Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perkerasan jalan beton semen atau secara umum disebut perkerasan kaku,
terdiri atas plat (slab) beton semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi
bawah (bisa juga tidak ada) di atas tanah dasar. Dalam konstruksi perkerasan
kaku, plat beton sering disebut sebagai lapis pondasi karena dimungkinkan
masih adanya lapisan aspal beton di atasnya yang berfungsi sebagai lapis
permukaan.

Perkerasan beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas yang tinggi,
akan mendistribusikan beban ke bidang tanah dasar yang cukup luas sehingga
bagian terbesar dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari plat beton
sendiri. Hal ini berbeda dengan perkerasan lentur dimana kekuatan perkerasan
diperoleh dari tebal lapis pondasi bawah, lapis pondasi dan lapis permukaan.

Penggunaan perkerasan beton sebagai jalan raya dan jalan lingkungan dapat
menjadi pilihan yang baik untuk suatu wilayah. Untuk perkerasan beton
umumnya dibuat dengan tebal minimal 20 cm menggunakan beton bermutu
tinggi (minimal beton K-300) agar tahan aus terhadap roda lalu lintas, memiliki
ketahanan yang baik terhadap pelapukan akibat cuaca, serta tidak memerlukan
pemeliharaan yang terlalu sering.

Pekerjaan finishing adalah pekerjaan akhir dari sebuah kegiatan


pembangunan dalam rangka menutupi, melapisi dan memperindah dari sebuah
bangunan atau konstruksi tersebut. Dalam rangka melakukan efisiensi terhadap
pekerjaan finishing maka kesalahan-kesalahan pekerjaan awal harus dihindari.

1
Manfaat dari pekerjaan finishing adalah menambah nilai estetika, merapikan,
melapisi dan meningkatkan keawetan bangunan gedung.
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian dari pekerjaan plat beton ?


2. Apa saja jenis-jenis pekerjaan plat beton?
3. Apa saja macam-macam metode pekerjaan Pelat beton ?
4. Apa pengertian dari pekerjaan Finishing ?
5. Apa tahap pekerjaan Finishing pada pekerjaan perkerasan jalan rigid ?

2
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Plat Beton

Plat beton bertulang merupakan sebuah bidang datar yang lebar dan kaku
yang biasanya mempunyai arah horizontal dengan permukaan bawah dan
atasnya sejajar atau mendekati sejajar. Pelat beton bertulang direncanakan
untuk memikul beban yang merata yang bekerja pada seluruh luas
permukaannya.

Pelat biasanya ditumpu oleh gelagar atau balok bertulang dan biasanya pelat
dicor menjadi satu kesatuan dengan gelagar tersebut. Tulangan-tulangan baja
pada pelat biasanya dipasang sejajar dengan permukaan pelat.

Pelat beton bertulang banyak digunakan pada bangunan sipil, baik sebagai
lantai bangunan, lantai atap dari suatu gedung, lantai jembatan maupun lantai
pada dermaga. Beban yang bekerja pada pelat umumnya diperhitungkan
terhadap beban gravitasi (beban mati dan/atau beban hidup). Beban tersebut
mengakibatkan terjadi momen lentur (seperti pada kasus balok).

Perkerasan jalan beton semen atau perkerasan kaku, terdiri dari plat beton
semen, dengan atau tanpa lapisan pondasi bawah, di atas tanah dasar. Dalam
konstruksi perkerasan kaku, plat beton semen sering juga dianggap sebagai
lapis pondasi, kalau di atasnya masih ada lapisan aspal.
Plat beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas yang tinggi, akan
mendistribusikan beban lalu lintas ke tanah dasar yang melingkupi daerah yang
cukup luas. Dengan demikian, bagian terbesar dari kapasitas struktur
perkerasan diperoleh dari plat beton itu sendiri.

3
B. Jenis – Jenis Plat Beton
Plat beton menurut strukturnya, terdiri dari :

1. Konvensional

Seluruh struktur plat dikerjakan ditempat, bekisting menggunakan


plywood dengan perancah scaffolding. ini merupakan cara lama yang
paling banyak digunakan namun membutuhkan waktu lama serta biaya
tinggi, kondisi ini kemudian menyebabkan banyak pekerja proyek
berlomba-lomba melakukan inovasi untuk mendapatkan hasil yang lebih
baik sekaligus biaya termurah.

2. Half slab

Disebut half slab karena separuh struktur plat lantai dikerjakan dengan
sistem precast, bagian tersebut bisa dibuat di pabrik lalu dikirim ke lokasi
proyek untuk dipasang, selanjutnya dilakukan pemasangan besi tulangan
bagian atas lalu dilakukan pengecoran separuh plat ditempat,
kelebihanya yaitu adanya pengurangan waktu serta biaya pekerjaan
bekisting.

4
3. Full precast

Bisa dibilang bahwa ini merupakan sistem paling cepat, namun yang
perlu diperhatikan jika menggunakan metode ini adalah segi kekuatan
alat angkat, misalnya kuat angkat ujung tower crane harus lebih besar
dari total berat beton precast, dari segi waktu pengerjaan akan lebih cepat
karena pengerjaan beton precast dapat dilakukan di pabrik sejak dini lalu
tinggal dikirim ke lokasi proyek untuk dipasang.

Plat beton menurut sistem perencanaan tulangannya, terdiri dari :


a. Plat satu arah

5
Dalam plat satu arah tulangan pokok hanya terpasang pada arah
memendek saja sedangkan pada arah memanjang plat hanya terpasang
tulangan bagi saja. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
berikut.

Karena momen lentur hanya bekerja pada 1 arah saja, yaitu searah
bentang L (lihat gambar di bawah), maka tulangan pokok juga dipasang
1 arah yang searah bentang L tersebut. Untuk menjaga agar kedudukan
tulangan pokok (pada saat pengecoran beton) tidak berubah dari tempat
semula maka dipasang pula tulangan tambahan yang arahnya tegak
lurus tulangan pokok. Tulangan tambahan ini lazim disebut : tulangan
bagi. (seperti terlihat pada gambar di bawah).
b. Plat dua arah

6
Dalam plat dua arah tulangan pokok plat tidak hanya pada arah
memendeknya saja (Y) akan tetapi juga terpasang pada arah
memanjangnya juga (X). dan untuk lebih jelasnya silakan dilihat
pada gambar di bawah ini.

C. Metode Pekerjaan Plat


2. Selanjutnya diratakan dan diadakan dengan menggunakan vibrating screed
yang sistem operasinya bergerak di atas mal memanjang ( sepanjang mal
memanjang) yang ditarik dengan tenaga manusia bolak.

7
3. Kotak yang pertama dicor kemudian pengecoran dilanjutkan pada kotak
yang ketiga (satu kotak di antaranya kosong)
4. Setelah slab beton selesai dipadatkan oleh vibrating screed maka pelat
beton tersebut ditutupi dengan atap plastik untuk menghindari sinar
matahari secara langsung yang dapat membuat beton mengering tidak
secara alamiah juga untuk mencegah terjadinya retak rambut.
5. Pembuatan alur (grooving) dilakukan secara manual setelah beton dalam
keadaan setengah mengeras ± 3 - 4 jam sesudah pengecoran
6. Pada hari kedua setelah pengecoran selesai, dilakukan proses curing dengan
menggelar karung goni di atas plat beton dan disiram dengan air

3 kali sehari selama seminggu


7. Pada hari ketiga setelah pengecoran maka mal (bekesting) samping dibuka
dilanjutkan dengan pemasangan mal memanjang (samping) tanpa
memasang mal melintang karena pelat beton yang sudah dicor berfungsi
sebagai mal melintang.
8. Setelah mal memanjang selesai dipasang dilanjutkan dengan menggelar/
memasang plastik di atas CTSB yang juga dilekatkan pada mal memanjang.
9. Kemudian sebagai pemisah antara dua pelat beton (yang sudah dicor
dengan hendak dicor) dilekatkan gabus (styro foam) dengan tebal 0,5 cm
untuk membentuk deletasi (celah) untuk muai dan susut plat beton.

8
10. Demikianlah sistem pengecoran tersebut dilakukan pada satu sisi jalan
diselesaikan sesuai dengan panjang rencana jalan itu.
11. Setelah pengecoran pada sisi kiri selesai sesuai dengan panjang jalan
rencana, pemasangan mal (bekesting) pada sisi kanan jalan tersebut
dilakukan lagi. Hanya saja mal memanjang pada salah satu sisi sudah tidak
diperlukan lagi karena sudah ada pelat beton yang telah dicor. Pengecoran
dilanjutkan dengan memakai sistem yang sama hanya pada sisi memanjang
plat beton yang sudah dicor diletakkan di atasnya besi siku sebagai
landasan/rel vibrating screed ketika ditarik dan bergerak dari ujung satu ke
ujung lain dengan maksud agar tidak terjadi kerusakan pada permukaan
pelat beton yang sudah dicor.
D. Pengertian Finishing
Yang dimaksud dengan finishing yaitu pekerjaan yang berkaitan dengan
penutupan, pelapisan, serta membuat tampilan bangunan menjadi tampak
indah. Pekerjaan ini dilaksanakan setelah semua proses pembuatan bangunan
selesai dilakukan. Jadi finishing adalah proses paling akhir dari keseluruhan
rangkain pembuatan bangunan.

E. Pekerjaan Finishing
Tahap finishing pekerjaan jalan beton terdiri dari :
1. Setelah pengecoran dan perataan dilakukakan, kelebihan air pada
permukaan dibuang. Sementara beton masih lembek, bagian-bagian yang
melesak harus segera diisi dengan beton baru, ditempa, dikonsolidasi dan
di finishing lagi. Daerah yang menonjol / berlebih harus dipotong dan
difinishing lagi. Sambungan harus diperiksa kerataannya. Permukaan harus
terus diperiksa dan dibetuikan sampai tak ada lagi perbedaan tinggi pada
permukaan dan perkerasan beton sesuai dengan kelandaian dan tampang
melintang yang ditentukan. Perbedaan tinggi permukaan menurut
pengujian mal datar (straight edge) tidak boleh melebihi toleransi yang
ditentukan.
2. Permukaan beton dikasarkan dengan disikat melintang garis sumbu ( centre
line) jalan, atau dengan cara pembuatan alur (grooving) pada arah
melintang atau memanjang jalan. Pembuatan alur (grooving) dilakukan

9
secara manual setelah beton dalam keadaan setengah mengeras ± 3 - 4 jam
sesudah pengecoran.
Pengkasaran yang dilakukan dengan menggunakan sikat kawat selebar tidak
kurang dari 45 cm, dan panjang kawat sikat dalam keadaan baru adalah 10
cm dengan masing-masing untaian terdiri dari 32 kawat. Sikat hams terdiri
dari 2 baris untaian kawat, yang diatur berselang-seling sehingga jarak
masing-masing pusat untaian maksimum 1 cm. Sikat harus diganti bila bulu
terpendek panjangnya sampai 9 cm. Kedalaman tekstur rata-rata tidak boleh
kurang dari 0,75 mm.

3. Pada hari kedua setelah pengecoran selesai, dilakukan proses curing


dengan menggelar karung goni di atas plat beton dan disiram dengan air 3
kali sehari selama seminggu . Beton yang telah dicor harus dijaga tetap
basah sekurang - kurangnya selama 14 (empat belas) hari setelah dicor.
Hal ini dimaksudkan agar kelembaban coran tetap terjaga sampai beton
berumur 28 hari.
Air tidak diperbolehkan mengalir melalui permukaan beton yang baru dicor
dengan kecepatan aliran yang bisa merusak permukaan beton tersebut.

10
4. Setelah beton kering dan semua pekerjaan telah selesai maka dilakukan
pembersihan lokasi tempat pekerjaan dari bahan-bahan/ benda-benda
yang tidak terpakai atau sisa-sisa bahan untuk pekerjaan.

BAB 3

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Plat beton bertulang merupakan sebuah bidang datar yang lebar dan kaku
yang biasanya mempunyai arah horizontal dengan permukaan bawah dan
atasnya sejajar atau mendekati sejajar.
Jenis-jenis pekerjaan plat beton menurut strukturnya yaitu Plat
Konvensional, Plat Half Slab, dan Plat Full Precast. Sedangkan menurut sistem
penulangannya terdiri dari Plat satu arah dan plat dua arah.
Metode pelaksanaan pekejaan plat dimulai dari pengecoran & penuangan
ready mix, peraataan dengan menggunakan vibrating sreed dan vibrator beton,
pembuatan alur pada jalan, dan curing.
Finishing adalah proses paling akhir dari keseluruhan rangkain pembuatan
bangunan yang meliputi pekerjaan penutupan, pelapisan, serta membuat

11
tampilan bangunan menjadi tampak indah, termasuk pekerjaan pembersihan
lokasi tempat pekerjaan dari bahan-bahan/ benda-benda yang tidak terpakai
atau sisa-sisa bahan untuk pekerjaan.

B. SARAN
Adapun beberapa saran yang dapat diberikan sebagai masukan khususnya
kepada pekerjaan plat dan finishing sebagai berikut :
1. Sebaiknya pada waktu melaksanakan pemadatan dan perataan terutama
pada daerah yang mudah mengalami penurunan, dilakukan dengan
pengawasan yang lebih baik agar dapat menghasilkan kualitas jalan seperti
yang diharapkan.
2. Hendaknya semua pihak yang berperan dalam suatu pelaksanaan proyek
lebih disiplin melaksanakan tugasnya masing-masing, sehingga dapat
diperoleh hasil seperti yang direncanakan dapat selesai dengan tepat waktu.
3. Hendaknya semua pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi agar
memperoleh hasil yang baik dan memenuhi syarat.

12

Anda mungkin juga menyukai