PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS
PUSKESMAS SEMANU I KABUPATEN GUNUNGKIDUL
Disusun oleh:
dr. Rosariala Dyta
Pendamping:
dr. Sigit Eko Prasetyo
i
LEMBAR PENGESAHAN
EVALUASI PROGRAM
PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS
Disusun oleh:
Mengetahui dan
Menyetujui,
Pendamping Internsip
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah
dan rahmatNya, penulis bisa menyelesaikan “Evaluasi Program Tuberkulosis di
Puskesmas Semanu I Kabupaten Gunungkidul” dengan lancar. Laporan Evaluasi
Program ini disusun sebagai salah satu tugas wajib untuk menyelesaikan Program
Internsip Dokter Indonesia Periode Februari 2021-2022 di Puskesmas Semanu I,
dengan harapan dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu yang bermanfaat bagi
pengetahuan penulis maupun pembaca.
Dalam penulisan dan penyusunan Laporan Evaluasi Program ini tidak lepas
dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan terima kasih
kepada:
1. dr. Sigit Eko Prasetyo selaku pendamping yang memberikan kesempatan dan
kemudahan untuk memanfaatkan berbagai fasilitas belajar.
2. Pemegang program TB Puskesmas Semanu I yang telah membantu hingga
terselesaikannya Laporan Evaluasi Program ini.
3. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Laporan
Evaluasi Program ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Kami menyadari bahwa Laporan Evaluasi Program yang penulis susun ini masih
jauh dari kesempurnaan, maka saran dan kritik yang membangun dari semua pihak
sangat diharapkan. Semoga Laporan Evaluasi Program ini dapat memberi manfaat.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
BAB I ............................................................................................................................. 1
iv
2.3 Profil Wilayah Kecamatan Semanu I ............................................................... 19
BAB III ........................................................................................................................ 22
BAB V .......................................................................................................................... 35
BAB VI ........................................................................................................................ 37
v
BAB I
PENDAHULUAN
dapat menyerang organ tubuh lainnya (TB ekstrapulmoner) (PDPI, 2011). Penyakit TB
merupakan masalah kesehatan yang utama dan menduduki sepuluh kasus terbanyak
Menurut data WHO, insidensi penyakit tuberkulosis di dunia pada 2019 mencapai
sekitar 10 juta kasus (8,9-11 juta kasus) yang setara dengan ditemukannya kasus TB
sejumlah 132 per 100.000 populasi. India (26%), Indonesia (8,5%), China (8,4%), Filipina
(6%) dan Pakistan (5,7%) merupakan lima Negara dengan insiden kasus TB tertinggi,
dimana Indonesia menduduki posisi kedua. Dari total semua kasus TB, 56% diderita oleh
laki-laki, 32% perempuan dan 12% anak-anak. Pada tahun 2019, WHO menyebutkan
sedikitnya terdapat 1,2 juta kematian pada pasien TB, termasuk 208.000 kematian pada
pasien TB dengan HIV positif. Pada tahun 2019, jumlah estimasi kasus TB di Indonesia
sebanyak 845.000 (770.000-923.000) kasus atau 312 kasus per 100.000 populasi dengan
tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi, dan Pusat. Dari ke-6 indikator tersebut, pemerintah lebih
1
2
Penemuan kasus TB, secara bermakna dapat menurunkan angka kesakitan dan
kematian akibat TB, dan sekaligus merupakan pencegahan penularan TB yang paling
efektif di masyarakat. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018,
prevalensi TB sebesar 0,4%, dimana angka ini sama dengan prevalensi TB pada Riskesdas
2013. Jumlah seluruh kasus TB positif di Kalimantan Selatan pada 2019 sebanyak 5.916
kasus, dimana Kabupaten Gunungkidul menyumbang 132 kasus pada 2019 (Dinas
Kesehatan Kalimantan Selatan, 2020). Menurut data pada Sistem Informasi Tuberkulosis
(SITB) Puskesmas Semanu I tahun 2020 menyebutkan bahwa penemuan kasus TB kasus
baru yaitu 9 kasus dengan 7 kasus laki-laki dan 2 kasus perempuan, jumlah seluruh kasus
TB 16 kasus dengan 12 kasus pria dan 4 kasus wanita. Angka kesembuhan pada kasus
BTA+ yaitu 41%, angka pengobatan lengkap BTA+ yaitu sebesar 25% dan angka
2020.”
3
Tujuan dari dilakukannya penulisan ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan dan
2020.
terutama Ilmu Kesehatan Masyarakat. Selain itu, sebagai sarana pembelajaran mengenai
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tuberkulosis
2.1.1 Definisi
2.1.2 Etiologi
Mycobacterium dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA). Secara umum sifat
2. Bersifat tahan asam dalam pewarnaan dengan metode Ziehl Neelsen, berbentuk batang
3. Memerlukan suatu media khusus yang digunakan untuk biakan, contohnya seperti
4. Tahan terhadap suhu rendah sehingga dapat bertahan hidup dalam jangka waktu lama
5. Bakteri tersebut sangat peka terhadap panas, panas sinar matahari dan sinar ultra violet.
Paparan langsung terhadap panas sinar ultra violet, menyebabkan sebagian besar kuman
akan mati dalam beberapa menit. Dalam dahak pada suhu antara 30-37oC akan mati
5
6
2.1.3 Epidemiologi
umum. Dalam laporan WHO tahun 2020 terdapat 10 juta (8,9-11 juta) kasus TB pada tahun
2019 atau setara dengan ditemukannya kasus TB sejumlah 132 per 100.000 populasi.
Jumlah kasus ini hampir sama jika dibandingkan tahun 2018, yaitu sekitar 9-11,1 juta
kasus. Dari total semua kasus TB, 56% diderita oleh laki-laki, 32% perempuan dan 12%
anak-anak. Lima negara dengan insiden terbanyak antara lain India (26%), Indonesia
(8,5%), China (8,4%), Filipina (6%) dan Pakistan (5,7%). Pada tahun 2019, WHO
menyebutkan sedikitnya terdapat 1,2 juta kematian pada pasien TB, termasuk 208.000
kematian pada pasien TB dengan HIV positif (WHO,2020). Pada tahun 2019 kasus TB di
Indonesia sebanyak 845.000 (770.000-923.000) kasus atau 312 kasus per 100.000 populasi
sebesar 0,4%, dimana angka ini sama dengan prevalensi TB pada Riskesdas 2013. Provinsi
2.1.4 Patogenesis
menghirup droplet yang mengandung basil tuberkulum dari pasien TB paru aktif. Dosis
yang dapat menularkan untuk seseorang dilaporkan antara 1 dan 200 basil. Bakteri yang
terhirup tersebut masuk ke alveolus dan dengan cepat difagositosis oleh makrofag alveolar.
menndorong lebih banyak leukosit menuju ke tempat infeksi. Neutrofil dan monosit yang
7
datang juga mengeluarkan lebih banyak sitokin dan kemokin. Sel dendritik juga berfungsi
bening regional untuk menghadirkan antigen mikobakteri pada limfosit. Granuloma yang
terbentuk terdiri dari makrofag epiteloid, sel busa, dan giant sel Langhans. Struktur
merupakan keseimbangan yang baik antara bakteri dan sistem imun penjamu. Seiring
berjalannya waktu, granuloma mengalami nekrosis pada bagian sentral yang menyebabkan
gambaran caseous pada histopatologi akibat makrofag yang mati menghasilkan kadar lipid
Lesi yang terjadi di tempat pertama implantasi bakteri disebut dengan Ghon focus.
complex). Penyebaran secara hematogen di dalam paru-paru atau menuju ke organ lain
juga dapat terjadi selama tahap awal proses penyakit ini. Lobus paru-paru manusia bagian
atas mendukung pertumbuhan bakteri karena tekanan oksigen di tempat tersebut lebih
Pada individu yang tidak mengalami progresifitas penyakit ini, dapat tetap tanpa
gejala selama bertahun-tahun atau puluhan tahun, dengan hasil bakteri dalam keadaan laten
yang dipengaruhi oleh sistem imun penjamu. Segala kondisi yang mempengaruhi sistem
imun tubuh, seperti HIV, usia lanjut, kekurangan gizi, pengobatan imunosupresif, atau
infeksi baru dapat menyebabkan reaktivasi atau penyakit sekunder. Bentuk umum dari
reaktivasi atau penyakit TB sekunder terbatas pada paru-paru, dan lesi dimulai sebagai
8
yang diikuti dengan nekrosis massif. Akibat nekrosis tersebut terjadi kerusakan pada
secara cepat dan menyebar ke saluran udara. Analissi dahak selama fase TB ini
TB sekunder ini dapat menyebabkan kematian pada 50% kasus dan kronisitas pada 25%
kuman TB dalam dahaknya. Pada saat pasien bersin atau batuk, kuman dapat menyebar ke
udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei/percik renik). Infeksi dapat terjadi bila
pasien menghirup udara yang mengandung percikan dahak infeksius (Permenkes No. 67
Tahun 2016).
1. Sumber penularan TB adalah pasien TB BTA positif melalui percik renik dahak yang
pemeriksaan BTA negatif tersebut tidak mengandung kuman didalam dahaknya. Hal
tersebut bisa terjadi oleh karena jumlah kuman yang terkandung dalam contoh uji
kurang dari 5.000 kuman/cc dahak sehingga sulit untuk dideteksi melalui pemeriksaan
mikroskopis langsung.
2. Pasien dengan hasil BTA negatif juga masih memiliki kemungkinan untuk menularkan
penyakit TB. Tingkat penularan dari pasien TB BTA positif adalah 65%, sedangkan
pasien dengan hasil TB BTA negatif yang memiliki hasil kultur positif adalah 26%,
9
sedangkan pasien TB dengan hasil kultur negatif dan foto toraks positif adalah memiliki
3. Infeksi akan terjadi apabila orang lain yang menghirup udara yang mengandung percik
4. Pada saat batuk ataupun bersin, pasien dapat menyebarkan kuman melalui udara dalam
bentuk percikan dahak / droplet nuclei/ percik renik. Saat sekali batuk dapat
2.1.6 Diagnosis TB
Tahun 2016).
1. Keluhan dan hasil anamnesis meliputi keluhan yang disampaikan pasien serta
a. Gejala utama TB paru adalah batuk berdahak selama dua minggu atau lebih. Batuk
bias juga diikuti dengan gejala-gejala tambahan seperti dahak yang bercampur
darah, batuk dengan darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan yang menurun,
berat badan yang menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa disertai kegiatan
fisik, demam atau meriang lebih dari satu bulan. Pada pasien dengan HIV positif,
batuk sering kali bukan merupakan gejala TB yang khas, sehingga gejala batuk
b. Gejala-gejala diatas dapat dijumpai juga pada penyakit paru selain TB, contohnya
Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang
sebagai seorang terduga pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara
mikroskopis langsung.
faktor risiko, antara lain kontak erat dengan pasien TB, tinggal di daerah padat
penduduk, wilayah kumuh, daerah pengungsian, dan orang yang bekerja dengan
2. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan Bakteriologis
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, selain itu juga untuk
menentukan potensi dari penularan dan menilai keberhasilan dari suatu pengobatan.
contoh uji dahak yang dikumpulkan berupa dahak Sewaktu-Pagi (SP). Dahak sewaktu
(S) merupakan dahak yang ditampung di fasilitas pelayanan kesehatan. Dahak pagi (P)
merupakan dahak yang ditampung pada pagi segera setelah bangun tidur. Pengambilan
dahak dapat dilakukan dirumah pasien sendiri atau di bangsal rawat inap jika pasien
Pemeriksaan TCM dengan metode Xpert MTB/RIF. TCM merupakan sarana untuk
pengobatan.
11
- Pemeriksaan biakan
(Lowenstein Jensen) atau media cair (Mycobacteria Growth Indicator Tube) untuk
dicurigai TB ekstraparu
Uji kepekaan obat tersebut bertujuan untuk menentukan ada atau tidaknya
laboratorium yang telah lulus uji pemantapan mutu/quality assurance (QA), dan
Penegakan diagnosis TB laten dapat dilakukan dengan uji kulit tuberkulin atau
melalui kultur. Metode terbaru berupa diagnostic molekurlar yang dapat digunakan
untuk menegakkan diagnosis TB pada fase aktif yaitu Xpert MTB/RIF assay (Karki,
2018).
12
Gambar 2.1 Alur Diagnosis TB Paru dan TB Resisten Obat di Indonesia (Permenkes No.
67 Tahun 2016)
2.1.7 Tatalaksana TB
produktivitas serta kualitas hidup, mencegah terjadinya kematian oleh karena TB atau
TB, dan mencegah terjadinya serta penularan TB resisten obat. Pengobatan TB meliputi
tahap awal dan tahap lanjutan. Pada tahap awal pengobatan diberikan setiap hari yang
bertujuan untuk secara efektif menurunkan jumlah kuman yang ada dalam tubuh pasien
dan meminimalisir pengaruh dari sebagian kecil kuman yang mungkin sudah resisten sejak
pengobatan yang penting untuk membunuh sisa-sisa kuman yang masih ada dalam tubuh
khususnya kuman persister sehingga pasien dapat sembuh dan mencegah kekambuhan
(Widaningrum, 2014). Obat Anti Tuberkulosis (OAT) lini pertama terdiri dari isoniazid
(H), rifampisin (R), pirazinamid (Z), etambutol (E), dan streptomisin (S). Panduan
• Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3
• Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
berikut:
Sedangkan paduan OAT kategori 2 di berikan untuk pasien BTA positif yang
1. Pasien kambuh.
dahak (sewaktu dan pagi). Hasil dari pemeriksaan mikroskopis semua pasien sebelum
memulai pengobatan harus dicatat. Pemeriksaan ulang dahak pasien TB yang terkonfirmasi
bakteriologis merupakan suatu cara terpenting untuk menilai hasil kemajuan pengobatan.
Semua pasien TB baru yang tidak konversi pada akhir 2 bulan pengobatan tahap awal,
Pemeriksaan ulang dahak selanjutnya dilakukan pada akhir bulan ke 5 pengobatan. Apabila
hasilnya negatif, pengobatan dilanjutkan hingga seluruh dosis pengobatan selesai dan
dilakukan pemeriksaan ulang dahak kembali pada akhir pengobatan. Bilamana hasil
pemeriksaan mikroskopis nya positif pasien dianggap gagal pengobatan dan dimasukkan
aspek promotif dan preventif, tanpa mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitatif yang
kesehatan dan juga Dokter Praktek Swasta. Program Penanggulangan TB ini diatur dalam
nasional yaitu eleminasi TB dengan tercapainya cakupan kasus TB 1 per 1 juta penduduk
promosi kesehatan, surveilans TB, pengendalian faktor risiko, penemuan dan penanganan
kasus TB, pemberian kekebalan, dan pemberian obat pencegahan (Kementerian Kesehatan
RI, 2016).
Berdasarkan PMK No. 4 Tahun 2019, capaian kinerja program TB yang tertuang
dalam SPM 11, yaitu orang dengan terduga TBC mendapatkan pelayanan sesuai standar
yang dinilai dari persentase jumlah orang terduga TBC yang mendapatkan pelayanan TBC
sesuai standar di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun. Target yang ditetapkan
adalah 100%.
17
2. Angka notofikasi semua kasus TB (case notification rate/CNR) yang diobati per
100.000 penduduk.
Kegiatan ini membutuhkan adanya pasien yang memahami dan sadar akan gejala
TB, akses terhadap fasilitas kesehatan dan adanya tenaga kesehatan yang kompeten yang
mampu melakukan pemeriksan terhadap gejala dan keluhan tersebut. Penemuan pasien
merupakan langkah pertama dalam kegiatan tatalaksana pasien TB. Penemuan dan
penyembuhan pasien TB menular, secara bermakna akan dapat menurunkan kesakitan dan
2016).
Strategi penemuan pasien TB dapat dilakukan secara pasif, intensif, aktif, dan
masif. Upaya penemuan pasien TB harus didukung dengan kegiatan promosi yang aktif
baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat, sehingga semua terduga TB dapat
18
pasien TB secara pasif intensif dan penemuan pasien TB secara aktif dan/atau masif.
Penemuan pasien TB dilakukan secara pasif intensif di fasilitas kesehatan dengan jaringan
layanan TB melalui Public-Private Mix (PPM), dan kolaborasi berupa kegiatan TB-HIV,
Manajemen Terpadu Dewasa Sakit (MTDS). Sedangkan penemuan pasien TB secara aktif
dan/atau masif berbasis keluarga dan masyarakat, dapat dibantu oleh kader dari posyandu,
pos TB desa, tokoh masyarakat, dan tokoh agama. Kegiatan penemuan pasien TB dengan
cara ini dapat berupa: investigasi kontak pada paling sedikit 10 - 15 orang kontak erat
dengan pasien TB, penemuan di tempat khusus (seperti Lapas/Rutan, tempat kerja, asrama,
pondok pesantren, sekolah, panti jompo), dan penemuan di populasi berisiko: tempat
2.2.5 Pelaporan
pelaporan TB. Pencatatan menggunakan formulir baku secara manual didukung dengan
yang berbasis web dan diintegrasikan dengan sistem informasi kesehatan secara nasional
dan sistem informasi publik yang lain. Pencatatan dan pelaporan TB diatur berdasarkan
kasus) dengan informasi terkini tentang semua kasus TB di masyarakat. Hal ini untuk
memastikan tindak lanjut dari semua pasien TB dan orang-orang yang dicurigai menderita
hasil apusan, kultum klinis, hasil radigrafi dada, dan dosis obat yang diberikan harus
METODE EVALUASI
Data didapatkan dari laporan program di Puskesmas Semanu I tahun 2020 serta
1. Mengidentifikasi masalah
Data yang telah diperoleh dari laporan program dan pemegang program kemudian
diidentifikasi masalah yang terdapat pada program tersebut dengan cara membandingkan
indikator standar program dengan capaian program yang terealisasi. Suatu program yang
tidak mencapai indikator standar program yang telah ditentukan berarti terdapat masalah
menggunakan metode USG. Metode USG (Urgency, Seriousness, Growth) adalah salah
satu alat untuk menyusun urutan prioritas isu yang harus diselesaikan. Caranya dengan
menentukan tingkat urgensi, keseriusan, dan perkembangan isu dengan menentukan skala
1-5 atau 1-10. Isu yang memiliki total skor tertinggi merupakan isu prioritas. Urgency
merupakan pembahasan mengenai seberapa mendesaknya isu tersebut untuk dibahas dan
jika tidak diselesaikan. Growth merupakan seberapa besar kemungkinan akan memburuk
22
23
Setelah memilih salah satu masalah spesifik yang dianggap paling penting, maka
menggunakan diagram tulang ikan. Struktur diagram ini terdiri atas input, proses dan
lingkungan yang menyebabkan suatu masalah (output). Kategori input terbagi atas Man
(sumber daya manusia), Material (alat dan sarana), Method (proses, SOP), Material (bahan
habis pakai, komoditas), dan Money (biaya atau dana). Proses biasanya di isi komponen
matriks IxTxR. Matriks ini terdiri atas pentingnya masalah (Importance), kelayakan
teknologi yang tersedia dan yang dapat dipakai untuk mengatasi masalah (Technical
Feasibility), dan kerersediaan sumber daya yang dapat dipakai (Resources Availability).
Untuk semua variable diberikan nilai antara 1 (tidak penting) sampai dengan 5 (sangat
Untuk dapat mencari akar penyebab masalah, maka beberapa alternatif solusi dapat
diajukan. Solusi yang telah diputuskan di atas harus diprioritaskan sesuai dengan
kemampuan laksana dan pengaruh terhadap akar penyebab, jika kondisi membatasi
kemampuan tim untuk melaksanakan semuanya. Metode yang digunakan dalam panduan
(seberapa cepat solusi tersebut mampu mempengaruhi masalah), dan Cost (seberapa besar
biaya implementasi masalah tersebut). Keempat komponen diberi skor 1-5, dengan
sedangkan komponen C diberi skor tinggi seiring dengan peningkatan biaya. Kemudian
prioritas (P) dihitung dengan mengalikan M, I, V sebagai bagian dari Effectivity dan dibagi
BAB IV
ANALISIS
4.2 Analisis
25
26
INPUT
1. Man
atas 1 orang penanggung jawab program, 4 orang dokter umum, dan 1 orang petugas
laboratorium. Hal ini sudah memenuhi kebutuhan minimal tenaga pelaksana program
program lain. Di Kecamatan Semanu I belum terbentuk kader TB, sehingga penemuan
2. Money
2020 semua anggaran kegiatan program yang tertuang dalam RUK 2020 telah disetujui
dan sudah memadai. Dana BOK digunakan untuk penjaringan kasus TB seperti
mencukupi, mencakup reagen labor, obat anti tuberkulosis, blanko pencatatan dan
pelaporan, pot sputum, buku pedoman, serta media promosi. Namun ada beberapa
sarana yang masih kurang dan belum memadai seperti tidak adanya ruangan tempat
27
28
1. Methode
dengan pedoman PMK No.67 Tahun 2016. Metode yang dilaksanakan dalam
penemuan kasus terduga TB sudah sesuai dengan pedoman yaitu pasive case finding
dan active case finding. Passive case finding dilakukan pada saat pasien berobat ke
puskesmas atau terdapat laporan pasien dari bidan dan/atau perawat desa dengan
keluhan TB. Active case finding yang dilakukan yaitu investigasi 10 orang kontak erat
kasus TB postif.
PROSES
1. Planning
dilakukan oleh pemegang program sesuai dengan kebutuhan lapangan yang kemudian
dituangkan dalam RUK Puskesmas Semanu I tahun 2020, dimana tiap jenis program
2. Organizing
yang ada di desa dibantu oleh bidan desa atau perawat PTT yang bertugas di tiap desa.
Kendala pada proses ini adalah petugas program TB masih memiliki tugas ganda
sebagai pemegang program lain sehingga tidak fokus pada satu program saja.
Penemuan kasus aktif di desa juga belum optimal karena jaringan bidan desa dan
29
perawat PTT sudah memiliki tugas dan peran masing-masing, selain itu belum ada
kader TB di Semanu I. Hal ini mempengaruhi penemuan kasus terduga TB yang kurang
efektif.
2. Actuating
penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien. Penemuan kasus terduga dilakukan baik
secara aktif dan pasif. Penemuan kasus terduga TB secara pasif dilakukan melalui
pelayanan di puskesmas dan juga melalui jaringan di desa. Pasien yang datang ke
puskesmas adalah pemeriksaan dahak tidak lagi dilakukan di puskesmas Semanu I pada
masa pandemi ini karena resiko penularan yang bertambah, ditambah tidak adanya
pojok dahak dan ruangan laboratorium yang belum memenuhi standar, sehingga
Alur penemuan kasus oleh jaringan puskesmas di desa yaitu melalui laporan
dari bidan desa atau perawat PTT, yang terjaring saat posyandu ataupun pasien yang
memberikan pot dahak ke pasien. Spesimen dahak yang sudah didapatkan kemudian
TCM.
30
Active case finding yang dilakukan adalah investigasi kontak erat pasien. Pada
tahun 2020, telah dilakukan investigasi kontak erat di desa Padangin, Puain Kanan,
penemuan kasus terduga ini yaitu pasien sulit mengeluarkan dahak. Pada pasien yang
masih tidak bisa mengeluarkan dahak diberikan mukolitik atau ekspektoran dengan
dilakukan oleh bidan desa/perawat PTT di desa terkait. Namun pada akhirnya pasien
tidak mengumpulkan spesimen dahak di pot dahak yang sudah diberikan. Salah satu
3. Controlling
Semanu I dilakukan oleh pemegang program secara online melalui Sistem Informasi
TB (SITB), mulai berlaku sejak tahun 2020. SITB merupakan aplikasi yang digunakan
Monitoring dan evaluasi dilakukan melalui mini lokakarya tiap bulan dan mini
lokakarya lintas sektor, namun sejak pandemi COVID-19 kegiatan ini tidak berjalan
31
rutin. Monev dari dinkes dilakukan per tiga bulan, dipimpin oleh bakor/petugas P2P
ENVIRONMENT
kesadaran untuk memeriksakan dirinya ke faskes saat memiliki gejala TB. Wilayah
kerja yang luas, jauh dari puskesmas juga mempersulit penjaringan terduga TB. Selain
OUTPUT
paru dalam penemuan kasus terduga TB di Puskesmas Semanu I tahun 2020 tidak
mencapai target yang sudah ditetapkan. Capaian penemuan kasus terduga TB hanya
Effectivity
No. Alternatif Penyelesaian Masalah C MxIxV/ C
M I V
1 Pembentukan kader TB 5 4 3 2 30
35
36
Sasaran Calon kader TB Paru yang diutus tiap desa sebanyak 1 orang. Total
sebanyak 3 calon kader.
Estimasi Biaya kegiatan ini sebanyak Rp 1.720.000 dari dana JKN dengan rincian:
Biaya 1. Konsumsi makan dan snack : 20 x Rp.40.000 = Rp. 800.000,-
2. Uang Saku / Transport : 3 x Rp.50.000 = Rp. 150.000,-
3. Honorarium Narasumber: 3 x Rp.200.000 = Rp. 600.000,-
4. ATK : 5 x Rp.10.000 = Rp.50.000,-
5. Spanduk 3x1m = Rp.90.000,-
6. Insentif penemuan kasus suspek : 10 kasus x Rp. 3.000
= Rp. 30.000,-
6.1 Kesimpulan
berpedoman pada PMK No. 67 tahun 2016 tentang Pedoman Penanggulangan TB dan
PMK No. 4 tahun 2019 pada Standar Pelayanan Minimal program TB (SPM 11). Salah
satu indikator yang belum mencapai target adalah penemuan kasus terduga TB.
Dimana penemuan kasus terduga TB belum berjalan baik dari segi input dan proses.
Dari input terdapat beberapa masalah antara lain sumber daya manusia belum
mencukupi, dan sarana dan prasarana dalam penemuan kasus TB masih belum
sesuai dengan pedoman. Masalah pada proses organisasi adalah petugas memiliki
peran ganda sebagai pemegang program lain dan belum ada kader TB. Hal ini
pasif belum terlaksana optimal karena selama pandemi ini sudah tidak dilakukan
pandemi tidak terlaksana rutin. Faktor dari lingkungan yang mempengaruhi pencapaian
penemuan kasus terduga TB antara lain adanya stigma negatif di masyarakat dan
pandemi COVID-19.
37
38
6.2 Saran
1. Perlunya peran serta masyarakat dalam program penemuan kasus terduga dan kasus
petugas TB yang belum pernah menerima pelatihan. Selain itu perlunya juga
pelayanan.
3. Perlunya pemenuhan sarana dan prasarana laboratorium dan pojok dahak yang
Elsayed, D., Salahy, M., Hibah, N. A., Mehy, G. F., Essawy, T. S., & Eldesouky,R.
S. (2015). Evaluation of Primary Health Care Service Participation in the
National Tuberculosis Control Program in Qalyubia Governorate, Egypt.
Egyptian Journal of Chest Diseases and Tuberculosis, 64, 921-928.
Karki, D. K., Singh, B. K., & Khanal, P. K. 2018. Contribution of media on knowledge
generation about tuberculosis in Palpa district, Nepal. International Journal Of
Community Medicine And Public Health, 5(11), 4690.
Permenkes RI No. 4. 2019. Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan. Kementrian Kesehatan RI.
World Health Organization (WHO). 2020. Global tuberculosis report 2020. Geneva:
World Health Organization.
39