PROPOSAL PENELITIAN
DIAJUKAN OLEH :
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkah, rahamat dan hidayah-
Nya yang senantiasa dilimpahakan kepada peneliti, sehingga bisa menyelasaikan
proposal dengan judul “PENGARUH PELATIHAN RESUSITASI JANTUNG
PARU TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN PADA PETANI
DIKELURAHAN AIRBANG” sebagai syarat untuk pembuatan proposal pada
Program Sarjana Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Bengkulu.
Dalam penyusunan proposal ini banyak hambatan serta rintangan yang peneliti
hadapi namun pada akhirnya dapat melaluinya berkat adanya bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak baik secara moral maupu spiritual. Untuk itu pada kesempatan ini
peneliti menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
A. Latar Belakang
Pada tahun 2010, remaja yang juga merupakan salah satu bagian dari
masyarakat awam berjumlah sekitar 1,1 miliar penduduk dunia (WHO, 2010). Jumlah
penduduk Indonesia pada tahun 2010 adalah 237,6 juta jiwa dan 26,67% atau 63,4 juta
jiwa diantaranya adalah remaja (BKKBN dalam Thoyyibah, 2014). Seharusnya para
remaja yang tergolong siswa setingkat sekolah menengah atas (SMA) sudah dapat
melakukan tindakan RJP dengan baik dan benar. Pemberian simulasi tindakan
Resusitasi Jantung Paru pada para siswa SMA merupakan hal yang sangat penting dan
bermanfaat bagi peningkatan jumlah orang yang terlatih dalam BHD sehingga dapat
menjadi bystander di lingkungannya masing- masing. Pemberian simulasi ini juga
dapat menambah wawasan dan pengetahuan para siswa sehingga dapat memotivasi
mereka untuk melakukan tindakan RJP dalam kondisi kegawatdaruratan tak terduga
yang membutuhkan pertolongan sesegera mungkin (AHA, 2011). Dalam Meissner
(2012) dikutip dari Dewi (2015) menyebutkan bahwa anak berusia 13 sampai 14 tahun
di Jerman telah mampu melakukan tindakan RJP dengan baik, sama baiknya dengan
yang dilakukan orang dewasa.(WHO dalam Nyirarung,dkk 2017)
World Health Organization (WHO) pada tahun 2004 melakukan survey yang
menyimpulkan bahwa, diperkirakan 17,1 juta orang meninggal (29% dari jumlah
kematian total) karena penyakit jantung dan pembuluh darah. Dari kematian 17,1
jutaorang tersebut, diperkirakan 7,2 juta kematian disebabkan oleh penyakit jantung
koroner. Kasus penyakit jantung koroner meningkat pada negara maju dan Negara
berkembang dan diperkirakan pada tahun 2020 kasus penyakit jantung koroner sudah
mencapai 82 juta kasus. Lebih dari 60% beban kasus penyakit jantung koroner secara
global terjadi di negara berkembang (Yuliano,dkk 2017).
istilah resusitasi jantung paru (RJP). Resusitasi jantung paru dapat membantu
menjaga oksigenasi miokard dan serebral sampai tenaga dan peralatan bantuan datang,
sehingga memcegah kerusakan otak ireversibel akibat kekurangan oksigen. Kerusakan
otak ireversibel dapat disebabkan oleh aliran darah yang terhenti (henti jantung),
trauma dengan hipoksemia berat, atau kehilangan banyak darah yang tidak dikoreksi.
Resusitasi dapat dilakukan oleh siapa saja mulai dari orang awam sampai dokter,
dimana saja, kapan saja dan tanpa mempergunakan alat dapat diterapkan pada keadaan
darurat. Waktu untuk memulai resusitasi sangat penting untuk memperbaiki
kemungkinan pemulihan secara ideal. Resusitasi harus dimulai dalam waktu 4 menit
setelah serangan dan bantuan hidup lanjut pada jantung harus dimulai dalam waktu 8
menit setelah serangan. Pada beberapa kasus, intervensi lanjutan seperti pemberian
kejut jantung untuk defibrilasi dan penambahan berbagai terapi farmakologis (RJP)
dapat meningkatkan kelangsungan hidup di rumah sakit.Resusitasi merupakan usaha
untuk mengembalikan fungsi sistem pernapasan,diperlukan untuk memaksimalkan
kemungkinan pemulihan korban. Tanpa intervensi spesifik ritme, pulih dari serangan
jantung tidak mungkin terjadi. (Putri, 2017)
C. Tujuan penelitian
Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Pelatihan
Resusitasi Jantung Paru Terhadap Tingkat Pengetahuan Pada Petani
Dikelurahan Airbang
.
D. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi pengetahuan dan keterampilan sebelum diberikan pelatihan
resusitasi jantung paru terhadap tingkat pengetahuan pada petani dikelurahan
airbang.
2. Mengidentifikasi pengetahuan dan keterampilan sesudah diberikan pelatihan
resusitasi jantung paru terhadap tingkat pengetahuan pada petani dikelurahan
airbang.
3. Menganalisa pengaruh pemberian resusitasi jantung paru terhadap tingkat
pengetahuan pada petani dikelurahan airbang
E. Manfaat Penelitian
Manfaat ilmiah
Penelitian ini di harapkan dapat di jadikan sebagai acuan ilmiah bagi
mahasiswa/i ilmu keperawatan atau peneliti selanjutnya terkait
pengaruh pelatihan resusitasi jantung paru terhadap tingkat pengetahuan
pada petani dikelurahan airbang.
Manfaat Praktis
Penelitian ini di harapkan dapat menjadi salah satu rekomendasi bagi
perawat dan masyarakat tentang pengaruh pelatihan resusitasi jantung
paru terhadap tingkat pengetahuan pada petani dikelurahan airbang.
F. Batasan Penelitian
Peneliti ini hanya berfokus pada pada petani yang belum memiliki tingkat pengetahuan
tentang resusitasi jantung paru.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Teknik pemberian CPR pada umumnya terdiri dari tiga langkah, yaitu:
Cara melakukannya, yakni dengan membaringkan tubuh orang yang akan ditolong di
atas permukaan yang keras. Lalu Anda bisa berlutut di samping leher dan bahu orang
itu. Letakkan satu telapak tangan Anda di atas dada bagian tengahnya, tepatnya di
antara puting, dan letakkan telapak tangan kedua Anda di atas tangan pertama.
Pastikan posisi siku Anda lurus dan bahu berada tepat di atas tangan Anda.
Setelah itu, Anda bisa mulai menekan dada sedalam kira-kira 5 cm sebanyak 30 kali
atau sekitar 100 hingga 120 kali per menit, dengan kecepatan satu hingga dua
tekanan per detik. Saat menekan, gunakan kekuatan tubuh bagian atas Anda, jangan
hanya mengandalkan kekuatan lengan, agar tekanan yang dihasilkan lebih kuat.
Kemudian cek apakah sudah terlihat tanda-tanda dia bernapas atau menunjukkan
respon. Jika belum, Anda bisa memberikan napas buatan jika merasa kompeten atau
Anda bisa lanjutkan proses kompresi dada saja hingga tenaga medis datang.
Sebagai orang awam, Anda bisa memberikan CPR dengan cara ini saja. Namun jika
Anda sudah terlatih atau pernah mengikuti pelatihan CPR, Anda bisa melanjutkan
langkah berikutnya.
Pemberian napas buatan bisa dilakukan dari mulut ke mulut, atau dari mulut ke
hidung, terutama jika mulut terluka parah atau tidak bisa dibuka.
Setelah mengamankan saluran pernapasan orang yang hendak ditolong, Anda bisa
memberikan pernapasan buatan, dengan catatan Anda sudah terlatih. Cara
memberikannya adalah dengan menjepit hidungnya, lalu tempatkan mulut Anda ke
mulutnya. Berikan dia napas atau udara dari mulut Anda sebanyak dua kali, sambil
melihat apakah bagian dadanya terangkat seperti orang bernapas atau belum. Jika
belum, coba perbaiki posisi lehernya, atau periksa kembali apakah terdapat
sumbatan pada jalan napasnya.
Setelah itu, ulangi proses kompresi dada sebanyak 30 kali yang diikuti oleh dua kali
memberikan napas buatan. Proses ini dihitung sebagai satu siklus.
Anda bisa melanjutkan CPR hingga ada gerakan tubuh atau hingga tenaga medis
datang.
Teknik ini bisa diterapkan pada orang dewasa dan remaja yang tidak sadarkan diri.
Pemberian CPR untuk bayi dan anak-anak berbeda dengan yang telah dijelaskan di
atas.
a.Henti Nafas
Henti nafas primer (respiratory arrest) dapat disebabkan oleh banyak hal, misalnya
serangan stroke, keracunan obat, tenggelam,inhalasi asp/uap/gas, obstruksi jalan nafas oleh
benda asing, tesengat listrik, tersambar petir, serangan infrak jantung, radang epiglottis,
tercekik (suffocation), trauma dan lain-lainnya.1 Henti nafas ditandai dengan tidak adanya
gerakan dada dan aliran udara pernafasan dari korban dan ini merupakan kasus yang harus
dilakukan tindakan Bantuan Hidup Dasar (BHD). Pada awal henti nafas, jantung masih
berdenyut dan nadinya masih teraba, dimana oksigen masih dapat masuk ke dalam darah
untuk beberapa menit dan jantung masih dapat mensirkulasikan darah ke otak dan organ-
organ vital yang lainnya. Dengan memberikan bantuan resusitasi, ia dapat membantu
menjalankan sirkulasi lebih baik dan mencegah kegagalan perfusi organ.
b.Henti Jantung
Henti jantung primer (cardiac arrest) adalah ketidaksanggupan curah jantung untuk
memenuhi kebutuhan oksigen keotak dan organ vital lainnya secara mendadak dan dapat
balik normal, jika dilakukan tindakan yang tepat atau akan menyebabkan kematian atau
kerusakan otak menetap kalau tindakan tidak adekuat. Henti jantung yang terminal akibat
usia lanjut atau penyakit kronis tertentu tidak termasuk henti jantung atau cardiac arrest.2
Sebagian besar henti jantung disebabkan oleh fibrilasi ventrikel atau takikardi tanpa denyut,
kemudian disusun oleh ventrikel asistol dan terakhirnya oleh disosiasi elektro-mekanik. Dua
jenis henti jantung yang berakhir lebihsulit ditanggulangi kerana akibat gangguan pacemaker
jantung. Fibirilasi ventrikel terjadi karena koordinasi aktivitas jantung menghilang.34 Henti
jantung ditandai oleh denyut nadi besar yang tidak teraba (karotis, femoralis, radialis) disertai
kebiruan (sianosis), pernafasan berhenti atau gasping, tidak terdapat dilatasi pupil karena
bereaksi terhadap rangsang cahaya dan pasien tidak sadar. Pengiriman oxygen ke otak
tergantung pada curah jantung, kadar hemoglobin (Hb), saturasi Hb terhadap oxygen dan
fungsi pernapasan. Iskemia melebihi 3-4 menit pada suhu normal akan menyebabkan kortek
serebri rusak menetap, walaupun setelah itu dapat membuat jantung berdenyut kembali.
(Shinta,2018)
Dikarenakan oleh :
1.Sumbatan jalan nafas oleh karena adanya benda asing, aspirasi, lidah yang jatuh ke
belakang,pipa trakhea terlipat, kanula trakhea tersumbat, kelainan akut glotis dan sekitarnya
(sembab glotis, perdarahan).
2.Depresi pernafasan Sentral akibat dari obat, intoksikasi, Pa O2 rendah, Pa CO2 tinggi,
setelah henti jantung, tumor otak dan tenggelam.Perifer : obat pelumpuh otot, penyakit
miastenia gravis, poliomyelitis.Dikitip
F. Dampak setelah dilakukannya resusitasi jantung paru
Komplikasi yang dapat terjadi akibat kompresi dada adalah fraktur iga atau
sternum. Studi post mortem yang dilakukan oleh Kaldrum, et al. menunjukkan banyak
komplikasi lain pada region toraks yang dapat disebabkan oleh resusitasi jantung paru,
yaitu pneumotoraks, hemotoraks, kontusio paru, dan bahkan ruptur ventrikel kiri.
Durasi resusitasi jantung paru lebih dari 30 menit menjadi faktor risiko terjadinya
komplikasi tersebut. Selain komplikasi pada regio toraks, beberapa kasus
menunjukkan bahwa resusitasi jantung paru dapat menyebabkan komplikasi berupa
cedera hati dan limpa.
G. Jenis-Jenis Petani
1. Petani Gurem Adalah petani kecil yang memiliki luas lahan 0,25 ha.Petani
inimerupakan kelompok petani miskin yang memiliki sumber daya terbatas.
3. Petani Primitif Adalah petani-petani dahulu yang bergantung pada sumber daya dan
kehidupan mereka berpindah-pindah.
2.1.Kerangka Teori
Pelatihan Resusitasi
jantung paru terhadap
Dampak dilakukanya pengetahuan pada petani
resusitasi jantung paru
1. Komplikasi akibat
Kompresi Dada
2. Komplikasi akibat Meningkatkan
Ventilasi pengetahuan pada
petani
Independen Dependen
Pengaruh
Tingkat
Pelatihan
Pengetahuan Pada
Resusitasi Jantung
Petani
Paru
2.3.Hipotesis Penelitian
H0 : Tidak Ada perbedaan Pengaruh Pelatihan Resusitasi Jantung Paru Terhadap
TingkatPengetahuan Pada Petani Dikelurahan Airbang
2. Sempel penelitian
Ini adalah 15 orang responden petani yang menggunakan teknik total sampling
di Desa Airbang Kec curup tengah Keb rejang lebong
3. Teknik sampling
Tehnik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dari beberapa bapak-
bapak dan ibu-ibu petani di Desa Airbang Kec curup tengah Keb rejang lebong
a. Analisa Univariat
Analisa bivariat dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dua variabel
yang meliputi variabel bebas dan varabel terikat.Dalam penelitian ini, analisa bivariat
digunakan untuk mengetahui pengaruh pemberian resusitasi jantung paru terhadap
peningkatan pengetahuan pada petani (pretest dan posttest) dan data skala ordinal
dengan menggunakan uji wilcoxon test.Penelitian ini menggunakan teknik analisa data
Uji wilcoxon test.Penggunaan wilcoxon test adalah untuk menguji pengaruh suatu
perlakuan terhadap suatu besaran variabel yang ingin diteliti. Rancangan ini paling
umum di kenal dengan rancangan rata-rata nilai post test dari suatu sampel. Syarat
menggunakan uji wilcoxon test yaitu data berpasangan,skala ordinal interval, ratio dan
sampel berpasangan. Level yang sering digunakan untuk standar eror adalah 0,05 Uji
wilcoxon test dapat dilakukan dengan program spss 2016 yaitu nilai a= 0,05. Dengan
kesimpulan :
1. Apabila sig > 0,05 H1 diterima jika pelatihan resusitasi jantung paru berpengaruh
terhadap peningkatan pengetahuan.
2. Apabila sig < 0,05 H1 ditolak jika resusitasi jantung paru tidak berpengaruh terhadap
peningkatan pengetahuan.Apabila menggunakan teknik analisa data Uji wilcoxon test
tidak valid untuk digunakan, sehingga di sarankan untuk menggunakan uji paired t test.
Digunakan uji paired t test apabila sampel yang digunakan saling berhubungan, artinya
satu sampel akan mengahsilkan dua data.Rancangan ini paling umum dikenal dengan
rancangan pre-post, artinya membandingkan rata-rata nilai pre test dan post testdari
satu sampel.
3.6. Definisi Operasional