Anda di halaman 1dari 21

PATOLOGI

DIARE

Nama Kelompok
Gabriela mariana mamuaya(1914320066)
Alhada azofit alma (1914320054) D. P Eka noviani (1914320060)
Ana Lizetia Afonso Victor (1914320055) Deonizio amaral (1914320061)
A.A.Ayu Komang Trisna Dewi (1914320056) Dewa Agung Raka Aditya (1914320062)
Anita Khairunisa(1914320057) Dewa Nyoman Wira Senha (1914320063)
Benjami Zeth Tuhurima (1914320058) Fenilia Putri (1914320064)
Carystal Manda Supa (1914320059) Fita Kurniati (1914320065)

D-IV KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
TAHUN AKADEMIK
2019/2020
A. DEFINISI
1. Menurut WHO, kejadian diare sering dikaitkan dengan sumber
air yang tercemar, sanitasi yang tidak memadai, praktik kebersihan
yang buruk, makanan yang terkontaminasi dan malnutrisi. Kejadian
diare dapat disebabkan beberapa faktor antara lain : faktor
pendidikan, pekerjaan, sosial ekonomi dan faktor makanan dan
minuman yang dikonsumsi, faktor balita seperti umur balita, gizi balita,
serta faktor lingkungan.
Sumber : http://scholar.unand.ac.id/35276/2/BAB%20I.pdf
2. Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair,
bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya
(tiga kali atau lebih) dalam satu hari (DepKes RI 2011).
Sumber : http://repository.unimus.ac.id/1769/4/BAB%20II.pdf
3. Diare adalah sebuah penyakit di saat tinja atau feses berubah menjadi
lembek atau cair yang biasanya terjadi paling sedikit tiga kali dalam 24
jam.
4. Diare adalah penyakit yang ditandai dengan buang air besar yang sering
melebihi keadaan biasanya dengan konsistensi tinja yang melembek
sampai cair dengan atau tanpa darah dan atau lendir dalam tinja.

B. KLASIFIKASI DIARE
Klasifikasi diare ada beberapa macam. Berdasarkan waktu, diare dibagi
menjadi diare akut dan diare kronik Diare akut :
1. Diare akut
yaitu diare karena infeksi usus yang bersifat mendadak, berhenti secara
cepat atau maksimal berlangsung sampai 2 minggu, namun dapat pula
menetap dan melanjut menjadi diare kronis. Hal ini dapat terjadi pada
semua umur dan bila menyerang bayi biasanya disebut gastroenteritis
infantil. Penyebab tersering pada bayi dan anak-anak adalah intoleransi
laktosa.
Setiap diare akut yang disertai darah dan atau lender dianggap
disentri yang disebabkan oleh shigelosis sampai terbukti lain. Sedangkan
kolera, memiliki manifestasi klinis antara lain diare profus seperti cucian
air beras, berbau khas seperti “bayklin/sperma”, umur anak lebih dari 3
tahun dan ada KLB dimana penyebaran pertama pada orang dewasa
kemudian baru pada anak. Sedangkan kasus yang bukan disentri dan
kolera dikelompokkan kedalam diare akut.
2. Diare kronis
Diare kronis yaitu diare yang berlangsung selama 2 minggu atau
lebih. Sedangkan berdasarkan ada tidaknya infeksi, dibagi diare spesifik
dan non spesifik. Diare spesifik adalah diare yang disebabkan oleh
infeksi bakteri, virus, atau parasit. Diare yang disebabkan oleh makanan
disebut diare non spesifik. Berdasarkan organ yang terkena, diare dapat
diklasifikasikan menjadi diare infeksi enteral dan parenteral.
Diare persisten lebih ditujukan untuk diare akut yang melanjut
lebih dari 14 hari, umumnya disebabkan oleh agen infeksi. Sedangkan,
diare kronik lebih ditujukan untuk diare yang memiliki manifestasi klinis
hilang-timbul, sering berulang atau diare akut dengan gejala yang ringan
yang melanjut lebih dari 14 hari, umumnya disebabkan oleh agen non
infeksi.
Sumber:http://alamipedia.com/diare-definisi-klasifikasi-patofisiologi-
etiologi-gejala-diagnosis-terapi/

C. ETIOLOGI
1. Infeksi virus ( rotavirus adenovirus )
2. Bakteri ( Shigella, Salmonella, E.coli, Vibrio )
3. Parasit ( protozoa, E. Histolytica, Balantidium coli )
4. Cacing perut ( Ascariasis, Tichuris, Stongyloides dan jamur Candida )
5. Malabsorbsi : karbohidrat ( intoleransi laktosa), lemak atau protein
6. Makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
7. Immunodefisiensi
8. Psikologis, rasa takut dan cemas 

Penyebab Tidak Langsung :

1. Hygiene dan sanitasi


2. Perilaku masyarakat
3. Lingkugan hidup, rumah, iklim
4. Kasus infeksi yang tinggi
5. Kekurangan enzim
6. Pendidikan dan sosio ekonomi
7. Pengaruh psikis, terkejut, ketakutan.

D. PATOFISIOLOGI
Pada dasarnya diare terjadi oleh karena terdapat gangguan transport terhadap
air dan elektrolit di saluran cerna. Mekanisme gangguan tersebut ada 5
kemungkinan sebagai berikut :
1. Diare Osmotik
Diare osmotik dapat terjadi dalam beberapa keadaan :
a. Intoleransi makanan, baik sementara maupun menetap. Situasi ini
timbul bila seseorang makan berbagai jenis makanan dalam jumlah
yang besar sekaligus.

b. Waktu pengosongan lambung yang cepat


Dalam keadaan fisiologis makanan yang masuk ke lambung
selalu dalam keadaan hipertonis, kemudian oleh lambung di campur
dengan cairan lambung dan diaduk menjadi bahan isotonis atau
hipotonis. Pada pasien yang sudah mengalami gastrektomi atau
piroplasti atau gastroenterostomi, makanan yang masih hipertonik
akan masuk ke usus halus akibatnya akan timbul sekresi air dan
elektrolit ke usus. Keadaan ini mengakibatkan volume isi usus halus
bertambah dengan tiba-tiba sehingga menimbulkan distensi usus,
yang kemudian mengakibatkan diare yang berat disertai hipovolumik
intravaskuler. Sindrom malabsorbsi atau kelainan proses absorbsi
intestinal.
c. Defisiensi enzim
Contoh yang terkenal adalah defisiensi enzim laktase. Laktase
adalah enzim yang disekresi oleh intestin untuk mencerna disakarida
laktase menjadi monosakarida glukosa dan galaktosa. Laktase
diproduksi dan disekresi oleh sel epitel usus halus sejak dalam
kandungan dan diproduksi maksimum pada waktu lahir sampai umur
masa anak-anak kemudian menurun sejalan dengan usia. Pada orang
Eropa dan Amerika, produksi enzim laktase tetap bertahan sampai
usia tua, sedang pada orang Asia, Yahudi dan Indian, produksi enzim
laktase cepat menurun. Hal ini dapat menerangkan mengapa banyak
orang Asia tidak tahan susu, sebaliknya orang Eropa senang minum
susu.
d. Laksan osmotic
Berbagai laksan bila diminum dapat menarik air dari dinding usus ke
lumen. Yang memiliki sifat ini adalah magnesium sulfat (garam
Inggris).
Beberapa karakteristik klinis diare osmotik ini adalah sebagai
berikut:
1) Ileum dan kolon masih mampu menyerap natrium karena natrium
diserap secara aktif. Kadar natrium dalam darah cenderung tinggi,
karena itu bila didapatkan pasien dehidrasi akibat laksan harus
diperhatikan keadaan hipernatremia tersebut dengan memberikan
dekstrose 5 %.
2) Nilai pH feses menjadi bersifat asam akibat fermentasi
karbohidrat oleh bakteri.
3) Diare berhenti bila pasien puasa. Efek berlebihan suatu laksan
(intoksikasi laksan) dapat diatasi dengan puasa 24-27 jam dan
hanya diberikan cairan intravena.

2. Diare sekretorik
Pada diare jenis ini terjadi peningkatan sekresi cairan dan
elektrolit. Ada 2 kemungkinan timbulnya diare sekretorik yaitu diare
sekretorik aktif dan pasif. Diare sekretorik aktif terjadi bila terdapat
gangguan aliran (absorpsi) dari lumen usus ke dalam plasma atau
percepatan cairan air dari plasma ke lumen. Sperti diketahui dinding usus
selain mengabsorpsi air juga mengsekresi sebagai pembawa enzim. Jadi
dalam keadaan fisiologi terdapat keseimbangan dimana aliran absorpsi
selalu lebih banyak dari pada aliran sekresi.
a. Diare sekretorik pasif disebabkan oleh tekanan hidrostatik dalam
jaringan karena terjadi pada ekspansi air dari jaringan ke lumen usus.
Hal ini terjadi pada peninggian tekanan vena mesenterial, obstruksi
sistem limfatik, iskemia usus, bahkan proses peradangan.
b. Diare akibat gangguan absorpsi elektrolit Diare jenis ini terdapat
pada penyakit celiac (gluten enteropathy) dan pada penyakit sprue
tropik. Kedua penyakit ini menimbulkan diare karena adanya
kerusakan di atas vili mukosa usus, sehingga terjadi gangguan
absorpsi elektrolit dan air. Diare akibat hipermotilitas
(hiperperistaltik) Diare ini sering terjadi pada sindrom kolon iritabel
(iritatif) yang asalnya psikogen dan hipertiroidisme. Sindrom
karsinoid sebagian juga disebabkan oleh hiperperistaltik.Diare
eksudatif Pada penyakit kolitif ulserosa, penyakit Crohn, amebiasis,
shigellosis, kampilobacter, yersinia dan infeksi yang mengenai
mukosa menimbulkan peradangan dan eksudasi cairan serta mukus.

E. MANIFESTASI KLINIS DAN DIAGNOSIS


Tanda dan gejala diare selain berupa buang air besar cair juga dapat
disertai dengan muntah, demam, nyeri perut sampai kram. Jika penyakit
diare berlangsung sampai lama tanpa penanggulangan yang akurat dapat
menyebabkan kematian karena kekurangan cairan yang menyebabkan
renjatan hipovolumik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik
yang lanjut. 
Oleh karena kehilangan cairan maka penderita merasa haus, berat badan
berkurang, mata cekung, lidah / mulut kering, tulang pipi menonjol, turgor
kulit berkurang, suara serak. Akibat asidosis metabolik akan menyebabkan
frekuensi pernafasan cepat (pernafasan kussmaul), gangguan kardiovaskuler
berupa nadi cepat, tekanan darah menurun, pucat, akral dingin kadang
sianosis, aritmia jantung, anuria sampai gagal ginjal . Pemeriksaan
penunjang sangat diperlukan untuk mengetahui etiologi maupun komplikasi
yang mungkin terjadi. Pemeriksaan feses lengkap dan kultur tinja diperlukan
untuk mengetahui penyebab diare. Disamping laboratorium juga diperlukan
pemeriksaan radiologi atau endoskopi untuk mengetahui penyebab diare lain
seperti keganasan.

Lampiran gambar
Gambar 1.1 Proses penyebaran penyakit diare.

Gambar 1.2 Bagan mekanisme penyebaran penyakit diare


F. KOMPLIKAI DIARE
1. Dehidrasi
Dehidrasi meliputi dehidrasi ringan, sedang dan berat. Dehidrasi ringan
terdapat tanda atau lebih dari keadaan umumnya baik, mata terlihat
normal, rasa hausnya normal, minum biasa dan turgor kulit kembali
cepat. Dehidrasi sedang keadaan umumnya terlihat gelisah dan rewel,
mata terlihat cekung, haus dan merasa ingin minum banyak dan turgor
kulitnya kembali lambat. Sedangkan dehidrasi berat keadaan umumnya
terlihat lesu, lunglai atau tidak sadar, mata terlihat cekung, dan turgor
kulitnya kembali sangat lambat > 2 detik. (Depkes RI, 2008)
2. Hipernatremia
Hipernatremia biasanya terjadi pada diare yang disertai muntah, menemu

bahwa 10,3% anak yang menderita diare akut dengan dehidrasi


berat mengalami hipernatremia.
3. Hiponatremia
Hiponatremia terjadi pada anak yang hanya minum air putih saja atau
hanya mengandung sedikit garam, ini sering terjadi pada anak yang
mengalami infeksi shigella dan malnutrisi berat dengan edema.
4. Hipokalemia
Hipokalemia terjadi karena kurangnya kalium (K) selama rehidrasi yang
menyebakan terjadinya hipokalemia ditandai dengan kelemahan otot,
peristaltik usus berkurang, gangguan fungsi ginjal, dan aritmia.
5. Demam
Demam sering ditemui pada kasus diare. Biasanya demam timbul jika
penyebab diare berinvansi ke dalam sel epitel usus. Bakteri yang masuk
ke dalam tubuh dianggap sebagai antigen oleh tubuh. Bakteri tersebut
mengeluarkan toksin lipopolisakarida dan membran sel. Sel yang
bertugas menghancurkan zat-zat toksik atau infeksi tersebut adalah
neutrofil dan makrofag dengan cara fagosistosis. Sekresi fagosik
menginduksi timbulnya demam
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DIARE
1. Pemeriksaan fisik
2. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan natrium dan kalium
b. analisa gas darah/elektrolit (bila dicurigai ada gangguan
keseimbangan asam basa),
c. kultur tinja/feses
d. endoskopi
e. Urin
f. uji aktivitas tripsin
Evaluasi laboratorium pasien tersangka diare infeksi biasanya
dimulai dari pemeriksaan feses. Kotoran biasanya tidak mengandung
leukosit, jika ada, dianggap sebagai penanda inflamasi kolon baik
infeksi maupun non-infeksi. Sampel harus diperiksa sesegera
mungkin karena neutrofil cepat berubah. Sensitivitas leukosit feses
terhadap inflamasi patogen (Salmonella, Shigella, dan Campylobacter)
yang dideteksi dengan kultur feses bervariasi dari 45% -95% tergantung
pada jenis patogennya(Amin, 2015; IDAI, 2010).Penanda yang lebih
stabil untuk inflamasi intestinal adalah laktoferin. Laktoferin
adalah glikoprotein bersalut besi yang dilepaskan neutrofil,
keberadaannya dalam feses menunjukkan inflamasi kolon. Positif
palsu dapat terjadi pada bayi yang minum ASI. Pada suatu studi,
laktoferin feses dideteksi menggunakan uji aglutinasi lateks komersial,
sensitivitasnya 83-93% dan spesifisitas 61-100% terhadap Salmonella,
Campylobacter, atau Shigella spp, yang dideteksi dari biakan
kotoran(Amin, 2015).
3. Parameter
a. WBC
b. Keseimbangan Natrium dan kalium
c. PH
d. Kadar urin
e. Hasil biakan darah
f. Hasil pemeriksaan feses.

4. Nilai normal pada individu yang sakit


a. WBC: 4.000-12.000
b. Na+ (56-105 mEq/l) Kalium (2526 mEq/l)
c. PH normal <6
d. Hemoglobin: 13-16 g/dl
e. Hematokrit: 40-48 vol%

5. Nilai parameter yang diperiksa pada individu yang sakit


a. Hasil pemeriksaan pada anak penderita diare:
WBC: >1.200
b. Makroskopik pada tinja: Bentuk tinja encer dan <250 mg dalam
sehari
c. Mikroskopik pada tinja: Natrium <56 mEq/l, Kalium <25 mEq/l
d. PH dan kadar gula dalam tinja: PH normal <6, gula tinja, normalnya
tidak terjadi gula dalam tinja.
e. Kadar urin dan kreatinin: urin >40 mg/dl menandakan adanya
dehidrasi, kreatinin >1,5 mg/dl menunjukan adanya penurunan fungsi
ginjal.
f. Hasil biakan darah: Hemoglobin <13 g/dl, hematokrit <40 vol%

6. Nilai Abnormal Pada Individu Yang Sakit


Seorang anak yang menderita diare akan mengalami peningkatan suhu
badan, peningkatan pada WBC, PH >6 , serta mengalami penurunan
drastis pada hemoglobin dan hematokrit.
H. PENATALAKSAAN DAN PENGOBATAN DIARE
Dasar pengobatan diare adalah :
1. Pemberian cairan: jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah
pemberianya.
a. Cairan per oral. Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang
cairan diberikan per oral berupa cairan yang berisikan NaCL dan
NaHCO3, KCL dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak
di atas umur 6 bulan kadar natrium 90 mEq/L.Formula lengkap
sering disebut oralit.Cairan sederhana yang dapat dibuat sendiri
(formula tidak lengkap) hanya mengandung garam dan gula (NaCL
dan sukrosa), atau air tajin yang diberi garam dan gula untuk
pengobatan sementara di rumah sebelum dibawa berobat ke rumah
sakit/pelayanan kesehatan untuk mencegah dehidrasi lebih jauh
b. Cairan parental. Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang
diperlukan sesuai dengan kebutuhan pasien misalnya untuk bayi atau
pasien yang MEP. Tetapi kesemuanya itu bergantung tersedianya
cairan setempat. Pada umumnya cairan ringer laktat (RL) selalu
tersedia di fasilitas kesehatan dimana saja. Mengenai pemberian
cairan seberapa banyak yang diberikan bergantung dari berat
/ringanya dehidrasi, yang diperhitungkan dengan kehilangan cairan
sesuai dengan umur dan berat badannya
c. Pemberian cairan pasien malnutrisi energi protein (MEP) tipe
marasmik. Kwashiorkor dengan diare dehidrasi berat, misalnya
dengan berat badan 3-10 kg, umur 1bln-2 tahun, jumlah cairan 200
ml/kg/24jam. Kecepatan tetesan 4 jam pertama idem pada pasien
MEP.Jenis cairan DG aa. 20 jam berikutnya: 150 ml/kg BB/20 jam
atau 7 ml/kg BB/jam atau 1 ¾ tetes/kg/BB/menit ( 1 ml= 15 menit)
atau 2 ½ tetes /kg BB/menit (1 ml=20 tetes). Selain pemberian cairan
pada pasien-pasien yang telah disebutkan masih ada ketentuan
pemberian cairan pada pasien lainya misalnya pasien
bronkopneumonia dengan diare atau pasien dengan kelainan jantung
bawaan, yang memerlukan caiaran yang berlebihan pula. Bila
kebetulan menjumpai pasien-pasien tersebut sebelum memasang
infuse hendaknya menanyakan dahulu pada dokter.
2. Dietetik (cara pemberian makanan).
Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan berat
badan kurang dari 7 kg jenis makanan
a. Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandug laktosa rendah dan
asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, almiron atau sejenis lainya)
b. Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim), bila
anak tidak mau minum susu karena di rumah tidak biasa.
c. Susu kusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan
missalnya susu yang tidsk mengandung laktosa atau asam lemak yang
berantai sedang atau tidak jenuh.
3. Obat-obatan. Prinsip pengobatan diare ialah menggantikan cairan yang
hilang melalui tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang
mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain (gula,air tajin,
tepung beras dan sebagainya).
4. Terapi farmakologik
a. Antibiotik, pengobatan yang tepat terhadap penyebab diare diberikan
setelah diketahui penyebab diare dengan memperhatikan umur
penderita, perjalanan penyakit, sifat tinja. Pada penderita diare,
antibiotic boleh diberikan bila :
1) Ditemukan bakteri patogen pada pemeriksaan mikroskopik dan
atau biakan.
2) Pada pemeriksaan mikroskopis dan atau mikroskopis ditemukan
darah pada tinja.
3) Secara kinis terdapat tanda-tanda yang menyokong adanya
infeksi maternal.
4) Di daerah endemic kolera.
5) Neonatus yang diduga infeksi nosokomia
b. Obat antipiretik
Obat antipiretik seperti preparat salisilat (asetosol, aspirin) dalam
dosis rendah (25 mg/ tahun/ kali) selain berguna untuk menurunkan
panas akibat dehidrai atau panas karena infeksi, juga mengurangi
sekresi cairan yang keluar bersama tinja.
c. Pemberian Zinc Pemberianzinc selama diare terbuki mampu
mengurangi lama dan tingkat keparah diare, mengurangi frekuensi
buang air besar (BAB), mengurangi volume tinja, serta menurunkan
kekambuhan diare pada tiga bulan berikutnya.

I. SOAL
1. Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair,
bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya
(tiga kali atau lebih) dalam satu hari.
Definisi tersebut merupakan definisi dari ….
a. DepKes RI 2011
b. WHO
c. Potter & Perry
d. Abraham maslow
e. Florence Nightingale
2. Diare yang bersifat mendadak, berhenti secara cepat atau maksimal
berlangsung sampai 2 minggu merupakan ciri-ciri diare ….
a. Diare kronis
b. Diare akut
c. Diare biasa
d. Diare mendadak
e. Diare infeksi
3. Berdasarkan etiologinya bakteri apa sajakah yang bisa menyebabkan
diare ….
a. rotavirus adenovirus
b. protozoa, E. Histolytica, Balantidium coli
c. Shigella, Salmonella, E.coli, Vi
d. Ascariasis, Tichuris, Stongyloides dan jamur Candida
e. Plasmodium SP
4. Pada diare sekretorik pasif disebabkan oleh ….
a. adanya kerusakan di atas vili mukosa usus
b. adanya hiperperistaltik
c. timbulnya peradangan dan eksudasi cairan serta mucus
d. adanya tekanan hidrostatik dalam jaringan
e. gangguan absorpsi elektrolit dan air
5. Tanda dan gejala diare selain berupa buang air besar cair juga dapat
disertai dengan ….
a. merasa haus, berat badan berkurang
b. mata cekung, lidah / mulut kering
c. turgor kulit berkurang, suara serak
d. kejang dan merasa flu
e. muntah, demam, nyeri perut sampai kram
6. Dalam pengobatan yang tepat terhadap penyebab diare dapat diberikan
setelah diketahui penyebab diare dengan memperhatikan ….
a. umur penderita, perjalanan penyakit dan sifat tinja
b. jenis kelamin
c. status sosial dan budaya
d. golongan ASKES
e. spiritual/keyakinan
7. Pada dasarnya diare terjadi oleh karena ….
a. Kurangnya kadar HB darah
b. karena terdapat gangguan transport terhadap air dan elektrolit
di saluran cerna
c. faktor genetik
d. Hormone insulin yang tidak lengkap
e. kebiasaan membaca dan bermain gadget di tempat yang gelap 
8. Obat antipiretik seperti preparat salisilat (asetosol, aspirin) dalam dosis
rendah berguna untuk ….
a. mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan diare pada
tiga bulan berikutnya
b. menurunkan panas dan flu
c. menurunkan panas akibat dehidrai atau panas karena infeksi
dan mengurangi sekresi cairan yang keluar bersama tinja.
d. Menghilangkan sakit kepala dan batuk
e. Menghilangkan nyeri perut.

J. JAWABAN DAN PEMBAHASAN.


1. (A. DepKes RI 2011)
 Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair,
bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari
biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari (DepKes RI 2011).
SUMBER : http://repository.unimus.ac.id/1769/4/BAB%20II.pdf
2. (B. Diare akut)

 Diare akut yaitu diare karena infeksi usus yang bersifat mendadak,
berhenti secara cepat atau maksimal berlangsung sampai 2 minggu,
namun dapat pula menetap dan melanjut menjadi diare kronis. Hal ini
dapat terjadi pada semua umur dan bila menyerang bayi biasanya
disebut gastroenteritis infantil. Penyebab tersering pada bayi dan
anak-anak adalah intoleransi laktosa.

3. (C. Shigella, salmonella, e.coli, Vibrio)


 Karena berdasarkan etiologinya ada beberapa virus, parasit, cacing
perut bahkan bakteri yang menyebabkan diare yaitu:
 Infeksi virus ( rotavirus adenovirus )
 Bakteri ( Shigella, Salmonella, E.coli, Vibrio )
 Parasit ( protozoa, E. Histolytica, Balantidium coli )
 Cacing perut ( Ascariasis, Tichuris, Stongyloides dan jamur
Candida )
4. (D. adanya tekanan hidrostatik dalam jaringan)
 Diare sekretorik pasif disebabkan oleh tekanan hidrostatik dalam
jaringan karena terjadi pada ekspansi air dari jaringan ke lumen usus.
Hal ini terjadi pada peninggian tekanan vena mesenterial, obstruksi
sistem limfatik, iskemia usus, bahkan proses peradangan.
5. (E. muntah, demam, nyeri perut sampai kram)
 Tanda dan gejala diare selain berupa buang air besar cair juga dapat
disertai dengan muntah, demam, nyeri perut sampai kram. Jika
penyakit diare berlangsung sampai lama tanpa penanggulangan yang
akurat dapat menyebabkan kematian karena kekurangan cairan yang
menyebabkan renjatan hipovolumik atau gangguan biokimiawi
berupa asidosis metabolik yang lanjut. 
6. (A. umur penderita, perjalanan penyakit dan sifat tinja)
 pengobatan yang tepat terhadap penyebab diare diberikan setelah
diketahui penyebab diare dengan memperhatikan umur penderita,
perjalanan penyakit, sifat tinja karena jika salah dalam pemberian
obat atau dosis kemungkinan yang akan terjadi pada pasien yaitu
overdosis.
7. (B. karena terdapat gangguan transport terhadap air dan elektrolit
di saluran cerna)
Pada dasarnya diare terjadi oleh karena terdapat gangguan transport
terhadap air dan elektrolit di saluran cerna. Mekanisme gangguan
tersebut ada 5 kemungkinan yaitu karena Intoleransi makanan, baik
sementara maupun menetap, Waktu pengosongan lambung yang cepat,
Defisiensi enzim, Laksan osmotic.
8. (C. menurunkan panas akibat dehidrai atau panas karena infeksi
dan mengurangi sekresi cairan yang keluar bersama tinja.)
Menurut Suraatmaja (2007), obat antipiretik seperti preparat salisilat
(asetosol, aspirin) dalam dosis rendah (25 mg/ tahun/ kali) selain berguna
untuk menurunkan panas akibat dehidrai atau panas karena infeksi, juga
mengurangi sekresi cairan yang keluar bersama tinja.
K. KESIMPULAN
Diare adalah buang air besar (defikasi) dengan jumlah yang lebih banyak
dari biasanya (normal 100-200 ml perjam tinja), tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai ferkuensi defikasi.
Penyalitm diare ditimbulkan oleh makanan, minuman, virus, dan bakteri, dan
juga alcohol. Kuman oenyakit diare ditularkan melalui air dan makanan,
tangan yang kotor, berak sebarang tempat dan botol susu yang kurang bersih.
Diaere terbagi dua berdasarkan mula dan lamanya yaitu ; diare akut dan
kronik. Penyakit diare ditandai dengan adanya berak encer, biasanya 3x atau
lebih dalam sehari, disertai muntah, badan lesu dan lemah, tidak mau makan,
panas. Bahaya dari pada diare itu adalah banyaknya kehilangan cairan tubuh,
dan menyebabkan kematian.
Usaha untuk mengatasi diare yaitu dengan cara memberi minum larutan
oralit, biasanya juga larutan gula garam (LGG). Yang harus diperhatikan
dalam pemberian makanan dan minuman pada penderita diare yaitu
Jangan dipuasakan, pemberian ASI, pemberian air sayur, buah bila
penderita menimbulkan gejala diare. Cadra pencegahan penyakit diare yaitu
dengan cara pemberian ASI, makanan, pemberian air bersih, berak pada
tempatnya, kebersihan perorangan , kebersihan makanan dan minuman.
DAFTAR PUSTAKA
 Daldiyono. Diare. Dalam : Sulaiman A, Daldyono. Akbar N (ed).
Gastroenterologi Hepatologi. Infomedika Jakarta. 1990: 21-33.
 Nelwan RHH. Penatalaksanaan diare dewasa di milenium baru.
Prosiding simposium Current Diagnosis and Treatment in Internal
Medicine. Balai Penerbit FKUI.Jakarta.2001:49-55.
 Sumber: http://repository.unimus.ac.id/1769/4/BAB%20II.pdf
 Sumber : http://scholar.unand.ac.id/35276/2/BAB%20I.pdf
 Sumber : http://repository.unimus.ac.id/1769/4/BAB%20II.pdf
 Sumber:http://alamipedia.com/diare-definisi-klasifikasi-patofisiologi-
etiologi-gejala-diagnosis-terapi/
 Eka Novita Dewi, Diare pada kasus., Falkutas Ilmu Kesehatan UMP,
2005
 Adisasmito, W. (2007) Faktor Resiko Diare Pada Bayi Dan Balita Di
Indonesia Jakarta : Falkutas Kesehatan Masyarakat UI

Anda mungkin juga menyukai