Npm : 1714201110058
Kelas :6B
Kelompok :8
TAHUN 2019/2020
LEMBAR PERSETUJUAN
MENYETUJUI
LEMBAR KONSULTASI
Nama : Siti Ainiah
Npm : 1714201110058
CI : Siti Norhasanah S.Kep.Ners
CT : Yosra Sigit Purnomo,Ns.,M.Kep
LAPORAN PENDAHULUAN
CEDERA KEPALA BERAT
1. ANATOMI FISIOLOGI
Sistem persarafan terdiri atas otak, medulla spinalis, dan saraf
perifer. Struktur ini bertanggung jawab untuk mengendalikan dan
mengordinasikan aktivitas sel tubuh melalui serat-serat saraf dan
jaras-jaras secara langsung dan terus-menerus. Perubahan potensial
elektrik menghasilkan respon yang akan mentransmisikan sinyal-
sinyal.
1. Otak
Otak dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu serebrum, batang otak,
dan serebellum. Batang otak dilindungi oleh tulang tengkorak dari
cedera. Empat tulang yang berhubungan membentuk tulang tengkorak,
yaitu tulang frontal, parietal, temporal, dan oksipital. Dasar tengkorak
terdiri atas tiga bagian fosa (fossa), yaitu bagian fosa anterior (berisi
lobus frontal, serebral bagian hemisfer), bagian fosa tengah (berisi
batang otak dan medula)
2. Meningen
Bagian bawah tengkorak dan medulla spinalis ditutupi oleh
tiga membrane atau meningen. Komposisi meningen
berupa jaringan serabut penghubung yaitu melindungi,
mendukung, dan memelihara otak. Meningen terdiri dari
duramater, arakhnoid, dan piamater.
a. Duramater
Adalah lapisan paling luar yang menutupi otak dan
medulla spinalis, duramater merupakan serabut
berwarna abu-abu yang bersifat liat, tebal, dan tidak
elastis.
b. Arakhnoid
Arakhnoid merupakan membrane bagian tengah yang
tipis dan lembut yang menyerupai sarang laba-laba,
membrane ini berwarna putih karena tidak dialiri aliran
darah. Pada dinding arakhnoid terdapat pleksus khoroid
yang memproduksi cairan cerebrospinal (CSS). Pada
orang dewasa, jumlah CSS normal yang diproduksi
adalah 500 ml/hari dan sebanyak 150 ml diabsorbsi oleh
vili. Vili juga mengabsorbsi CSS pada saat darah masuk
ke dalam system (akibat trauma, pecahnya aneurisma,
stroke, dan lainnya) dan yang mengakibatkan sumbatan.
Bila vili arakhnoid tersumbat (peningkatan ukuran
vertikal) dapat menyebabkan hidrosefalus.
c. Piamater
Piamater adalah membrane yang paling dalam berupa
dinding tipis dan transparan yang menutupi otak dan
meluas ke setiap lapisan daerah otak.
3. Serebrum
d. Lobus Oksipital
Lobus oksipital terletak pada lobus posterior hemisfer
serebri. Bagian ini bertanggungjawab
menginterpretasikan penglihatan.
e. Korpus Kalosum
Korpus kalosum adalah kumpulan serat-serat saraf tepi.
Korpus kalosum menghubungkan kedua hemisfer otak
dan bertanggungjawab dalam transmsi informasi dari
salah satu sisi otak ke bagian lain. Informasi ini meliputi
sensorik memori dan belajar menggunakan alat gerak
kiri. Beberapa orang yang dominan menggunakan
tangan kiri mempunyai bagian serebri kiri dengan
kemampuan lebih pada bicara, bahasa, aritmatika, dan
fungsi analisis. Daerah hemisfer yang tidak dominan
bertanggungjawab dalam kemampuan geometric,
penglihatan, serta membuat pola dan terletak di bagian
terdalam hemisfer serebri, bertanggungjawab
mengontrol gerakan halus tubuh, kedua tangan, dan
ekstremitas bagian bawah.
4. Diensefalon
Merupakan bagian dalam dari serebrum yang menghubungkan
otak tengah dengan hemisfer serebrum, dan tersusun oleh
talamus, hipotalamus, epitalamus, dan subtalamus.
5. Talamus
Merupakan suatu kompleks inti yang berbentuk bulat telur dan
merupakan 4/5 bagian dari diensefalon. Bagian ini terletak di
lateral ventrikel III. Bagian atasnya berbatasan dengan velum
interpositum dan ventrikel lateral. Di bawahnya terdapat
hipotalamus dan subtalamus. Talamus sering disebut “gerbang
kesadaran” mengingat fungsinya sebagai stasiun penyampaian
semua impuls yang masuk sebelum mencapai korteks serebri.
6. Hipotalamus
Terletak tepat di bawah talamus dan dibatasi oleh sulkus
hipotalamus. Hipotalamus berlokasi di dasar diensefalon dan
sebagian dinding lateral ventrikel III. Hipotalamus meluas ke
bawah sebagai kelenjar yang terletak di dalam sela tursika os
sfenoid.
7. Epitalamus
Merupakan bagian yang terletak di posterior ventrikel III dan
terdiri dari nukleus dan komisura habenulare, korpus pineal dan
komisura posterior. Nukleus dan komisura habenulare
berhubungan dengan fungsi sistem limbik, sedangkan komisura
posterior berkaitan dengan reflek-reflek sistem optik. Korpus
pineal (kelenjar epifise) menghasilkan hormon melatonin yang
mempengaruhi modulasi pola bangun-tidur.
8. Subtalamus
Merupakan bagian dari diensefalon yang terletak antara
talamus dan hipotalamus. Bagian ini berperan penting dalam
meregulasi pergerakan yang dilakukan oleh otot rangka.
Subtalamus berkaitan dengan struktur penting dalam
pergerakan seperti basal ganglia dan substansia nigra.
9. Batang Otak
Batang otak terletak pada fosa anterior. Batang otak terdiri atas
mesenfalon, pons, dan medulla oblongata. Otak tengah atau
mesenfalon adalah bagian sempit otak yang melewati incisura
tertorii yang menghubungkan pons dan serebellum dengan
hemisfer serebrum. Bagian ini terdiri atas jalur sensorik dan
motorik serta sebagai pusat terletak di depan serebellum,
diantara mensefalon dan medulla oblongata dan merupakan
jembatan antara dua bagian serebrum, serta antara medulla dan
serebrum. Pons berisi jaras sensorik dan motorik.
Medulla oblongata meneruskan serabut-serabut motorik dari
medulla spinalis ke otak. Medulla oblongata berbentuk kerucut
yang menghubungkan pons dengan medulla spinalis. Serabut-
serabut motorik menyilang pada daerah ini. Pons juga berisi
pusat-pusat penting dalam mengontrol jantung, pernafasan, dan
tekanan darah serta sebagai inti saraf otak ke 5 s/d ke 8.
10. Serebellum (Otak kecil)
Serebellum dan batang otak menempati fosa kranialis posterior,
yang mempunyai atap tentorium sebagai pemisah serebellum
dan serebrum. Permukaan serebellum berbeda dengan
serebrum, karena tampak berlapis-lapis. Kedua hemisfer
serebellum dipisahkan oleh suatu subdivisi kortikal berbentuk
seperti cacing yang disebut vermis. Bagian rostral vermis
disebut lingula dan bagian kaudalnya disebut nodulus. Korteks
nodulus meluas ke lateral sebagai subdivisi dengan nama
flokulus.
2. DEFINISI
Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak
yang disertai atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam
substansi otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak (Muttaqin
2008).
Menurut Brain Injury Assosiation of America, 2006. Cedera kepala
adalah suatu kerusakan pada kepala bukan bersifat congenital
ataupun degenerative, tetapi disebabkan serangan/benturan fisik
dari luar yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang
mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi
fisik. Cedera kepala atau trauma kepala adalah gangguan fungsi
normal otak karena trauma baik trauma tumpul maupun trauma
tajam. Defisit neorologis terjadi karena robeknya substansia alba,
iskemia dan pengaruh massa karena hemoragig, serta edema
cereblal disekitar jaringan otak. (B.Batticaca, 2008).
Cedera kepala adalah cedera yang meliputi trauma kulit
kepala,tengkorak dan otak. Cedera kepala paling sering dan
penyakit neurologik yangserius diantara penyakit neurologik dan
merupakan proporsi epidemic sebagai hasil kecelakaan jalan raya
(Smeltzer & Bare 2001).
Klasifikasi
Cedera kepala diklasifikasikan dalam 3 deskripsi :
A. Mekanisme Cedera
Mekanisme cedera kepala dibagi :
B. Beratnya Cedera
GCS (Glasgow Coma Scale), untuk menilai secara kuantitatif
kelainan neurologis dan dipakai secara umum dalam deskripsi
beratnya cedera kepala. Dan digunakan juga untuk menilai
tingkat kesadaran penderita akibat penyebab lain.
C. Morfologis Cedera
Secara morfologis cedera kepala dapat dibagi :
1. Fraktur Kranium
2. Lesi Intrakranial
Lesi intarkranial diklasifikasikan dalam :
a. Perdarahan Epidural
Hematom Epidural terletak diluar dura tetapi di dalam
rongga tengkorak dan cirinya menyerupai lensa
cembung, sering terletak di area temporal atau tempral-
parietal yang disebabkan oleh robeknya arteri
meningeal mengakibatkan retaknya tulang tengkorak.
Gumpalan darah dapat berasal dari arteri atau vena.
b. Perdarahan Subdural
Perdarahan subdural lebih sering daripada perdarahan
epidural
3. ETIOLOGI
a. Akibat kecelakaan, baik kecelakaan dalam kehidupan
sehari-hari di rumah, di tempat kerja.
b. Karena bencana alam maupun kecelakaan lalu lintas.
c. Akibat perselisihan baik perorangan, golongan, maupun
bangsa yang berakhir dengan penggunaan senjata.
Perlukaan di kepala umumnya member pendarahan yang
banyak, pertolongan segera terhadap kehilangan cairan
badan yang prnting inimerupakan tindakan pertama
penyelamat penderita.
4. PATOFISIOLOGI
adanya cedera kepala dapat mengakibatkan kerusakan struktur,
misalnya kerusakan pada paremkim otak, kerusakan pembuluh
darah,perdarahan, edema dan gangguan biokimia otak seperti
penurunan adenosis tripospat,perubahan permeabilitas faskuler.
Patofisiologi cedera kepala dapat di golongkan menjadi 2 yaitu
cedera kepala primer dan cedera kepala sekunder. Cedera kepala
primer merupakan suatu proses biomekanik yang dapat terjadi
secara langsung saat kepala terbentur dan memberi dampak cedera
jaringan otak. Cedera kepala primer adalah kerusakan yang terjadi
pada masa akut, yaitu terjadi segera saat benturan terjadi.
Kerusakan primer ini dapat bersifat ( fokal ) local, maupun difus.
Kerusakan fokal yaitu kerusakan jaringan yang terjadi pada bagian
tertentu saja dari kepala, sedangkan bagian relative tidak
terganggu. Kerusakan difus yaitu kerusakan yang sifatnya berupa
disfungsi menyeluruh dari otak dan umumnya bersifat
makroskopis.
Cedera kepala sekunder terjadi akibat cedera kepala primer,
misalnya akibat hipoksemia, iskemia dan perdarahan.Perdarahan
cerebral menimbulkan hematoma, misalnya Epidoral Hematom
yaitu adanya darah di ruang Epidural diantara periosteum
tengkorak dengan durameter,subdural hematoma akibat
berkumpulnya darah pada ruang antara durameter dengan sub
arakhnoit dan intra cerebal hematom adalah berkumpulnya darah
didalam jaringan cerebral.
Pathway
Benturan Kepala
Trauma
Hematoma
Oedem
Vasodilat
TIK meningkat
Hipoksia
penurunan kesadaran
Kerusakan pertukaran gas
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostik yang di berikan pada klien cedera kepala :
1. Computed Tomography ( CT scan, dengan/tanpa kontras)
Mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan, determinan,
ventrikuler dan perubahan jaringan otak. Kelebihan CT Scan
otak dibandingkan dengan modalitas imajing lain adalah bahwa
visualisasi anatomi jaringan otak dan hubungannya dengan lesi
patologik dapat ditunjukkan dengan jelas.
2. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
MRI merupakan modalitas diagnostik yang paling mutakhir, di
mana hasil pencitraan ini diperoleh melalui pengolahan
komputerisasi potongan-potongan tubuh yang dimasukkan ke
dalam suatu medan magnet yang kuat, yang selanjutnya akan
terjadi interaksi gelombang radio dengan atom hidrogen dalam
tubuh, serta kemudian dimodifikasi berdasarkan perbedaan
masing-masing biokimia antar jaringan.
3. Cerebral Angio Graphy
Menunjukan anomali sirkulasi serebral seperti perubahan
jaringan otak sekunder menjadi edema, perdarahan, dan
trauma.
4. Serial EKG (Elektrokardiografi)
Dapat melihat perkembangan gelombang patologis.
5. Sinar X
Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan
steruktur garis (perdarahan/edema), fragmen tulang.
6. BAER ( Brain Auditory Evoked Respons)
Menentukan fungsi korteks dan batang otak
7. PET (Positron Emisson Tomography)
Mendeteksi perubahan aktivitas metabolisme otak.
8. CSS (Cairan Serebro Spinal)
Lumbal pungsi dapat dilakukan jika di duga terjadi perubahan
subarokhnoid. Lumbal pungsi dilakukan untuk mengambil
cairan serebrospinal.
Jarum dimasukkan dengan cara teknik aseptis yang ketat
setinggi L4-L5 atau L5-S1, jarum dapat dicabut agar cairan
keluar.
9. Kadar elektrolit
Untuk mengoreksi keseimbangan elektrolit sebagai
peningkatan tekanan intrakranial. Ada dua tipe elektrolit yang
ada dalam tubuh, yaitu kation (elektrolit yang bermuatan
positif) dan anion (elektrolit yang bermuatan negatif). Masing-
masing tipe elektrolit ini saling bekerja sama mengantarkan
impuls sesuai dengan yang diinginkan atau dibutuhkan tubuh.
Beberapa contoh kation dalam tubuh adalah Natrium (Na+),
Kaalium (K+), Kalsium (Ca2+), Magnesium (Mg2+). Sedangkan
anion adalah Klorida (Cl-), HCO3-, HPO4-, SO4-. Dalam keadaan
normal, kadar kation dan anion ini sama besar sehingga
potensial listrik cairan tubuh bersifat netral. Pada cairan
ektrasel (cairan diluar sel), kation utama adalah Na+ sedangkan
anion utamanya adalah Cl-.. Sedangkan di intrasel (di dalam
sel) kation utamanya adalah kalium (K+).
Jika terjadi dehidrasi, maka reseptor khusus di jantung, paru-
paru, otak dan aorta, mengirimkan sinyal kepada kelenjar
hipofisa untuk menghasilkan lebih banyak hormon antidiuretik.
Kadar elektrolit (misalnya natrium, klorida dan kalium) dalam
darah harus dipertahankan dalam angka tertentu agar sel-sel
berfungsi secara normal. Kadar elektrolit yang tinggi (yang
dirasakan oleh otak) akan merangsang pelepasan hormon
antidiuretik.
10. Screen Toxikology
Untuk mendeteksi pengaruh obat yang dapat menyebabkan
penurunan kesadaran.
11. Rontgen thoraks 2 arah (PA (posterior anterior)/AP(anterior
posterior) dan lateral)
Rontgen thorak menyatakan akumulasi udara/cairan pada area
pleura.
12. Analisa Gas Darah
Analisa gas darah adalah salah satu tes diagnostik untuk
menentukan status respirasi, status respirasi yang dapat di
gambarkan melalui pemeriksaan AGD ini adalah status
oksigenasi dan status asam basa.
7. PENATALAKSANAAN
Pada cedera kulit kepala, suntikan prokain melalui sub kutan
membuatluka mudah dibersihkan dan diobati. Daerah luka diirigasi
untuk mengeluarkan benda asing dan miminimalkan masuknya
infeksi sebelumlaserasi ditutup.
1. Menilai jalan nafas : bersihkan jalan nafas dari debris dan
muntahan;lepaskan gigi palsu,pertahankan tulang servikal
segaris dgn badan dgnmemasang collar cervikal,pasang
guedel/mayo bila dpt ditolerir. Jikacedera orofasial
mengganggu jalan nafas,maka pasien harus diintubasi.
2. Menilai pernafasan : tentukan apakah pasien bernafas
spontan/tidak. Jikatidak beri O2 melalui masker O2. Jika pasien
bernafas spontan selidiki danatasi cedera dada berat spt
pneumotoraks tensif,hemopneumotoraks.Pasang oksimeter nadi
untuk menjaga saturasi O2minimum 95%. Jika jalan nafas
pasien tidak terlindung bahkan terancan/memperoleh O2
ygadekuat ( Pa O2 >95% dan Pa CO2<40% mmHg serta
saturasi O2 >95%)atau muntah maka pasien harus diintubasi
serta diventilasi oleh ahlianestesi.
3. Menilai sirkulasi : otak yg rusak tdk mentolerir hipotensi.
Hentikan semua perdarahan dengan menekan arterinya.
Perhatikan adanya cedera intraabdomen/dada.Ukur dan catat
frekuensidenyut jantung dan tekanan darah pasang
EKG.Pasang jalur intravena yg besar.Berikan larutan
koloidsedangkan larutan kristaloid menimbulkan eksaserbasi
edema.
4. Obati kejang : Kejang konvulsif dpt terjadi setelah cedera
kepala dan harusdiobati mula-mula diberikan diazepam 10mg
intravena perlahan-lahan dandpt diulangi 2x jika masih kejang.
Bila tidak berhasil diberikan fenitoin15mg/kgBB.
5. Menilai tingkat keparahan : CKR,CKS,CKB6.Pada semua
pasien dengan cedera kepala dan/atau leher,lakukan fototulang
belakang servikal ( proyeksi A-P,lateral dan
odontoid ),kolar servikal baru dilepas setelah dipastikan bahwa
seluruh keservikal C1-C7normal7.Pada semua pasien dg cedera
kepala sedang dan berat :- Pasang infus dgn larutan normal
salin ( Nacl 0,9% ) atau RL cairanisotonis lebih efektif
mengganti volume intravaskular daripada cairanhipotonis dan
larutan ini tdk menambah edema cerebri- Lakukan pemeriksaan
: Ht, periksa darah perifer lengkap, trombosit, kimia darah.
Lakukan CT scanPasien dgn CKR, CKS, CKB harusn
dievaluasi adanya :1.Hematoma epidural2.Darah dalam sub
arachnoid dan intraventrikel3.Kontusio dan perdarahan
jaringan otak 4.Edema cerebri5.Pergeseran garis
tengah6.Fraktur kranium8.Pada pasien yg koma ( skor GCS <8)
atau pasien dgn tanda-tanda herniasilakukan : Elevasi kepala
30, Hiperventilasi, Berikan manitol 20% 1gr/kgBB intravena
dlm 20-30 menit. Dosis ulangan dapat diberikan 4-6 jam
kemudian yaitu sebesar ¼ dosis semulasetiap 6 jam sampai
maksimal 48 jam I- Pasang kateter foley-Konsul bedah saraf
bila terdapat indikasi opoerasi (hematom
epidural besar,hematom sub dural,cedera kepala terbuka,fraktur
impresi >1 diplo).
Klinis :
a. Keadaan penderita sadar
b. Mengalami amnesia yang berhubungna dengan
cedera yang dialaminya
c. Dapat disertai dengan hilangnya kesadaran yang
singkat
Pembuktian kehilangan kesadaran sulit apabila
penderita dibawah pengaruh obat-obatan / alkohol.
d. Sebagain besar penderita pulih sempurna, mungkin
ada gejala sisa ringan
Fractur tengkorak sering tidak tampak pada foto ronsen
kepala, namun indikasi adanya fractur dasar tengkorak
meliputi :
a. Ekimosis periorbital
b. Rhinorea
c. Otorea
d. Hemotimpani
e. Battle’s sign
Penilaian terhadap Foto ronsen meliputi :
a. Fractur linear/depresi
b. Posisi kelenjar pineal yang biasanya digaris tengah
c. Batas udara – air pada sinus-sinus
d. Pneumosefalus
e. Fractur tulang wajah
f. Benda asing
Pemeriksaan laboratorium :
a. Darah rutin tidak perlu
b. Kadar alkohol dalam darah, zat toksik dalam urine
untuk diagnostik / medikolagel
Therapy :
a. Obat anti nyeri non narkotik
b. Toksoid pada luka terbuka
Penderita dapat diobservasi selama 12 – 24 jam di
Rumah Sakit
Pada 10 % kasus :
o Masih mampu menuruti perintah sederhana
o Tampak bingung atau mengantuk
o Dapat disertai defisit neurologis fokal seperti hemi
paresis
Pada 10 – 20 % kasus :
o Mengalami perburukan dan jatuh dalam koma
o Harus diperlakukan sebagai penderita CK. Berat.
Tindakan di UGD :
o Anamnese singkat
o Stabilisasi kardiopulmoner dengan segera sebelum
pemeriksaan neulorogis
o Pemeriksaan CT. Scan
o Penderita harus dirawat untuk diobservasi
Penderita dapat dipulangkan setelah dirawat bila :
o Status neulologis membaik
o CT. scan berikutnya tidak ditemukan adanya lesi
masa yang memerlukan pembedahan
Penderita jatuh pada keadaan koma, penatalaksanaanya
sama dengan CK. Berat.
Airway harus tetap diperhatikan dan dijaga kelancarannya
Di UGD ditemukan :
2. Sirkulasi
Normalkan tekanan darah bila terjadi hypotensi
Hypotensi petunjuk adanya kehilangan darah
yang cukup berat pada kasus multiple truama,
trauma medula spinalis, contusio jantung /
tamponade jantung dan tension pneumothorax.
Saat mencari penyebab hypotensi, lakukan
resusitasi cairan untuk mengganti cairan yang
hilang
UGS / lavase peritoneal diagnostik untuk
menentukan adanya akut abdomen
B. seconady survey
Penderita cedera kepala perlu konsultasi pada dokter ahli
lain.
C. Pemeriksaan Neurologis
D. Prosedur Diagnosis
B. Hyperventilasi
Tindakan hyperventilasi harus dilakukan secara hati-hati,
HV dapat menurunkan PCo2 sehingga menyebabkan
vasokonstriksi pembuluh darah otak
C. Manitol
Dosis 1 gram/kg BB bolus IV
D. Furosemid
Diberikan bersamaan dengan manitol untuk menurunkan
TIK dan akan meningkatkan diuresis
E. Steroid
Steroid tidak bermanfaat
F. Barbiturat
Bermanfaat untuk menurunkan TIK
Tidak boleh diberikan bila terdapat hypotensi dan fase akut
resusitasi, karena barbiturat dapat menurunkan tekanan
darah
G. Anticonvulasan
Penggunaan anticonvulsan profilaksisi tidak bermanfaat
untuk mencegaah terjadinya epilepsi pasca trauma
PENATALAKSANAAN PEMBEDAHAN
Tindakan operatif
8. PENGKAJIAN
1. Aktifitas dan istirahat
Gejala : merasa lemah,lelah,kaku hilang keseimbangan
Tanda :
a. Perubahan kesadaran, letargi
b. Hemiparese
c. Ataksia cara berjalan tidak tegap
d. Masalah dlm keseimbangan
e. Cedera/trauma ortopedi
f. Kehilangan tonus otot
2. Sirkulasi
Gejala : Perubahan tekanan darah atau normal, Perubahan
frekuensi jantung (bradikardia, takikardia yg diselingi
bradikardia disritmiac.
3. Integritas ego
Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian
Tanda : Cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung,
depresid.
4. Eliminasi
Gejala : Inkontensia kandung kemih/usus mengalami
gangguanfungsie.
5. Makanan/cairan
Gejala : mual, muntah dan mengalami perubahan selera.
Tanda : muntah, gangguan menelanf.
6. Neurosensori
Gejala : Kehilangan kesadaran sementara, amnesia
seputar kejadian, vertigo, sinkope, tinitus,
kehilangan pendengaran, Perubahan dalam penglihatan seperti
ketajamannya, diplopia, kehilangan sebagain lapang pandang,
gangguan pengecapan dan penciuman
Tanda : Perubahan kesadran bisa sampai koma, Perubahan
status mental, Perubahan pupil, Kehilangan penginderaan,
Wajah tdk simetris, Genggaman lemah tidak seimbang,
Kehilangfan sensasi sebagian tubuhg.
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yg
berbeda biasanya lama
Tanda : Wajah menyeringai,respon menarik pada ransangan
nyeri yg hebat, merintihh.
8. Pernafasan
Tanda : Perubahan pola nafas, nafas berbunyi, stridor,
tersedak,ronkhi,mengii.
9. Keamanan
Gejala : Trauma baru/trauma karena kecelakaan
Tanda : Fraktur/dislokasi,gangguan penglihatan
10. Kulit : laserasi,abrasi,perubahan warna, tanda batledi sekitar
telinga, adanya aliran cairan dari telinga atau hidung,
Gangguan kognitif, Gangguan rentang gerak.
9. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Kozier, Berman & Audrey. 2010. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis.
Edisi 5. Jakarta : EGC.
Sylvia, Price & Wilson LM. 2010. Patofisiologi Konsep Proses-proses
Penyakit. Edisi 6. Vol. 2. Jakarta : EGC
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar asuhan Keperawatan Klien Dengan
Gangguan sistem persarafan. Jakarta : Salemba Medika
Smeltzer, Suzanne C.2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 3
ed-8. Jakarta : EGC