OLEH
KELOMPOK II
4. Dwinabellamaharani 1801150
PADANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
B. Toleransi perifer
Seperti dengan sel T, sel B terus berfungsi dalam pengawasan perifer untuk
mempertahankan toleransi. Meskipun sel B yang meninggalkan sumsum tulang
yang meninggalkan sumsum tulang adalah toleran terhadap self-antigen. Namun,
beberapa sel terlepas dari proses seleksi negative. Untuk mencegah autoimunitas,
ada proses pencegahan toleransi kedua diperifer. Setelah meninggalkan sumsum
tulang, sel B yang relative imatur, bermigras tive imatur, bermigrasi ke zona sel T
ke zona sel T luar dalam limpa. Sel B dengan seleksi negative menempati limpa,
diproses untuk induksi anergi, dicegah bermigrasi sel ke folikel sel B dan
apoptosis ditin apoptosis ditingkatkan. Siklus sel B self- gkatkan. Siklus sel B self
reaktif dalam limpa adalah 1-3 hari. namun beberapa sel B antigen dengan
aviditas tinggi berperan dalam respons terhadap antigen asing.
2.4.2 Toleransi sel T
Mekanisme toleransi dapat primer yang terjadi di organ limfoid pirmer seperti
sumsum tulang dan timus, yang disebut toleransi sentral, dan di perifer yang
disebut toleransi perifer.
A. Toleransi sentral
Sel T diproduksi di dalam sumsung tulang, namun pematangan dan
perkembangannya terjadi dalam timus. Prekursor sel T yang berasal dari sumsum
tulang bermigrasi melalui darah ke korteks kelenjar timus. Toleransi sentral
adalah induksi toleransi saat limfosit berada dalam perkembangannya di timus.
Proses seleksi terjadi untuk menyingkirkan timosit ang self reaktif. Melalui proses
yang disebut seleksi positif, sel T hidup dengan berikatan dengan MHC. Sel T
dengan TCR yang gagal berikatan dengan self engan self-MHC dalam timus akan
mati melalui apoptosis. Ikatan sel T dengan reseptornya dengan afinitas Ikatan sel
T dengan reseptornya dengan afinitas rendah akan tetap hidup. Namun sel T yang
mengikat kompleks peptida-MHC dengan afinitas tinggi dalam tubuh, akan
memiliki potensi untuk mengenal sel-antigen yang menimbulkan autoimunitas.
Oleh karena itu selsel tersebut disingkirkan, dan proses itu disebut seleksi negatif
atau edukasi timus. Timosit timus. Timosit yang mengalami proses seleksi negatif
dihancurkan dan gagal untuk berfungsi. Pada beberapa hal, sel T yang self reaktif
dapat lolos dari seleksi negatif dari timus dan muncul di perifer. Toleransi perifer
menginaktifkan sel-sel tersebut yang dapat diartikan sebagai inaktivaasi sel T
yang masih self-reaktif di perifer.
B. Toleransi Perifer
Toleransi perifer merupakan mekanisme yang diperlukan untuk
mempertahankan toleransi terhadap antigen yang tidak ditemukan di organ
limfoid primer atau terjadi bila ada klon sel dengan reseptor afinitas tinggi yang
lolos dari seleksi primer. Mekanisme yang dapat mencegah toleransi perifer
adalah ignorance, anergi dan konstimulasi, dan mekanisme regulasi oleh sel Treg.
1. Ignorance
Ignorance imunologis adalah keadaan bila antigen tidak dihiraukan? Tidak
kelihatan/ dikenal oleh sistem imun.
2. Sel T autoreaktif yang dipisahkan
dipisahkan Self-antigen dan limfosit juga dipisahkan oleh jalur sirkulasi limfosit
yang terbatas. Sehingga membatasi limfosit naif yang tidak bebas bergerak ke
jaringan limfoid sekunder dah darah.
3. Anergi dan kostimulasi
kostimulasi Sel yang self-reaktif disingkirkan melalui apoptosis atau induksi
anergi/ keadaan tidak responsif.
2.5 Terminasi Toleransi
A. Berbagai cara manipulasi
Beberapa jenis toleransi dapat diakhiri dengan manipulasi melalui beberapa cara
sebagai berikut :
1. Suntikan dengan sel T normal dapat mengakhiri toleransi terhadap γ
globulin heterolog. erhadap γ globulin heterolog.
2. Suntikan sel alogenik dapat mengakhiri atau mencegah toleransi.
Mekanismenya tidak spesifik dan melibatkan faktor efek alogenik dengan aktivasi
populasi asal sel T yang tidak responsive.
3. Suntikan LPS, yan g merupakan activator sel B poliklonal dapat
mengakhiri toleransi sel B kompeten dan tidak melibatkan sel T.
B. Komplek antigen-antibodi
Komplek antigen-antibodi kadang-kadang dapat menimbulkan toleransi melalui
blockade reseptor. Tetapi komplek imun dapat pula jadi sangat imunogenik,
tergantung dari sifat dan perbandingan antigen dan antibodi.
C. Molekul Pembawa Non-imunogenik
Molekul pembawa noni munogenik seperti molekul sendiri atau molekul yang
sulit dirusak dapat mengubah tolerogenisitas hapten yang pada keadaan biasa
antigenik.
D. Peran Sel-sel Asesori Pada Toleransi
APC dan makrofag merupakan sel-sel pertama yang bekerja dalam respon imun.
Pada umumnya bila antigen sampai dikenal makrofag, imunitas akan diperoleh.
Bila makrofag dilewati, beberapa jenis toleransi dapat terjadi. Rusaknya makrofag
oleh berbagai bahan yang terjadi sebelum antigen diberikan, dapat menimbulkan
toleransi. APC mempresentasikan antigen ke sel T naïf dan perkembangan sel T
selanjutnya menjadi Th1, Th2, atau Th3 tergantung dari sitokin. Parasit
intraseluler menginduksi terutama produksi IL-12 dan Th1, sedangkan parasit
ekstraseluler IL-12 dan Th1, menginduksi produksi IL-4 atau IL-13. Sel Th1
memproduksi IFN-γ yang mengaktifkan makrofag dalam fase efektor. Toleransi
bersifat epitope spesifik, tidak ada respon terhadap semua epitope dari antigen
tertentu. Deviasi imun ( split tolerance tolerance) hanya mengenai respon
humoral atau seluler saja, tetapi tidak keduanya.
A. Kesimpulan
1. Toleransi imun merupakan tidak adanya respons spesifik terhadap antigen,
sedangkan respons lainnya bekerja baik.
2. Tujuan utama system imun adalah membedakan sel tubuh sendiri dari yang
bukan dari sendiri. Kegagalan tersebut akan menimbulkan reaksi imun terhadap
sel dan organ pejamu dengan kemungkinan terjadinya penyakit autoimun.
3. Mekanisme untuk mencegah reaktivitas terhadap sel tubuh sendiri disebut
toleransi, bekerja pada beberapa tahap. Toleransi sentral befungsi untuk
menyingkirkan sel T atau sel B yang self reaktif; toleransi perifer menonaktifkan
limfosit sef reaktif yang tetap bertahan hidup dalam proses skrinning awal.
4. Faktor yang berperan dalam sifat, intensitas dan lama fungsi imun anatara lain
adalah usia, kadar hormon neuroendokrin,HLA, dosis antigen dan lingkungan
sitokin
5. Toleransi dapat terjadi pada sel B atau sel T atau keduanya dan terjadi melalui
mekanisme seperti apoptosis, anergi, akses antigen dan pembentukan sel Ts/Tr.
DAFTAR PUSTAKA
Baratawidjaja, K.G dan Iris Rengganis. 2009. Imunologi Dasar ed. 8. Balai
penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.