Anda di halaman 1dari 9

PERENCANAAN PAJAK – LEASING

DISUSUN OLEH
- RADHIKA ANANDA TENDEAN 201930194
- FARADILLAH NURUL UTAMI J 201930130
- AJENG REZKI PRATAMA 201930097
- AHMAD ZULHAMDI PAHRISAL 201930200

STIEM BONGAYA MAKASSAR


- BAB I
- PENDAHULUAN

Latar Belakang
Leasing pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1974, yang bertujuan untuk membiayai
penyediaan barang-barang modal, dengan beberapa perjanjian antara pihak perusahaan dengan pihak
penerima barang dengan sejumlah biaya-biaya yang dikeluarkan atau dibebankan oleh pihak lessee.
Di Indonesia leasing baru dikenal melalui surat keputusan bersama Menteri Keuangan dan Menteri
Perdagangan Republik Indonesia dengan No. KEP-122/MK/IV/2/1974, No. 32/M/SK/2/1974, dan No.
30/Kpb/I/1974 tanggal 7 Februari 1974 tentang perizinan usaha leasing. Sejalan dengan perkembangan
waktu dan perekonomian Indonesia permasalahan yang melibatkan leasing semakin banyak dan kompleks.
Mulai dari jenis leasing yang paling sederhana sampai yang rumit. Perbedaan jenis leasing menyebabkan
perbedaan dalam pengungkapan laporan keuangan, perlakuan pajak dan akibatnya pada pajak penghasilan
badan akhir tahun. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini kelompok kami akan membahas mengenai
seluk beluk Leasing (Sewa Guna Usaha) dalam perpajakan.

Rumusan Masalah
- Apa definisi leasing ?
- Apa saja jenis-jenis leasing?
- Bagaimana perlakuan akuntansi untuk transaksi leasing?
- Bagaimana Perencanaan Pajak untuk Leasing

- Tujuan
- Mengetahui dan memahami pengertian leasing
- Memahami jenis-jenis leasing dan pengertiannya
- Mengetahui dan memahami perlakuan akuntansi untuk leasing
- Mengetahui Perencanaan Pajak untuk Leasing
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Deskripsi Leasing

Menurut surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri Perdagangan dan Industri
Republik Indonesia No. KEP-122/MK/IV/2/1974, No. 32/M/SK/2/1974, dan No. 30/Kpb/I/1974 tanggak 7
Februari 1974 definisi leasing adalah "Setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan
barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk jangka waktu tertentu, berdasarkan
pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk membeli
barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa
uang telah disepakati bersama".
Equipment Leasing Association di London memberikan definisi leasing yaitu "Leasing adalah
perjanjian antara lessor dan lessee untuk menyewa sesuatu atas barang modal tertentu yang dipilih/ditentukan
oleh lessee. Hak pemilikan barang modal tersebut ada pada lessor sedangkan lessee hanya menggunakan
barang modal tersebut berdasarkan pembayaran uang sewa yang telah ditentukan dalam jangka waktu
tertentu".
Secara umum, leasing artinya equipment funding, yaitu pembiayaan peralatan/barang modal untuk
digunakan pada proses produksi suatu perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, pada prinsipnya pengertian leasing terdiri dari beberapa elemen di
bawah ini:
- Pembiayaan perusahaan
- Penyediaan barang-barang modal
- Jangka waktu tertentu
- Pembayaran secara berkala
- Adanya hak pilih (option right)
- Adanya nilai sisa yang disepakati bersama
- Adanya pihak lessor
- Adanya pihak lessee
Pembiayaan melalui leasing merupakan pembiayaan yang sangat sederhana dalam prosedur dan
pelaksanaannya dan oleh karena itu leasing yang digunakan sebagai pembayaran alternatif tampak lebih
menarik. Sebagai suatu alternatif sumber pembiayaan modal bagi perusahaan-perusahaan, maka leasing
didukung oleh keuntungan-keuntungan sebagai berikut:
- Fleksibel, yang berarti struktur kontrak dapat disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan yaitu besarnya
pembayaran atau periode lease dapat diatur sedemikian rupa sesuai dengan kondisi perusahaan.
- Tidak diperjual jaminan, karena hak kepemilikan sah atas aktiva yang di lease serta pengaturan pembayaran
lease sesuai dengan pendapatan yang dihasilkan oleh aktiva yang dilease sudah merupakan jaminan bagi
lease itu sendiri.
- Capital saving, yaitu tidak menyediakan dana yang besar, maksimum hanya menyediakan down payment
yang jumlahnya dalam kebiasaan lease tidak terlalu besar, jadi dalam hal ini bisa dikatakan menjadi suatu
penghematan modal bagi lessee, yaitu lessee dapat menggunakan modal yang tersedia untuk keperluan lain.
Karena leasing umumnya membiayai 100% barang modal yang dibutuhkan.
- Cepat dalam pelayanan, artinya secara prosedur leasing lebih sederhana dan relatif lebih cepat dalam
realisasi pembiayaan bila dibandingkan dengan kredit investasi bank, jadi tanpa prosedur yang rumit dan hal
itu memberikan kemudahan bagi para pengusaha untuk memperoleh mesin-mesin dan peralatan yang
mutakhir untuk memungkinkan dibukanya suatu bidang usaha produksi yang baru atau untuk memodernisasi
perusahaan.
- Pembayaran angsuran lease diperlakukan sebagai biaya operasional, artinya pembayaran lease langsung
dihitung sebagai biaya dalam penentuan laba rugi perusahaan, jadi pembayarannya dihitung dari pendapatan
sebelum pajak, bukan dari laba yang terkena pajak.
- Sebagai pelindung terhadap inflasi, artinya terhindar dari resiko penurunan nilai uang yang disebabkan oleh
inflasi, yaitu lessee sampai kapan pun tetap membayar dengan satuan moneter yang lalu terhadap sisa
kewajibannya.
- Adanya hak opsi bagi lessee pada akhir masa lease.
- Adanya kepastian hukum, artinya suatu perjanjian leasing tidak dapat dibatalkan dalam keadaan keuangan
umum yang sangat sulit, sehingga dalam keadaan keuangan atau moneter yang sesulit apapun perjanjian
leasing tetap berlaku.
- Terkadang leasing merupakan satu-satunya cara untuk mendapatkan aktiva bagi suatu perusahaan, terutama
perusahaan ekonomi lemah, untuk dapat memodernisasi pabriknya.
2.2 Jenis-jenis Leasing

A.. Capital Lease


Perusahaan leasing pada jenis ini berlaku sebagai suatu lembaga keuangan. Lessee yang akan
membutuhkan suatu barang modal menentukan sendiri jenis serta spesifikasi dari barang yang dibutuhkan.
Lessee juga mengadakan negoisasi langsung dengan supplier mengenai harga, syarat-syarat perawatan serta
hal-hal lain yang berhubungan dengan pengoperasian barang tersebut. Lessor akan mengeluarkan dananya
untuk membayar barang tersebut kepada supplier dan kemudian barang tersebut diserahkan kepada lessee.
Sebagai imbalan atas jasa pengguanaan barang tersebut lessee akan membayar secara berkala kepada lessor
sejumlah uang yang berupa rental untuk jangka waktu tertentu yang telah disepakati bersama. Jumlah rental
ini secara keseluruhan akan meliputi harga barang yang dibayar oleh lessor ditambah faktor bunga serta
keuntungan pihak lessor.
Selanjutnya capital atau finance lease masih bisa dibedakan menjadi dua yaitu:
- Direct finance lease, Transaksi ini terjadi jika lessee sebelumnya belum pernah memiliki barang yang
dijadikan objek lease. Secara sederhana bisa dikatakan bahwa lessor membeli suatu barang atas permintaan
lessee dan akan dipergunakan oleh lessee.
- Sale and lease back, Sesuai dengan namanya, dalam transaksi ini lessee menjual barang yang telah
dimilikinya kepada lessor. Atas barang yang sama ini kemudian dilakukan suatu kontrak leasing antara lessee
dengan lessor. Dengan memperhatikan mekanisme ini, maka perjanjian ini memiliki tujuan yang berbeda
dibandingkan dengan direct finance lease. Di sini lessee memerlukan cash yang bisa dipergunakan untuk
tambahan modal kerja atau untuk kepentingan lainnya. Bisa dikatakan bahwa dengan sistem sale and lease
back memungkinkan lessor memberikan dana untuk keperluan apa saja kepada kliennya dan tentu saja dana
yang dibutuhkan sesuai dengan nilai objek barang lease.

B. Operating Lease
Pada operating lease, lessor membeli barang dan kemudian menyewakan kepada lessee untuk jangka
waktu tertentu. Dalam praktik lessee membayar rental yang besarnya secara keseluruhan tidak meliputi harga
barang serta biaya yang telah dikeluarkan oleh lessor. Di dalam menentukan besarnya pembayaran lease,
lessor tidak memperhitungkan biaya-biaya tersebut karena setelah masa lease berakhir diharapkan harga
barang tersebut masih cukup tinggi. Di sini jelas tidak ditentukan adanya nilai sisa serta hak opsi bagi lessee.
C. Sales type lease (Lease Penjualan)
Lease penjualan biasanya dilakukan oleh perusahaan industri yang menjual lease barang hasil
produksinya. Dalam kontrak penjualan lease diakui dua macam pendapatan yaitu pendapatan penjualan
barang dan pendapatan bunga atas jasa pembelanjaan selama jangka waktu lease.

D. Leverage Lease
Pada leasing ini dilibatkan pihak ketiga yang disebut credit provider. Lessor tidak membiayai objek
leasing hingga sebesar 100% dari harga barang melainkan hanya antara 20% hingga 40%. Kemudian sisa
dari harga barang tersebut akan dibiayai oleh credit provider.

E. Cross Border Lease


Transaksi pada jenis ini merupakan suatu transaksi leasing yang dilakukan dengan melewati batas
suatu negara. Dengan demikian antara lessor dan lessee terletak pada dua negara yang berbeda. Barang-
barang atau peralatan yang ditransaksikan dalam cross border lease meliputi nilai jutaan dollar Amerika
Serikat. Seperti Pesawat terbang bermesin jet dari Pabrikan Boeing dan Airbus.

2.3 Perlakuan Akuntansi Leasing


Pada transaksi leasing terdapat jenis-jenis leasing yang telah di jelaskan sebelumnya, dalam perlakuan
akuntansi leasing hanya dikenal capital lease dan operating lease baik bagi lessor ataupun bagi lessee. Berikut
adalah istilah-istilah yang digunakan dalam perlakuan akuntansi leasing:

1.      Executory Cost (biaya pelaksanaan)


Aktiva berwujud atau barang modal yang di sewa harus ditanggung atas beban asuransi, pemeliharaan, dan
beban pajak selama umur ekonomis aktiva tersebut.
2.      Discount Rate (tingkat diskon)
Tingkat bunga pada saat kontrak perjanjian atas leasing ditanggung oleh lessee, hal ini dimaksudkan untuk
meminjam dana yang diperlukan untuk membeli aktiva yang disewa-beli berdasarkan pinjaman beragunan dengan
syarat pelunasan sesuai jadwal perjanjian leasing.
3.      Residual Value (nilai sisa)
Merupakan estimasi nilai wajar untuk aktiva yang disewa-belikan pada akhir masa leasing. Di dalam hal ini,
terdapat dua jenis residual value yaitu nilai residu yang dijamin dan nilai residu yang tidak dijamin. Pada nilai residu
yang dijamin adalah pembayaran lease tambahan yang dibayarkan berupa harta, kas atau keduanya dibayarkan pada
akhir masa leasing. Sedangkan pada nilai residu yang tidak dijamin merupakan suatu hal yang sama dengan tidak
ada nilai residu.

Perlakuan akuntansi atas capital lease oleh penyewa usaha menurut PSAK No. 30 adalah: (1) Transaksi sewa
guna usaha diberlakukan dan dicatat sebagai aktiva tetap dan kewajiban pada awal masa guna sebesar nilai tunai dari
seluruh pembayaran sewa guna usaha ditambah nilai sisa (harga opsi) yang harus dibayar oleh penyewa guna usaha
pada akhir masa sewa guna usaha. Selama masa sewa guna usaha setiap pembayaran sewa guna dialokasikan dan
dicatat sebagai angsuran pokok kewajiban sewa guna usaha dan beban bunga berdasarkan tingkat bunga yang
diperhitungkan terhadap sisa kewajiban penyewa guna usaha. (2) Tingkat diskonto yang digunakan untuk
menentukan nilai tunai dari pembayaran sewa guna usaha adalah tingkat bunga yang dibebankan oleh perusahaan
sewa guna usaha atau tingkat bunga yang berlaku pada awal masa sewa guna usaha. (3) Aktiva yang disewa guna
usahakan harus diamortisasi dalam jumlah yang wajar berdasarkan taksiran masa manfaatnya. (4) Kalau aktiva yang
disewa guna usahakan dibeli sebelum berakhirnya masa sewa guna usaha maka perbedaan antara pembayaran yang
dilakukan atau dikreditkan pada tahun berjalan. (5) Kewajiban sewa guna usaha harus disajikan sebagai kewajiban
lancar dan jangka panjang sesuai dengan praktek yang lazim untuk jenis usaha penyewa guna usaha. (6) Dalam hal
dilakukan penjualan dan penyewaan kembali (sale and leaseback) maka transaksi tersebut harus dilakukan sebagai
dua transaksi yang terpisah yaitu transaksi penjualan dan transaksi sewa guna usaha. Selisih antara harga jual dan
nilai buku aktiva yang dijual harus diakui dan dicatat sebagai keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan harus
dilakukan secara proporsional dengan biaya amortisasi aktiva yang disewa guna usahakan.

Perlakuan akuntansi operating lease menurut PSAK No.30 bahwa pembayaran sewa guna usaha selama
tahun berjalan merupakan biaya sewa yang diakui dan dicatat berdasarkan metode garis lurus selama masa sewa
guna usaha oleh lessee, meskipun pembiayaan sewa guna usaha dilakukan dalam jumlah yang tidak sama setiap
periode.
Pelaporan akuntansi capital lease oleh penyewa guna usaha menurut PSAK No. 30 adalah: (1) Aktiva yang
disewa guna usahakan dilaporkan sebagai bagian aktiva tetap dalam kelompok tersendiri. Kewajiban sewa guna
usaha yang bersangkutan harus disajikan terpisah dari kewajiban lainnya. (2) Pengungkapan yang layak harus
dicantumkan dalam catatan atas laporan keuangan mengenai hal-hal sebagai berikut:

a)      Jumlah pembayaran sewa guna usahakan yang paling tidak untuk dua tahun berikutnya.
b)      Penyusutan aktiva yang disewa guna usahakan yang dibebankan dalam tahun berjalan.
c)      Jaminan yang diberikan sehubungan dengan transaksi sewa guna usaha.
d)    Keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan beserta amortisasinya sehubungan dengan transaksi penjualan dan
penyewaan kembali (sale and leaseback).
e)      Ikatan-ikatan penting yang dipersyaratkan dalam perjanjian sewa guna usaha.

Menurut PSAK No.30 bahwa pengungkapan yang layak harus dicantumkan atas laporan keuangan mengenai
pelaporan dan pengungkapan transaksi operating lease adalah: (1) Jumlah pembayaran sewa guna selama tahun
berjalan yang dibebankan sebagai biaya sewa. (2) Jumlah pembayaran sewa guna usaha yang harus dilakukan paling
tidak dua tahun berikutnya. (3) Jaminan yang diberikan sehubungan dengan transaksi sewa guna usaha. (4)
Keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan beserta amortisasinya sehubungan dengan transaksi sale and
leaseback. (5) Ikatan-ikatan penting yang dipersyaratkan dalam perjanjian sewa guna usaha (major covenants).

2.4 PERENCANAAN PAJAK UNTUK SEWA GUNA USAHA


1. Membeli secara Langsung atau Sewa Guna Usaha dengan Hak Opsi

 Apabila membeli secara langsung maka jumlah yang dapat dibiayakan dalam rangka menghitung
penghasilan kena pajak adalah beban penyusutan.
 Besarnya beban penyusutan antara lain ditentukan oleh metode penyusutan dan umur ekonomis yang telah
ditetapkan oleh peraturan perpajakan.
 Apabila membeli secara sewa guna usaha, maka semua biaya yang dikeluarkan untuk membayar sewa guna
usaha tersebut dapat dibiayakan pada tahun yang bersangkutan.
 Masa sewa guna usaha bisa lebih pendek dari umur ekonomis sehingga perusahaan dapat membiayakan
perolehan aset tetap lebih cepat dibandingkan apabila menggunakan penyusutan (penyusutan yang
dipercepat).

2. Penjualan dan Penyewaan Kembali


Hal yang perlu diperhatikan adalah jika gedung dimiliki secara langsung, maka biaya yang boleh dikurangkan hanya
beban penyusutan atas gedung yang harus dilakukan dalam jangka waktu 20 tahun. Apabila diperoleh melalui sewa
guna usaha dengan hak opsi maka semua biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran sewa baik atas tanah maupun
bangunan dapat dibiayakan.

3. Pengadaan Mesin Baru

Jika perusahaan melakukan pembelian mesin secara langsung, maka yang dapat diakui sebagai biaya adalah beban
penyusutan. Untuk mnghitung besarnya beban penyusutan, metode yang dapat digunakan adalah metode garis lurus
dan metode saldo menurun.

4. Perbandingan antara Sewa Guna Usaha dengan Pembelian Langsung

Besarnya perbandingan penghematan pajak antara sewa guna usaha dengan pembelian langsung secara tunai
dilakukan dengan cara membandingkan jumlah biaya yang dapat dikurangkan dalam rangka menghitung
penghasilan kena pajak. Untuk sewa guna usaha, biaya yang dapat dikurangkan adalah seluruh biaya sewa dan beban
penyusutan sebesar nilai opsi. Sedangkan untuk pembelian langsung adalah sebesar beban penyusutannya saja.

5. Tanah dan bangunan yang sudah dimiliki, sebaiknya direvaluasi, tidak direvaluasi, atau dijual dan
disewakan kembali

Anda mungkin juga menyukai