Anda di halaman 1dari 3

1. Menurut ibu, apa faktor penyebab kurangnya kemampuan numerasi siswa dalam pelajaran?

Ada beberapa aspek penyebab kurangnya kemampuan numerasi siswa :


1. Intelegency quotient (IG)
IQ sangatlah mempengaruhi kemampuan numerik siswa, siswa yang memiliki IQ rendah,
sedang, tinggi, cenderung berbeda kemampuan numerik nya. Siswa yang IQ nya tinggi
biasanya kemampuan numeriknya lebih baik dibandingkan siswa yang kemampuannya
sedang atau rendah
2. Lingkungan
Atmosfir yang dimiliki siswa apabila lingkungan bnyak berbau atau berkaitan dengan
numerik biasanya akan mendukung kemampuan numeriknya, namun apabila atmosfir
sekitarmya lebih ke verbal atau hafalan maka biasanya kemampuan numeriknya cenderung
tidak sebaik kemampuanya dalam mendeskripsikan sesuai dalam kata-kata
3. Karakteristik Numerisi
Sifat numerik yang banyak sekali formulasi atau rumus dimana secara umum rumus atau
formulasi ini tersugesti sulit oleh siswa pada umumnya.

2. Menurut ibu, apa faktor penyebab siswa kurang memiliki keterampilan dalam belajar?
Gaya belajar setiap siswa itu tentunya berbeda-beda Ada yang audiovisoal, ada yang kinestetik
ada yang, visual, audiotori dll, salah satu penyebab siswa kurang memiliki keterampilan dalam
belajar adalah mereka belum mengetahui gaya belajar mereka seperti apa, seharusnya jika
mereka sudah mengetahui gaya belajar mereka cenderung kearah mana, apakah visula, apakah
kinestetuk dll, tentunya mereka dapat lebih terampil dalam belajar. Maka sebaiknya bantuan
dari pihak-pihak terkait misalkan bimbingan konseling atau orang-orang yang mengerti dalam
pengelompokan gaya belajar siswa dapat bekerjasama memberikan layanan agar siswa
mengetahui bahwa mereka cenderung kemana gaya belajarnya. Sehingga mereka bisa
menentukan situasi sepertinya apa yang bisa memaximalkan gaya belajar mereka sehingga bisa
terampil dalam belajar

3. Menurut ibu, apa faktor penyebab beberapa siswa memiliki sifat tertutup sehingga sulit untuk
diajak berinteraksi?
Budaya kita masih kurang dalam melibatkan anak-anak sedari dini untuk melatih mereka
mengeluarkan pendapatnya. Anak-anak cenderung didik untuk mengikuti semua aturan orang
tua tanpa diminta pendapat mereka tentang kondisi-kondisi tertentu. Bahkan jika anak mereka
mengeluarkan pendapat, pendapat mereka kurang dihargai. Padahal apa pun itu sebaiknya
mereka harus bisa” speek up” tentang suka atau tidak, mau atau tidak, dll. Sehingga mereka
cenderung tidak memiliki kemampuan pemecahan masalah. Daya juangnya pun secara umum
menjadi menurun

4. Menurut ibu, apa faktor penyebab kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru masih
menggunakan model konvensional?
Yang dimaksud dengan model konvensional disini apakah ceramah? Jika benar ceramah maka
banyak sekali faktor yang menyebabkan model konvensional masih digunakan saya akan
menyebutkan beberapa saja
a. sistem pendidikan kita yang belum memihak kepada kondisi setiap siswa yang unik dan berbeda-
beda. Dan juga kurikulum kita yang sangat “gendut” dengan berbagai konten materi yang sangat
banyak Semuanya dianggap sama, menyukai hal yang sama dll. Di sekolah dasar sudah cukup
baik, pembelajarannya sudah tematik, sehingga dekat dengan kehidupan siswa sehari-hari.
Namun di sekolah menengah seharusnya siswa sudah diarahkan kemana mereka
berkembangnya. Misal siswa yang punya kemampuan bahasa maka ada kelas khusus bahasa,
siswa yang suka dengan seni ada kelas khusus seni, dll. Maka mereka berkembang sesuai dengan
potensi mereka. Bukan diberikan asahan yang sama untuk setiap siswanya, akhirnya siswa yang
suka seni tetapi cenderung kurang aspek kognitifnya akan merasa tergradasi.
b. SDM yang memahami tentang apa itu model, apa itu pendekatan, apa itu strategi, apa itu
kemampuan pemecahan masalah, apa itu keterampilan berfikir kritis, apa itu pembelajaran
berbasis HOTS dll, masih dirasa belum maximal. Mungkin belum mencapai angka 60%, sehingga
konvensional menjadi pilihan favorit.
c. sarana dan prasarana, untuk menciptakan atau mengimplementasikan sebuah pembelajaran
yang creatif dan inovatif tentunya membutuhkan sarana dan prasana yang memadai. Misalkan
saja jika guru ingin melakukan pembelajaran kooperatif, tentu harus membentuk kelompok,
karena kursi-kursi siswa kita masih belum dilengkapi dengan roda yang fleksible untuk
menggerakkan kemana mereka akan membentuk pola duduk dalam belajar kooperatif maka
tentu sedikit bnyak mengurangi kefektifan dalam pembentukan kelompok, meja mereka masih
terpisah dengan kursinya sehingga jika akan membentuk kelompok paling tidak memakan waktu
15 menit. Sehingga konvensional menjadi pilihan yang masih menggiurkan
d. Jumlah siswa kita yang dihandle guru setiap kelasnya juga cukup banyak, rata-rata 30 siswa.
Maka tentu akan sedikit butuh waktu dalam menghandlenya jika dibandingkan jumlah siswa
yang misalkan hanya 20 orang saja perkelasnya. Jika siswanya 20 orang maka tentu guru akan
lebih maximal dalam menjadi fasilitator sehingga pembelajaran konvensional (ceramah)

5. Menurut ibu, apa faktor penyebab siswa kesulitan dalam mengerjakan soal HOTS yang diberikan
oleh guru?
Kembali kepada beberapa alasan atau deskripsi yang telah dijelaskan pada pertanyaan
sebelumnya, tentunya kemampuan numerasi yang masih kurang, proses pembelajaran yang
mengarahkan mereka atau melatihkan mereka kearah HOTS juga masih belum maximal.
Sehingga jika prosesnya belum HOTS maka tentu evaluasinya belum dapat dilakukan dengan
HOTS pula

6. Menurut ibu, apa faktor penyebab belum optimal nya penggunaan alat peraga dan media
pembelajaran yang dilakukan oleh guru?
Alasannya komprehensif tetapi jika ditanyakan dari aspek “Guru”, mungkin jumlah alat peraga
yang belum tersedia cukup, mungkin update kompetensi guru tentang pengenalan terhadap
media pembelajaran dan alat peraga masih kurang dilakukan oleh pihak terkait. Maka sebaiknya
instansi yang terkait dengan penjaminan mutu Guru memberikan pendampingan atau refresh
pengetahuan tentang media dan alat peraga secara masif dan istiqomah.

Anda mungkin juga menyukai