Anda di halaman 1dari 2

Nama : RIDWAN MAWARDI

NIM : 857498679

Kelas : A

JAWABAN

1.
Dalam konteks pertanyaan diatas, tentunya kita sebagai guru profesional akan langsung
terbesit pada materi yang pernah kita ajarkan dengan mengacu kepada sejarah atau
menumbuhkan rasa cinta tanah air, mengapa ? karena pada rancangan metode pembelajaran IPS
SD dengan berlandaskan pendekatan kognitif, kita dapat mengambil contoh pada materi tentang
setelah ratusan tahun indonesia dijajah, pada akhirnya perjuangan rakyat indonesia telah sampai
ke gerbang kemerdekaan.
Dengan Menceritakan perjuangan para pahlawan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia
dari penjajahan. Dan Membahas usaha para pahlawan merebut kemerdekaan. Dengan
pendekatan kognitif tersebut, maka esensi dari pembelajaran IPS di SD akan mudah di serap, di
ingat, dan di pahami siswa dengan baik.

2.
Sebelum kita menganalisis penggunaan metode pembelajaran IPS SD Kelas tinggi, alangkah
baiknya kita mengetahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan Pendekatan Sosial.
Pendekatan sosial merupakan sebuah metode yang mengutamakan hubungan antara individu
dengan masyarakat dan perhatiannya lebih dipusatkan kepada proses sosial.
Dari pengertian diatas maka kita dapat langsung menentukan penggunaan metode
pembelajaran IPS SD Kelas tinggi berdasarkan pendekatan sosial, dengan melihat pada
pembelajaran IPS di kelas 5, yaitu :”Mengidentifikasi keragaman suku bangsa yang ada di
Indonesia, dan Mendeskripsikan keunikan dari masing-masing suku tersebut.” Adapun upaya
pembelajarannya dengan cara :
• Menjelaskan keragaman suku yang ada
• Menguraikan macam-macam keunikan dari masing-masing ragam
• Menyebutkan contoh-contoh keragaman suku bangsa
• Mengidentifikasi seluk beluk dari masing-masing suku

3.
Aspek Kognitif yang terkait dalam merancang dan menyusun alat evaluasi hasil Pembelajaran
IPS di SD yaitu :
• Aspek Pemahaman, secara tingkatan Aspek ini lebih tinggi daripada aspek pengetahuan.
Mengacu kepada kemampuan untuk mendemonstrasikan fakta dan gagasan dengan
mengelompokkan, mengorganisir, membandingkan, memberi deskripsi, memahami dan
terutama memahami makna dari hal– hal yang telah dipelajari. Aspek Pemahaman kuat
kaitannya untuk menguji siswa sehingga memahami suatu materi.
• Aspek Penerapan, Tujuan dari aspek ini adalah untuk menerapkan materi yang telah
dipelajari dengan menggunakan aturan serta prinsip dari materi tersebut dalam kondisi yang
baru atau dalam kondisi nyata. Juga kemampuan menerapkan konsep abstrak dan ide atau
teori tertentu. Penerapan merupakan tingkat yang lebih tinggi dari kedua aspek sebelumnya
yaitu pengetahuan dan pemahaman. Jadi, Aspek Penerapan merupakan penyempurna
sekaligus penutup dalam menentukan apakah siswa benar-benar lulus atau tidak dalam
capaian pembelajaran yang diinginkan.
4.
• Dalam dunia pendidikan, tujuan tes/ Penilaian dapat dipakai untuk mengetahui penguasaan
peserta didik secara detail dalam pokok bahasan atau sub pokok bahasan tertentu
setelah materi diajarkan.
Kisi-kisi tes/penilaian atau tabel spesifikasi (test blue print), harus dibuat
sebelum seseorang membuat atau menyusun tes. Kisi-kisi tes/penilaian merupakan rambu-
rambu ruang lingkup dan isi soal yang akan diajukan. Sebelum membuat kisi-kisi tes,
terlebih dahulu harus melihat kurikulum sekolah yang berlaku. Dalam hal ini, kurikulum
sekolah dasar, sehingga soal pun lebih berbobot dan tidak melenceng pada pembahasan
yang sudah di rencanakan pada kisi-kisi.
• Penilaian sikap sosial merupakan kegiatan untuk mengetahui kecenderungan siswa dalam
berperilaku mental dan sosial dalam kehidupan sehari-hari. Evaluasi dilakukan di dalam
dan di luar kelas sebagai hasil pendidikan. Tujuannya adalah untuk mengetahui
kinerja/perkembangan sikap siswa dan mendorong perkembangan perilaku siswa tersebut.
Operasi sesuai dengan nilai yang ditetapkan dari KI1 dan KI2.

5.
Pada Implementasi pembelajaran di sekolah metode pemecahan masalah banyak
digunakan guru namun digabung dengan metode lainnya. Dengan metode pemecahan
masalah guru tidak memberikan informasi dulu namun memberikan persoalannya, ketika
siswa telah selesai berdiskusi dan mengambil keputusan, maka informasi baru akan Guru
berikan sebagai solusi atau jawaban. Pembelajaran pemecahan masalah berangkat dari
masalah yang harus dipecahkan melalui praktikum atau pengamatan atau analisis.
Suatu soal dapat dipandang sebagai “masalah” merupakan hal yang sangat relatif
karena bergantung pada perspektif/ sudut pandang. Suatu soal yang dianggap sebagai
masalah bagi seseorang, bagi orang lain mungkin hanya merupakan hal yang sudah biasa.
Maka dari itu, guru harus lebih teliti dan kritis dalam menentukan persoalan, baik dari sisi
bobot, maupun jenisnya, karena hal tersebut dapat mempengaruhi cara siswa berdiskusi
hingga kualitas akhir hasil diskusi itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai