Anda di halaman 1dari 5

Pengertian Istidraj Beserta Ciri-Cirinya

January 27, 2017 by Abdullah Istiqomah

Istidraj Adalah kenikmatan yang diberikan Allah SWT tanpa melalui keimanan dan syariat yang di
kerjakan. Ketika seseorang diberi nikmat berupa rizki yang melimpah, kesenangan hidup, kesehatan
yang terus menerus, panjang umur dan sebagainya. Namun dengan nikmat tersebut dia semakin jauh
dengan Allah SWT, maka bisa jadi itulah Istidraj yang akan semakin mendekatkan mereka dengan azab-
Nya.

Dari Ubah bin Amir radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ك ِم ْنهُ ا ْستِ ْد َرا ٌج‬ ِ ‫ْطي ْال َع ْب َد ِمنَ ال ُّد ْنيَا َما يُ ِحبُّ َوهُ َو ُمقِي ٌم َعلَى َم َعا‬
َ ِ‫صي ِه فَإِنَّ َما َذل‬ ِ ‫إِ َذا َرأَيْتَ هَّللا َ تَ َعالى يُع‬

“Apabila Anda melihat Allah memberikan kenikmatan dunia kepada seorang hamba, sementara dia
masih bergelimang dengan maksiat, maka itu hakikatnya adalah istidraj dari Allah.”

Ketika seseorang lupa kepada Allah dan tidak mengindahkan peringatan-Nya. maka bisa saja Allah
membukakan pintu istidraj kepada mereka, yaitu pintu nikmat yang banyak. Sampai mereka nanti akan
berbangga diri dan sombong. kemudian nanti Allah akan menyiksanya dengan tiba-tiba hingga mereka
terdiam dan berputus asa dari segala kebaikan.

Kita mungkin melihat orang kafir atau ahli maksiat, ketika dia sangat jauh dari Allah SWT namun mereka
malah mempunyai harta yang banyak, lebih makmur dan lebih sukses dari orang yang sering melakukan
ibadah ataupun dekat dengan Allah. ketahuilah bahwasanya itulah mungkin Istidraj yang akan semakin
melalaikan mereka.

ٌ ‫َواَل يَحْ َسبَ َّن الَّ ِذينَ َكفَرُوا أَنَّ َما نُ ْملِي لَهُ ْم خَ ْي ٌر أِل َ ْنفُ ِس ِه ْم إِنَّ َما نُ ْملِي لَهُ ْم لِيَ ْزدَادُوا إِ ْث ًما َولَهُ ْم َع َذابٌ ُم ِه‬
‫ين‬

Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka
adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya
bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan. (Ali ‘Imran: 178)
Ciri-Ciri Istidraj

bumujahidah.blogspot.com

1. Ibadah Kita Semakin Turun, Namun Kesenangan Makin Melimpah

Ibnu Athaillah berkata : “Hendaklah engkau takut jika selalu mendapat karunia Allah, sementara engkau
tetap dalam perbuatan maksiat kepada-Nya, jangan sampai karunia itu semata-mata istidraj oleh Allah”

2. Kita Melakukan Maksiat, Tapi Malah Makin Banyak Kesenangan

Ali Bin Abi Thalib r.a. berkata : “Hai anak Adam ingat dan waspadalah bila kau lihat Tuhanmu terus
menerus melimpahkan nikmat atas dirimu sementara engkau terus-menerus melakukan maksiat
kepadaNya” (Mutiara Nahjul Balaghoh Hal 121)

3. Semakin Kita Kikir, Namun Harta Semakin Banyak

Sebagaimana kita ketahui bahwa sebetulnya Sodaqoh dapat membuat harta kita semakin banyak. Ketika
kita dihinggapi sifat kikir, tak pernah zakat, infak, shadaqah ataupun mengulurkan bantuan orang lain.
Namun justru harta semakin melimpah ruah. itulah menjadi salah satu ciri istidraj

4. Jarang Sakit

Imam Syafi’I pernah mengatakan:

Setiap orang pasti pernah mengalami sakit suatu ketika dalam hidupnya, jika engkau tidak pernah sakit
maka tengoklah ke belakang mungkin ada yang salah dengan dirimu.
Sebagaimana diceritakan pula bahwa Firaun adalah orang yang tidak pernah merasakan sakit, bahkan
bersin pun dia tidak pernah dan itulah yang membawa dia semakin bersombong diri.

Sebagai manusia, kita harus berkaca, apakah nikmat yang selama ini kita dapatkan adalah benar-benar
nikmat dari Allah yang akan membuat kita semakin dekat dengannya atau justru Istidraj yang akan
membawa kita menuju azab dari Allah SWT .

Istidraj adalah kesenangan dan nikmat yang Allah berikan kepada orang yang jauh dari-Nya yang
sebenarnya itu menjadi azab baginya apakah dia bertobat atau semakin jauh.

Sederhananya adalah, jika kita dapati seseorang yang semakin buruk kualitas ibadahnya, semakin tidak
ikhlas, berkurang kuantitasnya, sementara maksiat semakin banyak, baik maksiat kepada Allah dan
manusia, lalu rezki baginya Allah berikan melimpah ruah, kesenangan hidup begitu mudah didapatkan,
tidak pernah sakit dan celaka, panjang umur, bahkan Allah berikan keluarbiasaan pada kekuatan
tubuhnya. Maka, hati-hatilah bisa jadi ini adalah istidraj baginya, bukan karamah, secara beransur Allah
menariknya dalam kebinasaan.

Yang seperti ini biasanya memang Allah berikan kepada orang-orang kafir dan ahli maksiat.
Sebagaimana keterangan berikut:

3:178

“Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa pemberian tangguh Kami kepada
mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah
supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan.” (Ali ‘Imran: 178)

Ayat lain:

23:55
23:56

“Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti
bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka tidak, sebenarnya mereka tidak
sadar.” (Al Mu’minun: 55-56)

Ayat lainnya:

68:44

“Maka serahkanlah (ya Muhammad) kepada-Ku (urusan) orang-orang yang mendustakan Perkataan ini
(Alquran). nanti Kami akan menarik mereka dengan beransur-ansur (ke arah kebinasaan) dari arah yang
tidak mereka ketahui,” (Al Qalam: 44)

Ayat lainnya:

39:49

“Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya
nikmat dari Kami ia berkata, “Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku”.
sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui.” (Az Zumar: 49)

Tertulis dalam Tafsir Al Muyassar tentang ayat Az-Zumar 49 ini:

‫ وامتحان لهم على شكر النعم‬،‫ ال يعلمون أن ذلك استدراج لهم من هللا‬-‫لجهلهم وسوء ظنهم‬- ‫ولكن أكثرهم‬
Tetapi kebanyakan manusia –karena kebodohan dan buruknya prasangka mereka- tidak mengetahui
bahwa hal itu merupakan istidraj dari Allah dan ujian bagi mereka agar mensyukuri nikmat. (Tafsir Al
Muyassar, 1/464)

Hal ini juga dikabarkan oleh hadits Nabi dari ‘Uqbah bin ‘Amir Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi bersabda:

‫ {فَلَ َّما نَسُوا َما ُذ ِّكرُوا بِ ِه‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬َ ِ‫ فَإِنَّ َما هُ َو ا ْستِ ْد َرا ٌج ” ثُ َّم تَاَل َرسُو ُل هللا‬، ُّ‫صي ِه َما يُ ِحب‬ ِ ‫إِ َذا َرأَيْتَ هللاَ يُ ْع ِطي ْال َع ْب َد ِمنَ ال ُّد ْنيَا َعلَى َم َعا‬
ً ْ َ ُ
]44 :‫َي ٍء َحتَّى إِ َذا فَ ِرحُوا بِ َما أوتُوا أخَذنَاهُ ْم بَ ْغتَة فَإِ َذا هُ ْم ُم ْبلِسُونَ } [األنعام‬ ْ ‫اب ُكلِّ ش‬ َ
َ ‫فَتَحْ نَا َعلَ ْي ِه ْم أب َْو‬

Apabila engkau melihat Allah memberikan kepada seorang hamba berupa nikmat dunia yang disukainya
padahal dia suka bermaksiat, maka itu hanyalah istidraj belaka, lalu Rasulullah membaca: Maka tatkala
mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua
pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah
diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, Maka ketika itu mereka
terdiam berputus asa. (Al An’am: 44). (HR. Ahmad No. 17311. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mentatakan:
hasan. Lihat Ta’liq Musnad Ahmad No. 17311)

Begitulah istidraj.

Ada pun jika ada kenikmatan dunia diberikan kepada orang mu’min, shalih, ahli ibadah, bukan orang
kafir dan ahli maksiat, maka itu merupakan nikmat Allah yang disegerakan baginya di dunia, atau bisa
juga ujian untuk meninggikan lagi kedudukannya. Wallahu a’lam (farid/dakwatuna)

Anda mungkin juga menyukai