAN KARAKTER
MELALUI LATIHAN DASAR KEDISIPLINAN

A. Pengertian Disiplin
Disiplin adalah kontrol diri dalam mematuhi aturan baik yang dibuat oleh
diri sendiri maupun diluar diri baik keluarga, lembaga pendidikan, masyarakat,
bernegara maupun beragama. Disiplin juga merujuk pada kebebasan individu
untuk tidak bergantung pada orang lain dalam memilih, membuat keputusan,
tujuan, melakukan perubahan perilaku, pikiran maupun emosi sesuai dengan
prinsip yang diyakini dari aturan moral yang dianut.
Istilah kedisiplinan memiliki makna yang beragam diantaranya yaitu
penertiban dan pengawasan diri, penyesuaian diri terhadap aturan, kepatuhan
terhadap perintah pimpinan, penyesuaian diri terhadap norma-norma
kemasyarakatan dan lain-lain. Disiplin adalah kepatuhan seseorang dalam
mengikuti peraturan atau tata tertib didorong oleh adanya kesadaran yang ada
pada kata hatinya. Disiplin dapat diartikan sebagai suatu hal yang mendorong
untuk harus melakukan perbuatan yang sesuai dengan aturanaturan yang telah
ada.

2.1. Kerjasama Guru dan Peserta Didik dalam Mengembangkan Disiplin di Sekolah

Disiplin merupakan suatu kegiatan yang dilakukan agar tidak terjadi suatu
pelanggaran terhadap suatu peraturan yang berlaku demi terciptanya suatu
tujuan. Disiplin adalah proses atau hasil pengarahan untuk mencapai tindakan
yang lebih efektif. Dalam menciptakan disiplin yang efektif diperlukan
kegiatan-kegiatan diantaranya sebagai berikut:

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2020 3
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

a. Guru maupun peserta didik hendaknya memiliki sifat-sifat perilaku warga


sekolah yang baik seperti sopan santun, berbahasa yang baik dan benar.
b. Peserta didik hendaknya bisa menerima teguran atau hukuman yang adil.
c. Guru dan peserta didik hendaknya bekerjasama dalam membangun,
memelihara dan memperbaiki aturan-aturan dan norma-norma di sekolah.

Perilaku disiplin berkembang pada diri individu, pembentukan perilaku


disiplin dapat dilakukan dengan memfasilitasi proses perkembangan disiplin.
Perkembangan disiplin juga dipengaruhi oleh hal-hal berikut:
a. Pola asuh dan kontrol yang dilakukan oleh orang tua (orang dewasa)
terhadap perilaku. Pola asuh orang tua mempengaruhi bagaimana anak
berpikir, berperasaan dan bertindak. Orang tua yang dari awal mengajarkan
dan mendidik anak untuk memahami dan mematuhi aturan akan
mendorong anak untuk mematuhi aturan. Pada sisi lain anak yang tidak
pernah dikenalkan pada aturan akan berperilaku tidak beraturan.
b. Pemahaman tentang diri dan motivasi pemahaman terhadap siapa diri, apa
yang diinginkan diri dan apa yang dapat dilakukan oleh diri sendiri agar
hidup menjadi lebih nyaman, menyenangkan, sehat dan sukses membuat
individu membuat perencanaan hidup dan mematuhi perencanaan yang
dibuat. DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
c. Hubungan sosial dan pengaruhnya terhadap individu. 2020 Relasi sosial dengan
individu maupun lembaga sosial memaksa individu memahami aturan
sosial dan melakukan penyesuaian diri agar dapat diterima secara sosial.

Jika dalam suatu sekolah berkembang budaya bersih tentu akan sangat
tidak nyaman manakala kita membuat sampah sembarang dan semua warga
sekolah melihat kita menyatakan keheranan dan menunjukkan bahwa perilaku
yang dilakukan adalah salah. Sekolah adalah institut yang memiliki
kewenangan untuk membuat peserta didik belajar mengembangkan perilaku
yang sehat, salah satunya adalah disiplin. Proses pendidikan dan pembelajaran
yang dapat dilakukan di sekolah untuk mengembangkan disiplin peserta didik
sebagai berikut:
1) Mengembangkan pikiran dan pemahaman serta perasaan positif peserta
didik tentang manfaat disiplin bagi perkembangan diri mengembangkan
keterampilan contohnya dengan memberikan nasehat-nasehat tentang
pentingnya berperilaku disiplin baik dirumah maupun di sekolah,
menyisipkan nilai karakter kedisiplinan pada pembelajaran.
2) Mengembangkan pemahaman dan perasaan positif peserta didik tentang
aturan dan manfaat mematuhi aturan dalam kehidupan contohnya
penerapan peraturan sekolah yang ketat bagi seluruh warga sekolah.

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
4 2020
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

2.2. Menumbuhkan Motivasi, Semangat, dan Cara Belajar Efektif

3) Mengembangkan kemampuan peserta didik menyesuaikan diri secara


sehat. Contohnya melakukan pembiasaan terhadap perilaku disiplin.
4) Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk mengembangkan
kontrol internal terhadap perilaku sebagai dasar perilaku disiplin.
5) Menjadi model dan mengembangkan keteladanan.
Sikap kedisiplinan bukan sikap yang muncul dengan sendirinya, maka
agar seorang anak dapat bersikap disiplin maka perlu adanya arahan dan
bimbingan. Dalam hal menanamkan disiplin pada peserta didik ini mempunyai
tujuan-tujuan yang praktis yaitu tujuan jangka pendek dan tujuan jangka
panjang.Yang dimaksud tujuan jangka pendek dari disiplin ialah membuat
peserta didik terlatih dan terkontrol, dengan mengajarkan mereka bentuk-
bentuk tingkah laku yang pantas dan yang tidak pantas, atau yang masih asing
bagi mereka. Sedangkan tujuan jangka panjang dari disiplin adalah untuk
perkembangan pengendalian diri sendiri dan pengarahan diri sendiri (self
control and self direction) yaitu: dalam hal mana peserta didik dapat
mengarahkan diri sendiri tanpa pengaruh pengendalian dari luar.
Pengendalian diri berarti menguasai tingkah laku diri sendiri dengan
berpedoman norma-norma yang jelas, standar-standar dan aturan-aturan yang
sudah menjadi milik sendiri.Oleh karena itu orang tua haruslah secara efektif
dan terus menerus berusaha untuk memaikan peranan yang makin kecil dari
pekerjaan pendisiplinan itu, dengan secara bertahap untuk mengembangkan
pengendalian dan pengarahan diri sendiri itu pada anak-anaknya.

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2020 5
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

Berdasarkan narasi peranan sekolah dalam hal ini guru dan tenaga
kependidikan serta peranan orang tua yang penting dalam pembentukan
disiplin peserta didik maka salahsatu strategi implementasi komitmen
tersebut yakni dengan membuat “Kontrak (komitmen) kerja dari guru, orang
tua dan peserta didik (contoh penerapan di SMK Mitra Industri MM2100)”
sehingga proses pembinaan disiplin akan terjadi baik di sekolah maupun di
keluarga. Pembiasaan disiplin mengakibatkan munculnya kemauan diri sendiri
peserta didik akan pentingnya disiplin tersebut. Dengan adanya disiplin yang
tertanam dari diri peserta didik akan menjadikan mereka lebih aktif dan kreatif
dalam belajar. Dengan adanya disiplin belajar yang baik bagi peserta didik
akan meningkatkan serta memperbesar kemungkinan peserta didik untuk
berkreasi dan berprestasi. Sehingga apabila peserta didik memiliki displin
dalam waktu belajar makapeserta didik tersebut akan termotivasi untuk selalu
belajar dan belajar. Dengan adanya kesidiplinan yang telah diterapkan dan
ditanamkan akanmendukung keberhasilan dan kesuksesan bagi diri peserta
didik sendiri.

B. Latihan Dasar Kedisiplinan (LDK)


Dalam pola pembinaan pendidikan karakter kerja di SMK, sangat penting
untuk mengenalkan dan membentuk kedisiplinan peserta didik sebelum
mereka masuk ke dunia kerja. Salah satu kegiatan penerapan kedisiplinan
tersebut dapat dilaksanakan melalui Latihan Dasar Kedisiplinan (LDK) yang
diselenggarakan pada awal masuk sekolah dan merupakan bagian dari
kegiatan pendidikan karakter dan pembinaan mental. Sebelum kegiatan LDK,
peserta didik mengikuti Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Masa
Pengenalan Lingkungan Sekolah bagi peserta didik adalah kegiatan pertama
yang dilakukan ketika masuk sekolah untuk pengenalan ekosistem sekolah,
meliputi program, sarana dan prasarana sekolah, carabelajar, penanaman
konsep pengenalan diri, dan pembinaan awal kultur sekolah. Setelah
pelaksanaan MPLS dilanjutkan LDK. LDKyang dimaksud di sini sangat identik
dengan pola pembinaan keTarunaan yang mengutamakan penerapan dan
penegakkan kedisiplinansebagai bagian dari pembentukkan karakter kerja.
Perbedaan lain yang sangat identik dengan LDK adalah pemanggilan/
penyebutanpeserta didik dengan istilah “Taruna”.
1. Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS)
Pedoman Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah bagi Calon Taruna Baru di
tahun ajaran 2019/2020 ini telah mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan (Permendikbud) nomor 18 tahun 2016 tentang Pengenalan
Lingkungan Sekolah Bagi Calon Peserta Didik Baru. Tentunya ketika masa awal
masuk sekolah peserta didik akan menghadapi masa-masa orientasi / adaptasi

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
6 2020
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

dengan lingkungan baru di sekolah. Sekolah yang dimaksud adalah satuan


pendidikan formal yang diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah, dan Masyarakat dalam bentuk SD, SMP, SMA, SMK, sekolah pada jalur
pendidikan khusus, termasuk satuan pendidikan kerja sama.
Tujuan kegiatan MPLS bagi calon Taruna:
1) Mengenali potensi diri calon Taruna;
2) Membantu calon Taruna beradaptasi dengan lingkungan sekolah dan
sekitarnya, antara lain terhadap aspek keamanan, fasilitas umum, dan
sarana prasarana sekolah;
3) Menumbuhkan motivasi, semangat, dan cara elajar efektif sebagai calon
Taruna baru;
4) Mengembangkan interaksi positif antar calon Taruna dan warga sekolah
lainnya;
5) Menumbuhkan perilaku positif antara lain kejujuran, kemandirian, sikap
saling menghargai, menghormati keanekaragaman dan persatuan,
kedisiplinan, hidup bersih dan sehat untuk mewujudkan calon Taruna
yang memilki nilai integritas, etos kerja, dan semangat gotong royong.
Kegiatan Pengenalan Lingkungan Sekolah bagi Calon Taruna ini dapat
dilaksanakan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari pada minggu
pertama awal tahun pelajaran.kegiatan pengenalan lingkungan sekolah ini
hanya dilakukan pada hari sekolah dan jam pembelajaran. Pengecualian
terhadap jangka waktu pelaksanaan dapat diberikan kepada sekolah
berasrama dengan terlebih dahulu melaporkan kepada Dinas Pendidikan
Provinsi/Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya disertai dengan
rincian kegiatan Pengenalan Lingkungan Sekolah.
Pe n ye l e n g g a ra a n ke g i a t a n p e n ge n a l a n l i n g k u n g a n s e ko l a h
dilaksanakan oleh Guru dan dapat dibantu oleh Taruna (kakak kelas) apabila
terdapat keterbatasan jumlah guru dan/atau untuk efektivitas dan efisiensi
pelaksanaan pengenalan lingkungan sekolah dengan syarat sebagai
berikut:
1. Taruna merupakan pengurus Senat Taruna dan/atau Majelis Perwakilan
Kelas (MPK) dengan jumlah paling banyak 2 (dua) orang per rombongan
belajar/kelas; dan
2. Taruna tidak memiliki kecenderungan sifat -sifat buruk dan/atau riwayat
sebagai pelaku tindak kekerasan.
Pada kegiatan MPLS ini juga, pihak sekolah dalam hal ini kepala sekolah
sebagai penanggung jawab satuan pendidikan mensosialisasikan pentingnya
pencegahan tindak kekerasan dan pembentukan tim pencegahan tindak
kekerasan sesuai Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 82
Tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan pada

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2020 7
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

Gambar 2.3. Kegiatan LDK

Satuan Pendidikan dan peraturan perundang-undangan lainnya. Kegiatan


sosialisasi pencegahan tindak kekerasan secara rutin minimal setahun sekali
kepada pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan peserta didik.
Setelah kegiatan MPLS telah selesai maka dilanjutkan dengan kegiatan
LDK. Kegiatan LDK dapat dilakukan dengan bekerjasama dengan institusi TNI
atau POLRI (sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah) agar dapat
mendukung ketercapaian tujuan dari pelaksanaan LDK. Jadwal pelaksanaan
LDK dapat bervariasi sesuai program yang dibuat sekolah. Umumnya kegiatan
LDK dilaksanakan dengan rentang waktu 1 minggu hingga 1 bulan disesuaikan
karakteristik program keahlian, karakteristik daerah, pencapaian program
maupun karakter kerja yang akan dibentuk untuk memenuhi kebutuhan pasar
kerja industri. Kegiatan LDK dapat disesuaikan pelaksanaannya dengan proses
belajar mengajar dan terintegrasi ke dalam mata pelajaran sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dengan pola pembinaan oleh seluruh pendidik dan
tenaga kependidikan di sekolah tersebut.
Kegiatan LDK diberi pelatihan tentang dasar kedisplinan yang melatih
mental serta fisik (kesamaptaan dasar) yang bertujuan untuk melatih disiplin,
dari disiplin bangun, disiplin kegiatan (makan,tidur, mandi, olahraga), disiplin
berpakaian. Kepada calon Taruna diajarkan tentang kepatuhan terhadap
aturan dengan cara diberi peraturan yang harus dipatuhi selama pelaksaannya.
Pendidikan calon Taruna di mulai dengan pembiasaan aturan, sebab kelak
Taruna setelah lulus SMK akan memasuki dunia usaha/industri yang juga
mempunyai aturan tersendiri yang harus mereka patuhi juga. Saat LDK akan
diadakan pengkondisian calon Taruna dengan cara instruktur/pelatih
memberikan arahan dan aturan dengan cara calon Taruna akan disamaratakan
dengan memberi dokrin dan membentuk pribadi yang taat dan patuh serta siap
menghadapi segala risiko.
Materi kegiatan LDK diarahkan untuk mengembangkan rasa kepercayaan
diri peserta didik dan meningkatkan semangat juang melalui pelatihan bela
negara, dan berorientasi menjaga kerukunan dan menjalin persatuandan
kesatuan bangsa.Diharapkan lulusan SMK yang telah terbentuk

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
8 2020
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

kedisiplinannya memiliki kepercayaan diri terutama kemampuan/


kompetensinya, memiliki toleransi dan tanggung jawab terhadap dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2. Mengembangkan Kepercayaan Diri
Percaya diri (Self confidence) merupakan sikap individu yang yakin akan
kemampuannya untuk bertingkah laku sesuai dengan yang diharapkannya
sebagai suatu perasaan yang yakin pada tindakannya, bertanggung jawab
terhadap tindakannya dan tidak terpengaruh oleh orang lain. Orang yang
memiliki kepercayaan diri mempunyai ciri-ciri: toleransi, tidak memerlukan
dukungan orang lain dalam setiap mengambil keputusan atau mengerjakan
tugas, selalu bersikap optimis dan dinamis, serta memiliki dorongan prestasi
yang kuat.
Beberapa ciri atau karakteristik individu yang mempunyai rasa percaya
diri yang baik, yaitu:
a. Percaya akan kompetensi/kemampuan diri, hingga tidak membutuhkan
pujian, pengakuan, penerimaan, atau pun rasa hormat orang lain
b. Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi diterima oleh
orang lain atau kelompok
c. Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain - berani menjadi
diri sendiri
d. Punya pengendalian diri yang baik (tidak moody dan emosinya stabil)
e. Memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau kegagalan,
tergantung dari usaha diri sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib
atau keadaan serta tidak tergantung/mengharapkan bantuan orang lain)
f. Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain dan
situasi di luar dirinya
g. Memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga ketika
harapan itu tidak terwujud, ia tetap mampu melihat sisi positif dirinya dan
situasi yang terjadi.
Manfaat yang di dapat dalam mengembangkan kepercayaan diri antara lain:
1) Dapat menjadikan seseorang sangat menghargai waktu
2) Hidup akan terkontrol karena memiliki management hidup yang baik
3) Memiliki pandangan hidup yang luas tentang bagaimana nantinya, mau jadi
apa nantinya dan hidup tidak akan terbuang sia-sia.
Banyak dari calon Taruna yang baru masuk ke jenjang pendidikan
menengah seperti SMK merasa takut masuk di lingkungan baru atau masih
malu akibat kurang rasa percaya diri. Hal ini disebut sebagai harga diri rendah.
Ini seperti epidemi dalam kehidupan modern. Kita mungkin tidak
menyadarinya, karena dianggap biasa memasuki lingkungan baru tetapi
apabila percaya diri tidak diatasi dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari.

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2020 9
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

Berikut cara-cara yang efektif untuk meningkatkan rasa percaya diri :

1) Berhenti Khawatir Tentang Apa Yang Orang Lain Pikirkan kepada Anda
Ketika anda khawatir apa yang orang lain pikirkan tentang anda, mereka
juga khawatir apa yang orang lain hal dari mereka. Kebanyakan orang
sibuk memikirkan diri sendiri untuk berpikir tentang anda.
Berkonsentrasi pada pembangunan kepercayaan diri anda dan jangan
khawatir tentang hal apa yang orang lain pikirkan tentang anda.
2) Anda Harus Pelajari Bagaimana Menjadi Yakin
Kepercayaan diri adalah sifat yang bisa dipelajari, artinya bukan sesuatu
yang mewarisi. Belajar seumur hidup adalah keterampilan, dan
meningkatkan rasa percaya diri adalah sesuatu yang selalu bisa
dipelajari. Ini hampir seperti otot, anda harus melakukan sesuatu yang
kecil setiap hari untuk meningkatkan rasa percaya diri
3) Pandang Diri Sendiri Secara Positif
Cara pandang yang keliru kepada diri sendiri secara alam bawah sadar
membangun rasa minder, rasa takut bahkan rasa bersalah berlarut-larut.
Perasaan yang salah ini menjadikan seseorang selalu rendah diri dan
selalu merasa berada di belakang orang lain atau tertinggal dari
kebanyakan orang. Yang lebih buruk lagi, seseorang merasa ini adalah
“kutukan” yang tidak terhindarkan dari garis kehidupan. Sedemikian
cara agar percaya diri meningkat adalah memandang diri sendiri secara
positif. Yakinlah bahwa setiap orang memiliki berbagai macam
kelebihan dan kekurangan. Apa yang tidak dimiliki orang lain bisa jadi
anda memilikinya, demikian pula sebaliknya. Ubah cara pandang
terhadap diri sendiri terlebih dahulu untuk mengembangkan dan
meningkatkan percaya diri.
4) Tingkatkan Pengetahuan dan Keterampilan
Kita tidak akan pernah mengalami peningkatan percaya diri ketika
Keterampilan dan pengetahuan masih seperti dahulu. Tidak ada
wawasan dan Ilmu baru yang anda miliki, sementara orang lain semakin
hebat dan handal dalam bidang baru. Perluas ilmu pengetahuan dan
wawasan anda, karena informasi dan pengetahuan adalah kekuatan
anda menghadapi lingkungan dan orang-orang sekitar.Banyak
membaca, menulis, berdiskusi dan bertukar pikiran dengan orang lain,
sehingga pengalaman anda lebih cepat terakumulasi dari komunikasi
tersebut.Tekuni bidang keterampilan yang anda paling sukai dan
tambah terus keterampilan baru yang selaras dengan pengetahuan
anda.

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
10 2020
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

5) Terbuka terhadap Kritik dan Saran


Memang tidak mudah untuk menerima kritikan, namun mungkin anda
dapat belajar menerima saran. Setelah itu anda akan mampu menjadi
seseorang yang bijaksana dalam menerima umpan balik positif. Kritik
dan saran dapat anda jadikan sebuah inputan positif dengan sudut
pandang positif pula. Walau memiliki kelemahan, bukan berarti orang
lain segan memberikan masukan kepada anda, justru cobalah
membangun komunikasi dengan orang yang tepat yang selalu memberi
saran perbaikan kepada anda. Keterbukaan juga sebuah sifat dan
karakter yang baik dalam membina relasi dan kerjasama Tim. Sifat
terbuka membuat anda percaya diri tanpa berlebihan.

Kepercayaan diri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat


digolongkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
1) Faktor internal, meliputi:
a. Konsep diri. Terbentuknya keperayaan diri pada seseorang diawali
dengan perkembangan konsep diri yang diperoleh dalam pergaulan
suatu kelompok. Menurut Centi (1995), konsep diri merupakan
gagasan tentang dirinya sendiri. Seseorang yang mempunyai rasa
rendah diri biasanya mempunyai konsep diri negatif, sebaliknya
orang yang mempunyai rasa percaya diri akan memiliki konsep diri
positif.
b. Harga diri. Meadow (dalam Kusuma, 2005) Harga diri yaitu penilaian
yang dilakukan terhadap diri sendiri. Orang yang memiliki harga diri
tinggi akan menilai pribadi secara rasional dan benar bagi dirinya
serta mudah mengadakan hubungan dengan individu lain. Orang yang
mempunyai harga diri tinggi cenderung melihat dirinya sebagai
individu yang berhasil percaya bahwa usahanya mudah menerima
orang lain sebagaimana menerima dirinya sendiri. Akan tetapi orang
yang mempuyai harga diri rendah bersifat tergantung, kurang percaya
diri dan biasanya terbentur pada kesulitan sosial serta pesimis dalam
pergaulan.
c. Kondisi fisik. Perubahan kondisi fisik juga berpengaruh pada
kepercayaan diri. Anthony (1992) mengatakan penampilan fisik
merupakan penyebab utama rendahnya harga diri dan percaya diri
seseorang. Lauster (1997) juga berpendapat bahwa ketidakmampuan
fisik dapat menyebabkan rasa rendah diri yang kentara.
d. Pengalaman hidup. Lauster (1997) mengatakan bahwa kepercayaan
diri diperoleh dari pengalaman yang mengecewakan adalah paling
sering menjadi sumber timbulnya rasa rendah diri. Lebih lebih jika
pada dasarnya seseorang memiliki rasa tidak aman, kurang kasih
sayang dan kurang perhatian.
DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2020 11
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

2) Faktor Eksternal meliputi:


a. Pendidikan. Pendidikan mempengaruhi kepercayaan diri seseorang.
Anthony (1992) lebih lanjut mengungkapkan bahwa tingkat
pendidikan yang rendah cenderung membuat individu merasa
dibawah kekuasaan yang lebih pandai, sebaliknya individu yang
pendidikannya lebih tinggi cenderung akan menjadi mandiri dan
tidak perlu bergantung pada individu lain. Individu tersebut akan
mampu memenuhi keperluan hidup dengan rasa percaya diri dan
kekuatannya dengan memperhatikan situasi dari sudut kenyataan.
b. Pekerjaan. Rogers (dalam Kusuma, 2005) mengemukakan bahwa
bekerja dapat mengembangkan kreatifitas dan kemandirian serta rasa
percaya diri. Lebih lanjut dikemukakan bahwa rasa percaya diri dapat
muncul dengan melakukan pekerjaan, selain materi yang diperoleh.
Kepuasan dan rasa bangga di dapat karena mampu mengembangkan
kemampuan diri.
c. Lingkungan dan Pengalaman hidup. Lingkungan disini merupakan
lingkungan keluarga dan masyarakat. Dukungan yang baik yang
diterima dari lingkungan keluarga seperti anggota keluarga yang
saling berinteraksi dengan baik akan memberi rasa nyaman dan
percaya diri yang tinggi. Begitu juga dengan lingkungan masyarakat,
semakin bisa memenuhi norma dan diterima oleh masyarakat, maka
semakin lancar harga diri berkembang (Centi, 1995).

3. Pendidikan Bela Negara

Gambar 2.4. Kegiatan Bela Negara

Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjalin
kelangsungan hidupbangsa dan negara yang seutuhnya. Tiap-tiap warga
negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negaradan
syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan undang-undang.

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
12 2020
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

Kesadaran bela negara itu hakikatnya kesediaan berbakti pada negara dan
kesediaan berkorban membela negara. Spektrum bela negara itu sangat
luas, dari yang paling halus, hingga yang paling keras. Mulai dari hubungan
baik sesama warga negara sampai bersama-sama menangkal ancaman
nyata musuh bersenjata.Tercakup di dalamnya adalah bersikap dan berbuat
yang terbaik bagibangsa dan negara. Contoh-contoh Bela Negara
diantaranya adalah melestarikan budaya bangsa, belajar dengan rajin bagi
para pelajar, taat akan hukum dan aturan-aturan negara dan lain-lain. Oleh
karena itu unsur Dasar Bela Negara:
1) Cinta Tanah Air
2) Kesadaran Berbangsa & bernegara
3) Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara
4) Rela berkorban untuk bangsa & negara
5) Memiliki kemampuan awal bela negara
Dasar Hukum dan Peraturan tentang wajib Bela Negara di Indonesia
tercantum pada:
a. UUD Tahun 1945 pasal 27 ayat (3) yang menyatakan bahwa “Setiap
warga negara berhakdan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaannegara”.
b. UUD Tahun 1945 Pasal 30 ayat (1) dan (2)yang menyatakan bahwa “Tiap-
tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usahapertahanan
dan keamanan negara” dan “Usaha pertahanan dan keamanan negara
dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta
oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan
pendukung”.
c. Undang-Undang RI Nomor 39 Tahun 1999 Pasal 68 tentang Hak Asasi
Manusia yang didalamnya memuat “setiap warga negara wajib ikutserta
dalam upaya pembelaan negara”.
d. Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2002,mengamanatkan bahwa sistem
pertahanan negara diselenggarakan dengan memberdayakan seluruh
sumber daya nasional, yang setiap saatsiap didayagunakan.

Sebagai bangsa yang majemuk dan plural, baik dari sisi agama, etnis, suku,
maupun kelompok, maka sangat penting bagi sekolah untuk
menyelenggarakan pendidikan bela negara kepada semua elemen dan
komponen bangsa. Pendidikan Bela Negara sangat penting bagi peserta didik
agar supaya dapat memahami, menyadari dan menjiwai tentang nasionalisme,
patriotisme dan wawasan kebangsaan. Dalam penjelasan Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa
pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik
menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2020 13
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

Patut disadari sepenuhnya bahwa kesadaran bela negara bukanlah


sesuatu yang tumbuh dengan sendirinya dalam diri setiap warga negara.
Diperlukan upaya-upaya sadar dan terencana secara matang untuk
menanamkan dalam diri warga negara landasan dan nilai-nilai bela negara
sebagai berikut, yaitu:
1) Cinta terhadap tanah air. Program bela negara ini juga akan ditekankan
pentingnya menumbuhkan sikap dan perilaku cinta tanah air. Hal ini, sesuai
dengan definisi bela negara yakni sikap dan perilaku warga negara
Indonesia yang dijiwai cinta tanah airberdasarkan Pancasila dan UUD 1945
dalam menjamin keberlangsungan hidup berbangsa dan bernegara.
2) Sadar berbangsa dan bernegara. Bela negara biasanya selalu dikaitkan
dengan militer atau militerisme, seolah-olah kewajiban dan tanggung jawab
untuk membela negara hanya terletak pada TNI. Dalam program bela negara
juga menitikberatkan pada kesadaran bela negara yang merupakan satu hal
yang esensial dan harus dimiliki oleh setiap warga negara Indonesia,
sebagai wujud penunaian hak dan kewajibannya dalam upaya bela negara.
Kesadaran bela negara menjadi modal dasar sekaligus kekuatan bangsa,
dalam rangka menjaga keutuhan, kedaulatan serta kelangsungan hidup
bangsa dan negara Indonesia.
3) Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara. Nilai- nilai yang
dikembangkan dalam program bela negara adalah yakin pada Pancasila
sebagai ideologi negara, salah satu strategi dalam membangun daya tangkal
bangsa untuk menghadapi kompleksitas ancaman. Strategi ini akan
terwujud bila ada keterpaduan penyelenggaraan secara lintas sektoral,
sebagai wujud tanggung jawab bersama pembinaan sumber daya manusia
untuk mewujudkan keutuhan dan kelangsungan hidup NKRI. Diharapkan
ada kesepahaman bahwa pembinaan kesadaran bela negara sebagai upaya
membangun karakter bangsa Indonesia.
4) Rela berkorban untuk bangsa dan negara Indonesia. Program bela negara
juga memupuk warga negara agar mempunyai jiwa rela berkorban untuk
bangsa dan negara, yaitu bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran
untuk kemajuan bangsa dan negara, siap mengorbankan jiwa dan raga demi
membela bangsa dan negara dari berbagai ancaman, berpartisipasi aktif
dalam pembangunan masyarakat, bangsa dan negara, gemar membantu
sesama warga negara yang mengalami kesulitan dan yakin dan percaya
bahwa pengorbanan untuk bangsa dan negara tidak sia-sia.
5) Memiliki kemampuan awal bela negara. Secara psikis, yaitu memiliki
kecerdasan emosional, spiritual serta intelegensia, senantiasa memelihara
jiwa dan raganya serta memiliki sifat-sifat disiplin, ulet, kerja keras dan
tahan uji. Sedangkan secara fisik, yaitu memiliki kondisi kesehatan, dan
keterampilan jasmani.

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
14 2020
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

Gambar 2.4. Kerukunan Antar Suku, Agama Atau Ras

Kelima nilai dasar bela negara hendaknya dipandang sebagai pegangan


hidup berbangsa yang harus dihayati oleh para warga negara Indonesia p a d a
semua lapisan. Demikan juga, pendidikan dipandang sebagai jalan atau
sarana yang paling tepat untuk menyadarkan para warga negara akan
pentingnya nilai-nilai bela negara. Karena sebagai sarana penyadaran,
pendidikan menerangi akal, menggugah dan menghangatkan rasa, dan
memperteguh kehendak para warga negara sehingga memiliki rasa-
memiliki (sense of belonging), rasa tanggung jawab (sense of responsibility)
dan komitmen yang tinggi terhadap nasib bangsa dan negaranya. Sehingga
diharapkan hasil yang dapat dicapai dari pendidikan kesadaran bela negara
adalah setiap warga negara yang sadar akan hak dan kewajibannya
membela negara, dan yang mampu menjaga kedaulatan negara, keutuhan
wilayah, dan keselamatan segenap bangsa.
4. Menjaga Kerukunan
Leluhur bangsa Indonesia adalah orang-orang yang arif serta
bijaksana. Budaya serta tradisi dibuat agar kehidupan dalam masyarakt
semakin lengkap. Karena sifat kemajemukan budaya bangsa Indonesia yang
beraneka ragam, maka kerukunan dalam berbudaya juga perlu diperhatikan.
Lain ladang lain belalang, lain daerah lainpula budayanya. Oleh karena itu
jika kita bepergian ke suatu tempat yang memiliki budaya yang sangat
berbeda dengan budaya dari mana kita berasal, maka sudah kewajiban kita
dengan senang hati untuk menghormati serta mengikuti budaya setempat
tersebut. Di dalam membangun, memelihara, membina, mempertahankan,
serta memberdayakan kerukunan bermasyarakat yang multikultur.
DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2020 15
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

Pada awalnya hanya dikenal dengan istilah pluralisme yang mengacu


pada keragaman etnis dan budaya dalam suatu daerah atau negara.
Multikulturalisme terkadang ditafsirkan sebagai ideologi yang menghendaki
adanya persatuan dari berbagai kelompok kebudayaan dengan hak dan status
sosial politik yang sama dalam masyarakat modern. Budaya yang mesti
dipahami, adalah bukan budaya dalam arti sempit, melainkan mesti dipahami
sebagai semua dialektika manusia terhadap kehidupannya. Dialektika ini akan
melahirkan banyak wajah, seperti sejarah, pemikiran, budaya verbal, bahasa
dan lain-lain. Konsep tentang mutikulturalisme, sebagaimana konsep ilmu-
ilmu sosial dan kemanusiaan yang tidak bebas nilai, tidak luput dari pengayaan
maupun penyesuaian ketika dikaji untuk diterapkan. Demikian pula ketika
konsep ini masuk ke Indonesia, yang dikenal dengan sosok keberagamannya.
Upaya-upaya yang berkaitan dengan kegiatan kerukunan masyarakat
tersebut merupakan sebuah proses tahap demi tahap yang harus dilalui secara
terus menerus agar perwujudan kerukunan bermasyarakat benar-benar dapat
tercapai. Di samping itu, kerukunan juga merupakan upaya terus-menerus
tanpa henti dan hasilnya tidak diperoleh secara instan.
Undang Undang Dasar 1945 bab IX Pasal 19 Ayat (1) menyiratkan bahwa
agama dan syariat agama dihormati dan didudukkan dalam nilai asasi
kehidupan bangsa dan negara. Dan setiap pemeluk agama bebas menganut
agamanya dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu. Kerukunan
dan keharmonisan hidup seluruh masyarakat akan senantiasa terpelihara dan
terjamin selama nilai-nilai (UUD 1945, Pancasila, NKRI dan Bhineka Tunggal
Ika) dipegang teguh secara konsekwen oleh masing-masing warga negara.
Sebagai tindak lanjut kerukunan tersebut, dapat diimplementasikan
diantaranya melalui:
1) Sosialisasi tentang kerukunan antar umat beragama.
2) Melayani dan menyediakan kemudahan bagi penganut agama.
3) Tidak mencampuri urusan akidah/dogma dan ibadah suatu agama.
4) Negara dan pemerintah membantu/membimbing penunaian ajaran
agama dan merumuskan landasan hukum yang jelas dan
kokoh tentang tata hubunganantar umat beragama.
5) Membentuk forum kerukunan antar umat beragama.
6) Meningkatkan wawasan kebangsaan dan multikultural melalui
jalurp endidikan formal, informal dan non formal.
7) Meningkatkan pemberdayaan sumber daya manusia (tokoh agama dan
tokoh masyarakat) untuk ketahanan dan kerukunan masyarakat pada
umumnya dan umat pada khususnya.
8) Melindungi agama dari penyalahgunaan dan penodaan.
9) Aksi sosial bersama antar umat beragama

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
16 2020
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

Gambar 2.5. Sifat Kekeluargaan dan Jiwa Gotong-royong

5. Pentingnya Persatuan dan Kesatuan Bangsa


Demokrasi tidak datang dengan tiba-tiba. Ia merupakan proses
panjang melalui pembiasan, pembelajaran dan penghayatan. Untuk tujuan
ini dukungan sosial dan lingkungan demokrasi adalah mutlak dibutuhkan.
Kesatuan bangsa Indonesia yang kita rasakan saat ini, itu terjadi dalam
proses yang dinamis dan berlangsung lama, karena persatuan dan kesatuan
bangsa terbentuk dari proses yang tumbuh dari unsur-unsur sosial budaya
masyarakat Indonesia sendiri, yang ditempa dalam jangkauan waktu yang
lama sekali. Unsur-unsur sosial budaya itu antara lain sepertisifat
kekeluargaan dan jiwa gotong-royong. Kedua unsur itu merupakan sifat-
sifat pokok bangsa Indonesia yang dituntun oleh asas kemanusiaan dan
kebudayaan.Karena masuknya kebudayaan dari luar, maka terjadi proses
akulturasi (percampuran kebudayaan). Kebudayaan dari luar itu adalah
kebudayaan Hindu, Islam, Kristen dan unsur-unsur kebudayaan lain yang
beraneka ragam. Semua unsur-unsur kebudayaan dari luar yang masuk
diseleksi oleh bangsa Indonesia. Kemudian sifat-sifat lain terlihat dalam
setiap pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupan bersama yang
senantiasa dilakukan dengan jalan musyawarah dan mufakat. Hal itulah
yang mendorong terwujudnya persatuan bangsa Indonesia. Jadi makna dan
pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa dapat mewujudkan sifat
kekeluargaan, jiwa gotong-royong, musyawarah dan lain sebagainya.
Tahap-tahap pembinaan persatuan bangsa Indonesia itu yang paling
menonjol ialah sebagai berikut:
1) Perasaan senasib.
2) Kebangkitan Nasional
3) Sumpah Pemuda
4) Proklamasi Kemerdekaan

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2020 17
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

Hal-hal yang berhubungan dengan arti dan makna persatuan Indonesia


apabila dikaji lebih jauh, terdapat beberapa prinsip yang juga harus kita
hayati serta kita pahami dan amalkan yakni:
1) Prinsip Bhineka Tunggal Ika.
Prinsip ini mengharuskan kita mengakui bahwa bangsa Indonesia
merupakan bangsa yang terdiri dari berbagai suku, bahasa, agama dan
adat kebiasaan yang majemuk. Hal ini mewajibkan kita bersatu sebagai
bangsa Indonesia.
2) Prinsip Nasionalisme Indonesia.
Kita mencintai bangsa kita, tidak berarti bahwa kita mengagung-
agungkan bangsa kita sendiri. Nasionalisme Indonesia tidak berarti
bahwa kita merasa lebih unggul daripada bangsa lain. Kita tidak ingin
memaksakan kehendak kita kepada bangsa lain, sebab pandangan
semacam ini hanya mencelakakan kita. Selain tidak realistis, sikap
seperti itu juga bertentangan dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan
Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3) Prinsip Kebebasan yang Bertanggungjawab
Manusia Indonesia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Ia
memiliki kebebasan dan tanggung jawab terhadap dirinya, terhadap
sesamanya dan dalam hubungannya dengan Tuhan Yang maha Esa.
4) Prinsip Wawasan Nusantara
Dengan wawasan itu, kedudukan manusia Indonesia ditempatkan dalam
kerangka kesatuan politik, sosial, budaya, ekonomi, serta pertahanan
keamanan. Dengan wawasan itu manusia Indonesia merasa satu, senasib
sepenanggungan, sebangsa dan setanah air, serta mempunyai satu
tekad dalam mencapai cita-cita pembangunan nasional.
5) Prinsip Persatuan Pembangunan untuk Mewujudkan Cita-cita Reformasi.
Dengan semangat persatuan Indonesia kita harus dapat mengisi
kemerdekaan serta melanjutkan pembangunan menuju masyarakat yang
adil dan makmur.
Pengamalan Nilai-nilai Persatuan dan Kesatuan tentu dengan
mempertahankan Persatuan dan Kesatuan Wilayah Indonesia. Pepatah
mengatakan “bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”. Oleh karena itu yang
perlu kita tegakkan dan lakukan adalah:
a. Meningkatkan semangat kekeluargaan, gotong-royong dan
musyawarah;
b. Meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia dalam berbagai aspek
kehidupan
c. Pembangunan yang merata serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia;

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
18 2020
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

d. Memberikan otonomi daerah;


e. Memperkuat sendi-sendi hukum nasional serta adanya kepastian
hukum
f. Perlindungan, jaminan serta menjunjung tinggi hak asasi manusia;
g. Memperkuat sistem pertahanan dan keamanan sehingga masyarakat
merasaterlindungi.
h. Meningkatkan semangat Bhinneka Tunggal Ika.
i. Mengembangkan semangat kekeluargaan.Yang perlu kita lakukan setiap
hari usahakan atau “budayakan saling bertegur sapa.
j. Menghindari penonjolan sara/perbedaan. Karena bangsa Indonesia
terdiri dari berbagai macam suku, bahasa, agama serta adat-istiadat
kebiasaan yang berbeda-beda, maka kita tidak boleh melakukan
perbuatan yang dapat menimbulkan perpecahan. Oleh karena itu yang
harus kita hindari antara lain Egoisme, Ekstrimismec, Sukuisme dan
Profinsialisme.
k. Acuh tak acuh tidak peduli terhadap lingkungan
l. Fanatisme yang berlebih-lebihan dan lain sebagainya.
Membangun Persatuan dan kesatuan mencakup upaya memperbaiki
kondisi kemanusiaan lebih baik dari hari kemarin. Semangat untuk
senantiasa memperbaiki kualitas diri ini amat sejalan dengan perlunya
menyiapkan diri menghadapi tantangan masa depan yang kian kompetitif.
Untuk dapat memacu diri, agar terbina persatuan dan kesatuan hal yang
perlu dilakukan:

C. Lembar Kegiatan
Lembar Kegiatan 1. Simulasi Latihan Dasar Kedisiplinan
Langkah-langkah kegiatan:
1. Peserta menyimak pengantar
2. Peserta menyimak penjelasan narasumber tentang materi pembinaan
kedisiplinan Taruna
3. Peserta mendapatkan dan diminta untuk membaca materi pembinaan
kedisiplinan Taruna
4. Peserta membentuk kelompok kecil beranggotakan 5-6 orang
5. Setiap kelompok menyusun program pelaksanaanLDK di sekolah sesuai
format LK 1. yang telah ditentukan
6. Perwakilan peserta melakukan presentasi dan tanya jawab terhadap
materi yang disajikan
7. Peserta menyimak penguatan.

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2020 19
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

LK 1. Program pelaksanaan LDK


Hari/Tanggal
No Kegiatan Pelaksana Tempat Bahan Bacaan
Pelaksanaan
1 Contoh : MPLS : Visi Misi
Senin sd Pengenalan Waka R. AULA SMK
Sabtu, KBM Kurikulum Pedoman
16 - 21 Juli Pengenalan Waka. R. Pendidikan
2019 Pendidikan Ketarunaan AULA/Lingkungan Karakter
Karakter sekolah Ketarunaan
berbasis Modul
Taruna Pembinaan
Kontrak Kepala R. AULA Kedisiplinan
Kerja sekolah Taruna
Dasar TNI Lapangan Upacara Permendikbud
Kesamaptaan Profil lulusan
PBB TNI Lapangan Upacara SMK
dll

Lembar Kegiatan 2. Simulasi koordinasi kegiatan LDK


Langkah-langkah kegiatan:
1. Peserta menyimak pengantar
2. Peserta menyimak penjelasan narasumber tentang materi pembinaan
kedisiplinan Taruna
3. Peserta mendapatkan dan diminta untuk membaca materi pembinaan
kedisiplinan Taruna
4. Peserta membentuk kelompok kecil beranggotakan 5-6 orang
5. Setiap kelompok menyusun rencana pelaksanaan koordinasi dengan
institusi TNI/POLRI dalam pelaksanaan LDK dan Kesamaptaan sesuai
format LK 1. yang telah ditentukan
6. Setiap kelompok melakukan simulasikoordinasi dengan institusi
TNI/POLRI dalam pelaksanaan LDK dam kesamaptaan di sekolah
menggunakan Format LK.
7. Peserta menyimak penguatan

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
20 2020
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

LK 2.Rencana pelaksanaan koordinasi dengan institusi


TNI/POLRI dalam pelaksanaan LDK dan Kesamaptaan
Hari/Tanggal Mekanisme
No Indikator Materi Keterangan
Pelaksanaan Pelaksanaan
1 Contoh : § Dasar · Waktu · Lampiran
Jum’at Kesamaptaan Pelaksanaan MoU
13 Juli 2019 § PBB · Tempat · Jadwal
§ Kesamaptaan pelaksanaan Pelaksanaan
jasmani · Jumlah yang
§ Kesamaptaan Taruna ditandatangani
mental · Anggaran intruktur/pelatih
§ Paskibraka · dsb · Dokumentasi
§ Bela Diri
§ dll

D. Refleksi
Petunjuk :
a. Simaklah pertanyaan refleksi berikut:
1. Bagaimana kesan anda setelah mengikuti materi ini?
2. Apakah anda telah menguasai materi ini? Jika ada materi yang belum
dikuasai tulis materi apa saja.
3. Manfaat apa yang anda peroleh setelah menyelesaikan materi ini?
4. Apa yang akan anda lakukan setelah menyelesaikan materi ini?
b. Tulislah jawaban anda pada lembar kertas yang disediakan fasilitor!
c. Kumpulkan hasil refleksi pada fasilitator anda !

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2020 21
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

BAB III
IMPLEMENTASI PERATURAN BARIS BERBARIS (PBB)

A. Peraturan Baris-Berbaris (PBB)


Pengertian Baris-Berbaris (PBB) adalah suatu wujud latihan fisik,
diperlukan guna menanamkan kebiasaan dalam tata cara hidup dalam rangka
membina dan kerjasama antar Taruna. Salah satu dasar pembinaan disiplin
adalah latihan PBB yang bertujuan untuk mewujudkan disiplin yang prima,
agar dapat menunjang pelayanan yang prima pula, juga dapat membentuk
sikap, pembentukan disiplin, membina kebersamaan dan kesetiakawanan dan
lain sebagainya. Pokok-pokok materi baris-berbaris diberikan untuk mengikuti
kegiatan apel dan kegiatan upacara dengan melakukan gerakan di tempat dan
berjalan yang serba tertib guna mendukung penegakan disiplin dalam
pelaksanaan baris-berbaris.
Manfaat mempelajari baris-berbaris yaitu guna menumbuhkan sikap
jasmani yang tegap dan tangkas, rasa persatuan, disiplin. Dengan demikian
Taruna senantiasa dapat mengutamakan kepentingan tugas diatas
kepentingan individu dan secara tidak langsung juga menanamkan rasa
tanggung jawab. Menumbuhkan sikap jasmani yang tegap dan tangkas adalah
mengarahkan pertumbuhan tubuh yang diperlukan oleh tugas pokok tersebut
dengan sempurna. Pengertian rasa persatuan adalah adanya rasa senasib
sepenanggungan serta terbangunnya ikatan batin yang sangat diperlukan
dalam menjalankan tugas.
Praktik pelaksanaan PBB sangat bermanfaat bagi Taruna selama
mengikuti pendidikan maupun setelah pendidikan, guna mendukung tugas
pokok, pembinaan disiplin dan memupuk rasa kebersamaan antar Taruna yang
dilatih melalui kegiatan PBB, dengan melakukan gerakan-gerakan energik
berdisiplin yang tinggi, serta penciptaan rasa karsa dari latihan PBB sebagai
bekal dalam pelaksanaan tugas.

Gambar 3.1. Praktik Pelaksanaan PBB

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
22 2020
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

Aturan pelaksanaan baris-berbaris dapat diuraikan sebagai berikut:


1. Aba-aba/Instruksi
Pengertian aba-aba/instruksi adalah perintah yang diberikan oleh
seorang Komandan/ pemimpin kelompok dan kepada anggota/ pasukan untuk
dilaksanakan pada waktunya secara serentak atau berturut-turut.
Berdasarkan jenisnya, aba-aba terdiri atas 3 bagian dengan urutan aba-aba
petunjuk, peringatan, dan pelaksanaan.
Aba-aba petunjuk dipergunakan hanya jika perlu, untuk menegaskan
maksud dari pada aba-aba peringatan/pelaksanaan. Contoh:
a. Untuk perhatian - Istirahat Ditempat = GERAK
b. Untuk istirahat – Bubar = JALAN.
c. Jika aba-aba ditujukan khusus terhadap salahsatu bagian dari suatu
keutuhan barisan: Barisan Kelompok II – S i a p = GERAK.
Aba-aba peringatan adalah inti perintah yang cukup jelas, untuk dapat
dilaksanakan tanpa ragu-ragu. Contoh:
a. Lencangkanan = GERAK, dan bukan LENCANG = KANAN.
b. Duduksiap = GERAK, dan bukan di tempat duduk siap = GERAK.
c. Istirahat ditempat = GERAK.
Aba-aba pelaksanaan adalah ketegasan mengenai saat untuk melaksanakan
aba-aba petunjuk/peringatan dengan cara serentak atau berturut-turut. A b a -
aba pelaksanaan yang dipakai ialah: GERAK, JALAN, dan MULAI.
GERAK adalah aba-aba yang dipakai untuk gerakan-gerakan tanpa
meninggalkan tempat yang menggunakan kaki dan gerakan-gerakan yang
memakai anggota tubuh lain, baik dalam keadaan berjalan dan berhenti.
Contoh:
a. Jalan ditempat = GERAK
b. Siap = GERAK
c. Hormat Kanan = GERAK
d. Hormat = GERAK.
JALAN adalah aba-aba yang dipakai untuk gerakan-gerakan kaki yang
dilakukan dengan meninggalkan tempat. Contoh:
a. Haluan Kanan/k i r i = JALAN
b. Dua langkah kedepan = JALAN
c. Tiga langkah kekiri = JALAN
d. Satu langkah kebelakang = JALAN
Gerakan meninggalkan tempat tidak dibatasi jaraknya, maka aba-aba
pelaksanaan harus didahului dengan aba-aba peringatan; maju. Contoh :
a. Maju = JALAN
b. Haluan kanan/Kiri Maju = JALAN

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2020 23
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

c. Hadap Kanan/Kiri Maju = JALAN


d. Melintangkanan/Kiri Maju = JALAN
MULAI adalah aba-aba untuk dipakai pada pelaksanaan perintah yang harus
dikerjakan berturut-turut. Contoh:
a. Hitung = MULAI
b. Berbanjar / bersaf / Kumpul = MULAI.
Cara menulis aba-aba:
a. Aba-aba petunjuk ditulis dengan huruf besar dan ditulis seterusnya
dengan huruf kecil, atau semuanya huruf besar.
b. Aba-aba peringatan dimulai dengan huruf besar dan ditulis seterusnya
dengan huruf kecil dalam jarak penulisan yang satu dengan yang lain
agak jarang, atau semuanya huruf besar.
c. Aba-aba pelaksanaan ditulis seluruhnya dengan huruf besar.
d. Semua aba-aba di tulis lengkap, walaupun ucapannya dapat
dipersingkat.
e. Di antara aba-aba petunjuk dan aba-aba peringatan terhadap garis
penyambung/ koma, antara aba-aba peringatan dan aba-aba
pelaksanaan terdapat dua garis bersusun/koma.
Cara memberi aba-aba:
a. Waktu memberi aba-aba, pemberi aba-aba harus berdiri dalam sikap
sempurna dan menghadap pasukan.
b. Apabila aba-aba yang diberikan itu berlaku juga untuk si pemberi aba-
aba, maka pada saat memberikan aba-aba tidak menghadap pasukan.
Contoh pada saat Pimpinan Upacara memberi aba-aba penghormatan
kepada Inspektur upacara: H o r m a t = GERAK.
Aba-aba yang diberikan pada saat itu, Pimpinan Upacara menghadap ke
arah Inspektur upacara sambil melakukan gerakan penghormatan bersama-
sama dengan pasukan. Setelah penghormatan selesai dijawab/dibalas oleh
Inspektur upacara maka dalam sikap “Sedang memberi hormat” Pimpinan
Upacara memberikan aba-aba: Tegak = GERAK dan setelah aba-aba itu
Pimpinan Upacara bersama-sama pasukan kembali ke sikap sempurna. Contoh
lainnya adalah pada saat aba-aba menyiapkan pasukan, pada saat Inspektur
upacara memasuki lapangan upacara dan setelah amanat Inspektur upacara
selesai, Pimpinan Upacara tidak menghadap pasukan.
a. Semua aba–aba diucapkan dengan suara nyaring, tegas dan
bersemangat.
b. Pemberian aba-aba peringatan wajib diberi nada pada suku kata
pertama dan terakhir. Nada suku kata terakhir diucapkan lebih panjang
menurut besar kecilnya pasukan. Aba-aba pelaksanaan senantiasa
diucapkan dengan cara yang di “hentakkan”. Waktu antara aba-aba

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
24 2020
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

peringatan dan aba-aba pelaksanaan diperpanjang sesuai dengan besar


kecilnya pasukan dan/atau tingkatan perhatian pasukan (konsentrasi
perhatian). Dilarang memberikan keterangan-keterangan lain disela-
sela aba-aba pelaksanaan.
c. Bila ada suatu bagian aba-aba diperlukan pembetulan, maka
dikeluarkan perintah “Ulangi”. Contoh: Lencang Depan = Ulangi
Lencang Kanan = Gerak. Gerakan yang tidak termasuk aba-aba tetapi
harus dijalankan pula, dapat diberikan petunjuk-petunjuk dengan
suara yang nyaring, tegas dan bersemangat.
2. Gerakan di Tempat
Berikut ini akan dijelaskan sebelas gerakan di tempat:
1) Sikap Sempurna
Aba-aba: Siap = GERAK
Pelaksanaan: Pada aba-aba pelaksanaan badan/tubuh berdiri tegap,
kedua tumit rapat kedua kaki merupakan sudut 45°, lutut lurus dan paha
dirapatkan, berat badan dibagi atas kedua kaki.
Perut ditarik sedikit dan dada dibusungkan, pundak ditarik ke belakang
sedikit dan tidak dinaikkan. Lengan rapat pada badan, pergelangan
tangan lurus, jari-jari tangan menggenggam tidak terpaksa dirapatkan
pada paha, punggung ibu jari menghadap ke depan merapat pada
jahitan celana, leher lurus, dagu ditarik sedikit ke belakang, mulut
ditutup, mata memandang lurus mendatar kedepan, dan bernapas
sewajarnya.
2) Istirahat
Aba-aba: Istirahat ditempat = GERAK
Pelaksanaan: Pada aba-aba pelaksanaan, kaki kiri dipindahkan ke
samping kiri dengan jarak sepanjang telapak kaki (+ 30 cm). Kedua belah
lengan dibawa ke belakang di bawah pinggang, punggung tangan kanan
di atas telapak tangan kiri, tangan kanan dikepalkan dengan dilemaskan,
tangan kiri memegang pergelangan tangan kanan diantara ibu jari dan
telunjuk serta kedua lengan dilemaskan, dada dibusungkan dan selama
istirahat badan tidak boleh bergerak.
Catatan:
a. Dalam keadaan Parade dimana diperlukan pemusatan pikiran dan
kerapian, istirahat dilakukan atas aba-aba “Parade istirahat ditempat
= GERAK”. Pelaksanaan: Sama dengan tersebut di atas, hanya
tangan ditarik ke atas sedikit (dipinggang), tidak boleh bergerak,
berbicara dan pandangan tetap ke depan.

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2020 25
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

b. Dalam keadaan Parade maupun bukan Parade apabila akan diberikan


sesuatu amanat oleh atasan, maka istirahat dilakukan atas aba-aba:
untuk perhatian –istirahat di-tempat =GERAK
c. Pelaksanaan: sama dengan tersebut dalam poin pertama, dan
pandangan ditujukan kepada pemberi perhatian/amanat. Pada akhir
perhatian/amanat, pasukan secara serentak mengambil sikap
sempurna, kemudian ke sikap istirahat
3) Periksa Kerapian
Aba-aba: Periksa Kerapian = MULAI
Periksa kerapian dimaksudkan untuk merapikan perlengkapan yang
dipakai anggota pada saat itu dan pasukan dalam keadaan istirahat.
Pelaksanaan:
a. Pada aba-aba peringatan, pasukan secara serentak mengambil sikap
sempurna
b. Pada saat aba-aba pelaksanaan dengan serentak membungkukkan
badan masing-masing, mulai memeriksa atau membetulkan
perlengkapannya dari bawah (ujung kaki) ke atas sampai ke tutup
kepala.
c. Setelah yakin sudah rapi, masing-masing anggota pasukan mengambil
sikap sempurna
d.Setelah pelatih/ komandan pasukan melihat semua anggota
pasukannya sudah selesai dan sudah dalam keadaan sikap sempurna,
maka pelatih/ komandan pasukan memberi aba-aba =SELESAI
Pasukan dengan serentak mengambil sikap istirahat
4) Berkumpul
Pada dasarnya berkumpul selalu dilakukan dengan bersaf kecuali
jika keadaan ruang tidak memungkinkan.“Berkumpul bersaf”, Aba-aba
peringatan, dan yang memimpin pasukan menunjuk salah seorang
anggota sebagai penjuru. Orang yang ditunjuk sebagai penjuru
mengambil sikap sempurna dan menghadap penuh kepada komandan/
yang memberi perintah, selanjutnya mengucapkan: “Siap (sebut nama
sendiri) sebagai Penjuru”. Penjuru mengambil sikap untuk lari,
kemudian lari menuju kedepan Komandan/ yang memberi perintah
pada jarak + 4 langkah di depan Komandan/ yang memberi Perintah.
Pada waktu aba-aba peringatan, maka anggota lainnya mengambil
sikap sempurna dan menghadap penuh kepada Komandan yang
memberi perintah.Pada aba-aba pelaksanaan, seluruh anggota (kecuali
penjuru) secara serentak mengambil sikap lari, kemudian lari menuju
samping kiri penjuru, selanjutnya penjuru mengucapkan
“Luruskan”.Anggota lainnya secara berturut-turut meluruskan diri

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
26 2020
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

dengan mengangkat lengan kanan disamping kanan, tangan kanan


digenggam, punggung tangan menghadap ke atas.Kepala dipalingkan
ke kanan dan meluruskan diri, hingga dapat melihat dada orang-orang
yang di sebelah kanannya sampai ke penjuru kanan, tangan kanan
menyentuh bahu kiri dari orang yang disebelah kanannya. Penjuru
melihat kiri, setelah barisan terlihat lurus maka penjuru mengucapkan
“Lurus” pada isyarat ini penjuru melihat ke depan serta yang lain secara
serentak menurunkan lengan kanan, melihat ke depan dan kembali ke
sikap sempurna.
5) Berkumpul Berbanjar.
Aba-aba: berbanjar: Banjar-Kumpul = MULAI
Pelaksanaan: Pada aba-aba pelaksanaan, seluruh anggota (kecuali
penjuru) secara serentak mengambil sikap lari, kemudian lari menuju
belakang penjuru, selanjutnya penjuru mengucapkan “luruskan”.
Anggota lainnya secara berturut-turut meluruskan diri dengan
mengangkat lengan kanannya ke depan, tangan digenggam, punggung
tangan menghadap ke atas dan mengambil jarak satu lengan ditambah
dua kepal dari orang yang ada di depannya dan meluruskan diri ke
depan. Setelah orang yang paling belakang/banjar kanan paling
belakang melihat barisannya sudah lurus, maka ia memberikan isyarat
dengan mengucapkan “Lurus”. Pada isyarat ini, seluruh anggota yang di
banjar kanan serentak menurunkan lengan kanan dan kembali ke sikap
sempurna.
6) Lencang Kanan/Kiri
Lencang kanan/kiri: (hanya dalam bentuk bersaf) Aba-aba: L e n c a n g K a
n a n/ K i r i = GERAK.
Pelaksanaan: Gerakan ini dilaksanakan dalam sikap sempurna. Pada aba-
aba pelaksanaan semua mengangkat lengan kanan/ kiri kesamping
kanan/kiri, jari-jari tangan kanan/kiri digenggam, punggung tangan
menghadap ke atas. Bersamaan dengan ini kepala dipalingkan ke
kanan/kiri dengan tidak terpaksa, kecuali penjuru kanan/kiri tetap
menghadap ke depan.Masing-masing meluruskan diri hingga dapat
melihat dada orang-orang yang berada di sebelah kanan/kiri sampai
kepala penjuru kanan/ kirinya, jarak ke samping kanan harus sedemikian
rupa, hingga masing-masing jari-jari yang digenggam menyentuh bahu
kanan/kiri orang yang berada di sebelah kanan/kirinya. Kalau lencang
kiri maka masing-masing tangan kirinya menyentuh bahu kanan orang
yang berada di sebelah kirinya, Penjuru kanan/kiri tidak berubah
tempat.

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2020 27
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

7) Setengah lengan lencang kanan/kiri


Aba-aba: Setengah lengan lencang kanan/ kiri = GERAK.Pelaksanaan:
Seperti lencang kanan/ kiri, tetapi tangan kanan/ kiri dipinggang
(bertolak pinggang) dengan siku menyentuh lengan orang yang berdiri
di sebelah kanan/ kirinya, pergelangan tangan lurus, ibu jari di sebelah
belakang dan empat jari lainnya rapat satu dengan lainnya di sebelah
depan. Pada aba-aba Tegak = GERAK semua serentak menurunkan
lengan memalingkan muka kembali ke depan dan berdiri dalam sikap
sempurna
8) Lencang Depan (Hanya dalam bentuk berbanjar)
Aba-aba: Lencang depan = GERAK
Pelaksanaan: Penjuru tetap sikap sempurna, banjar kanan nomor dua
dan seterusnya meluruskan ke depan, dengan mengangkat tangan, bila
berbanjar tiga maka baris terdepan mengambil antara satu
lengan/setengah lengan disamping kanan, setelah lurus menurunkan
tangan, serta menegakkan kepala kembali dengan serentak. Anggota-
anggota yang ada dibanjar tengah dan kiri melaksanakannya tanpa
mengangkat tangan.
9) Cara Berhitung
Aba-aba: H i t u n g = MULAI
Pelaksanaan: Jika bersaf maka pada aba-aba peringatan penjuru tetap
melihat ke depan sedangkan anggota lainnya pada baris depan
memalingkan muka ke kanan. Pada aba-aba pelaksanaan, berturut-turut
tiap anggota mulai dari penjuru kanan menyebut nomornya sambil
memalingkan muka kembali ke depan. Jika berbanjar maka pada aba-
aba peringatan semua anggota tetap dalam sikap sempurna. Pada aba-
aba pelaksanaan tiap anggota mulai dari penjuru kanan depan berturut-
turut ke belakang menyebutkan nomornya masing-masing.
10) Perubahan Arah
a. Hadap Kanan/ kiri
Aba-aba; h a d a p k a n a n / k i r i = GERAK
Pelaksanaan:
1.Kaki kanan/ kiri diajukan melintang di depan kaki kanan/ kiri lekuk
kaki kanan/kiri berada diujung kaki kanan/ kiri, berat badan
berpindah ke kaki kanan/kiri
2.Tumit kaki kanan/ kiri dengan badan diputar ke kanan/ kiri 90°
3.Kaki kanan/ kiri dirapatkan kembali ke kaki kanan/ kiri seperti dalam
keadaan sikap sempurna

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
28 2020
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

b. Hadap Serong Kanan/Kiri


Aba-aba: H a d a p s e r o n g K a n a n / k i r i = GERAK
Pelaksanaan:
1.Kaki kanan/kiri diajukan ke muka sejajar dengan kaki kanan/ kiri
Berputar arah 45° ke kanan/kiri
2.Kaki kanan/kiri dirapatkan kembali ke kaki kanan/ kiri seperti dalam
keadaan sikap sempurna
c. Balik Kanan
Aba-aba: B a l i k K a n a n = GERAK
Pelaksanaan: Pada aba-aba pelaksanaan kaki kiri diajukan melintang
(lebih dalam dari hadap kanan) di depan kaki kanan, tumit kaki kanan
beserta badan diputar ke kanan 180° kaki kiri dirapatkan pada kaki
kanan.
11) Membuka/Menutup Barisan
a. Buka Barisan Aba-aba: B u k a B a r i s a n = JALAN
Pelaksanaan: Pada aba-aba pelaksanaan regu kanan dan kiri masing-
masing membuka satu langkah ke kanan dan ke kiri sedangkan regu
tengah tetap di tempat
b. Tutup Barisan
Aba-aba: T u t u p B a r i s a n = JALAN
Pelaksanaan: Pada aba-aba pelaksanaan regu kanan dan kiri masing-
masing menutup kembali satu langkah ke kanan dan ke kiri
sedangkan regu tengah tetap di tempat
c. Membubarkan Barisan
Aba-aba: B u b a r = JALAN
Pelaksanaan: Pada aba-aba pelaksanaan tiap anggota barisan wajib
menyampaikanpenghormatan kepada pimpinan barisan, sesudah
dibalas kembali dalam sikap sempurna kemudian melakukan
gerakan “Balik Kanan” dan setelah menghitung dua hitungan dalam
hati, melaksanakan seperti langkah pertama dalam gerakan M a j u =
JALAN.Selanjutnya bubar menuju ke tempat masing-masing.

3. Gerakan Berjalan
Berikut ini akan dijelaskan 4 langkah berjalan:
1) Maju Jalan
Dalam sikap sempurna, Aba-aba: M A J U = J A L A N
Pelaksanaan: Pada aba-aba pelaksanaan kaki/kiri diajukan ke depan,
lutut lurus, telapak kaki diangkat rata sejajar dengan tanah setinggi +20
cm, kemudian dihentakkan ke tanah dengan jarak satu langkah, dan

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2020 29
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

selanjutnya berjalan dengan langkah biasa. Langkah pertama dilakukan


dengan melenggangkan lengan kanan ke depan 90°, lengan kiri 30° ke
belakang dengan tangan menggenggam. Pada langkah-langkah
selanjutnya lengan atas dan bawah lurus dilenggangkan ke depan 45°
dan ke belakang 30°, tangan kanan depan mengambil dua titik yang
terletak dalam satu garis sebagai barisan. Seluruh anggota meluruskan
barisan ke depan dengan melihat pada belakang leher. Pada waktu
melenggangkan lengan supaya jangan kaku, dan Dilarang keras:
berbicara dan melihat kekiri/kanan.
2) Langkah Biasa
Pada waktu berjalan, kepala dan badan seperti pada waktu sikap
sempurna. Waktu mengayunkan kaki ke depan lutut dibengkokkan
sedikit (kaki tidak boleh diseret). Kemudian diletakkan ke tanah
menurut jarak yang telah ditentukan. Cara melangkahkan kaki seperti
pada waktu berjalan biasa: Pertama tumit diletakkan di tanah,
selanjutnya seluruh kaki. Lengan dilenggangkan dengan sewajarnya
lurus ke depan dan ke belakang di samping badan. Ke depan 45°ke
belakang 30°. Jari-jari tangan digenggam dengan tidak terpaksa,
punggung ibu jari menghadap ke atas Bila berjalan dalam hubungan
pasukan agar menggunakan hitungan irama langkah (untuk kendali
kesamaan langkah).
3) Langkap Tegap
a. Dari Sikap Sempurna.
Aba-aba: L a n g k a h T e g a p – M a j u = JALAN. Pelaksanaan: Mulai
berjalan dengan kaki kiri, langkah pertama selebar satu langkah,
selanjutnya seperti jalan biasa (Panjang dan tempo) dengan cara kaki
dihentakkan terus menerus tetapi tidak dengan berlebih-lebihan,
telapak kaki rapat dan sejajar dengan tanah, lutut lurus, kaki tidak
boleh diangkat tinggi. Bersamaan dengan langkah pertama tangan
menggengam, punggung tangan menghadap ke samping luar, ibu jari
tangan menghadap ke atas, lenggang lengan 90° ke depan dan 30°ke
belakang. Catatan: Dalam keadaan sedang berjalan cukup
menggunakan aba-aba peringatan: L a n g k a h T e g a p/L a n g k a h B i a
s a = JALAN, pada tiap-tiap perubahan langkah (tanpa kata maju).
b. Dari langkah Biasa.
Aba-aba: L a n g k a h T e g a p = JALAN.
Pelaksanaan: Aba-aba. pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kiri
jatuh di tanah, ditambah satu langkah selanjutnya mulai berjalan
langkah tegap.

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
30 2020
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

c. Kembali ke langkah biasa (sedang berjalan)


Aba-aba: L a n g k a h B i a s a = JALAN.
Pelaksanaan: Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan/
kiri jatuh di tanah ditambah satu langkah dan mulai berjalan dengan
langkah biasa, hanya langkah pertama dihentakkan selanjutnya
berjalan langkah biasa.
4) Langkah Berlari
a. Dari Sikap Sempurna. Aba-aba: L a r i M a j u = JALAN
Pelaksanaan: Pada aba-aba peringatan kedua tangan dikepalkan
dengan lemas dan diletakkan dipinggang sebelah depan dengan
punggung tangan menghadap keluar, kedua siku sedikit ke
belakang, badan agak dicondongkan ke depan.
Pada aba-aba pelaksanaan, dimulai lari dengan menghentakan kaki
kiri satu langkah dan selanjutnya lari dengan panjang langkah 80 cm
dan tempo langkah 165 tiap menit dengan dengan cara kaki diangkat
secukupnya telapak kaki diletakkan dengan ujung telapak kaki
terlebih dahulu, lengan dilenggangkan secara tidak kaku.
b. Dari Langkah Biasa.
Aba-aba: L a r i = JALAN
Pelaksanaan: Pada aba-aba peringatan pelaksanaannya sama dengan
pada aba-aba peringatan di atas, aba-aba pelaksanaan diberikan pada
waktu kaki kiri jatuh ke tanah, kemudian ditambah satu langkah
selanjutnya berlari menurut ketentuan yang ada
c. Kembali Ke langkah Biasa
Aba-aba: L a n g k a h B i a s a = JALAN
Pelaksanaan: aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kiri
jatuh ke tanah ditambah 3 langkah, kemudian berjalan dengan
langkah biasa, dimulai dengan kaki kiri dihentakkan, bersama dengan
itu kedua lengan dilenggangkan.
d. Perubahan Arah dari Berhenti ke Berjalan
1.Ke hadap kanan/ kiri maju jalan.
Aba-aba: hadap kanan/ kiri maju = Jalan.
Pelaksanaan: Membuat gerakan menghadap ke kanan. Pada
hitungan ketiga kaki ke kanan tidak dirapatkan tetapi dilangkahkan
seperti gerakan maju jalan.
2. Ke hadap serong kanan/ kiri maju jalan.
Aba-aba: hadap serong kanan/ kiri MAJU=JALAN.
Pelaksanaan: hadap serong kanan, selanjutnya pada hitungan ke
tiga kaki ke kanan dihentakan seperti langkah pertama.

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2020 31
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

3. Ke hadap kanan maju jalan.


Aba-aba: balik kanan/ kiri maju =jalan.
Pelaksanaan: Gerakan dilakukan seperti balik kanan. Gerakan
selanjutnya baca hitungan ketiga mulai melangkah dengan kaki kiri
dan dilanjutkan dengan langkah biasa.
4. Ke hadap kanan/ kiri maju jalan.
Aba-aba: Belok kanan/ kiri maju=jalan.
Pelaksanaan: Penjuru depan mengubah arah 90° ke kanan/ kiri dan
mulai berjalan ke arah tertentu. Pasukan lainnya mengikuti
gerakan-gerakan sekitarnya pada tempat belokan tersebut (tempat
penjuru berbelok).
Catatan: Aba-aba: dua kali belok kanan/ kiri maju=jalan dan tiap-tiap
banjar dua kali belok kanan/ kiri maju=jalan.
e. Perubahan Arah dari Berjalan ke Berjalan
1. Ke hadap kanan/ kiri maju jalan.
Aba-aba: hadap kanan/ kiri maju=jalan.
Pelaksanaan: aba-aba pelaksanaan dijatuhkan pada waktu kaki
kiri/kanan jatuh di tanah, kemudian ditambah satu langkah
Ke hadap serong kanan/ kiri maju=jalan.
Aba-aba: hadap serong kanan/ kiri maju=jalan.
Pelaksanaan:aba-aba pelaksanaan dijatuhkan pada waktu kaki/kiri
kanan jatuh di tanah, kemudian ditambah satu langkah
2. Ke balik kanan maju jalan.
Aba-aba: balik kanan maju = jalan.
Pelaksanaan:aba-aba pelaksanaan dijatuhkan pada waktu kaki
kiri/kanan jatuh di tanah, kemudian ditambah satu/dua langkah,
gerakan selanjutnya kaki kiri melintang ke depan kaki kanan secara
bersamaan tumit kaki kanan dan badan diputar ke kanan sebesar
180°, kaki kiri dihentakan seperti langkah pertama, selanjutnya
berjalan seperti langkah biasa.
3. Ke belok kanan/ kiri. Aba-aba: belok kanan/ kiri = jalan.
Pelaksanaan: aba-aba pelaksanaan dijatuhkan pada saat kaki
kiri/kanan jatuh di tanah. Setelah ditambah satu langkah, kemudian
penjuru depan mengubah arahnya 90° ke kanan/ kiri dan mulai
berjalan ke arah yang baru. Anggota lainnya mengikuti gerakan ini
setibanya pada tempat belokan tersebut (tempat penjuru belok).
4. Aba-aba: dua kali belok kanan/ kiri=jalan.
Pelaksanaan: seperti tersebut di atas yang selanjutnya setelah dua
langkah berjalan kemudian melakukan gerakan belok kanan/ kiri
jalan lagi.
DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
32 2020
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

5. Aba-aba:tiap-tiap banjar dua kali belok kanan/ kiri=jalan.


Pelaksanaan: seperti tersebut di atas tetapi tiap-tiap banjar
membuat langsung dua kali belok kanan/ kiri pada tempat dimana
aba-aba pelaksanaan diberikan. Perubahan arah memutar ke kanan/
kiri sebesar 180°.Tujuan gerakan dari catatan guna membelokan
pasukan di ruang/lapangan yang sempit.

Gambar 3.2. Latihan PBB SMK Negeri 1 Brebes

B. Pelaksanaan Kegiatan Apel


Pelaksanaan kegiatan apel sangat diperlukan baik ditempat lingkungan
sekolah atau tempat bekerja nanti.Apel adalah suatu kegiatan berkumpul
untuk mengetahui kehadiran dan kondisi personel dari suatu instansi atau
lembaga pendidikan yang dilaksanakan secara terus menerus (rutin).Apel
yang biasa dilakukan adalah apel pagi (masuk kerja/belajar) dan apel siang
(selesai kerja/belajar), apel pada umumnya dilaksanakan di lapangan
dengan tertib dan khidmat serta sunguh-sungguh.
a. Tata cara apel
1. Barisan dipimpin dan disiapkan oleh satu orang dari barisan itu
(biasanya yang tertua atau ditunjuk). Setelah diluruskan dan
dirapikan, selanjutnya berdiri disamping kanan barisan (menurut
ketentuan PBB).

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2020 33
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

2. Setelah penerima apel berdiri ditengah berhadapan dengan barisan


apel dan penerima apel mengucapkan “Apel pagi/siang ... dimulai”,
maka pemimpin barisan langsung menyampaikan penghormatan
umum dengan aba-aba” kepada penerima apel (atau disebut
jabatannya dandiucapkan oleh pemimpin yang paling kanan), hormat
gerak”, dan selanjutnya pemimpin barisan bersama-sama dengan
seluruh peserta apel memberikan penghormatan.
3. Setelah penghormatan dibalas oleh penerima apel, langsung
pemimpin barisan menyampaikan aba-aba (diucapkan oleh pemimpin
barisan) “Tegak ...gerak”, dan seluruh peserta apel serentak
menghentikan penghormatan bersama-sama dengan pemimpin
barisan.
4. Pemimpin barisan, maju menghadap 2 atau 3 langkah di hadapan
penerima apel selanjutnya langsung melapor situasi apel dengan
kata-kata “Lapor, apel pagi/siang disebutkan kelompok apa) jumlah...,
kurang ...,keterangan kurang ..., siap” .
5. Setelah diterima laporan oleh penerima apel, maka penerima apel
mengucapkan kata-kata, “Kembali ke tempat” dan diulangi oleh
pelapor “Kembali ke tempat atau kerjakan”, selanjutnya langsung
balik kanan, dan kembali menuju ke tempat semula (di samping
barisan).
6. Selanjutnya apabila ada instruksi atau pengumuman yang akan
disampaikan oleh penerima apel maka penerima apel
langsungmengistirahatkan barisan dengan kata-kata “Istirahat
ditempat ...gerak”, lalu menyampaikan instruksi atau pengumuman,
setelah selesai kembali disiapkan dengan aba-aba “Siap ... gerak”.
7. Terakhir penerima apel menyampaikan kata-kata “Apel pagi/siang
selesai, tanpa penghormatan barisan dapat dibubarkan, kerjakan”,
langsung diulangi oleh pemimpin barisan dengan kata “Kerjakan”, dan
langsung pemimpin barisan menyampaikan penghormatan
perorangan selanjutnya penerima apel otomatis balik kanan, sesudah
itu pemimpin barisan membubarkan barisannya.
8. Bila pemimpin apel tidak mengatakan tanpa penghormatan, maka
disampaikan lagi penghormatan umum yang kegiatan dan aba-abanya
seperti dijelaskan pada point kedua tata cara apel.
b. Manfaat apel
1. Dapat selalu mengikuti perkembangan situasi dan kondisi serta
kesiapan personil yang dipimpinnya.
2. Pada saat apel dapat digunakan untuk menyampaikan perhatian,
instruksi dan pengumuman-pengumuman

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
34 2020
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

Gambar 3.3. upacara bendera SMK Nurul Islam dan SMKN 1 Mundu

3. Menjalin rasa persaudaraan senasib sepenanggungan, senasib


seperjuangan dan meningkatkan persatuan dan kesatuan di
lingkungan pekerjaan/pendidikan.
4. Memupuk rasa kebersamaan dan kesetiakawanan.
5. Meningkatkan pembinaan disiplin.

C. Tata Upacara
Upacara adalah serangkaian kegiatan yang diikuti oleh sejumlah pegawai
sebagai peserta upacara, disusun dalam barisan di suatu lapangan/ruangan
dengan bentuk segaris atau bentuk U, dipimpin oleh seorang Inspektur
Upacara dan setiap kegiatan, peserta upacara melakukan ketentuan-
ketentuan yang baku melalui perintah pimpinan upacara, dimana seluruh
kegiatan tersebut direncanakan oleh Perwira upacara dalam rangka
mencapai tujuan upacara.
Definisi mengenai tata upacara termaktub pada pasal 1 ayat (5) Undang-
undang Nomor 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan dan dan Peraturan
Pemerintah nomor 62 Tahun 1990 tentang Ketentuan Keprotokolan
Mengenai Tata Tempat, Tata Upacara Dan Tata Penghormatan, yang
menyatakan bahwa Tata Upacara adalah aturan untuk melaksanakan
upacara dalam Acara Kenegaraan atau Acara Resmi. Secara garis besar,
pedoman pelaksanaan upacara harus disusun terlebih dahulu dalam tahap
perencanaan.
Berdasarkan Pasal 24 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2010 tentang
Keprotokolan maka beberapa hal yang perlu diperhatikan agar keberhasilan
dalam penyelenggaraan upacara dalam Acara Kenegaraan atau Acara Resmi
dapat tercapai meliputi 3 hal:
a. Kelengkapan upacara;
b. Perlengkapan upacara;
c. Urutan acara dalam upacara.

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2020 35
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

Manfaat Tata Upacara Sipil (TUS) ini adalah bagian dari pembinaan
disiplin. Pembinaan ini dilakukan secara terus menerus selama mengikuti
kependidikan, dengan semua kegiatan dilakukan serba tertib yakni tertib di
ruang kelas, tertib di ruang tidur, tertib di ruang makan, tertib di lapangan,
tertib pengaturan dan penggunaan waktu (tepat waktu) dan kegiatan-
kegiatan lain yang tertib akan melahirkan suatu disiplin yang prima.
Upacara dilakukan secara tertib dan teratur menurut urut-urutan acara
yang telah dilakukan dengan gerakan-gerakan dan langkah-langkah kaki
yang seragam dan serentak sesuai gerakan/langkah yang ditentukan dalam
Peraturan Baris Berbaris (PBB).Maka kepada peserta sebelum mendapatkan
pelajaran TUS ini Saudara harus betul-betul memahami dan menguasai serta
mampu melakukan ketentuan yangberlaku pada PBB.Karena upacara yang
berdasarkan PBB itu membutuhkan mental yang kuat, disiplin yang tinggi
dan fisik yang bugar dan tegar, sehingga tercermin suatu kekhidmatan dari
upacara itu.
Berbagai macam upacara yang kita ketahui, secara garis besar dikenal
upacara umum yang biasanya dilaksanakan di lapangan dan upacara khusus
biasanya di dalam ruangan. Aturan untuk melaksanakan upacara dalam
acara kenegaraan atau acara resmi, mengacu pada Peraturan Pemerintah
Nomor 62 Tahun 1990 Tentang Ketentuan Keprotokolan Mengenai Tata
Tempat, Tata Upacara dan Tata Penghormatan. Dalam pelaksanaan aturan
tersebut merupakan Pedoman Umum Tata Upacara Sipil yang memuat
sebagai perencana dan pelaksanaan upacara untuk menjawab apa, siapa
yang harus berbuat apa, dimana dan bilamana tata caranya serta bentuk dan
jenisnya.
Sedangkan Pedoman umum pelaksanaan upacara meliputi
kelengkapan dan perlengkapan upacara, langkah-langkah persiapan,
petunjuk pelaksanaan dan susunan acaranya.Pada dasarnya upacara
bendera dilaksanakan di lapangan dan jumlah pesertanya lebih banyak,
sedangkan upacara bukan upacara bendera di ruangan jumlah pesertanya
lebih relatif sedikit/menyesuaikan ukuran ruangan.
a. Manfaat tata upacara
Tata upacara Sipil berguna bagi peserta didik untuk memahami dan turut
membantu dalam merencanakan pengaturan masing masing peran
penanggung jawab/perwira upacara, Inspektur upacara, maupun
sebagai komandan upacara, upacara bukan upacara bendera dan
kegiatan pelaporan kesiapan mulai belajar atau selesai mengikuti
pelajaran setiap hari kepada guru di kelas.
b. Pengertian dan pembagian tata upacara
Sesuai Pasal 1 ayat 5 UU No. 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan dan
Pasal 1 ayat 7 Peraturan Pemerintah No. 62 Th 1990 tentang Ketentuan

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
36 2020
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

Keprotokolan mengenai Tata Tempat, Tata Upacara dan Tata


Penghormatan, maka pengertian Tata Upacara adalah aturan untuk
melaksanakan upacara dalam Acara Kenegaraan atau Acara Resmi. Kata
“tata” sendiri sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti aturan
(biasanya dipakai dalam kata majemuk); kaidah, aturan, dan susunan;
cara menyusun. Sementara kata upacara berasal dari kata sansekerta
“upa” yang berarti rangkaian dan “cara” yang berarti tindak atau gerak
yang tertib dan disiplin serta khidmat (Racana 2008 dalam Nugroho dan
Erawanto, 2013).Sehingga kata upacara merupakan tindakan dan
gerakan yang dirangkaikan secara tertib dan disiplin serta khidmat.
Berdasarkan arti dan asal kata tersebut, maka tata upacara dapat
diredefinisikan sebagai pedoman yang telah dibakukan dan wajib
dipenuhi serta dilaksanakan yang dalam penyelenggaraan upacara
untuk mengatur keseluruhan komponen rangkaian dan peserta secara
tertib, teratur, disiplin, dan khidmat. Misalnya upacara peringatan hari
ulang tahun instansi, Kemerdekaan Republik Indonesia, Upacara
peringatan hari-hari besar nasional, upacara serah terima jabatan yang
disaksikan pegawai dan pejabat di instansi masing-masing, upacara
pembukaan dan penutupan pendidikan dan berbagai upacara lainnya.
Sesuai pasal 16 dan pasal 26 Undang-undang Nomor 9 Tahun 2010
tentang Keprotokolan mengatur bahwa upacara dalam Acara
Kenegaraan dan Acara Resmi dapat berupa :
1) Upacara bendera. Berdasarkan Pasal 17 Undang-Undang Nomor 9
Tahun 2010 Tentang Keprotokolan, bahwa pelaksanaan upacara
bendera dalam Acara Kenegaraan atau Acara Resmi meliputi pula
tata urutan, tata bendera, tata lagu kebangsaan, dan tata pakaian.
2) Upacara bukan upacara bendera. Upacara bukan bendera dapat
dilaksanakan untuk Acara Kenegaraan atau Acara Resmi sebagai
berikut : Aspek-aspek tata upacara bukan upacara bendera dalam
penyelenggaraan Acara-acara Kenegaraan dan Acara Resmi,
berdasarkan Pasal 27 Undang-undang Nomor 9 Tahun 2010 Tentang
Keprotokolan, meliputi tata urutan upacara dan tata pakaian
upacara. Selanjutnya dalam Pasal 28 mengatur bahwa, urutan
upacara bukan upacara bendera terdiri dari menyanyikan dan/atau
mendengarkan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya, pembukaan,
acara pokok dan penutup. Upacara bukan bendera dapat
dilaksanakan untuk Acara Kenegaraan atau Acara Resmi sebagai
berikut :
a. Pelantikan pejabat negara dan/atau pejabat pemerintah;
b. Pembukaan konferensi atau sidang atau rapat;
c. Peresmian proyek dengan skala besar dan mempengaruhi hajat
hidup orang banyak;

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2020 37
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

d. Penandatanganan Surat Kerja Sama Internasional;


e. Penyambutan Tamu Negara. Pelantikan Pejabat Negara setingkat
Menteri Negara dikoordinasikan oleh Kementerian Sekretariat
Negara mengingat bertindak selaku Inspektur Upacara adalah
Presiden dan penunjukan Pejabat Negara adalah hak prerogatif
Kepala Negara. Selanjutnya pelantikan anggota lembaga negara
dan pejabat pemerintah dikoordinasikan oleh Sekretatriat
Jenderal masing-masing lembaga negara atau lembaga
pemerintahan, mengingat bertindak selaku inspektur upacara
dan adalah menteri, pimpinan lembaga, atau Kepala Daerah yang
bersangkutan
c. Pedoman tata upacara bendera
Berdasarkan Pasal 16 Undang-undang Nomor 9 Tahun 2010 tentang
Keprotokolan, mengatur bahwa upacara bendera hanya dapat
dilaksanakan untuk Acara Kenegaraan atau Acara Resmi yang meliputi :
1) Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia;
2) Hari besar nasional;
3) Hari ulang tahun lahirnya lembaga negara;
4) Hari ulang tahun lahirnya instansi pemerintah; dan
5) Hari lahirnya provinsi dan kabupaten/kota.
Berdasarkan Pasal 17 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2010 Tentang
Keprotokolan, bahwa pelaksanaan upacara bendera dalam Acara
Kenegaraan atau Acara Resmi meliputi pula tata urutan, tata bendera,
tata lagu kebangsaan, dan tata pakaian.
d. Kelengkapan upacara bendera
Sebagaimana berdasarkan Pasal 24 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 9
Tahun 2010 tentang Keprotokolan, terdapat kelengkapan upacara yang
meliputi inspektur upacara, komandan upacara, perwira upacara,
peserta upacara, pembawa dan/atau pembaca naskah, dan pembawa
acara. Adapun peran dari setiap kelengkapan upacara bendera sebagai
berikut:
1) Inspektur Upacara;
Inspektur Upacara adalah pembesar upacara dengan tingkat
preseance tertinggi dan mendahului seluruh hadirin dalam upacara
serta kepadanya diberikan penghormatan oleh seluruh peserta
upacara.Bertindak selaku Inspektur Upacara dalam Upacara
Bendera pada Acara Kenegaraan adalah Presiden atau Wakil
Presiden. Dalam Upacara Bendera, Inspektur Upacara bertugas
untuk:
a. Menerima laporan dari Perwira Upacara saat sebelum dimulainya
dan saat setelah upacara berakhir;
DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
38 2020
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

b. Menerima laporan dari Komandan Upacara;


c. Menerima penghormatan dari seluruh Peserta Upacara;
d. Memimpin mengheningkan cipta;
e. Membaca Naskah Pancasila;
f. Memberikan amanat;
2) Komandan Upacara
Komandan Upacara adalah pemimpin bagi seluruh peserta upacara
dalam melaksanakan upacara, sehingga hadirin upacara harus
tunduk dan patuh kepada perintah dan/atau aba-aba yang
diberikannya mengingat aba-aba yang diberikannya sebagian
merupakan perintah yang didelegasikan oleh Inspektur
Upacara.Sebagai contoh saat penghormatan kepada Bendera
Kebangsaan dan kepada Inspektur Upacara.Komandan Upacara
bertanggung jawab kepada Inspektur Upacara mengenai jalannya
upacara. Bertindak selaku Komandan Upacara dalam Upacara
Bendera pada Acara Kenegaraan adalah perwira menengah yang
ditunjuk secara berjenjang oleh Komandan Kesatuan, Kepala Staf
Angkatan dan Kepala Kepolisian RI dengan persetujuan Perwira
Upacara. Dalam Upacara Bendera, Komandan Upacara bertugas
untuk:
a. Menerima laporan dari komandan pasukan dari berbagai
kesatuan;
b. Menerima penghormatan dari pasukan berbagai kesatuan; c.
Melaporkan kesiapan Kelengkapan Upacara kepada Inspektur
Upacara;
d. Menerima pelimpahan wewenang dari Inspektur Upacara;
e. Memberikan perintah dan aba-aba penghormatan kepada
Bendera Kebangasaan, Panji-panji Kesatuan dan Inspektur
Upacara;
f. Menyiapkan dan membubarkan Peserta Upacara.
3) Perwira Upacara
Perwira Upacara adalah Pembesar Upacara yang bertugas sejak dari
penyusunan rencana upacara dan mengendalikan jalannya upacara
secara keseluruhan. Perwira Upacara memberikan laporan kepada
Inspektur Upacara pada saat akan dimulainya dan saat selesainya
Upacara Bendera serta mendampingi Inspektur Upacara apabila
melakukan inspeksi pasukan dan menyematkan dan/atau
menyerahkan tanda jasa dan/atau piagam penghargaan. Perwira
Upacara juga bertanggung jawab sepenuhnya kepada Inspektur
Upacara atas seluruh aspek penyelenggaraan upacara.Bertindak

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2020 39
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

selaku Perwira Upacara dalam Upacara Bendera pada Acara


Kenegaraan adalah Panglima TNI. Dalam Upacara Bendera, Perwira
Upacara bertugas untuk:
a. Melaporkan rencana keseluruhan Upacara Bendera kepada
Inspektur Upacara untuk memperoleh arahan, persetujuan dan
pengesahan;
b. Menetapkan aspek-aspek kelengkapan dan perlengkapan serta
susunan acara Upacara Bendera yang meliputi unsur personil
pelaksana, tempat berlangsungnya acara, waktu dan durasi acara,
tata cara pelaksanaan acara dan segala perlengkapan yang
diperlukan dalam Upacara Bendera;
c. Melaporkan kesiapan pelaksanaan Upacara Bendera pada saat
sebelum upacara dimulai dan melaporkan pelaksanaannya setelah
upacara berakhir;
d. Memeriksa dan mengendalikan seluruh aspek Upacara Bendera;
e. Mendampingi Inspektur Upacara mengingat Perwira Upacara
berdasarkan Tata Tempat dalam Upacara Bendera berkedudukan
atau memiliki preseance persis setelah Inspektur Upacara;
f. Mempertanggungjawabkan keseluruhan aspek penyelenggaraan
Upacara Bendera kepada Inspektur Upacara;
4) Pembawa dan/atau Pembaca Naskah Upacara:
Pembawa dan/atau Pembaca Naskah Upacara adalah Petugas Upacara
yang bertugas secara khusus membawa atau membacakan Naskah
Pancasila, Naskah Proklamasi Kemerdekaan, Naskah Pembukaan
Undang-undang Dasar 1945, Naskah Sumpah Pemuda, Naskah Ikrar
Kesatuan (sepertihalnya Panca Prasetya KORPRI, Sapta Marga, Tri
Brata, dan lain-lain) maupun Naskah Doa. Bertindak selaku Pembaca
Naskah Proklamasi dalam Upacara Bendera pada Acara Kenegaraan
khususnya dalam Upacara Peringatan Hari Ulang Tahun Proklamasi
Kemerdekaan RI adalah Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat dan
selaku Penyusun sekaligus Pembaca Naskah Doa adalah Menteri
Agama. Perwira Upacara berwenang sepenuhnya untuk menunjuk
para Pembaca Naskah lain apabila diperlukan dalam
penyelenggaraan Upacara seperti halnya Naskah Pancasila dan
Naskah Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 serta Naskah Ikrar
Kesatuan;
5) Pembawa Acara Upacara:
Pembawa Acara Upacara adalah Petugas Upacara yang berperan
dalam menghantarkan susunan acara dalam upacara. Bertindak
selaku Pembawa Acara Upacara umumnya adalah petugas protokol

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
40 2020
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

dengan persetujuan Perwira Upacara atau pejabat lainnya yang


memperoleh pendelegasian kuasa;
6) Peserta Upacara:
Peserta Upacara adalah hadirin dan undangan, termasuk di dalamnya
seluruh Petugas Upacara dalam Upacara Bendera pada Acara
Kenegaraan.Setiap Peserta Upacara wajib tunduk dan patuh terhadap
perintah dan aba-aba yang diberikan oleh Komandan Upacara.Peserta
Upacara secara mendasar dapat dibedakan menjadi dua golongan,
yaitu Peserta Upacara Berdiri dan Peserta Upacara Duduk. Adapun
Peserta Upacara dalam formasi berdiri dan duduk adalah sebagai
berikut:
a. Peserta Upacara Berdiri:
Peserta Upacara Berdiri adalah Peserta Upacara yang berjajar dalam
format berdiri.Dalam Upacara Bendera pada Acara Kenegaraan maka
Peserta Upacara Berdiri yang wajib ada adalah pasukan dari
Kesatuan Matra Darat, Laut dan Udara serta Kepolisian RI. Jumlah,
formasi atau bentuk barisan dan komposisi setiap kesatuan
ditentukan berdasarkan skala lapangan tempat upacara
dilaksanakan dan berdasarkan ketetapan yang menjadi kewenangan
Perwira Upacara;
b. Peserta Upacara Duduk:
Peserta Upacara Duduk adalah hadirin dan undangan dalam Upacara
Bendera pada Acara Kenegaraan. Hadirin upacara bendera antara
lain juga meliputi panitia dan petugas yang melekat tugas dan
fungsinya serta secara tidak langsung bertanggung jawab atas
persiapan dan pelaksanaan upacara bendera. Undangan upacara
bendera dalam acara kenegaraan adalah para Pimpinan Lembaga
Tertinggi dan Tinggi Negara, Pimpinan Lembaga Negara dan
Lembaga Pemerintahan Non Departemen, Pimpinan Perwakilan
Negara-negara Sahabat dan organisasi internasional, Tokoh
Masyarakat Tertentu dan undangan lainnya. Petugas protokol dalam
mengatur tata letak dan urutan tempat duduk diwajibkan
menerapkan aturan mengenai Tata Tempat dengan secermat-
cermatnya.
7) Petugas Upacara
Petugas Upacara adalah para petugas yang berperan secara sentral
dalam pelaksanaan upacara. Adapun Petugas Upacara dalam Upacara
Bendera adalah sebagai berikut:
a. Pasukan atau Petugas Pengibar Bendera
Pasukan atau Petugas Pengibar Bendera adalah petugas yang
ditunjuk dan telah menjalani pendidikan dan pelatihan serta seleksi

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2020 41
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

sebelumnya. Jumlah Pasukan Pengibar Bendera sedikitnya tiga


orang. Dalam Upacara Bendera pada acara kenegaraan selayaknya
ditugaskan lebih banyak Petugas Pengibar Bendera dengan jumlah
kelipatan tiga atau berdasarkan penetapan yang dikeluarkan oleh
Perwira Upacara;
b. Korps Musik
Korps Musik adalah kelompok atau kesatuan Petugas Upacara yang
berperan dalam memperdengarkan Lagu Kebangsaan atau lagu-
lagu lainnya secara live, mengingat dalam Upacara Bendera tidak
diperkenankan memperdengarkan Lagu Kebangsaan dengan
perangkat play back audio player. Lagu-lagu yang sedikitnya harus
dikuasai dengan sempurna oleh para Petugas Korps Musik pada
Acara Kenegaraan dengan Upacara Bendera adalah Lagu
Kebangsaan Indonesia Raya, Lagu Mengheningkan Cipta karya T.
Prawit yang diperdengarkan saat mengheningkan cipta, Lagu
Bagimu Negeri dan Syukur yang diperdengarkan setelah Inspektur
Upacara menyampaikan amanat upacara, Lagu Kehormatan saat
Inspektur Upacara memasuki dan meninggalkan tempat upacara,
Lagu Kehormatan saat Komandan Upacara akan memberikan
laporan kepada Inspektur Upacara, Lagu Andhika Bhayangkari dan
Lagu-lagu lainyang ditetapkan oleh Perwira Upacara seperti halnya
sebagai pengiring saat Panji panji Kebesaran Lembaga atau
Kesatuan memasuki dan meninggalkan tempat upacara;
c. Ajudan Inspektur Upacara
Ajudan Inspektur Upacara adalah petugas yang setiap saat siap
membantu Inspektur Upacara dan berada tepat di belakang
Inspektur Upacara pada sisi kanan dan kiri. Pada dasarnya Ajudan
Inspektur Upacara menjadi satu kesatuan dengan Inspektur
Upacara, sehingga pada saat Komandan Upacara memberikan aba-
aba hormat kepada Inspektur Upacara maka Ajudan Inspektur
Upacara tidak memberikan hormat. Bertindak selaku Ajudan
Upacara dalam Acara Kenegaraan adalah Ajudan Dinas Presiden;
d. Kelompok Paduan Suara:
Petugas yang tergabung dalam Kelompok Paduan Suara bertugas
untuk menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya dan Lagulagu
Nasional yang diperdengarkan dalam Upacara Pengibaran Bendera
Sang Merah Putih. umumnya berasal dari sekolahsekolah di wilayah
DKI Jakarta. Mereka selama sedikitnya 1 (satu) bulan sebelumnya
telah berlatih menyanyikan lagu-lagu tersebut mengingat mereka
akan berperan sebagai motor bagi Peserta Upacara lainnya dalam
menyayikan lagu-lagu wajib pada Upacara Pengibaran Bendera
Sang Merah Putih.

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
42 2020
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

e. Perlengkapan Upacara Bendera


Dalam upacara bendera dalam Acara Kenegaraan atau Acara Resmi,
berdasarkan Pasal 24 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2010
Tentang Keprotokolan, terdapat beberapa perlengkapan upacara
seperti bendera, tiang bendera dengan tali, mimbar upacara, naskah
Proklamasi, naskah Pancasila, naskah Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan teks doa. Pada
upacara yang diselenggarakan di berbagai institusi dan kesatuan
diperlukan pula naskah dan/atau dokumen ikrar, dan apabila skala
upacara cukup besar maka diperlukan dukungan peralatan audio
visual dan lain- lain. Adapun secara singkat rincian perlengkapan
upacara bendera adalah sebagai berikut:
a) Bendera:
Berdasarkan pasal 4 ayat (1) UndangUndang Republik
Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan
Lambang Negara Serta Lagu Kebangsaan, bahwa Bendera
Negara Sang Merah Putih berbentuk empat persegi panjang
dengan ukuran lebar 2/3 (dua berbanding tiga) dari panjang
serta bagian atas berwarna merah dan bagian bawah berwarna
putih yang kedua bagiannya berukuran sama.
b) Tiang bendera dengan tali:
Berdasarkan pasal 13 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan
Lambang Negara Serta Lagu Kebangsaan, bahwa tiang bendera
untuk pengibaran atau pemasangan Bendera Negara
diwajibkan memiliki ukuran besar dan tinggi yang seimbang
dengan ukuran bendera. Sebagai ilustrasi, apabila ukuran
bendera 200 X 300 centi meter (khusus untuk Istana
Kepresidenan) maka tinggi tiang bendera adalah 17 meter dari
permukaan tanah. Apabila bendera berukuran 120 X 180 centi
meter (untuk penggunaan di lapangan umum) maka tinggi
tiang bendera secara skalatis sedikitnya 10,2 meter. Tiang
dilengkapi dengan tali dan roller sehingga memungkinkan
untuk kegiatan pengibaran dan penurunan bendera dengan
mengikatkan bendera pada tali tiang bendera.
c) Mimbar upacara:
Mimbar upacara merupakan perlengkapan bagi inspektur
upacara yang ditempatkan menghadap tiang bendera dan
komandan upacara, serta sedapat mungkin juga menghadap
seluruh peserta upacara. Bentuk mimbar upacara adalah
panggung yang memungkinkan bagi inspektur upacara untuk

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2020 43
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

memandang seluruh peserta upacara. Mimbar dapat


dilengkapi dengan meja atau podium, namun jenis dan dalam
penempatannya tidak menutupi pandangan kelengapan
upacara lain kepada inspektur upacara. Naskah dan/atau
dokumen Dalam Upacara Bendera, naskah dan/atau dokumen
yang dipersiapkan adalah Naskah Proklamasi Kemerdekaan
dan Naskah Doa khususnya pada Upacara Pengibaran Bendera
saat Peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI di Istana
Merdeka setiap tanggal 17 Agustus. Naskah dan/atau Dokumen
lainnya yaitu Pancasila, Pembukaan Undang-undang Dasar
1945, Naskah Ikrar Kesatuan (seperti halnya Panca Prasetya
KORPRI, Sapta Marga, Tri Brata, dan lain-lain) dipersiapkan
untuk keperluan Upacara Bendera pada Peringatan Hari-hari
Besar Nasional atau acara peringatan Hari-hari Besar Lembaga
atau Kesatuan dan Lembaga lainnya;
d) Peralatan audio dan visual:
Dalam rangka mendukung kelancaran, ketertiban dan
kekhidmatan jalannya upacara bendera yang menempati lokasi
dengan ukuran yang luas, peralatan pendukung tata suara yang
memungkinkan bagi seluruh Peserta Upacara untuk dapat
mendengar perintah dan aba-aba dari Inspektur Upacara dan
Komandan Upacara, maupun mendengar lagu-lagu yang
diperdengarkan oleh Korps Musik sangat diperlukan. Demikian
juga dengan ketersediaan peralatan pendukung visual yang
memungkinkan bagi khususnya Peserta Upacara yang
terhalang pandangannya kepada Inspektur Upacara dan
Komandan Upacara oleh tiang ataupun pepohonan akan sangat
mendukung terbangunnya suasana yang menyatu secara
keseluruhan dengan suasana kebatinan yang berkembang
pada tahap demi tahap jalannya upacara bendera:
e) Peralatan pendukung lainnya:
Peralatan pendukung dalam upacara bendera dipersiapkan
dengan ketentuan wajib memperhatikan keseluruhan susunan
acara secara tepat, tidak kurang dan tidak berlebihan.Yang
dimaksud dengan tidak kurang dalam arti bahwa seluruh
peralatan yang diperlukan tersedia, sementara tidak
berlebihan berarti peralatan pendukung upacara yang tidak
secara langsung berkaitan dengan susunan acara hendaknya
ditiadakan agar tidak menimbulkan ketertarikan yang
berlebihan sehingga mengganggu konsentrasi para Peserta
Upacara.Sebagai contoh, pada situasi tertentu mimbar
kehormatan upacara dapat diganti dengan meja untuk

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
44 2020
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

meletakkan bendera, atau pada kesempatan berbeda bendera


cukup diletakkan pada nampan yang dibawa langsung oleh
Pasukan Pengibar Bendera. Pangung-panggung kehormatan
yang sekiranya diperlukan dapat dipersiapkan pada tempat
dimana Inspektur Upacara dan Pembesar Upacara lainnya
berada.Sementara Tenda-tenda dan tempat-tempat duduk
juga perlu dipersiapkan untuk mengakomodir keperluan Para
Peserta Upacara dengan format duduk.Adanya berbagai
rangkaian bunga, hiasan tenda dan panggung berupa bendera,
lampu-lampu serta ornamen ragam hias tertentu dapat
membangun suasana yang megah dan agung sepanjang
dipasang dengan skala dan rancangan yang selaras dengan
skala luas lapangan atau lokasi upacara serta sesuai dengan
tema upacara bendera. Kemeriahan upacara bendera sulit
dipungkiri akan tercipta pula dengan kemeriahan tata dekorasi
panggung dan tenda upacara, namun hendaknya tidak
melampaui keagungan Sang Merah Putih.
f. Tata Busana Upacara Bendera

Gambar 3.4. Busana Upacara Bendera

1.Dalam penyelenggaraan upacara bendera, pelaksanaan acara


yang telah memperoleh persetujuan dan pengesahan dari
Inspektur Upacara, tentu memuat pengaturan mengenai tata
b u s a n a y a n g w a j i b d i i n d a h ka n o l e h s e l u r u h Pe s e r t a
Upacara.Tentunya jenis pakaian yang wajib dikenakan
disesuaikan dengan jenis Acara Kenegaraan atau Acara Resmi
yang diselenggarakan. Berdasarkan Pasal 23 Undang-undang
Nomor 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan, bahwa dalam

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2020 45
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

upacara bendera pada Acara Kenegaraan atau Acara Resmi, tata


pakaian kelengkapan upacara disesuaikan dengan jenis upacara.
Dalam Acara Kenegaraan seluruh kelengkapan upacara wajib
mengenakan Pakaian Sipil Lengkap, Pakaian Dinas Kebesaran atau
Pakaian Nasional yang berlaku sesuai dengan jabatan atau
kedudukannya dalam masyarakat. Sementara dalam Acara Resmi,
dapat digunakan pakaian sipil harian atau seragam resmi lain
sesuai dengan ketentuan.
2. Pakaian Sipil Lengkap (PSL): Berdasarkan Pasal 8 Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 60 Tahun 2007 tentang Pakaian
Dinas Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Departemen Dalam
Negeri dan Pemerintah Daerah, bahwa yang dimaksud dengan PSL
adalah pakaian yang dipakai pada upacaraupacara kenegaraan
atau untuk bepergian dalam penugasan resmi ke luar negeri.
Adapun perincian PSL adalah sebagai berikut:
a. PSL pria: jas warna gelap, celana panjang dengan warna yang
sama dengan jas, kemeja dan dasi;
b. PSL wanita: jas warna gelap, rok dengan ukuran panjang
sedikitnya 15 cm di bawah lutut dengan warna yang sama,
kemeja dan dasi;
c. PSL wanita berjilbab dan hamil menyesuaikan.
3. Sementara atribut yang wajib dikenakan adalah tutup kepala,
tanda jasa dan papan nama yang disematkan di dada sebelah kiri.
Atribut lain yang diperkenankan untuk dipakai adalah tanda
jabatan berupa pin pada dada sebelah kiri .
4. Pakaian Dinas Kebesaran: Bagi Peserta Upacara dari kalangan
militer, sebutan Pakaian Dinas Kebesaran masing-masing
kesatuan berbeda-beda. Beberapa contoh Pakaian Dinas
Kebesaran kalangan militer dalam upacara bendera dalam rangka
HUT Kemerdekaan RI, Upacara HUT TNI, Upacara kebesaran militer
dan Upacara kenegaraan adalah sebagai berikut (SKP TNI, 2004):
5. Pasukan Pengamanan Presiden (PASPAMPRES): Pakaian Seragam
PASPAMPRES II A dipergunakan oleh Pasukan Pengibar Bendera
Pusaka Kesatuan PASPAMPRES. Kelengkapannya meliputi topi
beludru warna merah hitam dengan tali kuning emas dan emblem
garuda pada sisi depan, ban lengan bergambar garuda dan tulisan
PASPAMPRES, epolet anyaman tali warna kuning emas dengan
tanda pangkat, kopelriem putih polos berlubang dengan timang
garuda warna kuning emas, senjata organik dengan tali sandang
warna putih, sepatu kulit lars ¾ PDL putih dengan sol berpaku
jamur. Atribut yang dikenakan adalah badge dan lokasi

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
46 2020
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

PASPAMPRES warna merah berbordir kuning, papan nama ebonit,


tanda pangkat upacara warna hitam, tanda kehormatan medali
gantung besar, tanda kualifikasi dan tanda jabatan. Sementara
untuk keperluan Pengawalan tiang bendera digunakan Pakaian
Seragam Paspampres II C dan untuk Satuan Musik menggunakan
Pakaian Seragam Paspampres II D sama dengan uraian di atas;
6. Kesatuan Matra Darat, Laut dan Udara: Pakaian Dinas Upacara IA
(PDU IA) dengan kelengkapan meliputi pet upacara (Tamtama AL
menggunakan dop), sepatu dan kaus kaki (wanita tanpa kaus kaki),
ikat pinggang (hitam untuk TNI AD dan TNI AU, putih untuk TNI AL),
dasi (Bintara TNI AL tanpa dasi), pedang dan sarung tangan warna
putih (kecuali (KOWAL) dan wanita TNI dengan tas PDU (warna
hitam untuk KOWAD dan WARA, putih untuk KOWAL). Atribut yang
dikenakan adalah papan nama ebonit, tanda pangkat upacara,
tanda jabatan, tanda kemahiran/kualifikasi dan tanda kehormatan
(selempang, kalung, patra dan medali gantung besar). Pemakaian
selempang dan kalung dibatasi masing-masing 1 (satu) buah.
Khusus bagi Ajudan (ADC) dilengkapi dengan atribut tali bahu.
7. Pakaian Nasional: Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 18
Tahun 1972 tentang Jenisjenis Pakaian Sipil, bahwa Pakaian
Nasional wajib dikenakan untuk menghadiri acara kenegaraan
dan acara resmi. Pakaian Nasional untuk pria adalah jas warna
gelap, celana panjang dengan warna yang sama dengan jas,
kemeja dan dasi. Khusus untuk keperluan menghadiri Acara Resmi
dan/atau Acara Kenegaraan di luar negeri, berdasarkan Pasal 1
Ayat (2) Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1990 tentang
Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1972
tentang Jenis-jenis Pakaian Sipil, maka pria mengenakan Pakaian
Sipil Nasional (PSN) berupa jas beskap tertutup dan bersaku,
celana panjang dengan warna sama dengan jas, sarung fantasi dan
peci Nasional. Atribut yang dikenakan adalah bintang tanda jasa
dan/atau lencana penghargaan. Pakaian Nasional untuk wanita
perlu dibedakan dengan busana adat. Busana adat
penggunaannya terikat pada tradisi dan adat-istiadat seperti
halnya baju Bodo, Kurung dan Teluk Belanga. Pakaian Nasional
untuk wanita yang bertindak selaku pendamping adalah kain dari
berbagai daerah di Nusantara sepertibatik, sasirangan atau
songket untuk bagian bawah. Untuk bagian atas dikenakan kebaya
yang sangat beragam model dan ragamnya. Rambut apabila
memungkinkan disanggul, mengenakan alas kaki dengan model
selop atau sepatu dengan tumit terbuka (sling back) dan
mengenakan selendang dari berbagai macam bahan serta tas
tangan.

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2020 47
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

g. Pejabat-Pejabat dan Tugas Pejabat Upacara Bendera


Perwira upacara.
1. Sebagai penanggung jawab terhadap terlaksananya upacara
dengan tertib dan khidmat.
2. Menyiapkan dan menyusun tata urutan acara upacara.
3. Menyiapkan sarana dan prasarana upacara (lapangan upacara,
perlengkapan upacara dan lain-lain).
4. Menyiapkan petugas pengerek bendera dan dilatih terlebih
dahulu
5. Menyiapkan petugas pembaca/ pengucap pembukaan UUD tahun
1945 dan Panca prasetya KORPRI (kalau ada).
6. Menunjuk dan menyiapkan pembawa acara
7. Menghubungi dan berkoordinasi dengan komandan upacara.
8. Sebelum inspektur upacara memasuki lapangan upacara, ketua
panitia pelaksana upacara/penanggung jawab upacara
memberitahukan kepada Inspektur upacara hal-hal yang
penting dalam upacara sekaligus memberitahukan bahwa
upacara siap dimulai;
Catatan: Baik buruknya pelaksanaan upacara adalah menjadi
tanggung jawab perwira upacara.
Komandan upacara.
1. Menerima laporan dari pemimpin kelompok/barisan upacara dan
mengambil alih pimpinan seluruh barisan peserta upacara serta
menyiapkan kerapian kelompok/barisan upacara (jarak antar
barisan yang satu dengan yang lain diatur sedemikian rupa
sehingga terlihat rapi/teratur dan seimbang).
2. Memimpin penghormatan umum kepada Inspektur upacara
dengan aba-aba “Kepada Inspektur upacara hormat...gerak”
(peserta upacara sudah disiapkan).
3. Menyampaikan laporan, kepada Inspektur upacara bahwa
upacara siap dimulai, dengan mengucapkan kata-kata sebagai
berikut: Lapor upacara (sebut upacara apa)...siap dimulai.
4. Memimpin penghormatan kepada bendera Merah Putih dengan
Aba-aba: “kepada Sang Merah Putih hormat......gerak” selanjutnya
setelah bendera sampai di puncak/ditempatnya lalu memberikan
aba-aba “tegak ...gerak”.
5. Pada waktu Inspektur upacara akan menyampaikan amanat maka
komandan upacara mengistirahatkan barisan upacara (kalau
diminta), dengan aba-aba ”untuk perhatian istirahat di tempat ...
gerak”

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
48 2020
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

6. Selanjutnya secara otomatis menyiapkan kembali barisan


upacara setelah Inspektur upacara selesai menyampaikan
amanatnya dengan aba-aba “siap ... gerak”.
7. Menyampaikan laporan kepada Inspektur upacara bahwa upacara
selesai dengan mengucapkan kata-kata “Upacara telah selesai
dilaksanakan, Laporan selesai”.
8. Memimpin penghormatan umum kepada Inspektur upacara
dengan aba-aba “kepada Inspektur upacara hormat ... gerak”
9. Membubarkan barisan peserta upacara.
Inspektur Upacara
1. Memahami dan menguasai tata urutan acara upacara
2. Menerima laporan kesiapan upacara dari penanggung jawab
upacara sebelum memasuki lapangan upacara.
3. Menerima dan membalas penghormatan umum dari peserta
upacara.
4. Memimpin mengheningkan cipta.
5. M e m e r i n t a h k a n k e p a d a k o m a n d a n u p a c a r a u n t u k
mengistirahatkan atau membubarkan peserta upacara.
6. Menerima laporan dari penanggung jawab upacara bahwa
upacara telah selesai.
7. Pejabat lain sesuai dengan kebutuhan, misalnya perlengkapan,
keamanan dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan
h. Tata Urutan Upacara Bendera
Kegiatan upacara umum di lapangan terdiri dari persiapan upacara
dan pelaksanaan upacara, sebagai contoh pelaksanaan upacara
pengibaran/ penurunan bendera.
Persiapan Upacara
1. Seluruh peserta upacara diatur dalam kelompok/barisan, 15
menit sebelum pelaksanaan upacara dimulai, masing-masing
kelompok/barisan meluruskan barisannya.
2. Petugas-petugas upacara seperti penggerak bendera, pembaca/
p e n g u c a p P e m b u k a a n U U D Ta h u n 1 9 4 5 d a n P a n c a
Prasetya KORPRI serta pembawa acara telah menempati tempat
yang telah ditentukan (sesuai kebutuhan dan kekhasan).
3. Komandan upacara memasuki lapangan upacara.
4. Komandan upacara mengambil alih pimpinan seluruh barisan
peserta upacara.
5. Komandan upacara merapikan/menyempurnakan susunan
barisan peserta upacara.
6. Pembawa acara membacakan urutan upacara.
DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2019 49
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

Pelaksanaan Upacara Bendera


1. Penanggung jawab upacara lapor kepada Inspektur upacara
bahwa upacara siap dimulai, di luar lapangan upacara (biasanya
dilakukan di ruang VIP) dengan kata-kata “Lapor, upacara
... (jelaskan upacara apa) siap dimulai”.
2. Pembawa acara mulai membacakan acara upacara bahwa upacara
segera dimulai, Inspektur upacara memasuki lapangan upacara
dan barisan disiapkan.
3. Komandan upacara menyiapkan barisan upacara dengan aba-aba
“Siap ... gerak”.
4. Inspektur upacara memasuki lapangan upacara yang diantar oleh
penanggungjawab upacara (biasanya Inspektur upacara
didampingi oleh ajudan untuk membawakan map teks
amanat/sambutan).
5. Penghormatan umum kepada Inspektur upacara yang dipimpin
oleh pimpinan upacara dengan aba-aba “kepada Inspektur
upacara, hormat ... gerak”. Setelah dibalas oleh Inspektur upacara
sampaikan aba-aba “Tegak ... gerak”.
6. Laporan komandan upacara kepada Inspektur upacara bahwa
upacara siap dimulai, pelaksanaannya adalah : komandan upacara
maju menghadap Inspektur upacara dan langsung menyampaikan
laporan dengan aba-aba “Lapor, (sebutkan upacara apa) siap
dimulai”. Setelah dijawab oleh Inspektur upacara dengan kata-
kata “Lanjutkan/kembali ketempat”, maka komandan upacara
kembali menjawab: kerjakan/laksanakan” selanjutnya kembali
balik kanan dan kembali ketempat semula. Persiapan Penaikan
Bendera.
7. Petugas penggerak bendera (biasanya 3 (tiga) orang) membawa
bendera mendekati tiang bendera.
8. Setelah sampai di tiang bendera, masing-masing bertugas: satu
memegang bendera, satu mengikat bendera pada tali yang ada di
tiang bendera dan satu lagi memegang tali dan menaikkan
bendera. Setelah bendera diikat dan dikembangkan, maka salah
seorang melaporkan bahwa bendera siap untuk dinaikkan, bunyi
laporan “Bendera ... Siap”.
9. Penghormatan kepada Bendera Merah Putih dipimpin oleh
komandan upacara (adakalanya dipimpin oleh Inspektur
upacara), begitu mendengar laporan dari petugas penggerek
bendera bahwa bendera siap, langsung pempimpin upacara
memberikan aba-aba “kepada sang Merah Putih, hormat ...gerak”,
(seluruh peserta upacara melakukan penghormatan). Setelah

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
50 2020
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

bendera sampai ke puncak tiang bendera, komandan upacara


memberikan aba-aba “Tegak ... gerak (Penghormatan selesai).
10. Mengheningkan cipta dipimpin oleh Inspektur upacara.
Pelaksanaannya Inspektur upacara menyampaikan kata-kata
“Mengheningkan cipta ... dimulai” (semua peserta upacara
menundukkan kepala beberapa detik (adakalanya diiringi lagu)
setelah itu Inspektur upacara mengucapkan “Selesai” dan seluruh
peserta upacara secara serentak kembali menegakkan kepala.
11. Pe m b a c a a n t e k s P a n c a s i l a . Pe l a k s a n a a n n y a , a j u d a n
menyampaikan teks Pancasila kepada Inspektur upacara dan
langsung dibaca satu persatu oleh Inspektur upacara serta diikuti
oleh peserta upacara.
12. Pembacaan Pembukaan UUD tahun 1945 dan Panca Prasetya
KORPRI. Pelaksanaanya adalah: para pembaca maju menghadap
Inspektur upacara (3 atau 4 langkah dimuka Inspektur upacara)
dan laporan dengan kata-kata “Lapor pembaca Pembukaan UUD
Tahun 1945 dan Panca Prasetya KORPRI ...siap”. Setelah dijawab
oleh Inspektur upacara “kerjakan/laksanakan”, langsung masing-
masing secara berurutan membacakan, dimulai dari pembukaan
UUD Tahun 1945. Setelah selesai membacakan, petugas kembali
melapor kepada Inspektur upacara bahwa pembacaan sudah
dilaksanakan dengan kata-kata “Pembacaan Pembukaan UUD
tahun 1945 dan Panca Prasetya KORPRI telah dilaksankan, laporan
selesai”. Setelah pembacaan selesai melaporkan, dijawab oleh
Inspektur upacara “kembali ke tempat” dan dijawab lagi oleh
pembaca “laksanakan” maka pembaca langsung balik kanan dan
berjalan menuju ke tempat semula.
13. Amanat Inspektur upacara. Pelaksanaannya ajudan memberikan
teks amanat atau Inspektur upacara akan menyampaikan amanat
tanpa teks, selanjutnya pembina upacara menginstruksikan
kepada komandan upacara mengistirahatkan barisan upacara
dengan kata-kata “Peserta upacara diistirahatkan”Begitu
mendengar instruksi diistirahatkan, maka pemimpin upacara
langsung menyampaikan aba-aba untuk mengistirahatkan
barisan upacara dengan kata-kata “istirahat ditempat ... gerak”.
Inspektur upacara membacakan atau menyampaikan amanatnya.
Pada saat Inspektur upacara selesai menyampaikan amanatnya,
maka komandan upacara langsung menyiapkan kembali barisan
upacara dengan aba-aba “siap ... gerak”
14. Pembacaan Doa; Pelaksanaannya adalah petugas yang membaca
doa (sebelum sudah berdiri dekat dengan pembawa acara)
langsung memimpin membacakan doa.

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2020 51
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

15. Laporan komandan upacara kepada Inspektur upacara tentang


selesainya upacara. Pelaksanaannya adalah: Komandan upacara
maju menghadap Inspektur upacara (3 atau 4 langkah) dan
langsung menyampaikan laporan dengan kata-kata “Upacara
telah dilaksanakan, laporan selesai”. Setelah dijawab oleh
Inspektur upacara dengan kata-kata “Bubarkan”, dan dijawab lagi
oleh komandan upacara dengan kata “Kerjakan/laksanakan”,
maka komandan upacara balik kanan kembali ke tempat semula”
Penghormatan umum kepada Inspektur upacara yang dipimpin
oleh komandan upacara dengan aba-aba “kepada Inspektur
upacara, hormat ... gerak”. Setelah penghormatan dibalas oleh
Inspektur upacara maka komandan upacara mengucapkan aba-
aba ”Tegak ... gerak”.
Upacara Selesai.
Inspektur upacara berkenan meninggalkan lapangan upacara,
selanjutnya di luar lapangan upacara, Inspektur upacara disambut
oleh penanggungjawab upacara dan menerima laporan bahwa
upacara telah dilaksanakan dengan kata-kata “Upacara telah
dilaksanakan laporan selesai”.
Formulir Kelengkapan Dalam Upacara
Dalam setiap penyelenggaraan Upacara Bendera selalu dilengkapi
dengan beberapa Formulir agar penyelenggaran Upacara dapat
berjalan dengan lancar dan khidmat karena adanya pertanggung
jawaban administrasi yang mencakup proses perencanaan,
koordinasi, pembagian tugas siapa dan berbuat apa dan petunjuk
pejabat terkait serta rencana gladi bagi petugas-petugas upacara
terwadahi dalam Formulir

D. Lembar Kegiatan
Lembar Kegiatan 3. Simulasi Implementasi Tata Upacara Bendera
Langkah-langkah kegiatan:
1. Peserta menyimak pengantar
2. Peserta menyimak penjelasan pelatih tentang materi peraturan baris
berbaris (PBB)
3. Peserta membentuk tiga peleton sesuai intruksi pelatih
4. Setiap peleton melakukan simulasi PBB sesuai intruksi pelatih
5. Semua peserta melaksanaakan apel dan upacara secara rutin selama
pelatihan
6. Peserta menyimak penguatan dari pelatih

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
52 2020
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

Lembar Kegiatan 4. Simulasi Implementasi Tata Upacara Bendera


Langkah-langkah kegiatan:
1. Peserta menyimak pengantar
2. Peserta menyimak penjelasan narasumber tentang materi
implementasi peraturan baris berbaris
3. Peserta mendapatkan dan diminta untuk membaca materi implementasi
peraturan baris berbaris
4. Peserta membentuk kelompok kecil beranggotakan 5-6 orang
5. Setiap kelompok menyusun program implementasi pelaksanaan PBB
6. Perwakilan peserta melakukan presentasi dan tanya jawab terhadap
materi yang disajikan
7. Peserta menyimak penguatan

E. Refleksi
Petunjuk :
a. Simaklah pertanyaan refleksi berikut:
1. Bagaimana kesan anda setelah mengikuti materi ini?
2. Apakah anda telah menguasai materi ini? Jika ada materi yang belum
dikuasai tulis materi apa saja.
3. Manfaat apa yang anda peroleh setelah menyelesaikan materi ini?
4. Apa yang akan anda lakukan setelah menyelesaikan materi ini?
b. Tulislah jawaban anda pada lembar kertas yang disediakan fasilitor!
c. Kumpulkan hasil refleksi pada fasilitator anda !

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2020 53
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

BAB IV
PEMBENTUKAN PERILAKU MORAL

A. Konsep Moral.
Moral yang dalam bahasa latinnya disebut 'mores' yang berarti adat
kebiasaan, di dalam Dictionary of Education, (Carter V. Good ed., 1973: 372),
dijelaskan bahwa moral ialah “a term used to delimit those characters, traits,
itentions, judgments or acts which can appropriately be designated as right,
wrong, good, bad”. Menurut definisi ini moral merupakan suatu istilah yang
digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai kehendak,
pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah,
baik, buruk.
Ada beragam pengetahuan moral yang dapat kita manfaatkan ketika
kitaberhadapan dengan tantangan-tantangan moral dalam hidup. Enam
pengetahuan moral berikut diharapkan dapat menjadi tujuan pendidikan
karakter.
1. Kesadaran Moral (Moral Awareness)
Kegagalan moral yang sering terjadi pada diri manusia dalam semua
tingkatan usia adalah kebutaan moral; kondisi di mana orang tak mampu
melihat bahwa situasi yang sedang ia hadapi melibatkan masalah moral
dan membutuhkan pertimbangan lebih jauh. Anak-anak dan remaja
khususnya sangat rentan terhadap kegagalan seperti ini bertindak tanpa
mempertanyakan "apakah ini benar?" Bahkan seandainya pertanyaan
seperti "mana yang benar?" terlintas dalam benak seseorang, ia masih
tetap bisa gagal melihat masalah moral spesifik dalam sebuah situasi
moral. Anak-anak harus mengetahui bahwa tanggung jawab moral
pertama mereka adalah menggunakan akal mereka untuk melihat kapan
sebuah situasi membutuhkan penilaian moral kemudian memikirkan
dengan cermat pertimbangan apakah yang benar untuk tindakan
tersebut. Untuk membentuk warga negara yang bertanggung jawab
harus ada upaya membuat mereka terinformasi. Pendidikan nilai dapat
melakukan tugas ini dengan mengajarkan siswa cara memastikan fakta
terlebih dahulu sebelum membuat sebuah timbangan moral.
2. Mengetahui Nilai-Nilai Moral (Moral Values)
Nilai moral seperti menghormati kehidupan dan kemerdekaan,
bertanggung jawab terhadap orang Iain, kejujuran, keadilan, toleransi,
sopan santun, disiplin diri, integritas, belas kasih, kedermawanan, dan
keberanian adalah faktor penentu dalam membentuk pribadi yang baik.
Jika disatukan, seluruh faktor ini akan menjadi warisan moral yang
diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Melek etis
menuntut adanya pengetahuan terhadap semua nilai ini. Mengetahui

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
54 2020
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

sebuah nilai moral berarti memahami bagaimana menerapkannya


dalam berbagai situasi. Apa artinya "tanggung jawab" ketika Anda
melihat seseorang merusak barang milik sekolah atau mengambil
sesuatu yang bukan milik mereka.
3. Pengambilan Perspektif (Perspective Taking).
Pengambilan perspektif adalah kemampuan untuk mengambil sudut
pandang orang lain, melihat situasi dari sudut pandang orang lain,
membayangkan bagaimana mereka akan berpikir, bereaksi, dan merasa.
Ini adalah prasyarat bagi pertimbangan moral: Kita tidak dapat
menghormati orang dengan baik dan bertindak dengan adil terhadap
mereka jika kita tidak memahami mereka. Tujuan mendasar dari
pendidikan moral seharusnya adalah membantu siswa untuk merasakan
dunia dari sudut pandang orang lain, khususnya mereka yang berbeda
dengan dirinya.
Penalaran moral adalah memaharni makna sebagai orang yang bermoral
dan mengapa kita harus bermoral. Mengapa memenuhi janji adalah hal
penting? Mengapa kita harus berusaha sebaik mungkin? Mengapa kita
harus berbagi dengan orang lain? Pada tingkatan tertinggi, penalaran
moral juga melibatkan pemahaman terhadap beberapa prinsip moral
klasik, seperti: ”Hormatilah martabat setiap individu”; ”Perbanyaklah
berbuat baik”; dan ”Bersikaplah sebagaimana engkau mengharapkan
orang lain bersikap padamu”. Prinsip-prinsip semacam ini menuntun
perbuatan moral dalam berbagai macam situasi.

Gambar 4.1. Perbuatan Baik di Lingkungan Sekolah

4. Penalaran Moral (Moral Reasoning)


Seiring dengan perkembangan penalaran moral anak-anak, dan riset
menunjukkan pada kita bahwa perkembangan terjadi secara bertahap,
mereka akan mempelajari mana yang termasuk sebagai nalar moral dan
mana yang tidak ketika mereka akan melakukan sesuatu. Pada tingkatan
tertinggi, penalaran moral juga melibatkan pemahaman terhadap

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2020 55
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

beberapa prinsip moral klasik, seperti; ”hormatilah setiap martabat


setiap individu”, ”perbanyaklah berbuat baik”, dan ”bersikaplah
sebagaimana engkau mengharapkan orang lain bersikap padamu”.
5. Membuat Keputusan (Decision Making)
Mampu memikirkan langkah yang mungkin akan diambil sescorang yang
sedang menghadapi persoalan moral disebut sebagai keterampilan
pengambilan keputusan reflektif. Pendekatan pengambilan keputusan
dengan cara mengajukan pertanyaan "apa saja pilihanku", "apa saja
konsekuensinya" telah diajarkan bahkan sejak usia pra TK.
6. Memahami Diri Sendiri (Self Knowledge)
Memahami diri sendiri merupakan pengetahuan moral yang paling sulit
untuk dikuasai, tetapi penting bagi pengembangan karakter.Untuk
menjadi orang yang bermoral diperlukan kemampuan mengulas
perilaku diri sendiri dan mengevaluasinya secara kritis. Membangun
pemahaman diri berarti sadar terhadap kekuatan dan kelemahan
karakter kita dan mengetahui cara untuk memperbaiki kelemahan
tersebut. Di antara sejumlah kelemahan yang lazim dimiliki manusia
adalahkecenderungan untuk melakukan apa yang diinginkan lalu
mencari pembenaran berdasarkan fakta-fakta yang ada.

B. Pembinaan Perilaku Moral


Perilaku moral adalah produk dari dua bagian karakter lainnya.Jika orang
memiliki kualitas moral intelektual dan emosional seperti yang baik, mereka
memiliki kemungkinan melakukan tindakan yang menurut pengetahuan
dan perasaan mereka adalah tindakan yang benar. Namun terkadang orang

Gambar 4.2. Pembinaan Moral

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
56 2020
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

bisa berada dalam keadaan di mana mereka mengetahui apa yang harus
dilakukan, merasa harus melakukannya, tetapi masih belum bisa
menerjemahkan perasaan dan pikiran tersebut dalam tindakan. Untuk
memahami sepenuhnya apa yang menggerakkan seseorang sehingga
mampu melakukan tindakan bermoral atau justru menghalanginya, kita
perlu melihat lebih jauh dalam tiga aspek karakter lainnya yakni:
kompetensi moral, kemauan, dan kebiasaan.
1. Kompetensi moral.
Kompetensi moral adalah kemampuan mengubah pertimbangan dan
perasaan moral ke dalam tindakan moral yang efektif. Untuk
menyelesaikan sebuah konflik secara adil, misalnya, kita membutuhkan
keterampilan praktis seperti mendengarkan, mengomunikasikan
pandangan kita tanpa mencemarkan nama baik orang lain, dan
melaksanakan solusi yang dapat diterima semua pihak. Kompetensi juga
berperan dalam situasi-situasi moral lainnya. Untuk membantu
seseorang yang tengah menghadapi kesulitan, kita harus dapat
memikirkan dan melaksanakan rencana yang sudah dibuat. Pelaksanaan
rencana akan lebih mudah jika sebelumnya kita telah memiliki
pengalaman menolong orang yang tengah menghadapi kesulitan.
2. Kemauan
Dalam situasi-situasi moral tertentu, membuat pilihan moral biasanya
merupakan hal yang sulit. Menjadi baik sering kali menuntut orang
memiliki kehendak untuk melakukan tindakan nyata, mobilisasi energi
moral untuk melakukan apa yang menurut kita harus dilakukan.
Kehendak dibutuhkan untuk menjaga emosi agar tetap terkendali
olehakal.Kehendak juga dibutuhkan untuk dapat melihat dan
memikirkan suatu keadaan melalui seluruh dimensi moral.Kehendak
dibutuhkan untuk mendahulukan kewajiban, bukan kesenangan.
Kehendak dibutuhkan untuk menahan godaan, bertahan dari tekanan
teman sebaya, dan melawan gelombang. Pada dasarnya kehendak
merupakan inti keberanian moral.
3. Kebiasaan.
Dalam banyak situasi, kebiasaan merupakan faktor pembentuk perilaku
moral.Orang-orang yang memiliki karakter yang baik bertindak dengan
sungguhsungguh, loyal, berani, berbudi, dan adil tanpa banyak tergoda
oleh hal-hal sebaliknya. Mereka bahkan sering kali menentukan "pilihan
yang benar" secara tak sadar. Mereka melakukan hal yang benar karena
kebiasaan. Untuk alasan inilah sebagai bagian dari pendidikan moral,
anak-anak membutuhkan banyak kesempatan untuk membangun
kebiasaan-kebiasaan baik, dan banyak berlatih untuk menjadi orang
baik. Itu berarti mereka harus memiliki banyak pengalaman menolong

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2020 57
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

orang lain, berbuat jujur, bersikap santun dan adil. Dengan demikian,
kebiasaan baik ini akan selalu siap melayani mereka dalam keadaan sulit
sekalipun. Dalam diri seseorang yang berkarakter baik, pengetahuan,
perasaan, dan tindakan moral biasanya bekerja secara bersama-sama
untuk saling mendukung. Tentu saja, tidak selalu demikian; orang yang
sangat baik sekalipun sering kali gagal menunjukkan moral terbaik
mereka. Tetapi ketika kita membangun karakter yang merupakan sebuah
proses seumur hidup, kehidupan bermoral yang kita jalani secara
bertahap akan dapat memadukan pertimbangan, perasaan, dan pola-
pola tingkah laku yang benar.
Salah satu cara untuk menumbuhkan aspek moral feeling adalah dengan
cara membangkitkan kesadaran anak akan pentingnya memberikan
komitmen terhadap nilai-nilai moral. Sebagai contoh untuk untuk
menanamkan kecintaan anak untuk jujur dengan tidak mencontek, orang
tua harus dapat menumbuhkan rasa bersalah, malu dan tidak empati atas
tindakan mencontek tersebut. Kecintaan ini (moral feeling) akan menjadi
kontrol internal yang paling efektif, selain kontrol eksternal berupa
pengawasan orang tua terhadap tindak tanduk anak dalam keseharian.
Terdapat enam hal aspek emosi merupakan yang harus dirasakan oleh
seseorang untuk menjadi manusia bermoral atau berkarakter, yakni
conscience (nurani), self esteem (percaya diri), empathy (merasakan
penderitaan orang lain), loving the good (mencintai kebenaran), self
control (mampu mengontrol diri) dan humility (kerendahan hati).
Namun, pendidikan nilai / moral atau karakter hanya sampai pada moral
feeling saja tidaklah cukup, sebab sebatas ingin atau mau, tanpa disertai
perbuatan nyata hanya menghasilkan manusia munafik.
Di kalangan remaja dan pelajar, merosotnya nilai-nilai moral dan
karakter remajaini dapat dilihat dari beberapa kejadian dan perilaku
tindakan kriminal yang semakin merebak dalam berbagai jenis, bentuk,
dan polanya yang sering dijumpai dalam media massa dan elektronik.
Fenomena seperti itu dapat dilihat dengan adanya perkelahian antar-
pelajar, penggunaan obat terlarang (narkotika, ekstasi, dan sejenisnya),
kebut-kebutan di jalan raya, pemerkosaan, pencurian, pecandu
minuman beralkohol, penodongan, pelecehan seksual, dan perilaku
lainnya yang melanggar nilai etika dan norma susila di kalangan
remaja/pelajar. Adapun tempat kejadiannya bisa terjadi di kota-kota
besar, kota kabupaten, dan bahkan di pelosok-pelosok daerah termasuk
di lingkungan lembaga sekolah. Jika hal ini berlangsung terus dan dan
tidak dikendalikan secara tepat maka akan berdampak negatif terhadap
merosotnya lembaga pendidikan sebagai tempat untuk membina dan
mendidik generasi muda sebagai penerus bangsa yang berakhlak mulia.
Beberapa kegiatan prefentif untuk menghalau dan mencegah

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
58 2020
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

merosotnya perilaku moral di sekolah yakni :


1. Penyuluhan Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika
dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA)
Penyebaran penyalahgunaan NAPZA di Indonesia telah meluas dan
sangat mengkhawatirkan, tidak saja di perkotaan, melainkan juga
menjangkau ke perdesaan. Masalah penyalahgunaan NAPZA
merupakan masalah yang sangat kompleks yang memerlukan upaya
penanggulangan secara komprehensif dengan melibatkan kerja
sama multidispliner, multisektor, dan peran serta masyarakat
termasuk warga sekolah secara aktif yang dilaksanakan secara
berkesinambungan, konsekuen, dan konsisten. Meskipun dalam
kedokteran sebagian besar narkoba masih bermanfaat bagi
pengobatan, namun bila disalahgunakan atau digunakan
berlebihan/tidak menurut indikasi medis atau standar pengobatan
terlebih lagi bila disertai peredaran di jalur ilegal akan berakibat
sangat merugikan bagi individu maupun masyarakat luas khususnya
generasi muda. Indonesia saat ini tidak hanya sebagai transit
perdagangan gelap serta tujuan peredaran narkoba, tetapi juga
telah menjadi produsen dan pengekspor.

Gambar 4.3. Pembinaan Moral

Data yang akurat mengenai besaran penyalah guna narkoba secara


umum memang belum ada.Namun diperkirakan jumlah penyalah guna
narkoba dan zat yang digunakan semakin berkembang. Badan Narkotika

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2020 59
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

Nasional Pusat (BNNP) mencatat bahwa pada tahun 2013, korban


penyalahgunaan narkoba mencapai angka sebesar 2,2 persen dari total
jumlah penduduk Indonesia atau setara 4,2 juta jiwa. Korban
penyalahgunaan narkoba itu berusia antara usia 10-59 tahun. Keadaan
ini sungguh riskan karena paling banyak yang menjadi korban narkoba
pada usia produktif. Padahal usia produktif merupakan usia dimana
individu dapat meningkatkan taraf hidupnya mulai dari ekonomi, sosial,
dan kesehatan.
Ditinjau dari jenisnya, ketergantungan narkoba merupakan
penyakit mental dan perilaku yang dapat berdampak pada kondisi
kejiwaan yang bersangkutan dan masalah lingkungan sosial. Ditinjau
dari sejumlah kasus, walaupun tidak ada data yang pasti mengenai
jumlah kasus penyalah guna narkoba, namun diperkirakan beberapa
tahun terakhir jumlah kasus penyalah guna narkoba cenderung semakin
meningkat, bahkan jumlah yang sebenarnya diperkirakan sesuai dengan
fenomena “gunung es” dimana jumlah kasus yang ada jauh lebih besar
daripada kasus yang dilaporkan atau dikumpulkan. Masyarakat secara
umum memandang masalah gangguan penggunaan narkoba lebih
sebagai masalah moral daripada masalah kesehatan.

STOP CORRUPTION

Gambar 4.4. Penyuluhan Anti Korupsi

2. Penyuluhan Anti Korupsi


Hari-hari ini kita menyaksikan berita tentang tindak pidana korupsi
dan perilaku koruptif di mana-mana.Terjadi di hampir semua daerah di
Tanah Air, di semua level, dan di semua segi kehidupan dengan beragam

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
60 2020
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

jenis, modus, dan kompleksitas. Perilaku koruptif telah merasuki semua


elemen bangsa. Padahal kita semua tahu bahwa korupsi adalah perilaku
yang tidak bermoral. Sebuah ironi. Muara dari persoalan korupsi adalah
hilangnya nilai-nilai antikorupsi (jujur, peduli, mandiri, disiplin,
tanggung- jawab, kerja keras, sederhana, berani, adil) dari dalam diri
individu.
Penumbuhan sikap antikorupsi pada generasi muda harus dimulai
sejak dini. Untuk mewujudkan hal itu, Pada tahun 2018, Ketua Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) Agus Rahardjo bersama Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy; Menteri
Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo; Menteri Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir, serta; Menteri
Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin, menandatangani komitmen
bersama untuk mengimplementasikan pendidikan antikorupsi pada
jenjang pendidikan dasar, menengah, dan tinggi. Ada beberapa poin
yang telah disepakati dalam penandatanganan komitmen bersama ini,
antara lain:
1) Pendidikan karakter dan budaya antikorupsi merupakan langkah
pencegahan yang penting dalam membangun generasi
berintegritas untuk mengurangi korupsi yang ada dalam kehidupan
bangsa Indonesia;
2) Sepakat untuk bersama-sama menjalankan pendidikan karakter dan
budaya antikorupsi serta mewujudkan tata kelola pendidikan yang
bersih dan baik untuk mendukung tumbuh kembangnya integritas
yang ideal di lingkungan pendidikan, dan;
3) Sepakat untuk bersama-sama dan segera melakukan langkah-
langkah yang diperlukan untuk mengimplementasikan pendidikan
karakter dan budaya antikorupsi serta tata kelola pendidikan yang
baik dan bersih.
3. Penyuluhan Pergaulan Sehat
Pergaulan merupakan proses interaksi yang dilakukan oleh individu
dengan individu, dapat juga oleh individu dengan kelompok. Pergaulan
mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan kepribadian
seorang individu. Pergaulan yang ia lakukan itu akan mencerminkan
kepribadiannya, baik pergaulan yang positif maupun pergaulan yang
negatif. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan
dewasa.Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa
perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka
bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau
bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2020 61
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

Pergaulan Sehat

Gambar 4.5. Penyuluhan Pergaulan Sehat

Pembentukan pergaulan sehat dapat dilakukan melalui:


a. Kelompok bermain teman sebaya
Aktifitas permainan ini mengarah kepada pembentukan tubuh yang
sehat yang dan sarana pergaulan yang sehat.
b. Kelompok belajar
Pembentukan kelompok belajar merupakan bentuk pergaulan yang
sehat mengarah pada pemupukan aspek kecerdasan. Melalui kegiatan
kelompok belajar inilah daya pikir anak lebih terasa.
c. Kegiatan pengembangan diri
Aktifitas kegiatan dalam bentuk perkumpulan-perkumpulan yang
mengarah kepada pengembangan bakat dan minat. Dengan menjadi
anggota suatu perkumpulan pengembangan diri inilah anak
disamping dapat membentuk kecakapan sesuai bakatnya, juga
memperluas pergaulan dari berbagai latar belakang yang memiliki
kesamaan minat
d. Kegiataan keagamaan
Kegiatan keagamaan sesuai agama yang dianutnya diarahkan pada
pembinaan mental spiritual yang berkaitan dengan keimanan dan
ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa secara intensif dapat
dilakukan dengan aktif terjun dalam kegiatan keagamaan sesuai
dengan agama yang dianutnya.
e. Kegiatan Sosial
Melalui kegiatan sosial tersebut, anak dilatih untuk menerapkan nilai-
nilai kemanusiaan dalam kehidupan sehari-hari.

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
62 2020
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

f. Kegiatan pecinta alam


Kegiatan pecinta alam merupakan media yang tepat bagi remaja yang
senang berpetualang dan mencari tahu mengenai rahasia alam secara
langsung.

Pengaruh positif pergaulan yang sehat dapat membentuk perilaku anak


antara lain:
1) Lebih mengenal nilai-nilai dan norma social yang berlaku sehingga
mampu membedakan mana yang pantas dan mana yang tidak dalam
melakukan sesuatu.
2) Lebih mengenal kepribadian masing-masing orang sekaligus
menyadari bahwa manusia memiliki keunikan yang masing-masing
perlu dihargai
3) Mampu menyesuaikan diri dalam berinteraksi dengan banyak orang
sehingga mampu meningkatka rasa percaya diri
4) Mampu membentuk kepribadian yang baik yang bisa diterima di
berbagai lapisan masyarakat sehingga bisa tumbuh dan
berkembang menjadi sosok individu yang pantas diteladani

Upaya penumbuhan pergaulan sehat dapat dilakukan melalui:


a. Memperbaiki cara pandang dengan mencoba bersikap optimis dan
hidup dalam “kenyataan”, maksudnya sebaiknya remaja dididik dari
kecil agar tidak memiliki angan-angan yang tidak sesuai dengan
ke m a m p u a n n y a s e h i n g g a a p a b i l a re m a j a m e n d a p a t k a n
kekecewaan mereka akan mampu menanggapinya dengan positif.
b. Menjaga keseimbangan pola hidup yaitu perlunya remaja belajar
disiplin dengan mengelola waktu, emosi, energi serta pikiran
dengan baik dan bermanfaat, misalnya mengatur waktu dalam
kegiatan sehari-hari serta mengisi waktu luang dengan kegiatan
positif
c. Jujur pada diri sendiri yaitu menyadari pada dasarnya tiap-tiap
individu ingin yang terbaik untuk diri masing-masing. Sehingga
pergaulan bebas tersebut dapat dihindari. Jadi dengan ini remaja
tidak menganiaya emosi dan diri mereka sendiri.
d. Memperbaiki cara berkomunikasi dengan orang lain sehingga terbina
hubungan baik dengan masyarakat, untuk memberikan batas diri
terhadap kegiatan yang berdampak negatif dapat kita mulai dengan
komunikasi yang baik dengan orang-orang di sekeliling kita.
e. Perlunya remaja berpikir untuk masa depan. Jarangnya remaja
memikirkan masa depan. Seandainya tiap remaja mampu

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2020 63
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

menanamkan pertanyaan “Apa yang akan terjadi pada diri saya nanti
jika saya lalai dalam menyusun langkah untuk menjadi individu yang
lebih baik?” kemudian hal itu diiringi dengan tindakan-tindakan
positif untuk kemajuan diri para remaja. Dengan itu maka remaja-
remaja akan berpikir panjang untuk melakukan hal-hal menyimpang
dari aturan/norma.

4. Penyuluhan Internet Sehat


Internet adalah sistem jaringan komputer global yang saling
terhubung menggunakan protokol internet (TCP/IP) untuk
menghubungkan perangkat di komputer di seluruh dunia.Banyak sekali
informasi yang tersebar di dalam internet. Setiap yang mengaksesnya
dapat mendapatkan informasi apapun. Dengan kondisi tersebut, sangat
berbahaya jika internet digunakan dengan salah, khususnya oleh
peserta didik. Internet sehat adalah segala hal yang berkaitan dalam
akses mengakses internet yang memilki nilai positif bagi para pengguna
internet agar senantiasa memberikan hal yang terbaik bagi diri maupun
orang lain.

internet Sehat

Gambar 4.5. Penyuluhan Internet Sehat

Dunia internet sekarang ini menjadi sebuah bagian yang viral dan
vital dalam berkomunikasi digital. Bagi sebagian orang internet adalah
sebuah media yang dapat mengembangkan kemampuan baik
intelektual, life skill atau wawasan. Namun begitu banyaknnya nilai-nilai
intelektual dalam bentuk ide-ide dalam dunia maya, kadang kala
kemampuan tersebut disalahgunakan. Hal ini bisa dikarenakan juga dari

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
64 2020
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

tidak kesengajaan atau tidak kepahaman tentang dunia internet


tersebut. Semakin hari semakin berkembang pesat teknologi internet
semakin banyak pula hal-hal baru di dalamnya. Sebagian besar
pengguna internet adalah para pemuda dan remaja. Namun dalam
kaitanya dengan isi internet yang bermacam-macam baik yang positif
ataupun yang negatif, pengguna internet tentulah perlu berlaku bijak
untuk menggunakan semua informasi yang ada di dalamnya.
Perilaku ber-Internet berkaitan langsung dengan sedikit-banyaknya
materi negatif yang mengancam peserta didik. Semakin waspada dan
tidak ceroboh ketika menggunakan Internet, maka akan makin kecil
kemungkinan peserta didik terpapar berbagai materi negatif dari
Internet. Salah satu langkah antisipasi untuk menangkal materi negatif
tersebut adalah dengan menginstal software pengaman di komputer
kita. Yang harus diingat adalah, berbagai macam software yang tersedia
tidak dapat menggantikan peran orang-tua, guru ataupun komunitas
dalam memberikan keamanan dan kenyamanan peserta didik selama
ber-Internet.
Software hanyalah alat bantu, yang tidak bisa menjamin 100%
menghalau materi negatif dari Internet. Secara umum, software
pengaman tersebut terdiri atas:
a. Software Anti-Spyware; Software ini secara khusus akan
berfungsi mendeteksi dan mencegah program jahat seperti sypware
dan adware yang gemar menyedot data-data rahasia/privasi kita
secara diam-diam.
b. Software Browser Anak; Software browser adalah yang menjadi
perantara utama antara Internet dengan komputer yang digunakan.
Browser anak secara umum telah dirancang untuk semaksimal
mungkin menyaring berbagai situs, gambar atau teks yang tak layak
diterima anak. Browser anak juga didisain untuk menarik dan mudah
digunakan oleh anak.
c. Software Anti-Virus; Software ini untuk mencegah agar program jahat
perusak data semisal virus, worm dantrojan horse bercokol dan
berkembang-biak di komputer kita.
d. Software Parental (Filter, Monitor dan Penjadwalan); Software ini
untuk mencegah anak sengaja atau tidak sengaja membukan dan/atau
melihat berbagai gambar yang tak layak (pornografi, sadisme, dan
sebagainya) yang terdapat di situs Internet. Software ini juga akan
memudahkan orang tua ataupun pengasuh untuk memonitor aktifitas
anak selama online dengan berbagai variasi metode pengawasan.
Fungsi lain dari software ini adalah untuk membatasi jumlah/ durasi

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2020 65
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

waktu peserta didik dalam menggunakan Internet. Termasuk untuk


pengaturan hari dan jam tertentu sehingga komputer dapat atau tidak
dapat digunakan oleh anak untuk ber-Internet.
e. Software Firewall; Software ini akan membantu kita mencegah orang
jahil (semisal hacker) yang berkeliaran di Internet dan mencoba
menerobos masuk ke komputer kita untuk mencuri atau merusak data
didalamnya, selama kita terhubung dengan Internet

C. Lembar Kegiatan
Lembar Kegiatan 5. Penyusunan program penyuluhan pembentukan
perilaku moral
Langkah-langkah kegiatan:
1. Peserta menyimak pengantar
2. Peserta menyimak penjelasan narasumber tentang materi
pembentukan perilaku moral
3. Peserta mendapatkan dan diminta untuk membaca materi
pembentukan perilaku moral
4. Peserta membentuk kelompok kecil beranggotakan 5-6 orang
5. S e t i a p k e l o m p o k m e n y u s u n p r o g r a m p e n y u l u h a n y a n g
melibatkan institusi terkaitke dalam format LK 5 dengan materi :
- Penyuluhan anti NAPZA
- Penyuluhan anti korupsi
- Penyuluhan pergaulan sehat
- Penyuluhan internet sehat di sekolah

LK 5. Rencana program penyuluhan pembentukan perilku moral taruna

Hari/Tanggal Materi Mekanisme Intitusi/Lembaga Penanggung


No
Pelaksanaan Penyuluhan Pelaksanaan Terkait jawab
1. Contoh: penyuluhan Tempat Dinas Guru BK
Rabu, 28 anti Pelaksanaan kesehatan/POLRI
Agustus 2019 Waktu
NAPZA pelaksanaan
Sasaran: Kelas
X, XI, XII
Metode:
Ceramah,
diskusi,
rencana aksi
dll

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
66 2020
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

6. Perwakilan peserta melakukan presentasi dan tanya jawab terhadap


materi yang disajikan
7. Peserta menyimak penguatan
D. Refleksi
Petunjuk :
a. Simaklah pertanyaan refleksi berikut:
1. Bagaimana kesan anda setelah mengikuti materi ini?
2. Apakah anda telah menguasai materi ini? Jika ada materi yang belum
dikuasai tulis materi apa saja.
3. Manfaat apa yang anda peroleh setelah menyelesaikan materi ini?
4. Apa yang akan anda lakukan setelah menyelesaikan materi ini?
b. Tulislah jawaban anda pada lembar kertas yang disediakan fasilitor!
c. Kumpulkan hasil refleksi pada fasilitator anda !

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2020 67
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

BAB V
PENUTUP

Disiplin bukan sikap yang dibawa sejak lahir, meskipun sifat-sifat


kepribadian sejak lahir juga akan ikut menentukan. Disiplin latihan merupakan
salah satu aspek psikologis yang sangat penting bagi Taruna. Disiplin Taruna
terlihat dari kesediaan untuk mereaksi dan bertindak terhadap nilai-nilai yang
berlaku. Pembinaan kedisiplinan Taruna adalah kesadaran dan ketaatan
terhadap ketentuan-ketentuan dan norma-norma yang berlaku dalam
lingkungan sekolah. Sikap disiplin sangat penting karena sikap ini menjadi
wujud pengendalian diri, sehingga seorang Taruna akan bertanggung jawab
dengan setiap perilakunya. Seorang Taruna akan sulit berkembang tanpa
kedisiplinan meskipun mempunyai kualitas dan bakat yang baik. Penanaman
disiplin harus dilandasi pengertian pokok mengenai pengendalian diri dan
disiplin, yang intinnya menanamkan kepatuhan yang didasarkan atas
pemahaman dan kesadaran, serta tanggung jawab.
Di sekolah Taruna memerlukan institusi dan sesi formal untuk
mendapatkan pengetahuan moral (moral knowing), untuk menghargai nilai-
nilai murni (moral feeling) dan untuk melaksanakan moral (moral action) yang
baik. Sebab perilaku dan moralitas tidak terbentuk begitu saja atau
membiarkan seorang anak berkembang apa adanya. Oleh karena itu sesi
formal haruslah dimuat dalam kurikulum sekolah, di sini kurikulum berperan
penting sebagai pemandu yang dapat mengarahkan pendidikan nilai-nilai
moral dan karakter kepada Taruna.

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
68 2020
Pembinaan
Kedisiplinan Taruna

Daftar Pustaka :
Azra Azyumardi, (1999). Esai-esai intelektual muslim dan pendidikan Islam,
Jakarta: Logos Wacana Ilmu
https://www.slideshare.net/annaseptiyani1/pergaulan-sehat-untuk-remaja
C e n t i , P. J . 1 9 9 5 . M e n g a p a R e n d a h D i r i . Y o g y a k a r t a :
Anthony, R. 1992. Rahasia Membangun Kepercayaan Diri (terjemahan
Rita Wiryadi). Jakarta: Binarupa Aksara.
Kanisius Drajat , Z. 1994. Remaja, Harapan dan Tantangan. Jakarta : CV. Ruhama
Lauster, P. 1997. Test Kepribadian ( terjemahan Cecilia, G. Sumekto ). Yokyakarta.
Kanisius
Hakim. T, 2002, Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri, Jakarta : Purwa Suara.
----------Pengertian Kepercayaan Diri, (http://ilmupsikologi.wordpress.com, di
unduh pada tanggal 08 Oktober 2014).
----------Pengertian Kepercayaan Diri, (http://miklotof.wordpress.com, di
unduh pada tanggal 08 Oktober 2014).
Kemendiknas. 2010. Bahan Pelatihan, Penguatan Metodologi Pembelajaran
Berdasarkan Nilai-nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan
karakter Bangsa, Pengem-bangan Pendidikan Budaya dan Karakter
Bangsa . Jakarta: Balitbang (Badan Penelitian dan Pengembangan)
Pusat Kurikulum
Hambali. 2014. Pelaksanaan Pendidikan Karakter Bangsa di Sekolah Menengah
Pertama, Kota Pekanbaru, Riau , Indonesia. Malaysia: Desertasi S3
Fakulti Pendidikan UKM
Hambali. 2015.a. Students Reaction Towards Nation Characters Education and
the Impacts on the Practice of Nationalist Characters. Journal of Applied
S c i e n c e s , 2 0 1 5 , I S S N 1 8 1 2 - 5 6 5 4 . Vo l u m e 1 5 I s s u e 9
2015.www.ansinet.com. DOI: 10.3923/jas.2015

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2020 69
Untuk kritik dan saran yang membangun,
hubungi kami di ;
Email : pesertadidiksmk@kemdikbud.go.id
No. Hp : 08222 - 1001 - 0016 (Bidang Peserta Didik)

Anda mungkin juga menyukai