mempelajari materi pelajaran sesuai dengan kemampuan, apa yang disukai, dan
kebutuhannya masing-masing.
Dalam pembelajaran berdiferensiasi empat aspek yang ada dalam kendali atau kontrol
guru adalah Konten, Proses, Produk, dan Lingkungan atau Iklim Belajar di kelas.
Guru dapat menentukan bagaimana empat aspek ini akan dilaksanakan di dalam
pembelajaran di kelas. Guru mempunyai kesempatan dan kemampuan untuk
mengubah konten, proses, produk, dan lingkungan dan iklim belajar di kelasnya
masing-masing sesuai dengan profil siswa yang ada di kelasnya.
A. Konten
Konten adalah materi apa yang akan diajarkan oleh guru di kelas atau materi apa yang
akan dipelajari oleh siswa di kelas. Dalam pembelajaran berdiferensiasi ada dua cara
membuat konten pelajaran berbeda, yaitu:
1. menyesuaikan apa yang akan diajarkan oleh guru atau apa yang akan dipelajari
oleh siswa berdasarkan tingkat kesiapan dan minat siswa
2. menyesuaikan bagaimana konten yang akan diajarkan atau dipelajari itu akan
disampaikan oleh guru atau diperoleh oleh siswa berdasarkan profil (gaya)
belajar yang dimiliki oleh masing-masing siswa.
Strategi yang dapat dilakukan oleh guru untuk dapat mendiferensiasi konten yang akan
dipelajari oleh siswa adalah:
B. Proses
Proses pada bagian ini adalah kegiatan yang dilakukan siswa di kelas. Kegiatan yang
dimaksud adalah kegiatan yang bermakna bagi siswa sebagai pengalaman belajarnya
di kelas, bukan kegiatan yang tidak berkorelasi dengan apa yang sedang dipelajarinya.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa ini tidak diberi penilaian kuantitatif berupa
angka, melainkan penilaian kualitatif yaitu berupa catatan-catatan umpan balik
mengenai sikap, pengetahuan dan keterampilan apa yang masih kurang dan perlu
diperbaiki/ditingkatkan oleh siswa.
C. Produk
Biasanya produk ini merupakan hasil akhir dari pembelajaran untuk menunjukkan
kemampuan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman siswa setelah
menyelesaikan satu unit pelajaran atau bahkan setelah membahas materi pelajaran
selama satu semester.
Produk sifatnya sumatif dan perlu diberi nilai. Produk lebih membutuhkan waktu yang
lama untuk menyelesaikannya dan melibatkan pemahaman yang lebih luas dan
mendalam dari siswa. Oleh karenanya seringkali produk tidak dapat diselesaikan dalam
kelas saja, tetapi juga di luar kelas.
Produk dapat dikerjakan secara individu maupun berkelompok. Jika produk dikerjakan
secara berkelompok, maka harus dibuat sistem penilaian yang adil berdasarkan
kontribusi masing-masing anggota kelompoknya dalam mengerjakan produk tersebut.
Guru merancang produk apa yang akan dikerjakan oleh siswa sesuai dengan
pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan yang harus ditunjukkan oleh mereka.
Guru juga perlu menentukan kriteria penilaian dalam rubrik sehingga siswa tahu apa
yang akan dinilai dan bagaimana kualitas yang diharapkan dari setiap aspek yang
harus dipenuhi mereka.
D. Lingkungan belajar
Lingkungan belajar meliputi susunan kelas secara personal, sosial, dan fisik.
Lingkungan belajar juga harus disesuaikan dengan kesiapan siswa dalam belajar, minat
mereka, dan profil belajar mereka agar mereka memiliki motivasi yang tinggi dalam
belajar.
Misalnya guru dapat menyiapkan beberapa susunan tempat duduk siswa yang
ditempelkan di papan pengumuman kelas sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan
gaya belajar mereka. Jadi siswa dapat duduk di kelompok besar atau kecil yang
berbeda-beda, dapat juga bekerja secara individual, maupun berpasang-pasangan.
Pengelompokkan juga dapat dibuat berdasarkan minat siswa yang sejenis, maupun
tingkat kesiapan yang berbeda-beda maupun yang sama tergantung tujuan
pembelajarannya.
Pada dasarnya, guru perlu menciptakan suasana dan lingkungan belajar yang
menyenangkan bagi siswa sehingga merasa aman, nyaman, dan tenang dalam belajar
karena kebutuhan mereka terpenuhi.
Terima
Tes Diagnostik Non Kognitif – Salah satu jenis tes diagnostik adalah diagnostik non
kognitif. Tes ini meliputi hal – hal yang berkiatan mulai dari kondisi psikologi dan sosial
emosi siswa, aktivitas selama belajar dirumah, situasi dan kondisi keluarga siswa, latar
belakang pergaulan siswa, dan gaya belajar, karakter bakat dan minat siswa.
Tes diagnostik non kognitif bertujuan untuk mengetahui kesejahteraan psikologi dan
sosial emosi siswa, aktivitas belajar di rumah dan kondisi keluarga siswa. Beragamnya
kondisi sosial ekonomi, akses teknologi, serta kondisi wilayah, menyebabkan proses
belajar dan kompetensi siswa menjadi sangat bervariasi.
Lalu bagaimana contoh lengkap soal tes diagnostik non kognitif? Yuk simak informasi
selengkapnya berikut ini.
Contoh Soal Diagnostik Pergaulan
Siswa
Tes diagnoatik ini untuk menggali beberapa karakter sahabat atau teman yang
diingginkan oleh siswa. Dengan mengetahui informasi awal tentang siapa teman
terbaik untuk siswanya diharapkan bisa meningkatkan proses belajar siswa.
Siapa sahabatmu?
Mengapa kamu memilih dia menjadi sahabatmu?
Apakah kamu memiliki teman yang berbeda suku atau agama?
Apakah kamu kamu pandai dalam bergaul?
Dengan siapa kamu biasanya bermain saat di sekolah?
Bagaimana caramu menyelesaikan masalah dengan teman saat berselisih?
Apakah kamu pernah marah dengan temanmu?
dll
1. Kalau ada orang yang meminta petunjuk jalan, biasanya saya akan…
a. menggambarkan peta jalan tersebut pada selembar kertas
b. memberitahukan letak jalan tersebut secara lisan (melalui ucapan)
c. mencoba memberitahu dengan isyarat tangan atau langsung mengantarkannya ke
jalan tersebut
2. Saya paling suka permainan…
a. kata bergambar
b. acak kata
c. pantomin
3. Saya ingin sekali menonton film di bioskop karena…
a. melihat cover iklannya yang menarik
b. membaca sinopsis ceritanya yang menarik
c. menonton potongan filmnya yang menarik
4. Saya punya guru favorit karena saat mengajar ia selalu menggunakan…
a. ceramah, diskusi, dan debat
b. diagram, bagan, alur, dan slide
c. trial, uji coba, dan praktik
Halaman selanjutnya
Contoh soal diagnostik kondisi keluarga siswa…
Halaman: 1
Tes diagnostik untuk menilai atau mengetahu kepribadian sosial emosi siswa ini
diperlukan guru sebagai informasi dasar mengenai karakter sikap siswa yang akan kita
ajar. Dengan mengetahui informasi awal tentang kondisi emosi siswa guru tentunya
guru bisa lebih maksimal dalam melakukan pendekatan pembelajaran ke pada siswa.
ASESMEN KOGNITIF
Asesmen Diagnosis Kognitif Berkala
Untuk membatasi penyebaran dan penularan virus Covid-19 secara luas di satuan pendidikan,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia mengambil kebijakan penyelenggaraan
Belajar dari Rumah (BDR). Beragamnya kondisi di Indonesia yang meliputi sosial ekonomi, akses
teknologi, serta kondisi wilayah sebaran Covid-19 menyebabkan pelaksanaan BDR serta capaian belajar
siswa bervariasi. Oleh karena itu, asesmen atau penilaian untuk mengetahui hambatan dan kelemahan
siswa pada saat BDR perlu dilakukan.
Asesmen yang meliputi aspek kognitif dan nonkognitif perlu dilakukan agar pembelajaran yang dilakukan
sesuai dengan kondisi siswa. Hasil asesmen memberikan dasar kepada guru untuk menetapkan
perlakuan atau strategi yang tepat kepada masing-masing siswa. Remedial atau pengayaan yang
dilakukan sebagai tindak lanjut hasil asesmen merupakan upaya untuk memastikan tidak ada siswa yang
tertinggal atau dirugikan.
Artikel ini diharapkan dapat memberikan inspirasi, wawasan, dan pedoman bagi guru
dalam melakukan persiapan, pelaksanaan, diagnosis dan tindak lanjut yang tepat pada
proses asesmen diagnosis, serta bisa menjadi salah satu penguatan terhadap
prinsip “teaching at the right level” (pembelajaran sesuai dengan tingkat) khususnya
pada masa pandemi.
A. Pengertian
Asesmen Diagnosis Kognitif adalah asesmen diagnosis yang dapat dilaksanakan
secara rutin, pada awal ketika guru akan memperkenalkan sebuah topik pembelajaran
baru, pada akhir ketika guru sudah selesai menjelaskan dan membahas sebuah topik,
dan waktu yang lain selama semester (setiap dua minggu/ bulan/ triwulan/ semester).
Asesmen Diagnosis Kognitif bertujuan untuk mendiagnosis kemampuan dasar
siswa dalam topik sebuah mata pelajaran. Asesmen diagnosis dapat mengandung satu
atau lebih dari satu topik.
Asesmen diagnosis memetakan kemampuan semua siswa di kelas secara cepat, untuk
mengetahui siapa saja yang sudah paham, siapa saja yang agak paham, dan siapa saja
yang belum paham. Dengan demikian guru dapat menyesuaikan materi pembelajaran
dengan kemampuan siswa.
Setelah itu, guru dapat mengumpulkan contoh-contoh soal terkait topik yang
ingin dinilai. Cara penyusunan soal dijelaskan pada poin c di bawah ini.
Asesmen terdiri dari 10 soal. 8 (delapan) soal yang merupakan prasyarat dasar
yang diidentifikasi pada langkah sebelumnya dan 2 (dua) terkait pengajaran
baru. Kesepuluh soal tersebut terdiri dari:
2. Pelaksanaan Asesmen
d. Ulangi proses yang sama, sampai siswa mencapai tingkat kompetensi yang
diharapkan.
TP-ATP
(CP) diperoleh secara sistematis, konsisten, terarah dan terukur. Penggunaan kata
Berikut ini ada 7 (tujuh) prinsip penyusunan alur tujuan pembelajaran, yaitu:
Perumusan Alur Tujuan Pembelajaran hendaknya dapat dipahami oleh penulis itu
sendiri maupun pengguna/pembaca. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan istilah
atau terminologi yang umum dan tidak bermakna ambigu atau tafsir ganda. Untuk
bentuk glosarium.
pengalaman belajar yang relevan dengan kehidupan atau dunia nyata berupa aktivitas
3. Berkesinambungan
Antarfase dan antartujuan pembelajaran saling terkait dan merupakan capaian secara
runtut, sistematis, dan berjenjang untuk memeroleh CP yang telah ditetapkan dalam setiap
mata pelajaran. Penyusunan dilakukan secara kronologis berdasarkan urutan
Pengoptimalan tiga aspek kompetensi yaitu: pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
berjenjang selaras dengan tahapan kognitif (mengingat, memahami, mengaplikasi,
menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta) serta dimensi pengetahuan (faktual-
konseptual-prosedural-metakognitif). Pengoptimalan juga dilakukan pada penumbuhan
kecakapan hidup (kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif) serta beriman,
berkebinekaan global, bergotong-royong, kreatif, bernalar kritis, dan mandiri.
2. Merdeka Belajar
Prinsip utama penyusunan ATP adalah pemahaman istilah merdeka belajar antara lain:
a. Memerdekakan siswa dalam berpikir dan bertindak pada ranah akademis dan bertanggung
jawab secara moral
b. Memfasilitasi dan menginspirasi kreativitas siswa dengan mempertimbangkan keunikan
individualnya (kecepatan belajar, gaya dan minat)
c. Mengoptimalkan peran dan kompetensi guru dalam merumuskan perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran
3. Operasional dan Aplikatif
1. Melakukan analisis Capaian Pembelajaran (CP) yang memuat materi dan kompetensi
pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Ada 6 (enam) fase CP, yaitu:
a. Fase A untuk kelas I dan II
b. Fase B untuk kelas III dan IV
c. Fase C untuk kelas V dan VI
d. Fase D untuk kelas VII, VIII, dan IX
e. Fase E untuk kelas X
f. Fase F untuk kelas XI dan XII
2. Identifikasi kompetensi-kompetensi di akhir fase dan kompetensi-kompetensi sebelumnya
yang perlu dikuasai peserta didik sebelum mencapai kompetensi di akhir fase.
3. Melakukan analisis setiap elemen dan atau subelemen Profil Pelajar Pancasila yang sesuai
dengan mata pelajaran dan Capaian Pembelajaran pada Fase tersebut. Ada 6 (enam)
dimensi Profil Pelajar Pancasila, yaitu:
a. beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia
b. mandiri
c. bergotong-royong
d. berkebinekaan global
e. bernalar kritis, dan
f. kreatif
4. Berdasarkan identifikasi kompetensi-kompetensi inti di akhir fase, rumuskan tujuan
pembelajaran dengan mempertimbangkan kompetensi yang akan dicapai, pemahaman
bermakna yang akan dipahami dan variasi keterampilan berpikir apa yang perlu dikuasai
siswa untuk mencapai Tujuan Pembelajaran (TP).
5. Setelah tujuan pembelajaran dirumuskan, susun tujuan pembelajaran secara linear
sebagaimana urutan kegiatan pembelajaran yang dilakukan dari hari ke hari.
6. Tentukan lingkup materi dan materi utama setiap tujuan pembelajaran (setiap tujuan
pembelajaran dapat memiliki lebih dari satu lingkup materi dan materi utama).
7. Berdasarkan perumusan tujuan pembelajaran tentukan jumlah jam pelajaran yang
diperlukan. Contoh: tujuan pembelajaran untuk mencapai suatu kompetensi pengetahuan
120 menit, keterampilan 480 menit, dan sikap 120 menit.
Cara Menyusun KKTP (Kriteria Ketercapaian Tujuan
Pembelajaran)
Pembelajaran dan Modul Ajar yang berbeda, oleh karena itu untuk
menggunakan kriteria yang berbeda baik dalam angka kuantitatif atau kualitatif sesuai
dengan karakteristik:
o Tujuan pembelajaran
o Aktivitas pembelajaran
pembelajaran.
peserta didik agar pendidik dapat memperbaiki proses pembelajaran dan memberi
yakni pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh siswa dalam satu atau lebih
dari waktu ke waktu yang menjadi prasyarat menuju Capaian Pembelajaran (CP).
Ada 3 (tiga) komponen dalam tujuan pembelajaran, yaitu kompetensi, konten, dan variasi.
o Kompetensi
o Konten
Konten merupakan ilmu pengetahuan inti atau konsep utama yang diperoleh siswa melalui
pemahaman selama proses pembelajaran di akhir satu unit pembelajaran.
o Variasi
Variasi yaitu keterampilan berfikir yang perlu dikuasai siswa untuk dapat mencapai tujuan
pembelajaran, seperti keterampilan berpikir kreatif, kritis mengevaluasi, menganalisis,
memprediksi, menciptakan, dll.
Catatan:
TP dan ATP isinya sama. ATP itu hanya mengurutkan dari TP, atau membuat alur dari TP
yang disusun, bisa alurnya mulai dari dimensi pengetahuan yang konseptual sampai
dengan metakognitif.
Contoh:
TP 1. Peserta didik menyelidiki ragam dan sumber energi yang dimanfaatkan di lingkungan
sekitarnya melalui pengamatan
Indikator asesmen:
1.1 Mampu mendeskripsikan berbagai sumber energi yang terdapat di lingkungan sekitar
1.2 Mampu menguraikan manfaat sumber energi yang dipergunakan di lingkungan sekitar
3. Gabungan opsi 1 dan 2, yaitu : dibuatkan Indikator Asesmen dan Rubrik Ketercapaiannya.
Ketiga opsi atau pilihan tersebut lebih memberikan ruang pada Guru dalam mengambil
alternatif sesuai kebutuhan. Setiap opsi mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-
masing, yaitu:
Pembelajaran dan asesmen merupakan satu kesatuan yang sebaiknya tidak dipisahkan.
Pendidik dan peserta didik perlu memahami kompetensi yang dituju sehingga
berupa formatif dan sumatif. Asesmen/ penlaian formatif dapat dilakukan pada awal
pembelajaran. Asesmen ini dilakukan pada akhir proses pembelajaran atau dapat juga
dilakukan sekaligus untuk dua atau lebih tujuan pembelajaran, sesuai dengan
bagian dari perhitungan penilaian di akhir semester, akhir tahun ajaran, dan/atau akhir
jenjang.
dan penyediaan informasi yang holistik, sebagai umpan balik untuk pendidik, peserta
didik, dan orang tua/wali agar dapat memandu mereka dalam menentukan strategi
pembelajaran selanjutnya.
2. Asesmen dirancang dan dilakukan sesuai dengan fungsi asesmen tersebut, dengan
keleluasaan untuk menentukan teknik dan waktu pelaksanaan asesmen agar efektif
asesmen. Hasil dari asesmen sumatif digunakan untuk pelaporan hasil belajar.
Asesmen sumatif atau penilaian sumatif pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah bertujuan untuk menilai pencapaian tujuan pembelajaran dan/atau Capaian
Pembelajaran (CP) peserta didik sebagai dasar penentuan kenaikan
kelas dan/atau kelulusan dari satuan pendidikan. Penilaian pencapaian hasil belajar
peserta didik dilakukan dengan membandingkan pencapaian hasil belajar dengan
kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran peserta didik. Sementara itu, pada
pendidikan anak usia dini, asesmen sumatif digunakan untuk mengetahui capaian
perkembangan peserta didik dan bukan sebagai hasil evaluasi untuk penentuan kriteria
kenaikan kelas dan kelulusan. Asesmen sumatif berbentuk laporan hasil belajar yang
berisikan laporan pencapaian pembelajaran dan dapat ditambahkan dengan informasi
pertumbuhan dan perkembangan anak.
1. Alat ukur untuk mengetahui pencapaian hasil belajar peserta didik dalam satu atau lebih
tujuan pembelajaran di periode tertentu.
2. Mendapatkan nilai capaian hasil belajar untuk dibandingkan dengan kriteria capaian yang
telah ditetapkan.
3. Menentukan kelanjutan proses belajar siswa di kelas atau jenjang berikutnya.
Asesmen sumatif dilaksanakan secara periodik setiap selesai satu atau lebih tujuan
pembelajaran. Hasil asesmen perlu diolah menjadi capaian dari tujuan pembelajaran
setiap peserta didik. Pendidik dapat menggunakan data kualitatif sebagai hasil asesmen
tujuan pembelajaran peserta didik. Namun, dapat juga menggunakan data kuantitaif
dan mendsikripsikannya secara kualitatif. Pendidik diberi keleluasaan untuk mengolah
data kuantitatif, baik secara rerata maupun proporsional.
Asesmen sumatif dilaksanakan secara periodik setiap selesai satu atau lebih tujuan
pembelajaran. Hasil asesmen perlu diolah menjadi capaian dari tujuan pembelajaran
setiap peserta didik. Pendidik dapat menggunakan data kualitatif sebagai hasil asesmen
tujuan pemeblajaran peserta didik. Namun, dapat juga menggunakan data kuantitaif
dan mendsikripsikannya secara kualitatif. Pendidik diberi keleluasaan untuk mengolah
data kuantitatif, baik secara rerata maupun proporsional.
perlu bimbingan = 1)
cukup = 2)
baik = 3)
sangat baik = 4)
Pendidik juga dapat menentukan angka kuantitatif pada setiap kualitas yang disajikan,
misalnya untuk kriteria:
Dalam mengolah dan menentukan hasil akhir asesmen sumatif, pendidik perlu
membagi asesmennya ke dalam beberapa kegiatan asesmen sumatif agar peserta
didik dapat menyelesaikan asesmen sumatifnya dalam kondisi yang optimal (tidak
terburu-buru atau tidak terlalu padat). Untuk situasi ini, nilai akhir merupakan
gabungan dari beberapa kegiatan asesmen tersebut.
F. Pengolahan Hasil Asesmen untuk Rapor
Pengolahan hasil asesmen untuk rapor sebagai laporan hasil belajar peserta didik
dilakukan dengan memanfaatkan hasil asesmen formatif dan sumatif. Terdapat 2 jenis
data, yaitu data hasil asesmen yang berupa angka (kuantitatif) serta data hasil asesmen
yang berupa narasi (kualitatif). Pengolahan hasil asesmen dalam bentuk angka
(kuantitatif) didasarkan hanya pada hasil asesmen sumatif, sementara asesmen formatif
sebagaimana diuraikan sebelumnya, berupa data atau informasi yang bersifat kualitatif,
digunakan sebagai umpan balik untuk perbaikan pembelajaran (remedial) sekaligus
sebagai bahan pertimbangan menyusun deskripsi capaian kompetensi.
Sumber:
Panduan Pembelajaran dan Asesmen PAUD, Pendidikan Dasar, dan Menengah
Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan
Kemendikbudristek 2022