Anda di halaman 1dari 19

Manajemen Perawatan Luka Modern dengan 3M

December 23, 2017 admin

Perawatan luka khusunya pada luka kronik seperti luka diabetes, luka kanker, dekubitus dll
berbeda dengan perawatan luka akut seperti pada kecelakaan. Pada perawatan luka kronik,
diperlukan beberapa hal yang menjadi perhatian seperti pemeriksaan luka berkelanjutan,
persiapan dasar  luka, sterilisasi alat, motivasi pasien, informasi kesehatan, serta perbaikan
aktivitas sehari-hari pada pasien.

Perawatan Luka Modern di I Care Indonesia menerapkan 3M dimana merupakan akronim dari
tahapan mencuci luka, membuang jaringan mati, dan memilih balutan yang tepat agar proses
penyembuhan luka lebih optimal.

Mencuci  Luka
Pencucian luka saat ini berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Mulai dari  cairan yang
digunakan ataupun metode pencucian luka. Beberapa cairan yang sering digunakan yaitu Normal
saline, povidine iodine, hydrogen peroxide, chlorine ataupun commercial wound cleanser seperti
feraclyrum 1%, rebusan air daun jambu biji dll.

Penentuan jenis cairan untuk pencucian luka disesuaikan dengan kondisi luka apakah terinfeksi
atau tidak? Kondisi eksudat, keberadaan benda asing pada luka, perlunya perlindungan primer
pada luka, dan kondisi dasar luka merah segar atau ada masalah dari sisi vaskularisasi pada luka
tersebut.
Mencuci luka hingga pada bagian tepi luka dan sekitar luka sangat penting dilakukan untuk
meilhat luka sesungguhnya ataupun kemungkinan adanya luka baru. Setelah pencucian luka
selesai, akan dilaksanakan pemeriksaan lanjut menganai kondisi terkini luka.

Membuang Jaringan Mati


Membuang jaringan mati pada luka dikenal dengan debridemag. Metode pengankatan jaringan
mati ini terdapat bermacam-macam metode seperti Chemical debridement, Mechanical
debridement, Autolysis, surgical debridement, dan Conservative Sharp Wound Debridement
(CSWD).

Penggunaan metode debridemag ini disesuaikan dengan kondisi luka pasien serta penjelasan
tentang manfaat dan kerugian masing-masing metode kepada keluarga pasien.

Memilih Balutan yang Tepat.


Pemilihan balutan yang tepat dapan menunjang optimalisasi penyembuhan luka. Pemilihan
balutan luka disesuaikan dengan kondisi luka. Balutan yang baik tentunya dapat mendukung
autolisis pengangkatan jaringan mati, mempertahankan kelembapan, melindungi area sekitar luka
dan tepi luka, mencegah infeksi, dan mendukung granulasi serta pertumbuhan jaringan epitel.

contoh balutan modern – BSN

Metode Perawatan 3M di Rumah (Home Care)


I Care Indonesia sebagai penyedia layanan perawatan luka diabetes, kanker, kcelakaan, dekubitus
siap menghadirkan konsep perawatan luka modern dengan 3M ini. Dengan perawatan di rumah
dan harga yang lebih terjangkau, anda dapat memastikan optimalisasi penymbuhan luka,
kenyamanan, serta biaya yang terjangkau.

Informasi Terkini Home Care Perawatan Luka, Home Care Perawatan Luka diabetes, Home Care
Perawatan Luka modern, Homecare Perawatan Luka Diabates, Perawatan luka, Perawatan Luka
di Rumah, Perawatan luka diabetes, Perawatan Luka JABODETABEK. permalink.
PERAWAT KLINISI
Kamis, 17 November 2016

MANAJEMEN PERAWATAN LUKA MODERN


Perawatan Luka Modern

A.    Pendahuluan

Pada saat ini, perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat pesat
terutama dalam dua dekade terakhir ini. Teknologi dalam bidang kesehatan juga
memberikan kontribusi yang sangat untuk menunjang praktek perawatan luka ini.
Disamping itu pula, isu terkini yang berkait dengan manajemen perawatan luka ini
berkaitan dengan perubahan profil pasien, dimana pasien dengan kondisi penyakit
degeneratif dan kelainan metabolic semakin banyak ditemukan. Kondisi tersebut
biasanya sering menyertai kekompleksan suatu luka dimana perawatan yang tepat
diperlukan agar proses penyembuhan bisa tercapai dengan optimal.
Dengan demikian, perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan
keterampilan yang adekuat terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai dari
pengkajian yang komprehensif, perencanaan intervensi yang tepat, implementasi
tindakan, evaluasi hasil yang ditemukan selama perawatan serta dokumentasi hasil yang
sistematis. Isu yang lain yang harus dipahami oleh perawat adalah berkaitan
dengan cost effectiveness. Manajemen perawatan luka modern sangat mengedepankan
isu tersebut. Hal ini ditunjang dengan semakin banyaknya inovasi terbaru dalam
perkembangan produk-produk yang bisa dipakai dalam merawat luka. Dalam hal ini,
perawat dituntut untuk memahami produk-produk tersebut dengan baik sebagai bagian
dari proses pengambilan keputusan yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Pada
dasarnya, pemilihan produk yang tepat harus berdasarkan pertimbangan biaya (cost),
kenyamanan (comfort), keamanan (safety). Secara umum, perawatan luka yang
berkembang pada saat ini lebih ditekankan pada intervensi yang  melihat sisi klien dari
berbagai dimensi, yaitu dimensi fisik, psikis, ekonomi, dan sosial.

B.     Definisi Luka, Klasifikasi dan Proses Penyembuhan Luka

Secara definisi suatu luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh
karena adanya cedera atau pembedahan. 
Luka ini bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur anatomis, sifat, proses
penyembuhan dan lama penyembuhan.
Klasifikasi berdasarkan struktur lapisan kulit meliputi:
a.     superfisial, yang melibatkan lapisan epidermis; 
b.     partial thickness, yang melibatkan lapisan epidermis dan dermis; dan 
c.      full thickness yang melibatkan epidermis, dermis, lapisan lemak, fascia dan bahkan
sampai ke tulang. 
Adapun klasifikasi berdasarkan sifat yaitu :
a.     abrasi,
b.     kontusio,
c.      insisi,
d.     laserasi,
e.     penetrasi,
f.       puncture,
g.     sepsis, dll.
Berdasarkan proses penyembuhan, dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu:
a.     Healing by primary intention
Tepi luka bisa menyatu kembali, permukan bersih, biasanya terjadi karena suatu insisi,
tidak ada jaringan yang hilang. Penyembuhan luka berlangsung dari bagian internal ke
ekseternal.
b.     Healing by secondary intention
Terdapat sebagian jaringan yang hilang, proses penyembuhan akan berlangsung mulai
dari pembentukan jaringan granulasi pada dasar luka dan sekitarnya.
c.      Delayed primary healing (tertiary healing)
Penyembuhan luka berlangsung lambat, biasanya sering disertai dengan infeksi,
diperlukan penutupan luka secara manual.
Berdasarkan lama penyembuhan bisa dibedakan menjadi dua yaitu: akut dan kronis.
Luka dikatakan akut jika penyembuhan yang terjadi dalam jangka waktu 2-3 minggu.
Sedangkan luka kronis adalah segala jenis luka yang tidak tanda-tanda untuk sembuh
dalam jangka lebih dari 4-6 minggu.

Luka insisi bisa dikategorikan luka akut jika proses penyembuhan berlangsung sesuai
dengan kaidah penyembuhan normal tetapi bisa juga dikatakan luka kronis jika
mengalami keterlambatan penyembuhan (delayed healing) atau jika menunjukkan tanda-
tanda infeksi.

C.    Proses Penyembuhan Luka

Luka akan sembuh sesuai dengan tahapan yang spesifik dimana bisa terjadi tumpang
tindih (overlap)
Proses penyembuhan luka tergantung pada jenis jaringan yang rusak serta penyebab
luka tersebut
Fase penyembuhan luka :
1.     Fase inflamasi :
        Hari ke 0 – 5
        Respon segera setelah terjadi injuri  pembekuan darah  untuk mencegah kehilangan
darah
        24 jam pertama  saat terjadi perlukaan,  Neutrophil, Monocytes,  dan Macrophage
bertugas mengontrol pertumbuhan bakteri  dan membuang  jaringan mati
(mempersiapkan dasar luka)
        Karakteristik : tumor, rubor, dolor, color, functio laesa
        Fase awal terjadi haemostasis
        Fase akhir terjadi fagositosis
        Lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi infeksi
2.     Fase proliferasi or epitelisasi
        Dimulai  sejak 24 jam setelah terjadi luka dan mungkin berlanjut hingga 21 hari
        DItandai dengan 3 keadaan :
a)     Granulasi
b)     Epitelisasi
c)     Pembentukan kolagen
        Disebut juga dengan fase granulasi karena adanya pembentukan jaringan granulasi
pada luka
        Masa granulasi luka nampak merah segar, mengkilat
        Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi : Fibroblasts, sel inflamasi, pembuluh darah
yang baru, fibronectin and hyularonic acid
        Epitelisasi terjadi pada 24 jam pertama ditandai dengan penebalan lapisan epidermis
pada tepian luka
        Pembentukan lapisan epitel adalah untuk menutupi dan melindungi luka dari bakteri dan
kehilangan cairan
        Pada masa ini sangat penting untuk  menciptakan  lingkungan luka yang lembab agar
mempercepat proses pertumbuhan jaringan epitel
        Lapisan ini sangat  rapuh  dan mudah  hancur  dengan irigasi luka yang memiliki
tekanan tinggi atau pembersihan luka yang kasar.
        Epitelisasi terjadi pada 48 jam pertama pada luka insisi
        Pada masa pembentukan kolagen sangat membutuhkan oksigen, zat besi, vitamin C,
seng, magnesium dan protein
3.      Fase maturasi atau remodeling
         Berlangsung dari beberapa minggu s.d 2 tahun
        Terbentuknya kolagen yang baru yang mengubah bentuk luka serta peningkatan
kekuatan jaringan (tensile strength)
        Terbentuk jaringan parut (scar tissue)  50-80% sama kuatnya dengan jaringan
sebelumnya
        Terdapat pengurangan secara bertahap pada aktivitas selular and vaskularisasi jaringan
yang mengalami perbaikan

D.    Faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka

1.     Status Imunologi


2.     Kadar gula darah (impaired white cell function)
3.     Hidrasi (slows metabolism)
4.     Nutritisi
5.     Kadar albumin darah (‘building blocks’ for repair, colloid osmotic pressure – oedema)
6.     Suplai oksigen dan vaskularisasi
7.     Nyeri (causes vasoconstriction)
8.     Corticosteroids (depress immune function)

E.     Manajemen  Luka

Konsep perawatan luka modern mempertimbangkan penampilan luka, bukan


penyebab luka. Penampilan luka berbeda, penanganan berbeda
Paling penting dalam   manajemen  perawatan luka adalah  ”preparasi  luka”   (persiapan
penampilan dasar luka).
Untuk itu diperlukan pengetahuan  dasar   tentang penampilan luka.
Pada konsep perawatan luka modern, manajemen perawatan luka akut dan kronis
adalah dengan menggunakan metode 3 M, yaitu :
1.     Mencuci luka
2.     Membuang jaringan mati (nekrotik)
3.     Memilih balutan yang tepat
Namun semuanya tetap harus melalui proses keperawatan yang komprehensif meliputi
pengkajian, perencanaan, implementasi, evaluasi, dan yang tidak kalah penting adalah
dokumentasi.
1.      Pengkajian
a.     Kondisi luka
1)     Warna dasar luka
a)     Slough (yellow)
b)     Necrotic tissue (black)
c)     Infected tissue (green)
d)     Granulating tissue (red)
e)     Epithelialising (pink)
2)     Lokasi, ukuran (panjang, lebar, diameter) dan kedalaman luka
3)     Eksudat
4)     Odor
5)     Tanda-tanda infeksi
6)     Keadaan kulit sekitar luka : warna dan kelembaban      
b.     Hasil pemeriksaan laboratorium yang mendukung
c.      pengkajian Status nutrisi klien : BMI, kadar albumin
d.     pengkajian Status vascular : Hb, TcO2
e.     Pengkajian Status imunitas: terapi kortikosteroid atau obat-obatan immunosupresan
yang lain
f.       Penyakit yang mendasari : diabetes atau kelainan vaskularisasi lainnya

2.     Perencanaan
Langkah pertama dalam melakukan perencanaan perawatan luka adalah dengan
menggunakan TIME Manajemen yang terdiri dari :
a.     Tissue management (manajemen jaringan dasar luka),
b.     Inflamation control (control inflamasi),
c.      Moisture balance (kelembaban seimbang), dan
d.     Epitelial edge (pembentukan epitel tepi luka) .
Tujuan dari perencanaan perawatan luka dengan menggunakan TIME Management ini
adalah menyiapkan dasar luka (Wound Bed Preparation) agar luka dapat sembuh
secara optimal sesuai dengan prinsip perawatan luka yang lembab.
a.     Pemilihan Balutan Luka
Balutan luka (wound dressings) secara khusus telah mengalami perkembangan yang
sangat pesat selama hampir dua dekade ini. Revolusi dalam perawatan luka ini dimulai
dengan adanya hasil penelitian yang dilakukan oleh Professor G.D Winter (bapak
perawatan luka lembab) pada tahun 1962 yang dipublikasikan dalam
jurnal Nature tentang keadaan lingkungan yang optimal untuk penyembuhan
luka. Menurut Gitarja (2002), adapun alasan dari teori perawatan luka dengan suasana
lembab ini antara lain:
1)     Mempercepat fibrinolisis
Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih cepat oleh netrofil dan sel
endotel dalam suasana lembab.
2)     Mempercepat angiogenesis
Dalam keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan merangsang lebih
pembentukan pembuluh darah dengan lebih cepat.
3)     Menurunkan resiko infeksi
Kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan perawatan kering
4)     Mempercepat pembentukan Growth factor
Growth factor berperan pada proses penyembuhan luka untuk membentuk stratum
corneum dan angiogenesis, dimana produksi komponen tersebut lebih cepat terbentuk
dalam lingkungan yang lembab.
5)     Mempercepat terjadinya pembentukan sel aktif.
Pada keadaan lembab, invasi netrofil yang diikuti oleh makrofag, monosit dan limfosit ke
daerah luka berfungsi lebih dini.

Pada dasarnya prinsip pemilihan balutan yang akan digunakan untuk membalut luka
harus memenuhi kaidah-kaidah berikut ini:
1)     Kapasitas balutan untuk dapat menyerap cairan yang dikeluarkan oleh luka (absorbing)
2)     Kemampuan balutan untuk mengangkat jaringan nekrotik dan mengurangi resiko
terjadinya kontaminasi mikroorganisme (non viable tissue removal)
3)     Meningkatkan kemampuan rehidrasi luka (wound rehydration)
4)     Melindungi dari kehilangan panas tubuh akibat penguapan
5)     Kemampuan atau potensi sebagai sarana pengangkut atau pendistribusian antibiotic ke
seluruh bagian luka (Hartmann, 1999; Ovington, 1999)
Dasar pemilihan terapi harus berdasarkan pada :
1)     Apakah suplai telah tersedia?
2)     Bagaimana cara memilih terapi yang tepat?
3)     Bagaimana dengan keterlibatan pasien untuk memilih?
4)     Bagaimana dengan pertimbangan biaya?
5)     Apakah sesuai dengan SOP yang berlaku?
6)     Bagaimana cara mengevaluasi?

b.     Jenis-jenis balutan dan terapi alternative lainnya

1)     Film Dressing


a)     Semi-permeable primary atau secondary dressings
b)     Clear polyurethane yang disertai perekat adhesive
c)     Conformable, anti robek atau tergores
d)     Tidak menyerap eksudat
e)     Indikasi : luka dgn epitelisasi, low exudate, luka insisi
f)       Kontraindikasi : luka terinfeksi, eksudat banyak
g)     Contoh: Tegaderm, Op-site, Mefilm
2)     Hydrocolloid
a)     Pectin, gelatin, carboxymethylcellulose dan elastomers
b)     Support autolysis untuk mengangkat jaringan nekrotik atau slough
c)     Occlusive –> hypoxic environment untuk mensupport angiogenesis
d)     Waterproof
e)     Indikasi : luka dengan epitelisasi, eksudat minimal
f)       Kontraindikasi : luka yang terinfeksi atau luka grade III-IV
g)     Contoh: Duoderm extra thin, Hydrocoll, Comfeel

3)     Alginate
a)     Terbuat dari rumput laut
b)     Membentuk gel diatas permukaan luka
c)     Mudah diangkat dan dibersihkan
d)     Bisa menyebabkan nyeri
e)     Membantu untuk mengangkat jaringan mati
f)       Tersedia dalam bentuk lembaran dan pita
g)     Indikasi : luka dengan eksudat sedang s.d berat
h)     Kontraindikasi : luka dengan jaringan nekrotik dan kering
i)       Contoh : Kaltostat, Sorbalgon, Sorbsan

4)     Foam Dressings


a)     Polyurethane
b)     Non-adherent wound contact layer
c)     Highly absorptive
d)     Semi-permeable
e)     Jenis bervariasi
f)       Adhesive dan non-adhesive
g)     Indikasi : eksudat sedang s.d berat
h)     Kontraindikasi : luka dengan eksudat minimal, jaringan nekrotik hitam
i)       Contoh : Cutinova, Lyofoam, Tielle, Allevyn, Versiva

5)     Terapi alternative


a)     Zinc Oxide (ZnO cream)
b)     Madu (Honey)
c)     Sugar paste (gula)
d)     Larvae therapy/Maggot Therapy
e)     Vacuum Assisted Closure
f)       Hyperbaric Oxygen

3.     Implementasi
a.     Luka dengan eksudat & jaringan nekrotik (sloughy wound) – warna dasar luka kuning
(yellow)
1)     Bertujuan untuk melunakkan dan mengangkat jaringan mati (slough tissue)
2)     Sel-sel mati terakumulasi dalam eksudat
3)     Untuk merangsang granulasi
4)     Mengkaji kedalaman luka dan jumlah eksudat
5)     Balutan yang dipakai antara lain: hydrogels, hydrocolloids, alginates dan hydrofibre
dressings
b.     Luka Nekrotik – warna dasar luka hitam (black)
1)     Bertujuan untuk melunakan dan mengangkat jaringan nekrotik (eschar)
2)     Berikan lingkungan yg kondusif u/autolysis
3)     Kaji kedalaman luka dan jumlah eksudat
4)     Hydrogels, hydrocolloid dressings
c.     Luka terinfeksi – warna dasar luka hijau (green)
1)     Bertujuan untuk mengurangi eksudat, bau dan mempercepat penyembuhan luka
2)     Identifikasi tanda-tanda klinis dari infeksi pada luka
3)     Wound culture – systemic antibiotics
4)     Kontrol eksudat dan bau
5)     Ganti balutan tiap hari
6)     Hydrogel, hydrofibre, alginate, metronidazole gel (0,75%), carbon dressings, silver
dressings
d.     Luka Granulasi – warna dasar luka merah (red0
1)     Bertujuan untuk meningkatkan proses granulasi, melindungi jaringan yang baru, jaga
kelembaban luka
2)     Kaji kedalaman luka dan jumlah eksudat
3)     Moist wound surface – non-adherent dressing
4)     Treatment overgranulasi
5)     Hydrocolloids, foams, alginates
e.     Luka epitelisasi – warna dasar luka pink
1)     Bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif untuk “re-surfacing”
2)     Transparent films, hydrocolloids
3)     Balutan tidak terlalu sering diganti
f.       Balutan kombinasi

Tujuan Tindakan

Hydrogel + film
Rehidrasi atau hanya hydrocolloid

Hydrogel + film/foam
Atau hanya hydrocolloid
Debridement Atau alginate + film/foam
(deslough) Atau hydrofibre + film/foam
Extra absorbent foam
Atau extra absorbent alginate +
Manage eksudat foam
sedang Atau hydrofibre + foam
s.d berat Atau cavity filler plus foam

4.     Evaluasi dan Monitoring Luka


a.     Dimensi luka : size, depth, length, width
b.     Photography
c.     Wound assessment charts
d.     Frekuensi pengkajian
e.     Plan of care

5.     Dokumentasi Perawatan Luka


a.     Potential masalah
b.     Komunikasi yang adekuat
c.     Continuity of care
d.     Mengkaji perkembangan terapi atau masalah lain yang timbul
e.     Harus bersifat faktual, tidak subjektif
f.       Wound assessment charts
Perawatan Luka Modern Vs Perawatan Luka
Konvensional
December 13, 2017 admin

Perawatan luka merupakan hal yang sangat penting diperhatikan khusunya anda yang memiliki
masalah dengan luka kronik seperti luka diabetes, kanker, dekubitus dll. Berbagai aspek dalam
perawatan agar menunjang penyembuhan luka harus anda perhatikan. Salah satu hal yang penting
diperhatikan yaitu jenis balutan terhadap luka yang dialami. Teknik ataupun metode perawatan
luka dapat dibagi menjadi balutan modern dan balutan konvensional/tradisional. Penggunaan jenis
perawatan yang tepat sebaiknya dikonsultasikan dengan perawat spesialis luka ataupun petugas
kesehatan lainnya.

Perawatan Luka Konvensional/Tradisional

Perawatan luka konvensional merupakan perawatan standar yang dapat sederhana dilakukan di
rumah. Bahan perawatan yang digunakan seperti kassa, larutan NACL 0,9%, plester dll.
Perawatan luka menggunakan metode konvensional ini dapat digunakan pada luka yang tidak
berbahaya sepeti cidera ringan. Perawatan ini bertujuan untuk menyerap cairan, mengentikan
perdarahan, melindungi area luka, mencegah infeksi, dan mengeringkan luka.

Penggunaan balutan konvensional diterapkan pada luka-luka cidera kecil secara langsung. Namun
jika anda ragu, anda dapat menghubungi tenaga kesehatan profesional untuk menjelaskan secara
detail dan mendemonstrasikan cara perawatan luka dengan metode ini.

Perawatan Luka Modern


Perawatan luka modern merupakan perawatan dimana proses perawatan menekankan pada
kelembabapan luka sebagai lingkungan yang efektif untuk proses penyembuhan. Dalam menjaga
kelembapan luka ini, digunakan bahan tambahan dalam perawatan seperti foam dressing,
hidrogel, alginate, ataupun hidrokoloid dimana disesuaikan dengan penampakan luka.

Baca Juga: Perawatan Luka Lembab (Moist Wound Healing)

Tujuan dari metode perawatan luka modern ini dimana menjaga temperatur luka agar tetap
lembab, meningkatkan aliran oksigen pada luka, membersihkan infeksi pada area luka,
mengangkat jaringan mati, dan memudahkan penggantian balutan.

Sebuah penelitian review dimana  membandingkan antara perawatan luka konvensional dengan
perawatan luka modern khusunya pada 5.690 luka (Luka ulkus kaki, luka diabetes dan luka tekan)
pada tahap pertama dan 22.492 luka di tahap kedua didapatkan bahwa durasi rata-rata kesakitan
pada  balutan luka konvensional selama 12,4 bulan sedangkan pada balutan luka modern 10,4
bulan. Durasi perawatan rata-rata dihabiskan pada balutan luka konvensional selama 113 hari,
sedangkan pada balutan luka modern hanya 109 hari (K Hayer et al, 2012).

Prinsip Perawatan Luka Modern

Perawatan luka modern tidak hanya sebatas penggunaan bahan tambahan dalam perawatan luka,
namun terdapat beberapa tindakan penting lainnya.

contoh balutan modern – BSN

Debridement

Debridement atau mengangkat jaringan mati pada luka dimana menghambat proses penyembuhan
dapat melalui 4 cara yaitu menggunakan kassa dan NACL 0,9% untuk menyerap cairan,
menggunakan enzim-enzim tubuh untuk melakukan pelepasan jaringan tubuh secara mendiri,
memberikan enzim tambahan dari luar tubuh ataupun menggunakan cara biologis (maggot) untuk
membersihkan jaringan mati.
Pengendalian Bakteri

Pengendalian bakteri dapat menggunakan bahan antiseptik, antibiotik, ataupun balutan dengan
anti mikroba (Hydrofobik dressing atau Silver Dressing).

Baca Juga : Manajemen Perawatan Luka Modern dengan 3M

Penyerapan Cairan (Eksudat)

Pemakaian balutan dengan daya serap tinggi (mechanical vaccum) dapat mengendalikan cairan
merembes pada luka. Contoh balutannya seperti absorbent dressing, hidrofibre alginate ataupun
foam.
Ten Tips for dressing and securement of IV
device wounds
Posted by Claire Rickard, Amanda Ullman, Tricia Kleidon, Nicole Marsh on 13 June 2017

Ten Tips for dressing and securement of IV device wounds, Australian Nursing & Midwifery
Journal 2017;24(10):32-34.

Reprinted with permission of the Australian Nursing & Midwifery Federation.

Nurses insert and care for more than two billion intravascular (IV) devices globally each year. A
wound is created for each IV insertion, and the wound cannot heal while the IV remains. Usually,
millions of microorganisms live on our skin and cause no harm. However, insertion of an IV
allows these microorganisms to be directly pushed into the blood, or to 'crawl' up the device body
while the IV is in place. Devastating infections, organ failure and death can occur.  Evidence-
based nursing is vital to prevent complications associated with IV device wounds.

Here are ten ways to ensure your patient stays safe and comfortable, regardless of whether their
IV is a peripheral or central venous catheter, peripherally inserted central catheter, totally
implanted venous port, arterial, umbilical, or dialysis catheter.

We're not going to mention hand hygiene because we know that you know hand hygiene is vital
before every IV procedure!

1. Clip (don't shave) visible hair before device insertion.


Hair and dressings don't mix. A hairy arm or chest prevents
good contact of dressing adhesive with the skin. That's bad
news, as the dressing will become loose quicker, water or
body fluids may enter the wound, and an extra dressing
replacement will be needed. It also means increased pain or
even a skin tear when the dressing is removed. Ouch! Use a
single-use disposable clipper head or sterile scissors (not a
razor), and trim the entire area to be covered by the dressing.
Do this before skin decontamination. Jugular catheters in
men can be an ongoing problem from rapid beard growth
'pushing' the dressing away from the skin - even taking the
line with it. Inserters can 'tunnel' (yes, just like in Hickman
lines) jugular catheters to exit the skin lower on the neck,
rather than directly over the vein puncture, to avoid the beard area. 

2. Ensure the skin is clean and decontaminated properly before inserting the device. First,
clean off any moisturisers with soap and water, and adhesive residue with medical adhesive
remover. Then apply antiseptic solution to reduce the number of microorganisms on the skin. Use
single-use products, as bottles can become contaminated. Chlorhexidine (> 0.5% concentration) in
70% alcohol is recommended (Moureau 2013), as alcohol has an immediate effect and dries
quickly, but chlorhexidine has ongoing antimicrobial action for 7-10 days, and used together they
also kill a wider variety of microorganisms. For patients sensitive to chlorhexidine, consider
tincture of iodine, povidone-iodine, or 70% alcohol (Gorski et al. 2016). For really delicate skin,
consider 70% alcohol to clean, remove this with sterile saline, then 0.5% chlorhexidine in aqueous
solution. Your pharmacist can import octenidine through the TGA's Special Access Scheme.

3. Be patient - wait for the antiseptic to air dry, before applying the dressing, whichever kind
of decontamination product you use. Dressings placed on moist skin are the true cause of many
wrongly called 'dressing allergies' where skin becomes red, painful and/or itchy.

4. Apply a sterile dressing. Dressings can be transparent plastic type, or sterile gauze used with
good quality, preferably sterile, tape; but they must be sterile (Marsh et al. 2015, Ullman et al.
2015). Choose a dressing that fits the anatomical location. If the patient is sweating or oozing,
plastic dressings will not stick well, and sterile gauze with sterile tape is a better choice. While
non-sterile paper tape seems to be everywhere in hospitals, it's not ideal as it adheres poorly, is
rough on skin, and is non-sterile. Better quality tapes provide stronger, gentler adherance to skin
and stay in place longer. Sterile tape should be sought, espcially if placed close to the wound (ask
your IV-starter kit provider to include sterilised tape). Try silicone dressings and tapes for patients
whose skin may tear or is irritated. Don't compromise your sterile dressing by placing non-sterile
foam under the hub to reduce pressure, or use non sterile tape under the dressing - other sterile
foam and tape are available. Patients with poor skin benefit from skin protectant barrier solution
applied before the dressing. Of course, let this dry before applying the dressing.

5. No tension! Don't stretch plastic


dressings as you apply them, or place
dressings/tape so that skin is pulled away
from its natural resting shape. It can be
tricky to stop some dressings sticking to
themselves once you've removed the
backing, but don't hold them in a
stretched manner as you place them on
the skin. Dressings need to be placed
gently in a direct downwards motion onto
the skin. There should be no tension on
the skin in any direction, as this causes
skin injury and encourages the dressing to
become loose. Gently pat rather than smooth the dressing into place, so there are no gaps or
wrinkles, and to activate the adhesive across the entire dressing. Further, don't wrap tape tightly
all around the limb. IV devices can fail due to the torniquet-like effect of too much tape. Sure, it's
good to keep the line in, but it's not much use if it's blocked off, and it's pretty uncomfortable for
the patient too.

6.  Apply both a dressing AND a securement. Way back when, we all thought dressings were
enough to keep the wound clean, as welll as to hold the IV in place. It's clear now that most
dressings need additional securement to hold the IV and any attached tubing to the skin. This
extra securement of the catheter prevents not just the line falling out of the vein, but also 'micro-
movement' of the device within the vein. The cells inside the vein are delicate - even the smallest
IV movement causes irritation, pain, thrombosis, and swelling of the vein. The less micro-motion
the less chance the IV will be occluded or 'tissued' when you want to use it.
There are many ways to get additional securement for different IV types. These include two-part
dressings which hold the device both from above and below, additional 'securement devices'
which may stick to the skin or penetrate it with staple-like components, various tapes, sutures, and
stretchy bandage tubes (which patients often like). These all reduce the chance of IVs getting
caught on tables, bed rails, handles, and so on. One to two drops of medical grade superglue
(cyanoacrylate) applied directly to the wound and under the hub on insertion are an effective way
to reduce micro-movement, achieve haemostasis in oozy patients, and provide further infection
prevention (Bugden et al. 2016, Rickard et al. 2016).

7. If a dressing needs replacing, replace it.


Admit it, we've all added layer upon layer of non-
sterile paper tape to avoid doing a dressing
replacement - sometimes the patient resembles an
Egyptian mummy. 

But if the dressing has loose edges, has blood


under it, or is otherwise dirty, it needs replacing
so infections are kept out and the IV kept in. That
means cleaning off blood using sterile sodium
chloride, re-applying skin decontamination
(waiting until it dries), and replacing with a new
sterile dressing, and new securement. 

8. Remove dressings/tape carefully. When


removing, don't rapidly pull these at a vertical
angle. This pulls the epidermis, risking skin
injury. Instead, loosen the edge of the dressing/tape, and remove 'low and slow' in the direction of
hair growth, keeping it close to the skin surface while pulling it back over itself, and supporting
the newly exposed skin with your other (gloved) hand. For patients at high risk of skin injury,
consider a medical adhesive removal product, but remember these are not sterile, and must be
washed off. Each dressing change also requires cleaning the IV wound with sterile saline and
reapplying the antiseptic solution. Residue from previous dressings can be removed with medical
adhesive remover.

9. Quarterly audit your IV dressings and securements and discuss results with your team. If
you walked around your unit today, how many IVs would have dressings that are dry, clean and
intact? 100%? How many patients would have skin irritation or injury from dressing/tape use (or
misuse)? How many would have pressure tugging on the device from unsecured tubing? How
many patients would feel confident that their IV is well secured? This topic can be a simple,
regular quality improvement project, leading to local improvements for patients and pride in
nursing care standards. Why not run a competition with other wards in your institution as to who
has the 'best IV dressings'? Such data could justify more expensive dressing and securement
options that actually save money and nursing time through reduced complications. You could
present your findings at a nursing conference or write about them in a nursing journal! (Russell et
al. 2013, New et al. 2014, Ullman et al. 2016)

10. If you're having trouble, ask a wound and/or vascular access nurse specialist. If a patient
has pain, itching, or skin injury from a dressing, or you just can't get the dressings to stay on, seek
help from the experts (Ullman et al. 2015). Wound specialists in particular have a deep knowledge
of, and access to, the range of specialty dressing products that may be needed in some patients.
Even though the wound is from an IV device, it is still a wound and their advice will be invaluable
for you and the patient.

References
Bugden, S., K. Shean, M. Scott, G. Mihala, S. Clark, C. Johnstone, J. F. Fraser and C. M. Rickard.
2016. Skin glue reduces the failure rate of emergency department-inserted peripheral intravenous
catheters: a randomized controlled trial. Ann Emerg Med 68(2):196-201.

Gorski, L., L. Hadaway, M. E. Hagle, M. McGoldrick, M. Orr and D. Doellman. 2016. Infusion
Therapy Standards of Practice. J Infus Nurs 39(Supp1): S1-S159.
Marsh, N., J. Webster, G. Mihala and C. M. Rickard. 2015. Devices and dressings to secure
peripheral venous catheters to prevent complications (Review). Cochrane Database Syst Rev(6):
CD011070.

Moureau, N. 2013. Safe patient care when using vascular access devices. Br J Nurs 22(2):
S14,S16,S18passim.

New, K. A., J. Webster, N. M. Marsh and B. Hewer. 2014. Intravascular device utilisation,
management, documentation and complications: a point prevalence survey. Aust Health Rev
38(3): 345-349.

Rickard, C. M., M. Edwards, A. J. Spooner, G. Mihala, N. Marsh, J. Best, T. Wendt, I. Rapchuk,


S. Gabriel, B. Thomson, A. Corley and J. F. Fraser. 2016. A 4-arm randomized controlled pilot
trial of innovative solutions for jugular central venous access device securement in 221 cardiac
surgical patients. J Crit Care 36: 35-42.

Russell, E., R. J. Chan, N. Marsh and K. New. 2014. A point prevalence study of cancer nursing
practices for managing intravascular devices in an Australian tertiary cancer center. Eur J Oncol
Nurs 18(3):231-5.

Ullman, A. J., M. Cooke, T. Kleidon and C. M. Rickard. 2017. Road map for improvement: point
prevalence audit and survey of central venous access devices in paediatric acute care. J Paediatr
Child Health 53(2):123-30.

Ullman, A. J., T. Kleidon and C. M. Rickard. 2015. The role of the Vascular Access Nurse
Practitioner in developing evidence, promoting evidence-based vascular access practice and
improving health services. Vascular Access 1(1): 10-20.

Ullman, A. J., M. Mitchell, F. Lin, K. New, D. Long, M. Cooke and C. M. Rickard. 2015.
Dressings and securement devices for central venous catheters (Review). Cochrane Database Syst
Rev(9): CD010367.

Sepuluh Tip untuk membalut dan


mengamankan luka perangkat IV
Diposting oleh Claire Rickard, Amanda Ullman, Tricia Kleidon, Nicole Marsh pada 13 Juni 2017

Sepuluh Tip untuk membalut dan mengamankan luka perangkat IV , Australian Nursing &
Midwifery Journal 2017; 24 (10): 32-34.

Dicetak ulang dengan izin dari Australian Nursing & Midwifery Federation.

Perawat memasukkan dan merawat lebih dari dua miliar perangkat intravaskular (IV) secara
global setiap tahunnya. Luka dibuat untuk setiap penyisipan IV, dan luka tidak dapat
disembuhkan saat infus tetap. Biasanya, jutaan mikroorganisme hidup di kulit kita dan tidak
membahayakan. Namun, penyisipan infus memungkinkan mikroorganisme ini didorong langsung
ke dalam darah, atau untuk 'merangkak' ke bodi perangkat saat infus berada di tempat. Infeksi
yang menghancurkan, kegagalan organ dan kematian bisa terjadi. Keperawatan berbasis bukti
sangat penting untuk mencegah komplikasi yang berhubungan dengan luka pada IV.

Berikut adalah sepuluh cara untuk memastikan pasien Anda tetap aman dan nyaman, terlepas dari
apakah IV mereka adalah kateter vena perifer atau pusat, kateter sentral yang disisipkan secara
perifer, port vena vena, kateter arteri, umbilical, atau dialisis yang diimplantasi sepenuhnya.
Kami tidak akan menyebutkan kebersihan tangan karena kami tahu bahwa Anda tahu kebersihan
tangan sangat penting sebelum setiap prosedur IV!

1. Klip (jangan mencukur) rambut yang terlihat sebelum


penyisipan perangkat. Rambut dan dressing tidak
bercampur. Lengan atau dada yang berbulu mencegah kontak
yang baik dengan perekat perekat dengan kulit. Itu kabar
buruk, karena dressing akan menjadi lebih cepat, air atau
cairan tubuh bisa masuk luka, dan penggantian dressing
tambahan akan dibutuhkan. Ini juga berarti rasa sakit yang
meningkat atau bahkan robek kulit saat dressing dilepas.
Aduh! Gunakan kepala pemotong sekali pakai sekali pakai
atau gunting steril (bukan pisau cukur), dan rapikan seluruh
area yang akan ditutupi oleh dressing. Lakukan ini sebelum
dekontaminasi kulit. Kateter meson pada pria bisa menjadi
masalah yang terus berlanjut dari pertumbuhan jenggot yang
cepat 'mendorong' saus dari kulit - bahkan mengantreinya.
Penyisipan bisa 'terowongan' (ya, seperti pada garis Hickman) kateter jugularis untuk keluar dari
kulit lebih rendah di leher, bukan langsung di atas tusukan vena, untuk menghindari area jenggot.

2. Pastikan kulit bersih dan didekontaminasi dengan benar sebelum memasukkan


perangkat. Pertama, bersihkan pelembab dengan sabun dan air, dan residu perekat dengan
penghilang perekat medis. Kemudian oleskan larutan antiseptik untuk mengurangi jumlah
mikroorganisme pada kulit. Gunakan produk sekali pakai, karena botol bisa terkontaminasi.
Klorheksidin (> konsentrasi 0,5%) pada 70% alkohol direkomendasikan (Moureau 2013), karena
alkohol memiliki efek langsung dan cepat kering, namun chlorhexidine memiliki tindakan
antimikroba yang sedang berlangsung selama 7-10 hari, dan digunakan bersamaan, mereka juga
membunuh lebih banyak variasi. mikroorganisme. Untuk pasien yang peka terhadap klorheksidin,
pertimbangkan tingtur iodium, povidone-iodine, atau 70% alkohol (Gorski et al., 2016). Untuk
kulit yang benar-benar halus, pertimbangkan 70% alkohol untuk membersihkannya, keluarkan ini
dengan garam steril, lalu 0,5% chlorhexidine dalam larutan berair. Apoteker Anda dapat
mengimpor octenidine melalui TGA Special Access Scheme.

3. Bersabarlah - tunggu antiseptik mengering, sebelum mengoleskan dressing , jenis produk


dekontaminasi apa saja yang Anda gunakan. Dressing yang diletakkan pada kulit lembab adalah
penyebab sebenarnya dari banyak yang salah disebut 'saus alergi' dimana kulit menjadi merah,
nyeri dan / atau gatal.

4. Oleskan dressing steril. Dressing bisa berupa plastik transparan, atau kasa steril yang
digunakan dengan kualitas bagus, sebaiknya steril, tape; tetapi harus steril (Marsh et al., 2015,
Ullman dkk., 2015). Pilihlah dressing yang sesuai dengan lokasi anatomis. Jika pasien berkeringat
atau oozing, pembalut plastik tidak akan menempel dengan baik, dan kasa steril dengan pita steril
adalah pilihan yang lebih baik. Sementara pita kertas non-steril nampaknya ada di mana-mana di
rumah sakit, tidak ideal karena menempel dengan buruk, kasar pada kulit, dan tidak steril.
Rekaman kualitas yang lebih baik memberikan penganut yang lebih kuat dan lembut pada kulit
dan bertahan di tempat yang lebih lama. Rekaman steril harus dicari, espcially jika ditempatkan di
dekat luka (mintalah penyedia alat starter IV untuk memasukkan pita steril). Cobalah dressing dan
kaset silikon untuk pasien yang kulitnya robek atau teriritasi. Jangan kompromi saus steril Anda
dengan menempatkan busa non-steril di bawah hub untuk mengurangi tekanan, atau gunakan pita
steril non steril di bawah dressing - busa dan pita steril lainnya tersedia. Pasien dengan manfaat
kulit buruk dari solusi penghalang pelindung kulit diterapkan sebelum berpakaian. Tentu, biarkan
ini kering sebelum mengoleskan dressing.

5. Tidak ada ketegangan! Jangan


meregangkan dressing plastik saat Anda
mengaplikasikannya, atau tempatkan
dressing / tape agar kulit ditarik dari
bentuk peristirahatan alami. Bisa jadi sulit
menghentikan beberapa dressing yang menempel pada diri mereka sendiri begitu Anda
melepaskan sandarannya, tapi jangan menahannya dengan cara yang membentang saat Anda
meletakkannya di kulit. Dressing perlu ditempatkan dengan lembut dalam gerakan turun langsung
ke kulit. Seharusnya tidak ada ketegangan pada kulit ke segala arah, karena ini menyebabkan
cedera kulit dan mendorong agar pakaian menjadi longgar. Lembut tepuk dan bukannya
menghaluskan dressing ke tempatnya, jadi tidak ada celah atau keriput, dan untuk mengaktifkan
perekat di seluruh dressing. Selanjutnya, jangan membungkus tape erat-erat di sekitar dahan.
Perangkat IV bisa gagal karena efek torniquet-like tape terlalu banyak. Tentu, ada gunanya
menjaga jarak, tapi tidak banyak gunanya jika diblokir, dan juga sangat tidak nyaman bagi pasien.

6. Oleskan kedua dressing AND secasing. Jalan kembali kapan, kita semua mengira dressing
sudah cukup untuk menjaga agar luka tetap bersih, sama baiknya dengan memegang IV di tempat.
Sudah jelas sekarang bahwa sebagian besar dressing memerlukan pengaman tambahan untuk
menahan infus dan tubing yang melekat pada kulit. Pengambilan ekstra kateter ini mencegah tidak
hanya garis yang keluar dari vena, tapi juga 'gerakan mikro' pada perangkat di dalam vena. Sel-sel
di dalam pembuluh darah itu halus - bahkan gerakan IV terkecil pun menyebabkan iritasi, nyeri,
trombosis, dan pembengkakan pembuluh darah. Semakin sedikit gerak mikro, semakin kecil
kemungkinan IV akan tersumbat atau 'tersumbat' saat Anda ingin menggunakannya.
Ada banyak cara untuk mendapatkan tambahan secasing untuk tipe IV yang berbeda. Ini termasuk
dressing dua bagian yang memegang perangkat dari atas dan bawah, tambahan 'perangkat
pengukur' yang mungkin menempel pada kulit atau menembusnya dengan komponen seperti
pokok, berbagai kaset, jahitan, dan tabung perban melengkung (yang seringkali disukai pasien ).
Semua ini mengurangi kemungkinan infus tertangkap di meja, rel tempat tidur, pegangan, dan
sebagainya. Satu sampai dua tetes superglue grade medis (cyanoacrylate) yang diterapkan secara
langsung pada luka dan di bawah hub pada insersi adalah cara efektif untuk mengurangi
pergerakan mikro, mencapai haemostasis pada pasien oozy, dan memberikan pencegahan infeksi
lebih lanjut (Bugden et al., 2016, Rickard et al, 2016).

7. Jika ganti baju perlu diganti, ganti. Akui


saja, kita semua menambahkan lapisan pada
lapisan pita kertas non-steril untuk menghindari
penggantian ganti pakaian - terkadang pasien
menyerupai mumi Mesir.

Tapi jika dressingnya memiliki tepi yang longgar,


memiliki darah di bawahnya, atau jika tidak
kotor, perlu diganti sehingga infeksi dijaga dan
infus tetap masuk. Itu berarti membersihkan
darah dengan menggunakan natrium klorida
steril, mengoleskan kembali dekontaminasi kulit
(menunggu sampai itu mengering), dan
mengganti dengan saus steril baru, dan ukuran
baru.

8. Lepaskan dressing / tape dengan hati-hati.


Saat melepas, jangan cepat-cepat menariknya pada sudut vertikal. Ini menarik epidermis,
mempertaruhkan cedera kulit. Sebagai gantinya, kendurkan tepi dressing / tape, dan lepaskan
'rendah dan lambat' ke arah pertumbuhan rambut, jaga agar tetap dekat dengan permukaan kulit
sambil menariknya kembali ke atas dirinya sendiri, dan dukung kulit yang baru terpapar dengan
yang lain (sarung tangan ) tangan. Bagi pasien yang berisiko tinggi mengalami cedera kulit,
pertimbangkan produk perekat perekat medis, tapi ingat ini tidak steril, dan harus dicuci bersih.
Setiap perubahan ganti pakaian juga memerlukan pembersihan luka IV dengan larutan garam
steril dan mengoleskan kembali larutan antiseptik. Residu dari dressing sebelumnya bisa dilepas
dengan perekat perisai medis.

9. Audit kuartalan dressing dan securment IV Anda dan diskusikan hasilnya dengan tim
Anda. Jika Anda berjalan mengelilingi unit Anda hari ini, berapa banyak infus yang berdandan
yang kering, bersih dan utuh? 100%? Berapa banyak pasien yang mengalami iritasi kulit atau
cedera akibat penggunaan dressing / tape (atau penyalahgunaan)? Berapa banyak yang akan
menahan tekanan pada perangkat dari tabung tanpa jaminan? Berapa banyak pasien yang merasa
yakin bahwa infus mereka aman? Topik ini bisa menjadi proyek peningkatan kualitas reguler
yang sederhana, yang mengarah pada perbaikan lokal untuk pasien dan kebanggaan dalam asuhan
keperawatan. Mengapa tidak menjalankan persaingan dengan lingkungan lain di institusi Anda
seperti siapa yang memiliki 'dressing IV terbaik'? Data semacam itu bisa membenarkan pilihan
dressing dan secasing yang lebih mahal yang sebenarnya menghemat uang dan menyusui melalui
komplikasi yang berkurang. Anda bisa mempresentasikan temuan Anda di konferensi perawat
atau menulis tentang mereka di jurnal keperawatan! (Russell et al 2013, New et al 2014, Ullman
dkk, 2016)

10. Jika Anda mengalami masalah, mintalah spesialis perawat akses luka dan / atau
vaskular. Jika pasien menderita sakit, gatal, atau luka kulit akibat berpakaian, atau Anda tidak
bisa membuat dressing untuk tetap hidup, mintalah bantuan dari para ahli (Ullman dkk., 2015).
Spesialis luka khususnya memiliki pengetahuan yang mendalam tentang, dan akses ke, berbagai
produk berpakaian khusus yang mungkin diperlukan pada beberapa pasien. Meskipun luka itu dari
alat infus, itu masih luka dan saran mereka akan sangat berharga bagi Anda dan pasiennya.

Referensi
Bugden, S., K. Shean, M. Scott, G. Mihala, S. Clark, C. Johnstone, JF Fraser dan CM Rickard.
2016. Perekat kulit mengurangi tingkat kegagalan kateter intravena perifer antar daerah darurat:
uji coba terkontrol secara acak. Ann Emerg Med 68 (2): 196-201.

Gorski, L., L. Hadaway, ME Hagle, M. McGoldrick, M. Orr dan D. Doellman. 2016. Standar
Terapi Infus Praktik. J Infus Nurs 39 (Supp1): S1-S159.

Marsh, N., J. Webster, G. Mihala dan CM Rickard. 2015. Perangkat dan dressing untuk
mengamankan kateter vena perifer untuk mencegah komplikasi (Review). Database Cochrane
Syst Rev (6): CD011070.

Moureau, N. 2013. Perawatan pasien yang aman saat menggunakan perangkat akses vaskular. Br
J Nurs 22 (2): S14, S16, S18passim.

Baru, KA, J. Webster, NM Marsh dan B. Hewer. 2014. Penggunaan, pengelolaan, dokumentasi
dan komplikasi perangkat intravaskular: survei prevalensi titik. Aust Health Rev 38 (3): 345-349.

Rickard, CM, M. Edwards, AJ Spooner, G. Mihala, N. Marsh, J. Best, T. Wendt, I. Rapchuk, S.


Gabriel, B. Thomson, A. Corley dan JF Fraser. 2016. Uji coba percobaan terkontrol acak 4 lengan
untuk solusi inovatif untuk perangkat akses vena jugular sentral yang tersedia pada 221 pasien
bedah jantung. J Crit Care 36: 35-42.

Russell, E., RJ Chan, N. Marsh dan K. Baru. 2014. Sebuah studi prevalensi titik praktik
keperawatan kanker untuk mengelola perangkat intravaskular di pusat kanker tersier Australia.
Eur J Oncol Nurs 18 (3): 231-5.

Ullman, AJ, M. Cooke, T. Kleidon dan CM Rickard. 2017. Peta jalan untuk perbaikan: audit
prevalensi titik dan survei perangkat akses vena sentral pada perawatan akut pediatrik. J Paediatr
Kesehatan Anak 53 (2): 123-30.

Ullman, AJ, T. Kleidon dan CM Rickard. 2015. Peran Praktisi Perawat Akses Vaskular dalam
mengembangkan bukti, mempromosikan praktik akses vaskular berbasis bukti dan memperbaiki
layanan kesehatan. Akses Vaskular 1 (1): 10-20.

Ullman, AJ, M. Mitchell, F. Lin, K. Baru, D. Panjang, M. Cooke dan CM Rickard. 2015. Alat rias
dan pengatur untuk kateter vena sentral (Review). Database Cochrane Syst Rev (9): CD010367.

Anda mungkin juga menyukai