Anda di halaman 1dari 50

PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP KEWIRAUSAHAAN SERTA

KETERAMPILAN KEJURUAN TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA


SISWA KELAS XI DAN XII KOMPETENSI KEAHLIAN BISNIS
KONSTRUKSI DAN PROPERTI SMKN 1 JENANGAN PONOROGO

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH
WIDA ROBIN MUSTOFA
NIM 150521604413

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengangguran adalah salah satu masalah yang utama dan tengah


dialami oleh bangsa Indonesia. Dengan masuknya era Masyarakat
Ekonomi Asean (MEA), maka tenaga kerja asing akan ikut masuk dengan
mudahya ke Indonesia dan menjadi pesaing bagi warga negara Indonesia.
Terjadinya pengangguran disebabkan karena lapangan pekerjaan yang
tersedia tidak bisa menampung banyaknya pencari pekerjaan dalam artian
jumlah lapangan pekerjaan tidak sebanding dengan jumlah pencari
pekerjaan, yang merasakan ini bukan hanya warga negara Indonesia, tetapi
fenomena ini terjadi di semua negara dan ini terjadi pada berbagai sektor
seperti pertambangan, industri bahkan transportasi (Saiman, 2009).
Berdasarkan data Badan Pusat Statisik (BPS), penyumbang
pengangguran tertinggi adalah lulusan Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK). Angka pengangguran yang awalnya 8,92% pada bulan Februari
2018 meningkat menjadi 11,41% pada bulan Agustus 2018. Dibandingkan
dengan lulusan lainya yang setara yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA,
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) lebih tinggi angka pengangguranya.
Angka pengangguran dari lulusan SD pada Agustus 2018 sebesar 2,43%,
lulusan SMP (4,8%), lulusan SMA (7,95%), dan lulusan Sarjana (5,89%).
Sedangakan untuk lulusan kompetensi keahlian bisnis konstruksi dan
properti tingkat pengangguran terbilang tinggi berdasarkan data dari
sekolah. Hal ini disebabkan karena lapangan pekerjaan tidak sebanding
dengan banyaknya siswa SMK yang lulus dan siap kerja.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 2006, standar kompetensi lulusan pada Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) yaitu menghasilkan lulusan yang siap menjadi tenaga
kerja atau berwirausaha dan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi
sesuai dengan kejuruanya. Lulusan SMK menciptakan lulusan yang siap
bersaing dalam dunia kerja, sehingga siswa lulusan SMK bisa langsung
kerja dan dapat meningkatkan ekonomi melalui kewirausahaan.
Berdasarkan hasil awal observasi yang dilakukan di SMKN 1
Jenangan Ponorogo, pada kompetensi keahlian bisnis konstruksi dan
properti selain melanjutkan ke perguruan tinggi lulusan SMK ini juga
banyak yang bekerja tidak sesuai dengan teknik kejuruanya, dan banyak
yang masih menganggur. Di bawah ini adalah jumlah tingkat
pengangguran lulusan SMKN 1 Jenangan Ponorogo.

Tabel Tingkat pengangguran lulusan BKP SMKN 1 Jenangan Ponorogo

Bekerja
Bekerja
Melamjutkan Belum Tidak
No Tahun Sesuai
Kuliah Bekerja Sesuai
Jurusan
Jurusan
1. 2017 2 5 12 15
2. 2018 7 7 10 10
3. 2019 9 6 11 8
Jumlah 18 18 33 33
Sumber : Data TU SMKN 1 Jenangan Ponorogo
Dari gambaran sementara ini, masih belum banyak siswa yang
berminat berwirausaha apalagi berwirausaha yang sesuai kejuruanya.
Minat berwirausaha tidak muncul begitu saja, melainkan muncul dari
faktor-faktor yang mempengaruhinya. Menurut Abdullah (2013) minat
berwirausaha dipengaruhi oleh (1) Demografi sosial, (2) Sikap, (3)
Penerimaan, dan (4) Pengetahuan.
Pengaruh pendidikan kewirausahaan menjadi aspek penting untuk
menumbuhkan minat berwirausaha untuk para generasi muda (Kourilsky
dan Walstad, 1998). Pengetahuan kewirausahaan sangat penting diajarkan
kepada siswa SMK. Jika pengetahuan kewirausahaan yang diajarkan oleh
guru terserap dengan baik oleh siswa, maka akan menumbuhkan minat
untuk berwirausaha.
Pihak Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) bertanggung jawab
dalam mendidik siswanya serta memberikan motivasi sehingga siswa
tumbuh minat untuk berwirausaha serta berani dengan resikonya. Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) sebagai penyedia fasilitas kewirausahaan,
akan sulit mencapai tujuan dalam menciptakan lulusan yang berani
berwirausaha bila dalam diri siswa tersebut tidak ada minat untuk
berwirausaha. Jadi masalah yang dihadapi SMK adalah bagaimana cara
menumbuhkan minat berwirausaha pada siswa sehingga ketika siswa lulus
nanti siswa bukan hanya fokus untuk melamar pekerjaan, tetapi disisi lain
siswa harus punya visi untuk menghadirkan lapangan pekerjaan baru
sebagai wirausahawan.
Pengetahuan kewirausahaan memang penting dalam
menumbuhkan minat berwirausah, tetapi selain pengetahuan banyak faktor
lain yang bisa mempengaruhi minat berwirausaha, seperti keterampilan
dan sikap kewirausahaan. Hal tersebut juga dikemukakan oleh Suryana
(2009) bahwa untuk jadi wirausahawan yang berhasil harus punya jiwa
dan watak kewiraushaan, dan kedua faktor tersebut dipengaruhi oleh
keahlian khusus, yang mana hal tersebut ditentukan dari pengetahuan dan
pengalaman usaha. Keterampilan yang dimaksud adalah keterampilan
kejuruan yang didapat dari SMK sesuai kompetensi keahlian yang diambil.
Menurut Sutanto (2002) seorang wirausahawan atau entrepreneur
harus punya sikap atau mental pejuang yang kuat dan berani akan
kegagalan serta berani dan siap bertanggung jawab atas konsekuensi dari
apa yang telah dipilihnya. Sikap inilah yang akan menjadikan diri
pengusaha untuk dapat mengatasi masalah yang ada dan terus
berkembang.
Sikap kewirausahaan dapat dibentuk melalui pengalaman, seperti
masuk ke dalam dunia kerja dan mencontoh seseorang yang telah berhasil
dalam berwirausaha. Hal tersebut sesuai seperti yang dikemukakan
Suharyono (2017) bahwa untuk membentuk sikap dan perilaku
kewirausahaan perlu dilakukan 2 pendekatan : (1) masuk ke dalam dunia
kerja yang sebenarnya untuk belajar atau disebut magang. (2) diminta
belajar dari kegagalan dan keberhasilan seorang yang sudah terjun ke
dunia usaha serta amati bagaimana karakteristik orang tersebut.
Penerapanya dalam dunia nyata adalah dengan menciptakan
lapangan pekerjaan berdasarkan ilmu keterampilan yang telah didapatkan
dari sekolah kejuruan. Harnanik (2015) menyatakan untuk mengarahkan
anak didik agar memiliki pola pikir berwirausaha adalah menanamkan
mindset pada anak bahwa membangun usaha sendiri lebih baik daripada
berharap ata mencari pekerjaan dari individu lain. Untuk menumbuhkan
jiwa berwirausaha pada siswa SMK maka yang harus tertanam terlebih
dahulu adalah minat berwirausaha itu sendiri. Minat berwirausaha
menjadikan seseorang lebih semangat dalam mengoptimalkan segala
peluang usaha untuk membuatnya berhasil.
Permasalahan diatas sangat penting untuk dirumuskan solusinya
agar minat berwirausaha siswa meningkat, jika tidak maka dikhawatirkan
lulusan SMK ini hanya berfokus pada mencari pekerjaan bukan
menciptakanya, dan jangka panjangnya akan bepeluang besar
menimbulkan pengangguran karena siswa hanya berfokus mencari
pekerjaan, sedangkan tidak semua siswa bisa mendapatkan pekerjaan,
karena kurangnya lapangan pekerjaan yang sesuai dengan kejuruanya.

Dari latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian


“Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Kewirausahaan serta
Keterampilan Kejuruan Terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas
XI dan XII Kompetensi Keahlian Bisnis Konstruksi dan Properti
Smkn 1 Jenangan Ponorogo”.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana pengetahuan kewirausahaan pada siswa kelas XI dan XII
Kompetensi Keahlian Bisnis Konstruksi dan Properti Smkn 1 Jenangan
Ponorogo ?
2. Bagaimana keterampilan kejuruan pada siswa kelas XI dan XII
Kompetensi Keahlian Bisnis Konstruksi dan Properti SMKN 1 Jenangan
Ponorogo ?
3. Bagaimana sikap kewirausahaan pada siswa kelas XI dan XII Kompetensi
Keahlian Bisnis Konstruksi dan Properti SMKN 1 Jenangan Ponorogo ?
4. Apakah ada pengaruh pengetahuan kewirausahaan, keterampilan kejuruan,
dan sikap kewirausahaan terhadap minat berwirausaha pada siswa kelas XI
dan XII Kompetensi Keahlian Bisnis Konstruksi dan Properti SMKN 1
Jenangan Ponorogo ?

C. Hipotesis
Dalam penelitian ini diambil hipotesis sebagai berikut :
Ha : Ada pengaruh pengetahuan kewirausahaan, keterampilan
kejuruan dan sikap kewirausahaan terhadap minat berwirausaha pada
siswa kelas XI dan XII Kompetensi Keahlian Bisnis Konstruksi dan
Properti SMKN 1 Jenangan Ponorogo

D. Manfaat Penelitian
Harapan penelitian ini adalah pengetahuan kewirausahaan,
keterampilan kejuruan dan sikap kewirausahaan dapat meningkatkan
minat berwirausaha siswa Kompetensi Keahlian Bisnis Konstruksi dan
Properti SMKN 1 Jenangan Ponorogo.
1. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
masyarakat sehingga dapat dijadikan acuan bagi pemerintah untuk
membangun progam kewirausahaan seperti seminar dan pelatihan
kewirausahaan sehingga bisa meningkatkan pengetahuan, dan sikap
kewirausahaan serta keterampilan agar menumbuhkan minat berwirausaha.
2. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas
yang berkaitan dengan pengetahuan kewirausahaan, keterampilan kejuruan
dan sikap kewirausahaan terhadap minat berwirausaha pada siswa kelas XI
dan XII Kompetensi Keahlian Bisnis Konstruksi dan Properti SMKN 1
Jenangan Ponorogo.
.
E. Definisi Operasional
Definisi operasional bertujuan untuk menjelaskan kata yang menjadi inti
pembahasan pada penelitian ini. Berikut definisi operasional yang dimaksud :
1. Pengetahuan kewirausahaan merupakan hasil dari proses melihat,
mengamati lalu mempelajari apa yang dilakukan oleh seorang wirausahaan
sehingga tahu tentang kewirausahaan. Indikator untuk mengukur
pengetahuan kewirausahaan pada siswa diperoleh dari tes pengetahuan
tentang kewirausahaan.
2. Keterampilan kejuruan yaitu kemampuan untuk mengerjakan atau
melaksanakan sesuatu dengan cara paling cepat dan hasil baik yang
dipraktekkan untuk mencapai tujuan sesuai bidang atau kejuruan yang
dipelajari. Indikator untuk mengukur keterampilan kejuruan diperoleh dari
nilai praktek keterampilan pada kompetensi keahlian bisnis konstruksi dan
properti.
3. Sikap kewirausahaan merupakan suatu kondisi psikologis dari dalam diri
seseorang yang tidak terlihat tapi bisa diamati setelah direalisasikan
menjadi perilaku. Indikator sikap kewirausahaan meliputi : (1) Komitmen
dan tekad berwirausaha, (2) Tanggung jawab atas usaha-usaha yang
dilakukanya, (3) Ambisi untuk mencari peluang, (4) Tahan terhadap
resiko, (5) Percaya diri, (7) Kemampuan dalam memimpin. Pengukuran ini
berbentuk observasi
4. Minat berwirausaha merupakan keinginan dari dalam diri seseorang untuk
menjadi seorang wirausaha. Indikator diukur melalui angket
BAB II

Kajian Pustaka

F. Deskripsi Teoritis
1. Pengetahuan Kewirausahaan

Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan adalah hasil dari


ingatan tentang mempelajari sesuatu dan menjadikanya menjadi tahu. ini
terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu fenomena
tertentu. Menurut Bloom (2004) pengetahuan merupakan suatu hal yang
pernah dilihat, dirasakan,dan didengar yang tersimpan di dalam otak.
Menurut Djaali (2012) pengetahuan adalah kemampuan untuk mengingat
dan mengulangi hal-hal yang telah dilihat, dirasakan dan didengar
sebelumnya. Berdasarkan beberapa penjelasan para ahli, dapat
disimpulkan bahwa pengetahuan adalah kemampuan dalam hal mengolah
informasi yang pernah dilihat, dirasakan, dan dipelajari.
Kewirausahaan merupakan pengelana, berani mengambil peluang,
pemborong, pengusaha, orang yang membangun usaha pada bidang
tertentu, dan orang yang menjual hasil dari apa yang diciptakanya
(Hendro, 2011). Sedangkan menurut Hisrich (2001) kewirausahaan adalah
sebuah proses penciptaan, menambah nilai suatu barang yang tidak
berharga menjadi berharga, dan menambah nilai jasa dengan tujuan untuk
memperkaya diri serta siap menanggung resiko dalam hal modal dan
waktu. Hisrich (2001) juga mengugkapkan bahwa kewirausahaan adalah
proses membuat sesuatu yang belum terpikirkan pada nilai suatu barang
atau jasa menggunakan waktu dan usaha, serta menanggung resiko materi,
mental, dan fisik. Menerima keuntungan dan kepuasan diri. Kemudian,
menurut Saiman (2009) kewirausahaan adalah menciptakan usaha atau
bisnis berdasarkan kemampuan yang dimiliki. Kewirausahaan adalah suatu
upaya membangun sesuatu hal yang baru yang belum terpikirkan dan
dapat bermanfaat untuk banyak orang (Hendro, 2011). Dari penjelasan
tersebut dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan adalah suatu upaya
untuk menciptakan sesuau yang baru baik berupa barang atau jasa yang
membuatnya lebih berharga, serta berharap mendapat keuntungan serta
siap dengan resiko yang ada
Dari dekripsi pengetahuan dan deskripsi kewirausahaan yang telah
dijabarkan diatas maka dapat diartikan, pengetahuan kewirausahaan adalah
kemampuan dalam mengolah informasi tentang kewirausahaan yang
pernah dipelajari sehingga bisa mendukung seseorang untuk masuk dalam
bagian dunia wirausaha. Sejalan dengan pernyataan Mustofa (2014) bahwa
pengetahuan kewirausahaan adalah kemampuan manusia untuk
menciptakan hal baru dengan cara berpikir kreatif dan imajinatif. Sehingga
ide-ide yang tercipta bisa membuka kemungkinan - kemungkinan jenis
usaha baru dan bisa dipergunakan dengan baik.
Indikator pengetahuan kewirausahaan menurut definisi yang telah
dijelaskan : (1) Berani mengambil resiko, (2) Menganalisis peluang usaha,
(3) Menciptakan inovasi, dan (4) Berpikir kreatif. Indikator untuk
mengukur pengetahuan kewirausahaan pada penelitian ini diperoleh
melalui dokumentasi nilai mata pelajaran kewirausahaan pada siswa kelas
XI dan XII SMKN 1 Jenangan Ponorogo kompetensi keahlian bisnis
konstruksi dan properti
Belajar kewirausahaan menekankan pembentukan cara berpikir
seseorang (Winarsih,2014). Jika seseorang menguasai pengetahuan
kewirausahaan maka seseorang tersebut akan berani mengambil resiko
untuk memulai sebuah bisnis atau usaha. Mustofa (2014) juga berpendapat
bahwa pengetahuan kewirausahaan mempengaruhi minat berwirausaha
secara positif (2007) juga menyimpulkan pendidikan kewirausahaan
berpengaruh positif terhadap minat berwirausaha.
Sesuai dengan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan kewirausahaan adalah pengetahuan yang didapat dan
dipunyai seorang individu dengan belajar pendidikan kewirausahaan
sehingga dimasa depan bisa memudahkan seorang individu melakukan
inovasi usaha dan siap terjun dalam bidang wirausaha. Pengetahuan
Kewirausahaan salah satu aspek yang penting untuk menumbuhkan minat
berwirausaha. Untuk mencapai keberhasilan dalam berwirausaha maka
seseorang harus (1) Berani mengambil resiko, (2) Bisa menganalisis
peluang usaha, (3) Menciptakan inovasi, dan (4) dapat berpikir kreatif.
Pengetahuan kewirusahaan mempengaruhi cara seseorang untuk
berwirausaha, dan merupakan salah satu aspek penting yang
mempengaruhi minat berwirausaha. Pengetahuan kewirausahaan bisa
didapatkan dari pendidikan di sekolah maupun diluar sekolah.
Pengetahuan kewirausahaan disekolah didapatkan dalam mata pelajaran
kewirausahaan, sedangkan dari luar sekolah diperoleh dari pengalaman,
serta belajar dari senior - senior yang telah sukses dalam berwirausaha.

2. Keterampilan Kejuruan

Keterampilan merupakan kemampuan untuk melakukan suatu


pekerjaan dengan efisien, cepat dan benar (Widiastuti, 2010). Sedangkan
menurut Amirullah (2003) istilah terampil juga diartikan sebagai suatu
perbuatan atau tugas, dan sebagai indikator dari suatu tingkat kemahiran.
Jadi dapat disimpulkan keterampilan adalah perbuatan seseorang dalam
mengerjakan suatu pekerjaan secara mudah dan cermat.
Menurut Amung (2000) keterampilan adalah tingkat tercapainya
suatu tujuan secara efisien dan stabil. Menurut Amirullah (2003)
keterampilan gerak berdasarkan faktor keturunan dan latar belakang dapat
dibagi dua yaitu: (a) keterampilan phylogenetic, bakat yang bisa
berkembang sampai anak itu dewasa. (b) keterampilan ontogenetic,
keterampilan ini didapat dari hasil kerja keras melatih diri dan dari
pengalaman yang didapat. Dari pernyataan diatas bisa disimpulkan bahwa
untuk menguasai keterampilan perlu memperhatikan beberapa faktor:
pertama faktor dari dalam diri, yaitu dorongan hati dan stimulus yang
besar untuk sampai pada tingkat keterampilan yang baik. Kedua, faktor
proses pembelajaran yang disesuaikan dengan kapasitas serta lingkungan
juga ikut andil dalam kemahiran keterampilan seseorang. Ketiga, faktor
kesesuaian cara mendidik anak dalam melatih keterampilan
Kejuruan adalah pendidikan yang bertujuan untuk mendidik anak
mempelajari keahlian khusus seperti pabrikasi, pertanian, kelistrikan,
otomotif, sipil, telekomunikasi dan sebagainya (Snedden,1917). Kejuruan
adalah pendidikan yang diperuntukkan bagi para siswa yang merancang
karir di masa depan pada keahlian tertentu untuk bekerja secara kreatif.
Keterampilan kejuruan adalah kemampuan seseorang untuk mampu
menguasai suatu keahlian dan fokus pada keahlian tersebut. Dalam
penelitian ini keahlian yang diambil adalah kontruksi kayu.
Menurut Mulyadi (2006) Menyatakan bahwa tingkat tercapainya
tujuan suatu program dari sudut pandang keterampilan bisa dilihat dari
beberapa indikator yaitu : (1) Mampu mendemonstrasikan keterampilanya
dalam melakukan suatu kegiatan, (2) Keterampilan menciptakan sesuatu
yang berhubungan dengan apa yang telah dipelajari, dan (3) Bereksplorasi
dan mengembangkan gagsan dan menunjukan inovasi dan kreasi.
Indikator untuk mengukur keterampilan kejuruan pada penelitian ini
diperoleh melalui dokumentasi nilai praktek mata pelajaran kejuruan pada
siswa SMKN 1 Jenangan Ponorogo jurusan teknik bisnis konstruksi dan
properti
Menurut Jamal (2009) keterampilan dan kewirausahaan
mempunyai ikatan. Keterampilan bisa dijadikan modal untuk
berwirausaha. Artinya, jika keterampilan tertentu dikuasai bisa membuka
peluang dalam berwirausaha, sehingga mempengaruhi minat
berwirausaha. Sesuai dengan pernyataan Jamal (2009) mengemukakan
bahwa keterampilan kejuruan mempengaruhi minat berwirausaha secara
positif.
Dari beberapa hal tersebut dapat disimpulkan keterampilan
kejuruan adalah keahlian seseorang yang mampu menguasai pekerjaan
tertentu dengan efisien dan cermat. Keterampilan kejuruan menjadi aspek
penting yang dibawa untuk berwirausaha. Jika suatu keterampilan dikuasai
dan diolah secara kreatif maka keterampilan tersebut dapat dijadikan
peluang berwirausaha sehingga mempengaruhi minat berwirausaha
seseorang. Untuk mencapai keberhasilan dalam berwirausaha dari sudut
pandang keterampilan maka seseorang harus (1) Mampu
mendemonstrasikan keterampilanya dalam melakukan suatu kegiatan, (2)
Keterampilan menciptakan sesuatu yang berhubungan dengan apa yang
telah dipelajari, dan (3) Bereksplorasi dan mengembangkan gagasan dan
menunjukan inovasi dan kreasi. Keterampilan kejuruan bisa didapatkan
dan ditingkatkan dari praktek yang ada di sekolah melalui media yang
memenuhi standar keterampilan tersebut.

3. Sikap Kewirausahaan

Dalam Oxford Advanced Learner Dictionary dijelaskan bahwa


sikap aslinya didapat dari bahasa Italia attitudine yaitu “Manner of placing
or holding the body, and way of feeling, thinking or behaving”.
Notoadmodjo (2003) mengemukakan bahwa sikap adalah “A syndrome of
response consistency with regard to social objects ” artinya sikap adalah
sekumpulan respon yang konsisten terhadap obyek sosial. Sikap
merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
stimulus atau obyek. Wawan dan Dewi (2010 ) mengemukakan bahwa
sikap dapat diposisikan sebagai hasil evaluasi terhadap obyek sikap yang
diekspresikan ke dalam proses- proses kognitif, afektif, dan perilaku. Dari
definisi-definisi di atas menunjukkan bahwa secara garis besar sikap terdiri
dari komponen kognitif, perilaku dan emosi.
Tercapainya tujuan berwirausaha sangat bergantung pada sikap
sorang wirausahawan. Sejalan dengan pendapat Nurochmah (2014)
keberhasilan usaha terutama ditentukan oleh sikap wirausahawan.
Pendapat lain dikemukakan Suryana (2006) perilaku kewirausahaan adalah
keahlian seseorang untuk mengontrol apa yang diperbuat untuk
mendukung dan menciptakan barang dan jasa yang asalnya tidak bernilai
menjadi berharga dan paham resiko yang dihadapi. Wirausaha harus
konsisten dalam menjalankan perannya sehingga tujuannya tercapai.
Menurut Suryana (2014) enam ciri perilaku kewirausahaan, yaitu :
(1) kemampuan dalam memberi ketetapan, mempertimbangkan resiko
yang akan terjadi, (2) Semangat, dan kreatif, (3) Mempunyai komitmen
pada diri sendiri, (4) Visioner tentang keuntungan yang akan diperoleh, (5)
Visioner tentang apa yang akan terjadi, dan (6) Mempunyai kemampuan
bekerja secara kelompok, mendominasi dan bisa mengatur karyawannya.
Suryana (2014) menjelaskan beberapa ciri umum kewirausahaan
yang bisa dijadikan sebagai indikator sikap kewirausahaan, yaitu sebagai
berikut: (1) Memiliki motif berprestasi tinggi, (2) Memiliki inisiatif, (3)
Penuh percaya diri, (4) Memiliki jiwa kepemimpinan, (5) Berani
mengambil resiko.
Iskandarsyah (2012) menerangkan bahwa sikap merupakan faktor
internal yang yang menjadi faktor paling dominan yang mempengaruhi
minat berwirausaha. Selain itu, Suharti dan Sirine (2011) juga menemukan
pengaruh signifikan antara sikap dan minat berwirausaha. Sehingga, dapat
disimpulkan sikap kewirausahaan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi minat berwirausaha.
Dari keseluruhan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sikap
kewirausahaan adalah keahlian seseorang untuk mengontrol apa yang
diperbuat untuk mendukung dan menciptakan barang dan jasa yang
asalnya tidak bernilai menjadi berharga dan paham resiko yang dihadapi.
Sikap merupakan faktor internal yang yang menjadi faktor paling dominan
yang mempengaruhi minat berwirausaha. Membentuk sikap
kewirausahaan tidaklah mudah, untuk itu siswa sebagai pelaku
kewirausahaan harus disiplin dalam membentuk sikap kewirausahaan
melalui indikator yang harus dicapai yaitu: (1) Memiliki motif berprestasi
tinggi. (2) Memiliki inisiatif. (3) Penuh percaya diri. (4) Memiliki jiwa
kepemimpinan. (5) Berani mengambil resiko. Peran guru adalah
menumbuhkan sikap-sikap kewirausahaan salah satunya adalah dengan
memberikan contoh sikap seperti apa yang harus dimiliki oleh seorang
wirausaha.
4. Minat Berwirausaha

Minat merupakan salah satu faktor utama untuk mendukung


seseorang melakukan suatu kegiatan tertentu. Menurut Sardiman
(2011) minat adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan seseorang.
Oleh karena itu, jika seseorang melihat atau merasakan sesuatu yang
berhubungan dengan kebutuhannya sudah pasti akan mendorong
minatnya sejauh apa yang menjadi kepentinganya.
Minat adalah pengakuan suatu ikatan antara individu dengan
sesuatu yang ada diluar individu tersebut. Semakin erat ikatan tersebut,
semakin berkembang minatnya. Minat berhubungan dengan aksi yang
memotivasi seseorang untuk berhadapan dengan lingkungan, barang,
aktivitas, dan pengalaman yang distimulus oleh aktivitas itu sendiri
(Djaali,2008). Menurut Anastasi dan Urbina (1997), minat menjadi
salah satu faktor penting untuk membentuk pribadi seseorang atau
individu. Minat berpengaruh terhadap sikap manusia diantaranya
dalam hubungan antar individu, pencapaian pendidikan dan karir,
penentuan kegiatan di masa lapang dan aktivitas sehari-harinya. Minat
sebagai suatu reaksi emotif yang dipelajari dari fenomena atau
kegiatan tertentu. Objek yang menarik akan mendorong reaksi positif
dengan capaian yang sesuai dengan seberapa menarik hal tersebut dan
sebaliknya hal yang tidak menarik akan membuat layu bahkan
ketakutan
Minat berwirausaha terdiri dari dua kata dasar yaitu minat dan
wirausaha. Kedua kata tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :
Mernurut Abror (1993) minat berisi elemen-elemen pemahaman, afeksi,
dan kemauan. Elemen pemahaman berisi tentang pengetahuan yang
diperoleh dari informasi tentang suatu hal yang diinginkan. Elemen
afeksi ada dalam minat karena dalam keikutsertaan emosi akan ikut
masuk. Sedangkan elemen kemauan adalah kelangsungan dari kedua
elemen diatas.
Menurut Whiterington (2006) minat adalah suatu fenomena,
seseorang, keadaan dan masalah yang berhubungan dengan individu
tersebut. Menurut Suryana (2006) wirausaha adalah perilaku seseorang
yang memiliki tujuan menciptakan barang dan jasa yang tidak bernilai
menjadi sesuatu yang berharga.
Dari keseluruhan penjabaran di atas maka dapat disimpulkan
bahwa minat berwirausaha adalah kemauan yang ada pada individu
untuk menguasai sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas
kewirausahaan. Minat berwirausaha muncul karena keingintahuan
individu tentang kewirausahaan sehingga mau mempelajari dan
mempraktekan apa yang telah dipelajari berdasarkan penglaman yang
telah dilalui.
Indikator yang digunakan untuk mengukur minat berwirausaha
antara lain: (1) persaingan, untuk mencapai tujuan, dan bekerja keras
agar sukses (2) kemampuan mengendalikan seseorang dan bekerja
sesuai kehendak kita, dan (3) Keinginan untuk membuat orang lain
nyaman Bersama kita dalam suatu kondisi.
Sikap mandiri berarti seorang wirausaha yang telah memulai
bisinisnya percaya bahwa dirinya akan sukses dan tidak bergantung
kepada orang lain untuk memperoleh pekerjaan.
Minat berwirausaha tidak muncul begitu saja, melainkan
muncul dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Minat berwirausaha
dipengaruhi oleh faktor pengetahuan kewirausahaan, Pengaruh
pendidikan kewirausahaan juga salah satu faktor penting untuk
menumbuhkan minat berwirausaha di kalangan generasi muda
(Kourilsky dan Walstad, 1998). Selain itu banyak faktor lain yang
mempengaruhi minat berwirausaha, seperti keterampilan dan sikap
kewirausahaan. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan
Suryana (2009) bahwa syarat utama untuk menjadi pengusaha yag
berhasil adalah punya jiwa dan watak seperti seorang pengusaha
sedangkan jiwa dan watak dipengaruhi ketrampilan, keahlian yang
didapat karena mempelajari dan dari penglaman yang telah dilalui.
Dari keseluruhan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
minat berwirausaha adalah kemauan yang ada pada individu untuk
menguasai sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas kewirausahaan.
Membangkitkan minat berwirausaha tidaklah mudah, untuk itu perlu
faktor faktor yang bisa mempengaruhi minat berwirausaha, beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi minat berwirausaha antara lain
adalah dengan memberikan pengetahuan kewirausahaan sebagai aspek
penting untuk menumbuhkan minat berwirausaha, keterampilan
kejuruan sebagai bekal utama untuk memulai berwirausaha serta sikap
kewirausahaan yang kuat agar siswa dapat memiliki minat
berwirausaha yang pantang menyerah, percaya diri, serta berguna bagi
lingkunganya. Untuk mencapai keberhasilan dalam berwirausaha maka
siswa harus mencapai indikator sebagai berikut: : (1) persaingan, untuk
mencapai tujuan, dan bekerja keras agar sukses (2) kemampuan
mengendalikan seseorang dan bekerja sesuai kehendak kita, dan (3)
Keinginan untuk membuat orang lain nyaman Bersama kita dalam
suatu kondisi.

G. Kerangka Berpikir
Pengaruh pengetahuan dan sikap kewirausahaan, serta
keterampilan kejuruan terhadap minat berwirausaha

Minat berwirausaha tidak muncul begitu saja, melainkan muncul


dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Minat berwirausaha
dipengaruhi oleh faktor pengetahuan kewirausahaan, Pengaruh
pendidikan kewirausahaan juga salah satu faktor penting untuk
menumbuhkan minat berwirausaha di kalangan generasi muda
(Kourilsky dan Walstad, 1998). Selain pengetahuan ada faktor lain
yang mempengaruhi minat berwirausaha, seperti keterampilan dan
sikap kewirausahaan. Sejalan dengan pernyataan Suryana (2009) bahwa
untuk jadi wirausahawan yang berhasil harus punya jiwa dan watak
kewiraushaan, dan kedua faktor tersebut dipengaruhi oleh keahlian
khusus, yang mana hal tersebut ditentukan dari pengetahuan dan
pengalaman usaha. Keterampilan yang dimaksud adalah keterampilan
kejuruan yang didapat dari SMK sesuai kompetensi keahlian yang
diambil.

Pengaruh pendidikan kewirausahaan juga salah satu faktor


penting untuk menumbuhkan minat berwirausaha di kalangan generasi
muda (Kourilsky dan Walstad, 1998). Pemberian bekal pengetahuan
kewirausahaan siswa SMK sangat penting untuk dilaksanakan.
Semakin banyak wawasan kewirausahaan aakan semakin terbuka juga
pemikiranya tentang wirausaha. Pengetahuan kewirausahaan
merupakan keahlian manusia yanng didapat dari pembelajaran yang
terjadi di sekolah yang telah ditempuh yang berhubungan dengan
kewirausahaan maupun belajar dari wirausaha yang telah berhasil.
Untuk mencapai keberhasilan dalam berwirausaha maka seseorang
harus (1) Berani mengambil resiko, (2) Bisa menganalisis peluang
usaha, (3) Menciptakan inovasi, dan (4) dapat berpikir kreatif. Semakin
kerap manusia memperoleh teori-teori, pengalaman, penejelasan
tentang pengetahuan kewirausahaan, akan berpengaruh positif dalam
menumbuhkan minat berwirausaha.
Menurut Mulyadi (2006) Menyatakan bahwa untuk mencapai
keberhasilan dalam berwirausaha dari sudut pandang keterampilan
maka seseorang harus (1) Mampu mendemonstrasikan keterampilanya
dalam melakukan suatu kegiatan, (2) Keterampilan dalam membuat
produk tertentu sehubungan dengan pencapaian tujuan pembelajaran,
dan (3) Bereksplorasi dan mengembangkan gagasan dan menunjukan
inovasi dan kreasi. Keterampilan dan kewirausahaan mempunyai
ikatan. Keterampilan bisa dijadikan modal untuk berwirausaha.
Artinya, jika keterampilan tertentu dikuasai bisa membuka peluang
dalam berwirausaha, sehingga mempengaruhi minat berwirausaha
Iskandarsyah (2012) menerangkan bahwa sikap merupakan
faktor internal yang yang menjadi faktor paling dominan yang
mempengaruhi minat berwirausaha. Selain itu, Suharti dan Sirine
(2011) juga menemukan pengaruh signifikan antara sikap dan minat
berwirausaha. Membentuk sikap kewirausahaan tidaklah mudah, untuk
itu siswa sebagai pelaku kewirausahaan harus disiplin dalam
membentuk sikap kewirausahaan melalui indikator yang harus dicapai
yaitu: (1) Memiliki motif berprestasi tinggi. (2) Memiliki inisiatif. (3)
Penuh percaya diri. (4) Memiliki jiwa kepemimpinan. (5) Berani
mengambil resiko.
Dalam memilih akan terjun ke dunia kewiruasahaan
dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain pengetahuan
kewirausahaan, keterampilan kejuruan dan sikap kewirausahaan.
Pengetahuan kewirausahaan yang didapat dari pendidikan dan
pengalaman kewirausahaan akan mendorong wawasan tentang
berwirausaha dari berbagai perspektif yaitu perspektif modal, situasi,
cara memasarkan dan lain - lain. Sikap kewirausahaan dari jiwa
individu itu sendiri juga mempunyai dampak yang sangat penting
dalam mencapai tujuan seseorang menjadi pengusaha. Keterampilan
kejuruan dapat dijadikan pegangan untuk berwirausaha. Dapat
disimpulkan semakin banyak pengetahuan kewirausahaan, sikap
kewirausahaan yang tinggi dan keterampilan kejuruan yang
mendukung, maka semakin tinggi pula minat seseorang untuk
berwirausaha.
Pengetahuan
Kewirausahaan
(X1)

Minat
Keterampilan
Berwirausaha
Kejuruan
(Y)
(X2)

Sikap
Kewirausahaan
(X3)

Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berpikir yang terdapat


dalam penelitian ini, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ada pengaruh pengetahuan kewirausahaan, keterampilan kejuruan dan
sikap kewirausahaan terhadap minat berwirausaha pada siswa kelas XII
Kompetensi Keahlian Bisnis Konstruksi dan Properti SMKN 1
Jenangan Ponorogo
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian ex-post facto.
Menurut pernyataan Sukardi (2008) penelitian ex-post facto merupakan
penelitian yang dilakukan setelah kejadian atau after fenomena dan peneliti
melakukan observasi. Pengamat akan menyimpulkan penyebab terjadinya
perbedaan dalam status kelompok atau perorangan. Kemudian menurut
Widarto (2006) Ex post Facto adalah penelitian yang dilakukan setelah suatu
kejadian itu terjadi. Penelitian ini dilakukan untuk menemukan alasan atau
penyebab suatu perilaku, objek bisa berubah karena suatu kejadian atau
faktor-faktor yang memepengaruhi variabel bebas secara total dan sudah
terjadi.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian
kuantitatif. Sugiyono (2017) mengemukakan bahwa kuantitatif merupakan
metode penelitian yang berprinsip pada asas positivism, hal ini dikarenakan
penelitian dilakukan pada pupulasi atau sampel tertentuMenurut Arikunto
(2013) penelitian kuantitatif banyak berkutat dengan angka, mulai dari
penghimpunan data, intepretasi data, serta penampakan hasilnya. Dalam
penelitian ini difokuskan pada empat variabel yaitu pengetahuan
kewirausahaan (X1), keterampilan kejuruan (X2), sikap kewirausahaan (X3)
dan minat berwirausaha sebagai variabel terikat (Y). Dalam penelitian ini akan
dilakukan penelitian tentang pengaruh pengetahuan kewirausahaan (X1)
terhadap Minat berwirausaha (Y), pengaruh keterampilan kejuruan (X2)
terhadap minat berwirausaha (Y), pengaruh sikap kewirausahan (X3) terhadap
minat berwirausaha (Y), dan pengaruh pengetahuan (X1) dan sikap
kewirausahaan (X2), serta keterampilan kejuruan (X3) terhadap minat
berwirausaha (Y).

B. Subjek Penelitian
1. Populasi
Populasi merupakan gabungan entitas yang ditetapkan melalui
parameter dan dapat digolongkan masuk ke entitas tersebut berupa
manusia, arsip-arsip, dan gawai-gawai perkumpulan lainnya. Sugiyono
(2017) menyatakan bahwa populasi adalah kawasan abstraksi yang
terbentuk dari objek atau subjek yang memiliki derajat dan keistimewaan
tertentu yang ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari dan disimpulkan.
Populasi yang diteliti adalah siswa kelas XI dan XII Kompetensi Keahlian
Bisnis Konstruksi dan Properti di SMK Negeri 1 Jenangan Kecamatan
Ponorogo.

2. Sampel
Berdasarkan penjabaran tentang pengertian populasi, jadi dapat
diartikan sampel adalah sebagian dari total dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2005). Pengambilan anggota sampel
dengan cara Sampling jenuh yaitu teknik pengambilan sampel dimana
sampel yang diambil sama dengan banyaknya populasi (Sugiyono, 2005).
Subyek yang diteliti berjumlah 67 siswa, maka semua populasi dijadikan
sampel penelitian. Jumlah sampel pada kelas XI dan XII, BKP terlihat
pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Jumlah Sampel Kelas Jurusan BKP

No Kelas Sampel
1. XI BKP 34
2. XII BKP 33
Jumlah 67
C. Teknik Pengumpulan Data
Mayoritas hasil akhir yang diinginkan oleh peneliti dalam penelitian
adalah memperoleh data yang signifikan, kredibel dan dapat dipertanggung
jawabkan.Sugiyono (2017) mengemukakan bahwa teknik pengumpulan data
dalam penelitian adalah pendekatan yang digunakan oleh peneliti untuk
menghimpun data. Dalam menghimpun data penulis menggunakan metode
sebagai berikut:

1. Metode Angket
Metode angket merupakan cara penghimpunan data yang
dilakukan dengan memberikan pertanyaan yang telah disusun
sebelumnya sesuai apa yang dibutuhkan dalam penelitian dan
diberikan kepada narasumber untuk dijawabnya (Sugiyono, 2017).
Penulis menggunakan metode angket untuk memperoleh informasi
dari narasumber. Peneliti menggunakan angket atau kuesioner
tertutup dan sudah ada jawabanya. Peneliti menggunakan skala
likert untuk mengukur instrumen sikap, anggapan, persepsi
seseorang tentang kejadian sosial. Rentang nilai untuk skala likert
adalah sebagai berikut (SS) = 4, setuju (S) = 3, tidak setuju (TS) =
2, sangat tidak setuju (STS) = 1. Metode angket ini untuk
mengukur variabel sikap dan minat kewirausahaan. Peneliti hanya
memakai rentang nilai 1-4, karena jika menggunakan rentang 1-5
siswa cenderung memilih ragu- ragu dan menjadikan sulit untuk
diteliti

2. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan teknik menghimpun data
mengenai objek berupa peninggalan, buku, koran, hasil rapat,
kegiatan, dan sebagainya (Arikunto, 2013). Teknik dokumentasi
dilakukan untuk mendapatkan data nilai pengetahuan dan sikap
kewirausahaan serta nilai praktek keterampilan kejuruan siswa
dengan meminta dokumetasi dari guru mata pelajaran
kewirausahaan dan guru praktek kejuruan di kompetensi keahlian
bisnis konstruksi dan properti.

D. Instrumen Penelitian
Arikunto (2013) Menjelaskan bahwa instrumen penelitian adalah
sarana yang digunakan oleh peneliti untuk menghimpun data agar
pekerjaannya lebih efisien, jangkap, dan runtut agar menjadikanya lebih
gampang untuk diolah. Setiap instrumen harus memiliki skala, tujuanya untuk
menghasilkan data kuantitatif yang presisi melalui pengukuran
(Sugiyono,2017). Instrumen yang digunakan peneliti berupa
angket/kuisioner, dimana narasumber akan diminta untuk menjawab
pertanyaan atau menanggapi pernyataan dalam angket atau kuisioner tersebut.
Hal ini dimaksutkan untuk memperoleh data mentah dari responden untuk
kemudian dianalisis. Instrumen yang dipakai sebagai alat pengumpul diuji
validitas dan reliabilitas terlebih dahulu. Jika instrument teruji valid dan
reliabel maka jawaban kuisioner lebih akurat. Pengujian ini menggunakan
progam SPSS 18.0.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Skala Likert yang
digunakan untuk sekumpulan manusia tentang suatu performa organisasi.
Variabel yang diukur diuraikan menjadi indikator variabel sebagai pangkal
untuk mengurutkan unit-unit instrumen yang bisa berupa pernyataan maupun
pertanyaan. Penulis menggunakan Skala Likert berbentuk checklist dengan
rentang nilai 1-4 yaitu sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju, dan sangat
setuju.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sistem penskoran yang
bertingkat untuk menghasilkan data penilaian. Untuk penskoran jawaban
penulis memberikan 4 tingkat skor dan untuk melakukan penilaian adalah
dengan cara memberi tanda centang pada setiap jawaban. Penjabaran tentang
skor penilaian adalah sebagai berikut.
SS = sangat setuju memperoleh skor 4
S = setuju memperoleh skor 3
TS = tidak setuju memperoleh skor 2
STS = sangat tidak setuju memperoleh skor 1
Kisi-kisi instrumen penelitian adalah suatu acuan dalam pembuatan
kuisioner yang menjelaskan beberapa aspek antara lain indikator yang
dituangkan dalam bentuk beberapa item pertanyaan-pertanyaan yang
bermuatan internal dan external yang terdapat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen


Variabel Sub Variabel Indikator
Pengetahuan Nilai akhir 1. Mengambil resiko usaha
Kewirausahaa 2. Menganalisis peluang usaha
n (X1) 3. Menciptakan inovasi
4. Berpikir kreatif

Ketrampilan Nilai praktek kelas XII 1. Mampu mendemonstrasikan


Kejuruan (X2) BKP A dan B keterampilanya dalam
melakukan suatu kegiatan
2. Keterampilan dalam
menciptakan produk terbaru
3. Keterampilan yang berhubungan
dengan apa yang telah dipelajari
sehingga tercapainya tujuan

Sikap
Kewirausahaa 1. Mampu menyampaikan
n (X3) pemikiran didepan umum
2. Teguh pendirian
3. Kreatif dan inovatif dalam
pelaksanaan tugas
4. Mengikuti kompetisi yang sesuai
dengan kompetensi diri
5. Pekerja keras

6. Kemampuan mempengaruhi
7. Kemampuan mengendalikan
8. Merumuskan peran untuk
mencapai tujuan
9. Responsive terhadap peluang
10. Identifikasi resiko

Minat Persaingan, untuk mencapai 1. Berperilaku kreatif


Berwirausaha tujuan, dan bekerja keras agar 2. Membutuhkan umpan balik
(Y) berhasil. 3. Memperhitungkan keberhasilan
4. Menyatu dengan tugas

Kemampuan mengendalikan 5. Menyenangi kompetisi


seseorang agar bekerja sesuai 6. Dorongan untuk lebih unggul
kehendak kita. 7. Responsif
8. Kemampuan mempengaruhi

Keinginan untuk membuat 9. Menjaga hubungan sosial


orang lain nyaman Bersama dengan baik
kita dalam suatu kondisi 10. Memiliki penghargaan tinggi
terhadap orang lain
11. Kemampuan bekerja sama
dengan baik
12. Menjaga pertemanan

a. Uji Instrumen
Sebelum instrumen dipakai untuk menghimpun data dari subjek
penelitian, maka perlu uji coba instrumen sehingga mendapatkan alat ukur
yang absah dan kredibel. Uji coba instumen diperlukan untuk mengukur
keabsahan instrumen tersebut. Sugiyono (2017) menyatakan instrumen valid
adalah instrumen tersebut bisa untuk digunakan untuk pengukuran sesuai
kebutuhan peneliti. Sedangkan, reliabel artinya instrumen tersebut terbukti
benar dan konsisten menghasilkan data yang sama jika digunakan mengukur
objek yang sama
1. Uji Validitas Instrumen
Instrumen valid adalah alat untuk mengukur data tersebut absah
dan benar. Instrumen bisa disebut valid jika semua pilihan jawaban
terjawab atau rasionya sebanding. Pada penelitian ini peneliti
menggunakan validitas konstruk dan validitas espiris. Menurut Sugiyono
(2017) validitas konstruk dapat dites menggunakan pendapat dari para
ahli (experts judments). Peneliti menyusun instrumen lalu diserarahkan
pada orang yang ahli untuk mendapatkan saran perbaikan dan
pendapatnya agar instrument bisa sempurna. Pengujian bisa didukung
oleh kisi-kisi instrumen yang sebelumnya dikonsultasikan dengan dosen
pembimbing skripsi.
Validitas empiris menggunakan rumus interelasi sederhana yaitu
rumus korelasi product moment dari Pearson dengan bantuan komputer
program Statistic Package for Sosial Science (SPSS) 21.00 teknik analisis
ini adalah dengan menginterelasikan tiap-tiap nilai item dengan nilai
keseluruhan. Untuk mendaptkan item – item pertanyaan yang mampu
mendukung dalam penelitian maka item item pertanyaan tersebut harus
berkolerasi secara signifikan dengan skor keseluruhan. Peneliti
menggunakan uji dua sisi dengan taraf signifikan 0,05. Syarat- syarat
yang harus terpenuhi dalam pengujian adalah seperti dibawah ini.
a) Item dinyatakan valid jika r hitung lebih besar dari r tabel dengan taraf
Sig. 0,05
b) Item dinyatakan tidak valid jika r hitung lebih kecil dari r table dengan
taraf Sig. 0,05
2. Uji Reliabilitas Instrumen
Uji Reliabilitas merupakan uji keabsahan atau uji tingkat
kepercayaan. Hasil uji disebut absah atau terpercaya jika hasil yang
diberikan dari proses pengukuran bersifat pasti dan berkelanjutan.
Pengukuran reabilitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan
rumus Alfa Cronbach dengan bantuan (SPSS) 21,00. Koefiseien angka
yang diperoleh > 0,6 maka instrumen tersebut dapat dikatakan reliabel.
Dalam Arikunto (2013) kriteria koefisien reabilitas dapat dilihat pada
tabel 3.3.

Tabel 3.3 Kriteria Reabilitas Instrumen


Besarnya Nilai r Tingkat Keterandalan
1 Sangat Tinggi
0,8 Tinggi
0,6 Cukup
0,4 Rendah
Kurang dari 0,2 Sangat Rendah
Sumber: Arikunto (2013)

b. Teknik Analisis Data


Analisis data adalah aktivitas mengelompokkan data yang diteliti,
menyusun data, menampilkan data, menghitung sehingga bisa untuk
menjawab rumusan masalah dan menghitung sehingga bisa melakukan
pengujian hipotesis yang telah dikemukakan. Semua dilakukan setelah data
dan sumber terkumpul.
1. Analisis Data deskriptif
Analisis deskriptif adalah analisis yang bertujuan untuk
menjabarkan atau menjelaskan ukuran derajat variabel (variabel dependen
dan variabel independen) dalam suatu penelitian. Analisis deskriptif
persentase digunakan untuk mengkaji variabel pengetahuan dan sikap
kewirausahaan, serta keterampilan kejuruan terhadap minat berwirausaha.
Variabel diatas tersusun indikator – indikator yang sangat membantu
peneliti sehingga bisa mengembangkanya menjadi instrumen atau angket.
Statistik deskriptif merupakan statistik yang digunakan untuk menganalisis
data dengan cara menjelaskan atau menjabarkan data yang telah
terhimpun, murni tanpa bermaksud menyimpulkan secara umum atau
menyamaratakan (Sugiyono, 2005).
Tahapan untuk melakukan analisis deskriptif presentase adalah sebagai
berikut:
a. Menghimpun kuisioner yang telah dijawab oleh narasumber dan
menganalisanya apakah sudah lengkap atau belum.
b. Mengubah skor kualitatif menjadi skor kuantitatif.
c. Membuat diagram.
d. Memasukan dalam rumus deskriptif persentase.
e. Membuat tabel penunjuk seperti dibawah ini :
c. Uji Persyaratan Analisis
1. Uji Normalitas Data
Untuk mendapatkan sampel yang baik adalah dengan cara
mengujinya dengan melakukan pengujian normalitas data sehingga
nantinya data yang diambil kondisinya sudah berasal dari populasi yang
tersebar secara normal. Dalam penelitian ini masing- masing variabel
harus diuji normalitasnya. Untuk uji hipotesis dalam penelitian ini
menggunkan analisis regresi, sehingga data dalam penelitian ini harus diuji
kenormalan penyebaranya. Hal ini dikarenakan jika data yang digunakan
berditribusi normal maka data tersebut adalah data yang baik. Firdaus
(2012) berpendapat bahwa regresi merupakan suatu analisis untuk melihat
sifat hubungan dan memiliki sifat prediktif. Dasar pengambilan keputusan
uji normalitas adalah sebgai berikut.
a) Jika L hitung < L tabel maka data penelitian berditribusi normal.
b) Sebaliknya, jika nilai L hitung > L tabel maka data penelitian tidak
berditribusi normal.

2. Uji Linearitas Data


Uji linearitas digunakan untuk mengetahui sifat kaitan dari data
variabel dependen dengan data variabel independen. Setelah memperoleh
hasil dari uji linearitas yang dilakukan maka dapat menetukan teknik
analisis yang akan digunakan. Jika didapat hasil pennyebaran atau
distribusi data masuk kategori linear maka data – data tersebut bisa
digunakan dengan teknik – teknik yang telah dikemukakan sebelumnya.
Sugiyono (2017) menjelaskan bahwa analisis regresi harus dilakukan uji
linearitas dahulu agar analisis bisa digunakan. Untuk mengetahui apakah
dua variable mempuanyai hubungan linear signifikan maka perlu
dilakukan uji linearitas. Syarat wajib yang harus dilakukan saat akan
melakukan analisis regresi adalah dengan melakukan uji linearitas terlebih
dahulu. Adapun kriteria untuk pengujian linearitas adalah sebagai berikut :
a. Membandingkan Nilai Signifikasi (Sig.) dengan 0,05
(1) Data dikatakan linear jika ada hubugnan yang linear antara
variable bebas dengan variable terikat hal ini bisa dilihat dari nilai
devination from linearity Sig > 0,05
(2) Data dikatakan tidak linear jika tidak ada hubugnan yang linear
antara variable bebas dengan variable terikat hal ini bisa dilihat dari
nilai devination from linearity Sig < 0,05
d. Uji Hipotesis
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah hipotesis asosiatif.
hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah hipotesis nol (Ho),
sedangkan hipotesis yang diajukan berdasarkan teori merupakan
hipotesis alternative (Ha).Dimana dalam hipotesis nol (Ho) bertolak
belakang dengan hipotesis alternative (Ha), yang dapat disimpulkan jika
Ho diterima berarti Ha ditolak ataupun sebaliknya jika Ha diterima maka
Ho ditolak. Adapun teknik analisis yang digunakan untuk pengujian
hipotesis adalah :
a) Analisis Regresi Berganda
Analisis linear berganda bertujuan untuk mencari ukuran besar
atau kecilnya hubungan antara 2 variabel atau bisa lebih dari dua variabel
secara linear, variabel independen dalam penelitian ini adalah
Pengetahuan Kewirausahaan (X1), Sikap Kewirausahaan (X2), dan
Keterampilan Kejuruan (X3) serta variabel dependen dalam penelitian ini
adalah Minat Berwirausaha (Y).
1) Membuat Persamaan garis tiga prediktor
Y=a+b1X1+b2X2+b3X3
Keterangan:
Y: Minat berwirausaha
a: konstanta (nilai Y’ apabila X1, .. .. . X2Xn=0)
b: koefisien linear berganda
X1: pengetahuan kewirausahaan
X2: Sikap kewirausahaan
X3: Keterampilan kejuruan (Sugiyono, 2017)
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Analisis Deskriptif
Penulis menggunakan data dokumentasi yang berupa daftar nilai
pengetahuan kewirausahaan dan sikap kewirausahaan yang diperoleh dari nilai
akhir mata pelajaran kewirausahaan. Sedangkan nilai keterampilan kejuruan
diperoleh dari nilai akhir praktek kejuruan. Dalam penelitian ini juga
menggunakan data primer yang dikumpulkan melalui angket dan dibagikan
kepada responden. Responden dalam penelitian ini adalah siswa jurusan BKP
SMKN 1 Jenangan Ponorogo.

1. Pengetahuan kewirausahaan.
Untuk mengetahui data variable pegetahuan kewirausahaan siswa
diperoleh dari nilai akhir pada mata pelajaran kewirausahaan siswa jurusan
BKP dengan syarat minimum ketuntasan sekolah adalah dengan nilai 75, data
yang didapat setelah dilakukan dokumentasi didapat nilai terendah = 54,
sedangkan nilai tertinggi = 95. Kemudian setelah itu dilakukan perhitungan
dan didapat rerata nilai = 75 termasuk kategori cukup. Berikut tabel analisis
pengetahuan kewirausahaan siswa jurusan BKP di SMKN 1 Jenangan
Ponorogo:
Tabel 4.1 analisis deskriptif pngetahuan kewirausahaan
Jumlah
No Nilai Kriteria Presentase
siswa
1 n≥75 Tuntas 38 57%
2 n<75 Tidak Tuntas 29 43%

Dari tabel menunjukkan kriteria ketuntasan minimal siswa jurusan


BKP di SMKN 1 Jenangan Ponorogo pada mata pelajaran kewirausahaan
tentang pengetahuan dengan jumlah 38 siswa atau 57% sudah memenuhi
syarat minimum ketuntasan sekolah, sedangkan masih ada 29 siswa atau 43%
siswa yang tidak memenuhi syarat ketuntasan minimum sekolah.
Dari penjabaran diatas maka dapat disimpulkan secara umum
pengetahuan pengetahuan kewirausahaan pada siswa jurusan BKP di SMKN
1 Jenangan termasuk dalam kategori cukup.
2. Sikap kewirausahaan
Untuk mengetahui data variable sikap kewirausahaan siswa diperoleh
dari nilai akhir pada mata pelajaran kewirausahaan siswa jurusan BKP
dengan syarat minimum ketuntasan sekolah adalah dengan nilai 75,, data
yang didapat setelah dilakukan dokumentasi didapat nilai terendah = 53,
sedangkan nilai tertinggi = 95. Kemudian setelah itu dilakukan perhitungan
dan didapat rerata nilai = 74 termasuk kategori cukup. Berikut tabel analisis
pengetahuan kewirausahaan siswa jurusan BKP di SMKN 1 Jenangan
Ponorogo:
Tabel 4.2 analisis deskriptif sikap kewirausahaan
Jumlah
No Nilai Kriteria Presentase
siswa
1 n≥75 Tuntas 37 55%
2 n<75 Tidak Tuntas 30 45%

Dari tabel diatas menunjukkan kriteria ketuntasan minimal siswa


jurusan BKP di SMKN 1 Jenangan Ponorogo pada mata pelajaran
kewirausahaan tentang sikap kewirusahaan dengan jumlah 37 siswa atau 55%
sudah memenuhi syarat minimum ketuntasan sekolah, sedangkan masih ada
30 siswa atau 45% siswa yang tidak memenuhi syarat ketuntasan minimum
sekolah.
Dari penjabaran diatas maka dapat disimpulkan secara umum sikap
kewirausahaan pada siswa jurusan BKP di SMKN 1 Jenangan termasuk
dalam kategori kurang baik.

3. Keterampilan Kejuruan
Untuk mengetahui data variable keterampilan kejuruan siswa
diperoleh dari nilai akhir pada mata pelajaran praktek bisnis konstruksi dan
properti siswa jurusan BKP dengan syarat minimum ketuntasan sekolah
adalah dengan nilai 75, data yang didapat setelah dilakukan dokumentasi
didapat nilai terendah = 58, sedangkan nilai tertinggi = 95. Kemudian setelah
itu dilakukan perhitungan dan didapat rerata nilai = 76 termasuk kategori
cukup. Berikut tabel analisis pengetahuan kewirausahaan siswa jurusan BKP
di SMKN 1 Jenangan Ponorogo:

Tabel 4.3 analisis deskriptif keterampilan kejuruan


Jumlah
No Nilai Kriteria Presentase
siswa
1 n≥75 Tuntas 40 60%
2 n<75 Tidak Tuntas 27 40%

Dari tabel diatas menunjukkan kriteria ketuntasan minimal siswa


jurusan BKP di SMKN 1 Jenangan Ponorogo pada keterampilan kejuruan
dengan jumlah 40 siswa atau 60% sudah memenuhi syarat minimum
ketuntasan sekolah, sedangkan masih ada 27 siswa atau 42% siswa yang tidak
memenuhi syarat ketuntasan minimum sekolah. .
Dari penjabaran diatas maka dapat disimpulkan secara umum
keterampilan kejuruan pada siswa jurusan BKP di SMKN 1 Jenangan
termasuk dalam kategori baik.

4. Minat berwirausaha
Untuk mengetahui data variable minat berwirausaha siswa diperoleh
dari jawaban angket yang disebarkan ke siswa jurusan BKP, data yang didapat
setelah dilakukan penyebaran angket didapat nilai terendah = 18, sedangkan
nilai tertinggi = 44. Kemudian setelah itu dilakukan perhitungan dan didapat
rerata nilai = 33. Jika data tersebut diolah ke dalam tabel distribusi frekuensi,
maka berikut ini adalah hasilnya dapat dilihat padatabel distribusi frekuensi
dibawah ini
Tabel 4.4

Kelas Interval Frekuensi Persentase(%) Kumulatif(%)


18-21 6 9 9
22-25 9 13,4 22,4
26-29 13 19,4 41,8
30-33 7 10,4 52,2
34-37 7 10,4 62,6
38-41 18 27 89,6
42-44 7 10,4 100

Penggolongan tingkat gejala yang diambil dari variabel Perilaku


Belajar Siswa dibedakan menjadi lima kategori : Sangat Tinggi, Tinggi,
Cukup, Kurang,Rendah, dan Sangat Rendah
Tabel 4.5
Interval Jumlah Persentase(%) Kategori
<21 1 1,5 Sangat Rendah
21-25 14 20.9 Rendah
26-33 20 29,9 Kurang
34-37 7 10,4 Cukup
38-41 18 26,9 Tinggi
42 7 10,4 Sangat Tinggi

Dengan demikian secara umum minat berwirausaha siswa jurusan


BKP di SMKN 1 Jenangan termasuk dalam kategori kurang.
B. Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Kewirausahaan serta Keterampilan
Kejuruan terhadap Minat Berwirausaha
1. Uji Persyaratan Analisis
1.1. Uji Normalitas Data
Untuk menyakinkan bahwa data yang kita pakai adalah data yang
menyebar secara normal maka perlu dilakukan uji normalitas. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan distribusi grafik P-P plot saat Uji
normalitas. Setelah dilakukan pengujian dengan software SPSS versi 22,
maka dapat dilihat hasilnya pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas


Dilihat dari gambar diatas, data berdistribusi normal. Bisa diambil
keputusan data berdistribusi normal karena, data menyebar disekitar garis
diagonal dan data mengikuti garis tersebut. Maka dapat disimpulkan
bahwa model regresi berdistribusi normal berdasarkan grafik P-P plot
diatas.
1.2. Uji Linearitas
Uji linearitas digunakan untuk mengetahui sifat kaitan dari data
variabel dependen dengan data variabel independen. Setelah memperoleh
hasil dari uji linearitas yang dilakukan maka dapat menetukan teknik
analisis yang akan digunakan. Jika didapat hasil pennyebaran atau
distribusi data masuk kategori linear maka data – data tersebut bisa
digunakan dengan teknik – teknik yang telah dikemukakan sebelumnya.
Sugiyono (2017) menjelaskan bahwa analisis regresi harus dilakukan uji
linearitas dahulu agar analisis bisa digunakan. Untuk mengetahui apakah
dua variable mempuanyai hubungan linear signifikan maka perlu
dilakukan uji linearitas. Syarat wajib yang harus dilakukan saat akan
melakukan analisis regresi adalah dengan melakukan uji linearitas terlebih
dahulu. Adapun kriteria untuk pengujian linearitas adalah sebagai berikut :
Membandingkan Nilai Signifikasi (Sig.) dengan 0,05
1. Data dikatakan linear jika ada hubugnan yang linear antara variable
bebas dengan variable terikat hal ini bisa dilihat dari nilai devination from
linearity Sig > 0,05
2. Data dikatakan tidak linear jika tidak ada hubugnan yang linear antara
variable bebas dengan variable terikat hal ini bisa dilihat dari nilai
devination from linearity Sig < 0,05. Uji linearitas ini menggunakan
software SPSS versi 22. Hasil uji linieritas data terlihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6

ANOVA Table
Y1*X1 Sum Of df Mean f Sig.
Square square

{Combined} 2.615.1 32 81.722 2.708 .003


Between
Linearity 08 1 1.274.163 42.143 .000
Groups
Deviation from 1.274.1 31 43.256 1.431 .154
linearity 63 34 30.234
Within Groups 1.340.9 66
Total 45
1.027.96
73.643.0
75
Y1*X2 Sum Of df Mean f Sig.
Square square

{Combined} 2.551.0 32 79.740 2.484 .005


Between
Linearity 91 1 912.895 28.440 .000
Groups
Deviation from 912.895 31 52.864 1.647 .079
linearity 1.638.7 34 32.100
Within Groups 97 66
Total 1.091.38
33.643.0
75

Y1*X3 Sum Of df Mean f Sig.


Square square

{Combined} 2.465.3 32 77.041 2.224 .012


Between
Linearity 25 1 1.045.847 30.192 .000
Groups
Deviation from 1.045.8 31 45.790 1.322 .213
linearity 47 34 32.640
Within Groups 1.419.4 66
Total 78
1.177.75
03.643.0
75

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 dan
nilai Deviation from Linearity Sig lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan
terdapat hubungan linear secara signifikan antara variabel pengetahuan
kewirausahaan (X1) dengan Variabel minat berwirausaha (Y), variabel sikap
kewirausahaan (X2) dengan Variabel minat berwirausaha (Y) dan variabel
keterampilan kejuruan (X3) dengan variabel minat berwirausaha (Y).

1.3. Uji Multikolonieritas


Uji multikoloniearitas bertujuan untuk menguji ada tidaknya
kolerasi antar variabel bebas pada model regresi yang digunakan. Model
regresi yang baik ditunjukan dengan tidak adanya multikoloniearitas atau
tidak ada korelasi antar variabel bebas.
Uji multikoloniearitas dapat dideteksi dengan melihat angka
Tolerance dengan lawanya yaitu nilai VIF menggunakan software spss 22.
Ghozali (2016) mengungkapkan bahwa pedoman model regresi yang baik
memiliki angka Tolerance > 0,10 dan memiliki nilai VIF < 10, maka antar
variabel bebas dianggap tidak memiliki gejala multikolonieritas. Hasil uji
multikoloniearitas dapat dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.7

Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized t Sig. Collinearity
Coefficients Coefficients Statistic
B Std. Beta toleranc VIF
Error e
(Constant -5.196 6.093 -.853 .397
)
1 X1 .252 .106 .352 2.375 .021 .435 2.300
X2 .095 .101 .130 .947 .347 .512 1.954
X3 .163 .094 .231 1.735 .048 .541 1.850

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa seluruh variabel bebas memiliki


Tolerance > 0,10 dan memiliki nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkann bahwa
model regresi ini layak digunakan dalam penelitian ini karena data menunjukan
bahwa tidak terjadi multikolonieritas.
1.4. Uji Homoskedastisitas
Uji homoskedastisitas dilakukan untuk menguji mengenai sama
tidaknya variansi-variansi dua buah distribusi atau lebih yang diukur
apakah memang dari populasi yang homogen. Hasil uji homoskedastisitas
dapat dilihat pada tabel 4.8.

Tabel 4.8
Pengetahuan Kewirausahaaan

Levene Statistic Df1 Df2 Sig.

1.000 32 34 .498

Sikap Kewirausahaan
Levene statistic Df1 Df2 Sig.

1.268 32 34 .248

Keterampilan kejuruan

Lavene statistic Df1 Df2 Sig.

1.512 32 34 119

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa nilai Sig. pada


variabel X1 didapat nilai sebesar 0,498. Sedangkan untuk variabel X2
didapat nilai Sig. sebesar 0,248 dan pada X3 didapat nilai Sig. Sebesar
0,119. Nilai Sig. pada semua variabel tersebut lebih besar dari 0,05. Berarti
data residuel tersebut homogen.
2. Uji Hipotesis
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah hipotesis
asosiatif. hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah hipotesis nol
(Ho), sedangkan hipotesis yang diajukan berdasarkan teori merupakan
hipotesis alternative (Ha).Dimana dalam hipotesis nol (Ho) bertolak
belakang dengan hipotesis alternative (Ha), yang dapat disimpulkan jika
Ho diterima berarti Ha ditolak ataupun sebaliknya jika Ha diterima maka
Ho ditolak. Adapun teknik analisis yang digunakan untuk pengujian
hipotesis adalah teknik analisis regresi linear berganda
Analisis linear berganda bertujuan untuk mencari ukuran besar
atau kecilnya hubungan antara 2 variabel atau bisa lebih dari dua variabel
secara linear, variabel independen dalam penelitian ini adalah Pengetahuan
Kewirausahaan (X1), Sikap Kewirausahaan (X2), dan Keterampilan
Kejuruan (X3) serta variabel dependen dalam penelitian ini adalah Minat
Berwirausaha (Y).. Hasil uji regresi berganda terlihat pada Tabel 4.9
Tabel 4.9

Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized t Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) -5.196 6.093 -.853 .397
X1 .252 .106 .352 2.375 .021
1
X2 .095 .101 .130 .947 .347
X3 .163 .094 .231 1.735 .048

2.1. Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan Terhadap Minat


berwirausaha
Berdasarkan tabel 4.9 menunjukan bahwa nilai Sig. pada variabel X1
didapat nilai sebesar 0,021. Nilai tersebut lebih kecil dari taraf
signifikasi (ɑ) 0,05. Dengan demikian Ho ditolak, sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel pengetahuan kewirausahaan (X1)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat berwirausaha (Y)
pada siswa jurusan BKP di SMKN 1 Jenangan Ponorogo

2.2. Pengaruh Sikap Kewirausahaan Terhadap Minat Berwirausaha


Berdasarkan tabel 4.9 menunjukan bahwa nilai Sig. pada variabel X2
didapat nilai sebesar 0,447. Nilai tersebut lebih besar dari taraf
signifikasi (ɑ) 0,05. Dengan demikian Ho diterima, sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel sikap kewirausahaan (X2) tidak
berpengaruh terhadap minat berwira usaha (Y) pada siswa jurusan
BKP di SMKN 1 Jenangan Ponorogo

2.3. Pengaruh Keterampilan Kejuruan Terhadap Minat


Berwirausaha
Berdasarkan tabel 4.9 menunjukan bahwa nilai Sig. pada variabel X3
didapat nilai sebesar 0,048. Nilai tersebut lebih kecil dari taraf
signifikasi (ɑ) 0,05. Dengan demikian Ho ditolak, sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel keterampilan kejuruan (X3)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat berwirausaha (Y)
pada siswa jurusan BKP di SMKN 1 Jenangan Ponorogo
BAB V
PEMBAHASAN

A. Pengetahuan Kewirausahaan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini bahwa pengetahuan
kewirausahaan siswa kompetensi keahlian BKP di SMKN 1 Jenangan Ponorogo
termasuk cukup, ini diketahui dari rerata nilai didapat nilai 75 dan sudah
memenuhi kriteria ketuntasan minimum sekolah yaitu 75. Dari tabel ketuntasan
minimum didapat data 38 siswa atau 57% siswa tuntas tetapi ada 29 atau 43%
siswa tidak tuntas dengan nilai terendah adalah 54 sedangkan nilai tertinggi
adalah 95. Hal ini menunjukan perlunya usaha dalam peningkatan pengetahuan
kewirausahaan, karena kewirausahaan adalah salah satu aspek penting untuk
menumbuhkan minat berwirausaha pada siswa. Hal ini didukung oleh teori
Zimmerer (1996) menyatakan bahwa aspek penting untuk mendorong tumbuhnya
minat berwirausaha adalah melalui pendidikan kewirausahaan, dalam artian
pengetahuan kewirausahaan yang didapat siswa dari adanya pendidikan
kewirausahaan disekolah maupun diluar sekolah berpengaruh terhadap minat
berwirausaha. Jadi dapat disimpulkan pengetahuan kewirausahaan siswa termasuk
kategori cukup dan perlu ditingkatkan

B. Sikap Kewirausahaan
Sikap kewirausahaan siswa kelas kompetensi keahlian BKP di SMKN 1
Jenangan Ponorogo termasuk kurang, ini diketahui dari rerata nilai didapat nilai
74 dan belum memenuhi kriteria ketuntasan minimum sekolah yaitu 75. Dari tabel
ketuntasan minimum didapat data 37 siswa atau 55% siswa tuntas tetapi ada 30
atau 45% siswa tidak tuntas dengan nilai terendah adalah 53 sedangkan nilai
tertinggi adalah 95. Dari sikap kewirausahaan yang ditunjukan oleh seseorang
dapat menunjukan kemampuanya dalam mengolah usaha. Seorang wirausaha
harus mampu mengelola usahanya, seperti melihat peluang, keberanian
mengambil resiko dan bertanggungjawab atas pilihanya. Sejalan dengan itu,
Wartika (2014) dalam penelitiannya menyatakan terdapat delapan faktor yang
menyebabkan kegagalan usaha. Salah satunya adalah faktor sikap. Maka sikap
kewirausahaan yang dimiliki oleh siswa perlu diperhatikan untuk mengetahui
bagaimana kemampuan mengelola usahanya. Sehingga jika siswa memiliki sikap
kewirausahaan yang baik maka dia akan tahu bagaimana cara untuk mengelola
usahanya sehingga menumbuhkan minat berwirausaha. Dengan ini dapat
disimpulkan sikap kewirausahaan siswa termasuk kategori kurang, padahal sikap
kewirausahaan sangat penting dalam menumbuhkan minat berwirausah, maka
sikap kewirausahaan perlu ditingkatkan

C. Keterampilan Kejuruan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini bahwa keterampilan
kejuruan siswa kompetensi keahlian BKP di SMKN 1 Jenangan Ponorogo
termasuk kategori baik, ini diketahui dari rerata nilai didapat nilai 76 dan sudah
melampaui kriteria ketuntasan minimum sekolah yaitu 75. Dari tabel ketuntasan
minimum didapat data 40 siswa atau 60% siswa tuntas tetapi ada 27 atau 40%
siswa tidak tuntas dengan nilai terendah adalah 58 sedangkan nilai tertinggi
adalah 95. Keterampilan kejuruan siswa termasuk kategori baik sehingga harus
dipertahankan dan lebih baik jika bisa ditingkatkan. Karena jika siswa dapat
mengembangkan keterampilan kejuruanya maka siswa mampu membuka
peluang-peluang usaha, hal ini bisa menumbuhkan minat berwirausaha. Sejalan
dengan itu, menurut Jamal (2009), keterampilan dan kewirausahaan mempunyai
ikatan. Keterampilan bisa dijadikan modal untuk berwirausaha. Artinya, jika
keterampilan tertentu dikuasai bisa membuka peluang dalam berwirausaha,
sehingga mempengaruhi minat berwirausaha. Jadi dapat disimpulkan
keterampilan kejuruan termasuk kategori baik, maka keterampilan kejuruan siswa
perlu dipertahankan dan bila perlu bisa ditingkatkan.

D. Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan dan Sikap Kewirausahaan, serta


Keterampilan Kejuruan Terhadap Minat Berwirausaha
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa minat berwirausaha siswa
BKP SMKN 1 Jenangan termasuk dalam kategori kurang. Hal ini bisa dilihat pada
tabel 4.5 dan berdasarkan perhitungan rata-rata yang didapat nilai = 33
menunjukan kategori kurang. Dari pembahasan diatas maka perlu peningkatan
pada minat berwirausaha siswa, jika tidak maka dikhawatirkan siswa hanya fokus
mencari pekerjaan dan tidak membuat lapangan pekerjaan sendiri.
Berdasarkan penelitian diperoleh hasil bahwa variabel pengetahuan
kewirausahaan bepengaruh terhadap minat berwirausaha. Hal ini terlihat pada
nilai probabilitas signifikan = 0,021 < 0,05, maka Ho ditolak. Artinya apabila
siswa memiliki pengetahuan kewirausahaan yang baik maka siswa akan memiliki
minat yang tinggi untuk berwirausaha. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sirine (2017) tentang Pengaruh Sikap Mandiri, Motivasi, dan
Pengetahuan Kewirausahan terhadap Minat berwirausaha Mahasiswa FEB UKSW
Konsentrasi Kewirausahaan yang menunjukan hasil bahwa Variabel pengetahuan
kewirausahaan berpengaruh positif terhadap minat berwirausaha. Serupa dengan
penelitian yang dilakukan oleh Meri Rahmania (2015) tentang Pengaruh
Pengetahuan Kewirausahaan, Praktik Kerja Industri dan Motivasi Berprestasi
terhadap Minat Berwirausaha siswa kelas XII Kopetensi Keahlian Pemasaran
SMK Negeri Bisnis dan Manajemen Kota Padang. Dengan ini dapat disimpulkan
bahwa siswa jika diberi pengetahuan tentang kewirausahaan dan siswa bisa
menyerap ilmu tersebut dengan baik maka akan bepengaruh terhadap minat
berwirausaha dalam diri siswa.
Berdasarkan penelitian diperoleh hasil bahwa variabel sikap kewirausahaan
tidak bepengaruh terhadap minat berwirausaha. Hal ini terlihat pada nilai
probabilitas signifikan = 0,347 > 0,05, maka Ho diterima. Hal ini disebabkan
karena sebagian besar siswa belun bisa melihat peluang usaha, dan belum bisa
inisiati membantu orang di sekelilingnya dengan keterampilan yang dimiliki.
Hasil penelitian ini sependapat dengan penelitian yang dilakukan oleh Rosmiati,
Junias, Munawar (2016) yang menyatakan bahwa variabel sikap mandiri tidak
berpengaruh signifikan terhadap minat berwirausaha. Pendapat ini juga sejalan
dengan penelitian rifkhan (2017) tentang Pengaruh Sikap, dan Motivasi terhadap
Minat Berwirausaha Mahasiswa Akuntansi Universitas Pamulang yang
menyatakan bahwa sikap tidak berpengaruh terhadap minat berwirausaha. Dengan
ini dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini sikap tidak berpengaruh pada
minat berwirausaha. Hal ini disebabkan karena siswa tidak memiliki inisiatif
untuk mengembangkan usaha, sebagian besar siswa belum memiliki tanggung
jawab penuh atas usahanya, dan merasa aman karena masih dibantu keluarga
untuk mengatasi masalah dalam usahanya.
Berdasarkan penelitian diperoleh hasil bahwa variabel keterampilan
kejuruan bepengaruh terhadap minat berwirausaha. Hal ini terlihat pada nilai
probabilitas signifikan = 0,048< 0,05, maka Ha ditola dan Ho diterima. Artinya
apabila siswa memiliki keterampilan kejuruan yang baik maka siswa akan
memiliki minat yang tinggi untuk berwirausaha. Hasil ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Ardiani (2019) tentang Pengaruh Keterampilan yang
Dimiliki dengan Minat Berwirausaha pada Mahasiswa Universitas Harapan
Medan bahwa ada pengaruh keterampilan yang dimiliki mahasiswa terhadap
minat berwirausaha. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Anita dan Endang (2013) Tentang Pengaruh Pengalaman
Pendidikan Kewirausahaan Dan Keterampilan Kejuruan Terhadap Motivasi
Berwirausaha Siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan kejuruan
memberikan pengaruh positif terhadap motivasi berwirausaha. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa semakin baik keterampilan yang dimiliki maka minat
berwirausaha akan semakin tinggi pula. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa dalam penelitian ini keterampilan kejuruan berpengaruh terhadap minat
berwirausaha karena keterampilan adalah salah satu aspek yang penting untuk
menuju kesuksesan dalam berwirausaha.
Jadi dapat disimpulkan dari pembahasan diatas, pengetahuan kewirausahaan
dan keterampilan kejuruan berpengaruh terhadap minat berwirausaha, tetapi sikap
kewirausahaan tidak berpengaruh terhadap minat berwirausaha.
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut, yaitu:
1. Pengetahuan kewirausahaan pada siswa keahlian BKP di SMKN 1
Jenangan Ponorogo termasuk kategori cukup, dan perlu adanya
peningkatan pengetahuan kewirausahaan.
2. Sikap kewirausahaan siswa kelas kompetensi keahlian BKP di SMKN 1
Jenangan Ponorogo termasuk kurang, dan perlu adanya peningkatan
sikap kewirausahaan.
3. Keterampilan kejuruan siswa kompetensi keahlian BKP di SMKN 1
Jenangan Ponorogo termasuk kategori baik, sehingga harus
dipertahankan dan lebih baik jika bisa ditingkatkan.
4. Pengetahuan kewirausahaan dan keterampilan kejuruan berpengaruh
terhadap minat berwirausaha, sedangkan sikap kewirausahaan tidak
berpengaruh terhadap minat berwirausaha. Begitu pula minat
berwirausaha siswa di kompetensi keahlian BKP SMKN 1 Jenangan
Ponorogo termasuk kategori kurang.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis menyarankan beberapa
masukan sebagai berikut:
1. Bagi Lembaga Pendidikan SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo
Pihak sekolah sebaiknya mendatangkan motivator dan
wirausahawan yang sukses, agar bisa menumbuhkan minat
berwirausaha. Serta membangun kopsis untuk melatih siswa dalam
berwirausaha.
2. Bagi Guru
Guru diharapkan mendirikan usaha kecil yang beranggotakan
siswa, sehingga siswa bisa mempraktekkan langsung teori yang telah
dipelajari dan bisa menumbuhkan minat berwirausaha siswa.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi para peneliti mendatang, dan yang akan mengambil judul
atas permasalahan yang sama, diharapkan untuk meluaskan jangkauan
responden dan kembangkan variabel yang belum jangkap dalam
penelitian ini, kemudian melengkapi kekurangan dalam penelitian ini
seperti kualitas instrumen yang digunakan.
REFERENCES

Abdullah, Aziz and Sulaeman. 2013. Factors That Influence the Interest of Youths
in Agricultural Entrepreneurship. International Journal of Business and
Social Science. Vol, 4, No. 3, March 2013.
Abror. 1993. Psikologi pendidikan. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Amirullah. 2003. Alat Evaluasi Keterampilan. Jurnal Nasional Pendidikan
Jasmani dan Ilmu Keolahragaan. Jakarta: Depdiknas.
Amung. 2000. Perkembangan Gerak dan Belajar Gerak. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Anastasi dan Urbina. 1997. Psychological Testing. New Jersey: Prentice-hall, Inc.
Anita dan Endang. 2013. Pengaruh Pengalaman Pendidikan Kewirausahaan dan
Keterampilan Kejuruan terhadap Motivasi Berwirausaha Siswa. Jurnal
Pendidikan Vokasi. Vol. 3. No. 2. (163-177).
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Timur. 2018. Tingkat Pengangguran Terbuka
Tahun 2018.
Bloom. 2004. Taxonomy of Education Objectives: The Classification of
Educational Goals, Handbook I Cognitive Domain. New York: Longmans,
Green and Co.
Djaali. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Firdaus, Aziz, M. 2012. Metode Penelitian. Tangerang: Jelajah.
Harnanik. 2015. Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan dan Lingkungan Keluarga
terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas XI SMK Islam Nusantara
Comal Kabupaten Pemalang. Jurnal Pendidikan Ekonomi Dinamika
Pendidikan. Vol 10. No. 1, Juni 2015.
Hendrawan dan Sirine. 2017. Pengaruh Sikap Mandiri, Motivasi, Pengetahuan
Kewirausahaan Terhadap Minat Berwirausaha Studi Kasus pada
Mahasiswa FEB UKSW Konsentrasi Kewirausahaan. Asian Journal of
Innovation and Entrepreneurship. Vol. 2. No. 3.
Hendro. 2011. Dasar-dasar Kewirausahaan. Jakarta: Erlangga.
Hisrich, Robert. D. MichaelP. Peters. Dean. A. Sheperd. 2011. Corporate
Entrepreneurship: How to Create a Thriving Entrepreneurial Spirit
Troughout Your Company. Ohio: Kent State University.
Iskandarsyah. 2012. Analisis Pengaruh Sikap, Norma Subyektif dan Efikasi Diri
terhadap Intensi Berwirausaha. Kuala Lumpur: Universitas Syiah Kuala.
Jamal. 2009. Sekolah Life, Skills, Lulus Siap Kerja. Yogyakarta: Diva Press.
Kourilsky, and Walstad. 1998. Entrepreneurship and Female Youth: Knowledge,
Attitude, Gender, Differences, and Educational practices. Journal of
Bussines Venturing. Vol, 13, No. 1, pp. 77-88
Lestari dan Wijaya. 2007. Hubungan Aversity Intelligence dengan Intensi
Berwirausaha. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Vol. 10. No. 2,
September 2008: 92-104. Yogyakarta: UGM.
Meri Rahmania. 2015. Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan, Praktik Kerja
Industri dan Motivasi Berprestasi terhadap Minat Berwirausaha Siswa
Kelas Xii Kompetensi Keahlian Pemasaran Smk Negeri Bisnis dan
Manajemen Kota Padang. Journal of Economic and Economic Education
Vol. 4. No.1 (75-86).
Mulyadi, Rivai, dan Veitzal. 2006. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi.
Jakarta: Rajawali Pers.
Mustofa. 2014. Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan, Self Efficay, dan
Karakter Wirausaha terhadap Minat Berwirausaha pada Siswa Kelas XI
SMK Negeri 1 Depok Kabupaten Sleman. Skripsi. Yogyakarta: UNY.
Notoadmojo, Soekidjo. 2003. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Rineka Cipta.
Notoadmojo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nurochmah, Neneng Santi. 2014. Analisis Deskriptif Perilaku Kewirausahaan
pada Pengusaha Burung Kenari. Skripsi. Bandung: UPI.
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Rifkhan. 2017. Pengaruh Sikap, dan Motivasi terhadap Minat Berwirausaha
Mahasiswa Akuntasi Universitas Pamulang. Jurnal Ilmiah Akuntansi
Universitas Pamulang. Vol. 5. No. 1.
Rosmiati, Junias, dan Munawar. 2016. Sikap, Motivasi, dan Minat Berwirausaha
Mahasiswa. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Vol.17. No. 1.
Saiman. 2009. Kewirausahaan: Teori, Praktik, dan Kasus-kasus. Jakarta:
Salemba Empat.
Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali
Press
Snedden, David. 1917. Farnsworth Exchanges of 1917 and 1918 on the Value of
Music and Art in Education. New York: Columbia University.
Sugiyono. 2017. Metode Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suharyono. 2017. Sikap dan Perilaku Wirausahawan. Jurnal Ilmu dan Budaya
UNJ, Vol. 40, No. 56, Mei 2017
Sukardi. 2008. Metodologi Pendidikan, Kompetensi, dan Praktiknya. Jakarta:
Bumi Aksara.
Suryana. 2006. Kewirausahaan Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju
Sukses. Jakarta: Salemba Empat.
Suryana. 2014. Kewirausahaan. Jakarta: Salemba Empat.
Sutanto. 2002. Penerapan Pertanian Organik Permasyarakatan dan
Pengembanganya. Yogyakarta: Kanisius.
Sutrisno, Hadi. 2004. Metodologi Research 2. Yogyakarta: Andi Offset.
Wartika, Wayan. 2014. Analisis Faktor Penyebab Kegagalan Usaha Penerima
Program Mahasiswa Wirausaha (Pmw) Di Universitas Pendidikan
Ganesha (Undiksha) Tahun 2013. Skripsi, Universitas Pendidikan
Ganesha.
Wawan dan Dewi. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.
Whiterington, D. Saarni,C., Campos, J.j., Camras, L. A,. 2006. Emotional
Development: Action, Communication, and Understanding. Hoboken:
John Wiley & Sons Inc.
Widarto. 2006. Penelitian Ex Post Facto. Yogyakarta: UNY
Widiastuti dan Muktiani. 2010. Peningkatan Motivasi dan Keterampilan
Menggiring Bola dalam Pembelajaran Sepakbola melalui Kucing Tikus
pada Siswa Kelas 4 SD Glagahombo 2 Tempel. Jurnal Pendidikan
Jasmani Indonesia. Vol. 7. No. 1. Hlm. 47-59.
Winarsih. 2014. Minat Berwirausaha Ditinjau dari Motivasi dan Sikap
Kewirausahaan pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Skripsi. Surakarta: UMS.
Winda Ardiani. 2019. Pengaruh Keterampilan yang Dimiliki dengan Minat
Berwirausaha pada Mahasiswa Universitas Harapan Medan. Jurnal
Aplikasi Manajemen, Ekonomi dan Bisnis. Vol. 4. No. 1. (1-7)
Zimmerer, W.T. 1996. Entrepreneurship and The New Venture Formation. New
Jersey : Prentice Hall International, Inc.

Anda mungkin juga menyukai