Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)

A. DEFINISI
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang
ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir.

B. KLASIFIKASI
Bayi BBLR dapat di bagi menjadi 2 golongan, yaitu :
a. Prematuritas murni.
Bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan
mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa
kehamilan atau disebut Neonatus Kurang Bulan – Sesuai Masa
Kehamilan ( NKB- SMK).
Makin rendah masa gestasi dan makin kecil bayi yang dilahirkan makin
tinggi morbiditas dan mortalitasnya. Melalui pengelolaan yang optimal
dan dengan cara yang kompleks serta menggunakan alat-alat yang
canggih, beberapa sangguan yang berhubungan dengan prematuritas dan
dapat diobati, sehingga ejala sisa yang mungkin diderita dikemudian hari
dapat dicegah atau dikurangi. Bayi prematuritas murni digolongkan
dalam tiga kelompok, yaitu:
1. Bayi yang sangat prematur (extremely premature): 24-30 minggu.
Bayi dengan masa gestasi 24-27 minggu masih sangat sukar hidup
terutama di negara yang belum atau sedang berkembang. Bayi
dengan masa gestasi 28-30 minggu masih mungkin dapat hidup
dengan perawatan yang sangat intensif.
2. Bayi pada derajat prematur yang sedang (moderately premature) :
31-36 minggu. Pada golongan ini kesanggupan untuk hidup jauh
lebih baik dari pada golongan pertama dan gejala sisa yang
dihadapinya di kemudian hari juga lebih ringan, asal saja
pengelolaan terhadap bayi ini benar-benar intensif.
3. Borderline premature: masa gestasi 37-38 minggu. Bayi ini
mempunyai sifat-sifat prematur dan matur. Biasanya beratnya
seperti bayi matur dan dikelola seperti bayi matur, akan tetapi
sering timbul problematika seperti yang dialami bayi prematur,
misalnya sindrom gangguan pernapasan, hiperbilirunemia, daya
hisap yang lemah dan sebagainya, sehingga bayi harus diawasi
dengan seksama.
b. Dismaturitas.
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk
masa kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam preterm, term, dan post
term. Dismatur ini dapat juga: Neonatus Kurang Bulan – Kecil untuk
Masa Kehamilan (NKB- KMK) Neonatus Cukup Bulan-Kecil Masa
Kehamilan (NCB-KMK), Neonatus Lebih Bulan-Kecil Masa Kehamilan
(NLB- KMK).

C. ETIOLOGI
a. Faktor Ibu.
1. Penyakit :
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya
:perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM,toksemia
gravidarum, dan nefritis akut.
2. Usia ibu :
Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20 tahun, dan
multi gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat.Kejadian terendah
ialah pada usia antara 26 – 35 tahun
3. Keadaan sosial ekonomi :
Keadaan ini sangat berperanan terhadap timbulnya prematuritas.
Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah.
Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan
pengawasanantenatal yang kurang. Demikian pula kejadian
prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak
sah.ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang lahir dari
perkawinan yang sah.
4. Sebab lain : ibu perokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat
narkotik.
b. Faktor janin.
Hidramion, kehamilan ganda dan kelainan kromosom.
c. Faktor lingkungan
Tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan zat-zat racun.

D. PATOFISIOLOGI
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada
masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkan
asfiksia hingga yang bersifat sementara pada bayi, proses ini dianggap sangat
perlu untuk merangsang kemoreseptor yang kemduian akan berlanjut dengan
pernafasan.
Bila terdapat gangguan pertukaran gas / penyangkutan O 2 selama
kehamilan persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan
mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan
kematian, kerusakan dan gangguan fungsi ini apat reversibel / tidak tergantung
kepada berat dan lamanya asfiksia.
Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode APNU (primany
apnea) disertai dengan penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi akan
memperlihatkan usaha bernafas yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur
pada pendirita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya
berada dalam periode apnu kedua pada tingkat ini ditemukan bradikardi dan
penurunan tekanan darah.
Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula gangguan
metabolisme dan pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi pada
tingkat pertama dan pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan asidosis
respriratorik, bila gangguan berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi metabolisme
anderobik yang berupa glikosis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh terutama
pada jantung dan hati akan berkurang.

E. MANIFESTASI KLINIK
Menunjukkan belum sempurnanya fungsi organ tubuh dengan keadaannya
lemah:
a. Fisik
1. Bayi kecil
2. Pergrakan kurang dan masih lemah
3. Kepala lebih besar dari pada badan
4. Berat badan < 2500 gram
b. Kulit dan kelamin
1. Kulit tipis dan transparan
2. Lanugo banyak
3. Rambut halus dan tipis
4. Genitalia belum sempurna
c. Sistem syaraf
1. Refleks moro
2. Refleks menghisap, menelan, batuk belum sempurna
d. Sistem muskuloskeletal
1. Axifikasi tengkorak sedikit
2. Ubun-ubun dan satura lebar
3. Tulang rawan elastis kurang
4. Otot-otot masih hipotonik
5. Tungkai abduksi
6. Sendi lutut dan kaki fleksi
7. Kepala menghadap satu jurusan
e. Sistem pernafasan
1. Pernafasan belum teratur sering apnoe
2. Frekuensi nafas bervariasi
F. KOMPLIKASI
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara
lain :
a. Hipotermia
b. Gangguan cairan dan elektrolit
c. Hiperbilirubbinemia
d. Sindroma gawat nafas
e. Paten duktus anteriocus
f. Infeksi
g. Perdarahan intraventrikuler
h. Apnea of prematurity
i. Anemia
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi – bayi dengan
berat lahir rendah (BBLR) antara lain :
a. Gangguan perkembangan
b. Gangguan pertumbuhan
c. Gangguan penglihatan (retinopati)
d. Gangguan pendengaran
e. Penyakit paru kronis
f. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah
sakit
g. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik
a. Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-
24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis ).
b. Hematokrit ( Ht ) : 43%- 61 % ( peningkatan sampai 65 % atau lebih
menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau
hemoragic prenatal/perinatal ).
c. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan
anemia atau hemolisis berlebihan ).
d. Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari,
dan 12 mg/dl pada 3-5 hari.
e. Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran
rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.
f. Pemantauan elektrolit ( Na, K, Cl ) : biasanya dalam batas normal pada
awalnya.
g. Pemeriksaan Analisa gas darah.

I. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan prematuritas murni
Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk
pertumbuhan dan perkembangan serta penyesuaian diri dengan lingkungan
hidup di luar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan,
pemberian makanan dan bila perlu oksigen, mencegah infeksi serta
mencegah kekurangan vitamin dan zat besi
1. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/ BBLR
Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan dan
menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum
berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah dan permukaan
badan relatif luas oleh karena itu bayi prematuritas harus dirawat di
dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim.
Bila bayi dirawat dalam inkubator maka suhu bayi dengan berat
badan , 2 kg adalah 35 derajat celcius dan untuk bayi dengan berat
badan 2-2,5 kg adalah 33-34 derajat celcius. Bila inkubator tidak
ada bayi dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh
botol yang berisi air panas, sehingga panan badannya dapat
dipertahankan.
2. Makanan bayi prematur
Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung
kecil, enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan
protein 3-5 gr/kg BB dan kalori 110 kal/kg BB sehingga
pertumbuhannya dapat meningkat.
Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului
dengan menghisap cairan lambung. Refleks menghisap masih
lemah,sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit,
tetapi frekwensi yang lebih sering. ASI merupakan makanan yang
paling utama,sehingga ASI lah yang paling dahulu diberikan. Bila
faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan
diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang
sonde menuju lambung. Permulaan cairan diberikan sekitar 50-60
cc/kg BB/ hari dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200
cc/kg BB/ hari.
3. Menghindari infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan
tubuh yang masih lemah,kemampuan leukosit masih kurang dan
pembentukan anti bodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya
preventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal
sehinggatidak terjadi persalinan prematuritas ( BBLR). Dengan
demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara
khusus dan terisolasi dengan baik.
b. Penatalaksanaan dismaturitas (KMK)
1. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterina
serta menemukan gangguan pertumbuhan misalnya dengan
pemeriksaan ultra sonografi.
2. Memeriksa kadar gula darah ( true glukose ) dengan dextrostix atau
laboratorium kalau hipoglikemia perlu diatasi.
3. Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya.
4. Bayi membutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan dengan bayi
SMK.
5. Melakukan tracheal-washing pada bayi yang diduga akan
menderita aspirasi mekonium.
6. Sebaiknya setiap jam dihitung frekwensi pernafasan danbila
frekwensi lebih dari 60 x/ menit dibuat foto thorax.
J. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1. Identitas klien : nama, no MR. umur, alamat, penaggungjawab,
tanggal masuk rumah sakit,
2. Riwayat kesehatan:
 Riwayat kesehatan sekarang : berat badan bayi kurang dan
2500 gram, rambut tipis clan hams, penampilan rapuh, kulit
merah sampai merah muda dengan vena dapat dilihat, rambut
tipis dan halus, lanugo pada punggung dan wajah, sedikit atau
tidak ada bukti lemak subkutan, kepala lebih besar dan tubuh,
kartilago telingan berkembang buruk, sedikit keriput hams
pada telapak tangan dan kaki. Pada wanita klitoris menonjol,
pada laki-laki skrotum belum berkembang, tidak
menggantung, dan testis tidak menurun.
 Riwayat kesehatan dahulu : pada ibu didapat kekurangan
nutrisi, kebiasaan merokok, mengkonsumsi alcohol atau
narkoba, karena adanya penyakit kronis atau akut, dan atau
gangguan proses persalinan.
 Riwayat kesehatan keluarga : kemungkinan tidak banyak
ditemukan penyakit keturunan dan keluarga yang
membahayakan.
3. Pemeriksaan fisik bayi:
 Pengukuran umum:
Lingkar kepala < persentil ke-1 0 atau > persentil ke-90,
Berat badan lahir < persentil ke-lO atau > persentil ke-90,
 Tanda-tanda vital:
Suhu: Flipotermia, Hipertermia
Frekuensi : bradikardia-frekuensi istirahat dibawah 80 sampai
100 denyutlmenit, takikardi-frekuensi kira-kira 160 sampai
180 denyut/ menit, irama tidak teratur.
Pernafasan : takipnea-frekuensi dibawah 60 kali.menit, apnea
>15-20 detik
TD : tekanan sistolik pada manset 6 sampai 9 mmHg kurang
dan tekanan diektremitas atas
 Kulit:
Ikterik berlanjut khususnya pada 24 jam pertama, kulit
memucat, sianosis umum, pucat, keabu-abuan, turgor kulit
buruk, ruam, pustule/lepuli, bereak coklat terang.
 Kepala:
Sutura menyatu, pelebaran sutura dan fontanel,.
 Mata:
Warna merah muda dan iris, rabas purulen, tidak ada reflek
merah, pupil dilatasi atau kontniksi, tidak ada reflek pupil
atau komea, ketidakmampuan mengikuti objek atau cahaya
terang kegaris tengali, sciera biru dan kuning, katarak
congenital.
 Telingan:
Penempatan telinga terlalu rndah, tidak adanya reflek kejut
(moro) sebagai respon terhadap bunyi keras, abnormalitas
pinna minor dapat menjadi tanda dan berbagal sindrom.
 Hidung:
Kanal tidak paten, rabas nasal kental dan berdarah, pelebaran
cuping hidung, sekresi nasal berlebihan atan tersumbat, tidak
ada septum, batang hidung datar.
 Mulut dan tenggorokan:
Bibir sumbing, palatutum terbelah, lidah besar;menjulur;atau
kesalahan posisi posterior dan lidah, saliva berlebihan atau
meneteskan air hun, ketidakmamupan untuk menelan selang
nasogastnik, dagu kecil dan tertarik kebelakang.
 Leher:
Lipatan kulit yang berlebihan atau berselaput, tahanan
terhadap fleksi, tidak adanya leher tonik.
 Dada
Depresi sternum, retraksi dada dan ruang interkontal selama
pernafasan, kemerahan dank eras dsekitar putting, putting
berjarakjauh.
 Paru-paru:
Dada naik sementara abdomen turun, menetap mengi,
penurunan bunyi nafas, takipnea.
 Jantung:
Mumur, sianosis menetap.
 Abdomen:
Distensi abdomen, penonjolan setempat, distensi vena, bising
usus tidak ada, abdomen cekung, tali umbilicus hijau.
 Genitalia:
Wanita: pembesaran klitoris dengan meatus uretra pada
bagian ujung, labia menyatu, tidak berkemih dalam 24 jam,
massa pada labia.
Pria : hipospadia, epispadia, testis tidak dapat diraba dalam
skrotum, tidak ada urinasi dalam 24 jam, massa dalam
skrotum.
4. Pengkajian Bayi
 Aktivitas/ istirahat
Bayi sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama tidur
sehari rata-rata 20 jam.
 Pernafasan
Takipnea sementara dapat dilihat, khususnya setelali
kelahiran cesaria atau persentasi bokong. Pola nafas
diafragmatik dan abdominal dengan gerakan sinkron dan
dada dan abdomen, perhatikan adanya sekret yang
mengganggu pernafasan, mengorok, pernafasan cuping
hidung.
 Makanan cairan
Berat badan rata-rata 2500-4000 gram: kurang dan 2500 gr
menunjukkan kecil untuk usia gestasi, pemberian nutrisi
harus diperhatikan. Bayi dengan dehidrasi harus diberi infus,
Beri minum dengan tetes ASI/ sonde karena refleks menelan
BBLR belum sempurna, kebutuhan cairan untuk bayi baru
lahir 120 - 150m1/kg BB/hari.
 Berat badan Kurang dati 2500 gram
 Suhu
BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu
tubuhnya harus dipertahankan
 Integumen
Pada BBLR mempunyai adanya tanda-tanda kulit tampak
mengkilat dan kering
b. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan maturitas pusat
pernafasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan
energi/kelelahan, ketidakseimbangan metabolic
2. Resiko ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan usia
ekstrem, berat badan ekstrem, inaktivitas
3. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan immaturitas organ tubuh.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kapiler rapuh dekat
permukaan kulit.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan respon imun imatur.
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Ketidakefektif pola napas NOC: NIC:
berhubungan dengan pola Respiratory status : Ventilation  Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
napas abnormal, dispnea, Respiratory status : Airway patency  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
takipnea, bradipnea, Vital sign Status  Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
pengguaan otot banu napas  Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama tambahan
………..pasien menunjukkan keefektifan pola  Berikan bronkodilator
nafas, dibuktikan dengan kriteria hasil:
 Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak
Lembab
merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
 Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara
keseimbangan.
nafas abnormal)
 Monitor respirasi dan status O2
Tanda Tanda vital dalam rentang normal
Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
(tekanan darah, nadi, pernafasan)
Pertahankan jalan nafas yang paten
Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
oksigenasi
Monitor vital sign
Informasikan pada pasien dan keluarga tentang
tehnik relaksasi untuk memperbaiki pola nafas.
Ajarkan bagaimana batuk efektif
Monitor pola nafas
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Resiko ketidakefektifan NOC: NIC :
termoregulasi berhubungan  Thermoregulasi  Monitor suhu sesering mungkin
dengan usia ekstrem, berat  Monitor warna dan suhu kulit
badan ekstrem, inaktivitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Monitor tekanan darah, nadi dan RR
selama………..pasien menunjukkan :  Monitor penurunan tingkat kesadaran
Suhu tubuh dalam batas normal dengan kreiteria  Monitor WBC, Hb, dan Hct
hasil:  Monitor intake dan output
 Suhu 36 – 37C  Berikan anti piretik:
 Nadi dan RR dalam rentang normal  Kelola Antibiotik:………………………..
 Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada  Selimuti pasien
pusing, merasa nyaman  Berikan cairan intravena
 Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
 Tingkatkan sirkulasi udara
 Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
 Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 Catat adanya fluktuasi tekanan darah
 Monitor hidrasi seperti turgor kulit,
kelembaban membran mukosa)
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Ketidakseimbangan NOC: NIC:
nutrisi kurang dari a. Nutritional status: Adequacy of nutrient  Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh b. Nutritional Status : food and Fluid Intake  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
Berhubungan dengan : c. Weight Control jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
Ketidakmampuan untuk  Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi
memasukkan atau mencerna Setelah dilakukan tindakan keperawatan serat untuk mencegah konstipasi
nutrisi oleh karena faktor selama….nutrisi kurang teratasi dengan indikator:  Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
biologis, psikologis atau  Albumin serum makanan harian.
ekonomi.  Pre albumin serum  Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
 Hematokrit  Monitor lingkungan selama makan
 Hemoglobin  Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama
 Total iron binding capacity jam makan
 Jumlah limfosit  Monitor turgor kulit
 Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein,
Hb dan kadar Ht
 Monitor mual dan muntah
 Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
 Monitor intake nuntrisi
 Informasikan pada klien dan keluarga tentang
manfaat nutrisi
 Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan
suplemen makanan seperti NGT/ TPN sehingga
intake cairan yang adekuat dapat dipertahankan.
 Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama
makan
 Kelola pemberan anti emetik:.....
 Anjurkan banyak minum
 Pertahankan terapi IV line
 Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oval
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Risiko gangguan integritas NOC : NIC:
kulit - Tissue Integrity : Skin and Mucous Membranes Pressure Management
- Status Nutrisi  Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian
Faktor-faktor risiko: - Tissue Perfusion:perifer yang longgar
Eksternal : - Dialiysis Access Integrity  Hindari kerutan padaa tempat tidur
- Hipertermia atau  Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
hipotermia Setelah dilakukan tindakan keperawatan kering
- Substansi kimia selama…. Gangguan integritas kulit tidak terjadi  Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua
- Kelembaban udara dengan kriteria hasil: jam sekali
- Faktor mekanik  Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan  Monitor kulit akan adanya kemerahan
(misalnya : alat yang  Melaporkan adanya gangguan sensasi atau  Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah
dapat menimbulkan nyeri pada daerah kulit yang mengalami yang tertekan
luka, tekanan, restraint) gangguan  Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
- Immobilitas fisik  Menunjukkan pemahaman dalam proses  Monitor status nutrisi pasien
- Radiasi perbaikan kulit dan mencegah terjadinya  Memandikan pasien dengan sabun dan air
- Usia yang ekstrim sedera berulang hangat
- Kelembaban kulit  Mampu melindungi kulit dan  Gunakan pengkajian risiko untuk memonitor
- Obat-obatan mempertahankan kelembaban kulit dan faktor risiko pasien (Braden Scale, Skala
- Ekskresi dan sekresi perawatan alami Norton)
Internal :  Status nutrisi adekuat  Inspeksi kulit terutama pada tulang-tulang yang
- Perubahan status  Sensasi dan warna kulit normal menonjol dan titik-titik tekanan ketika merubah
metabolik posisi pasien.
- Tulang menonjol  Jaga kebersihan alat tenun
- Defisit imunologi  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian
- Berhubungan dengan tinggi protein, mineral dan vitamin
dengan perkembangan  Monitor serum albumin dan transferin
- Perubahan sensasi
- Perubahan status nutrisi
(obesitas, kekurusan)
- Perubahan pigmentasi
- Perubahan sirkulasi
- Perubahan turgor
(elastisitas kulit)
- Psikogenik
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Risiko infeksi NOC : NIC :
 Immune Status  Pertahankan teknik aseptif
Faktor-faktor risiko :  Knowledge : Infection control  Batasi pengunjung bila perlu
- Prosedur Infasif  Risk control  Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
- Kerusakan jaringan dan tindakan keperawatan
peningkatan paparan Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
lingkungan selama…… pasien tidak mengalami infeksi pelindung
- Malnutrisi dengan kriteria hasil:  Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai
- Peningkatan paparan  Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi dengan petunjuk umum
lingkungan patogen  Menunjukkan kemampuan untuk mencegah
 Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan
- Imonusupresi timbulnya infeksi
infeksi kandung kencing
- Tidak adekuat pertahanan  Jumlah leukosit dalam batas normal
 Tingkatkan intake nutrisi
sekunder (penurunan Hb,  Menunjukkan perilaku hidup sehat
 Berikan terapi antibiotik:.................................
Leukopenia, penekanan  Status imun, gastrointestinal, genitourinaria
 Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan
respon inflamasi) dalam batas normal
lokal
- Penyakit kronik
 Pertahankan teknik isolasi k/p
- Imunosupresi
 Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap
- Malnutrisi kemerahan, panas, drainase
- Pertahan primer tidak  Monitor adanya luka
adekuat (kerusakan kulit,  Dorong masukan cairan
trauma jaringan,  Dorong istirahat
gangguan peristaltik)  Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala
infeksi
 Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap
4 jam
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marylinn. E. 2001. Rencana Perawatan Maternal/ Bay., Jakarta: EGC.


Muchtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.
Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1990. Ilmu Kesehatan Anak. III.
Jakarta: FKUI.
Wong, Dona. L. 2003. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai