Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

DEMAM THYPOID

OLEH :
RIZQI FIRDAUS
NPM. 2114901110086

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN PROFESI NERS
BANJARMASIN 2021
1. Konsep penyakit
1.1. Definisi/ deskripsi penyakit
Demam thypoid atau enteric fever adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih
dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan
keasadaran. Demam thypoid disebabkan oleh infeksi salmonella typhi.
(Lestari Titik, 2016). Thypoid fever atau demam tifoid adalah penyakit
infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau
lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan gangguan
kesadaran. (Wijayaningsih kartikasari, 2013)
Jadi demam thypoid adalah penyakit infeksi yang disebabkan bakteri
salmonella typhi.

1.2. Etiologi
Penyebab utama demam thypoid ini adalah bakteri samonella typhi.
Bakteri salmonella typhi adalah berupa basil gram negatif, bergerak
dengan rambut getar, tidakberspora, dan mempunyai tiga macam
antigen yaitu antigen O (somatik yang terdiri atas zat kompleks
lipopolisakarida), antigen H (flegella), dan antigen VI. Dalam serum
penderita, terdapatzat (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen
tersebut. Kuman tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob
pada suhu 15-41 derajat celsius (optimum 37 derajat celsius) dan pH
pertumbuhan 6-8. Faktor pencetus lainnya adalah lingkungan, sistem
imun yang rendah, feses, urin, makanan/minuman yang
terkontaminasi, formalitas dan lain sebagainya. (Lestari Titik, 2016).
1.3. Patofisiologi
Proses perjalanan penyakit kuman masuk ke dalam mulut melalui
makanan dan minuman yang tercemar oleh salmonella (biasanya
˃10.000 basil kuman). Sebagian kuman dapat dimusnahkan oleh asam
hcl lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus. Jika respon
imunitas humoral mukosa (igA) usus kurang baik, maka basil
salmonella akan menembus selsel epitel (sel m) dan selanjutnya
menuju lamina propia dan berkembang biak di jaringan limfoid plak
peyeri di ileum distal dan kelenjar getah
bening mesenterika. (Lestari Titik, 2016).
Jaringan limfoid plak peyeri dan kelenjar getah bening mesenterika
mengalami hiperplasia. Basil tersebut masuk ke aliran darah
(bakterimia)
melalui duktus thoracicus dan menyebar ke seluruh organ retikulo
endotalial
tubuh, terutama hati, sumsum tulang, dan limfa melalui sirkulasi portal
dari
usus. (Lestari Titik, 2016).
Hati membesar (hepatomegali) dengan infiltasi limfosit, zat plasma,
dan
sel mononuclear. Terdapat juga nekrosis fokal dan pembesaran limfa
(splenomegali). Di organ ini, kuman salmonella thhypi berkembang
biak dan masuk sirkulasi darah lagi, sehingga mengakibatkan
bakterimia ke dua yang disertai tanda dan gejala infeksi sistemik
(demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas
vaskuler dan gangguan mental koagulasi). (Lestari Titik, 2016).
Perdarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah di
sekitar plak peyeriyang sedang mengalami nekrosis dan hiperplasia.
Proses patologis ini dapat berlangsung hingga ke lapisan otot, serosa
usus, dan mengakibatkan perforasi. Endotoksin basil menempel di
reseptor sel endotel kapiler dan dapat mengakibatkan komplikasi,
seperti gangguan neuropsikiatrik kardiovaskuler, pernafasan, dan
gangguan organ lainnya. Pada minggu pertama timbulnya penyakit,
terjadi hiperplasia plak peyeri, di susul kembali, terjadi nekrosis pada
minggu ke dua dan ulserasi plak peyeri pada mingu ke tiga.
selanjutnya, dalam minggu ke empat akan terjadi proses penyembuhan
ulkus dengan meninggalkan sikatriks (jaringan parut).
Sedangkan penularan salmonella thypi dapat di tularkan melalui
berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food (makanan), Fingers
(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat) dan melalui Feses.
(Lestari Titik,2016).
1.4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada anak dengan dengan typoid antara lain:
2.1.7.1. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid
terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya
13
leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam
typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-
batas
normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada
komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu, pemeriksaan jumlah
leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.
2.1.7.2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi
dapat
kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
2.1.7.3. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi
bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi
demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darahtergantung dai
beberapa faktor :
1) Tehnik pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium
yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan tehnik dan media biakan
yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada
saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.
2) Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit
Biakan darah terhadap salmonella typhi terutama positif pada
minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada
waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.
14
3) Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat
menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan
bakteremia sehingga biakan darah negatif.
4) Pengobatan dengan obat anti mikroba
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti
mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil
biakan mungkin negatif.
5) Uji widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi.
Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella typhi terdapat dalam
serum klien dengan demam typhoid juga terdapat pada orang pernah
divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah
suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium.
Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin
dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi
oleh salmonella typhi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu:
1) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan anti-gen O (berasal
dari tubuh kuman).
2) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan anti-gen H (berasal
dari flagel kuman).
3) Aglutinin VI, yang dibuat karena rangsangan anti-gen VI (berasal
dari simpai kuman). Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin
15
O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi
titernya makin besar klien menderita typhoid.
2.1.7.4. Kultur
Kultur urin bisa positif pada minggu pertama, kultur urin bisa positif
pada akhir minggu kedua, dan kultur feses bisa positif pada minggu
kedua hingga minggu ketiga.
2.1.7.5. Anti Salmonella typhi IgM
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut
Salmonella Typhi, karena antibodi IgM muncul pada hari ke-3 dan 4
terjadinya demam
1.5. Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul pada pasien post debridement yaitu :
1.5.1 Gangguan perfusi jaringan akibat penurunan aliran darah
a) Infeksi
Infeksi bedah merupakan penyulit pembedahan yang sering
dijumpai pada praktek sehari – hari infeksi dapat terbatas di
tempat pembedahan, luka insisi atau menyebar secara
sistematik (sepsis). Infeksi dapat terjadi apabila dalam
perawatanluka post debrid ulkus tidak dilakukan secara
multidisiplin, dan tidak teliti dalam memberikan antiseptik
maupun penggunaan alat medikasi.
b) Kerusakan integritas kulit akibat pembedahan
Kerusakan intergritas kulit akibat dehisiensi luka.Dehisiensi
luka merupakan luka yang terbuaka di bagaian tepi – tepi
luka. Factor penyebab terjadinya infeksi karena penutupan
luka tidak rapat atau tidak benar

1.6. Penatalaksanaan
1.7. Pathway

Ulkus, luka bakar,


jaringan nekrotik

Pembedahan debridement

Pre operasi Intra operasi Post o

Ulkus, luka Kurangnya Tindakan pembedahan Jaringan


bakar, informasi
terputus
 jaringan
nekrotik
ansietas
Luka insisi
Merangsan
Kerusakan Integritas kulit
area sensor

Resiko perdarahan
Pengeluaran
histamine d
prostagland

Nyeri
Akut

Sumber : (Mutaqqin, 2008)


2. Rencana asuhan klien dengan hipertensi
2.1 Pengkajian keperawatan

2.1.1 Identitas

Identitas yang ditanyakan atau dicari data nya meliputi nama,


umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
agama, suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal
pengkajian, sumber informasi, dan diagnosa pada saat masuk.

2.1.2 Riwayat kesehatan

2.1.2.1 Keluhan utama

Adanya rasa kesemutan, rasa raba yang menurun, adanya


luka yang tidak sembuh-sembuh dan berbau, adanya
nyeri pada luka.

2.1.2.2 Riwayat kesehatan sekarang

Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya


luka serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita
untuk mengatasinya.

2.1.2.3 Riwayat kesehatan dahulu

Adanya riwayat penyakit-penyakit lain yang ada


kaitannya dengan terjadinya luka misalnya penyakit
pankreas, gangguan penerimaan insulin, gangguan
hormonal dan pemberian obat-obatan. Adanya riwayat
penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis.
2.1.2.4 Riwayat kesehatan keluarga

Berisi terkait informasi riwayat penyakit kesehatan


keluarga.

2.1.2.5 Riwayat psikososial

Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan


emosi yang dialami penderita sehubungan dengan
penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit
penderita.

2.2 Pemeriksaan fisik

2.2.1 Keadaan umum

Penderita post debridement ulkusbiasanya timbul nyeri akibat


pembedahanskala nyeri (0 - 10), luka kemungkinan rembes pada
balutan. Tanda-tanda vital pasien (peningkatan suhu, takikardi),
kelemahan akibat sisa reaksi obat anestesi.

2.2.2 Sistem pernapasan

Ada gangguan dalam pola napas pasien, biasanya pada pasien


post pembedahan pola pernafasannya sedikit terganggu akibat
pengaruh obat anesthesia yang diberikan di ruang bedah dan
pasien diposisikan semi fowler untuk mengurangi atau
menghilangkan sesak napas.

2.2.3 Sistem kardiovaskuler

Denyut jantung, pemeriksaan meliputi inspeksi, palpasi, perkusi


dan auskultasi pada permukaan jantung, tekanan darah dan nadi
meningkat.
2.2.4 Sistem pencernaan

Pada penderita post pembedahan biasanya ada rasa mual akibat


sisa bius, setelahnya normal dan dilakukan pengkajian tentang
nafsu makan, bising usus, berat badan.

2.2.5 Sistem musculoskeletal

adanya penurunan aktivitas pada bagian kaki yang terkena ulkus


karena nyeri post pembedahan.

2.2.6 Sistem intregumen

Turgor kulit biasanya normal atau menurun akibat input dan


output yang tidak seimbang. Pada luka post debridement kulit
dikelupas untuk membuka jaringan mati yang tersembunyi di
bawah kulit tersebut

2.2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


2.3 perencanaan

Daftar pustaka

Aspiani, R.Y. 2016. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan


Kardiovaskular Aplikasi NIC & NOC. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Aryantiningsih, D.S & Jesika Br Silaen, 2018, Hipertensi pada Masyarakat dan

Wilayah Kerja PuskesmasHarapan Raya Baru, Jurnal Ipteks Terapan, I12.i(1), 64-
77

NANDA-I Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2018-2020


Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction

Nursing Intervention classification

Nursing outcomes classification

Price, S.A., Wilson, L.M. 2013. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit. Edisi VI. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai