Judul Laporan :
Asma Bronkiale Eksaserbasi Akut
Latar Belakang :
Angka kejadian penyakit alergi akhir-akhir ini meningkat sejalan dengan perubahan
polahidup masyarakat modern, polusi baik lingkungan maupun zat-zat yang ada di
dalam makanan.Salah satu penyakit alergi yang banyak terjadi dimasyarakat
adalah penyakit asma. Asma merupakan penyakit inflamasi kronis saluran napas
yang ditandai dengan mengi episodik, batuk,dan sesak di dada akibat penyumbatan
saluran napas. Dalam 30 tahun terakhir prevalensi asma terus meningkat terutama di
negara maju. Peningkatan terjadi juga di negara-negara Asia Pasifik seperti Indonesia.
Asma masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius diseluruh
dunia. Prevalensi asma menurut laporan Word Health Organization (WHO) tahun 2013,
saat ini sekitar 235 juta penduduk dunia terkena penyakit asma.
Permasalahan :
I. Identitas Pasien:
Nama : Tn. W
Usia : 58 tahun
Alamat : Banagung
Pekerjaan : Petani
Tanggal Periksa : 12 Maret 2021
II. Anamnesis:
Anamnesis dilakukan secara auto anamnesa pada tanggal 12 Maret 2021
1. Keluhan Utama : Sesak nafas
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan sesak nafas yang mulai dirasakan 1 jam yang lalu.
Keluhan dirasakan terus menerus, tidak berkurang dengan istirahat maupun perubahan
posisi. Pasien masih dapat berbicara dalam bentuk kalimat, masih dapat
berjalan sendiri. Pasien belum mengkonsumsi obat untuk mengatasi keluhannya.
Biasanya pasien mengkonsumsi salbutamol bila sesak timbul.Pasien sudah merasakan
keluhan tersebut sejak kecil. Keluhan timbul bila terpapar cuaca/udara dingin, terpapar
debu, serta menghirup serbuk padi. Sudah beberapa bulan keluhan tidak timbul, namun
dalam satu bulan terakhir keluhan beberapa kali timbul. Serangan dapat terjadi dua kali
dalam satu minggu, namun dalam satu hari hanya satu kali.
4. Riwayat Kebiasaan
a. Riwayat merokok : disangkal
b. Riwayat konsumsi alkohol : disangkal
Pemeriksaan fisik:
CM, GCS 15 (E4M6V5)
TD: 130/80 mmHg
N: 120x/menit
R: 30x/menit
S: 36.1 C
Sat: 98%
Pelaksanaan :
Terapi Non-farmakologis:
Terapi non farmakologis meliputi 2 komponen utama, yaitu:
- Kontrol terhadap faktor-faktor pemicu serangan asma.
Berbagai pemicu serangan asma antara lain adalah debu, polusi, merokok, olahraga,
perubahan temperatur secara ekstrim, termasuk penyakit-penyakit yangsering
mempengaruhi kejadian sama, seperti rinitis, sinusitis, GERD, dan infeksi virus.
Untuk memastikan alergen pemicu serangan pasien, maka direkomendasikan
untuk mengetahui riwayat kesehatan pasien serta uji alergi pada kulit (skin prick test).
Edukasi pada pasien atau yang merawat mengenai berbagai hal tentang asma. Setelah
jenis alergen telah diketahui, pasien perlu diedukasi mengenai berbagaicara untuk
mencegah dan mengatasi saat terjadi serangan asma. Edukasi juga meliputi
pengetahuan tentang patogenesis asma, bagaimana mengenal pemicuasma dan
mengenal tanda-tanda awal keparahan asma, cara penggunaan obat yang tepat, dam
bagaimana memonitor fungsi paru nya. Selain itu pasien diminta untuk melakukan
fisioterapi napas (senam asma), vibrasi dan atau perkusi toraks dan batuk yang efisien.
Terapi famakologis:
Menurut PDPI (2006), medikasi asma dapat diberikan melalui berbagai cara seperti
inhalasi, oral dan parenteral. Dewasa ini yang lazim digunakan adalah melalui inhalasi
agar langsung sampai ke jalan napas dengan efek sistemik yang minimal ataupuntidak
ada. Macam–macam pemberian obat inhalasi dapat melalui inhalasi dosis terukur
(IDT), IDT dengan alat bantu (spacer), Dry powder inhaler (DPI), breath–actuated
IDT,dan nebulizer. Medikasi asma terdiri atas pengontrol (controllers) dan pelega
(reliever).