Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“KEWAJIBAN HUKUM”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 13:

NABILA KHAERUNNISA 201930179


FERNANDO HUWAE 201930203

STIEM BONGAYA MAKASSAR


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami anggota kelompok 2 dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
KEWAJIBAN HUKUM ini pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhhi tugas
dosen pada mata kuliah AUDITING I. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang KEWAIBAN HUKUM bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Kami dari anggota Kelompok 13 mengucapkan terima kasih kepada Ibu DR. Eva
Marin Sambo, SE, MM, AK, CA. selaku dosen mata kuliah AUDITING I yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami selaku anggota Kelompok 13 juga mengucapkan terima kasih kepada


semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami angoota
Kelompok 13 dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Makassar, 28 Oktober 2021

Kelompok 13
“ DAFTAR ISI “

Kata Pengantar…………………………………………………………………………………i

Daftar Isi………………………………………………………………………………………….ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………. 1

A. Latar Belakang…………………………………………………………………...……. 1

B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………. 2

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………………3

1. Lingkungan Hukum yang Berubah……………………………………………………….. 4

2. Membedakan antara Kegagalan Bisnis, Kegagalan Audit dan Risiko Audit……….... 6

3. Konsep-konsep Hukum yang Mempengaruhi Kewajiban……………………………… 8

4. Kewajiban kepada Klien…………………………………………………………………… 10

5. Kewajiban Kriminal………………………………………………………………………… 13

6. Respon Profesi terhadap Kewajiban Hukum…………………………………………… 16

7. Melindungi Akuntan Publik Individual dari Kewajiban…………………………………. 18

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………………………….20

B. DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………. .21


LATAR BELAKANG

Kewajiban hukum dapat terjadi ketika seorang auditor memberikan jasa profesional
dalam bentuk apapun. Pertimbangan hukum yang ada ini terutama akan dibatasi pada
kewajiban hukum para CPA dalam kaitan dengan pelaksanaan audit laporan keuangan. Dalam
kewajiban hukum akan diawali dengan melakukan penilaian tentang pengaruh kecenderungan
lingkungan hidup terhadap profesi dewasa ini. Dengan adanya common law akan membantu
auditor dalam menjalankan tugas dan tanggungjawapnya sebagai seorang professional untuk
melayani klien dan orang ketiga. Selain common lau ada juga UU Sekuritas yang akan
membantu orang ketiga untuk menuntut auditor ketika auditor melakukan kasalahan secara
sengaja maupun tidak sengaja.

RUMUSAN MASALAH

1. Lingkungan Hukum yang Berubah

2. Membedakan antara Kegagalan Bisnis, Kegagalan Audit dan Risiko Audit

3. Konsep-konsep Hukum yang Mempengaruhi Kewajiban

4. Kewajiban kepada Klien

5. Kewajiban Kriminal

6. Respon Profesi terhadap Kewajiban Hukum

7. Melindungi Akuntan Publik Individual dari Kewajiban


BAB 1
PENDAHULUAN

LINGKUNGAN HUKUM YANG BERUBAH

Lingkungan hukum yang berubah mempunyai faktor-faktor pokok :

A. Ada peningkatan kesadaran para pengguna Laporan Keuangan akan tanggung jawab Akuntan
Publik
B. Ada peningkatan kesadaran divisi-divisi Securities & Exchange Commision (SEC) mengenai
dengan kewajibannya melindungi kepentingan para pemegang saham
C. Auditing dan akuntansi semakin kompleks karena ada faktor-faktor seperti meningkatnya
ukuran usaha, globalisasi usaha dan intrik-intrik operasi usaha.
D. Masyarakat menerima tuntutan dari pihak yang terlika melawan siapa saja yang dapat
memberikan kompensasi, tanpa melihat siapa yang salah, bersama beberapa doktrin tentang
kewajiban. Hal ini biasa disebut: konsep kewajiban “deep pocket”
E. Keputusan pengadilan sipil pada beberapa kasus yang melawan Akuntan Publik yang telah
dipuji-puji, yang telah meyakinkan para pengacara untuk memberikan pelayanan hukum
berdasarkan biaya jasa yang tergantung pada keberhasilan. Kesempatan ini menawarkan
keuntungan terhadap pihak yang terluka bila tuntutannya berhasil, dan menawarkan kerugian
seminimal mungkin bila tuntutannya tidak berhasil
F. Banyak perusahaan Akuntan Publik lebih memilih menyelesaikan maslah hukum mereka di
luar pengadilan untuk menghindari biaya pengadilan yang mahal dan publisitas bukannya
menyelesaikan melalui proses pengadilan
G. Pengadilan mempunyai kesulitan di dalam memahami dan menafsirkan masalah-masalah
teknis akuntansi dan audit.

KONSEP-KONSEP HUKUM YANG MEMPENGARUHI “KEWAJIBAN”

 Konsep Orang Yang Bijak Kesepakatan antara profesi akuntan dan Lembaga Hukum bahwa
auditor bukanlah penanggung jawab atau penjamin Laporan Keuangan. Auditor diharapkan
melaksanakan audit dengan teliti. Auditor tidak dapat diharapkan sempurna atau standar
kehati-hatian dimana Auditor diharapkan bisa menyelesaikan tugasnya.Hali ini dikemukakan
dalam Cooley on Torts sebagai berikut: Setiap orang yang menawarkan jasa pelayanan
kepada yang lain dan dipekerjakan memiliki kewajiban untuk menggunakan keahlian dalam
pekerjaannya yang didapat dengan hati-hati dan sungguh-sungguh.
 Kewajiban atas Tindakan Pihak Lain Para rekan atau para pemegang saham dalam
menghadapi gabungan profesional, bertanggung jawab bersama-sama untuk mengambil
tindakan perdata (civil action) yang ditujukan terhadap setiap pemilik. Tetapi bila perusahaan
ini beroperasi sebagai Limited iability Partnership (LLP), Limited Liability Company (LLC),
gabungan perusahaan umum, atau perusahaan profesional dengan tanggung jawab terbatas,
tanggung jawab atas tindakan salah satu pemilik tidak berdampak pada harta pribadi pemilik
lain, kecuali pemilik lain langsung terlibat dalam tindakan – tindakan yang dilakukan pemilik
yang menyebabkan kewajiban ini.Para partner juga bertanggung jawab atas pekerjaan orang
yang mereka percayai di bawah hukum perusahaan. Ketiga kelompok yang mungkin sekali
harus dipercayai adalah : para karyawan, perusahaan Akuntansi Publik lain yang terikat untuk
mengerjakan sebagian dari pekerjaannya dan para ahali yang menyiapkan informasi teknis.

 Tindakan Ada Komunikasi Istimewa Akuntan Publik tidak mempunyai hak menurut hukum
adat (common law) untuk menahan informasi dari pengadilan dengan menyatakan bahwa
informasi tersebut rahasia. Seorang Akuntan Publik dapat menolak untuk beraksi di suatu
negara bagian yang memiliki UU Komunikasi rahasia.

 Syarat-syarat hukum yang mempengaruhi “kewajiban” Akuntan Publik Perbedaan antara


“kewajiban bersama” dan beberapa “kewajiban lain”dan antara “kewajiban terpisah” dengan
“kewajiban proporsional”.

Perbedaan antara Kesalahan Bisnis, Kegagalan Audit dan


Resiko Audit

Penyebab utama tuntutan hukum kepada kantor akuntan publik adalah kurangnya pemahamam para
pemakai laporan keuangan atas dua konsep :

a .Perbedaan antara kegagalan bisnis dan kegagalan audit


b. Perbedaan antara kegagalan audit dan risiko audit

 KEGAGALAN BISNIS : Terjadi bila perusahaan tidak mampu membayar kembali utangnya atau
tidak mampu memenuhi harapan investornya karena kondisi ekonomi atau bisnis.

 KEGAGALAN AUDIT : Terjadi bila auditor mengeluarkan pendapat audit yang salah karena gagal
dalam memenuhi persyaratan standar auditing yang berlaku umum.
 RESIKO AUDIT : Resiko di mana auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan disajikan secara
wajar dan oleh karenanya dapat dikeluarkan pendapat WTP namun kenyataannya laporan
keuangan tersebut mengandung salah saji secara material.

1.1. Kegagalan Bisnis ( Bussines Failure )

Kegagalan bisnis (bussines failure) terjadi apabila bisnis tersebut tidak mampu mengembalikan
pinjamannya atau memenuhi harapan bagi investor karena keadaan ekonomi atau bisnis seperti
resesi, keputusan manajemen yang buruk, atau persaingan yang tak terduga dalam industri itu.

ALASAN KEGAGALAN BISNIS TERDIRI DARI :

 Persaingan yang ketat. Bisnis kecil memiliki sumber daya dan pengetahuan pasar yang
lebih terbatas daripada perusahaan yang lebih mapan. Akibatnya, daya saing mereka
rendah dan sulit untuk bertahan di pasar ketika perusahaan yang telah mapan menjalankan
strategi bersaing yang agresif.

 Pengelolaan operasi yang buruk. Misalnya, bisnis anda kesulitan untuk memperkirakan
tingkat permintaan secara akurat. Itu mungkin karena pengalaman dan keterampilan yang
kurang. Akibatnya, bisnis anda mungkin mengalami kelebihan produksi atau kekurangan
produksi, mengarah pada kenaikan biaya atau penjualan yang tidak optimal.

 Akses pendanaan terbatas. Bisnis baru anda mungkin kesulitan untuk mengumpulkan
dana yang cukup karena rekam jejak yang kurang. Bisnis baru anda juga dipandang
memiliki tingkat kegagalan yang tinggi, membuat penyandang dana seperti bank atau
investor lainnya enggan mengambil lebih banyak risiko untuk meminjamkan uang.
Akibatnya, bisnis anda sulit tumbuh dan membangun daya saing yang lebih baik.

 Lokasi yang kurang strategis.  Itu mempengaruhi aspek seperti biaya, akses ke pasar,
dan akses ke sumber daya. Misalnya, memilih lokasi di pusat kota membuat bisnis anda
menanggung biaya sewa yang mahal, mengharuskan bisnis anda untuk menghasilkan
pendapatan yang tinggi untuk menutupinya.

 Permasalahan arus kas. Bisnis kecil seringkali mengalami masalah dalam modal kerja.
Mereka tidak dapat membayar pemasok atau pinjaman jangka pendek tepat waktu. Mereka
juga menghadapi kesulitan dalam mengelola uang masuk dan uang keluar dalam jangka
pendek, yang mana bisa mengarah pada  kegagalan bisnis. Kualitas manajemen, kebijakan
kredit, keterampilan negosiasi, dan keterampilan keuangan adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi.
 Pengetahuan pasar dan pemasaran rendah. Misalnya, bisnis anda menargetkan pasar
yang telah matang. Itu membuat kesempatan anda untuk meningkatkan ukuran bisnis
rendah karena pertumbuhan pasar yang rendah. Atau, anda mungkin kurang memahami
kebutuhan dan keinginan konsumen. Sebagai akibatnya, proposisi jual unik yang anda
tawarkan tidak laku di pasar.

 Gagal membangun basis pelanggan. Bisnis baru anda harus meningkatkan basis
pelanggan untuk menjual lebih banyak barang dan memperbaiki keuntungan melalui,
misalnya, skala ekonomi. Kegagalan melakukannya membuat bisnis anda tidak dapat
mencapai pendapatan yang lebih tinggi dan biaya yang lebih rendah.   

 Sumber daya manusia yang miskin. Keterampilan manajemen yang buruk mengarah
pada pengelolaan operasi yang buruk. Misalnya, bisnis baru kesulitan merekrut talenta
dengan keterampilan yang tepat, menyebabkan inovasi rendah,  operasi yang tidak efisien,
dan  layanan pelanggan yang buruk. Di sisi lain, orang lebih suka bekerja di bisnis yang
mapan daripada bisnis baru.

 Masalah legalitas. Ketidakpatuhan terhadap peraturan dan hukum dapat mengarah ke


penuntutan dan pencabutan izin usaha.

 Perubahan dalam lingkungan bisnis. Berbagai faktor eksternal mempengaruhi


kesuksesan bisnis baru. Itu mungkin terkait dengan faktor persaingan, ekonomi atau
politik. Misalnya, ketika resesi menghantam, bisnis baru kesulitan untuk menjual produk
karena permintaan rumah tangga jatuh.

1.2 KEGAGALAN AUDIT ( AUDIT FAILURE )

Kegagalan audit (audit failure), adalah kesalahan auditor dalam memberikan opini atas laporan
keuangan karena kecerobohan dalam melaksanakan tugas audit.

ALASAN KEGAGALAN AUDIT TERDIRI DARI :


 Kesadaran para pemakai laporan keuangan yang semakin meningkat akan tanggung
jawab akuntan public.
 Kesadaran yang meningkat dipihak securities dan exchange commisission (SEC)
mengenai tanggung jawabnya melindungi kepentingan para investor.
 Kerumitan fungsi-fungsi auditing dan akuntansi yang disebabkan oleh meningkatnya
ukuran bisnis,globalisasi bisnis,dan kerumitan operasi bisnis.
 Kecendrungan masyarakat untuk menerima tuntunan dari pihak yang dirugikan terhadap
siapa saja yang dapat memberikankompensasi,tanpa melihat siapa yang salah,bersama
dengan beberapa doktrin tentang kewajiban.
 Keputusan pengadilan menyangkut ganti rugi yang besar pada beberapa kasus melawan
akuntan public yang telah mendorong para pengacara untuk memberikan pelayanan
hokum atas dasar fee kontujensi.
 Banyak kantor akuntan public lebih memilih menyelesaikan masalah hokum diluar
pengadilan untuk menghindari biaya pengadilan yang mahal dan publisitas yang
merugikan
 Kesulitan yang dihadapi hakim dan juri dalam memahami serta menginterprestasikan
masalah teknis akuntansi dan auditing

1.3 RESIKO AUDIT (audit risk)

Resiko audit (audit risk) adalah risiko audit digambarkan sebagai risiko yang ditemui oleh
auditor yang akan mengganggu jalannya audit sejak tahapan perencanaan, hingga selesainya
tahapan pelaporan. Risiko audit adalah hal yang pasti dihadapi oleh auditor, sehingga auditor
perlu melakukan manajemen risiko atas kemungkinan yang dapat terjadi nantinya.

Acceptable Audit Risk


Acceptable audit risk adalah risiko yang akan dihadapi auditor, di mana auditor berisiko salah
dalam meberikan opini sesuai dengan kondiri riil dari entitas dikarenakan beberapa faktor.
Besaran AAR ditetapkan oleh auditor sendiri dengan memerhatikan beberapa faktor.

 AAR rendah diartikan bahwa auditor yakin bahwa opini yang diberikan telah sesuai
dengan kondisi riil entitas
 AAR tinggi diartikan bahwa auditor kurang yakin bahwa opini yang diberikan telah sesuai
dengan kondisi riil entitas.

Risiko Audit

Dalam  menilai  besar  atau  kecilnya  nilai  AAR, auditor  akan  memerhatikan  beberapa  faktor,
yakni:

a) ketergantungan pihak esternal terhadap laporan keungan entitas

Ketergantungan pihak eksternal terhadap laporan keuangan entitas merupakan salah satu faktor
yang memengaruhi besar ataupun kecilnya AAR yang nantinya akan ditetapkan oleh auditor.
Ketergantungan pihak eksternal terhadap laporan keuangan entitas menandakan bahwa keputusan
pihak eksternal terhadap entitas sangat dipengaruhi oleh laporan keuangan entitas semisal investor
memutuskan untuk berinvestasi atau tidak dengan menggunakan laporan keuangan entitas. Dalam
audit, apabila ketergantungan pihak eksternal terhadap laporan keuangan entitas tinggi dalam
artian banyak yang menggunakan laporan keuangan entitas sebagai dasar pengambilan keputusan,
maka auditor akan menetapkan AAR yang rendah. Ukuran ketergantungan pihak eskternal
terhadap laporan keuangan entitas dapat dilihat dari:

 Ukuran usaha entitas

Dalam hal ini, ukuran usaha entitas dapat diartikan seberapa besar pangsa pasar dari entitas,
semakin besar ukuran usaha klien maka semakin banyak pengguna laporan keuangannya.

 Distribusi kepemilikan

Dalam hal ini, distribusi kepemilikan dapat diartikan sebagai cara entitas menawarkan
kepemilikannya (go public atau closed company), apabila entitas bersifat go public maka semakin
banyak pengguna laporan keuangannya.

 Sifat dan nilai kewajiban

Dalam hal ini, sifat dan nilai kewajiban dapat diartikan seberapa besar nilai kewajiban entitas,
semakin besar nilai kewajiban maka semakin banyak pengguna laporan keuangannya.

b) kemungkinan kesulitan finansial klien setelah laporan hasil audit terbit.

Dalam menilai besar atau kecilnya AAR, auditor harus mempertimbangkan kemungkinan kesulitan
finansial klien setelah laporan hasil audit terbit. Tujuannya adalah agar auditor dapat mempertahankan
mutu laporan hasil audit sekalipun dituntut di pengadilan. Apabila auditor merasa ada kemungkinan
kebangkrutan klien setelah laporan hasil audit terbit maka auditor dapat mempertimbangkan untuk
menurunkan AAR. Hal ini dikarenakan agar auditor bisa meminimalisir kemungkinan salah pemberian
opini yang tentunya penurunan AAR akan berimplikasi pada.

pengumpulan bukti yang diperbanyak. Dalam menentukan kemungkinan kesulitan finansial,


auditor akan melihat pada beberapa indikasi, yaitu:

 Posisi likuidasi

Jika secara konsisten, klien mengalami kekuragan kas serta modal kerja, maka hal tersebut dapat
mengindikasikan masalah dalam melunasi kewajiban di masa yang akan datang.

 Laba/rugi sebelumnya

Jika perusahan mengalami penurunan laba yang cepat atau mengalami kenaikan kerugian selama
beberapa tahun terakhir, maka auditor harus mengenali sejumlah masalah solvabilitas yang
mungkin akan dialami klien di masa yang akan datang.

 Metode pembiayaan
Jika klien menekankan pembiayaan dalam bentuk utang, semakin besar risiko kesulitan keuangan
yang akan dihadapi klien ketika kegiatan operasi klien kurang berhasil.

 Sifat operasi

Beberapa jenis bisnis memiliki risiko yang tinggi dibandingkan dengan bisnis lainnya. Sebagai
contoh perusahaan dengan satu produk akan memiliki kemungkinan bangkrut yang lebih tinggi
dibandingkan dengan perusahaan dengan bermacam-macam produk.

 Kompetensi manajemen

Manajemen yang kompeten akan selalu waspada terhadap potensi akan adanya kesulitan
keuangan serta akan memodifikasi metode operasionalnya untuk meminimalkan berbagai
pengaruh dari masalah jangka pendek.

Risiko Audit

c) Evaluasi integritas manajemen

Evaluasi atas integritas manajemen akan dijadikan pertimbangan auditor dalam menentukan besar
atau kecilnya AAR. Apabila auditor merasa integritas manajemen buruk maka auditor akan
menetapkan AAR yang rendah. Tujuannya adalah untuk menghindari konflik dengan manajemen.
Evaluasi atas integritas manajemen adalah bagian dari investigasi atas klien baru dan evaluasi
tentang kesinambungan dengan klien yang telah ada. Jika klien memiliki integritas yang patut
dipertanyakan, maka auditor kemungkinan besar akan menentukan tingkat AAR yang lebih
rendah. Perusahaan-perusahaan dengan integritas yang rendah sering kali melaksanakan kegiatan
bisnis

mereka dengan suatu tindakan yang dapat menyebabkan konflik dengan para pelanggan. Pada
akhirnya, berbagai konflik ini sering kali tercermin pada pemahaman para pengguna laporan akan
kualitas dari audit yang dilaksanakan, serta dapat mengakibatkan sejumlah gugatan hukum serta
sejumlah ketidakpastian lainnya.

KONSEP – KONSEP HUKUM YANG MEMPENGARUHI


KEWAJIBAN
Konsep Hukum yang Mempengaruhi Kewajiban: Bidang kewajiban dalam audit digolongkan
menjadi: kewajiban terhadap klien, kewajiban perdata bagi pihak ketiga, kewajiban pidana bagi
pihak ketiga, dan kewajiban kriminal. Konsep hukum yang dapat diterapkan pada segala macam
gugatan terhadap akuntan publik:

1. Konsep kehati-hatian (prudent person). Auditor bukan penjamin atau penanggung jawab
laporan keuangan. Auditor hanya berkewajiban untuk melakukan audit secara teliti. Meskipun
demikian, auditor bukan tanpa cela.
2. Kewajiban atas tindakan orang lain. Para partner, atau pemegang saham dalam perseroan
profesional secara bersama-sama bertanggung jawab atas tindakan perdata yang ditujukan
terhadap salah seorang anggotanya. Para partner juga bertanggung jawab atas pekerjaan yang
dilakukan orang lain yang mereka percayai (karyawan, akuntan publik lain yang ditunjuk untuk
melaksanakan sebagian pekerjaan, dan ahli).

3. Kurangnya hak komunikasi istimewa. Akuntan publik tidak berhak untuk menahan informasi
jika diminta oleh pengadilan dengan alasan bahwa informasi itu dirahasiakan. Definisi

1. Kelalaian dan Penipuan

o Kelalaian biasa (ordinary negligence): ketiadaan dari kesungguhan profesional


yang diharapkan ada dalam keadaan tertentu.

o Kelalaian kotor (gross negligence): kekurangtelitian dan perilaku yang mengarah


ceroboh yang dilakukan oleh seseorang.

o Penipuan konstruktif (constructive fraud): kelalaian ekstrim luar biasa meskipun


tiak ada maksud untuk menipu atau merugikan.

o Kesalahan karena kelalaian (tort action for negligence): kegagalan salah satu pihak
untuk memenuhi kewajiban sehingga merugikan pihak yang dijanjikan.

o Kecurangan (fraud): salah saji sengaja dibuat dengan maksud menipu

2. Hukum Kontrak

o Pelanggaran kontrak: kegiatan satu atau dua pihak yang terikat dalam kontrak untuk
memenuhi persyaratan dalam kontrak.
o Kepentingan pihak ketiga: pihak ketiga yang tidak mempunyai hubungan kontrak tetapi
diketahui oleh pihak-pihak dalam kontrak an imasukkan untuk menerima hak-hak dan
manfaat tertentu menurut kontrak.

3. Common Law an Statutory Law


o Common law: hukum yang berkembang dan berasal dari keputusan pengadilan
dan bukannya dari peraturan pemerintah.
o Statutory law: hukum yang telah disahkan oleh kongres AS dan badan pemerintah
lain.
4. Penilaian proporsi dari hutang
o Joint and several liability: penilaian atas kerugian yang dibebankan kepada pihak
yang menyebabkan kerugian tanpa mempertimbangkan tingkat kesalahan yang
dilakukan oleh pihak ketiga.
o Separate and proportionate liability: penilaian atas kerugian yang dibebankan
kepada pihak yang menyebabkan kerugian sesuai dengan proporsi kerugian yang
ditimbulkannya.

KEWAJIBAN KEPADA KLIEN


1. Kewajiban kepada klien yaitu seorang CPA berada dalam hubungan kontraktual
langsung dengan klien. Dengan menyetujui untuk alasan jasa bagi klien, CPA
berperan sebagai kontraktor indenpenden.
2. Seorang akuntan bertanggung jawab kepada klien sesuai dengan Hukum Kontrak
atau Tort Law (hokum kerugian).

Seorang CPA berada dalam hubungan kontraktual langsung dengan klien. Dengan
menyetujui untuk melaksanakan jasa bagi klien, CPA berperan sebagai kontraktor
independen. Jasa- jasa spesifik yang akan diberikan, sebaiknya disebutkan dalam
surat perikatan. Istilah hubungan pribadi dalamkontrak (privity of contract)
menunjuk pada hubungan kontraktual yang ada antara dua atau lebih pihak yang
terlibat dalam kontrak. Ciri khas suatu perikatan audit adalah anggapan bahwa
audit akan dilakukan sesuai dengan standar professional, yaitu, standar auditing
yang berlaku umum (GAAS) kecuali kontrak menyebutkan kalimat lain yang
berarti sebaliknya. seorang akuntan bertanggung jawab kepada klien sesuai
dengan hokum kontrak atau tort law (hukum yang mengatur tentang tuntutan
ganti rugi).

HUKUM KONTRAK ( CONTRACK LAW)

Seorang auditor bertanggung jawab kepada klien atas pelanggaran kontrak (breach of contract)
apabila ia:

1.Menerbitkan laporan audit standar tanpa melakukan audit sesuai GAAS

2.Tidak mengirimkan laporan audit sesuai dengan batas waktu yang telah
disepakati
3.Melanggar hubungan kerahasiaan klien

Kewajiban auditor harus atas pelanggaran kontrak dapat meluas sampai


subrogee.Subrogee ialah pihak yang memperoleh hak pihak lain melalui
substitusi. Sebagai contoh, jaminan karyawaan dianggap merupakan bagian yang
penting dari lingkungan pengendalian intern perusahaan. Apabila terjadi
penggelapan, perusahaan penjamin akan membayar kerugian yang diasuransikan.
Selanjutnya sesuai dengan hak subrogasi terhadap klaim kontraktual yang
diasuransikan, CPA dapat digugat atas kegagalannya menemukan kecurangan
tersebut. Apabila terjadi pelanggaran kontrak, penggugat akan mencari satu atau
lebih jalan keluar sebagai berikut

1. kewajiban spesifik tergugat dalam kontrak


2.kerugian keuangan langsung yang terjadi akibat pelanggaran tersebut,
3.Kerugian terkait dan kerugian sebagai konsekuensi yang merupakan akibat tidak
langsung atas pelanggaran tersebut.
HUKUM KERUGIAN (TORT LOW)
Seorang CPA juga bertanggung jawab kepada klien menurut hukum kerugian.
Tindakan merugikan (tort action) adalah tindakan salah yang merugikan milik,
badan, atau reputasi seseorang. tindakan merugikan dapat dilakukan berdasarkan
salah satu penyebab berikut ini :
1. kelainan yang biasa (ordinary negligence) yaitu kelalaian untuk menerapkan
tingkat kecermatan yang biasa dilakukan secara wajar oleh orang lain dalam
kondisi yang sama.

2.Kelalaian kotor (gross negligence) kelalaian untuk menerapkan tingkat


kecermatan yang paling ringan dalam suatu kondisi tertentu.

3. Kecurangan (Faud) , yaitu penipuan yang direncanaka, misalnya salah saji


,menyembunyikan, mengungkapkan sehingga dapat merugikan pihak lain.
Menurut hukum kerugian, biasanya pihak yang dirugikan mencari kerugian
keuangan. Kertas kerja auditor sangat penting untuk membuktikan bahwa
tuntutan pelanggaran kontrak dan pelanggaran tugas adalah tidak benar menurut
hukum kerugian. Dalam banyak kasus, penggugat memiliki hak untuk menuntut
dengan menggunakan pasal-pasal kontrak atau menggunakan hukum kerugian.

b.Kewajiban kepada pihak ketiga.


Kewajiban auditor kepada pihak ketiga menurut coomn low
merupakan hal yang penting dalam setiap pembahasan kewajiban auditor.
Pihak ketiga ( third party) dapat didefinisikan sebagai seseorang yang
tidak mengetahui tentang pihak-pihak yang ada didalam kontrak. Menurut
sudut pandang hokum, terdapat dua kelompok pihak ketiga, yaitu :
pemegang utama dan pemegan hak lainnya. Pemegang hak utama (primery
beneficiary) adalah seorang yang namanya telah diketahui oleh seorang
auditor sebelum audit dilaksanakan sebagai penerima utama laporan
auditor. Sebagai contoh, pada saat surat perikatan tandatangani, bahwa
klien melaporkan bahwa akan digunakan untuk mendapatkan pinjaman dari
City Nasional Bank, maka bank tersebut akan menjadi pemegang hak
utama. Sebaiknya, pemegang hak lainnya adalah pihak ketiga yang
namanya tidak disebutkan, seperti para auditor, pemegang saham, dan
investor potensial.

Auditor bertanggung jawab kepada semua pihak ketiga atas atas semua
kelalaian kotor dan kecurangan menurut hujum kerugian. Sebagai
kewajiban auditor atas kelalaian biasa pada umumnya berbeda antara kedua
kelompok pihak ketiga tersebut

KEWAJIBAN KRIMINAL
Kewajiban criminal (Crime Liabilities) kewajiban hokum yang timbul sebagai akibat kemungkinan
akuntan publik disalahkan karena tindakan criminal menurut undang-undang.

Semua peraturan menetapkan menipu orang lain, yaitu dengan sadar terlibat dalam laporan
keuangan palsu merupakan tindakan criminal.

Beberapa tuntutan yang terjadi menuntut perlunya profesi auditing untuk meneliti peraturan perilaku
yang menyangkut kerahasiaan dan mencoba memperjelas persyaratan - persyaratan yang konsisten
dengan common law .
• AICPA dan Profesi dapat melakukan 3 hal untuk mengurangi resiko tuntutan hukum, yaitu :

1. Mencari Perlindungan dari proses peradilan atau litigasi yang tidak terpuji
2. Meningkatkan performa Auditing
3. Mendidik Para Pemakai Mengenai Batas-Batas Auditing

Tanggapan Profesi Terhadap Kewajiban Hukum


AICPA dan profesi mengurangi resiko terkena sanksi hukum dengan langkah-langkah berikut :
•Riset secara berkesinambungan, untuk menemukan cara-cara yang lebih baik dalam melaksanakan audit
seperti mengungkap salah saji atau fraud yang tidak sengaja, menyampaikan hasil audit kepada pemakai
laporan dan menyakinkan bahawa auditor adalah independen
• Penetapan standar dan aturan, untuk menyesuaikan terhadap kebutuhan audit, kebutuhan masyarakat
dan timbulnya teknologi baru
• Menetapkan persyaratan untuk melindungi auditor
• Menetapkan persyaratan penelaahan sejawat,untuk mendidik anggota dan mngindentifikasi kantor
akuntan publik yang tidak memenuhi standar profesi
• Melawan hukum, terutama untuk melawan tuntutan yang kurang berdasar
• Pendidikan bagi pemakai laporan, terutama mengenai maksud dari pendapat auditor dan wawasan
serta sifat dari pekerjaan auditor
• Memberi sanksi kepada anggota karena hasil kerja yang tak pantas
• Perundingan untuk perubahan hukum, tujuannya untuk mengurangi biaya kewajiban sebagai sasaran
untuk mngurangi biaya asuransi kewajiban yang dibebankan kepada pelanggan melalaui kenaikan harga

Tanggapan Akuntan Publik Terhadap Kewajiban Hukum

Dalam meringankan kewajibannya auditor dapat melakukan langkah-langkah berikut :


1. Hanya berurusan dengan klien yang memiliki integritas
2. Mempekerjakan staf yang kompeten dan melatih serta mengawasi dengan pantas
3. Mengikuti standar profesi
4. Mempertahankan independensi
5. Memahami usaha klien
6. Melaksanakan audit yang bermutu
7. Mendokumentasika pekerjaan secara memadai
8. Mendapatkan surat penugasan dan surat pernyataan
9. Mempertahankan hubungan yang bersifat rahasia
10. Perlunya asuransi yang memadai; dan
11. Mencari bantuan hukum.

RESPON PROFESI TERHADAP KEWAJIBAN HUKUM


AICPA dan profesi secara keseluruhan dapat melakukan sejumlah hal untuk mengurangi risiko
para praktisi terkena tuntutan hukum:

1. Mencari perlindungan dari proses pengadilan atau litigasi yang tidak terpuji.

2. Meningkatkan kinerja auditing agar dapat memenuhi kebutuhan pemakai dengan lebih baik.

3. Mendidik para pemakai mengenai batas-batas auditing.

Mari kita bahas beberapa aktivitas khusus secara singkat:


• Penetapan standar dan peraturan. IAASB, AICPA, dan PCAOB harus secara konstan
menetapkan standar serta merevisinya untuk memenuhi kebutuhan audit yang terus berubah.
Sebagai contoh, perubahan standar auditing menyangkut tanggung jawab auditor untuk
mendeteksi kecurangan telah diterbitkan guna memenuhi kebutuhan dan harapan pemakai atas
kinerja auditor.

• Melawan tuntutan hukum. Kantor akuntan publik harus terus melawan tuntutan yang
tidak berdasar meskipun, dalam jangka pendek, biaya untuk memenangkan perkara itu lebih
besar ketimbang biaya untuk berdamai.

• Pendidikan bagi pemakai laporan keuangan. AICPA, pimpinan kantor akuntan publik,
dan para pengajar harus mendidik investor serta pihak lain yang membaca laporan keuangan
mengenai arti yang tepat dari pendapat auditor serta ruang lingkup dan sifat dari pekerjaan
auditor. Selain itu, para pemakai laporan juga harus memahami bahwa auditor tidak menguji
100% semua catatan dan tidak menjamin keakuratan catatan keuangan atau keberhasilan
perusahaan yang diaudit di masa depan. Orang-orang di luar profesi ini juga perlu memahami
bahwa akuntansi dan auditing adalah seni, bukan ilmu pengetahuan. Kesempurnaan dan
ketepatan tidak akan pernah tercapai.

 Memberi sanksi kepada anggota karena perilaku dan kinerja yang tidak pantas. Suatu
profesi harus mengawasi anggotanya sendiri. AICPA telah mencatat kemajuan dalam
manangani masalah kinerja akuntan publik yang kurang memadai, tetapi masih
diperlukan review yang lebih keras terhadap kegagalan yang telah dituduhkan.

 Melobi perubahan UU. Sejak tahun 1990-an, beberapa perubahan pada UU negara
bagian dan federal telah berdampak positif bagi lingkungan hukum profesi. Sebagian
besar negara bagian telah merevisi UU yang mengizinkan kanter akuntan untuk
berpraktik dalam tuk organisasi yang lain, termasuk organisasi dengan kewajiban
terbatas yang memberikan sejumlah perlindungan dari proses pengadilan.
Diberlakukannya Private Securities Litigation Reform Act Tahun 1995 (Reform Act) dan
Securities Litigation Uniform Standards Act tahun 1998 secara signifikan telah
mengurangi kerugian potensial akibat proses pengadilan yang berhubungan dengan
sekuritas dengan menyediakan kewajiban yang proporsional pada sebagian besar
contoh. Profesi terus mengupayakan reformasi proses pengadilan pada tingkat negara
bagian, termasuk penerapan standar privitas yang ketat untuk kewajiban terhadap
nonklien dan kewajiban proporsional pada semua kasus yang tidak melibatkan
kecurangan/penipuan.
MELINDUNGI AKUNTAN PUBLIK INDIVIDUAL DARI KEWAJIBAN HUKUM

Seorang auditor yang berpraktik juga dapat mengambil tindakan tertentu untuk meminimalkan
kewajibannya. Beberapa dari tindakan yang umum itu adalah sebagai berikut:

 Hanya berurusan dengan klien yang memiliki integritas. Ada kemungkinan yang semakin
besar bahwa auditor akan menghadapi masalah hukum jika klien kurang memiliki
integritas dalam berurusan dengan para pelanggan. karyawan, instansi pemerintah, dan
pihak lainnya. Sebuah kantor akuntan publik membutuhkan prosedur untuk
mengevaluasi integritas klien dan harus langsung menarik diri apabila klien tersebut
kurang memiliki integritas. Mempertahankan independensi. Independensi mempunyai
arti yang lebih luas dari sekadar masalah keuangan. Dalam kenyataannya, independensi
membutuhkan sikap tanggung jawab yang terpisah dari kepentingan klien. Banyak proses
pengadilan terjadi akibat mengalahnya auditor terhadap pernyataan atau tekanan klien.
Auditor harus mempertahankan sikap skeptisme yang sehat.

 Memahami bisnis klien. Kurangnya pengetahuan terhadap praktik industry dan operasi
klien telah menjadi faktor utama kegagalan auditor untuk mengungkapkan salah saji
dalam beberapa kasus, Melaksanakan audit yang bermutu. Audit yang bermutu
mengharuskan auditor memperoleh bakti yang memadai dan membuat pertimbangan
yang tepat atas bukti tersebut. Sebagai contoh, penting sekali bahwa auditor memahami
pengendalian internal klien dan memodifikasi bukti agar mencerminkan temuan-temuan
tersebut. Audit yang baik akan mengurangi kemungkinan kegagalan mendeteksi salah saji
dan kemungkinan tuntutan hukum.

 Mendokumentasikan pekerjaan secara layak. Penyusunan dokumentasi audit yang baik


akan membantu litor melaksanakan audit auditor Dokumentasi audit yang bermutu
sangat penting ketika auditor menghadapi perkara audit di pengadilan, termasuk surat
penugasan dan surat representasi yang bermutu. yang mendefinisikan kewajiban masing-
masing klien serta auditor.
 Mengungkapkan skeptisme profesional. Auditor sering dianggap bersalah ketika
dihadapkan dengan informasi yang menunjukkan masalah yang tidak mereka sadari.
Auditor perlu berusaha keras untuk mempertahankan tingkat skeptisme yang sehat, yang
membuatnya waspada terhadap salah saji yang potensial, sehingga mereka dapat
menemukan salah saji ketika hal itu terjadi.

Jugalah penting bagi CPA untuk memiliki asuransi yang memadai dan memilih bentuk organisasi
yang menyediakan beberapa bentuk proteksi kewajiban hukum terhadap pemilik. Dalam
peristiwa litigasi aktual atau ancaman, auditor harus berkonsultasi dengan penasihat hukum
yang berpengalaman.

KESIMPULAN

Mengingat profesi akuntan publik sangat penting perannya dalam dunia bisnis di
Indonesia, maka Akuntan Publik harus selalu menjaga integritas (integrity) dan profesionalisme
melalui pelaksanaan standar dan kode etik profesi secara konsekuen dan konsisten. Dalam
setiap penugasan yang diberikan, Akuntan Publik harus selalu bersikap independen dan
menggunakan kemahiran jabatannya secara profesional (due professional care). Akuntan Publik
dan KAP agar menghindarkan diri dari tindakan tercela, seperti kolusi (collusion) dengan klien
atau menutupi terjadinya tindak kecurangan (fraud) yang sangat merugikan berbagai pihak.
Semoga Rancangan Undang-Undang Akuntan Publik (RUU-AP) yang telah disusun cukup lama
tersebut, segera dapat ditetapkan oleh Pemerintah beserta Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
menjadi UUAP, sehingga akuntan publik memiliki landasan operasional (aspek legal) yang kuat
dan masyarakat (publik) mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan malpraktik yang
melanggar kode etik profesi
DAFTAR PUSTAKA

- Auditing & Jasa Assurance Alvin A.Arens, Randal J.Elder Mark


S.Beasley

- https://pdfcoffee.com/makalah-kewajiban-hukum-dari-akuntan-
pdf-free.html

Anda mungkin juga menyukai