Anda di halaman 1dari 83

“DESIRE UNDER THE ELM”

-NAFSU DI BAWAH POHON ELM-

Oleh: EUGENE O’NEILL


Terjemahan: Toto Sudarto Bachtiar
Catatan tentang Eugene O’Neill :

Lahir tanggal 16 oktober 1888 di kota New York. Anak dari ‘James O’Neill, seorang imigran
dari Irlandia dan seorang aktor, dan Ellen Quinian O’Neill.

Dia sekolah di New York dan New England. Kemudian mengikuti orang tuanya berkeliling
dalam rangka pementasan The Could Or Monte Cristo. Riwayat keluarganya terlihat dalam
‘Long Day’s Journey into Night’, yang dipentaskan di tahun 1956.Pertama kali dia kawin
dengan Kahtleon Jenkins di tahun 1965. Kedua kalinya dengan Agnes Boulton salah seorang
anaknya dari Boulton adalah Dona Caplin, Istri Charlie Chaplin. Terakhir kawin dengan
Carlotta Monterey.

Dia memenangkan hadiah Pulitzer sebanyak empat kali untuk drama-dramanya, dan
memenangkan hadiah Nobel untuk sastra tahun 1930.

Drama-dramanya yang memenangkan hadiah Pulitzer adalah

- 1920 – Beyond the Horizon.


- 1921 – Anna Christie.
- 1928 – Strange Interlude.
- 1956 – Long Day’s journey into Night

O’Neill meninggal dunia tahun 1953 bulan November tanggal 19 karena menderita penyakit
pneumonia.

PARA PELAKU :

- EPHRAIM CABOT
- SIMEON, anak laki-lakinya
- PETER, anak laki-lakinya
- EBEN, anak laki-lakinya
- ABBIES PUTNAM
- Seorang Gadis REMAJA, dua PETANI, seorang PEMAIN BIOLA, seorang
KEPALA POLISI, dan beberapa orang lain dari ladang-ladang yang berdekatan.
SELURUH KEJADIAN DALAM CERITA DRAMA INI BERLANGSUNG DI BAGIAN
DALAM DAN BAGIAN LUAR RUMAH SEORANG PETANI BERNAMA CABOT DI
NEW ENGLAND, PADA TAHUN 1850.

UJUNG SELATAN DARI RUMAH ITU MENGHADAP KE SEBUAH TEMBOK BATU,


DENGAN PINTU GERBANG DI TENGAH-TENGAHNYA YANG MENGANGA
KESEBUAH JALAN DESA. RUMAHNYA MASIH DALAM KEADAAN BAIK, TETAPI
PERLU DICAT. DINDING-DINDINGNYA BERWARNA KELABU SURAM, SEDANG
WARNA HIJAU TINGKAP-TINGKAPNYA TELAH MEMUDAR. DUA POHON ELM
BESAR TEGAK DI KANAN-KIRI RUMAH ITU. DAHAN-DAHANNYA YANG
RINDANG MENUTUPI ATAP RUMAH, NAMPAKNYA SEAKAN-AKAN
MELINDUNGI, TETAPI JUGA MENGUASAI RUMAH ITU. POHON-POHON ITU
MENCERMINKAN KEIBUAN YANG NAAS, SESUATU YANG MELULUR
MENGHANCURKAN DAN PENUH RASA CEMBURU. KARENA PERTALIANNYA
YANG KUAT DENGAN KEHIDUPAN MANUSIA DI DALAM RUMAH ITU, POHON-
POHON TERSEBUT MEMPERLIHATKAN SIFAT INSANIAH YANG
MENYERAMKAN. MEREKA MERENUNG BERAT DI ATAS RUMAH ITU. MEREKA
SEPERTI PEREMPUAN-PEREMPUAN KEHABISAN TENAGA YANG
MENYANDARKAN BUAH DADA MEREKA YANG RAYUD DAN TANGAN SERTA
RAMBUT MEREKA DI ATAS ATAP RUMAH ITU, DAN APABILA HARI HUJAN,
AIRMATA MEREKA MENETES SECARA TUNGGAL NAAS KE BAWAH DAN
MELAPUKKAN SIRAP-SIRAPNYA.

DARI PINTU GERBANG RUMAH ITU ADA SEBUAH JALAN SETAPAK YANG
MELINGKARI POJOK KANAN RUMAH MENUJU KE ARAH PINTU MUKA. SEBUAH
SERAMBI YANG SEMPIT ADA DI SISI SEBELAH SINI. DINDING UJUNG YANG
MENGHADAP KE ARAH PENONTON MEMPUNYAI DUA JENDELA DI TINGKAT
ATASNYA, SEDANG DI SEBELAH BAWAHNYA ADA LAGI DUA JENDELA YANG
LEBIH BESAR. DUA JENDELA YANG DI ATAS ADALAH JENDELA-JENDELA
KAMAR TIDUR SANG AYAH DAN KAMAR TIDUR KETIGA LAKI-LAKI
BERSAUDARA ITU. DI SEBELAH KIRI DI BAWAH BAWAH TERLETAK DAPUR
DAN DI SEBELAH KANANNYA ADA KAMAR TAMU YANG TIRAI-TIRAINYA
SELALU DI TURUNKAN.

BAGIAN PERTAMA

ADEGAN PERTAMA

BAGIAN LUAR dari rumah petani Cabot. Ketika itu kala senja pada permulaan musim panas
tahun 1850. Tiada angin dan segalanya sunyi. Langit diatas atap tertutup oleh warna-warna
yang dalam, warna hijau pohon elm kemilau, tetapi rumah itu berada dalam bayang-bayang,
kelihatan pucat dan tenggelam oleh kontras.

SEBUAH PINTU terbuka dan EBENCABOT berjalan keluar menuju kearah kanan.
Tangannya memegang lonceng besar dan lonceng itu digoyang-goyangkannya secara
mekanis, sehingga mengeluarkan bunyi berdenting yang memekakkan telinga. Kemudian dia
bertolak pinggang dan memandang kearah langit. Dia menghela nafas disertai rasa takjub
yang ganjil dan nyeletuk dengan rasa penghargaan yang sendat kebimbangan.

001. EBEN : Ya, Allah! Indah sekali, (Ia menunduk dan memandang ke sekitar dengan
dahi berkerinyut. Dia berumur duapuluh lima tahun, tubuhnya tingGi dan tegap.
Bentuk mukanya bagus, tampan, tetapi air mukanya memperlihatkan sifat peka dan
siaga. Matanya yang hitam menantang mengingatkan pada kita binatang buas yang
tertangkap. Setiap hari adalah sebuah sangkar dimana dia terperangkap didalamnya,
namun secara rohaniyah tidak tertundukkan. Dia berambut hitam, berkumis dan punya
sejumput janggut ikal yang tipis. Dia mengenakan pakaian petani yang kasar. Dia
meludah ke tanah dengan penuh kEbencian, kemudian dia berputar dan masuk lagi
kedalam rumah. SIMEON dan PETER masuk setelah kembali dari pekerjaan mereka
di ladang. Keduanya bertubuh jangkung, mereka jauh lebih tua dari saudara tirinya.
SIMEON berumur tigapuluh sembilan tahun dan PETER tigapuluh tujuh tahun,
perawakan mereka lebih bidang dan lebih sederhana, lebih berdaging, lebih lamban
dan tidak tampan, mereka lebih cerdik dan lebih praktis. Bahu mereka agak bungkuk
karena mereka sudah bertahun-tahun bekerja di ladang pertanian. Mereka berjalan
dengan langkah yang berat. Mereka memakai sepatu bot bersol tebal yang lamban dan
bergelimang tanah. Pakaian, muka, tangan, lengan telanjang, dan leher mereka
berlumuran tanah. Mereka bau tanah, untuk sejenak mereka berdua berdiri tegak
dimuka rumah seolah-olah karena dorongan hati dengan nanap mereka memandang
kearah langit seraya bersandar pada skop mereka. Airmuka mereka tegang dan keras.
Ketika mereka tengadah airmuka menjadi lunak.)

002. SIMEON : (Seolah-olah terpaksa) Indah sekali?


003. PETER : Yaah.
004. SIMEON : (Dengan tiba-tiba) Delapan belas tahun telah berlalu.
005. PETER : Apa?
006. SIMEON : Jenn. Istriku meninggal dunia.
007. PETER : Aku sudah lupa.
008. SIMEON : Aku masih mengingatnya sekali-kali. Kejadian itu membuatku
kesepian. Rambutnya panjang bagaikan ekor kuda dan kuning bagaikan emas!
.009. PETER : Ya – tetapi dia telah tiada. (Kata-kata ini diucapkannya dengan
kepastian yang acuh tak acuh - dan setelah sejurus) Didaerah barat sana. Ada emas,
Sim.

010. SIMEON : (Masih terpukau dengan matahari yang terbenam – dengan suara yang
samar – samar) di langit?

011. PETER : Ya – boleh dibilang begitulah apa yang di janjikan. (Menjadi


bersemangat) Emas di langit – di barat – Pintu gerbang Emas – California! – Barat
yang paling kencana! – padang- padang emas!

012. SIMEON : (Juga bersemangat pada gilirannya) Harta-harta kekayaan


bergeletakkan di atas tanah menunggu untuk dipunguti ‘Tambang-tambang Sulaiman,
Kata mereka! (Untuk sejurus mereka memandang kearah langit – kemudian mereka
menunduk.)

013. PETER : (Dengan kegetiran campur ejekan) Di sini terdapat batu-batu di atas
tanah – batu- batu di atas batu-batu – untuk dibuat tembok-tembok batu – dari tahun ke
tahun – dia dan kau dan aku dan kemudian Eben – membuat tembok-tembok batu
baginya untuk memenjara kita semua di dalamnya !

014. SIMEON : Kita telah bekerja, Telah kita serahkan tenaga kita. Telah kita serahkan
tahun-tahun kita. Kita telah membenamkannya ke dalam tanah. ( Dia membanting-
banting kakinya dengan penuh kegusaran.) – sehingga membusuk – kita telah
mengerjakan tanah ini untuk menyongsong panenannya! ( Hening sejurus). Yah –
ladang pertanian kita cukup banyak hasilnya di sekitar sini.

015. PETER : Kalau kita membajak tanah di California, mungkin ada bungkah-
bungkah emas pada alurnya!

016. SIMEONE : California terletak hampir-hampir di ujung dunia kita. Kita harus
memperhitungkannya.

017. PETER : (Setelah hening sejenak.) Bagikupun sulit untuk meninggalkan apa
yang telah kita usahakan dengan keringat kita di sini. (Hening Sejurus, EBEN
menjulurkan kepalanya dari jendela kamar makan, untuk mendengarkan percakapan
kedua saudaranya.)

018. SIMEON : Yah. (Hening sejenak.) Mungkin – dia akan segera mati.

019. PETER : (Dengan ragu-ragu.) Mungkin.

020. SIMEON : Siapa tahu – mungkin dia sudah mati sekarang.

021. PETER : Kau harus punya bukti untuk memastikannya.


022. SIMEON : Sudah dua bulan dia pergi – tanpa meninggalkan sepatah katapun.

023. PETER : Dia meninggalkan kita di ladang pada suatu malam seperti sekarang
ini. Dia berkemas-kemas lalu berangkat menujuke arah Barat. Sungguh tidak masuk
akal. Dia tak pernah meninggalkan ladang ini selain pergi ke desa dalam jangka waktu
kurang-lebih tiga puluh tahun ini, dia tidak pernah meninggalkannya sejak dia kawin
dengan Ibu EBEN. (Hening sejurus, Lalu dengan sengitnya dia berkata.) kukira kita
mungkin saja mengusahakan agar dia dinyatakan gila oleh pengadilan.

024. SIMEON : Dia telah berhasil menipu mereka dengan sangat licinnya. Dia telah
berhasil mendapatkan yang tebaik dari mereka. Mereka tidak pernah akan percaya
bahwa dia gila. (Hening sejuru.) kita tinggal menunggu saja sampai dia di kubur.

025. EBEN : (Dengan tertawa terkekeh-kekeh mengandung ejekan.) Hormatilah


Ayahmu (Mereka berpaling terkejut, lalu menatap padanya. Ia menyeringai kemudian
mengerutkan keningnya.) Aku berdo’a agar ia mati. (Mereka memandang padanya . Ia
terus berkata dengn sungguh-sungguh.) Makanan telah siap.

026. SIMEON DAN PETER : (Berkata bersama-sama) Ya.

027. EBEN : (Menengadah ke langit) Matahari sedang terbenam dengan indahnya.

028. SIMEON DAN PETER : (bersama) Di California !

029. EBEN : Huuh? ( Ia memandang terus pada mereka beberapa saat, kemudian
berkata perlahan-lahan.) Makanan telah dingin.( Ia kembali ke dapur.)

030. SIMEON : (Heran --- bibirnya berbunyi) Aku lapar !

031. PETER : (Menghirup-hirup.) Bau daging Babi!

032. SIMEON : (Sambil menunjukkan rasa laparnya) Daging babi memang enak sekali
!

032. PETER : (Dengan nada yang sama) Daging babi, ya daging babi ! (mereka
berputar, saling beradu bahu, tubuh mereka saling berbentur dan saling geser ketika
mereka bersama-sama bergegas menuju ke meja makan, bagaikan dua ekor lembu
menyerbu makan malamnya. Mereka menghilang di sudut sebelah kanan rumah dan
kita dapat mendengar suara mereka masuk.)

ADEGAN KEDUA

(CAHAYA di langit menjadi pudar; waktu itu mulai senja. Bagian dalam dapur sekarang
diperlihatkan. Sebuah meja tersebut dari kayu pinus ada di tengah-tengah, sebuah tungku
masak ada di sebelah kanan belakang, empat buah kursi kayu yang dibuat secara kasar, sebuah
lilin terbuat dari lemak ada di atas meja. Di tengah-tengah tembok belakang ada sebuah poster
iklan yang besar yang menggambarkan sebuah kapal sedang berlayar dan dengan kata-kata
“California” dalam huruf-huruf besar. Alat-alat dapur bergantungan pada paku-paku, segala
sesuatunya bersih dan teratur, tapi suasananya lebih menyerupai dapur umum di suatu
perkemahan laki-laki daripada dapur biasa di rumah.

KURSI UNTUK KETIGA ORANG telah dipersiapkan. EBEN mengambil kentang rebus dan
daging babi dari tungku dan meletakkannya di atas meja, juga sepotong roti dan air segar.
SIMEON dan PETER membungkuk dan merebahkan diri pada kursinya tanpa berbicara.
EBEN mengikutinya. Ketiganya makan bersama dengan tenang untuk sejenak ; SIMEON dan
PETER kelihatnnya seperti binatang di ladang yang biasanya tak dapat menahan selera,
sedangkan EBEN makan dengan tidak berselera, sambil memandang kepada mereka dengan
perasaan benci yang di tahan.)

033. SIMEON : (Tiba-tiba berpaling pada Eben) seharusnya kau tidak


mengatakan demikian, Eben!

034. PETER : Itu tidak baik.

035. EBEN : Mengapa?

036. SIMEON : Kau mendo’akan agar dia mati.

037. EBEN : Bukankah kau yang mendo’akan begitu? (Hening sejenak)

038. PETER : Ia adalah Bapak kita semua.

039. EBEN : (Dengan nada yang keras) Ia bukan ayahku!

040. SIMEON : (Dengan tawar) Kau seharusnya tidak membiarkan seorangpun


bercerita begitu tentang Ibumu! Yah! (Ia tertawa terbahak mengandung kegetiran
secara mendadak; sedangkan Peter menyeringai)

041. EBEN : (dengan muka sangat pucat)aku maksud aku bukan anaknya – dan aku
tidak senang padanya – dia bukan ayahku.

042. PETER : (dengan tegas) Tunggu saja sampai kau tua seperti dia!

043. EBEN : (dengan sungguh-sungguh) Aku anak ibuku – untuk setiap tetes
darahku (Berhenti sejenak. Mereka memandang terus padanya dengan rasa penasaran
yang tak acuh)

044. PETER : (Mengingat-ingat) Ibumu baik pada Sim dan aku. Seorang ibu tiri
yang baik
045. SIMEON : Ibu selalu baik pada siapapun.

046. EBEN : ( sangat terharu, ia berdiri dan membungkuk dengan kaku pada Sim
dan Peter – sambil berkata dengan gugup) Terimakasih. Aku adalah anaknya – aku
ahliwarisnya. (Ia duduk kebingungan)

047. PETER : (Setelah sejenak – berkata dengan bijaksana) Bahkan ia juga baik pada
ayah.

048. EBEN : (Dengan geram) Dan sebagai imbalannya ia bunuh Ibuku!

049. SIMEON : (Setelah sejenak) Tak seorangpun yang benar-benar bermaksud


melakukan pembunuhan. Mesti ada sesuatu yang menyebabkannya. Itulah
pembunuhnya.

050. EBEN : Bukankah Ia telah memperbudak Ibu sampai mati?

051. PETER : Ayahpun telah memperbudak dirinya habis-habisan. Iapun telah


memperbudak Sim dan aku serta kau habis-habisan. Cuma saja kita belum mati.

052. SIMEON : Ada sesuatu – yang mendorong hati Ayah – untuk memaksa kita
bekerja!

053. EBEN : (dengan perasaan dendam) Aku pasti akan menuntutnya! (kemudian
dengan rasa muak) Ada sesuatu! Sesuatu apa?

054. SIMEON : Entahlah.

055. EBEN : (dengan mencemooh) Apa yang mendorong kalian pergi ke


California? (Mereka melihat padanya dengan heran) Oh, aku telah mendengar kalian
berbicara tadi! (kemudian setelah berhenti sEbentar) Tapi kalian tak mungkin dapat
pergi ke ladang Emas itu!

056. PETER : (Dengan tegas) Boleh jadi!

057. EBEN : Darimana kalian akan mendapat uang?

058. PETER : Kita dapat berjalan kaki. Memang suatu perjalanan yang amat jauh –
ke California – tapi jika kita kumpulkan setiap langkah yang telah kita lakukan di
ladang ini, maka kita sudah sampai di bulan !

059. EBEN : Orang-orang Indian akan menguliti kepala kalian di tanah-tanah


pedataran.

060. SIMEON : (dengan rasa humor yang getir) Untuk itu kita harus membuat
perhitungan dengan mereka!
061. EBEN : (dengan tegas) bukan begitu. Kau tak akan dapat pergi sebab kau
harus menunggu hasil bagianmu dari ladang ini sebab kita semua mengira ayah akan
segera mati.

062. SIMEON : (Setelah hening sejenak) memang, kita punya hak untuk itu.

063. PETER : Dua pertiga hasilnya adalah milik kita.

064. EBEN : (Melonjak, berdiri) Kalian tak punya hak! Ia bukan ibumu! Ini adalah
ladang Ibuku! Bukankah Ayah telah mencuri ladang ini dari Ibuku! Ibu telah mati, jadi
ini adalah ladangku.

065. SIMEON : (dengan nada mengejek) katakanlah itu pada ayah – jika ia tiba! Aku
akan bertaruh denganmu, ayah akan tertawa sekali ini selama hidupnya! Ha! (Ia
tertawa tergelak sekali dengan murung)

066. PETER : (Juga merasa geli, lalu mengikuti saudaranya tertawa) Ha!

067. SIMEON : (Setelah sejenak) Apa yang kau sembunyikan terhadap kami Eben?
Ada sesuatu yang kamu intai selama bertahun-tahun ini.

068. PETER : Yaah.

069. EBEN : Yah. Memang ada sesuatu. (tiba-tiba ia meledek) Mengapa kau tak
pernah menengahi ia dan ibuku ketika ia memperbudak ibuku sampai masuk ke liang
kubur – apakah untuk membalas jasanya yang telah ia lakukan pada kalian? (Hening
untuk waktu yang lama – mereka memandang padanya dengan terkejut)

070. SIMEON : Ternak-ternak harus diberi minum.

071. PETER : Mungkin mereka sedang minum di hutan.

072. SIMEON : Mungkin mereka sedang membajak.

073. PETER : Mungkin mereka sedang makan rumput kering.

074. SIMEON : Mungkin mereka sedang menaburkan pupuk.

075. PETER : Mungkin mereka sedang makan rumput.

076. SIMEON : Mungkin mereka sedang makan daun – daunan.

077. PETER : Mungkin mereka sedang menyusui.

078. EBEN : ( Menyela dengan suara nyaring) dan membuat dinding dengan
menyusun batu-batu – membuat dinding, hingga hati kalian seperti batu yang kalian
angkat dengan susah payah dari jalan kehidupan ke atas dinding batu buat memagari
hati kalian!

079. SIMEON : (Dengan polos) kami tak punya waktu untuk mencampurinya.

080. PETER : (Kepada Eben) Kau telah berumur lima belas tahun setelah ibumu
meninggal – dan sudah cukup besar untuk umurmu. Mengapa kau tidak pernah berbuat
sesuatu?

081. EBEN : (Dengan kasar) mereka telah berusaha bersama, bukan? (Hening
sejenak – kemudian dengan perlahan – lahan) setelah ibu meninggal aku baru
memikirkn hal itu. Aku yang masak makanan – melakukan pekerjaannya – dengan
begitu aku bisa mengerti keadaan ibuku. Dan biasa merasakan penderitaannya –
rasanya itu seperti kembali untuk menolong – untuk merebus kentang – menggoreng
daging babi – membuat biskuit – dan terbungkuk-bungkuk menyalakan api, lalu
membuang abunya ; matanya selalu penuh airmata dan darah karena asap dan bara. Ia
selalu kembali – berdiri dekat tungku itu setiap malam – ia tidak pernah dapat tidur
nyenyak dan beristirahat dengan nyaman. Ia tidak dapat hidup bebas – juga di dalam
kuburannya.

082. SIMEON : Ia tidak pernah kedengaran mengeluh

083. EBEN : Ia terlalu letih, ia telah biasa berada dalam keadaan terlalu lelah.
Begitulah yang telah diperbuat ayah kita (dengan perasaan penuh dendam) Cepat atau
lambat, aku akan menyelesaikannya. Akan aku katakan segala hal yang tak pernah aku
katakan kepada ayah sebelumnya! Aku akan meneriakkannya dengan sekeras-
kerasnya. Aku akan berusaha agar Ibuku dapat istirahat dan tidur di dalam kuburnya!
(Ia duduk kembali dan merenung sunyi. Mereka memperhatikannya dengan perasaan
yang ganjil dan tak acuh

084. PETER : (Setelah sejenak) Kira-kira kemana ayah pergi Sim?

085. SIMEON : Aku tak tahu. Ia pergi dengan naik kereta yang serba baru, dengan
kuda betina yang disikat mengkilap ; ia berangkat sambil mengecak-ngecakkan
lidahnya dan mengayun-ayunkan cambuknya. Aku ingat benar keadaan itu. Aku
sedang menyelesaikan membajak tanah ; pada waktu itu musim semi pada bulan mei,
dan pada suatu senja iapun berangkat ke daerah barat yang banyak emas. Aku
berteriak. “Mau kemana, Pak?” dan dalam sekejap saja ia telah sampai ke dinding batu
itu. Matanya yang seperti – mata ular tua – berkilat-kilat kena sinar matahari solah-
olah ia telah menghabiskan minuman keras seguci penuh dan ia berkata sambil
menyeringai seperti keledai “Kau jangan pergi kemana-mana sampai aku pulang!”
086. PETER : Apakah ia tahu dalam hati kecilnya bahwa kita ingin pergi ke
California?

087. SIMEON : Mungkin. Aku tak pernah berkata sepatah katapun dengan
tampangnya yang aneh dan sakit. Ia berkata “ Aku mendengar ayam-ayam betina
berkokok dan ayam –ayam jantan berkokok sepanjang hari yang menjemukan itu. Aku
terus menerus mendengar sapi-sapi melenguh dan segala sesuatunya nampak
berantakan hingga aku tak tahan lagi. Sekarang ini musim semi dan aku merasa kesal”,
katanya :”kesal seperti sebuah pohon tua yang sudah gundul dan hanya cocok untuk
dibakar”, katanya. Dan kemudian aku kiraketika itu aku nampak punya sedikit
harapan, sebab dengan cepat dan dengan nada marah dia menambahkan : “Tetapi
jangan punya pikiran yang bukan-bukan, bahwa aku akan mati. Aku telah bersumpah
untuk hidup sampai seratus tahun dan melakukannya, sekalipun hanya untuk
menghancurkan ketamakannya yang terkutuk itu! Dan sekarang aku akan pergi untuk
memenuhi firman Tuhan padaku dalam musim semi ini, sebagaimana halnya pernah
dilakukan oleh para Nabi. Dan haruskembali membajak lagi”, katanya. Lalu ia
berangkat sambil bernyanyi-nyanyi, Aku kira ia mabuk – kalau tidak aku akan
menghalang-halangi kepergiannya.

088. EBEN : (Dengan penuh kEbencian) Kau tak ‘kan dapat menghalanginya. Kau
takut kepadanya. Ia lebih kuat – juga jiwanya – daripada kalian berdua bersama-sama!

089. PETER : (Mengajak) Lalu kau --- Apakah kau sudah jadi Samson?

090. EBEN : Aku lebih kuat. Aku dapat merasakan kekuatanku semakin lama
semakin tambah dalam diriku – hingga dia mau meledak keluar ! (Ia bangkit, lalu
mengenakan jas serta topinya. Mereka mengawasinya, dan perlahan-lahan mereka
menyeringai.Eben menghindarkan tatapan mereka dengan malu) Aku akan pergi
keluar sEbentar – ke jalan.

091. PETER : Ke desa?

092. SIMEON : Ke tempat Minnie?

093. EBEN : (Dengan sikap menantang) Ya !

094. PETER : (Dengan nada mencemoohkan) Perempuan pelacur !

095. SIMEON : Nafsu --- itulah yang kini bercokoldalam dirimu !

096. EBEN : Ia cantik !

097. PETER : Ia cantik selama duapuluh tahun !


098. SIMEON : Dengan memakai pakaian baru orang yang sudah berumur empatpuluh
tahun akan kelihatan lebih muda.

099. EBEN : Ia belum berumur empatpuluh !

100. PETER : Kalaupun belum, ia sudah berada di ambang pintunya !

101. EBEN : (Dengan putus asa) Apa yang kau ketahui tentang dia ?

102. PETER : Mereka semua tahu – Sim sudah tahu dia – dan kemudian aku ---

103. SIMEON : Juga ayah bisa mengatakan sesuatunya padamu ! Ayah adalah orang
yang pertama kenal padanya !

104. EBEN : Apakah kau maksud bahwa ayah telah........... ?

105. SIMEON : (Dengan menyeringai) Yah ! Kita semua adalah ahliwarisnya dalam
segala hal !

106. EBEN : (Dengan tegas) Malah lebih dari itu! Kita berkembang dari situ ! dan
kita akan segera lepas meledak ! (Kemudian dengan kasar) Aku akan tinju muka
perempuan itu ! (Ia membuka pintu belakang dengan keras)

107. SIMEON : (Sambil mengedipkan matanya pada Peter, ia berbicara perlahan-


lahan). Mungkin—tapi malam ini udaranya hangat—dan indah—dan kau malah akan
menciumnya—bukan meninjunya !

108. PETER : Ia pasti akan menciumnya ! (Mereka berdua tertawa terbahak-bahak


secara kasar.Eben bergegas keluar dan membantingkan pintu itu, kemudian membuka
pintu luar di depan dan menutupnya kembali dengan keras, sekarang ia telah sampai
disekitar penjuru, rumah dan ia berdiri tertegun dekat pintu gerbang sambil
menengadah)

109. SIMEON : (Sambil memperhatikan Eben) Persis seperti ayahnya.

110. PETER : Tidak ada bedanya sedikitpun !

111. SIMEON : Anjing akan makan anjing !

112. PETER : Ya. (Hening sEbentar, lalu dengan penuh damba) mungkin setahun
lagi kita sudah akan ada di California.

113. SIMEON : Ya. (Hening sejenak, lalu kedua-duanya menguap) Mari kita tidur. (Ia
memadamkan lilin. Mereka keluar dari pintu belakang, Eben membentangkan kedua
tangannya ke atas, dengan kesal)
114. EBEN : Yah – disana ada bintang dan dimana-manapun ada bintang, dan aku
di sini dan Min di sana di jalan – pada malam yang sama. Bagaimana jika aku cium
dia? Ia seperti malam ini, empuk dan hangat. Matanya berkedip seperti bintang,
mulutnya hangat dan pelukannya hangat. Baunya seperti tanah hangat yang baru
dibajak. Ia cantik..... Ah ! Demi Allah, ia cantik, dan aku tak peduli berapa banyak
dosanya sebelum berkenalan dengnku atau dengan mereka. Dosaku sama juga seperti
mereka. (Ia melangkah kejalan dan membelok ke kiri)

ADEGAN KETIGA

(MALAM GELAP gulita sebelum subuh. Eben pulang dan masuk dari sebelah kiri dan
berjalan mengitari serambi dengan meraba-raba mencari jalan, dan dia terkokoh getir
danmenyumpahi dirinya)

115. EBEN : Persetan, orang tua yang kikir itu! (Langkahnya terdengar di pintu
depan Keadaan hening selagi ia menuju ke kamar tidur kedua saudaranya ) Bangun !

116. SIMEON : (Terperanjat) Siapa?

117. EBEN : (Sambil mendorong pintu dan masuk dengan lilin menyala
ditangannya. sekarang kamar itu terang. Mereka hanya bisa berdiri tegak dekat tembok
pemisah ditengah-tengah ruangan atas. Simeon dan Peter tidur diatas tempat tidur
untuk dua orang didepan. Tempat tidur Eben ada di belakang. Eben menyeringai
seperti orang yang tolol dan dahinya berkerinyut kenal) Aku !

118. PETER : (Marah) Ada apa?

119. EBEN : Aku punya kabar untukmu. Ha! (Ia tertawa terbahak-bahak sambil
mengejek)

120. SIMEON : (Marah) Tak dapatkah kau menunggu sampai kami bangun?

121. EBEN : Fajar hampir menyingsing. (Kemudian dengan suara keras) Ia telah
pergi dan kawin lagi !

122. SIEMON DAN PETER : (Dengan suara yang keras meledak) Ayah?
123. EBEN : Ia telah kawin dengan perempuan yang berumur kira-kira 35 tahun
dan cantik, kata orang-orang....

124. SIEMON : (Terkejut) Bohong

125. PETER : Kata siapa?

126. SIEMON : Mereka sedang mengolok-olokkanmu!

127. EBEN : Kau kira aku goblok? Seluruh desa mengatakan demikian. Pendeta
dari New Dover yang memberi kabar—dan dia menceritakannya pada pendeta kita—
New Dover, di sanalah si tua itu kawin—Disanalah peerempuan itu tinggal - - -

128. PETER : (Tidak bimbang lagi, hanya terkejut) Yah...!

129. SIMEON : (Seperti Peter) Yah...!

130. EBEN : (Duduk di atas tempat tidur dengan perasaan benci yang menyolok)
Bukankah ia setan yang keluar dari Neraka? Ia Cuma mau membuat kita dongkol.
Keledai tua keparat itu!

131. PETER : (Setelah sejenak) Segala sesuatunya sekarang akan diberikan pada
perempuan itu.

132. SIMEON : Yaah. (Hening sejenak lalu dengan kuyu) Yaah, apabila hal itu telah
dilaksanakan.

133. PETER : Maka habislah kita sudah. (Hening sejenak dan kemudian dengan nada
membujuk) Tanah California banyak mengandung emas, Sim. Tak ada gunanya kita
tinggal disini saja sekarang.

134. SIMEON : Itulah justru yang sedang aku pikirkan. (Kemudian dengan nada pasti)
Oleh karena itu, kita harus mengambil keputusan yang pertama dan yang terakhir!
Marilah kita berkemas dan berangkat pagi ini.

135. PETER : Aku setuju.

136. EBEN : Kalian harus berjalan kaki kesana.


137. SIMEON : (Mencemoohkan) Jika kau dapat membuatkan sayap untuk kami,
maka kami akan terbang kesana!

138. EBEN : Tentunya kalian lebih suka naik kapal, bukan? (Ia meraba-raba kedalam
sakunya dan mengeluarkan sehelai kertas folio yang sudah kusut) Jika kalian mau
menangani ini, kalian dapat naik kapal. Aku telah menulis pernyataan ini dan aku telah
mempersiapkannya kalau-kalau kalian jadi pergi. Disana dikatakan bahwa kalian
setuju untuk menjual bagianmu masing-masing dari ladang ini dengan harga tiga ratus
dolar kepadaku. (Mereka memperhatikan kertas itudengan curiga. Hening sejenak)

139. SIMEON : (Menerawang) Tapi jika ayah kawin lagi...

140. PETER : Darimana kau akan memperoleh uang itu

141. EBEN : (Dengan sikap penuh muslihat)Aku tahu dimana uang itu
disembunyikan. Aku telah lama menanti. Ibu telah memberitahukannya padaku. Ia
tahu dimana uang itu disimpan selama bertahun-tahun, tapi ia selalu menunggu. Uang
itu adalah uang ibuku . Ayah telah mengumpulkan uang itu dari hasil ladang ibuku
tanpa diketahui oleh ibuku. Sekarang uang itu jadi milikku.

142. PETER : Dimana uang itu disembunyikan?

143. EBEN : (Dengan sikap penuh muslihat)Disuatu tempat dimana kau tak akan
pernah dapat menemukannya tanpa aku. Ibu telah memata-matai ayah . Jika tidak tentu
ibu pun takkan pernah tahu. (Hening sejenak. Mereka menatap Eben dengan curiga,
dan Eben menatap mereka) Bukankah ini jual beli yang cukup adil?

144. SIMEON : Entahlah.

145. PETER : Entahlah.

146. SIMEON : (Memandang keluar dari jendela) Langit sudah mulai kelabu.

147. PETER : Kau lebih baik menyalakan api, Eben.

148. SIMEON : Dan siapkan makanan.


149. EBEN :Ya. (Kemudian dengan perasaan hangat dan lucu dipaksakan) Aku
akan membuat makanan enak untuk kalian. Jika kalian mau jalan kaki ke California.
Kalian perlu mengencangkan perut. (Ia menuju ke pintu dan berkata) Tapi kalian dapat
naik kapal jika kalian mau menjual tanah itu. (Ia berhenti di pintu dan diam. Mereka
memandangnya)

150. SIMEON : (Dengan curiga) darimana kau semalam suntuk ?

151. EBEN : (Dengan menantang) ke rumah Min. (kemudian dengan perlahan-


perlahan) ketika sedang perjalanan kesana, mula-mula aku merasa ingin menciumnya,
kemudian aku teringat pada apa yang telah kalian ceritakan tentang ayah dandia dan
rasanya aku ingin meninju hidungnya untuk itu! dan ketika aku tiba di desa, kudengar
kabar itu. Aku jadi naik pitam dan lari tergopoh-gopoh ke rumah si Min tanpa
menyadari apa yang akan kulakukan (berhenti sEbentar, kemudian dengan malu-malu
tapi dengan sikap lebih menantang) ketika aku melihatnya aku tidak memukulnya,
juga tidak menciumnya – aku mulai menguak seperti seekor anak sapi dan
mengutuknya pada waktu itu. Aku marah sekali dan ia jadi ketakutan – lalu aku
mendekapnya dan menidurinya. Mungkin ia pernah jadi milik ayah – dan kalian juga –
tetapi sekrang dia milikku !

152. SIMEON : (Dengan tawar) Kau rupanya sedang mabuk cinta ?

153. EBEN : (Dengan kebencian yang meluap) Cinta ! aku tidak peduli dengan hal
itu!

154. PETER : (Mengedipkan matanya pada Simeon ) Mungkin juga Eben bermaksud
untuk kawin.

155. SIMEON : Min mungkin akan menjadi isteri yang setia. (mereka tertawa
perlahan)

156. EBEN : Mengapa aku harus mengacuhkannya – selain bahwa ia montok dan
hangat? Persoalannya ia pernah menjadi milik ayah – tapi kini ia milikku! ( ia menuju
ke pintu – kemudian membalik – dengan nada memberontak) dan Min bukan orang
jahat. Di dunia ini banyak lebih jahat dari Min. Untuk itu aku berani bertaruh dengan
kalian ! tunggu saja sampai kita melihat betina yang telah diperistri oleh orang tua itu!
aku pikir dia akan mengalahkan Min. ( ia mulai berjalan keluar)

157. SIMEON : (Tiba-tiba) Mungkinkah kau juga akan berusahauntuk membuatnya


menjadi milikmu pula?

158. PETER : Ha! ( ia tertawa puas dengan penuh ejekan atas gagasan itu)

159. EBEN : (Meludah dengan perasaan muak)Perempuan itu – dia berani – akan
tidurdengan ayah – dan mencuri ladang ibuku ! rasanya aku lebih baik cepat-cepat
memelihara cerpelai atau mencium ular ! (ia pergi keluar, kedua saudaranya
memandang dengan perasaan curiga. Hening sejenak mereka mendengarkan langkah-
langkahnya yang makin lama makin menjauh)

160. PETER : Ia sedang menyalakan api.

161. SIMEON : Aku ingin pergi ke California – tapi –

162. PETER : Mungkin Min sudah memasukan rencananya kedalam kepala Eben

163. SIMEON : Mungkin semua cerita tentang perkawinan ayah itu bohong belaka.
Sebaiknya kita tunggu dan lihat saja dulu pengantin itu

164. PETER : Dan jangan ribut sampai kita melihatnya!

165. SIMEON : Juga jangan ribut sampai kita dapat membuktikan uang itu tidak palsu!
(kemudian sambil menyeringai ) tapi bila ayah telah kawin, kita akan jual pada Eben
segala apa yang tak mungkin akan pernah kita peroleh

166. PETER : Mari kita tunggu dan lihat. ( kemudian tiba-tiba muncul amarahnya
yang penuh dendam) dan sampai ia tiba, kau dan aku jangan bekerja sedikitpun,
biarlah Eben yang berpikir bila ia punya otak. Marilah kita tidur. Makan dan minum
tuak saja dan biarkan seluruh ladang keparat itu terbakar !

167. SIMEON : (Terangsang) Demi Allah. Kita memang perlu beristirahat! sebagai
selingan, kita akan bersenang-senang sepuas hati. Aku tak akan bangun sebelum
sarapan tersedia
168. PETER : Dan kita akan makan di atas meja!

169. SIMEON : (Setelah hening sejenak –dan merenung) Seperti apa kira-kira rupanya
ibu kita yang baru itu? Apakah seperti apa yang disangka Eben?

170. PETER : Mungkin sekali.

171. SIMEON : (Meniru suara ayahnya) “Aku akan memenuhi firman tuhan kepadaku
dalam musim semi sebagaimana halnya telah dilakukan oleh para nabi”, katanya. Aku
bertaruh bahwa ia telah pergi kian-kemari hanya utuk melacur, situa munafik yang
busuk itu!

ADEGAN EMPAT

SAMA SEPERTI ADEGAN KEDUA – MEMPERLIHATKAN BAGIAN DALAM DARI


DAPUR ITU DENGAN LILIN YANG MENYALA DI ATAS MEJA. KEADAAN DI LUAR
REMANG-REMANG WAKTU SUBUH. SIMEON DAN PETER SEDANG
MENGHABISKAN SARAPAN PAGINYA. EBEN DUDUK DI MUKA PIRINGNYA YANG
LAINYA BELUM TERSENTUH. IA DUDUK TERMENUNG DENGAN DAHI
MENGERUT.

172. PETER : (Menatap Eben dengan perasaan agak terganggu) Tidak ada gunanya
kita bersikap murung

172. SIMEON : (Dengan cemooh) Ia merasa sedih atas kegairahanya pada tubuh
wanita !

173. PETER : (Menyeringai) Apakah dia kekasihmu yang pertama ?

174. EBEN : (Marah) Itu bukan urusanmu. (hening sejenak) Aku sedang
memikirkan ayah. Aku rasa ia sedang pulang dan sudah dekat. Aku dapat merasakan
kedatangannya, seperti kau dapat merasakan demam malaria sebelum ia datang
menyergapmu

175. PETER : Hari masih terlalu pagi.


176. SIMEON : Entahlah. Rupanya ia ingin mendapatkan kita dalam keadaan ngantuk
– semata-mata hanya untukmengejutkan kita.

177. PETER : (Ia serta merta berdiri. Simeon mengikutinya) Mari kita bekerja.
(mereka pergi tanpa banyak berfikir, mereka menuju pintu sebelum menyadarinya,
kemudian berhenti sEbentar )

178. SIMEON : (Menyeringai) Keparat kau, Peter – dan aku lebh keparat lagi.
Biarkan ia tahu kita tidak bekerja ! Kita tidak usah peduli !

179. PETER : (Seketika mereka kembali ke meja ) Kita tidak usah peduli kita, kita
harus menunjukkan kepadanya bahwa kita telah putuskan hubungan dengan dia.
(Mereka duduk lagi. Eben memandang berganti-ganti dari yang satu kepada yang lain
dengan beban )

180. SIMEON : (Menyeringai kepada Eben) Mulai sekarang kita menjadi bunga melur
penghias ladang

181. PETER : Kita hampir tak putus-putusnya bekerja mati-matian di ladang ini!

182. SIMEON : Kau adalah pemilik tunggal ladang ini – hingga ayah kembali – itu
adalahapa yang kau inginkan. Karenanya kau pun mesti kerja sendirian sekarang.

183. PETER : Sapi-sapi sudah mulai menguak. Sebaiknya kau segera memerah susu.

184. EBEN : (Gembira sekali) Apakah kalian sudah bersedia menanda tangani surat
jual beli itu ?

185. SIMEON : (Dengan tawar) Mungkin .

186. PETER : Mungkin.

187. SIMEON : Kami sedang mempertimbangkannya. (dengan nada menimbang)


Sebaiknya kau bekerja sekarang
188. EBEN : (Dia nampak girang sekali) Ladang ini milik ibuku ! dan kini dia
ladangku! Sapi-sapi itu juga milikku! Aku akan memerah susu sapiku ! ( Ia keluar dari
pintu belakang, dengan tak acuh mereka mengikuti Eben dengan pandangan mereka )

189. SIMEON : Persis seperti ayahnya.

190. PETER : Yaah, biarlah anjing makan anjing! ( Eben keluar dari pintu depan dan
berjalan mengelilingi penjuru rumah, langit mulai menjadi kemerah-merahan karena
matahari akan muncul.Eben berhenti dekat pintu gerbang dan memandang
sekelilingnya dengan mata berbinar-binar dan bangga. Matanya menelan seluruh
ladang dengan pandangan penuh damba)

191. EBEN : Tanah yang indah! Tanah yang indah sekali! Tanah itu milikku! ( Tiba-tiba ia
menengadah dan memandang ke langit dengan mata yang tajam dan menantang) Ia
milikku. Kau dengar? Dia milikku! ( Ia membalik dan berjalan ke kiri, lalu ke
belakang menuju lumbung. Kedua saudaranya menyalakan pipa)

192. SIMEON : (Meletakkan kakinya – yang memakai sepatu bot kotor ke atas meja,
sambil bersandar pada kursinya, dan mengepulkan asap pipanya dengan bangga ) baru
kali ini hati kita merasa lagi.

193. PETER : Ya. (Ia mengiakan. Hening sejenak.Tanpa disadari keduanya


mengeluh )

194. SIMEON : (Tiba-tiba) Eben belm pernah memerah susu .

195. PETER : (Mendengus) Tangannya seperti kaki! ( Hening sejenak )

196. SIMEON : Berikan guci itu kemari! Mari kita minum. Aku merasa kurang tenaga

197. PETER : Suatu gagasan yang bagus! (Ia melakukan apa yang diminta Simeon –
mengambil dua gelas – dan mereka menuangkan tuak. Inilah emas California

198. SIMEON : Semoga kita berhasil menemukannya! (Mereka minum sambil


mengepulkan asap pipanya dengan mantap – mengeluh – kemudian mreka
menurunkan kaki dari meja )
199. PETER : Minuman keras ini tidak membuat kita mabuk.

200. SIMEON : Kita tidak bisa meminumnya sepagi ini. ( Hening sejenak. Mereka
terlihat gelisah )

201. PETER : Rasanya nafas kita menjadi sesak di dapur

202. SIMEON : (Dengan perasaan lega) Mari kita cari udara segar. ( Mereka bangun
dengan kasar dan keluar dari belakang – mereka kelihatan mengelilingi rumah dan
berhenti di dekat pintu gerbang. Mereka memandang ke langit dengan kaku penuh
penyerahan )

203. PETER : Indah sekali.

204. SIMEON : (Memandang ke sekeliling ladang, mukanya menjadi lebih tegang,


karena dia tak dapat menyembunyikan perasaanya) Mungkin – kali ini adalah pagi
yang terakhir bagi kita .

205. PETER : (Sikapnya seperti Simeon) Ya.

206. SIMEON : (Membantingkan kakinya ke tanah lalu berkata dengan putus asa) Kau
telah menguburku selama tigapuluh tahun—terlentang di hadapanmu – darah, tulang
dan keringatpun—telah membusuk –- dan memupukmu – hingga telah membuatmu
subur – dengan pupuk nomor satu. Ya Allah, itulah apa yang kuberikan kepadamu .!

207. PETER : Ya! Dan aku juga !

208. SIMEON : Dan kau juga, Peter. (Ia menarik nafas -- kemudian meludah ) Kita tak
usah memperebutkan pepesan kosong.

209. PETER : Di daerah Barat terdapat banyak emas dan mungkin juga kebebasan.
Kita telah jadi budak selama ini di sini hingga jadi seperti dinding batu.

210. SIMEON : (Menantang) Kami bukan budak orang lagi saat ini. Kami juga bukan
budakmu lagi. ( Hening sejenak – laludengan gelisah ) Berbicara mengenai susu, aku
ingin tahu bagaimana Eben memerasnya ?
211. PETER : Aku kira ia dapat melakukannya.

212. SIMEON : Mungkin kita masih harus membantu dia, sekali ini.

213. PETER : Mungkin. Sapi-sapi itu sudah mengenal kita.

214. SIMEON : Dan mereka menyukai kita. Mereka tidak begitu kenal dengan dia.

215. PETER : Juga kuda, babi dan ayam itu. Mereka tidak begitu kenal dengan dia.

216. SIMEON : Mereka mengenal kita seperti saudara. Mereka juga menyukai kita!
(dengan bangga ) Bukankah kita telah membesarkannya menjadi bibit ternak nomor
satu?

217. PETER : Sekarang kita tak perlu mengurusnya lagi.

218. SIMEON : (Tak acuh) Aku lupa itu. ( Kemudian dengan rela hati ) Ayo, bangun,
kita harus membantu Eben.

219. PETER : Ayo. ( Mereka berjalan ke kiri, melalui pintu belakang dan menuju ke
lumbung, dan Eben muncul dengan bergegas menuju mereka. Mukanya kelihatan
tegang )

220. EBEN : (Terengah-engah) Mereka sudah datang! Si keledai tua dengan


pengantinnya! Aku lihat mereka dari lumbung, di sana di tikungan.

221. PETER : Bagaimana kau dapat mengatakannya?

222. EBEN : Bukankah mataku tidak rabun seperti matanya? Bukankah mengenal
kuda betina dan kereta dengan kedua orang diatasnya? Siapa lagi kalau bukan
mereka ? Juga bukankah telah berkata padamu, bahwa aku dapat merasakan
kedatangannya? (Ia menggeliatkan badannya seolah-olah ia merasa gatal )

223. PETER : (Mulai marah) Kita tak perlu membantunya mengemasi kereta!

224. SIMEON : (Juga marah) Kita harus terburu-buru mengemasi barang-barang kita
dan bersiap-siap untuk pergi sebelum dia datang kemari. Aku tak ingin menginjak
rumah ini lagi sesudah ia kembali. ( Mereka berdua pergi kembali mengelilingi
penjuru rumah. Eben mengikutinya )

225. EBEN : (Cemas) Maukah kau menanda-tangani surat itu sebelum pagi?

226. PETER : Kami lihat dulu uang emasnya, sesudah itu kita menanda-tanganinya.
(Mereka menghilang ke sebelah kiri. Kedua saudara itu bersama-sama naik ke atas
untuk mengambil barang-barang mereka, Eben masuk ke dapur, lalu lari menuju
jendela, kemudian mengintai keluar lalu kembali lagi. Setelah itu ia mengangkat papan
di bawah tungku api, kemudian mengeluarkan sebuah tas dari kain terpal yang kecil
dan meletakkannya di atas meja. Kemudian ia mengembalikan papan itu pada
tempatnya semula. Kedua saudaranya muncul sesaat kemudian. Mereka membawa
kantong dari kain yang sudah usang )

227. EBEN : (Meletakkan tangannya pada tas itu) Sudah kalian tanda tangani ?

228. SIMEON : (Menunjukkansurat yang ada dalam tangannya) Ya. ( Dengan mata
penuh damba) Itukah uangnya?

229. EBEN : (Membuka tasnya dan mengeluarkan setumpuk uang emas duapuluh
dollar) Kepingan uang-emas duapuluh dollar -- jumlahnya ada tiga puluh. Hitunglah.
(Peter menghitung uang itu dan disusunnya lima-lima ; digigitnya uang-emas itu satu-
dua buah untuk menyelidikinya )

230. PETER : Enam ratus. (Ia memasukkan uang itu ke dalam sebuah rajut dan
kemudian disembunyikannya ke dalam bajunya dengan hati-hati )

231. SIMEON : (Menyerahkan suratnya pada Eben) Ini suratnya.

232. EBEN : (Setelah menelitinya sejenak, diilipatnya kertas itu dengan hati-hati dan
kemudian disembunyikannya dalam bajunya dengan perasaan puas ) Terima kasih.

232. PETER : Terimakasih atas bantuanmu untuk ongkos kapal.

233. SIMEON : Kami akan mengirimkan segumpal emas buatmu pada hari Natal.
( Hening sejenak, Eben menatap mereka dan mereka juga menatapnya )
234. PETER : (Dengan kaku) Nah - kami akan berangkat sekarang.

235. SIMEON : Apakah kau akan keluar dari pekarangan ?

236. EBEN : Tidak. Aku menunggu disini saja. Hening sebentar. Kedua saudaranya
menuju ke pintu belakang dengan lamban, kemudian mereka membalik dan diam
berdiri

237. SIMEON : Selamat tinggal.

238. PETER : Selamat tinggal

239. EBEN : Selamat jalan. (Mereka keluar, Eben duduk di atas meja dan
menghadap tungku api, lalu ia mengeluarkan surat perjanjian itu, ia memperhatikanya,
lalu melihat ke tungku api, Mukanya diterangi oleh seberkas cahaya matahari yang
menembus jendela. Air mukanya seperti orang yang kerasukan. Bibirnya bergerak.
Kedua saudaranya menuju pintu gerbang

240. PETER : (Memandang ke arah lumbung) Ayah sedang sibuk mengemasi kereta.

241. SIMEON : (Tertawa perlahan-lahan) Aku berani bertaruh, dia pasti sedang
marah-marah!

242. PETER : Dan perempuan itu juga disana.

243. SIMEON : Kita tunggu disini untuk melihat bagaimana tampang ibu tiri kita yang
baru itu.

244. PETER : (Menyeringai) Dan kita maki dia sebagai salam perpisahan

245. SIMEON : (Menyeringai) Rasanya aku ingin berkelakar. Kepala dan kakiku
terasa enteng.

246. PETER : Aku juga. Rasanya aku ingin tertawa sepuas-puasnya

247. SIMEON : Mungkin itu karena pengaruh minuman?


248. PETER : Bukan. Kakiku sudah merasa gatal ingin berjalan, aku ingn melompat
tinggi-tinggi, dan ...

249. SIMEON : Menari? ( Hening sejenak )

250. PETER : (Bingung) Tapi itu sama sekali tak kena.

251. SIMEON : (Airmukanya berseri-seri ) Aku kira sekolah kita sudah berakhir. Kita
sekarang mendapat libur. Kita bebas kali ini

252. PETER : (bingung) Bebas?

253. SIMEON : Tali kokang telah putus, bendungan telah bobol, palang pintu pagar
telah dibuka, dinding bata sudah hancur dan terguling! Kita akan bisa bergerak
sebebas-bebasnya sepanjang jalan!

254. PETER : (Menarik nafas panjang, lalu bicara dengan fasih ) Siapa saja yang
ingin memiliki ladang penuh batu dan memuakkan ini, dapat memperolehnya! Dia
bukan lagi milik kita!

255. SIMEON : (Ia melepaskan pintu gerbang itu dari engselnya dan dikepitnya)
Dengan ini kita cabut pintu gerbangnya dan menyatakannya terbuka untuk selama-
lamanya. Persetan!

256. PETER : Kita akan membawanya bersama kita dan menghanyutkannya di


sungai sebagai pertanda masih baik.

257. SIMEON : (Ketika terdengar ada suara orang berbicara dari sebelah kiri
belakang) Nah, itu mereka datang! (Mereka berdiri tertegun seperti patung. Ephrain
Cabot dan Abbie Putnan masuk. Cabot berumur tujuhpuluhlima tahun tubuhnya tinggi
dan kurus, penuh otot-otot besar dengan tenaga; tapi punggungnya bungkuk karena
kerja berat. Mukanya keras seperti muka yang terpahat dari batu, namun masih juga
kelihatan kelemahannya di dalamnya; sedikit rasa bangga pada kekuatannya yang
tinggal sedikit itu. Matanya kecil dan terletak berdekatan. Matanya sangat rabun dekat.
Ia terus menerus mengerdipkan matanya untuk memusatkan penglihatannya pada
benda-benda, tapi pandangannya mencekam menusuk. Ia mengenakan pakaian hitam
pucat untuk hari Minggu. Abbie berumur tigapuluhlima tahun,berbadan montok, dan
penuh gairah hidup. Mukanya yang bundar kelihatan manis, namun kemanisan ini
tampak terganggu oleh luapan hawa nafsu yang amat besar. Rahangnya
memperlihatkan kekuatan dan sifat kepala batu, matanya mencerminkan ketetapan hati
yang keras dan seluruh kepribadiannya menampakan jiwa yang gelisah, tak terkendali
dan liar, seperti apa yang nampak begitu jelas pada Eben)

258. CABOT : (Dengan suara kering dan nyaring yang diliputi oleh keriangan yang
terkendali, ketika mereka masuk) Nah, kita sampai di rumah, Abbie.

259. ABBIE : (Dengan penuh kepuasan) Hmm! (Matanya menjelajahi seluruh


rumah, dengan sikap yang seolah-olah tidak melihat dua sosok tubuh yang kaku di
dekat pintu ggerbang) Bagus sekali. Amat bagus ! Aku tak percaya bahwa ini
rumahku.

260. CABOT : (Dengan tajam) Rumahmu? Ini rumahku ! (Ia menatap Abbie dengan
pandangan menusuk. Abbie membalas menatapnya. Cabot menambahkan dengan agak
lembut) Rumah kita. Ya mungkin aku telah lama sekali sendirian. Aku merasa telah
menjadi semakin tua musim semi sekarang ini. Sebuah rumah memerlukan
perempuan.

261. ABBIE : (Suara lantang) Seorang perempuan memerlukan rumah!

262. CABOT : (Mengangguk tanpa keyakinan) Ya. (Kemudian dengan perasaan


tersinggung) tak ada siapa-siapa disini. Mungkin mereka sedang bekerja. Mungkin
juga tidak.

263. ABBIE : (melihat Simeon dan Peter. Ia membalas pandangan mereka yang
dingin mengandung penilaian yang membenci dan rasa penasaran – lalu berkata
perlahan-lahan) Di pintu gerbang sana ada dua orang laki-laki sedang luntang-luntung
dan mereka menatap padaku seperti dua ekor babi yang kesasar)

264. CABOT : (menamatkan penglihatannya) aku dapat melihat mereka, tapi aku tak
dapat mengenal mereka.

265. SIMEON : Aku, Simeon!


266. PETER : Aku, Peter!

267. CABOT : (dengan suara keras sekali) Mengapa kau tidak bekerja?

268. SIEMON : (dengan tawar) Kami sedang menunggu kau dan pengantinmu – untuk
mengucapkan selamat datang.

269. CABOT : (bingung) Aah? Ini ibumu yang baru, nak. (Abbie menatap mereka
dan mereka menatapnya)

270. SIMEON : (dia berpaling dan meledak penuh kebencian) Aku telah melihatnya!

271. ABBIE : (dengan menyadari keunggulannya sebagai penakluk) Aku akan


masuk dan melihat-lihat rumahku. (ia berjalan perlahan-lahan ke sana ke mari, lalu
menuju ke serambi)

272. SIEMON : (mendengus) Rumahnya!

273. PETER : (berseru di belakang Abbie) Kau akan bertemu dengan Eben di dalam.
Lebih baik kau tidak menceritakan kepadanya bahwa ini rumahmu.

274. ABBIE : (ikut mengucapkan nama itu) Eben. (kemudian dengan tenang) Aku
akan mengatakannya kepada Eben.

275. CABOT : (dengan seringai penuh kebencian) Kau tak usah mengacuhkan Eben,
Eben tolol dan bodoh – seperti ibunya – tetapi dia lembut dan sederhana!

276. SIEMON : (tertawa keras sekali – mengejek) hah!! Eben adalah tetesan darahmu
– tak ada bedanya sedikit pun – dia keras dan getir seperti pohon ‘hickory’ ! anjing
akan makan anjing! Dia pun akan melahapmu, tua bangka!

277. CABOT : (memerintah) Ayo bekerja!

278. SIEMON : (ketika Abbie masuk ke dalam rumah – Siemon mengedipkan matanya
pada peter dan berkata menghina) Jadi itulah rupanya ibu baru kita, bukan? Darimana
kau memperolehnya? (ia dan Peter tertawa)

279. PETER : Hah! Lebih baik masukkan saja dia ke dalam kandang bersama babi-
babi betina. (mereka tertawa keras sekali sambal menepuk-nepuk paha mereka)

280. CABOT : (karena merasa sangat heran atas ketidak sopanan mereka, ia berkata
terbata-bata dalam kebingungan) Siemon! Peter! Mengapa kalian? Mabukkah kalian?

281. SIMEON : Kami telah bebas sekarang, tua bangka—bebas dari mana dan seluruh
ladang keparat ini! (semakin lama mereka semakin rebut gembira)
282. PETER : Kita akan pergi ke lading-ladang emas California!

283. SIMEON : Kau boleh ambil tempat ini dan membakarnya!

284. PETER : Dan menguburnya – apa saja yang telah kami pelihara!

285. SIMEON : Kita sekarang telah bebas, tua bangka! (tak berhenti berjingkrak-
jingkrak)

286. PETER : Bebas! (ia menyepak ke udara)

287. SIMEON : (ugal-ugalan) Tiup!

288. PETER : (mereka melakukan tarian perang orang Indian yang menggelikan dan
mengelilingi orang tua yang sedang terekam itu antara perasaan marah dan takut kalau
mereka jadi tidak waras)

289. SIMEON : Kami bebas seperti orang Indian! Untunglah kami tidak sedang
menguliti kepalamu!

290. PETER : Dan membakar ladangmu dan membunuh ternakmu!

291. SIMEON : Dan memperkosa isterimu yang baru! Hup! (ia dan Peter
menghentikan tarian mereka, lalu bergandengan pinggang, tubuh mereka terguncang-
guncang oleh tawa mereka yang liar)

292. CABOT : (menjauh) Nafsu kalian untuk mendapatkan emas – emas California
yang mudah di dapat tapi haram itu telah membuat kalian jadi gila!

293. SIMEON : (dengan nada mengejek) Tidak maukah kau kami kirimi emas haram
itu, tua bangka?

294. PETER : Selain emas California itu, masih ada emas lainnya lagi! (ia mundur
menjauh dari penglihatan orang tua itu, lalu di keluarkannya rajut uangnya dan di
ayun-ayunkannya di atas kepalanya sambal tertawa-tawa)

295. SIMEON : Dan emas ini lebih haram lagi!

296. PETER : Kami akan pergi mengarungi lautan! Hup!(ia melompat-lompat)

297. CABOT : (tiba-tiba berteriak marah) Aku kutuk kalian!

298. SIMEON : Terimalah kutukan kami, sebagai balasannya! Hup! (ia melompat-
lompat)

299. CABOT : Akan kusuruh orang untuk membawa kalian ke rumah sakit jiwa!
300. PETER : Tua bangka kikir! Selamat tinggal!

301. SIMEON : Tua bangka penghisap darah! Selamat tinggal!

302. CABOT : Enyahlah kalian sebelum aku….!

303. PETER : Hup! (ia mengambil sebuah batu dari jalan, Simeon juga berbuat
serupa)

304. SIMEON : Mungkin ibu kita sedang di kamar tamu.

305. PETER : Yah! Satu! Dua!

306. CABOT : (ketakutan) Mau apa kalian?

307. PETER : Tiga! (mereka melemparkan batu masing-masing dan batu-batu itu
mengenai jendela kamar tamu sehingga kacanya pecah dan kain gordennya menjadi
sobek)

308. SIMEON : Hup!

309. PETER : Hup!

310. CABOT : (sekarang dengan sangat marah, ia memburu mereka) Jika aku sampai
dapat menangkap kalian – akan aku pertahankan tulang kalian! (tapi mereka berhenti
berjingkrak-jingkrak, dan mundur menjahui Cabot, Siemon masih tetap mengepit pintu
gerbang itu. Cabot kembali lagi sambil marah tak berdaya. Sementara mereka pergi,
mereka menyanyikan lagu lama dari para petualang pencari. Irama lagunya seperti
seperti lagu “oh, susahnya!”)

“aku lompat ke atas kapal the liza!”


Lalu berlayar dilautan
Dan setiap saat jika aku rindu pulang
Aku berharap itu bukan aku!
Oh California
Itulah tanah bagiku!
Aku sedang menuju California!
“Dengan mangkuk bersih pada lututku”
(pada waktu itu, jendela kamar tidur diatas sebelah kanan terbuka dan Abbie
menjulurkan kepalanya keluar. Ia melihat kebawah pada Cabot – sambel bernafas
panjang, merasa puas)

311. ABBIE : Itu adalah akhir mereka berdua, bukan? (Cabot tidak menjawab.
Kemudian Abbie berkata dengan nada memiliki) baik sekali kamar tidur ini. Tempat
tidurnya bagus sekali. Apakah ini kamar tidurku, Ephrain?
312. CABOT : (dengan geram tanpa melihat keatas) Kamar kita berdua (Abbie tidak
dapat menyembunyikan rasa jemunya dan ia masukkan kepalanya lagi perlahan-lahan
dan menutup jendela itu. Tiba-tiba suatu pikiran yang mengerikan mencul dalam
kepala Cabot) mungkin mereka telah melakukan sesuatu! Mungkin mereka telah
meracun ternak – atau yang lainnya! (ia cepat cepat keluar ke lumbung. Sesaat
kemudian pintu dapur perlahan-lahan terbuka dan Abbie masuk. Sesaat lamanya ia
berdiri disitu sambal memandang pada Eben dengan tajam, matanya membanding-
bandingkan kekuatannya sendiri dan kekuatan Eben. Tapi karena ini nafsu birahi
Abbie agak tergugah oleh kemudaan dan kegantengan Eben. Tiba-tiba Eben jadi sadar
akan kehadiran Abbie dan memandangnya. Pandangan mata mereka bertemu. Eben
melompat pergi dan marah tanpa berkata-kata)

313. ABBIE : (dengan suaranya yang sangat merayu, yang selalu ia lakukan selama
adegan ini) engkaukah Eben? Aku, Abbie (ia tertawa) Aku ibu mu yang baru.

314. EBEN : (marah) Bukan! Keparat kau!

315. ABBIE : (seolah-olah tidak mendengar – tersenyum gembira sekali) Ayahmu


banyak membicarakan kau….

316. EBEN : Hah!

317. ABBIE : Kau jangan memperhatikan dia. Ia sudah tua (hening lama, mereka
saling memandang) aku tidak ingin bersandiwara sebagai ibumu, Eben. (dengan
kagum) kau sudah terlalu besar dan terlalu kuat untuk itu. Aku ingin bertemu
denganmu. Mungkin denganku sebagai teman kau akan lebih senang hidup disini.
Mungkin aku akan dapat membuatnya melakukan apa saja untukmu.

318. EBEN : (dengan kEbencian yang sangat) Hah! (mereka berpandangan lagi.
Eben pergi dengan perasaan tak menentu, tapi secara jasmaniah ia tertarik padanya –
dengan suara nyaring dan kaku) persetan kau!

319. ABBIE : (tenang) Jika dengan mengutukku kau akan merasa puas, kutuklah aku
sepuas hatimu. Sejak semula aku telah siap untuk menghadapi kEbencian padaku. Aku
juga tidak akan menyalahkanmu. Akupun merasa begitu pula pada setiap orang yang
akan mengambil tempat ibuku. (Eben gemetar tubuhnya. Abbie memperhatikannya
baik-baik) kau sangat sayang kepada ibumu, bukan? Ibuku meninggal sebelum aku
dewasa. Aku tak bisa mengingatnya lagi. (hening sejenak) kau takkan lama
membenciku, Eben. Aku bukan orang yang paling buruk di dunia ini – kau dan aku
banyak perasaannya. Aku dapat berkata begitu dengan melihatmu. Aku juga pernah
hidup sengsara – kesulitanku bertumpuk-tumpuk dan tidak ada yang bisa kulakukan
selain bekerja saja untuk mendapat nafkah. Sejak aku piatu dan aku harus bekerja,
untuk orang lain dirumah orang lain. Kemudian aku kawin dan ternyata suamiku
seorang pemabuk sehingga ia harus bekerja pada orang lain dan aku juga harus bekerja
dirumah orang lain. Bayiku mati suamiku pun sakit lalu mati pula. Sekarang aku
gembira dapat berkata bahwa aku bebas untuk seketika, tapi ternyata setelah aku
bebas, aku harus segera bekerja lagi di rumah orang lain, mengerjakan pekerjaan orang
lain, hingga aku hampr tidak mempunyai harapan lagi melakukan pekerjaan sendiri
dirumahku sendiri dan datanglah ayahmu…. (Cabotnampak muncul kembali dari
lumbung. Ia pergi ke pintu gerbang dan memandang ke jalan yang dilalui kedua
anaknya tadi. Suara mereka yang sudah pergi menjauh – terdengar sayup-sayup : “oh,
California! Itulah tempat untukku”. Ia berdiri kebingungan, tangannya dikepalkan,
mukanya merengut karena marah)

320. EBEN : (sambil berusaha keras untuk menerangi daya penarik Abbie. Dan rasa
simpatinya yang semakin besar terhadap perempuan itu, diapun berkata dengan kasar)
dan membelimu – seperti seorang pelacur! ( Abbie merasa tersinggung dan mukanya
merah karena marah. Ia merasa betul-betul terbius oleh khutbah mengenai
kesulitannya sendiri. Eben melanjutkan dengan marah) harga yang ia bayarkan
padamu – ladang ini adalah milik ibuku, keparat kau! – dan ladang ini sekarang
milikku!

321. ABBIE : (tertawa dingin penuh keyakinan) Milikmu? Kita lihat saja nanti!
(kemudian dengan tegas) bagaimana jika aku membutuhkan rumah? Ya, untuk apa aku
kawin dengan orang tua seperti dia, kalau bukan untuk itu?

322. EBEN : (mengancam) Akan aku katakan padanya, bahwa kau mengatakan
demikian!

323. ABBIE : (tersenyum) Aku akan berkata padanya, bahwa kau telah menfitnahku
dan ia akan mengusirmu dari tempat ini!

324. EBEN : Setan kau!

325. ABBIE : (menantangnya) Ini ladangku --- ini rumahku – ini dapurku!

326. EBEN : (dengan marah sekali, seolah-olah dia akan menyerangnya) Diam!
Keparat kau!

327. ABBIE : (melangkah mendekati Eben – dengan pantulan nafsu birahi yang liar
dan ganjil pada tubuh dan mukanya – lalu berkata perlahan-lahan) aku tidak pernah
jahat atau tak berbudi – kecuali terhadap musuhku – tapi aku harus berjuang untuk apa
yang harusnya pantas kudapat dari kehidupan ini, jika aku ingin mendapatkannya.
(kemudian ia meletakkan tangannya pada lengan Eben – sambal membujuknya)
marilah kita berteman, Eben.
328. EBEN : (tertegun – seolah-olah terpukau) Yah! (kemudian dengan marah
sekali ia mengibaskan lengan Abbie) Tidak! Orang tua yang menjijikkan! Aku benci
padamu! (ia berlari keluar dari pintu)

329. ABBIE : (ia memperhatikan Eben dengan tersenyum puas. Kemudian seolah-
olah setengah bicara pada diri sendiri ia menggumam) Eben baik (ia memandang ke
meja dengan bangga) aku akan mencuci semua piringku sekarang. (Eben keluar sambil
membanting pintu di belakangnya. Ia berdiri disekitar penjuru rumah, lalu berhenti
karena melihat ayahnya dan berdiri menatapnya dengan benci)

330. CABOT : (mengacungkan kedua lengannya ke atas dengan perasaan yang sangat
jengkel karena ia tidak dapat menguasai dirinya) Ya Tuhan, yang maha besar,
hukumlah anak-anak yang tak berbudi itu dengan kutukmu yang paling berat!

331. EBEN : (menyala dengan suara nyaring) Kau dan Tuhanmu! Kau selalu
mengutuk orang saja! Kau selalu menyumpahi!

332. CABOT : (tanpa menyadari kehadiran Eben, ia memohon) Tuhan bagi orang tua!
Tuhan bagi orang kesepian!

333. EBEN : (mengejek) Kau telah menyebabkan domba-dombaNya berbuat dosa!


Persetan dengan Tuhanmu! (Cabot membalik. Ia dan Eben saling berpandangan
dengan marah)

334. CABOT : (dengan kasar) Oh, kau. Aku tak melihatmu (sambal mengacungkan
telunjuknya. Ia mengancam Eben) goblok! (kemudian dengan cepat) mengapa kau
tidak bekerja?

335. EBEN : Mengapa kau sendiri tidak kerja? Mereka telah pergi. Aku tak dapat
bekerja sendirian.

336. CABOT : (dengan benci) Bagaimanapun, kau harus kerja! Tenagaku sama
dengan sepuluh orang semacam kau, biarpun aku sudah tua! Kau tak akan pernah jadi
laki-laki dewasa! (kemudian dengan sungguh-sungguh) mari kita pergi ke lumbung.
(mereka pergi. Bait terakhir yang sayup-sayup dari lagu “Oh California” terdengar
dikejauhan, sementara itu Abbie sedang mencuci piringnya)

BAGIAN KEDUA

ADEGAN PERTAMA
BAGIAN LUAR DARI RUMAH ITU SEPERTI PADA BAGIAN PERTAMA -- TAPI
TELAH BERLALU DUA BULAN – PADA WAKTU ITU TENGAH HARI PADA HARI
MINGGU. ABBIE MENGENAKAN PAKAIANNYA YANG PALING BAGUS DAN IA
DIATAS SEBUAH KURSI GOYANG DIUJUNG SERAMBI. IA BERGOYANG DENGAN
MALAS KARENA PANAS YANG MEMENATKAN. IA MEMANDANG KE DEPAN
DENGAN MATA JEMU DAN SETENGAH TERPEJAM.

EBEN MENUNJUKKAN KEPALANYA DARI JENDELA KAMAR TIDURNYA. IA


MEMANDANG KE SEKELILINGNYA DIAM-DIAM IA BERUSAHA UNTUK
MEMERIKSA KALAU ADA SESEORANG DI SERAMBI, TAPI MESKIPUN IA TELAH
CUKUP BERHATI-HATI UNTUK TIDAK MENGELUARKAN SUARA, NAMUN ABBIE
TAHU JUGA GERAK-GERIKNYA. ABBIE BERHENTI BERGOYANG, WAJAHNYA
NAMPAK BERGAIRAH DAN PENUH DAMBA. IA MENANTI DENGAN PENUH
PERHATIAN, RUPANYA EBEN MERASAKAN KEHADIRAN ABBIE. DENGAN
MENGERUTKAN DAHI IA TERINGAT KEMBALI AKAN SIKAPNYA TERHADAP
ABBIE – LALU IA MELUDAH DENGAN RASA BENCI YANG BERLEBIHAN –
KEMUDIAN IA MASUK KEMBALI KE KAMARNYA. ABBIE MENUNGGU – IA
MENAHAN NAFASNYA KETIKA IA MENDENGARKAN EBEN DENGAN PENUH
KEINGINAN BERGELORA AKAN TERDENGARNYA SETIAP BUNYI.

KEMUDIAN EBEN KELUAR. PANDANGAN MEREKA BERTEMU. EBEN GUGUP


DAN KEBINGUNGAN, LALU PERGI SAMBAL MEMBANTING PINTU DENGAN
PENUH KEBENCIAN. DENGAN GERAKANNYA INI ABBIE JADI TERTAWA
MENGGODA DAN MERASA SENANG, TAPI SEKETIKA ITU JUGA IA MERASA
TERSINGGUNG. EBEN MENGERUTKAN DAHINYA SAMBAL MELANGKAH
KELUAR DARI SERAMBI KE JALAN KECIL KEMUDIAN IA BERJALAN MELEWATI
ABBIE MENUJU JALAN BESAR DENGAN LENGGANG YANG PENUH LAGAK DAN
MEMANDANG REMEH KEHADIRAN ABBIE. EBEN MEMAKAI PAKAIAN YANG
SELALU DISIMPANNYA – IA KELIHATAN RAPI ; MUKANYA CERAH KARENA
DISABUN DAN DIBASUH. ABBIE MEMBUNGKUK KE DEPAN DIATAS KURSINYA,
MATANYA NAMPAK KERAS DAN MERAH KETIKA EBEN MELEWATINYA, ABBIE
TERTAWA TERKEKEH PENUH EJEKAN DAN PENGHINAAN.

337. EBEN : (tersinggung membalik badannya dengan marah) Apa yang kau
tertawakan

338. ABBIE : (dengan perasaan menang) Kau!

339. EBEN : Ada apa dengan aku?

340. ABBIE :Kau kelihatan mengkilap seperti seekor sapi yang diperlombakan.
341. EBEN : (tertawa mengejek) Dan kau sendiri merasa cantik, bukan? (mereka
saling menatap. Eben menghentikan tatapannya di luar kehendaknya. Sedang Abbie
terus menatapnya dengan keinginan yang bergelora untuk memiliki. Daya tarik
jasmaniah mereka masing-masing menjadi kekuatan yang dapat diraba dan bergetar
diudara panas itu)

342. ABBIE : (dengan lembut) Kau tidak bersungguh-sungguh, Eben, kau mungkin
mengira kau bersungguh-sungguh, tetapi sEbenarnya tidak begitu. Kau tidak bisa. Ini
bertentangan dengan kemauan alam, Eben. Kau telah bergulat dengan kemauanmu
sendiri, semenjak aku datang – kau mencoba mengatakan pada dirimu bahwa aku tidak
baik padamu. (ia tertawa dengan suara rendah yang basah, tanpa mengalihkan
pandangannya dari Eben. Setelah sejenak – badannya menggeliat penuh gairah –
kemudian ia berkata dengan lesu) matahari bersinar dengan kuat dan panas, bukan?
Aku dapat merasakannya, membakar, menembus dunia – alam ini – telah
menumbuhkan segala sesuatu – makin lama jadi makin besar – dan membakar di
dalam dirimu – dan membuat kau ingin tumbuh – menjadi sesuatu – makin lama jadi
makin besar – dan membakar di dalam dirimu – dan membuat kau ingin tumbuh –
menjadi sesuatu – hingga kau berpadu dengannya – dan ia jadi milikmu – tapi ia juga
memilikimu – dan membuatmu semakin tumbuh – seperti sebuah pohon – seperti
kedua pohon elm itu (ia tertawa lagi dengan lembut, sambil terus memandang pada
mata Eben. Eben melangkah setapak mendekatinya secara terpaksa diluar
keinginannya) alam akan melindasmu, Eben. Kau akan juga memilikinya baik cepat
atau lambat.

343. EBEN : (mencoba melepaskan diri dari daya Tarik Abbie – dengan
kebingungan) Jika ayah mendengar kau terus berkata begitu (dengan penuh
kEbencian) tapi kau telah membuat tua bangka itu menjadi setan tua! (Abbie tertawa)

344. ABBIE : Bukankah lebih mudah bagimu jika ia berubah jadi lebih lembut?

345. EBEN : (Menentang) Tidak. Aku akan menentangnya – menentang untuk


membela hak ibukku atau rumahnya! (dengan ini terputuslah daya tarik Abbie
terhadap Eben, Eben menatap dengan marah padanya) dan aku akan memusuhimu.
Kau tidak akan dapat menipuku. Kau bermaksud merampas segala-galanya dan
memilikinya. Nanti kau akan insyaf bahwa aku sudah terlampau besar untuk bisa kau
telan. (ia membalik dan tersenyum mengejek)

346. ABBIE : (mencoba memancarkan daya tariknya – merayu) Eben!

347. EBEN : Jangan mendekat!

348. ABBIE : (lebih bersifat memerintah) Eben!


349. EBEN : (berhenti – dengan penuh kebencian) Ada apa?

350. ABBIE : (mencoba menyembunyikan perasaannya yang semakin berkobar)


Mau kemana kau?

351. EBEN : (dengan kurang ajar) Ke jalan sebentar.

352. ABBIE : Ke desa?

353. EBEN : (dengan seenaknya) Mungkin.

354. ABBIE : (dengan perasaan tegang) Menemui Min, bukan?

355. EBEN : Mungkin.

356. ABBIE : (dengan lemah) Mau apa kau membuang-buang waktu dengannya?

357. EBEN : (sekarang ia bisa membalaskan dendamnya) Seperti katamu tadi, kita
tidak dapat menghalangi kemauan alam, bukan?

358. ABBIE : (dengan suara keras meledek) Ia sudah tua dan jelek!

359. EBEN : (tersenyum mengejek) Ia lebih cantik daripadamu!

360. ABBIE : Setiap pemabuk yang sudah tidak berguna didusun ini telah……

361. EBEN : (mengejek) Mungkin – tapi ia lebih baik daripadamu, ia memiliki


kelebihan dan keserasian dalam tindak-tanduknya.

362. ABBIE : (marah sekali) Berani kau membanding-bandingkan….

363. EBEN : Ia tidak pernah menyelinap-nyelinap dan mencuri – apa yang aku
miliki!

364. ABBIE : (dengan kasar sekal, ia menyergap kelemahan Eben) Milikmu? Kau
maksudkan ladangku?

365. EBEN : Maksudku ladangku, yang kini ingin kau miliki dengan menjual
dirimu seperti setiap pelacur lainnya!

366. ABBIE : (tersinggung – dengan kasar) Seumur hidupmu kau tak kan pernah
memiliki sebatang rumput busukpun di ladang ini! (kemudian dengan berteriak)
Enyahlah kau dari depan mataku! Pergilah pada perempuan sundalmu itu – kau telah
menodai nama ayahmu dan aku! Aku akan menyuruh ayahmu mengusirmu dengan
cambuk dari tempat ini jika aku mau! Kau hanya dapat tinggal disini karena aku
membiarkannya! Enyahlah! Aku benci melihat mukamu! (ia berhenti, terengah-engah
dan memandang marah pada Eben)
367. EBEN : (membalas memandangnya dengan marah) Dan aku juga benci
melihat mukamu! (ia membalik dan melangkah menuju ke jalan. Abbie
memandangnya terus dengan perasaan benci. Cabot tua muncul. Ia kelihatan dalam
keadaan gembira lembut dan berseri. Nampak luar biasa aneh seperti sedang melamun,
namun tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan kelemahan badannya—bahkan ia
kelihatan lebih kuat dan lebih muda. Abbie melihatnya dan ia memalingkan muka
dengan perasasn yang tidak dapat disembunyikan. Cabot perlahan-lahan
mendekatinya)

368. CABOT : (dengan lembut) Apakah kau sudah bertengkar lagi dengan Eben?

369. ABBIE : (singkat) Tidak.

370. CABOT : Suaramu keras sekali. (ia duduk di pinggir serambi)

371. ABBIE : (dengan cepat) Jika kau telah mendengar kami. Kau tak usah bertanya
lagi.

372. CABOT : Aku tidak mendengar apa yang telah kalian katakan.

373. ABBIE : (dengan perasaan lega) Tak ada hal-hal yang perlu dikatakan.

374. CABOT : (SETELAH SEJENAK) Eben memang aneh.

374. ABBIE : (dengan pedas) Tak sedikitpun berbeda denganmu?

375. CABOT : (tertarik perhatiannya) Begitukah pendapatmu Abbie? (setelah sejenak


sambal berfikir) Aku dan Eben selalu cocok. Bagaimanapun aku tak dapat
membantahnya. Ia sangat lembut sekali – seperti ibunya.

376. ABBIE : (menghina) Ya kira-kira selembutmu!

377. CABOT : (seolah-olah tidak mendengar) Mungkin aku terlalu keras padanya.

378. ABBIE : (menghina) Kau jadi lembut sekarang, lembut seperti kotoran! Itulah
yang telah dikatakan oleh Eben.

379. CABOT : (mukanya segera menjadi guram dan mengancam) Eben telah berkata
begitu? Sebaiknya ia tidak menyinggung perasaanku atau ia segera menyusul….
(hening sejenak. Abbie tetap memalingkan mukanya. Cabot perlahan-lahan jadi
lembut. Ia memandang ke langit) Indah, bukan?

380. ABBIE : (menentang) Aku tidak melihat sesuatu yang indah.

381. CABOT : Aku rasa seperti ada tanah yang hangat dilangit.
382. ABBIE : (menyindir dengan pedas) Apakah kau bermaksud mau membeli
ladang lagi? (ia tersenyum dikulum, menghina)

383. CABOT : (dengan perasaan aneh) Aku ingin memiliki tanah di atas sana.
(berhenti sejenak) Aku sudah tua. Abbie. Seolah-olah aku seperti buah yang sudah
masak (hening sejenak. Abbie memandang kepada Cabot penuh teka-teki. Cabotterus
berkata) aku selain kedinginan dan menyendiri dirumah ini – bahkan juga jika diluar
panas sekali. Tidakkah kau camkan hal itu?

384. ABBIE : Tidak.

385. CABOT : Dilumbung rasanya hangat – harum baunya dan hangat – bersama-
sama dengan sapi itu. (berhenti sejenak) Sapi itu aneh sifatnya.

386. ABBIE : Seperti kau?

387. CABOT : Seperti Eben. (berhenti sejenak) Aku sudah merasa jatuh hati pada
Eben – seperti juga pada ibunya. Aku sedang mencoba memahami kelembutannya –
seperti juga terhadap ibunya. SEbenarnya aku sudah bersikap lunak padanya – jika ia
tidak segoblok itu! (hening sejenak) aku kira usia tua telah mulai merayapi tulang
belulangku.

388. ABBIE : (tak peduli) Tapi kau belum mati bukan?

389. CABOT : Belum, aku belum mati – ayo bertaruh – persetan – aku masih sehat
dan kuat seperti pohon! (kemudian dengan penuh perasaan) tapi setelah aku berumur
70 tahun, Tuhan memperingatkan aku untuk bersiap-siap. (hening sejenak) oleh karena
itu muncullah Eben dalam benakku. Kedua saudaranya yang terkutuk telah pergi ke
neraka. Tidak ada yang tinggal lagi disini kecuali Eben.

390. ABBIE : (dengan benci) Bukankah aku masih ada? (kesal) Mengapa kau tiba-
tiba menyukai Eben? Mengapa kau tidak berkata sepatahpun tentang aku? Bukankah
aku istrimu yang sah?

391. CABOT : (sederhana) Ya. Betul. (hening senjenak – ia memandang Abbie


dengan penuh gairah – matanya bersinar-sinar –kemudian dengan tiba-tiba ia
memegang tangan Abbie dan meremas-remasnya, sambil meniru gaya pendeta pada
suatu pertemuan di perkemahan yang asing) Kau Adela bunga rosku dari Sharon!
Lihatlah, kau cantik, matamu indah seperti mata merpati, bibirmu merah, buah dadamu
seperti dua ekor anak rusa dan pusarmu seperti mangkuk bundar, perutmu seperti
setumpuk gandum ……. (ia mencium tangan Abbie. Tapi Abbie kelihatannya tidak
menaruh perhatian. Abbie memandang ke depan dengan mata yang tajam dan marah)
392. ABBIE : (menarik tangannya dengan cepat – lalu berbicara dengan kasar) Jadi
kau bermaksud menyerahkan ladang ini pada Eben, bukan?

393. CABOT : (tertegun) Menyerahkan …. ? (kemudian dengan perasaan kesal dan


degil) Aku tak akan menyerahkan kepada siapapun.

394. ABBIE : (tanpa merasa menyesal) Kau tak dapat membawanya bersamamu ke
liangkubur.

395. CABOT : (berfikir sEbentar – kemudian dengan rasa enggan) Tidak, aku pikir
tidak. (setelah sejenak – dengan perasaan aneh) Tapi jika aku dapat, aku akan
melakukannya atau bila aku dapat, pada saat ajalku, aku akan membawanya dan
memperhatikannya – rumah ini serta setiap gandum dan setiap jerami yang habis
terbakar sampai pada helai yang terakhir. Aku akan duduk dan melihat semuanya mati
bersamaku dan tak seorangpun akan memiliki apa yang telah aku miliki, yang telah
kuciptakan dari-ketiadaan dengan darah dan keringat lagi dengan rasa sayang yang
tulus) Kecuali sapi-sapi itu. Mereka akan ku bebaskan.

396. ABBIE : (dengan kasar) Dan aku?

397. CABOT : (Tersenyum berseri-seri) Kau juga akan kubebaskan.

398. ABBIE : (Sangat marah) Jadi itulah hadiah yang aku dapat dari perkawinanku
dengan kau – sikapmu telah berubah kepada Eben yang membencimu. Kau telah
mengeluarkan ucapan untuk membebaskan aku dan menelantarkan aku di tengah jalan.

399. CABOT : (tergesa-gesa) Abbie! Kau tahu, bahwa aku tidak….

400. ABBIE : (dengan penuh dendam) Izinkanlah aku menyampaikan sesuatu


padamu tentang Eben. Tahukah kau kemana ia pergi? Ia telah pergi mengunjungi
pelacur itu, si Mini aku telah berusaha mencegahnya. Ia telah menjatuhkan namamu
dan namaku—apalagi pada hari Sabbath ini!

401. CABOT : (agak merasa berdosa) Ia telah terbiasa berbuat dosa – begitulah
bakatnya semenjak dilahirkan. Nafsu birahi menggerogoti jantungnya.

402. ABBIE : (marah kehilangan kesabarannya – dan ingin sekali membalas


dendam) Dan ia menaruh berahinya padaku. Dapatkah kau memaafkan hal itu?

403. CABOT : (memandang padanya – setelah terpaku sejenak) Nafsu berahi


padamu?

404. ABBIE : (menantang) Ia sedang mencoba mencumbuku – ketika kau


mendengar kita bertengkar tadi.
405. CABOT : (memandang padanya – kemudian mukanya menjadi merah padam
karena sangat marah – ia melompat dan seluruh tubuhnya gemetar) Demi tuhan – aku
akan habisi dia!

406. ABBIE : (Sekarang merasa khawatir akan nasib Eben) Jangan! Jangan kau
berbuat begitu!

407. CABOT : (kasar sekali) Akan kuambil bedilku dan akan kutancapkan benaknya
yang lembek hingga berhamburan pada pohon-pohon Elm itu!

408. ABBIE : (merangkulnya) Jangan, Ephreim!

409. CABOT : Demi Tuhan, aku akan melakukannya!

410. ABBIE : (Dengan nada yang menenangkan) Dengarkan, Ephraim. Itu bukan
suatu kejahatan – hanya kenakalan anak-anak saja – itu tidak sungguh-sungguh – ia
hanya sekedar ingin mengolok-olok dan mengusik saja…

411. CABOT : Lalu mengapa kau berkata tentang nafsu berahi itu?

412. ABBIE : Mungkin yang kukatakana kedengarannya lebih buruk dari yang
kumaksud. Hatiku kacau balau – ketika kau bermaksud akan meyerahkan ladang ini
padanya.

413. CABOT : (menyadari hal ini – kemudian mengangguk) Rupanya kau punya otak
juga. (kemudian dengan rasa tersinggung) Ya, biarkan dia tinggal di sini. (Ia duduk di
tepi serambi Abbie duduk di sampingnya, Cabot menggerutu penuh kEbencian)
Seharusnya aku marah – pada anak sapi goblok itu (Hening sejenak) Tapi inilah
persoalannya. Siapa dari anakku yang akan tetap di sini mengolah ladang – Bila tuhan
memanggilku? Simeon dan Peter telah pergi ke Neraka – dan Eben sedang mengikuti
jejak mereka.

414. ABBIE : Tinggal aku.

415. CABOT : Kau hanya seorang wanita.

416. ABBIE : Aku isterimu.

417. CABOT : Kau bukan aku. Anakku adalah aku – darahku. Anakku yang
seharusnya mendapat milikku. Dengan begitu ladang ini masih tetap milikku –
meskipun aku sudah dikubur dalam-dalam.

418. ABBIE : (memandang dengan benci) Ya, aku mengerti. (ia merenung dalam-
dalam – mukanya nampak licik dan matanya melihat Cabot dengan penuh muslihat)
419. CABOT : Aku sudah tua – sudah renta. (Kemudian dengan mendadak kembali
lagi kepercayaan pada dirinya) Tapi aku takkan bisa ditundukkan – sekalipun dalam
tahun-tahun mendatang! Demi Tuhan, aku masih akan dapat mengalahkan setiap anak
muda untuk melakukan kerja apapun di sepanjang tahun!

420. ABBIE : (Tiba-tiba) Mungkin Tuhan akan menganugerahkan seorang anak


lelaki pada kita.

421. CABOT :(Memalingkan mukanya dan memandang pada Abbie dengan penuh
gairah) Kau maksud – seorang anak lelaki – untuk aku dan kau?

422. ABBIE : (tersenyum merayu) Kau masih kuat bukan? Bagaimanapun juga itu
mungkin, bukan? Kita tahu itu. Mengapa kau memandang begitu? Tidakkah kau
pernah memikirkan hal itu sebelumnya? Aku telah memikirkan hal itu jauh
sebelumnya, yah – dan aku juga telah berdoa agar itu menjadi kenyataan.

423. CABOT : (mukanya menjadi sangat berseri-seri bangga – ia menengadah) Kau


telah berdo’a Abbie? – untuk mendapatkan seorang anak lelaki – bagi kita?

424. ABBIE : Ya. (Dengan tegas) Aku ingin seorang anak lelaki sekarang.

425. CABOT : (Dengan terharu ia menggenggam kedua tangan Abbie) Itu akan
merupakan karunia Tuhan, Abbie – karunia tuhan padaku – pada masa tuaku – pada
masa kesepianku! Tak ada sesuatu yang tidak akan kulakukan bagimu, Abbie. Kau
hanya tinggal memintanya saja – apa saja kau inginkan!

426. ABBIE : (Menyela) Kau mau mewariskan ladang ini padaku ……..

427. CABOT : (penuh semangat) Aku akan lakukan apa saja yang kau minta,
sungguh! Aku bersumpah! Semoga aku terkutuk di Neraka selamanya-lamanya jika
aku tidak melakukannya! (Ia menekuk lututnya dan menarik Abbie ke bawah
bersamanya. Ia gemetar sekujur badannya karena harapannya yang bergelora) Berdoa
lagi pada Tuhan, Abbie. Hari ini adalah hari Sabbath! Aku akan menyertaimu! Berdoa
berdua lebih baik daripada seorang. Tuhan akan mendengar Rachel (ia menundukkan
kepala Abbie, sambil komat-kamit. Abbie pura-pura mengikutinya, tapi dari samping
ia melepaskan pandangannya kearah Cabot yang mencerminkan kEbencian dan
kemenangan)

ADEGAN DUA

WAKTU ITU JAM DELAPAN MALAM, BAGIAN DALAM DARI KEDUA KAMAR
TIDUR DI RUANGAN ATAS DIPERLIHATKAN --- EBEN SEDANG DUDUK DI
PINGGIR TEMPAT TIDUR DI KAMAR SEBELAH KIRI. KARENA KEGERAHAN IA
HANYA MEMAKAI KAUS SINGLET DAN CELANA DALAM. KAKINYA
TELANJANG. MUKANYA MEMANDANG KE DEPAN – IA TERMENUNG SAMBIL
MENOPANG DAGU – IA KELIHATAN SANGAT GELISAH.

DI KAMAR LAINNYA CABOT DAN ABBIE SEDANG DUDUK BERDAMPINGAN DI


TEMPAT TIDUR MEREKA – SUATU RANJANG DENGAN KASUR YANG DILAPISI
DENGAN BULU BURUNG. CABOT MEMAKAI KEMEJA MALAM, ABBIE
MENGENAKAN PAKAIAN MALAM. CABOT MASIH DISELUBUNGI KEHARUAN
YANG ANEH KARENA TERPENGARUH OLEH KEINGINAN UNTUK
MENDAPATKAN SEORANG ANAK LELAKI. KEDUA KAMAR ITU HANYA
DITERANGI OLEH LILIN – YANG TERBUAT DARI LEMAK – CAHAYANYA PUDAR
DAN BERKEDIP – KEDIP

428. CABOT : Ladang kita memerlukan seorang anak lelaki.

429. ABBIE : Aku ingin seorang anak lelaki.

430. CABOT : Ya. Kadang-kadang aku lebih memperhatikan kau daripada ladangku,
tapi kadang-kadang sebaliknya. Oleh karena itu aku mempersuntingmu dalam masa
kesepianku ini. (Hening sejenak. Ia memukul lututnya dengan tinjunya) aku dan
ladang ini memerlukan seorang anak lelaki.

431. ABBIE : Sebaiknya kau tidur. Kau terlalu banyak memikirkan yang bukan-
bukan.

432. CABOT : (Dengan gerakan yang tidak sabar) Tidak, aku tidak berangan-angan.
Pikiranku masih terang. Kau tidak mengenal diriku. Itulah soalnya. (ia menatap ke
lantai dengan lesu)

433. ABBIE : (tak peduli) Mungkin. (Di kamar sebelahnya, Eben bangun dan
berjalan mondar-mandir kebingunan. Abbie mendengar langkah Eben. Pandangan
matanya terpusat pada dinding pemisah dengan penuh perhatian. Eben berhenti
melangkah dan merenung. Pandangan mereka yang hangat seolah-olah bertemu
menembus dinding itu. Tanpa disadari Eben membentangkan kedua lengannya ke arah
Abbie dan Abbie bergerak setengah berbangkit. Kemudian Eben sadar – ia bersungut
menyumpahi dirinya sendiri lalu menjatuhkan dirinya tertelungkup di atas tempat
tidurnya, kedua tangannya terkepal di atas kepalanya, sedangkan mukanya
dibenamkan pada bantal. Abbie nampak merasa lega dengan mengeluh perlahan. Tapi
pandangannya tetap tertuju pada dinding, mendengarkan gerak-gerik Eben dengan
penuh perhatian)

434. CABOT : (tiba-tiba ia mengangkat kepalanya dan menatap Abbie dengan nada
menghina) Inginkah kau mengenalku – atau adakah laki-laki atau perempuan yang
ingin mengenal diriku? (Ia menggeleng-gelengkan kepalanya) Tidak. Aku kira tidak
ada. (Ia tidak menatap Abbie lagi. Abbie menatap terus ke dinding. Kemudian ternyata
Cabot tidak dapat meredakan pikirannya, dan tanpa melihat lagi pada isterinya, ia
mengulurkan tangannya dan memegang lutut isterinya. Abbie terkejut sekali, lalu ia
menatap padanya, dan karena ia melihat bahwa suaminya tidak melihat dia, maka ia
memusatkan lagi perhatiannya pada dinding dan tidak lagi memperhatikan apa yang
diucapkan oleh suaminya) Dengarkan, Abbie! Ketika aku datang kemari – kira-kira
lima puluh atau enampuluh tahun yang lalu – aku masih berumur duapuluh dan Adela
orang yang terkuat dan paling keras yang pernah ku jumpai –aku sepuluh kali lebih
kuat dari Eben dan limapuluh kali lebih keras dari Eben. Tanah ini hanyalah lapangan
batu belaka. Orang-orang menertawakan aku ketika aku mengambil tanah ini. Mereka
tidak mengetahui apa yang aku ketahui. Jika kau dapat menumbuhkan gandum di atas
batu, maka Tuhan ada bersamamu! Mereka tidak cukup kuat untuk itu! Mereka
menganggap Tuhan mudah menaruh balas. Mereka tertawa. Sekarang mereka tidak
tertawa lagi. Beberapa orang telah mati di sini dan beberapa orang lagi pergi ke barat
lalu mati. Mereka semua telah dikubur karena menganggap Tuhan mudah menaruh
balas. Tuhan tidak mudah menaruh balas! ( Ia menggeleng-gelengkan kepalanya
perlahan-lahan) Kemudian aku menempuh hidup yang keras. Orang-orang selalu
berkata bahwa aku orang yang keras, seolah-olah kekerasan itu suatu dosa, sampai
akhirnya aku berkata pada mereka “Persetan, kalian akan menganggapku keras tetapi
nanti kalian akan menyukainya.” (kemudian dengan tiba-tiba) Tapi suatu ketika aku
pernah menyerah pada kelembutanku. Setelah aku berada di sini dua tahun lamanya,
aku jadi lemah – putus asa – karena terlalu banyak batu di sini. Ada sekelompok orang
yang menyerah lalu meninggalkan daerah ini dan pergi ke Barat. Aku juga ikut. Kami
terus menerus mencari. Akhirnya kami sampai ke padang rumput yang luas dan datar,
di mana tanahnya hitam dan kaya seperti emas.Tak ada sebuah batupun dan mudah
dikerjakan. Kita hanya tinggal membajaknya lalu menabur benih dan kami tinggal
memasang pipa dan menyalakannya dan memperhatikan sesuatu yang tumbuh.
SEbenarnya aku bisa jadi kaya – tapi sesuatu dalam diriku menggangguku terus
menerus, aku mendengar suara Tuhan, berkata: Keadaan di sini sekali-kali tak punya
harga bagimu. Pulanglah segera! Aku jadi sangat takut dan aku segera pulang kembali
meninggalkan hak-hakku dan hasilnya kepada siapa saja yang ingin memilikinya. Ya,
aku betul-betul melepaskan milikku. Tuhan itu keras, tidak mudah. Tuhan ada di
dalam batu-batu itu! Aku membuat gerejaku pada sebuah batu karang – yang terbuat
dari batu-batu dan aku akan berada di dalamnya! Itulah apa yang diinginkan Tuhan
dari Potrus! ( Ia mengeluh berat. Hening sEbentar) Aku kumpulkan batu-batu dan
menyusunnya menjadi dinding-dinding. Engkau dapat menghitung umurku pada
dinding itu. Setiap hari aku mengangkut batu dengan mendaki dan menuruni bukit,
menggengam tanah yang menjadi milikku dan aku mulai bercocok tanam dari sesuatu
yang tiada sesuai dengan keingingan Tuhan seperti seorang hamba Tuhan. Itu tidak
mudah. Tuhan telah membuatku keras untuk itu. (Ia beristirahat sEbentar) Sepanjang
waktu itu aku semakin kesepian. Kemudian aku beristeri. Ia telah melahirkan Simeon
dan Peter. Ia bekerja keras. Kami telah berumah tangga selama duapuluh tahun, tapi
dia tidak pernah mengenal diriku. Ia berusaha menolongku tapi ia tidak pernah tahu
apa tujuannya. Aku selalu merasa kesepian dan kemudian ia meinggal. Sesudah itu aku
tidak merasa terlalu kesepian untuk sementara waktu. (berhenti sejenak) Aku sudah
tidak lagi mengenal tanggal dari tahun-tahun. Aku tidak punya waktu terluyang untuk
menghitung-hitungnya. Sim dan Peter membantuku. Ladang ini menjadi semakin
tumbuh. Itu semua milikku. Jika aku ingat hal itu aku tidak memusatkan pikiranmu
pada sautu hal saja siang dan malam. Kemudian aku beristeri lagi, dengan ibunya
Eben. Keluarga telah menggugatku di muka pengadilan atas tindak tandukku terhadap
ladang ini ladangku! Oleh karena itu Eben selalu ngoceh bahwa ladang ini kepunyaan
ibunya. Ia telah melahirkan Eben. Ia cantik tapi lemah, ia telah berusaha untuk menjadi
kerasa tapi tidak dapat. Ia tidak pernah mengenal diriku, juga ia tidak tahu apa-apa.
Rasanya hidupku lebih sepi dari pada di Neraka dengan dia. Setelah melewati
kesengsaraan selama enambelas tahun lebih, dia meninggal. (Berhenti sejenak) aku
hidup dengan anak-anak lelakiku. Mereka benci padaku karena aku keras dan aku
benci mereka karena mereka lemah. Mereka diam-diam ingin memiliki ladang ini
tanpa mengetahui apa artinya. Keadaan itu membuatku getir dan gelisah. Keadaan itu
membuatku jadi tua, mereka menginginkan apa yang telah kuusahakan untuk diriku.
Kemudian pada musim semi ini tibalah panggilan itu suara Tuhan berseru di dalam
rimba keberlaluanku, dalam kesepianku untuk pergi mencari dan menemukannya!
(Sambil menoleh kepada Abbie dengan gairah yang aneh) Aku mencarimu dan aku
mendapatkan kau! Kau adalah bunga ros dari Sharon! Matamu bagaikan (Muka Abbie
berubah jadi tidak menarik, menatap mata Cabot dengan penuh kEbencian. Cabot
memandangnnya sEbentar kemudian dengan nada yang keras) mengertikah kau apa
yang telah kuucapkan?

435. ABBIE : (Kebingungan) Barangkali.

436. CABOT : (Mendorong Abbie dengan marah) Kau tidak mengerti apa-apa kau
juga tidak akan mengerti. Jika kau tidak punya anak lelaki untuk menebus
kekuranganmu (Perkataan ini diucapkan dengan nada yang lemah tapi mengancam)

437. ABBIE : (Dengan perasaan benci) Aku telah berdoa, bukan?

438. CABOT : (Dengan getir) Berdoalah lagi agar kau mengerti!

439. ABBIE : (Dengan ancaman terselubung dalam ucapannya) Aku berjanji, bahwa
kau akan dapat seorang laki-laki dariku.

440. CABOT : Bagaimana kau dapat berjanji begitu?


441. ABBIE : Mungkin aku punya naluri kedua. Aku dapat merasa. (Ia tersenyum
berseri-seri)

442. CABOT : Aku percaya kau dapat. Kau kadang-kadang membuatku menggigil.
(Ia menggigil) Rasanya dingin di rumah ini. Aku merasa gelisah. Rasanya ada sesuatu
di tempat yang gelap itu di pojok-pojok itu. (ia menggunakan pakaian panjangnya lalu
melipat kemeja malamnya, kemudian ia memakai sepatu bootnya)

443. ABBIE : (Keheranan) Mau pergi kemana kau?

444. CABOT : (dengan riang) Ke tempat yang tenang, yang hangat di lumbung.
(Dengan getir) Di situ aku bisa ngobrol dengan sapi-sapi itu. Mereka mengerti. Mereka
mengenal aku beserta ladangku. Mereka memberi ketenangan pada diriku. (Ia
membalik dan pergi ke luar)

445. ABBIE : (Agak ketakutan) Sakitkah kau malamini, Ephraim?

446. CABOT : Aku telah tua. Seperti buah yang telah masak di dahannya. (Ia
membalik dan pergi. Sepatu botnya berbunyi ketika ia menuruni tangga. Eben duduk
tercengang, memperhatikannya. Abbie sadar akan tindak tanduk Eben, lalu ia menatap
pada dinding itu. Cabot keluar dari rumah mengelilingi penjuru rumah itu dan berdiri
dekat pintu gerbang sambil memandang ke angkasa dengan matanya berkedip-kedip.
Ia merentangkan kedua lengannya ke atas seperti dengan gerak gerik orang yang
tersiksa) Oh….. Tuhan Yang Maha Kuasa, berilah aku ilham dari kegelapan itu. ( Ia
mendengarkan seolah-olah sedang menanti suatu jawaban. Kemudian ia menurunkan
kedua lengannya, menggoyang-goyangkan kepalanya lalu berjalan dengan tegap ke
lumbung. Eben dan Abbie saling memandang melalui dinding. Eben mengeluh berat
dan Abbie juga berbuat serupa. Keduanya jadi gugup sekali dan gelisah. Adakalanya
Abbie bangun dan mendengar-dengarkan sesuatu, telinganya dirapatkan ke dinding.
Eben seolah-olah melihat segala gerakan yang sedang dilakukan oleh Abbie, sehingga
ia menjadi diam sekali. Rupanya Abbie terdorong untuk mengambil suatu keputusan,
dengan tetap hati ia keluar dari pintu belakang. Eben melihat terus kepadanya.
Kemudian ketika pintu kamarnya terbuka perlahan. Eben membalik dan menjauhinya,
lalu menunggu dalam sikap tegang. Abbie berdiri sejenak menatap Eben, matanya
bersinar-sinar karena nafsu berahinya yang bergelora. Kemudian dengan berseru
perlahan ia berlari menuju Eben dan merangkul lehernya, kemudian ia meraih kepala
Eben dan mencium mulutnya. Pada mulanya Eben menyerah tanpa sepatah katapun,
kemudian Eben sadar akan kEbenciannya terhadap Abbie, lalu ia menolakkan tubuh
Abbie dan ia melompat menjauhinya. Mereka berdiri membisu dan terengah-engah,
seperti dua ekor khewan yang sedang kehabisan nafas)

447. ABBIE : (akhirnya, dengan sedih) Jangan begitu, Eben, jangan begitu. Aku
akan membahagiakan kau!
448. EBEN : (Dengan kasar) Aku tidak ingin kebahagiaan darimu!

449. ABBIE : (putus asa) Oh, kau menginginkannya! Kau menginginkannya!


Mengapa kau berdusta?

450. EBEN : (penuh kebencian) Aku tidak tertarik olehmu, sungguh! Aku benci
melihatmu!

451. ABBIE : (Tertawa dengan tidak yakin) Bagaimanapun juga, ketika aku
menciummu, kau membalas menciumku. Bibirmu panas seperti terbakar, kau tak dapat
berdusta! (Dengan sungguh-sungguh) Jika kau tidak menaruh perhatian padaku,
mengapa kau menciumku kembali . Mengapa bibirmu seperti terbakar?

452. EBEN : (Mengusap mulutnya) Rasanya seperti racun! (Kemudian mengejek)


Mungkin ketika aku membalas menciummu, aku menyangka kau seorang yang lain.

453. ABBIE : (Dengan garang) Si Min?

454. EBEN : Barangkali.

455. ABBIE : (Merasa hina sekali) Sudahkah kau pergi menjenguknya? Betulkah
sudah? Rasanya itu tidak mungkin. Itukah sebabnya mengapa kau tadi menolakkan
tubuhku?

456. EBEN : (Tersenyum mengejek) Jika memang begitu, lalu bagaimana?

457. ABBIE : (Mendidih. Marah sekali) Kalau begitu, kau tak ada bedanya dengan
anjing EbenCabot!

458. EBEN : (Mengancam) Jangan berkata demikian kepadaku!

459. ABBIE : (Tertawa nyaring) Jangan? Apa kau sangka aku jatuh cinta padamu? -
- Pada seorang yang lemah seperti kau? Aku tidak tergila-gila padamu! Aku hanya
memerlukanmu untuk tujuanku sendiri. Dan sekarang aku akan gunakan kau untuk
tujuan itu sebab aku lebih kuat daripada kau!

460. EBEN : (Kesal hatinya) Aku tahu betul itu hanya sebagian dari rencanamu
untuk merampas segala-galanya!

461. ABBIE : (Mengejek) Barangkali.

462. EBEN : (Marah sekali) Enyahlah dari kamarku!

463. ABBIE : Ini kamarku sedangkan kau hanyalah seorang pembantu yang digaji.

464. EBEN : (Mengancam) Enyahlah kau, sebelum aku membunuhmu!


465. ABBIE : (Sekarang ia merasa yakin) Aku tidak takut sedikitpun. Kau ingin
padaku bukan? Ya. Begitulah! Dan anak lelaki dari ayahmu tak akan pernah
mematikan apa yang diinginkannya! Perhatikanlah matamu! Matamu kelihatan
bersinar-sinar karena nafsu berahimu padaku. Sekarang perhatikan bibirmu! Bibirmu
kelihatan bergemetar rindu ingin menciumku dan dengan gigimu kau ingin menggigit
bibirku! (Sekarang Eben memperhatikannya dengan perasaan terpesona. Abbie tertawa
gila penuh kemenangan) Aku akan membuat segala sesuatunya dari rumah ini menjadi
rumahku! Sekarang masih ada sebuah kamar yang belum kumiliki. Tapi malam ini aku
akan memilikinya. Aku akan turun untuk menyalakan lilinnya. (Ia membungkuk pada
Eben dengan sikap mencemooh) Maukah kau memcumbuku di kamar duduk yang
paling bagus itu tuan Cabot?

466. EBEN : (Menatap padanya dengan bingung sekali) Kau jangan coba-coba ke
situ! Kamar itu tidak pernah dibuka sejak ibuku meninggal dan dia dibaringkan di situ!
Jangan coba-coba! (Tapi mata Abbie terus menatap mata Eben dengan menyala-nyala
hingga kemauan Eben jadi luluh di hadapannya. Eben menghampiri Abbie dengan
langkah gontai tak berdaya)

467. ABBIE : (Tetap memandang Eben dan ia mencurahkan segala perasaannya


pada setiap kata yang diucapkannya tatkala membuka pintu) Aku mengharap
kedatangannmu segera Eben.

468. EBEN : (Menatap Abbie untuk sejenak, lalu ia berjalan menuju pintu.
Seberkas cahaya terlihat dari jendela kamar duduk. Ia berkata perlahan-lahan) Di
kamar duduk? ( ini rupanya membangkitkan pengertian lain sebab ia kembali lagi, lalu
ia mengenakan baju kemeja putihnya, mengancingkan leher bajunya, kemudian tanpa
pikir panjang ia memasang dasinya, agak kendur, lalu ia mengenakan jasnya,
kemudian ia mengambil topinya. Setelah itu ia berdiri tanpa sepatu dan
memperhatikan keadaan sekelilingnya dalam kebimbangan, lalu ia berkata perlahan-
lahan bertanya) ibu! Dimanakah kau? (kemudian ia berjalan perlahan-lahan menuju
pintu dibelakang)

ADEGAN KETIGA

BEBERAPA MENIT KEMUDIAN DIPERLIHATKAN BAGIAN DALAM DARI KAMAR


DUDUK ITU. SUATU RUANGAN YANG GURAM DAN MENCEKAM BAGAIKAN
SUATU KUBURAN DI MANA KELUARGA ITU TELAH TERKURUNG HIDUP-HIDUP.
ABBIE DUDUK DI TEPI SEBUAH SOFA YANG BERISI BULU KUDA. ABBIE TELAH
MENYELESAIKAN SEMUA LILIN DAN TERLIHATLAH SEGALA KESERAMAN
YANG TERSEMBUNYI DALAM KAMAR ITU. TAMPAKLAH SUATU PERUBAHAN
PADA AIR MUKA WANITA ITU. SEKARANG IA KELIHATAN MERASA HORMAT
DAN TAKUT, HINGGA IA SUDAH SIAP UNTUK LARI DARI SITU.

PINTU TERBUKA DAN EBEN MUNCUL. MUKANYA MENUNJUKKAN


KEBINGUNGAN YANG MEMUKAU. IA BERDIRI DI SITU SAMBIL MEMANDANG
PADA ABBIE DENGAN KEDUA LENGAN LEMAH TERKULAI. KAKINYA
TELANJANG DAN TOPINYA DIJINJING.

469. ABBIE : (setelah sejenak – dengan keramahan yang formil dan gugup) Silahkan
duduk.

470. EBEN : (termangu) Ya. (tanpa berpikir lagi ia meletakkan topinya hati-hati
dekat pintu dan duduk dengan kaku di samping Abbie di tepi sofa itu, hening sejenak.
Mereka masih tetap duduk dengan kaku. Mata mereka memandang lurus ke depan
dengan penuh ketakutan)

471. ABBIE : Ketika aku mula-mula masuk ke mari – di tempat yang gelap – aku
merasa ada sesuatu disini.

472. EBEN : (dengan singkat) Ibu.

473. ABBIE : Mula-mula aku merasa takut, dan aku ingin memekik dan lari.
Sekarang – semenjak kau tiba keadaan di sini seolah-olah terasa semakin lembut dan
ramah padaku. (ia berbicara sambil memandang ke atas – dengan riang) terima kasih.

474. EBEN : Ibu selalu mencintaiku.

475. ABBIE : Mungkin dia tahu bahwa aku juga cinta padamu. Barangkali itulah
sebabnya mengapa ia bersikap ramah padaku.

476. EBEN : (termangu) Entahlah. Aku kira ia benci padamu.

477. ABBIE: (dengan yakin) Tidak. Aku dapat merasakan ia tidak membenciku – dia tidak
lagi membenciku.
478. EBEN : Ia membencimu karena kau telah merampas tempatnya – disini di
dalam rumahnya – kau telah duduk di kamar duduknya dimana ia dibaringkan – (tiba-
tiba berhenti, lalu memandang ke depan dengan tololnya)

479. ABBIE : Ada apa, Eben?

480. EBEN : (berbisik) Rasanya ibuku seperti melarangku terkenang padamu.

481. ABBIE : (terharu) Aku tahu, Eben. Ia ramah padaku! Ia tidak menaruh dendam
padaku karena hal-hal yang tak pernah kuketahui dan yang tak pernah dapat kucegah!

482. EBEN : Ibuku menaruh dendam pada ayah.

483. ABBIE : Yah, kita semua juga bersikap begitu.

484. EBEN : Ya. (dengan perasaan bergelora) demi allah, aku dendam pada ayah!

485. ABBIE : (memegang salah satu tangan Eben dan mengelus-elusnya) Sudahlah,
jangan kau marah-marah lagi padanya. Kenangkan saja ibumu yang telah bersikap baik
kepada kita. Berceritalah tentang ibumu, Eben.

486. EBEN : Tidak banyak yang bisa diceritakan tentang dia. Ia hanya ramah dan
baik hati.

487. ABBIE : (merangkulkan sebuah lengannya di atas bahu Eben. Eben kelihatan
seolah-olah tidak mengindahkannya, dengan penuh perasaan Abbie berkata) Aku akan
baik hati dan ramah padamu!

488. EBEN : Kadang-kadang ia suka menyanyikan lagu untukku.

489. ABBIE : Aku akan menyanyi untukmu!

490. EBEN : Ini rumahnya dan ladangnya.

491. ABBIE : Ini rumahku dan ladangku!

492. EBEN : Ayah kawin dengan ibu untuk merampas rumah dan ladang ini. Ibu
seorang yang lembut dan pemurah, tapi ayah tidak menghargainya.

493. ABBIE : Juga ayahmu tidak menghargaiku!

494. EBEN : Ia telah memburuh ibuku dengan kekerasannya!

495. ABBIE : Ia juga sedang membunuh aku!


496. EBEN : Ibuku telah meninggal. (hening sejenak) kadang-kadang ia suka
bernyanyi untukku. (tiba-tiba ia tersedu-sedu)

497. ABBIE : (memeluk Eben – dengan perasan yang bergelora) Aku akan
bernyanyi untukmu! Aku bersedia mati untukmu! (walaupun ia sudah dikuasai oleh
nafsu birahinya terhadap Eben, tapi dalam sikap dan suaranya tercermin perasaan
keibuan yang jujur dan penuh kasih sayang – suatu jalinan yang mengerikan dan
telanjang antara nafsu birahi dan kasih sayang keibuan) Jangan menangis, Eben! Aku
akan menggantikan tempat ibumu. Aku akan berbuat segala sesuatu yang pernah
dilakukan oleh ibumu padamu! Biarkan aku menciummu, Eben! (ia menarik kepala
Eben. Eben berpura-pura kebingungan mengelaknya. Abbie tampak mesra dan lembut)
Jangan takut! Ciumanku murni, Eben. Seolah-olah aku adalah ibumu – dan kau dapat
membalas ciumanku lagi kau adalah anakku – dan katakanlah selamat malam padaku!
Ciumlah aku, Eben. (mereka saling berciuman dengan perasaan yang tegang.
Kemudian Abbie tiba-tiba dilanda oleh hawa nafsu birahinya yang bergelora luar
biasa. Ia mencium Eben berkali-kali dengan penuh birahi dan Eben memeluknya
sambil membalas ciumannya. Tiba-tiba, seperti di kamarnya juga, Eben membebaskan
dirinya dari Abbie dengan kasar dan melompat mundur. Eben gemetar sekujur
badannya, dan nampak ketakutan. Abbie merentangkan kedua lengannya pada Eben
dengan sikap bermohon yang sungguh-sungguh) Jangan tinggalkan aku, Eben!
Tidakkah kau merasa bahwa belum lagi cukup mencintaimu seperti seorang ibu? –
tidakkah kau mengerti bahwa kita harus berbuat begitu dan berbuat lebih dari itu –
untuk membahagiakan aku – dan membahagiakan kau?

498. EBEN : (kepada sesuatu yang dirasakannya hadir dikamar itu) Ibu ! ibu! Mau
apa? Apa yang ibu katakan padaku?

499. ABBIE : Ia mengatakan padamu agar kau mencintaiku. Ia tahu aku cinta
padamu dan aku akan bersikap baik padamu. Tidak dapatkah kau merasakannya?
Tidak mengertikah kau? Ia mengatakan kepadamu agar kau mencintaiku, Eben!

500. EBEN : Ya. Aku merasa – mungkin begitu – tapi – aku tak dapat
memastikannya – mengapa – setelah kau merampas tempatnya – disini di dalam
rumahnya – di kamar duduk ini dimana ia pernah tinggal –
501. ABBIE : (dengan tegas) Ia tahu aku cinta padamu!

502. EBEN : (tiba-tiba mukanya jadi berseri-seri oleh seringai yang mengandung
kemenangan) Aku mengerti! Aku mengerti apa sebabnya. Ini adalah pembalasan
dendamnya terhadap ayah sehingga ia dapat beristirahat dengan tenang di dalam
kuburnya!

503. ABBIE : (dengan garang) Itu adalah pembalasan Tuhan terhadap kita semua!
Untuk apa kita merisaukannya? Aku cinta padamu, Eben! Tuhan tahu bahwa aku cinta
padamu! (ia merentangkan kedua tangannya kepada Eben)

504. EBEN : (ia menjatuhkan dirinya berlutut disamping sofa dan memeluk Abbie –
sambil melepaskan gelora perasaannya yang terbelenggu) Aku juga cinta padamu,
Abbie! Sekarang aku dapat mengatakannya! Aku sungguh-sungguh mendambakanmu
setiap saat semenjak kau tiba! Aku cinta padamu! (bibir mereka bertemu dalam ciuman
yang mesra bergelora)

ADEGAN KEEMPAT

BAGIAN LUAR DARI RUMAH ITU DIPERLIHATKAN. WAKTU ITU MASIH SUBUH.
PINTU MUKA SEBELAH KANAN TERBUKA DAN EBEN KELUAR BERJALAN
MEMUTAR MENUJU KE PINTU GERBANG. IA BERPAKAIAN KERJA DAN IA
KELIHATAN BERUBAH. MUKANYA MENCERMINKAN KETETAPAN HATI DAN
KEYAKINAN. IA MENYERINGAI DENGAN PENUH KEPUASAN. KETIKA IA
SAMPAI DI DEKAT PINTU GERBANG, JENDELA KAMAR DUDUK TERDENGAR
SEDANG DIBUKA DAN TIRAI-TIRAINYA DISINGKAPKAN KEBELAKANG. ABBIE
MENJULURKAN KEPALANYA KELUAR. RAMBUTNYA TERGERAI PADA BAHU
DALAM KEADAAN KUSUT. MUKANYA KEMERAH-MERAHAN. IA MEMANDANG
EBEN DENGAN MESRA DAN MATA SAYU. IA LALU MEMANGGILNYA DENGAN
SUARA LEMBUT.

505. ABBIE : Eben. (ketika Eben membalik ia merayu) ciumlah aku sekali lagi
sebelum kau pergi. Aku akan merasa ngeri kehilangan kau seharian.
506. EBEN : Aku juga akan kehilangan kau, sungguh! (ia menuju ke tempat Abbie.
Mereka berciuman berkali-kali. Lalu ia melepaskan diri sambil tertawa) Nah, sudah
cukup, bukan? Kau mesti menyisakan untuk lain kali.

507. ABBIE : Aku masih punya berjuta-juta lagi untukmu! (kemudian dengan
cemas) sungguhkah kau cinta padaku, Eben?

508. EBEN : (dengan tangan) Aku lebih senang padamu daripada dengan wanita
lain yang pernah aku kenal. Itu adalah suatu kalimat dalam kitab injil!

509. ABBIE : Jadi hanya senang saja, bukan cinta.

510. EBEN : Ya, aku cinta padamu. Puaskah kau sekarang?

511. ABBIE : Ya, aku puas. (ia tersenyum)

512. EBEN : Lebih baik aku pergi ke lumbung. Tua bangka itu mungkin akan
menaruh curiga dan dia akan menyelinap ke atas.

513. ABBIE : (tertawa dengan penuh keyakinan) Biarlah! Aku akanselalu dapat
mengecohnya. Aku akan biarkan tirai jendela ini terbuka agar udara segar dan sinar
matahari dapat masuk. Kamar ini telah tertutup cukup lama. Sekarang kamar ini
menjadi kamarku.

514. EBEN : (mengerutkan dahi) Ya.

515. ABBIE : (dengan segera) Aku maksudkan, kamar kita.

516. EBEN : Ya.

517. ABBIE : Kita telah memakainya tadi malam, bukan? Kita telah
menghidupkannya dengan percintaan kita. (hening sejenak)

518. EBEN : (dengan pandangan yang ganjil) Ibu telah kembali ke kuburannya.
Sekarang ia dapat beristirahat dengan damai!

519. ABBIE : Semoga ia dapat beristirahat dengan tenang (kemudian ia


memperingatkan secara halus) kau tidak sepatutnya mengatakan hal-hal yang sedih
sepagi ini.

520. EBEN : Semua ini muncul dengan sendirinya dari dalam lubuk hatiku.
521. ABBIE : Jangan kau biarkan hal itu berlangsung. (Eben tidak menjawab. Abbie
menguap) aku akan tidur sebentar. Aku akan mengatakan pada tua bangka itu bahwa
aku merasa kurang enak badan. Biarkan dia masak makanannya sendiri.

522. EBEN : Aku lihat dia sedang kembali dari lumbung. Sebaiknya kau kelihatan
rapi dan naik ke atas.

523. ABBIE : Ya, selamat bekerja. Jangan lupa padaku. (dengan gerakan tangannya
ia mengantarkan ciumannya dari jauh. Eben tersenyum lebar kemudian ia
membentangkan dadanya dan menunggu ayahnya dengan tenang. Cabot berjalan
perlahan-lahan dari sebelah kiri sambil melihat ke atas dengan airmuka yang suram)

524. EBEN : (dengan riang) Selamat pagi, ayah. Masih melihat-lihat bintang
sesiang ini?

525. CABOT : Indah, bukan?

526. EBEN : Melihat ke sekelilingnya dengan perasaan memiliki. Ladang ini baik
sekali.

527. CABOT : Yang kumaksud langit

528. EBEN : (menyeringai) Bagaimana mungkin ayah tahu? Mata ayah tidak dapat
melihat sejauh itu, bukan? (dengan rasa humor dan dia menepuk pahanya dan tertawa)
hahahahha! Itu baik sekali!

529. CABOT : (dengan rasa geram mengandung ejekan) Kau merasa riang sekali,
bukan? Darimana kau curi minuman kerasnya?

530. EBEN : (gembira) Bukan minuman keras. Hanya kegairahan hidup (tiba-tiba ia
mengulurkan tangan, lalu berkata) Ayah dan aku sudah bebas sekarang. Marilah kita
berjabat tangan.

531. CABOT : (curiga) Apa yang terjadi denganmu?

532. EBEN : Kalau begitu, kita tak perlu berjabat tangan. Mungkin itu malah lebih
baik. (hening sejenak) apa yang terjadi denganku? (kemudian ia berkata dengan riang)
tidakkah ayah merasakan kepergiannya, sewaktu ia kembali ke kuburannya?

533. CABOT : (tidak mengerti) siapa?


534. EBEN : Ibu. Sekarang ia dapat beristirahat dan tidur dengan puas. Ia telah
meninggalkan ayah dengan bebas.

535. CABOT : (kebingungan) Aku telah beristirahat. Aku telah tidur nyenyak, di sana
dengan sapi-sapi itu. Mereka tahu bagaimana caranya tidur. Mereka telah mengajarku
untuk itu.

536. EBEN : (tiba-tiba menjadi riang lagi) Baik sekali untuk sapi-sapi itu!
Sebaiknya ayah pergi bekerja sekarang.

537. CABOT : (hatinya merasa senang) Hei, anak sapi. Kau memerintahku?

538. EBEN : (mulai tertawa) Ya, aku sedang memerintah ayah! Hahahah! Aku
ingin tahu apakah ayah menyukainya ! hahahaha! Aku adalah ayam jago aduan
ditempat tidur, hahaha! (ia pergi menuju ke lumbung sambil tertawa)

539. CABOT : (menatap terus padanya dengan perasaan kasihan campur benci)
Lembut seperti ibunya. Tak ada bedanya sedikitpun. Tak ada harapan baginya. (ia
meludah dengan perasaan benci dan memandang rendah) Tolol sejak lahir. (kemudian
dengan sungguh-sungguh) Aku lapar. (ia pergi menuju pintu rumah)

LAYAR

BAGIAN KETIGA

ADEGAN PERTAMA

DAPUR DAN KEDUA KAMAR DI TINGKAT ATAS DIPERLIHATKAN. SAAT ITU


ADALAH AKHIR MUSIM SEMI PADA TAHUN BERIKUTNYA. KEDUA KAMAR
TIDUR DIBERI PENERANGAN YANG KABUR DENGAN LILIN DARI LEMAK PADA
TIAP KAMAR. EBEN SEDANG DUDUK PADA TEMPAT TIDUR DIKAMARNYA,
SAMBIL MENOPANG DAGUNYA DENGAN TANGAN YANG DIKEPALKAN,
AIRMUKA NYA MENUNJUKKAN BAHWA IA SEDANG MENELAAH PERJUANGAN
YANG SEDANG IA LAKUKAN UNTUK MEMAHAMI PERTENTANGAN-
PERTENTANGAN BATINNYA. SUARA DARI GERAK TERTAWA DAN MUSIK DARI
BAWAH DI MANA SEDANG BERLANGSUNG SUATU PESTA DANSA DI RUANG
DAPUR TELAH MENGGANGGU DAN MENGACAUKAN PIKIRANNYA. DENGAN
DAHI BERKERINYUT DIA MEMANDANG KE LANTAI.

DI KAMAR SEBELAHNYA ADA SEBUAH BUAIAN (TEMPAT TIDUR AYUNAN


BAYI) DISAMPING SEBUAH TEMPAT TIDUR UNTUK DUA ORANG.

SELURUH RUANGAN DAPUR SEDANG DALAM SUASANA PESTA. TUNGKU


MASAK TELAH DISINGKIRKAN AGAR MEMBERI KELELUASAAN KEPADA
MEREKA YANG AKAN BERDANSA. TEMPAT DUDUK TELAH DITAMBAH
DENGAN BANGKU-BANGKU YANG DITEMPATKAN DI PINGGIR DEKAT
DINDING. DAN DISITU DUDUKLAH SALING BERHIMPITAN PARA PETANI DAN
ISTRINYA BESERTA ANAK-ANAKNYA. LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN. DARI
LADANG – LADANG PERTANIAN DI SEKITARNYA. MEREKA SEMUA SEDANG
MENGOBROL DAN TERTAWA DENGAN NYARING. TERNYATA MEREKA PUNYA
SATU LELUCON UMUM YANG RAHASIA. TAK HENTI-HENTINYA MEREKA
SALING MENGERDIP, MENYIKUT DAN MENGANGGUK PENUH ARTI PADA
CABOT YANG SEDANG BERADA PADA KEADAAN SANGAT GEMBIRA,
DITAMBAH LAGI DENGAN PERNGARUH MINUMAN KERAS YANG TELAH DI
REGUKNYA. IA SEDANG BERDIRI DEKAT PINTU BELAKANG DI MANA ADA
SEBUAH TONG KECIL BERISI WHISKY; IA SEDANG MELAYANI MINUMAN
KEPADA PARA TAMU LELAKI. DENGAN PERHATIANNYA YANG TERBAGI
SEBAGIAN DENGAN SUAMINYA, ABBIE DUDUK DIATAS SEBUAH KURSI
GOYANG DI SUDUT KIRI BAGIAN DEPAN. IA MEMAKAI IKAT LEHER YANG
DIBELITKAN SAMPAI PUNDAKNYA. IA KELIHATAN SANGAT PUCAT; MUKANYA
KUNING DAN CEKUNG, MATANYA TERTUJU PADA PINTU YANG TERBUKA DI
BELAKANG SEOLAH-OLAH SEDANG MENUNGGU SESEORANG DENGAN CEMAS.

PENGGESEK BIOLA SEDANG MELARAS BIOLANYA; IA DUDUK JAUH DI SUDUT


SEBELAH KANAN. IA ADALAH SEORANG YANG JANGKUNG DENGAN
MUKANYA YANG LONJONG DAN LEMBUT. MATANYA YANG SAYU MENGERDIP
TERUS MENERUS DAN IA MENYERINGAI DIAM-DIAM KE SEKELILING DENGAN
KEINGINAN MENGUSIK YANG BERGELORA.
540. ABBIE : (tiba-tiba ia berpaling pada seorang gadis remaja di samping
kanannya) Di manakah Eben?

541. GADIS : (memandang dengan penuh hinaan) Saya tidak tahu, nyonya Cabot.
Saya sudah lama sekali tidak melihatnya. (dengan penuh arti) rupa – rupanya ia telah
meluangkan sebagian besar dari waktunya untuk tinggal di rumah sememjak nyonya
datang.

542. ABBIE : (samar-samar) Aku telah menggantikan tempat ibunya.

543. GADIS : Ya, saya mendengarnya. ( ia memalingkan dirinya ke sebelah


kanannya, lalu menceritakan panjang lebar percakapan singkat itu kepada ibunya yang
duduk berdekatan dengannya. Abbie membalikkan tubuhnya ke sebelah kiri dan
menghadap ke seseorang pria setengah baya yang berbadan besar dan tegap dan yang
mukanya kemerah-merahan dan matanya merenung redup oleh banyaknya minuman
yang telah diteguknya)

544. ABBIE : Tidakkah kau melihat Eben?

545. PRIA : Tidak. Saya tidak melihatnya. (kemudian ia mengerdipkan matanya)


jika kau belum melihatnya, apalagi orang lain.

546. ABBIE : Ia orang yang paling pandai berdansa di desa ini. Ia seharusnya datang
dan berdansa.

547. PRIA : (mengerdipkan mata) Mungkin ia sedang melakukan tugas,mengasuh


bayi itu tertidur. Bayi itu laki-laki, bukan?

548. ABBIE : (mengangguk lemah) Ya, ia dilahirkan dua minggu yang lalu. Manis
sekali seperti lukisan.

549. PRIA : Semua anak selalu mirip dengan ibunya. (kemudian ia berbisik dan
menyikut Abbie sambil melirik) Dengarkan, Abbie. Jika kau telah jemu dengan Eben,
ingatlah aku! Jangan lupa! (ia memandang padanya sejenak penuh arti. Kemudian ia
bersungut-sungut memuakkan) Rasanya aku ingin minum lagi. (ia pergi mendekati
Cabot yang sedang berdebat dengan seorang petani tua tentang persoalan sapi. Mereka
minum bersama-sama)
550. ABBIE : (tanpa ditujukan kepada seseorang secara khusus) apa yang sedang
dikerjakan oleh Eben? (pertanyaan ini di ulang-ulang. Orang secara beranting sambil
tertawa tak sopan dan terkekeh-kekeh sampai akhirnya terdengar oleh pemain biola.
Orang itu menatap pada Abbie dengan matanya yang berkedip-kedip)

551. PEMAIN BIOLA : (dengan suara keras) Aku mau bertaruh denganmu, Abbie. Apa
yang sedang dikerjakan oleh Eben sekarang. Ia sedang pergi ke gereja untuk
memanjatkan doa syukur. (mereka semua tertawa terkekeh-kekeh tapi tertahan-tahan)

552. PRIA : Untuk apa? (mereka tertawa terkekeh tertahan-tahan lagi)

553. PEMAIN BIOLA :Sebab ia.. ( ia bimbang agak lama) ..punya adik. (riuh rendah suara
gelak tertawa. Mereka semua memandang pada Abbie lalu Cabot. Abbie tidak
memperhatikannya; ia sedang memandang ke arah pintu. Cabot, meskipun ia tidak
mendengar ocehan mereka, lalu ia melangkah maju sambil membeliakkan matanya ke
sekelilingnya. Suasana segera menjadi sunyi.)

554. CABOT : Apa yang kalian tertawakan. Kalian mengembik seperti segerombolan
domba? Mengapa kalian tidak berdansa? Sialan! Aku undang kalian ke sini untuk
berdansa. Lalu kalian berkotek-kotek seperti ayam-ayam kebasahan dan terserang
penyakit! Kalian telah mereguk minumanku dan melahap makananku seperti babi,
bukan? Kini dapatkah kalian berdansa untukku? Itu lebih baik dan lebih adil, bukan?
(terdengar omelan mengandung kebencian, tapi ternyata mereka semua terlalu segan
pada Cabot untuk mengatakan secara terbuka)

555. PEMAIN BIOLA : (dengan licin) Kami sedang menunggu Eben. (mereka menahan
tertawa)

556. CABOT : (dengan gembira sekali) keparat dengan Eben! Sekarang Eben sudah
tak berguna lagi. Aku telah mendapat anak lelaki baru! (perasaannya berubah seketika
seperti seorang yang mabuk) Ia adalah darahku, walaupun ia tolol sekali. Ia masih
lebih baik daripada kalian masing-masing! Ia dapat bekerja seharian hampir sama
kuatnya dengan aku. Itu akan membuat kalian semua merasa malu!

557. PEMAIN BIOLA : Ia juga dapat bekerja samalam suntuk dengan baik! (riuh rendah
mereka tertawa)
558. CABOT : Kalian tertawa lagi, tolol! Kau juga sama saja, pemain biola! Ia
memang dapat bekerja siang dan malam. Seperti aku, jika diperlukan.

559. PETANI TUA : (dari belakang tong whisky, dengan tubuhnya yang bergoyang-goyang
karena mabuk. Dengan sederhana sekali) Kau tak mengerti mereka. Kau punya
seorang anak lelaki waktu kau sudah berusia tujuh puluh enam tahun. Kau memang
orang kuat! Aku baru berumur enam puluh delapan tahun, tapi aku sudah tidak kuat
lagi. (riuh rendah suara gelak tertawa dan Cabot ikut serta tertawa terbahak-bahak)

560. CABOT : (menepuk-nepuk punggung orang tua itu) Sayang sekali untukmu.
Aku tak pernah menyangka kau selemah itu sebagai seorang pemuda!

561. PETANI TUA : Aku juga tak pernah menyangka kau sekuat itu, Erphreim! (mereka
tertawa lagi)

562. CABOT : (tiba-tiba geram) Aku punya kekuatan dalam diriku. Suatu kekuatan
yang luar biasa. Orang-orang tidak tahu. (ia berpaling kepada pemain biola) Ayo,
mainlah! Apakah kau patung? Ayunkanlah lenganmu dan mainlah! Bukankah ini suatu
perayaan?

563. PEMAIN BIOLA : (menanglap gelas minuman yang disodorkan oleh petani tua, lalu
ia mereguk isinya) Mari mulai! (ia mulai menggesek biolanya. Lagunya : “lady of
lake’. Empat orang pemuda dan empat oramng gadis membentuk dua barisan dan
berdansa berkeliling membuat lingkaran. Pemain biola itu meneriakkan arah yang
harus ditempuh oleh gerakan-gerakan mereka yang berbeda itu. Sedang seruannya
disesuaikan dengan irama musik dan ia menyelinginya dengan ucapan-ucapan jenaka
yang ditujukan kepada para penari itu sendiri. Yang lainnya duduk sepanjang dinding
sambil mengetuk-ngetukkan kakinya serta menepuk-nepukkan tangannya secara padu.
Dalam hal ini Cabot kelihatan aktif sekali. Hanya Abbie yang kelihatan tidak acuh. Ia
memandang terus ke arah pintu seolah-olah ia sedang berada dalam kamar yang sunyi
sendirian)

564. PEMAIN BIOLA :Ayunkan pasanganmu ke sebelah kanan! Nah, begitu Jim! Pegang
dia kuat-kuat! Ibunya tidak melihat. (mereka tertawa) tukar pasanganmu! Kau puas,
bukan. Essie. Setelah Reub ada didepanmu? Reub , lihatlah ia kemerah-merahan
mukanya karena malu! Hidup ini singkat begitu jatuh cinta, kata orang-orang (mereka
tertawa)

565. CABOT : (gembira, lalu dia membanting-bantingkan kakinya) Teruskan, anak-


anak! Teruskan!

566. PEMAIN BIOLA : (sambil mengerdipkan matanya pada yang lain) Aku baru melihat
orang yang sudah berumur tujuh puluh enam tahun tapi kelihatan sigap seperti kau,
Ephreim! Kalau saja matamu tidak rabun! (mereka semua menahan tertawa. Ia tidak
memberi kesempatan pada Cabot untuk membalas dengan tepat, malahankeras-keras.)
Berputar! Jalanmu terseok-seok seperti seorang pengantin, Sarah! Aku pernah
mendengar, hewan solame kita

567. CABOT : Teruskan! Teruskan! (kemudian ia mendadak tidak dapat


mengendalikan dirinya lebih lama lagi, lalu ia melangkah ke tengah-tengah penari,
membuyarkan mereka sambil melambai-lambaikan tangannya dengan penuh
semangat) Kalian semuanya seperti kaki kuda! Minggir saja! Lapangkan ruang bagiku!
Aku akan tunjukkan pada kalian bagaimana caranya berdansa. Kalian semua terlalu
lemah! (ia mendorong mereka semua dengan kasar. mereka berkerumun lagi di dekat
dinding sambil menggerutu dan memandang padanya dengan penuh kebencian).

568. PEMAIN BIOLA: (mengejek) Teruskan, Ephraim! Teruskan! (ia mulai


memperdengarkan “pop goes to weasel”, meninggikan temponya pada tiap-tiap bait
sampai pada akhirnya ia menggesek biolanya secepat mungkin)

569. CABOT : (mulai berdansa, yang dilakukannya dengan sangat baik dan dengan
penuh tenaga. lalu ia mulai berimprovisasi, membuat lonjakan-lonjakan tinggi yang
menakjubkan, melompat tinggi-tinggi dan memperadukan kedua tumit sepatunya
keras-keras, melangkah berkeliling dengan dada membusung dan badan membungkuk
dalam barisan indian, kemudia dia dengan sekonyong-konyong meregangkan
tubuhnya lurus-lurus dan dia menendang setinggi-tingginya dengan kedua kakinya. Ia
kelihatan seperti seekor monyet di atas tali dan setiap waktunya ia selalu menyelingi
lompatan-lompatannya yang gila-gilaan dengan teriakan dan kata-kata ejekan) Hup!
inilah tarian untukmu! hup! perhatikan! sudah tujuhpuluhenam tahun umurku
sekarang! tapi masih keras seperti besi! aku memang selalu mengalahkan orang-orang
muda! lihatlah aku! aku akan mengundang kalian untuk berdansa pada hari lahirku
yang ke seratus. tapi kalian mungkin sudah mati. kalian adalah generasi yang merana!
hati kalian cuma ungu, tidak merah! pembuluh darahmu penuh dengan lumpur dan air!
akulah satu-satunya laki-laki di desa ini! hup! lihatlah! aku orang indian! aku telah
membunuh orang-orang indian di barat sebelum kalian dilahirkan. dan ku kuliti juga
kepala mereka! aku akan tunjukkan pada kalian bekas luka dari sebuah anak-panah
yang telah menancap di punggungku!. seluruh suku indian mengejarku, aku labrak
mereka semua dengan anak-panah yang menancap pada punggungku! lalu aku
balaskan dendamku pada mereka. sepuluh lubang untuk sebuah lubang. itulah
semboyanku! hup! lihatlah aku! aku dapat menendang langit-langit ruangan ini! hup!.

570. PEMAINBIOLA : (berhenti bermain – kehabisan tenaga) Masya Allah, aku


kehabisan tenaga, kau telah kemasukan tenaga setan.

571. CABOT : (merasa lega) Apakah aku telah mengalahkan kau juga? kau bermain
baik. (ia menuangkan wishky untuk dia sendiri dan pemain biola, mereka berdua
minum. yang lain diam memperhatikan Cabot dengan pandangan yang dingin dan
bermusuhan, keheningan yang mencekam menysusup. pemain biola istirahat. Cabot
menyandarkan badannya pada tong wishky, terengah-engah dan memandang ke
sekelilingnya dengan mata membeliak dan kebingungan. di kamar atas, Eben berdiri
dan berjingkat keluar dari pintu belakang, lalu segera muncul di kamar tidur
sebelahnya. ia berjalan dengan hati-hati, bahkan dengan ketakutan, menuju buaian dan
berdiri di sana dan memandang bayi itu. – mukanya seredup gerak-geriknya yang
kebingungan, namun pada mukanya terpancar juga jejak kemesraan dan penemuan
yang memikat hati. pada saat yang sama ketika ia sampai di buaian, Abbie pun
rupanya merasakan sesuatu pula. ia berdiri dengan lesu dan pergi menghampiri Cabot)

572. ABBIE : Aku akan ke atas untuk melihat bayi.

573. CABOT : (dengan kecemasan yang sungguh-sungguh) dapatkah kau naik ke


atas? perlukah aku menolongmu. aku akan segera turun kembali.

574. ABBIE : Tidak usah. Aku bisa sendirian. Aku akan segera turun kembali.
575. CABOT : Kau tidak boleh terlalu lelah! Bayi itu membutuhkan kau, ingatlah –
anak kita memerlukanmu! (ia menyeringai dengan lembut sambil menyentuh
punggung Abbie, tubuh Abbie mengerut karena sentuhan tangan Cabot).

576. ABBIE : (dengan termangu) Jangan... sentuh aku. aku akan ke atas. (ia pergi.
Cabot terus melihatnya. suara bisikan memenuhi seluruh ruangan. Cabot berbalik dan
suara bisikan berhenti. ia mengusap dahinya yang mengucurkan keringat, napasnya
terengah-engah).

577. CABOT :Aku akan ke luar untuk menghirup udara segar. Aku merasa sedikit
puyeng. Teruskanlah biolanya! Berdansalah kalian semua! Inilah minuman utuk
mereka yang menginginkannya. Bersenang-senanglah! Aku akan lekas kembali. (ia
keluar sambil menutup pintu di belakangnya)

578. PEMAINBIOLA : (mencemooh) Kau tak perlu memusingkan kami! (mereka tertawa
ditahan. ia menirukan Abbie) Di mana Eben? (riuh rendah tertawa)

579. SEORANGWANITA : (dengan suara keras) Apa yang terjadi di rumah ini aku rasa
cukup jelas, seperti hidung pada muka kalian! (Abbie muncul di tangga atas berdiri
memandang Eben dengan tercengang dan penuh pujaan, tapi Eben tidak melihatnya)

580. SEORANGPRIA : Huss!! Ia bisa mendengarkannya dari pintu itu. (suara mereka
berhenti dan berubah menjadi suara bisikan yang meluas. muka mereka dipusatkan
pada obrolan ini. bunyi mendesau seperti daun-daun gugur yang terbawa angin keluar
dari dalam kamar. Cabot telah keluar dari serambi dan berdiri dekat pintu gerbang lalu
bersandar padanya, ia memandang ke langit sesekali mengerdipkan matanya. Abbie
masuk ke kamar diam-diam. Eben tidak memperhatikannya sampai ia berada dekat
sekali)

581. EBEN : (TERKEJUT) Abbie!

582. ABBIE : Husss!! (ia memeluk Eben, mereka berciuman. kemudian mereka
sama-sama membungkuk di atas buaian) Manis kan? Serupa benar dengan kau!
583. EBEN : (mengerutkan dahinya) Aku tak rela! aku tak rela membiarkan
milikku menjadi miliknya. aku selalu berbuat begitu selama hidupku. habis sudah
kesabaranku!.

584. ABBIE : (menempelkan jari tangannya pada bibir Eben) Kita harus
merencanakannya sebaik mungkin. kita harus sabar. sesuatu pasti akan terjadi. (ia
memeluk Eben) Aku harus kembali.

585. EBEN : Aku akan keluar. Aku tak tahan mendengar suara Biola dan gelak
tawa itu.

586. ABBIE : Janganlah berperasaan murung. Aku cinta padamu. Ciumlah aku.
(Eben menciumnya. mereka masih saling berpegang tangan)

587. CABOT : (dekat pintu gerbang. kebingungan) Bahkan musikpun tak dapat
mengusirnya keluar... kau dapat merasakannya turun dari pohon Elm. Lalu memanjat
atap, menyelinap masuk melalui cerobong asap, muncul di sudut-sudut! Tak ada
kedamaian di rumah-rumah, tidak ada ketenangan hidup dengan masyarakat di sini.
Ada sesuatu yang selalu bersarang dalam dirimu. (menghela napas panjang) aku akan
pergi ke lumbung dan beristirahat sebentar. (ia pergi dengan lesu menuju ke lumbung)

588. PEMAINBIOLA: (menyetel tali biolanya) Mari kita rayakan cerpelaitua yang sudah
pikun itu! kita sekarang dapat bergembira setelah ia pergi. (ia mulai menggesek biola,
lagunya “turkey in the straw”. sekarang betul-betul terasa ada kemeriahan. orag-orang
muda berdiri lalu berdansa).

ADEGAN KEDUA

SETENGAH JAM KEMUDIAN – DI BAGIAN LUAR – EBEN SEDANG BERDIRI


DIDEKAT PINTU GERBANG SAMBIL MEMANDANG KE ATAS. MUKANYA
MENUNJUKKAN PERASAAN PILU YANG MENGACAUKAN DIRINYA SENDIRI.
CABOT MUNCUL. IA KEMBALI DARI LUMBUNG DENGAN LANGKAH LESU,
SERTA PANDANGAN MENUNDUK. SETELAH IA MELIHAT EBEN MAKA SELURUH
PERASAANNYA BERUBAH SEKETIKA. BERKOBAR, SERINGAI KEMENANGAN
MUNCUL DI BIBIRNYA. IA MELANGKAH MAJU DAN MENEPUK PUNGGUNG
EBEN. DARI DALAM TERDENGAR BUNYI BIOLA DAN KETUKAN KAKI YANG
BERCAMPUR DENGAN SUARA GELAK TAWA.

589. CABOT : Oh, kau ada di sini!

590. EBEN : (terkejut. memandang Cabot dengan perasaan benci. kemudian dengan
lemah ia berkata) Ya.

591. CABOT : (memperhatikannya sambil mengejek) Mengapa kau tidak masuk


untuk berdansa? Mereka semua menanyakan kau.

592. EBEN : Biar saja mereka menanyakan!

593. CABOT : Di sana banyak sekali gadis manis.

594. EBEN : Keparat dengan mereka!

595. CABOT : Kau harus segera kawin dengan salah seorang dari mereka.

596. EBEN : Aku tak ingin kawin dengan siapapun!

597. CABOT : Dengan berbuat begitu kau bisa punya hak atas ladang,

598. EBEN : (tersenyum mengejek) Maksudmu? Seperti apa yang telah kau
lakukan? Aku tidak akan berbuat begitu.

599. CABOT : (tersinggung) Bohong!. Kau adalah tujuan dari keluarga ibumu untuk
mencuri ladang dari ini dari ku.

560. EBEN : Orang-orang lain tidak berkata begitu. (diam sejenak. dengan
menantang) Bagaimanapun juga aku mesti mendapat sebuah Ladang!.

561. CABOT : (mengejek) Di mana?

562. EBEN : (membantingkan salah satu kakinya ke tanah) Di Sini!


563. CABOT : (menggerakkan kepalanya ke belakang seperti tertawa tergelak-gelak)
Ho Ho! Kau Punya? Bagus sekali!

564. EBEN : (menahan diri. dengan geram) Kau akan melihatnya nanti!

565. CABOT : (menatap padanya dengan penuh curiga, dan mencoba mendesaknya.
hening sejenak – kemudian dengan keyakinan penuh kebencian) Ya. Aku akan
melihatnya. Begitu juga kau. Kau lah yang buta. Buta seperti binatang di dalam tanah.
(Eben seketika tertawa, dengan gelak pendek dan mengejek; “Ha!” hening sejenak.
Cabot menatapnya kembali dengan rasa curiga) Apa yang akan kau miliki? (Eben
memalingkan mukanya tanpa berbicara. Cabot jadi marah) Ya Tuhan, kau memang
tolol sekali! Dalam tempurung kepalamu yang tebal itu tak ada apa-apanya selain
bunyi seperti tong kosong saja! (Eben seakan-akan tidak mendengar. – kegusaran
Cabot menjadi-jadi) Ladangmu! Ya Tuhan! Jika kau bukan seekor keledai yang baru
dilahirkan, kau pasti akan mengerti bahwa kau tak akan pernah memiliki sebuah
tonggak atau sebuah batupun di atas ladang ini, lebih-lebih sekarang setelah ia
dilahirkan. Itu adalah miliknya, sungguh.... ini miliknya setelah aku mati... tapi aku
akan hidup sampai seratus tahun sekadar untuk memperdayakan kalian semua... dan ia
akan menjadi dewasa kemudian... kira-kira dia akan seumur dengan kau sekarang!.
(Eben tertawa lagi sambil mengejek; “Ha” dengan ini Cabot jadi marah sekali) Ha?!
Kau kira kau akan mendapatkannya dengan salah satu cara bukan? Ladang ini juga
akan menjadi miliknya... milik Abbie... kau tak akan mendapat apa-apa daripadanya...
ia tahu segala tipu muslihatmu... ia terlalu pintar untukmu... ia ingin memiliki sendiri
ladang ini... ia merasa takut olehmu... ia telah berkata padaku bahwa kau telah
menyelinap ke sana-sini untuk mencoba mencumbunya agar ia berpihak kepadamu...
kau ....... memang tolol sekali! (ia mengancam Eben dengan mengacungkan kedua
tinjunya)

566. EBEN : (ia menghadap ke arah Cabot dengan kemarahan yang mencekam)
Bohong kau cerpelai tua! Abbie tak pernah berkata demikian!

567. CABOT : (tiba-tiba merasa senang ketika ia tahu betapa Eben terpengaruh oleh
kata-katanya) Betul, ia berkata begitu, lalu aku berkata; “aku akan hancurkan
benaknya ke atas pohon elm itu”, dan ia berkata; “jangan, itu tidak akan ada artinya,
siapa yang akan membantumu di ladang ini”, lalu ia berkata; “kau dan aku harus
mempunyai seorang anak laki-laki.... aku tahu kita dapat”, katanya. Lalu aku berkata;
“jika kita dapat, kau dapat memiliki apa saja yang telah aku miliki jika kau
menginginkannya”. Lalu ia berkata; “aku ingin agar Eben disingkirkan sehingga
ladang ini akan kumiliki jika kau mati!” (dengan membelalakkan matanya lebar-lebar)
itulah apa yang terjadi, bukan? lalu ladang ini menjadi miliknya! hanya debu, jalan...
itulah yang akan kau miliki! ha! sekarang siapa yang akan terbahak?

568. EBEN : (Setelah mendengarkannya, ia tertegun oleh kesedihan dan amarah.


tiba-tiba tertawa, liar dan terputus-putus) Ha..... Ha.... Ha....! Oh, itulah permainan
kucing-kucingannya selama ini seperti yang aku curigai sejak mula dia ingin
melahapnya semua... termasuk aku juga... ! (naik pitam) aku akan bunuh dia! (ia
melompat menuju ke serambi tapi Cabot lebih cepat dan menghalanginya)

569. CABOT : Tidak! Tidak boleh jadi!

570. EBEN : Minggir! (Mencoba mendorong Cabot ke samping. Mereka saling


tangkap dengan kuat dan segera terjadi suatu pergumulan yang dahsyat antara hidup
dan mati. kekuatan yang terpusat dari orang tua itu melebihi kekuatan Eben. salah satu
tangan Cabot berhasil menangkap leher Eben dari muka dan menekannya pada dinding
batu. pada saat yang bersamaan Abbie muncul dari serambi. Dengan teriakan yang
sesak ia memburu ke arah mereka)

571. ABBIE : Eben! Ephraim! (menarik tangan Cabot pada leher Eben) Lepaskan,
Ephraim! kau mencekiknya!.

572. CABOT : (Melepaskan tangannya dan melemparkan Eben ke samping hingga


terpelanting di atas rumput, ia terengah-engah kehabisan napas. sambil berteriak Abbie
berlutut di sisi Ebendan berusaha mengangkat kepala Eben ke pangkuannya. Tapi
Eben mengibaskannya. Cabot berdiri memandangnya dengan penuh kemenangan) kau
tak usah cemas, Abbie, aku tak bermaksud membunuhnya, tidak ada gunanya untuk
menggantung dia... biar bagaimanapun! (merasa semakin menang) usiaku sudah
tujuhpuluhenam tahun, sedangkan dia belum lagi berumur tigapuluh tahun.... tapi
lihatlah sampai di mana kekuatannya sampai dia berani meganggap enteng ayahnya!
Demi Allah, aku tidak mudah dikalahkan! dan anak di atas itu, aku akan mendidiknya
agar dia jadi seperti aku! (berbalik dan meninggalkan mereka) aku akan masuk dan
berdansa lagi!... aku akan bernyanyi dan merayakannya! (berjalan menuju serambi.
kemudian berbalik sambil tertawa lebar) aku rasa ia tak akan menaruh dendam, tapi
jika ia menyusahkan, kau hanya tinggal bersuara saja, Abbie. aku akan memburunya.
Demi Allah, aku akan menghajarnya dengan tongkat di atas lututku! ha ha ha!. (masuk
ke dalam rumah sambil tertawa. sesaat kemudian terdengar suaranya meneriakkan
“hup!” dengan keras)

573. ABBIE : (Dengan mesra) Eben, lukakah kau? (mencoba mencium tapi Eben
mendorongnya dengan kasar dan ia berusaha keras untuk dapat bangun dan duduk)

574. EBEN : (Terengah-engah) Keparat kau!

575. ABBIE : (Tidak percaya dengan apa yang ia dengar) Ini aku Eben.Abbie,
tidakkah kau mengenalku?

576. EBEN :(Membelalakkan mata pada Abbie dengan penuh kebencian) Ya, aku
tahu kau, sekarang! (tiba-tiba tak dapat menahan perasaannya dan perlahan tersedu-
sedu)

577. ABBIE : (ketakutan) Eben, apa yang telah terjadi? mengapa kau memandangku
seolah-olah kau membenciku?

578. EBEN : (dengan bengis. sembari tersedu dan napasnya yang terengah-engah)
Aku sungguh-sungguh benci padamu! kau seorang pelacur...pelacur keparat yang
penuh tipu muslihat!

579. ABBIE : (surut ke belakang dengan rasa ngeri) Eben! kau tak menyadari apa
yang telah kau ucapkan!

580. EBEN :(terhuyung bangkit mendekati Abbie. menuduhnya) Kau tidak lain
hanyalah seorang pembohong yang busuk!. kau telah berdusta padaku .... dengan
setiap kata yang telah kau ucapkan.... siang dan malam, semenjak kita untuk pertama
kali.... melakukannya. engkau selalu berkata bahwa kau mencintaiku....

581. ABBIE : (bingung) Aku sungguh-sungguh cinta padamu! (memegang tangan


Eben, tapi Eben mengibaskannya)

582. EBEN : (tanpa ragu-ragu)Kau telah mengecoh aku... si tolol yang merana dan
bodoh ini... untuk tujuan terkutuk! kau telah bermain kucing-kucingan untuk
mencuri.... kau telah memaksa aku untuk tidur dengan kau sehingga dengan demikian
kau bisa mempunyai seorang anak laki-laki yang disangka oleh ayahnya sebagai
anaknya sendiri, dan kau menyuruhnya berjanji untuk memberikan ladang ini padamu
dan membiarkan aku makan debu. (menatap Abbie dengan mata yang pilu dan kaget)
Mestinya ada setan di dalam dirimu! tidak mungkin ada manusia yang seburuk itu!

583. ABBIE : (tercengang. kata-katanya parau) Begitukah ia berkata padamu...??

584. EBEN : Tidakkah itu benar? Tak perlu kau berdusta.

585. ABBIE : (memohon) Dengarkan Eben, .... kau mesti mendengarkan kata-
kataku... apa yang kau katakan itu sudah lama... sebelum kita melakukan sesuatu...
ketika itu kau telah menghinaku... kau pergi mengunjungi si Mia... ketika itu aku
sedang merayu kau... lalu aku katakan hal itu padanya dengan maksud untuk
membalas sakit hatiku padamu!

586. EBEN : (tanpa ragu dan dengan perasaan remuk redam) Aku ingin agar kau
mati. aku juga ingin agar akupun mati saja! (marah sekali) Tapi aku juga akan
membalas dendam! Aku akan berdoa agar ibu datang lagi menolongku untuk
mengutuk kau dan dia!.

587. ABBIE : (dengan perasaan sedih) Jangan, Eben! jangan! (menjatuhkan dirinya,
bersimpuh di muka Eben sambil menangis) Aku tidak bermaksud buruk padamu,
maafkan aku!

588. EBEN : (seakan tidak mendengarnya. dengan kasar) Aku akan membalaskan
dendamku pada si cerpelai tua itu. Dan juga padamu! Aku akan bicara terus-terang
tentang anak laki-laki yang ia banggakan itu! Kemudian akan aku tinggalkan kau di
sini agar kalian saling meracuni satu sama lainnya. Lalu ibu akan keluar dari
kuburannya setiap malam. Sedangkan aku akan pergi ke padang emas California di
mana Sim dan Peter berada sekarang!.

589. ABBIE : (ketakutan) Kau tak akan.... meninggalkan aku, bukan? Jangan kau
tinggalkan aku!.

590. EBEN : (dengan ketetapan hati yang sungguh-sungguh) Aku akan pergi,
sungguh! aku akan jadi kaya di sana dan kembali lagi... lalu akan kulawan dia untuk
mendapatkan ladang yang telah dicurinya ini... dan aku akan menendang kalian berdua
ke jalan... kalian menjadi pengemis... lantas tidur di hutan... sedang anakmu
bersamamu... kelaparan lalu mati! (menjadi histeris)

591. ABBIE : (gemetar. dengan rendah hati) Ia juga anakmu, Eben.

592. EBEN : (perasaannya tersiksa) Sebaiknya ia tak pernah lahir! Sebaiknya ia


mati saja. Detik ini juga! Sebaiknya pula aku tak akan pernah melihatnya! Dialah anak
yang telah kau lahirkan dengan tujuan untuk mencuri, yang telah mengunyah segala-
galanya!.

593. ABBIE : (dengan lembut) Percayakah kau bahwa aku cinta padamu, sebelum ia
lahir?

594. EBEN : Mana mungkin aku mempercayai seorang pencuri dan pendusta! Ha!

595. ABBIE : (tubuhnya gemetar. dengan rendah hati) Apakah kau juga sungguh
mencintaiku sebelumnya?

596. EBEN : (sedih) Ya. Kau telah menipu aku!

597. ABBIE : Jadi kau tidak mencintaiku lagi sekarang?

598. EBEN : (dengan kasar) Aku benci padamu! Sungguh!

599. ABBIE : Apakah kau sungguh-sungguh akan pergi ke barat, dan meninggalkan
aku lantaran ia dilahirkan?
600. EBEN : Aku akan pergi besok pagi. Kalau tidak, semoga Tuhan melemparkan
aku ke Neraka saja!.

601. ABBIE : (hening sejenak. dengan ketegangan yang dingin menakutkan,


perlahan-lahan) Jika kehadirannya itu telah mengakibatkan aku kehilangan kau.... dan
mematikan cintamu... menjauhkan kau... satu-satunya kegembiraanku... satu-satunya
kebahagiaan yang aku rasakan.... yang terasa layaknya surga bagiku.... senikmat
surga... maka akupun membencinya juga, walaupun aku ibunya!

602. EBEN : (getir) Bohong! kau mencintainya! ia akan mencuri ladang ini
untukmu! (sedih) tapi bukan soal ladang itu saja... itu tidak lagi menjadi soal.... yang
jadi persoalan ialah kau telah memperdayakan aku... agar aku mencintaimu... agar aku
mencintaimu... kau telah pura-pura mencintaiku.... semata-mata untuk mendapat
seorang anak laki-laki. Untuk mencuri!

603. ABBIE : (bingung) Ia tidak akan mencuri! Aku sudah akan membunuhnya
sebelum itu! Aku sungguh cinta padamu!. Aku akan membuktikannya padamu.

604. EBEN : (dengan kasar) Tiada gunanya berdusta lagi! Aku sudah tuli untukmu.
(BERBALIK DAN PERGI) Aku tak akan melihatmu lagi. Selamat tinggal!

605. ABBIE : (pucat, karena sedih yang mendalam) Tidakkah kau akan menciumku
dahulu? Tidak sekalipun. Demi segala apa yang telah kita cintai selama ini?

606. EBEN : (dengan lantang) Aku tak ingin lagi mencium kau! Aku bahkan ingin
melupakan bahwa aku pernah melihatmu!

607. ABBIE : Jangan bergurau Eben! Tunggu sebentar. Aku ingin bicara padamu.

608. EBEN : Aku akan pergi ke dalam dan minum-minum, agar mabuk, dan aku
akan berdansa.

609. ABBIE : (menarik lengan Eben. dengan kesungguhan yang bergelora) Jika aku
dapat melakukannya... seolah-olah ia belum pernah muncul di tengah-tengah kita...
jika aku dapat membuktikan padamu bahwa aku tidak pernah membuat rencana untuk
mencuri sesuatu darimu... sehingga segala sesuatunya akan benar-benar menjadi beres
lagi, seperti sebelumnya. Benar-benar saling mencintai seperti sediakala, saling
mencium dan bahagia seperti kebahagiaan kita sebelum ia datang... kalau aku dapat
melakukannya... kau akan mencintaiku lagi, bukan? Apakah kau akan menciumku
lagi? Kau tak akan meninggalkan aku, bukan?

610. EBEN : (tergerak hatinya) Aku kira tidak. (sambil merenggutkan tangan
Abbiedari lengannya) tapi kau bukan Tuhan, kan?

611. ABBIE : (gembira) ingatlah kau telah berjanji! (dengan sungguh-sungguh)


mungkin aku akan dapat mengambil kembali suatu hal yang biasa dilakukan oleh
tuhan!

612. EBEN : (melirik tajam pada Abbie) Apakah kau telah menjadi gila? (pergi
menuju pintu masuk) Aku akan pergi berdansa.

613. ABBIE : (berseru keras di belakang Eben) Aku akan membuktikannya padamu!
aku akan membuktikan bahwa aku lebih mencintaimu daripada ............ (Eben terus
masuk melalui pintu, seakan tidak mendengarnya. Abbie tetap berdiri di tempatnya
namun matanya terus mengikuti Eben. kemudian menyelesaikan kalimatnya dengan
putus asa.) Segala sesuatu yang ada di dunia ini!

ADEGAN KETIGA

SAAT ITU MENJELANG SUBUH, KAMAR TIDUR CABOT DAN DAPURNYA


DIPERLIHATKAN. EBEN SEDANG DUDUK SAMBIL MENOPANG DAGUNYA DI
DAPURNYA YANG DI TERANGI OLEH CAHAYA LILIN LEMAK YANG
DILETAKKAN DI ATAS MEJA.MUKANYA YANG TEGANG KELIATAN KOSONG
DAN TANPA PERASAAN. KANTONG TERPALNYA ADA DIATAS LANTAI
DISAMPINGNYA. DI DALAM KAMAR TIDUR YANG DITERANGI DENGAN LAMPU
KECIL YANG MEMAKAI MINYAK IKAN HIU. CABOT NAMPAK SEDANG TIDUR
TELENTANG. ABBIE MEMBUNGKUKKAN BADANNYA DI ATAS BUAIAN,
MENDENGARKAN SESUATU MUKA NYA PENUH RASA TAKUT. NAMUN DI
DALAMNYA TERSELIP RASA KEMENANGAN YANG BERCAMPUR PUTUS ASA.
TIBA-TIBA IA MENJADI SEDIH, LALU MENANGIS TERSEDU-SEDU. DAN IA
KELIHATAN AKAN MENJATUHKAN DIRINYA BERLUTUT DI SAMPING BUAIAN.
TETAPI CABOT TETAP TIDUR DENGAN GELISAH DAN MENGIGAU DAN ABBIE
SEGERA MENGUASAI DIRINYA LALU MUNDUR MENJAUHI BUAIAN DENGAN
RAUT MUKA YANG DILIPUTI RASA NGERI. IA CEPAT-CEPAT KEMBALI KE
PINTU BELAKANG DAN KELUAR. SESAAT KEMUDIAN. IA MASUK KE DAPUR
LALU LARI KE TEMPAT EBEN, IA MERAIH LEHER EBEN DAN MENCIUMNYA
DENGAN BERAPI-API. EBEN MENAHAN DIRINYA. IA TETAP TIDAK BERGERAK
DAN TAWAR. IA MEMANDANG LURUS KE DEPAN.

614. ABBIE : (Histeris) Aku telah melakukannya, Eben! Sungguh, aku telah
melakukaannya! Telah membuktikan bahwa aku cinta padamu, melebihi segalanya,
hingga kau tak perlu bimbang lagi padaku!

615. EBEN : (Tidak jelas suaranya) Apapun yang kau lakukan, sekarang sudah
tidak ada gunanya lagi.

616. ABBIE : (Dengan garang) Jangan berkata begitu Eben! Ciumlah aku! Aku ingin
kau menciumku setelah aku melakukannya! Aku ingin mendengar perkataanmu bahwa
kau cinta padaku!

617. EBEN : (Mencium Abbie tanpa perasaan, suaranya kurang jelas). Ini adalah
ciuman perpisahan, aku akan segera pergi.

618. ABBIE : Jangan! Jangan! Jangan! Jangan pergi! Jangan sekarang!

619. EBEN : (Sibuk terus dengan pikirannya sendiri) Setelah ditimbang-timbang,


aku tak akan menceritakan segala sesuatunya pada ayah. Aku akan membiarkan ibuku
membalas dendam padamu. Jika aku berkata pada ayah, cerpelai tua itu akan cukup
hina dan busuk untuk membalaskan dendamnya pada bayi itu, (suaranya
memperlihatkan emosi terhadapnya). Aku tak mau kalau ia sampai ditimpa
malapetaka. Dia tidak bisa dipersalahkan karena perbuatan dan rupanya seperti aku!
Ya allah, dia adalah anakku! Suatu ketika aku akan kembali lagi,lalu......
620. ABBIE : (ia terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri untuk bisa mendengarkan
Eben dengan memohon) Tak ada ...... bagimu untuk pergi sekarang, tak ada perlunya
lagi segalanya sudah pulih seperti sedikala , tak ada sesuatu halangan lagi diantara kita,
setelah apa yang kuperbuat!

621. EBEN : (ia tergugah oleh sesuatu yang terselip dalam ucapan Abbie. Ia
memandang Abbie dengan sedikit ketakutan) Kelihatannya kau seperti orang gila
Abbie! Apa yang telah kau lakukan ?

622. ABBIE : Aku.. aku telah membunuhnya , Eben.

623. EBEN : (tercengang) Kau bunuh dia?

624. ABBIE : (tak jelas suaranya) Ya.

625. EBEN : (pulih kembli dari keheranannya, dengan kasar sekali) Itu setimpal
dengan kelakuannya! Tapi, kita harus cepat bertindak agar cerpelai tua itu kelihatan
seperti telah membunuh diri ketika ia sedang mabuk. Kita dapat membuktikan kepada
semua orang betapa mabuknya ia.

626. ABBIE : (dengan liar) Bukan! Bukan! Bukan dia yang telah kubunuh. (sambil
tertawa kebingungan). Tapi dialah yang seharusnya kubunuh, bukan ? Sebenarnya
dialah yang seharusnya kubunuh! Mengapa kau tidak mengatakannya padaku?

627. EBEN : (terperanjat) Seharusnya ? Apa yang kau maksud?

628. ABBIE : Bukan dia yang telah kubunuh

629. EBEN : (mukanya menjadi pucat pasi) Jangan..jangan bayi itu

630. ABBIE : (Tidak jelas suaranya) Ya, memang bayi itu yang telah kubunuh

631. EBEN : (dia jatuh berlutut seolah-olah seperti dipukul suaranya gemetar
ketakutan) Oh, Tuhan Yang Maha Kuasa! Tuhan Yang Maha Besar! Ibu, dimanakah
kau? Mengapa kau tidak mencegahnya?
632. ABBIE : (menjawab dengan sederhana) Ia telah kembali lagi kekuburannya
malam itu ketika kita untuk pertama kali melakukannya. Ingatkah kau ? aku tidak
merasakan kehadirannya lagi sejak itu. ( sejenak, Eben menyembunyikan kepalanya
dalam kedua tangannya, sedang sekujur badannya gemetar seolah olah ia sedang
demam. Abbie melanjutkan dengan suara kurang jelas). Aku telah menaruh bantal
diatas mukanya yang mungil. Lalu ia mati dengan sendirinya. Dia berhenti bernafas(ia
mulai menangis perlahan-lahan)

633. EBEN : (kemarahannya mulai berjalin dengan kesedihan) Rupanya seperti aku.
Ia adalah anakku, keparat!

634. ABBIE : (bicara perlahan lahan dengan putus asa) Sebenarnya aku tak ingin
melakukannya, aku benci pada diriku sendiri karna melakukan hal itu. Aku sayang
padanya. Wajahnya manis sekali , ia serupa benar denganmu . tapi aku lebih cinta
padamu dan kau akan pergi jauh jauh sekali dimana aku tak akan dapat melihatmu
lagi, dan kau tak akan menciumku lagi dan tak akan merasakan kau mendekapku lagi,
juga kau telah berkata bahwa kau benci padaku karena punya dia kau telah berkata
juga bahwa kau benci padanya dan ingin agar ia mati, itu maka keadaannya akan pulih
lagi seperti sediakala.

635. EBEN : (tak kuat menahan hatinya ia serentak berdiri dengan sangat marah
sambil mengancamnya, jari jari tangan nya yang tersentak-sentak seolah-olah menjulur
ke arah tenggorokan Abbie) Bohong. Kau! Aku tak pernah berkata, aku tak pernah
mimpi kau akan melakukannya, aku akan penggal leherku sendiri sebelum aku dapat
melukai tanganya!

636. ABBIE : (dengan sedih, sambil berlutut) Jangan kau memandangku seperti itu,
Eben. Jangan kau membenciku,janganlah kau membenciku sesudah aku melakukannya
untukmu, untuk kita, sehingga kita dapat menjadi bahagia lagi.

637. EBEN : (marah sekali sekarang) Diam! Atau kubunuh kau! Aku tahu
permainan mu sekarang, sama dengan dahulu, kau sedang merencanakan untuk
menyalahkan aku karena pembunuhan yang telah kau lakukan!
638. ABBIE : ( mengerang sambil menutup telinganya dengan tangannya) Tidak ,
Eben! Tidak! (ia meraih kaki Eben)

639. EBEN : (mendadak perasaannya berubah menjadi ngeri , lalu ia mundur


menjauhi Abbie) Jangan sentuh aku! Racun, kau! Sampai hati kau membunuh
makhluk kecilyang tak berdosa itu! Kau harus menebusnya dengan jiwamu di neraka!
(ia mendadak menjadi sangat marah) Ha! Sekarang aku mengerti mengapa kau
melakukannya! Bukan kebohongan yang baru saja kau ucapkan tapi karena kau ingin
mencuri lagi, mencuri sesuatu yang terakhir dari diriku, serpihan diriku
padanya,bahkan seluruhnya, kau lihat ia wajahnya seperti aku dan tahu ia betul-betul
anakku, dan kau tak dapat merelakannya,aku mengerti! Kau telah membunuhnya
karena ia anakku! (semuanya itu membuat ia hampir gila, dengan cepat ia bergerak
menuju pintu,meninggalkannya lalu membalik lagi dengan kedua tinjunya diacungkan
ke arah Abbie, sambil di guncang-guncangkannya dengan keras sekali) Sekarang aku
akan melakukan pembalasan! Aku akan menemui kepala polisi! Akan kuceritakan
segala hal padanya! Lalu aku akan bernyanyi “I’m off to california! Dan pergi menuju
pintu gerbang emas,cahaya keemasan, padang emas di Barat! (kata-kata terakhir
diucapkan dengan setengah berteriak, setengah bernyanyi dengan terputu-putus tak
menentu, lalu mendadak ia berkata dengan bengis) Aku akan menemui kepala polisi
agar datang kesini dan menangkapmu! Aku ingin agar kau dibawa pergi dan
dipenjarakan agar kau terpisah denganku! Aku tak tahan melihatmu! Tak peduli kau
pembunuh,pencuri atau bukan, kau masih selalu menggoda! Aku akan serahkan kau
kepada kepala polisi! (ia membalik dan lari keluar, mengelilingi penjuru rumah,sambil
terengah-engah dan tersedu-sedu, lalu ia berlari sekuat tenaga dijalan)

640. ABBIE : ( ia berusaha untuk berdiri dan lalu berlari menuju ke pintu sambil
memanggil Eben) Aku cinta padamu,Eben! Aku cinta padamu! (ia berhenti di pintu
dengan lemas,badannya bergoyang-goyang hampir terjatuh) aku tak peduli apa yang
kau lakukan,asal kau mencintaiku lagi. (ia terjatuh lemas lunglai di atas lantai dan
pingsan)
ADEGAN KEEMPAT

KIRA-KIRA SETENGAH JAM KEMUDIAN, KEADANNYA SAMA DENGAN


KEADAAN PADA ADEGAN KETIGA. WAKTU ITU SESUDAH SUBUH. LANGIT
BERKILAUAN KARENA CAHAYA MATAHARI YANG BARU MUNCUL. ABBIE
SEDANG DUDUK DI DEPAN MEJA DAPUR , BADANNYA LEMAS DAN LETIH,
KEPALANYA MENUNDUK DI ATAS TANGANNYA DAN MUKANYA
TERSEMBUNYI. DI KAMAR ATAS, CABOT MASIH TIDUR, TAPI IA TIBA-TIBA
TERBANGUN OLEH SUATU KEJUTAN, IA MEMANDANG KE JENDELA DAN
MENDENGUS KARENA KEHERANAN DAN MERASA TERGANGGU, IA
LEMPARKAN SELIMUTNYA DAN MULAI BERGEGAS MENGENAKAN
PAKAIANNYA, TANPA MELIHAT KEBELAKANG, IA MULAI BERBICARA PADA
ABBIE YANG IA SANGKA ADA DI SAMPINGNYA.

641. CABOT : Sungguh mengherankan, Abbie. Aku tak pernah tidur selama ini
dalam lima puluh tahun terakhir ini. Kelihatannya seolah-olah matahari seudah
terbit,mungkin ini disebabkan oleh pesta dansa dan minuman keras itu. Rupanya aku
sudah tua, aku harap Eben sudah pergi bekerja, kau mungkin harus selalu
membangunkan aku Abbie.(ia membalik dan melihat tak ada seorangpun ia heran) ke
mana dia? Aku rasa ia sedang makan ( ia berjalan berjingkat menuju buaian dan
melirik ke bawah lalu dengan bangga berkata) selamat pagi nak, manis sekali kau
tidurnya nyenyak. Ia tidak merengoek semalaman seperti kebanyakan bayi lainnya. ( ia
berjalan perlahan-lahan keluar dari pintu belakang, beberapa saat kemudian ia masuk
ke dapur, lalu ia melihat Abbie dengan perasaan puas) Oh ... kau ada disini. Apakah
kau telah memasak makanan?

642. ABBIE : (tanpa bergerak) Tidak.

643. CABOT : (mendekati Abbie hampir-hampir dengan sikap ramah) Sakitkah ,


kau ?

644. ABBIE : Tidak


645. CABOT : (mengusap-ngusap punggung Abbie. Abbie gemetar) Sebaiknya kau
berbaring saja sebentar, (dengan agak jenaka) anakmu akan memerlukan kau dengan
segera. Ia pasti akan merasa lapar sekali setelah ia bangun nanti karena telah puas
tidur.

646. ABBIE : (tubuhnya gemetar kemudian dengan suara seperti dari kuburan) Ia tak
akan bangun lagi.

647. CABOT : (bergurau) Kalau begitu, uruslah aku pagi ini, aku tak pernah tidur
selama ini dalam...

648. ABBIE : Ia telah mati

649. CABOT : (menatap padanya dengan heran) Apa?

650. ABBIE : Aku telah membunuhnya

651. CABOT : (mundur setapak, ia terkejut) Mabukkah kau ? atau gila, atau...

652. ABBIE : (Mendadak mengangkat mukanya dan berpaling pada Cabot dengan
kasar) Aku telah membunuhnya,sungguh! Aku cekik dia pergilah ke atas dan
tengoklah bila kau tak percaya! (Cabot menatapnya sejenak, kemudian ia berlari
melalui pintu belakang dan terdengarlah suara kakinya menaiki tangga ke atas lalu ia
memburu menuju ke tempat tidur dan berdiri dekat buaian. Abbie duduk kembali
seperti semula tanpa daya. Cabot meletakkan tangannya pada bayi itu. Raut mukanya
menunjukan perasaan takut dan ngeri)

653. CABOT : (mundur sambil gemetar) oh,Tuhan Yang Maha Kuasa, Tuhan Yang
Maha Besar. (ia tergopoh-gopoh keluar dari pintu dan dalam waktu yang singkat ia
kembali ke dapur dan mendekati Abbie, raut mukanya masih menunjukan perasaannya
yang termangu dan dengan suara parau) Mengapa kau bunuh dia? Mengapa? (ketika
Abbie tidak menjawab, ia memegang pundak Abbie dengan keras dan tidak
mengguncang-guncangkannya) Aku tanya kau mengapa kau melakukannya!
Sebaiknua kau katakan padaku atau.....
654. ABBIE : (dengan sekuat tenaga mendorong Cabot hingga dia sempoyong
mundur dan Abbie melompat berdiri lalu ia dengan marah sekali dan penuh kebencian)
Jangan kau coba-coba menyentuh aku! Punya hak apa kau menanyakan hal itu padaku!
Ia bukan anakmu! Kau sangka aku punya anak dari kau? Lebih baik aku mati dulu!
Aku selalu benci melihatmu! Seharusnya kau yang kubunuh jika aku punya pikiran
sehat! Aku benci padamu! Aku cinta Eben dari semula. Ia adalah anaknya Eben,
anakku dari Eben, bukan anakmu!

655. CABOT : (berdiri memandangnya dengan kebingungan, hening sejenak,


berusaha mencari-cari perkataan dengan kurang jelas ia berkata) Itulah apa yang aku
rasakan, yang menyelinap-nyelinap di sekitar pojok-pojok kamar, sementara kau
berbaring, menjauhkan diri dariku sambil berkata kau telah hamil ( ia berkata
perlahan-lahan sekali mengutuk dan dengan perasaannya yang kacau sekali) ia telah
mati tentunya, aku telah meraba jantungnya. Makhluk kecil yang malang. (sambil
melirik ke belakang, ia melinangkan setetes air mata dan sambil mengusap hidungnya
dengan lengan bajunya)

656. ABBIE : (histeris) Jangan!jangan! (ia tersedu-sedu tanpa terkendali)

657 CABOT : (dengan kekuatan yang terpusat ia menegakkan badan nya menjadi
kaku seperti batang pohon yang lurus dan mukanya mengeras seperti topong batu, lalu
berbicara pada dirinya sendiri diantara giginya) Aku harus jadi seperti batu, seperti
karang keadilan! (berhenti sejenak. Ia menguasai dirinya lagi dengan sepenuhnya lalu
berbicara, lalu berbicara dengan kasar) Jika ia anaknya Eben, aku senang kalau ia
mati! Mungkin itulah yang membuatku curiga. Aku merasa ada sesuatu yang tidak
beres, dimana pun, di rumah ini terasa begitu sepi dan dingin dan mendorong hatiku
untuk pergi ke lumbung, mendekati binatang-binatang di ladang. Yah.. aku sebenarnya
sudah lama curiga, kau tidak memperdayakanku sekali-kali tidak. Aku ibarat buah
yang terlalu tua yang menjadi masak pada dahannya. (ia sadar bahwa ia sedang
melamun, lalu ia meluruskan lagi tubuhnya dan memandang pada Abbie dengan kejam
menyeringai) sebaiknya kau mesti membunuhku dan buakannya dia bukan? Tapi, aku
akan hidup sampai seratus tahun. Aku ingin melihat kau digantung! Aku akan
serahkan kau pada Tuhan dan pengadilan untuk diadili! Sekarang aku akan menemui
kepala polisi. (ia mulai berjalan menuju ke pintu)

658. ABBIE : (tidak jelas suaranya) Tak usah, Eben telah pergi menemuinya.

659. CABOT : (heran) Eben , menemui kepala polisi?

660. ABBIE : Ya

661. CABOT : Melaporkan kau?

662. ABBIE : Ya

663. CABOT : (merenungkannya, hening sejenak, lalu dengan suara keras) Aku
berterima kasih padanya karena ia telah menyelamatkanku dari kesulitan. Aku akan
pergi bekerja. (ia pergi menuju ke pintu, kemudian membalik, dengan suara yang
penuh dengan rasa aneh) Ia patut menjadi anak lelakiku,Abbie kau mestinya mencintai
aku. Aku seorang laki laki. Jika kau mencintaiku,aku tak akan melaporkan kepada
kepala polisi,apapun yang telah kau lakukan, sekalipun mereka akan memanggang aku
hidup-hidup!

664. ABBIE : (membela diri) Eben akan bercerita lebih banyak lagi dari apa yang
kau ketahui.

665. CABOT : (dengan tawar) Demi kepentinganmu, aku harap begitulah. (Ia keluar,
ketika sampai di depan pintu gerbang ia memandang langit. Pikirannya jadi tenang,
untuk sejenak ia kelihatan tua dan lesu. Ia bersungut-sungut dengan putus asa) Oh....
Tuhan Yang Maha Kuasa, aku kesepian selama-lamanya. (Ia mendengar suara kaki,
dari orang yang sedang berlari dari sebelah kiri. Lalu ia segera menguasai dirinya
kembali. Eben berlari terengah-engah kehabisan nafas dengan matanya yang liar dan
penuh amarah. Ia masuk melalui pintu gerbang. Cabot memegang pundak Eben.
Ebenmenatap matanya tanpa berkata) Sudahkah kau melaporkannya kepada kepala
polisi?

666. EBEN : (mengangguk tolol) Ya


667. CABOT : (mendorongnya dan membuat Eben jatuh terjungkang,sambil tertawa
dengan rasa benci) Bagus sekali, kau betul-betul seperti ibumu. (ia pergi menuju
kelumbung, sambil tertawa kasar. Eben berdiri dengan susah payah. Tiba-tiba Cabot
membalik dan mengancamnya dengan geram) enyahlah kau dari ladang ini jika polisi
datng untuk menangkap Abbie, atau, demi tuhan dia terpaksa harus kembali untuk
menangkapku sebagai pembunuh juga (ia kemudian pergi dengan langkah tegap. Eben
seolah-olah tidak mendengar nya. Ia berlari menuju pintu masuk dan masuk ke dapur.
Abbie memandangnya sambil berteriak gembira campur penderitaan batin. Eben
tersandung dan menjatuhkan dirinya berlutut disamping Abbie. Sambil tersedu-sedu
dengan sedih)

668. EBEN : Maafkan aku!

669. ABBIE : (dengan rasa bahagia) Eben! (ia menciumnya dan menarik kepala
Eben ke dadanya)

670. EBEN : Aku cinta padamu! Maafkan aku!

671. ABBIE : (penuh kegairahan) Aku akan memaafkan segala dosamu di neraka
karena kau mengatakan demikian. (ia mencium kepala Eben dan menekannya ke
badannya dengan perasaan memiliki keras bergelora)

672. EBEN : ( pilu) Tapi aku telah melaporkannya kepada kepala polisi. Ia akan
datang menangkapmu

673. ABBIE : Sekarang aku dapat menanggungkan apapun yang akan terjadi
padaku.

674. EBEN : Aku bangunkan dia lalu aku ceritakan padanya. Ia berkata “tunggu
aku sampai aku selesai berpakaian”. Aku menunggunya. Aku jadi berfikir tentang
kau. Aku merasa betapa aku cinta padamu. Aku merasa ngeri sekali seperti ada sesuatu
yang meledak dalam dada dan kepalaku. Aku jadi menangis dan mendadak aku sadar
bahwa aku masih cinta padamu, dan aku akan selalu cinta padamu.

675. ABBIE : (mengelus-elus kepala Eben dengan mesra) Oh... kekasihku sayang
676. EBEN : Lalu aku berlari kembali. Aku berlari memotong beberapa lapangan
dan hutan. Aku rasa kau punya cukup waktu untuk melarikan diri, bersama ku dan...

677. ABBIE : ( menggeleng-gelengkan kepalanya) Aku akan terima hukumanku,


untuk membayar dosaku

678. EBEN : Aku juga ingin mendapati bagian dari hukuman itu bersamamu

679. ABBIE : Engkau tidak melakukan apa-apa

680. EBEN : Aku telah mengusulkannya padamu, aku ingin agar ayah mati, aku
telah mendesakmu dengan sangat untuk melakukannya.

681. ABBIE : Tidak, biar aku saja sendiri!

682. EBEN : Aku juga bersalah! Bayi itu adalah akibat dari dosa kita.

683. ABBIE : (menengadah seolah-olah menantang Tuhan) Aku tidak menyesali


dosa itu! Untuk itu aku tak akan minta pengampunanNya

684. EBEN : Demikian juga aku, tapi hal itu telah mengakibatkan terjadinya dosa
lain lagi. Pembunuhan yang telah kau lakukan adalah juga karena aku. Jadi aku juga
ikut melakukannya. Aku akan memberitahukannya kepada kepala polisi, lalu jika kau
menyangkal , aku akan mengatakan bahwa kita telah merencanakannya bersama-sama
dan mereka semua akan percaya padaku, sebab mereka telah mencurigai segala
sesuatu yang telah kita lakukandan sikap mereka ternyata benar. Itu jalan keluar yang
baik bagaimanapun aku ingin menolongmu.

685. ABBI : ( menyandarkan kepalanya pada kepala Eben sambil tersedu-sedu)


Jangan! Aku tak ingin kau menderita.

686. EBEN : Aku ingin membayar sebagian dari dosaku, aku akan menderita sekali
meninggalkan kau, ke barat. Aku akan selalu memikirkan kau siang dan malam jika
aku meninggalkan kau, sementara kau sedang di penjara. ( sambil merendahkan
suaranya) atau jika aku hidup sedangkan kau mati. ( berhenti sejenak ) Aku ingin
menerima bagianku bersamamu,Abbie. Tak peduli di penjara atau mati atau di neraka
atau di mana pun! (ia menatap mata Abbie dan memaksa diri untuk tersenyum,
gemetar) jika aku menerima bagianku bersamamu, aku tak akan merasa kesepian,
sesaat pun.

687. ABBIE : (dengan suara lemah) Eben! Aku tak ingin melibatkan kau! Aku tak
akan melibatkan kau!

688. EBEN : (menciumnya dengan mesra) Kau tak akan mampu menolong dirimu
sendiri aku betul-betul menyusahkan kau kali ini

689. ABBIE : (memaksakan diri tersenyum penuh pujaan) Aku tidak merasa susah
selama aku bersamamu.

690. EBEN : (mendengar bunyi orang yang sedang berjalan di luar) Ssshhh!
Dengarkan, mereka telah tiba untuk menangkap kita.

691. ABBIE : Bukan, itu ayahmu. Janganlah kau memberi kesempatan padanya
untuk berkelahi denganmu, Eben. Jangan berkata apa-apa, apapun yang ia katakan.
Akupun tak akan berkata-kata lagi. (yang datang memang Cabot, ia baru kembali dari
lumbung. Ia berjalan dengan langkah yang gagah dan dengan perasaannya yang
bergelora. Ia melangkah masuk ke dalam rumah, lalu ia masuk ke dalam dapur. Eben
sedang berlutut di samping Abbie. Mereka saling berpelukan, mereka mamandang
lurus ke muka)

692. CABOT : ( memandang pada mereka dengan muka keras. Lama hening.
Berbicara dengan nafsu membalas dendam) Kalian adalah dua sejoli pembunuh yang
penuh muslihat. Kalian seharusnya digantung bersama-sama di atas dahan yang sama
dan dibiarkan di situ terhembus angin sampai busuk. Sebagai peringatan untuk orang-
orang tua tolol seperti aku agar mampu mengatasi kesepiannya, dan untuk orang-orang
muda yang goblok seperti kalian agar mampu mengendalikan nafsu. (berhenti
sebentar. Mukanya menggambarkan perasaan yang bergejolak, matanya tertutup, ia
kelihatan seperti orang gila) Aku tak dapat bekerja hari ini. Perasaanku tidak enak,
keparat dengan ladang ini! Aku akan meninggalkannya, aku telah melepaskan sapi dan
ternak lainnya, aku telah menghalaunya ke dalam hutan dimana mereka dapat hidup
bebas. Dengan membebaskan mereka, aku jadi bebas. Aku akan pergi dari sini, aku
akan bakar rumah dan lumbungnya, lalu aku akan melihat segalanya terbakar dan aku
akan memberi ibumu abunya saja, sedangkan ladang ini akan kukembalikan pada
Tuhan, hingga tak ada seorangpun dapat memilikinya. Aku akan berangkat ke
California dan bergabung dengan Simon dan Peter, mereka betul-betul anakku sendiri.
Hanya merekapun betul-betul tolol dan keluarga Cabot akan menemukan tambang
emas Sulaiman bersama-sama. (tiba-tiba ia membuat suatu kelucuan gila) Hup! Lagu
apakah yang telah mereka nyanyikan? “Oh, California”! itulah tantangan bagiku. (ia
menyanyikan lagu ini kemudian berlutut pada lantai papan tempat uangnya
disembunyikan) aku akan berlayar kesana dengan sebuah perahu layar paling bagus
yang mungkin kutemukan. Aku punya uang. Kasihan kalian tidak mengetahuinya,
dimana uang itu disembunyikan hingga kalian tak mungkin mencurinya. (ia menangkat
papan itu . ia memandangnya, termenung, lalu memandangnya lagi, keheningan yang
mencengkam datang menyelinap, ia perlahan – lahan membalik, kemudian jatuh
terduduk di lantai, matanya seperti mata ikan yang mati. Mukannya pucat lesu seperti
orang mabuk laut. Ia menelan ludah berkali-kali seperti kesakitan,akhirnya ia
memaksakan diri tersenyum lemah) rupanya kau telah mencurinya

693. EBEN : Aku telah memberikan uang itu kepada simon dan peter sebagai
bagian haknya atas ladang ini, agar mereka bisa membayar ongkos perjalanannya ke
California.

694. CABOT : (dengan satu cemoohan) Ha! (ia mulai sadar. Ia bangkit perlahan-
lahan. Lalu berkata dengan nada aneh) Aku kira Tuhan telah memberikan uang itu
kepada mereka bukan kau. Tuhan itu sukar, tidak mudah, mungkin di daerah barat,
emas itu mudah, tapi itu bukan emas yang halal. Itu bukan untukku. Aku dapat
mendengar suara Tuhn memperingatkan lagi padaku untuk berjuang dan tinggal di
ladangku. Aku tahu tangan Eben telah digunakan oleh tuhan untuk mencuri, untuk
menghindarkan aku dari kelemahan, aku dapat merasakan bahwa aku berada dalam
telapak tanganNya. TelunjukNya telah membimbingku (berhenti sejenak, lalu ia
menggerutu dengan sedih) sekarang aku merasa jadi lebih kesepian daripada
sebelumnya. Ya Tuhan, aku telah menjadi tua. Tua renta ( lalu ia merentang badannya)
nah, apa yang kau inginkan lagi? Tuhan juga sendirian, bukan? Tuhan juga susah dan
menyendiri (Berhenti sejenak, kepala polisi dengan dua orang anak buahnya muncul di
jalan dari sebelah kiri. Mereka bergerak dengan hati-hati menuju ke pintu. Kepala
polisi mengetuk dengan gagang pistol).

695. KEPALA POLISI : Buka! Kami adalah hamba hukum! (mereka yang berada di
dalam terkejut)

696. CABOT : Mereka datang untuk menangkapmu. (ia pergi menuju ke pintu
belakang) Masuklah, Jim! (ketiga orang itu masuk. Cabot menemuinya didepan pintu)
tunggu sebentar, Jim aku akan membawa mereka ke sini. (Kepala polisi mengangguk,
ia dan anak-anak buahnya berdiri didepan pintu)

697. EBEN : (dengan tiba-tiba) Aku telah berdusta pagi tadi, Jim. Aku juga ikut
melakukan pembunuhan itu. Kau juga harus menangkapku.

698. ABBIE : ( dengan sedih ) Tidak!

699. CABOT : Bawa mereka dua-duanya. (Ia melangkah maju, menatap pada
Eben dengan rasa kagum yang tersembunyi) Baik sekali kau, aku akan pergi
menangkapi ternak lagi. Selamat jalan

700. EBEN : Selamat tinggal.

701. ABBIE : Selamat tinggal. (Cabot membalik dan melangkah melewati orang-
orang itu, ia keluar lalu mengelilingi penjuru rumah itu, bahunya direntangkan,
mukanya keras membatu. Dengan muka yang muram ia melangkah tegap menuju ke
lumbung, sementara itu kepala polisi dan anak buahnya telah masuk ke dalam kamar)

702. KEPALA POLISI : (dengan tersipu) Lebih baik kita segera berangkat.

703. ABBIE : Tunggu sebentar ( ia berpaling kepada Eben ) Aku cinta padamu,Eben.

704. EBEN : Aku juga cinta padamu Abbie. (mereka berciuman. Ketiga orang itu
menyeringai dan memalingkan muka dengan tersipu-sipu. Eben memegang tangan
Abbie. Mereka keluar dari pintu belakang dan polisi-polisi itu mengikuti mereka.
Mereka berdua keluar dengan bergandengan tangan menuju ke pintu gerbang. Eben
berhenti di sana dan menunjuk ke langit di mana matahari sedang terbit) Lihatlah!
Matahari sedang bersinar, indah bukan?

705. ABBIE : Ya ( mereka berdua berdiri sejenak memandang ke atas dengan takjub
dan airmuka yang saleh dan tulus)

706. KEPALA POLISI : (memandang ke sekeliling ladang dengan perasaan iri, dan
berkata pada anak buahnya) Ladang ini baik sekali, orang tak dapat menyangkalnya.
Aku ingin memilikinya.

LAYAR

Anda mungkin juga menyukai