Anda di halaman 1dari 22

Pembelajaran berdiferensiasi adalah proses belajar mengajar dimana siswa dapat

mempelajari materi pelajaran sesuai dengan kemampuan, apa yang disukai, dan
kebutuhannya masing-masing.

Dalam pembelajaran berdiferensiasi empat aspek yang ada dalam kendali atau kontrol
guru adalah Konten, Proses, Produk, dan Lingkungan atau Iklim Belajar di kelas.

Guru dapat menentukan bagaimana empat aspek ini akan dilaksanakan di dalam
pembelajaran di kelas. Guru mempunyai kesempatan dan kemampuan untuk
mengubah konten, proses, produk, dan lingkungan dan iklim belajar di kelasnya
masing-masing sesuai dengan profil siswa yang ada di kelasnya.

A. Konten

Konten adalah materi apa yang akan diajarkan oleh guru di kelas atau materi apa yang
akan dipelajari oleh siswa di kelas. Dalam pembelajaran berdiferensiasi ada dua cara
membuat konten pelajaran berbeda, yaitu:

1. menyesuaikan apa yang akan diajarkan oleh guru atau apa yang akan dipelajari
oleh siswa berdasarkan tingkat kesiapan dan minat siswa
2. menyesuaikan bagaimana konten yang akan diajarkan atau dipelajari itu akan
disampaikan oleh guru atau diperoleh oleh siswa berdasarkan profil (gaya)
belajar yang dimiliki oleh masing-masing siswa.

Strategi yang dapat dilakukan oleh guru untuk dapat mendiferensiasi konten yang akan
dipelajari oleh siswa adalah:

 menyajikan materi yang bervariasi


 menggunakan kontrak belajar
 menyediakan pembelajaran mini
 menyajikan materi dengan berbagai moda pembelajaran
 menyediakan berbagai sistem yang mendukung.

B. Proses

Proses pada bagian ini adalah kegiatan yang dilakukan siswa di kelas. Kegiatan yang
dimaksud adalah kegiatan yang bermakna bagi siswa sebagai pengalaman belajarnya
di kelas, bukan kegiatan yang tidak berkorelasi dengan apa yang sedang dipelajarinya.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa ini tidak diberi penilaian kuantitatif berupa
angka, melainkan penilaian kualitatif yaitu berupa catatan-catatan umpan balik
mengenai sikap, pengetahuan dan keterampilan apa yang masih kurang dan perlu
diperbaiki/ditingkatkan oleh siswa.

Kegiatan yang dilakukan harus memenuhi kriteria sebagai kegiatan yang:


1. baik, yaitu kegiatan yang menggunakan keterampilan informasi yang dimiliki
siswa
2. berbeda dalam hal tingkat kesulitan dan cara pencapaiannya. Kegiatan-kegiatan
yang bermakna yang dilakukan oleh siswa di dalam kelas harus dibedakan juga
berdasarkan kesiapan, minat, dan juga profil (gaya) belajar siswa.

C. Produk

Biasanya produk ini merupakan hasil akhir dari pembelajaran untuk menunjukkan
kemampuan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman siswa setelah
menyelesaikan satu unit pelajaran atau bahkan setelah membahas materi pelajaran
selama satu semester.

Produk sifatnya sumatif dan perlu diberi nilai. Produk lebih membutuhkan waktu yang
lama untuk menyelesaikannya dan melibatkan pemahaman yang lebih luas dan
mendalam dari siswa. Oleh karenanya seringkali produk tidak dapat diselesaikan dalam
kelas saja, tetapi juga di luar kelas.

Produk dapat dikerjakan secara individu maupun berkelompok. Jika produk dikerjakan
secara berkelompok, maka harus dibuat sistem penilaian yang adil berdasarkan
kontribusi masing-masing anggota kelompoknya dalam mengerjakan produk tersebut.

Berbeda dengan performance task/assessments yang walaupun merupakan penilaian


sumatif karena mencakup satu unit pelajaran atau satu bab, satu tema, dan perlu dinilai
juga, biasanya asesmen ini diselesaikan di kelas dan jangka waktu pengerjaannya lebih
singkat dari produk.

Guru merancang produk apa yang akan dikerjakan oleh siswa sesuai dengan
pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan yang harus ditunjukkan oleh mereka.
Guru juga perlu menentukan kriteria penilaian dalam rubrik sehingga siswa tahu apa
yang akan dinilai dan bagaimana kualitas yang diharapkan dari setiap aspek yang
harus dipenuhi mereka.

Guru juga perlu menjelaskan bagaimana siswa dapat mempresentasikan produknya


sehingga siswa lain juga dapat melihat produk yang dibuat. Produk yang akan
dikerjakan oleh siswa tentu saja harus berdiferensiasi sesuai dengan kesiapan, minat,
dan profil belajar siswa.

D. Lingkungan belajar

Lingkungan belajar meliputi susunan kelas secara personal, sosial, dan fisik.
Lingkungan belajar juga harus disesuaikan dengan kesiapan siswa dalam belajar, minat
mereka, dan profil belajar mereka agar mereka memiliki motivasi yang tinggi dalam
belajar.
Misalnya guru dapat menyiapkan beberapa susunan tempat duduk siswa yang
ditempelkan di papan pengumuman kelas sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan
gaya belajar mereka. Jadi siswa dapat duduk di kelompok besar atau kecil yang
berbeda-beda, dapat juga bekerja secara individual, maupun berpasang-pasangan.

Pengelompokkan juga dapat dibuat berdasarkan minat siswa yang sejenis, maupun
tingkat kesiapan yang berbeda-beda maupun yang sama tergantung tujuan
pembelajarannya.

Pada dasarnya, guru perlu menciptakan suasana dan lingkungan belajar yang
menyenangkan bagi siswa sehingga merasa aman, nyaman, dan tenang dalam belajar
karena kebutuhan mereka terpenuhi.

Sumber : Naskah Akademik Prinsip Pengembangan Pembelajaran


Berdiferensiasi (Differentiated Instruction), Kemendikbudristek, 2021.

Terima

Tes Diagnostik Non Kognitif – Salah satu jenis tes diagnostik adalah diagnostik non
kognitif. Tes ini meliputi hal – hal yang berkiatan mulai dari kondisi psikologi dan sosial
emosi siswa, aktivitas selama belajar dirumah, situasi dan kondisi keluarga siswa, latar
belakang pergaulan siswa, dan gaya belajar, karakter bakat dan minat siswa.
Tes diagnostik non kognitif bertujuan untuk mengetahui kesejahteraan psikologi dan
sosial emosi siswa, aktivitas belajar di rumah dan kondisi keluarga siswa. Beragamnya
kondisi sosial ekonomi, akses teknologi, serta kondisi wilayah, menyebabkan proses
belajar dan kompetensi siswa menjadi sangat bervariasi.
Lalu bagaimana contoh lengkap soal tes diagnostik non kognitif? Yuk simak informasi
selengkapnya berikut ini.
Contoh Soal Diagnostik Pergaulan
Siswa
Tes diagnoatik ini untuk menggali beberapa karakter sahabat atau teman yang
diingginkan oleh siswa. Dengan mengetahui informasi awal tentang siapa teman
terbaik untuk siswanya diharapkan bisa meningkatkan proses belajar siswa.

Soal bisa disesuaikan dengan kondisi sekolah serta siswa.

 Siapa sahabatmu?
 Mengapa kamu memilih dia menjadi sahabatmu?
 Apakah kamu memiliki teman yang berbeda suku atau agama?
 Apakah kamu kamu pandai dalam bergaul?
 Dengan siapa kamu biasanya bermain saat di sekolah?
 Bagaimana caramu menyelesaikan masalah dengan teman saat berselisih?
 Apakah kamu pernah marah dengan temanmu?
 dll

Contoh Soal Diagnostik Minat dan


Bakat Siswa
Tes diagnoatik untuk menilai atau mengetahui bakat – bakat atau kelebihan yang
dimiliki siswa sebagai informasi dasar mengenai bakat atau kemampuan masing –
masing siswa yang akan kita ajar. Dengan mengetahui informasi awal tentang
kelebihan siswa tentunya guru bisa lebih maksimal dalam melakukan pendekatan
pembelajaran ke pada siswa.

1. Pelajaran yang paling disukai


 Matematika
 Bahasa Indonesia
 Bahasa Inggris
 Pendidikan Agama
 IPAS
 Pendidikan Pancasial
 PJOK
 Seni Budaya
 Tidak Ada yang Suka
2. Kegiatan belajar yang paling disukai
 Membaca
 Mendengar
 Menghitung
 Menggambar
 Praktek
 Olah raga
 Tidak ada yang disukai
3. Kegiatan Ekstrakurikuler yang paling disukai
 Pramuka
 Tari
 Menyanyi
 Musik
 Drumband
 Sepak bola
 Tidak ada yang suka

Contoh Soal Diagnostik Gaya Belajar


Siswa
Tes diagnoatik untuk menilai atau mengetahu kepribadian sosial emosi siswa ini
diperlukan guru sebagai informasi dasar mengenai karakter sikap siswa yang akan kita
ajar. Dengan mengetahui informasi awal tentang kondisi emosi siswa guru tentunya
guru bisa lebih maksimal dalam melakukan pendekatan pembelajaran ke pada siswa.

1. Kalau ada orang yang meminta petunjuk jalan, biasanya saya akan…
 a. menggambarkan peta jalan tersebut pada selembar kertas
 b. memberitahukan letak jalan tersebut secara lisan (melalui ucapan)
 c. mencoba memberitahu dengan isyarat tangan atau langsung mengantarkannya ke
jalan tersebut
2. Saya paling suka permainan…
 a. kata bergambar
 b. acak kata
 c. pantomin
3. Saya ingin sekali menonton film di bioskop karena…
 a. melihat cover iklannya yang menarik
 b. membaca sinopsis ceritanya yang menarik
 c. menonton potongan filmnya yang menarik
4. Saya punya guru favorit karena saat mengajar ia selalu menggunakan…
 a. ceramah, diskusi, dan debat
 b. diagram, bagan, alur, dan slide
 c. trial, uji coba, dan praktik
Halaman selanjutnya
Contoh soal diagnostik kondisi keluarga siswa…
Halaman: 1

Tes diagnostik untuk menilai atau mengetahu kepribadian sosial emosi siswa ini
diperlukan guru sebagai informasi dasar mengenai karakter sikap siswa yang akan kita
ajar. Dengan mengetahui informasi awal tentang kondisi emosi siswa guru tentunya
guru bisa lebih maksimal dalam melakukan pendekatan pembelajaran ke pada siswa.

Tuliskan tiga kata yang menggambarkan keluargamu?

 Apa tradisi keluargamu?


 Menurutmu, apa yang membuat keluarga bisa dekat?
 Dalam skala 1 sampai 10, seberapa ketat Ibu dan Bapak dalam keluarga ini? Berapa
angka ideal menurutmu?
 Apa peraturan paling penting dalam keluargamu?
 Apakah keluargamu disiplin?
 Apa hal terbaik tentang keluargamu?
 Apakah keluargamu adil?
 dll
Demikian informasi mengenai Contoh Lengkap Soal Tes Diagnostik Non Kognitif,
semoga dapat membantu Anda. Serta perlu diketahui bahwa pembuatan soal harus
dipastikan dengan keadaan sekolah, siswa serta tujuan diadakannya tes diagnostik itu
sendiri.

ASESMEN KOGNITIF
Asesmen Diagnosis Kognitif Berkala

Untuk membatasi penyebaran dan penularan virus Covid-19 secara luas di satuan pendidikan,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia mengambil kebijakan penyelenggaraan
Belajar dari Rumah (BDR). Beragamnya kondisi di Indonesia yang meliputi sosial ekonomi, akses
teknologi, serta kondisi wilayah sebaran Covid-19 menyebabkan pelaksanaan BDR serta capaian belajar
siswa bervariasi. Oleh karena itu, asesmen atau penilaian untuk mengetahui hambatan dan kelemahan
siswa pada saat BDR perlu dilakukan.

Asesmen yang meliputi aspek kognitif dan nonkognitif perlu dilakukan agar pembelajaran yang dilakukan
sesuai dengan kondisi siswa. Hasil asesmen memberikan dasar kepada guru untuk menetapkan
perlakuan atau strategi yang tepat kepada masing-masing siswa. Remedial atau pengayaan yang
dilakukan sebagai tindak lanjut hasil asesmen merupakan upaya untuk memastikan tidak ada siswa yang
tertinggal atau dirugikan.

Artikel ini diharapkan dapat memberikan inspirasi, wawasan, dan pedoman bagi guru
dalam melakukan persiapan, pelaksanaan, diagnosis dan tindak lanjut yang tepat pada
proses asesmen diagnosis, serta bisa menjadi salah satu penguatan terhadap
prinsip “teaching at the right level” (pembelajaran sesuai dengan tingkat) khususnya
pada masa pandemi.

A. Pengertian
Asesmen Diagnosis Kognitif adalah asesmen diagnosis yang dapat dilaksanakan
secara rutin, pada awal ketika guru akan memperkenalkan sebuah topik pembelajaran
baru, pada akhir ketika guru sudah selesai menjelaskan dan membahas sebuah topik,
dan waktu yang lain selama semester (setiap dua minggu/ bulan/ triwulan/ semester).
Asesmen Diagnosis Kognitif bertujuan untuk mendiagnosis kemampuan dasar
siswa dalam topik sebuah mata pelajaran. Asesmen diagnosis dapat mengandung satu
atau lebih dari satu topik.

B. Pelaksanaan Asesmen Diagnosis Berkala


Kemampuan dan keterampilan siswa di dalam sebuah kelas berbeda-beda. Ada yang
lebih cepat paham dalam topik tertentu, namun ada juga yang membutuhkan waktu
lebih lama untuk memahami topik tersebut. Seorang siswa yang cepat paham dalam
satu topik, belum tentu cepat paham dalam topik lainnya.

Asesmen diagnosis memetakan kemampuan semua siswa di kelas secara cepat, untuk
mengetahui siapa saja yang sudah paham, siapa saja yang agak paham, dan siapa saja
yang belum paham. Dengan demikian guru dapat menyesuaikan materi pembelajaran
dengan kemampuan siswa.

1. Persiapan Pelaksanaan Asesmen Diagnosis Kognitif Berkala

Persiapan mencakup tiga langkah, yaitu membuat rencana pelaksanaan asesmen,


identifikasi materi asesmen, dan menyusun 10 soal sederhana.

a. Membuat Rencana Pelaksanaan Asesmen

Sebelum membuat asesmen, guru perlu menjawab beberapa pertanyaan kunci di


bawah ini:

o Untuk murid kelas berapa asesmen ini dibuat?


o Mata pelajaran atau topik mata pelajaran apa yang akan dinilai dalam asesmen ini?
o Kapan saja asesmen ini akan diberikan untuk semua murid di kelas? Apakah di awal
tahun ajaran atau setiap bulan setelah pembelajaran dimulai.
o Dimana asesmen akan dilakukan? Apakah di rumah atau di sekolah?
o Bagaimana cara asesmen akan dilakukan? Apabila di rumah, bagaimana cara soal-
soal disampaikan kepada orang tua/ murid? Apabila di sekolah, apa saja yang perlu
disiapkan oleh guru?

b. Identifikasi Materi Asesmen

Berdasarkan penyederhanaan kompetensi dasar yang disediakan oleh


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pada langkah ini, guru perlu
melakukan identifikasi untuk materi asesmen, yang dapat dilakukan dengan
menjawab dua pertanyaan kunci di bawah ini :
o Topik apa saja yang perlu dipahami oleh peserta didik pada jenjang kelas ini?
Guru bisa melihat buku teks untuk identifikasi topik-topik yang perlu dipahami,
khususnya untuk semester yang baru akan dimulai.
o Pengetahuan dan keterampilan apa yang perlu dikuasai oleh siswa dari jenjang
kelas sebelumnya yang menjadi prasyarat dasar yang perlu dikuasai agar dapat
mengikuti pembelajaran di jenjang kelasnya sekarang?
guru bisa melihat buku teks dari jenjang kelas sebelumnya.

Setelah itu, guru dapat mengumpulkan contoh-contoh soal terkait topik yang
ingin dinilai. Cara penyusunan soal dijelaskan pada poin c di bawah ini.

c. Menyusun 10 Soal Sederhana

Asesmen terdiri dari 10 soal. 8 (delapan) soal yang merupakan prasyarat dasar
yang diidentifikasi pada langkah sebelumnya dan 2 (dua) terkait pengajaran
baru. Kesepuluh soal tersebut terdiri dari:

2. Pelaksanaan Asesmen

Berikan soal asesmen untuk semua siswa di kelas, baik secara :

 Pembelajaran Tatap Muka (PTM) maupun


 Belajar dari Rumah / PJJ / KBM online

3. Diagnosis dan Tindak Lanjut Asesmen

Tahap ini mencakup 4 (empat) langkah, yaitu :

a. Lakukan pengolahan hasil asesmen


Setelah semua murid menyelesaikan asesmen, gunakan contoh tabel di bawah ini
untuk:

o Melakukan penilaian untuk masing-masing murid, dengan memberikan nilai 1


apabila jawaban benar, dan nilai 0 apabila jawaban salah. Jadi, seorang murid yang
bisa menjawab dengan benar 10 soal akan mendapatkan nilai 10.
o Menghitung rata-rata kelas, dengan menambahkan nilai total semua murid, dan
membagi dengan jumlah murid yang mengikuti asesmen awal.
b. Berdasarkan hasil penilaian, bagi siswa menjadi 3 kelompok
o Siswa dengan rata-rata kelas akan diajar oleh guru
o Siswa 1 semester di bawah rata-rata mendapatkan pelajaran tambahan dari guru
o Siswa 2 semester di bawah rata-rata akan dititipkan ke kelas di bawah, atau
dibuatkan kelompok belajar yang didampingi orang tua, anggota keluarga, dan
pendamping lainnya yang relevan

c. Lakukan penilaian pembelajaran topik yang sudah diajarkan sebelum


memulai topik pembelajaran baru

Dengan melakukan Asesmen Diagnosis Berkala, guru dapat menyesuaikan


pembelajaran di kelas dengan rata-rata kemampuan siswa. Dengan demikian,
landasan pengetahuan dan keterampilan dasar siswa menjadi lebih kuat,
sebelum mempelajari pengetahuan dan keterampilan yang lebih sulit.
Karenanya, sebelum memulai topik pembelajaran baru, sebaiknya guru kembali
melakukan penilaian untuk topik yang sudah diajarkan.

d. Ulangi proses yang sama, sampai siswa mencapai tingkat kompetensi yang
diharapkan.
TP-ATP

Prinsip dan Prosedur Penyusunan Alur Tujuan


Pembelajaran Pada Sekolah Penggerak

A. Prinsip Penyusunan Alur Tujuan Pembelajaran

Perumusan dan penyusunan ATP (Alur Tujuan Pembelajaran) pada sekolah

penggerak berfungsi mengarahkan guru dalam merencanakan, mengimplementasi dan

mengevaluasi pembelajaran secara keseluruhan sehingga Capaian Pembelajaran

(CP) diperoleh secara sistematis, konsisten, terarah dan terukur. Penggunaan kata

kerja operasional dalam rumusan tujuan pembelajaran memfasilitasi guru dalam

mengidentifikasi indikator atau kegiatan/aktivitas pembelajaran yang tentunya sangat

terkait dengan pemilihan materi ajar dan jenis evaluasi pembelajaran

baik formatif maupun sumatif.

Berikut ini ada 7 (tujuh) prinsip penyusunan alur tujuan pembelajaran, yaitu:

1. Sederhana dan Informatif

Perumusan Alur Tujuan Pembelajaran hendaknya dapat dipahami oleh penulis itu

sendiri maupun pengguna/pembaca. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan istilah

atau terminologi yang umum dan tidak bermakna ambigu atau tafsir ganda. Untuk

penggunaan istilah khusus, penulis dapat menyertakan penjelasan secukupnya dalam

bentuk glosarium.

2. Esensial dan Kontekstual


Memuat aspek pembelajaran yang sangat mendasar atau penting yakni kompetensi,

konten, dan hasil pembelajaran. Selain itu, juga mempertimbangkan penyediaan

pengalaman belajar yang relevan dengan kehidupan atau dunia nyata berupa aktivitas

yang menantang, menyenangkan dan bermakna.

3. Berkesinambungan

Antarfase dan antartujuan pembelajaran saling terkait dan merupakan capaian secara

runtut, sistematis, dan berjenjang untuk memeroleh CP yang telah ditetapkan dalam setiap
mata pelajaran. Penyusunan dilakukan secara kronologis berdasarkan urutan

pembelajaran dari waktu ke waktu.

1. Pengoptimalan tiga aspek kompetensi

Pengoptimalan tiga aspek kompetensi yaitu: pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
berjenjang selaras dengan tahapan kognitif (mengingat, memahami, mengaplikasi,
menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta) serta dimensi pengetahuan (faktual-
konseptual-prosedural-metakognitif). Pengoptimalan juga dilakukan pada penumbuhan
kecakapan hidup (kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif) serta beriman,
berkebinekaan global, bergotong-royong, kreatif, bernalar kritis, dan mandiri.

2. Merdeka Belajar

Prinsip utama penyusunan ATP adalah pemahaman istilah merdeka belajar antara lain:

a. Memerdekakan siswa dalam berpikir dan bertindak pada ranah akademis dan bertanggung
jawab secara moral
b. Memfasilitasi dan menginspirasi kreativitas siswa dengan mempertimbangkan keunikan
individualnya (kecepatan belajar, gaya dan minat)
c. Mengoptimalkan peran dan kompetensi guru dalam merumuskan perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran
3. Operasional dan Aplikatif

Rumusan ATP memvisualisasikan dan mendeskripsikan proses pembelajaran


dan penilaian secara utuh yang dapat menjadi acuan operasional yang aplikatif untuk
merancang modul ajar.

4. Adaptif dan Fleksibel


Sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, karakteristik siswa, dan karakteristik satuan
pendidikan serta mempertimbangkan alokasi waktu dan relevansi antarmata pelajaran
serta ruang lingkup pembelajaran yakni intra kurikuler, kokurikuler, dan ekstra kurikuler.

B. Prosedur Penyusunan Alur Tujuan Pembelajaran

1. Melakukan analisis Capaian Pembelajaran (CP) yang memuat materi dan kompetensi
pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Ada 6 (enam) fase CP, yaitu:
a. Fase A untuk kelas I dan II
b. Fase B untuk kelas III dan IV
c. Fase C untuk kelas V dan VI
d. Fase D untuk kelas VII, VIII, dan IX
e. Fase E untuk kelas X
f. Fase F untuk kelas XI dan XII
2. Identifikasi kompetensi-kompetensi di akhir fase dan kompetensi-kompetensi sebelumnya
yang perlu dikuasai peserta didik sebelum mencapai kompetensi di akhir fase.
3. Melakukan analisis setiap elemen dan atau subelemen Profil Pelajar Pancasila yang sesuai
dengan mata pelajaran dan Capaian Pembelajaran pada Fase tersebut. Ada 6 (enam)
dimensi Profil Pelajar Pancasila, yaitu:
a. beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia
b. mandiri
c. bergotong-royong
d. berkebinekaan global
e. bernalar kritis, dan
f. kreatif
4. Berdasarkan identifikasi kompetensi-kompetensi inti di akhir fase, rumuskan tujuan
pembelajaran dengan mempertimbangkan kompetensi yang akan dicapai, pemahaman
bermakna yang akan dipahami dan variasi keterampilan berpikir apa yang perlu dikuasai
siswa untuk mencapai Tujuan Pembelajaran (TP).
5. Setelah tujuan pembelajaran dirumuskan, susun tujuan pembelajaran secara linear
sebagaimana urutan kegiatan pembelajaran yang dilakukan dari hari ke hari.
6. Tentukan lingkup materi dan materi utama setiap tujuan pembelajaran (setiap tujuan
pembelajaran dapat memiliki lebih dari satu lingkup materi dan materi utama).
7. Berdasarkan perumusan tujuan pembelajaran tentukan jumlah jam pelajaran yang
diperlukan. Contoh: tujuan pembelajaran untuk mencapai suatu kompetensi pengetahuan
120 menit, keterampilan 480 menit, dan sikap 120 menit.
Cara Menyusun KKTP (Kriteria Ketercapaian Tujuan
Pembelajaran)

A. Prinsip KKTP (Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran)

Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam menentukan Kriteria Ketercapaian

Tujuan Pembelajaran di satuan pendidikan yang telah melakukan implementasi

kurikulum merdeka, yaitu:

1. Setiap satuan pendidikan dan pendidik akan menggunakan Alur Tujuan

Pembelajaran dan Modul Ajar yang berbeda, oleh karena itu untuk

mengidentifikasi ketercapaian tujuan pembelajaran, pendidik perlu

menggunakan kriteria yang berbeda baik dalam angka kuantitatif atau kualitatif sesuai

dengan karakteristik:
o Tujuan pembelajaran

o Aktivitas pembelajaran

o Asesmen yang dilaksanakan

2. Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran diturunkan dari indikator asesmen

suatu tujuan pembelajaran, yang mencerminkan ketercapaian kompetensi pada tujuan

pembelajaran.

3. Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran berfungsi untuk

melakukan refleksi proses pembelajaran dan diagnosis tingkat penguasaan kompetensi

peserta didik agar pendidik dapat memperbaiki proses pembelajaran dan memberi

intervensi pembelajaran yang sesuai kepada peserta didik.


B. Tujuan Pembelajaran (TP)

Tujuan Pembelajaran merupakan deskripsi pencapaian 3 aspek kompetensi

yakni pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh siswa dalam satu atau lebih

kegiatan pembelajaran, disusun secara kronologis berdasarkan urutan pembelajaran

dari waktu ke waktu yang menjadi prasyarat menuju Capaian Pembelajaran (CP).

1. Rumusan Tujuan Pembelajaran

Dalam merumuskan tujuan pembelajaran hendaknya mencakup 3 (tiga) hal berikut:

o Kognitif (mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta),


dan dimensi pengetahuan (faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif)
o Perilaku capaian seperti kecakapan hidup (kritis, kreatif, komunikatif dan kolaboratif)
o Profil Pelajar Pancasila (beriman, berkebinekaan global, gotong royong, kreatif, bernalar
kritis dan mandiri)
2. Komponen Tujuan Pembelajaran

Ada 3 (tiga) komponen dalam tujuan pembelajaran, yaitu kompetensi, konten, dan variasi.

o Kompetensi

Kompetensi adalah kemampuan yang dapat didemonstrasikan siswa dalam


bentuk produk atau kinerja (abstrak dan konkret) yang menunjukkan siswa telah berhasil
mencapai tujuan pembelajaran. Gunakan Kata Kerja Operasional dapat diamati, mengacu
pada Taksonomi Bloom yang di revisi.

o Konten

Konten merupakan ilmu pengetahuan inti atau konsep utama yang diperoleh siswa melalui
pemahaman selama proses pembelajaran di akhir satu unit pembelajaran.

o Variasi
Variasi yaitu keterampilan berfikir yang perlu dikuasai siswa untuk dapat mencapai tujuan
pembelajaran, seperti keterampilan berpikir kreatif, kritis mengevaluasi, menganalisis,
memprediksi, menciptakan, dll.

3. Contoh Tujuan Pembelajaran


o Menjelaskan rumusan dan isi Pancasila dari 3 tokoh pendiri bangsa dan membandingkan
serta menceritakan dengan menggunakan kata-kata sendiri secara kritis
o Merancang solusi untuk menyelesaikan permasalahan dalam bidang konservasi energi dalam
skala rumah tangga sebagai sikap kreatif dan inovatif
o Mengkaji hukum Newton dengan mengambil contoh dari fenomena keseharian di lingkungan
sekitarnya
o Menganalisis ide pokok dari teks deskripsi, narasi, dan eksposisi serta nilai-nilai yang
terkandung dalam teks sastra (prosa, pantun, dan pusi), dari teks dan/atau audio visual
o Mendeskripsikan pentingnya anggota tubuh dalam melakukan kegiatan sehari-hari
o Menjelaskan peran diri dan anggota keluarga lainnya di rumah melalui wawancara anggota
keluarga
4. Alur Tujuan Pembelajaran
o Capaian Pembelajaran (CP) adalah kompetensi yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta
didik di akhir fase. CP terdiri dari 6 fase (A - F) atau tahapan yang meliputi seluruh jenjang
Pendidikan dasar dan menengah.
o Fase tersebut adalah : Fase A (kelas 1 - 2), Fase B (kelas 3 - 4) , Fase C (kelas 5 - 6), Fase D
(kelas 7 - 9), Fase E (kelas 10), dan Fase F (kelas 11 - 12).
o Alur Tujuan Pembelajaran merupakan rangkaian tujuan pembelajaran yang tersusun secara
sistematis dan logis di dalam fase secara utuh dan menurut urutan pembelajaran sejak awal
hingga akhir suatu fase. Alur disusun secara linier sebagaimana urutan kegiatan
pembelajaran yang dilakukan dari hari ke hari untuk mengukur CP.

Menyusun Alur Tujuan Pembelajaran (ATP)

o Dari CP Elemen 1 misalnya turun TP 1.1, 1.2, 1.3,1.4, ..., dst.


o Dari CP Elemen 2 turun ke TP menjadi TP 2.1, 2.2, 2.3, ..., dst.

Catatan:
TP dan ATP isinya sama. ATP itu hanya mengurutkan dari TP, atau membuat alur dari TP
yang disusun, bisa alurnya mulai dari dimensi pengetahuan yang konseptual sampai
dengan metakognitif.

C. Langkah-langkah Menyusun KKTP

Dalam menyusun KKTP (Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran) terdapat


3 (tiga) pilihan berikut:
1. Dari Tujuan Pembelajaran (TP) langsung dibuatkan Rubrik Penilaian dengan 4 atau 5
kriteria, sehingga guru dapat menentukan pencapaian peserta didik dan memberikan
tindak lanjut, atau
2. Dari Tujuan Pembelajaran (TP) diturunkan lebih rinci menjadi semacam Indikator
Asesmen, sehingga indikator asesmen tersebut menjadi ukuran ketercapaian

Contoh:
TP 1. Peserta didik menyelidiki ragam dan sumber energi yang dimanfaatkan di lingkungan
sekitarnya melalui pengamatan
Indikator asesmen:
1.1 Mampu mendeskripsikan berbagai sumber energi yang terdapat di lingkungan sekitar
1.2 Mampu menguraikan manfaat sumber energi yang dipergunakan di lingkungan sekitar

3. Gabungan opsi 1 dan 2, yaitu : dibuatkan Indikator Asesmen dan Rubrik Ketercapaiannya.

Ketiga opsi atau pilihan tersebut lebih memberikan ruang pada Guru dalam mengambil
alternatif sesuai kebutuhan. Setiap opsi mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-
masing, yaitu:

 Opsi 1 : Lebih simpel, tapi kurang detail


 Opsi 2 : Lebih detail, tetapi pemetaannya lebih sulit karena tidak ada rubrik
 Opsi 3 : Lebih detail, mudah memetakan, tetapi lebih kompleks mengerjakannya

Demikianlah uraian tentang cara menyusun Kriteria Ketercapaian Tujuan


Pembelajaran (KKTP) di satuan pendidikan yang menggunakan kurikulum
merdeka. Semoga bermanfaat.

Asesmen Sumatif di Kurikulum Merdeka

Pembelajaran dan asesmen merupakan satu kesatuan yang sebaiknya tidak dipisahkan.

Pendidik dan peserta didik perlu memahami kompetensi yang dituju sehingga

keseluruhan proses pembelajaran diupayakan untuk mencapai kompetensi

tersebut. Asesmen pembelajaran diharapkan dapat mengukur aspek yang


seharusnya diukur dan bersifat holistik. Dalam kurikulum merdeka, asesmen dapat

berupa formatif dan sumatif. Asesmen/ penlaian formatif dapat dilakukan pada awal

pembelajaran dan saat pembelajaran. Sedangkan asesmen sumatif dapat dilakukan

setelah pembelajaran berakhir. Pendidik perlu mengadakan asesmen sumatif untuk

memastikan ketercapaian dari keseluruhan tujuan pembelajaran.

A. Prinsip Asesmen Sumatif

Asesmen sumatif dilakukan untuk memastikan ketercapaian keseluruhan tujuan

pembelajaran. Asesmen ini dilakukan pada akhir proses pembelajaran atau dapat juga

dilakukan sekaligus untuk dua atau lebih tujuan pembelajaran, sesuai dengan

pertimbangan pendidik dan kebijakan satuan pendidikan. Asesmen sumatif menjadi

bagian dari perhitungan penilaian di akhir semester, akhir tahun ajaran, dan/atau akhir

jenjang.

Asesmen sumatif dilakukan dengan prinsip sebagai berikut:

1. Asesmen merupakan bagian terpadu dari proses pembelajaran, fasilitasi pembelajaran,

dan penyediaan informasi yang holistik, sebagai umpan balik untuk pendidik, peserta

didik, dan orang tua/wali agar dapat memandu mereka dalam menentukan strategi

pembelajaran selanjutnya.

2. Asesmen dirancang dan dilakukan sesuai dengan fungsi asesmen tersebut, dengan

keleluasaan untuk menentukan teknik dan waktu pelaksanaan asesmen agar efektif

mencapai tujuan pembelajaran.


Pendidik menggunakan teknik asesmen yang beragam sesuai dengan fungsi dan tujuan

asesmen. Hasil dari asesmen sumatif digunakan untuk pelaporan hasil belajar.

B. Tujuan Asesmen Sumatif

Asesmen sumatif atau penilaian sumatif pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah bertujuan untuk menilai pencapaian tujuan pembelajaran dan/atau Capaian
Pembelajaran (CP) peserta didik sebagai dasar penentuan kenaikan
kelas dan/atau kelulusan dari satuan pendidikan. Penilaian pencapaian hasil belajar
peserta didik dilakukan dengan membandingkan pencapaian hasil belajar dengan
kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran peserta didik. Sementara itu, pada
pendidikan anak usia dini, asesmen sumatif digunakan untuk mengetahui capaian
perkembangan peserta didik dan bukan sebagai hasil evaluasi untuk penentuan kriteria
kenaikan kelas dan kelulusan. Asesmen sumatif berbentuk laporan hasil belajar yang
berisikan laporan pencapaian pembelajaran dan dapat ditambahkan dengan informasi
pertumbuhan dan perkembangan anak.

C. Fungsi Asesmen Sumatif

Adapun asesmen sumatif dapat berfungsi untuk:

1. Alat ukur untuk mengetahui pencapaian hasil belajar peserta didik dalam satu atau lebih
tujuan pembelajaran di periode tertentu.
2. Mendapatkan nilai capaian hasil belajar untuk dibandingkan dengan kriteria capaian yang
telah ditetapkan.
3. Menentukan kelanjutan proses belajar siswa di kelas atau jenjang berikutnya.

Asesmen sumatif dapat dilakukan setelah pembelajaran berakhir, misalnya pada


akhir satu lingkup materi (dapat terdiri atas satu atau lebih tujuan pembelajaran), pada
akhir semester dan pada akhir fase; khusus asesmen pada akhir semester, asesmen ini
bersifat pilihan. Jika pendidik merasa masih memerlukan konfirmasi atau informasi
tambahan untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik, maka dapat
melakukan asesmen pada akhir semester. Sebaliknya, jika pendidik merasa bahwa data
hasil asesmen yang diperoleh selama 1 semester telah mencukupi, maka tidak perlu
melakukan asesmen pada akhir semester. Hal yang perlu ditekankan, untuk asesmen
sumatif, pendidik dapat menggunakan teknik dan instrumen yang beragam, tidak
hanya berupa tes (tertulis atau lisan), namun dapat menggunakan observasi dan
performa (praktik, menghasilkan produk, melakukan projek, dan membuat portofolio).
D. Merencanakan Asesmen Sumatif

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih/ mengembangkan instrumen


asesmen sumatif, antara lain:

1. Karakteristik peserta didik.


2. Kesesuaian asesmen dengan rencana/ tujuan pembelajaran dan tujuan asesmen.
3. Kemudahan penggunaan instrumen untuk memberikan umpan balik kepada peserta didik
dan pendidik.

Asesmen sumatif dilaksanakan secara periodik setiap selesai satu atau lebih tujuan
pembelajaran. Hasil asesmen perlu diolah menjadi capaian dari tujuan pembelajaran
setiap peserta didik. Pendidik dapat menggunakan data kualitatif sebagai hasil asesmen
tujuan pembelajaran peserta didik. Namun, dapat juga menggunakan data kuantitaif
dan mendsikripsikannya secara kualitatif. Pendidik diberi keleluasaan untuk mengolah
data kuantitatif, baik secara rerata maupun proporsional.

E. Mengolah Hasil Asesmen Dalam Satu Tujuan Pembelajaran

Asesmen sumatif dilaksanakan secara periodik setiap selesai satu atau lebih tujuan
pembelajaran. Hasil asesmen perlu diolah menjadi capaian dari tujuan pembelajaran
setiap peserta didik. Pendidik dapat menggunakan data kualitatif sebagai hasil asesmen
tujuan pemeblajaran peserta didik. Namun, dapat juga menggunakan data kuantitaif
dan mendsikripsikannya secara kualitatif. Pendidik diberi keleluasaan untuk mengolah
data kuantitatif, baik secara rerata maupun proporsional.

Hasil asesmen sumatif peserta didik dipetakan ke dalam 4 kualitas, yaitu:

 perlu bimbingan = 1)
 cukup = 2)
 baik = 3)
 sangat baik = 4)

Pendidik juga dapat menentukan angka kuantitatif pada setiap kualitas yang disajikan,
misalnya untuk kriteria:

 perlu bimbingan = 0-60


 cukup = 61-70
 baik = 71-80
 sangat baik = 81-100

Dalam mengolah dan menentukan hasil akhir asesmen sumatif, pendidik perlu
membagi asesmennya ke dalam beberapa kegiatan asesmen sumatif agar peserta
didik dapat menyelesaikan asesmen sumatifnya dalam kondisi yang optimal (tidak
terburu-buru atau tidak terlalu padat). Untuk situasi ini, nilai akhir merupakan
gabungan dari beberapa kegiatan asesmen tersebut.
F. Pengolahan Hasil Asesmen untuk Rapor

Pengolahan hasil asesmen untuk rapor sebagai laporan hasil belajar peserta didik
dilakukan dengan memanfaatkan hasil asesmen formatif dan sumatif. Terdapat 2 jenis
data, yaitu data hasil asesmen yang berupa angka (kuantitatif) serta data hasil asesmen
yang berupa narasi (kualitatif). Pengolahan hasil asesmen dalam bentuk angka
(kuantitatif) didasarkan hanya pada hasil asesmen sumatif, sementara asesmen formatif
sebagaimana diuraikan sebelumnya, berupa data atau informasi yang bersifat kualitatif,
digunakan sebagai umpan balik untuk perbaikan pembelajaran (remedial) sekaligus
sebagai bahan pertimbangan menyusun deskripsi capaian kompetensi.

Sumber:
Panduan Pembelajaran dan Asesmen PAUD, Pendidikan Dasar, dan Menengah
Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan
Kemendikbudristek 2022

Anda mungkin juga menyukai