Anda di halaman 1dari 9

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN

KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
Fakultas Ilmu Pendidikan – Pendidikan
Luar Biasa Kampus Lidah Wetan
Jalan Lidah Wetan Surabaya 64732 Telp. 031-
51169396/51169397 Laman: unesa.ac.id.
Email: plbfip@gmail.com

NASKAH UJIAN AKHIR SEMESTER GASAL 2020-2021 MATA


KULIAH : Pembelajaran AGPPH
HARI /TANGGAL : Senin/13 Desember 2021
WAKTU : 07.50-09.30
Angkatan : 2020/Kelas A, B dan C
DOSEN : Prof. Dr. Sri Joeda Andajani, M.Kes

PETUNJUK :
1. Jawablah semua soal secara sistematis, kerjakan di file MS pada masing-masing
computer/laptop, jangan lupa menuliskan Nama Lengkap dan NIM. (No.Induk
Mahasiswa) dan Kelas serta Angkatan secara jelas !
2. Cek kembali lembar jawaban Anda sebelum dikumpulkan kepada Penanggungjawab
Matakuliah sesuai waktu yang ditentukan !
3. Pengumpulan secara bersama-sama dan dikirim melalui email : sri.joeda@gmail.com
secara wirar.

SO
 Membuat strategi pembelajaran bagi anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan
hiperaktif yang meliputi:
1. Komunikasi
2. Perilaku belajar
3. Interaksi sosial

Pertanyaan :
a. Berikan penjelasan terkait ketiga gangguan pada anak tersebut ! skor 10
b. Pilih salah satu gangguan yang terjadi pada anak tersebut dan buatlah strategi
pembelajaran yang sesuai dalam menangani AGPPH !. skor 20

 Pendidikan anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif ini mengalami
kesulitan berkonsentrasi dalam belajar, sehingga membutuhkan model pelayanan
keterampilan akademis, keterampilan sosial dan komunikasi secara ekstra oleh guru
pendamping khusus, dukungan orangtua dan orang berkompetensi di lingkungan
sekitar.
Pertanyaan :

1. a. Buat setting kelas inklusif dalam pembelajaran heterogenitas pada siswa dengan
gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif belajar bersama anak regular !.
b. Mengapa (soal 1a) fungsi media pembelajaran yang terdapat dalam setting kelas
inklusif mempunyai peran penting?.
Masing-masing soal skor = 15
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN Jalan Lidah Wetan Surabaya
KEBUDAYAAN 64732 Telp. 031-
51169396/51169397 Laman:
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA unesa.ac.id.
Fakultas Ilmu Pendidikan – Pendidikan Luar Email: plbfip@gmail.com
Biasa Kampus Lidah Wetan
2. Mengapa kebutuhan guru pendamping khusus dalam pelayanan pembelajaran kelas regular sangat
berkompetensi bagi siswa dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif belajar
pada sekolah inklusif ?
Skor = 15

3. a. Buat contoh dan jabarkan model penanganan anak dengan gangguan pemusatan
perhatian dan hiperaktif (AGPPH) pada keterampilan akademik (calistung) dalam
pembelajaran tematik !
b. Bagaimanakah kelebihan dari model tersebut yang saudara pilih pada soal 3a tersebut
Masing-masing soal skor = 15

4. Buat 3 model penilaian untuk mengukur keterampilan akademik (calistung) AGPPH ! Skor
= 10

--------------------------------------------good luck---------------------------------------------
Nama : Dewi Evi Astutik
NIM : 20010044066
Kelas : PLB 2020 B
JAWABAN

1. STRATEGI PEMBELAJARAN ADHD DAN SETTING KELAS


• POIN PERTAMA (Strategi Pembelajaran)
a) Gangguan Komunikasi pada Anak ADHD

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak dengan ADHD memiliki karakteristik tersendiri
dalam berkomunikasi dan berbahasa, ketika dibandingkan dengan anak-anak yang mengalami
pertumbuhan normal. Anak ADHD menunjukkan beberapa penanda gangguan berbahasa yang
meliputi beberapa hal seperti penundaan permulaan kata pertama, komunikasi kata, kelancaran
membaca, memori jangka pendek, kohesivitas wacana, dan kesulitan pragmatic dan partisipasi
percakapan yang tidak sesuai (Redmond, 2003: 108)

Selain itu dikaitkan dengan ciri-ciri ADHD dapat berpengaruh pada maslah berbahasa.
Masalah berbahasa tersebut meliputi ranah pragmatic, seperti sering terlihat tidak mendengarkan
ketika diajak berbicarab secara langsung (innatention), aering berbicara secara terburu-buru
(hiperaktif), dan sering menjawab sebelum pertanyaan selesai diajukan (impulsif).

Gangguan Interaksi Sosial pada Anak ADHD


Anak dengan gangguan ADHD sering kali kurang dapat mengontrol diri atau
temperamennya, sehingga ia dapat melakukan agresi atau mengganggu orang lain. Lalu,
terjadilah siklus: orang lain menjadi marah, menghukum dan menolak anak; ketika anak
merasa ditolak, ia menjadi frustrasi dan melakukan agresi. Selain itu, anak dengan gangguan
ADHD cenderung kurang peka terhadap perasaan orang lain dan masalah pada koordinasi
tubuh juga menyebabkan anak kesulitan untuk turut serta dalam permainan tertentu
(Wender & Tomb, 2017).

Gangguan Perilaku Belajar pada Anak ADHD

Anak dengan gangguan ADHD sering kali kurang dapat mengontrol diri atau temperamennya,
sehingga ia dapat melakukan agresi atau mengganggu orang lain. Lalu, terjadilah siklus: orang lain
menjadi marah, menghukum dan menolak anak; ketika anak merasa ditolak, ia menjadi frustrasi dan
melakukan agresi. Selain itu, anak dengan gangguan ADHD cenderung kurang peka terhadap perasaan
orang lain dan masalah pada koordinasi tubuh juga menyebabkan anak kesulitan untuk turut serta
dalam permainan tertentu (Wender & Tomb, 2017).

b) Strategi Pembelajaran untuk Anak ADHD yang Memiliki Masalah Pemusatan Perhatian
dalam Belajarnya

Rencana Pelaksanaan dan Strategi Pembelajaran Anak ADHD

Mata Pelajaran : Matematika


Kelas / Semester : II (dua) / 1 ADHD
Materi Pokok : Bilangan ganjil dan bilangan genap
Sub Materi Pokok : Mengenal bilangan ganjil dan genap dan membedakan bilangan ganjl dan
genap.
Waktu : 2 x 35 menit

Kompetensi Inti (KI)


1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam
berinteraksi dengan keluarga, teman dan guru.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati mendengar, melihat, membaca
dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistematis, dalam
karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan
yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
5.
Kompetensi Dasar (KD)
1. Mengenal bilangan ganjil dan genap dan membedakan bilangan ganjl dan genap

Indikator
1. Mengenal bilangan ganjil dan genap.
2. Membedakan bilangan ganjl dan genap.
3. Mengurutkan bilangan ganjil dan genap sampai 100.

Sumber / Bahan dan Alat Pembelajaran


• Sumber:
1. Buku paket siswa
2. LKS
• Bahan dan alat
1. Barisan siswa perkelompok
2. Tusuk sate
3. Perangkat papan vlanel/magnet dan
4. kartu bilangan

Strategi Pembelajaran
• Guru menggunakan metode teknik guided listening (siswa mendengarkan penjelasan /
pengarahan guru) dan dipadukan dengan metode role playing (bermain peran), kemudian
dril (berlatih) secara kelompok maupun individu dan problem solving (pemecahan masalah)
.

LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Pendahuluan
1. Guru memberikan salam kepada siawa
2. Guru memimpin berdoa sebelum memulai proses belajar dan mengajar
3. Guru mengabsensi siswa.
4. Guru mengkondisikan siswa dan memotivasi siswa, setelah siap kemudian guru mengajak siswa
untuk mengingat kembali pelajaran yang lalu tentang materi urutan bilangan mulai dari 1 hingga
10.
Kegiatan Inti
a. Guru mulai memperkenalkan bilangan ganjil dan genap kepada siswa dengan menyuruh tiga
orang siswa kedepan kelas, siswa tersebut disuruh untuk berpasang-pasangan dengan cara
bersalaman antara satu dengan yang lain, ternyata ada siswa yang tidak mendapat pasangan,
jika ada tidak mendapat pasangan maka 3 adalah bilangan ganjil, kemudian guru menyuruh
empat siswa ke depan kelas dan disuruh berpasang-pasangan dengan cara bersalaman
ternyata semua mendapat pasangan, maka empat adalah bilangan genap
b. Guru membentuk kelompok siswa, setiap kelompok terdiri dari 5 orang siswa, setiap kelompok
mengeluarkan potongan lidi yang mereka bawa.
c. Guru membagi siswa menjadi dua kelompok yaitu: kelompok A dan B. Siswa kelompok A
membentuk barisan dari kiri ke kanan kemudian kartu bilangan dibagikan secara loncat mulai
dari kumpulan bilangan ganjil seperti 1, 3, 5, 7, 9, dst dan sebaliknya kelompok B membentuk
barisan pula dari kiri ke kanan mulai mencari bilangan yang hilang dari kelompok A yaitu 0, 2,
4, 6, 8, 10, dst.
d. Guru mulai menjelaskan materi dengan merespon siswa yang berdiri di depan dengan masing-
masing membawa kartu angka dengan hitungan loncat 1, 3, 5, 7, 9, dst kemudian guru
menjelaskan bahwa kumpulan angka tersebut adalah kumpulan bilangan ganjil dan guru
bertanya kepada kelompok B “coba kalian cari angka yang belum ada / hilang?” siswa dari
kelompok B secara sepontan akan menyebutkan angka yang hilang yaitu 2, 4, 6, 8, 10, dst. guru
mulai menjelaskan bahwa kumpulan bilangan tersebut adalah kumpulan bilangan genap
e. Setiap Siswa Berkesempatan Untuk Mengikuti Permainan Angka Agar Lebih Mengetahui Mana
Siswa Yang Belum Faham Dan Yang Sudah Faham. Dengan Metode Grill (latihan bersama)
1. Penutup
a. Siswa mendengarkan kesimpulan guru, dan siswa menyimpulkan secara berkelompok.
b. Guru gemberikan tindak lanjut pada anak yang faham dan kurang faham dengan pemberian
tugas PR
c. Guru memberikan pesan dan saran: selalu berlatih di rumah agar lebih faham dan jangan lupa
mengerjakan PR
d. Guru menutup pelajaran

Penjelasan: Pada anak ADHD yang mengalami gangguan pada pemusatan perhatiaannya,
mereka kesulitan dalam berkosentrasi dan memahami pelajaran, maka dari itu saya
menggunakan metode role playing atau bermain peran dalam kegiatan kelompok. Seperti
yang dijelaskan pada kegiatan inti di atas. Sehingga anak akan melakukan kegiatan dan
mereka sendiri akan memahami konsep bilangan ganjil-genap dengan pengalaman mereka
bermain. Pembelajaran seperti ini saya rasa dapat lebih berkasan pada anak karena
melibatkan mereka secara langsung dalam kegiatan pembelajaran tersebut.

• POIN KE DUA (Setting Kelas Inklusif)


a) Setting Pembelajaran Inklusi anak ADHD dengan Regular
Kelompok Belajar
Terkait dibentuknya kelompok ini dikelompokkan berdasarkan campuran dari
kemampuan dan karakteristik siswa yang menjadikan siswa berkonsentrasi membantu
siswa yang kurang sehingga terjadinya tutor sebaya. Karena itu setting kelas merupakan
tahap penting dalam melaksanakan proses pembelajaran. Pengaturan ruang belajar,
kursi dan meja yang sedemikian rupa berpotensi menunjang kegiatan pembelajaran
yang dapat mengaktifkan semua siswa dalam kelas, tempat duduk disetting saling
berhadapan dan melingkar dalam satu kelompok

Fasilitas
- Papan tulis whiteboard yang menjadi pusat dalam pembelajaran diletakkan di
depan dan dekat dengan guru
- Papan tugas diletakkan berdekatan dengan tempat duduk siswa
- Papan pengumuman diletakkan pada tempat yang bisa dilihat seluruh siswa dan
mudah diakses
- Fasilitas semuanya menggunakan bahan yang man untuk siswa seperti plastic,
flannel dan lainnya
- Adanya almari untuk menaruh peralatan yang berbahan plastic
- Adanya tempat untuk memajang hasil kerja siswa
- Adanya pendingin ruangan

-
b) Pentingnya Media Pembelajaran dalam setting kelas inklusif
Media pembelajaran berperan penting untuk membantu dalam proses belajar
mengajar, sehingga guru bisa memanfaatkan media pembelajaran yang mulai
berkembang untuk dijadikan sebagai alat bantu dalam menyampaikan materi agar
proses belajar mengajar lebih mudah dilakukan. Media pembelajaran sangat beragam
sehingga seorang pendidik harus pandai dalam memilih media pembelajaran yang
sesuai untuk diterapkan di dalam kelas inklusi agar tujuan pembelajaran bisa tercapai
sesuai yang diharapkan.
Dengan media pembelajaran sangat membantu siswa dan guru dalam proses belajar
mengajar dan menjadikan siswa tidak mudah bosan dalam mengikuti proses belajar
mengajar, siswa lebih mudah memahami materi, proses belajar mengajar menjadi lebih
efektif dan efisien, dan tujuan pembelajaran mudah dicapai sesuai dengan yang
diharapkan. Dengan demikian, peran media pembelajaran sangat dibutuhkan oleh
seorang pendidik dan pelajar terkhusus lagi dalam pembelajaran di kelas inklusi agar
suatu proses belajar mengajar bisa dilakukan lebih mudah memahami materi, dan
menumbuhkan minat siswa dalam belajar.

2. Pentingnya GPK pada Pembelajaran Regular dan Anak ADHD


Guru seringkali kesulitan ketika menghadapi anak ADHD dalam kelas. Guru
tidak siap untuk menciptakan pembelajaran yang mengakomodasi semua peserta
didik. Sebagai contoh ketika guru mengajar di dalam kelas yang terdapat peserta didik
regular dan ADHD yang mempunyai karakteristik yang berbeda dan beragam, peserta
didik ADHD khususnya mempunyai masalah pada, perilaku, pemusatan perhatian,
emosi, kemampuan berkomunikasi dan bahasa, dan ada juga yang mempunyai
masalah dengan kemampuan kognitif (PDBK), maka guru cenderung bingung,
menyerah, mangabaikan, dan meninggalkan PDBK (tidak diikutkan dalam proses
belajar) sehingga peserta didik tersebut tidak dapat berpartisipasi dalam kegiatan
belajar bersama teman-temannya. Hal ini dikarenakan guru umum tidak memahami
tentang PDBK (keberagaman dan keanekaragaman peserta didik) dengan baik
sehingga guru umum kurang berusaha untuk menemukan inisiatif dalam menciptakan
pembelajaran yang dapat melibatkan dan meningkatkan partisipasi semua peserta
didik termasuk di dalamnya PDBK sehingga mencapai prestasi yang sesuai dengan
kemampuan PDBK tanpa mengabaikan peserta didik pada umummya. Guru masih
memiliki perspektif bahwa anak yang berbeda karena kondisi tertentu (PDBK) adalah
bukan menjadi bagian peserta didik di kelasnya, merepotkan, menambah pekerjaan,
sebaiknya diberikan pendampingan khusus dan berbagai alasan lainnya.

Untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan inklusif, maka dibutuhkan


dukungan (supporting) yang salah satunya adalah adanya Guru Pembimbing Khusus
(GPK). Permendiknas 70 tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik
yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa
pasal 10 menyatakan bahwa pemerintah kabupaten/kota wajib menyediakan paling
sedikit 1 (satu) orang guru pembimbing khusus pada satuan pendidikan yang ditunjuk
untuk menyelenggarakan pendidikan inklusif. Dengan hadirnya GPK diharapkan dapat
memberikan dukungan sekolah agar terciptanya praktik pembelajaran yang terbaik
bagi semua peserta didik tak terkecuali termasuk di dalamnya adalah PDBK. Dukungan
GPK pada pengembangan dan penyelenggaraan sekolah inklusi, lebih spesifik kepada
guru dapat dimulai dari masa persiapan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran.

3. a. Contoh model penanganan anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan


hiperaktif (AGPPH) pada keterampilan akademik (calistung) dalam pembelajaran
tematik

Pertama adalah kurang konsentrasi siswanya dengan metode yang sesuai dan
bimbingan secara khusus untuk siswa ADHD. Kedua solusi problem materi, guru
menyederhanakan materi pembelajaran yang terdapat di buku pelajaran kemudian
ditulis ulang di papan tulis oleh guru dengan bahasanya sendiri. Sehingga para siswa
hiperaktif mudah memahami. Ketiga problem motivasi, guru harus bisa menanamkan
sikap bahwa semua siswa ADHD itu seperti siswa normal pada umumnya dengan
menerima semua kekurangannya sehingga dengan kekurangannya itu para guru bisa
membimbing siswa ADHD ke arah yang lebih baik. Keempat problem konsentrasi, guru
harus melakukan program layanan pembelajaran dan program layanan kekhususan
untuk siswa ADHD. Kelima problem pembelajaran ketika siswa ADHD tidak siap dalam
proses pembelajaran atau menolak pembelajaran, guru lebih banyak melakukan
kegiatan membimbing dengan pendekatan interaksi antara siswa dan guru kelas
sehingga guru kelas dapat mengidentifikasi apa saja kekurangan yang dihadapi siswa

b. kelebihannya adalah guru mampu bekerja sama dan pelayanan pada ADHD
dapat berjalan dengan maksimal

4. MODEL PENILAIAN AKADEMIK


1. Membaca
Membaca cerita sederhana

Semut dan Belalang

Saat musim panas di sebuah hutan, hiduplah seekor semut yang


sangat rajin bekerja. Setiap hari ia tak kenal lelah mengumpulkan
bahan makanan yang kemudian ia simpan di lumbung. Si semut
bahkan tidak mengindahkan panas maupun hujan, ia mengupayakan
hal tersebut supaya lumbungnya tidak kosong saat musim dingin
nanti.

Suatu ketika saat dalam perjalanan mengumpulkan makanan, semut


bertemu dengan belalang. Belalang menyapa si semut dan
mengatakan kenapa ia begitu kerja keras sedangkan di hutan begitu
banyak makan yang tersedia. Dengan bijak semut menjawab bahwa
ia tak ingin kehabisan persediaan untuk musim dingin.

Sambil memakan daun yang didekatnya belalang mengejek si semut


dan berkata lagi, “Musim dingin masih lama, tak perlu kerja begitu
keras, bersenang-senanglah dahulu.” Tapi, semut tak mengindahkan
kata belalang dan kembali meneruskan pekerjaannya. Hal itu
berlangsung sampai beberapa waktu dimana si semut semakin rajin
bekerja dan si belalang yang tetap bermalas-malasan.

Hingga musim dingin pun datang dan berlangsung lebih lama dari
yang diperkirakan, semut yang mempunyai persediaan makanan
banyak bisa tinggal di rumah dengan nyaman, sedangkan belalang
mulai khawatir karena makanannya sudah habis. Belalang kemudian
meminta bantuan si semut, tentu saja ia menolaknya. Tapi, melihat
belalang yang hampir mati kelaparan membuat si semut tak tega, ia
pun kemudian menolongnya.

Penilaian Model 1
Nama Kemampuan Membaca
Mau membaca Memenuhi 3 Memenuhi 2 Memenuhi 1
dengan tenang, dari 4 poin dari 4 poin dari 4 poin
Lancar
Membaca,
benar dalam
membaca,
membaca
sampai selesai
Poin 100 Poin 70 Poin 50 Poin 30

Penilaian Model 2
120 121 123 124 126 128

131 132 134 135 137 138 139


140 142 143 146 148

151 153 156 157 159

161 162 164 167 169

170 171 173 175 176 178

180 183 185 187 189

191 192 194 195 197 198

200 201 203 205 206 208 209

Tiap poin benar dikali 2 (50 soal)

Nilai Indeks
80-100 A
65-79 B
50-64 C
30-49 D
30 ≤ E

Model penilaian 3

Lengkapilah urutan bilangan di bawah ini


1 … 2 … 4 … … 7 … 9 … 10 … … 13 … … … 17 … … 20 … … … 24 … 26 … … … 30 …
… … 34 … … 37 38 39 …

Benar Nilai Indeks


25 soal 100 A
20-24 80 B
15-19 60 C
10-14 40 D
5≤ 20 E

Anda mungkin juga menyukai