Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“ETIKA PROFESIONAL”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2:

RADHIKA ANANDA TENDEAN 201930194


FARADILLAH NURUL UTAMI 201930130

STIEM BONGAYA MAKASSAR


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami anggota kelompok 2 dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ETIKA
PROFESIONAL ini pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada
mata kuliah AUDITING I. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang ETIKA PROFESIONAL bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami dari anggota Kelompok 2 mengucapkan terima kasih kepada Ibu DR. Eva Marin
Sambo, SE, MM, AK, CA. selaku dosen mata kuliah AUDITING I yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
kami tekuni.

Kami selaku anggota Kelompok 2 juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami angoota Kelompok 2 dapat
menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.

Makassar, 20 Oktober 2021

Kelompok 2
“ DAFTAR ISI “

Kata Pengantar……………………………………………………………………i

Daftar Isi………………………………………………………………………….ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………… 1

A. Latar Belakang……………………………………………………………. 1
B. Tujuan…………………………………………………………………….. 2
C. Rumusan Masalah……………………………………………………………………. 2

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………………3

1. Defenisi etika……………………………………………………………………3
2. Dilema Etika……………………………………………………………………3
3. Kebutuhan Khusus akan Perilaku Etis Dalam Profesi……………………….. 4
4. Kode Perilaku Profesional……………………………………………………..5
5. Independensi…………………………………………………………………..7
6. Peraturan Perilaku dan Interpretasi Independensi……………………………..8
7. Peraturan Perilaku Lainnya……………………………………………………10
8. Pemberlakuan……………………………………………………………….. 14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………….16
B. DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………. .17
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada era globalisasi sekarang ini, dimana bisnis bisnis tidak lagi mengenal batas
negara, perusahaan membutuhkan laporan keuangan yang dapat dipercaya. Auditor
eksternal yangindependen menjadi salah satu profesi yang dicari. Profesi auditor
diharapkan oleh banyakorang untuk dapat menambah kepercayaan pada pemeriksaan dan
pendapat yang diberikan.Oleh karena itu, profesionalisme menjadi tuntutan utama
seseorang yang bekerja sebagaiauditor eksternal. Dengan perkembangan hingga saat ini
untuk menyempurnakan kepercayanterhadap oponi yang diberikan opini auditor selalu
ada perubahan tujuannya untukmeyakinkan bahwa opini yang dibeikan auditor kepada
klien dapat dipercaya dan diyakinkanoleh pembacanya.Audit mempunyai yang besar
pada masyarakat dan komitmen moral yang tinggi.Masyarakat menuntut untuk
memperoleh jasa para auditor publik dengan standar kualitasyang tinggi, dan menuntut
mereka untuk bersedia mengorbankan diri.
Itulah sebabnya profesiauditor menetapkan standar teknis dan standar etika yang
harus dijadikan panduan oleh paraauditor dalam melaksanakan audit
Standar etika diperlukan bagi profesi audit karena auditormemiliki posisi sebagai
orang kepercayaan dan menghadapi kemungkinan benturan-benturankepentingan.
Kode etik atau aturan etika profesi audit menyediakan panduan bagi paraauditor
profesional dalam mempertahankan diri dari godaan dan dalam mengambilkeputusan-
keputusan sulit. Jika auditor tunduk pada tekanan atau permintaan tersebut, makatelah
terjadi pelanggaran terhadap komitmen pada prinsip-prinsip etika yang dianut oleh
profesi.

1
B. TUJUAN

1. Untuk Mengetahui Definisi Etika

2. Dapat mengetahui Dilema Etika

3. Mengetahui Kebutuhan Khusus akan perilaku etis dalam profesi

4. Memahami kode perilaku professional

5. Dapat Mengetahui tentang Independensi

6. Memahami Peraturan Perilaku dan Intrpretasi Independensi

7. Mengetahui Peraturan Perilaku Lainnya

8. Mengetahui Pemberlakuan

C. Rumusan Masalah

Untuk mempermudah penyusunan makalah ini dan agar lebih terarah dan berjalan dengan baik,
maka perlu kiranya dibuat suatu batasan masalah. Adapun ruang lingkup pembahasan yang akan
dibahas dalam penyusunan makalah ini, yaitu:

1. Penulis membahas tentang definisi Etika

2. Penulis membahas tentang Dilema Etika

3. Penulis memaparkan tentang Kebutuhan Khusus akan perilaku etis dalam profesi

4. Penulis membahas tentang kode perilaku professional

5. Penulis membahas tentang Independensi

6. Penulis membahas tentang Peraturan Perilaku dan Intrpretasi Independensi

7. Penulis membahas tentang Peraturan Perilaku Lainnya

8. Penulis membahas tentang Pemberlakuan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi Etika

Etika dapat didefinisikan secara luas sebagai seperangkat prinsip atau nilai moral. Masing-masing
dari kita memiliki seperangkat nilai, meskipun kita mungkin atau mungkin tidak mempertimbangkannya
secara eksplisit. Filsuf, organisasi keagamaan, dan kelompok lain telah mendefinisikan dalam berbagai
cara seperangkat ideal prinsip atau nilai moral. Contoh seperangkat prinsip atau nilai moral yang
ditentukan termasuk undang-undang dan peraturan, doktrin gereja, kode etik bisnis untuk professional
kelompok seperti CPA, dan kode etik dalam organisasi..

Pengertian Etika Auditor Menurut Sukrisno Agoes (2009:26) pengertian etika yaitu : “Etika
berasal dari kata Yunani ethos (bentuk tunggal) yang berarti: tempat tinggal, padang rumput, kandang,
kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Bentuk jamaknya adalah ta etha, yang berarti adat
istiadat. Dalam hal ini, kata etika sama pengertiannya dengan moral. Moral berasal dari kata Latin: mos
(bentuk tunggal), atau mores (bentuk jamak) yang berarti adat istiadat, kebiasaan, kelakukan, watak,
tabiat, akhlak, cara hidup (Kanter, 2001)”. Menurut Irham Fahmi (2013:2) menjelaskan pengertian etika
yaitu : “Etika berasal dari kata Yunani “ethos”, yang dalam bentuk jamaknya (ta etha) berarti “adat
isitiadat” atau “kebiasaan. Perpanjangan dari adat membangun suatu aturan kuat dimasyarakat, yaitu
bagaimana setiap tindak dan tanduk mengikuti aturan-aturan, dan aturan-aturan tersebut. telah
membentuk moral masyarakat dalam menghargai adat istiadat yang berlaku”. Selain itu menurut Arens,
Elder, Beasley yang dialihbahasakan oleh Herman Wibowo (2008:98) pengertian Etika yaitu : “Etika
(ethics) secara garis besar dapat didefinisikan sebagai serangkaian prinsip atau nilai moral”.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa etika merupakan prinsip moral yang
menjadi dasar landasan bagi setiap orang dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.

B. Dilema Etika

Dilema etika merupakan situasi yang dihadapi oleh seseorang dimana ia harus mengambil
keputusan tentang perilaku yang tepat (Arens, 2011:100). Sehubungan dengan keadaan tersebut, seorang
akuntan dalam melaksanakan tugasnya harus berlandaskan pada standar moral dan etika profesi yang
telah ditetapkan.

3
Kerangka kerja formal telah dikembangkan untuk membantu orang menyelesaikan dilema etika.
Tujuan dari kerangka kerja tersebut adalah untuk membantu mengidentifikasi masalah etika dan
memutuskan suatu tindakan yang tepat dengan menggunakan nilai-nilai orang itu sendiri. Pendekatan
enam langkah yang berikut ini dimaksudkan sebagai pendekatan yang relatif sederhana untuk
menyelesaikan dilema etika:

1. Dapatkan fakta-fakta yang relevan.

2. Identifikasi masalah etika dari fakta.

3. Tentukan siapa yang terpengaruh oleh hasil dilema dan bagaimana masing-masing seseorang atau
kelompok terpengaruh.

4. Identifikasi alternatif yang tersedia bagi orang yang harus menyelesaikan dilema.

5. Identifikasi kemungkinan konsekuensi dari setiap alternatif.

6. Putuskan tindakan yang tepat.

C. Kebutuhan Khusus akan Perilaku Etis Dalam Profesi

Profesional adalah tanggung jawab untuk bertindak lebih dari sekadar memenuhi tanggung jawab
diri sendiri maupun ketentuan hukum dan peraturan masyarakat.Akuntan publik, sebagai profesional,
mengakui adanya tanggung jawab kepada masyarakat, klien, serta rekan praktisi, termasuk perilaku yang
terhormat, meskipun ituberarti pengorbanan diri. Alasan utama mengharapkan tingkat perilaku
profesional yangtinggi oleh setiap profesi adalah kebutuhan akan kepercayaan publik atas kualitas
jasayang diberikan oleh profesi, tanpa memandang individu yang menyediakan jasa tertentu.Bagi akuntan
publik, kepercyaan klien dan pemakai laporan keuangan eksternal ataskualitas audit dan jasa lainnya
sangatlah penting.

1. Perbedaan Antara Kantor Akuntan Publik dan Profesional LainnyaK antor akuntan publik
(KAP) memiliki hubungan khusus dengan parapemakai laporan keuangan yang berbeda dengan bentuk
hubungan antaraprofesional lain dengan para pemakai jasanya. Auditor tidak mengetahui atau
tidakmempunyai hubungan dengan para pemakai laporan keuangan tetapi seringmelakukan pertemuan
dan mengadakan hubungan yang berkesinambungan denganpersonil klien. Sangat penting bahwa pemakai
laporan memandang kantor akuntanpublik sebagai pihak yang kompeten dan objektif. Jika pemakai
laporan yakin bawakantor akuntan publik tidak memberikan jasa yang bernilai (mengurangi risiko
informasi), maka nilai laporan audit serta laporan jasa atestasi lainnya dari kantorakuntan publik tersebut
akan berkurang dan karenanya, permintaan akan jasa audit juga berkurang. Maka, akan ada
insentif yang cukup banyak bagi kantor akuntanpublik untuk berperilau pada tingkat profesionalisme
yang tinggi.

2. Cara-Cara Akuntan Publik Didorong untuk Memperlakukan Diri Mereka SecaraProfesional


Dua faktor yang paling berpengaruh ditunjukkan dalam warna gelap padagambar diatas. Kode Perilaku
Profesional berarti memberikan standar perilakukepada semua anggota AICPA. PCAOB berwenang
untuk menetapkan standar etikadan independensi bagi auditor perusahaan publik, dan SEC juga
memainkan peranyang penting dalam menetapkan standar independensi bagi auditor perusahaanpublik.

D. KODE PERILAKU PROFESIONAL

 AICPA menyediakan baik standar umum perilaku yangideal maupun peraturan perilaku khusus
yang harus diberlakukan. Kode etik ini terdiridari empat bagian, yaitu prinsip-prinsip, peraturan perilaku,
interprestasi atas peraturanperilaku, dan kaidah etika. Bagian-bagian ini disusun dalam urutan spesifisitas
yangsemakin meningkat; prinsip-prinsip menyediakan standar perilau yang ideal, sementarakaidah etika
bersiat sangat spesifik.

Beberapa deinisi, yang diambil dari Kode Perilaku Profesional AICPA, harusdipahami agar dapat
menginterpretasikan aturan-aturannya.

a) Klien. Setiap orang atau entitas, selaun dari atasan anggota, yang menugaskananggota atau
kantornya untuk melaksanakan jasa profesional.

b) Kantor akuntan. Bentuk organisasi yang dizinkan oleh hukum atau peraturan


yangkarakteristiknya sesuai dengan resolusi Dewan American Institute of Certified PublicAccountants 
yang bertugas dalam praktik akuntansi publik. Kecuali untuk tujuanmenerapkan Rule 101, Independensi,
kantor mencakup setiap partner.

c)Anggota. Seorang anggota, anggota asosiasi internasional dari American Institute of Certfiied
Publick Accountants.

1. Prinsip-Prinsip Profesional

Bagian Kode Etik AICPA yang membahas prinsip-prinsip perilaku profesionalmencakup diskusi


umum tentang karakteristik sebagai akuntan publik. Bagian prinsipini terdiri dari dua bagian utama yaitu
enam prinsip etis dan dikusi tentang prinsip-prinsip tersebut. Prinsip-prinsip etis tersebut adalah:
 

a. Tanggung jawab. Dalam mengemban tanggung jawabnya sebagai profesional,para anggota harus


melasanakan pertimbangan profesional dan moral yangsensitif semua aktivitas mereka.

b. Kepentingan publik. Para anggota harus menerima kewajiban untuk bertindaksedemikian rupa agar
dapat melayani kepentingan publik, menghargaikepercayaan publik, serta menunjukkan komitmennya
pada profesionalisme.

c. Integritas. Untuk mempertahankan dan memperluas kepercayaan publik paraanggota harus


melaksanakan seluruh tanggung jawab profesionalnya dengantingkat integritas tertinggi.

d. Objektivitas dan independensi. Anggota harus mempertahankan objektivitas danbebas dari konflik


kepentingan dalam melaksanakan tanggung jawabprofesionalnya.

e. Keseksamaan. Anggota harus memperhatikan standar teknis dan etis profesi,terus berusaha keras
meningkatkan kompetensi dan mutu jasa yangdiberikannya, serta melaksanakan tanggung jawab
profesional sesuai dengankemapuan terbaiknya

f. Ruang lingkup dan sifat jasa. Anggota yang berpraktik bagi publik harus memperhatikan prinsip-prinsip
kode perilaku profesional dalam menentukan lingkup dan sifat jasa yang akan disediakannya.

2. Peraturan Perilaku

Bagian dari Kode ini mencakup peraturan khusus yang yang harus dipatuhioleh setiap akuntan publik
dalam praktik akuntansi publik. Mereka yang memegangsetifikat akuntan publik tetapi tidak berpraktik
sebagai akuntan publik harusmematuhi sebagian besar, tetapi tidak semua ketentuan tersebut. banyak
praktisimerujuk peraturan ini sebagai Kode Perilaku Profesional AICPA.

3. Interpretasi Peraturan Perilaku

Kebutuhan akan interpretasi peraturan perilaku yang dipublikasikan timbulketika terdapat beragam
pertanyaan dari para praktisi tentang peraturan yang spesifik. Komite Eksekutif Profesional AICPA
menyiapkan setiap interpretasiberdasarkan konsensus komite yang terdiri dari para akuntan publik.

4. Kaidah Etika
Kaidah (ruling ) adalah penjelasan oleh komite eksekutif dari divisi etikaprofesional tentang situasi
faktual khusus. Sejumlah besar kaidah etikadipublikasikan dalam versi yang diperluas dari Kode Perilaku
Profesional AICPA.

5. Aplikabilitas Peraturan Perilaku

Peraturan perilaku yang terdapat dalam Kode Perilaku Profesional AICPA diterapkan pada semua
anggota AICPA atas semua jasa yang diberikan, apakah anggota tersebut berpraktik atau tidak berpraktik
sebagai akuntan publik, kecualidinyatakan secara khusus dalam kode etik tersebut. Setiap peraturan
diterapkan pada jasa atestasi, dan kecuali dinyatakan sebaliknya, juga diterapkan ke
semua jenis jasa yang disediakan oleh akuntan publik seperti jasa perpajakan dan manajemen.

E. INDEPENDENSI

Independensi adalah peraturan perilaku yang pertama. Independensi merupakansalah satu


karakteristik terpenting bagi auditor dan merupakan dasar dari prinsipintegritas dan objektivitas dan juga
berarti adanya kejujuran. Independensi dalam audit berarti mengambil sudut pandang yang tidak bias.
Independensi dalam fakta(independen in fact) ada bila auditor benar-benar mampu mempertahankan
sikap yang tidak bias sepanjang audit, sedangkan independensi dlam penampilan (independence
inappearance)adalah hasil dari interpretasi lain atas independensi ini. Bila auditorindependen dalam fakta
tetapi pemakai yakin bahwa mereka menjadi penasihat untukklien, sebagian besar nilai dari fungsi audit
telah hilang.

Independence Standards Board  (ISB)

Sebuah badan sektor swasta yang dibentuk pada tahun 2017 guna memberikan kerangka kerja
konseptual bagi masalah independensi yangberhubungan dengan audit perusahaan publik. ISB dibubarkan
pada tahun 2001setelah mengadopsi aturan independensi auditor SEC yang baru atau direvisi,karena telah
memenuhi sebagian besar misinya. ISB Standard No.1, IndependenceDiscussions with Audit Committees,
mengharuskan auditor perusahaan yangmelapor ke SEC untuk secara tertulis mengungkapkan kepada
komite audit ataudewan direksi semua hubungan antara kantor akuntan publik (KAP) dan perusahaan,
yang menurut penilaian profesional auditor mungkin dianggap dapat mempengaruhiindependensi.ISB
Standars No. 3 merekomendasikan perlindungan yang harusdiimplementasikan kantor akuntan publik
ketika profesional merekamempertimbangkan atau menerima pekerjaan dari klien audit. Profesional yang
terlibat dalam negoisasi pekerjaan dengan klien harus dipindahkan dari timpenugasan audit dan
pekerjaannya direview untuk menilai apakah merekamenerapkan skeptisisme yang sepantasnya
F. PERATURAN PERILAKU DAN INTERPRETASI INDEPENDESI

Peraturan 101-Independensi, Seorang anggota yang berpraktik untuk perusahaan publik harus
independen dalam pelaksanaan jasa profesionalnyasebagaimana disyaratkan oleh standar yang
dirumuskan lembaga yang dibentuk olehDewan. Frase terakhir dalam Peraturan 101, “sebagaimana
disyaratkan oleh standar yang dirumuskan lembaga yang dibentuk o leh Dewan” adalah cara yang tepat
bagi AICPA untuk mencantumkan atau tidak mencantumkan persyaratan independesi atasberbagai jenis
jasa. Peraturan 101 berlaku untuk jasa audit

Ada beberapa masalah dan interpretasi penting yang melibatkan independensi akan dibahas dalam bagian
berikut ini :

A. Kepentingan Keuangan

Interpretasi peraturan 101 melarang anggota yang terlibat untuk memiliki saham atau investasi langsung
lainnya dengan klien audit karena hal itu berpotensi merusak independensi audit aktual (independensi
dalam fakta), dan pasti akan mempengaruhi persepsi klien atas independensi auditor (Independensi dalam
penampilan). Investasi tdiak langsung, contohnya kepemilikan saham dalam perusahaan klien oleh kakak
auditor pun dilarang, diperbolehkan akan tetapi jika jumlahnya material bagi auditor.

B. Masalah Kepentingan Keuangan yang Berkaitan

Beberapa interpretasi atas peraturan 101 berkaitan dengan aspek aspek khusus dari hubungan keuangan
antara karyawan kantor akuntan publik dan kliennya. Hal ini diikhtisarkan dalam bagian berikut ini :

1. Mantan Praktisi

Dalam sebagian besar situasi, interpretasi memungkinkan para mantan partner atau pemegang saham
yang meninggalkan perusahaan dengan cara seperti mengundurkan diri atau menjual kepemilikan
sahamnya untuk memiliki hubungan dengan klien perushaan, yang lazimnya merupakan jenis
kepemilikan yang melanggar Peraturan 101, tanpa mempengaruhi independensi kantor akuntan publik.

2. Prosedur Pemberian Pinjaman yang Normal


Umumnya, tidak diperkenankan adanya perjanjian kredit antara kantor akuntan publik atau
karyawannya dengan klien audit karena hal itu meruoakan hubungan keuangan. Namun, terdapat
beberapa pengecualian atas peraturan tersebut termasuk kredit mobil, kredit yang sepenuhnya dijamin
dengan simpanan tunai pada lembaga keuangan tersebut, serta saldo kartu kredit yang nilai totalnya tidak
melebihi $10.000.

3. Kepentingan Keuangan dan Penerimaan Bekerja Anggota Keluarga Inti serta Keluarga Terdekat

Kepentingan keuangan dari anggota keluarga inti, yang didefinisikan sebagai pasangan suami
istri, anak anak, atau anggota keluarga lain yg di tanggung oleh seorang anggota perusahaan, umumnya
diperlakukan seolah olah merupakan kepentingan keuagan dari anggota itu sendiri.

Sebagai contoh, jika pasangan hidup (suami dan istri) profesional pada tim penugasan audit memiliki
sejumlah saham pada klien audit, maka ini merupakan pelanggaran terhadap Peraturan 101.

4. Investasi Bersama dengan Klien

Sebagai contoh, asumsikan bahwa seorang akuntan publik memiliki saham pada klien non audit,
yaitu Jackson Company. Frank Company, yang merupakan klien audit juga memiliki sejumlah saham
pada Jackson Company. Hal ini mungkin merupakan pelanggaran atas Peraturan 101.

5. Direktur, Pejabat, Manajemen, atau Karyawan Perusahaan

Jika seseorang akuntan publik adalah anggota dari dewan direksi atau pejabat perusahaan klien,
maka kemampuannya untuk melakukan evaluasi yang independen atas kewajaran penyajian laporan
keuangan akan terpengaruh. Meskipun menduduki jabatan tersebut tidak benar benar mempengaruhi
independensinya sebagai auditor, keterlibatan yang cukup sering dengan manajemen dan keputusan uang
dibuatnya cenderung mempengaruhi pandangan para pemakai laporan terhadap independensinya sebagai
akuntan publik.

C. Perkara Hukum Antara Kantor Akuntan dan Klien

  Interpretasi menganggap perkara hukum sebagai pelanggaran atasPeraturan 101 selama audit
masa berjalan. Gugatan oleh klien sehubungandengan jasa perpajakan atau jasa nonaudit lainnya atau
gugatan terhadap klienmaupun kantor akuntan publik oleh pihak lain, biasanya tidak menganggu
independensi. Pertimbangan penting dalam semua tuntutan hukum itu adalahsejauh mana pengaruhnya
terhadap kemampuan klien, manajemen dankaryawan kantor akuntan publik untuk tetap objektif serta
berkomentar secara bebas.
D. Jasa Pembukuan dan Jasa Lainnya

 Interpretasi mengizinkan kantor akuntan publik untuk meberikan baik jasa pembukuan maupun audit
kepada klien audit perusahaan swasta. Kesimpulan AICPA mungkin didasarkan pada perbandingan
dampak dari memberikan jasapembukuan dan audit oleh kantor akuntan publik yang sama
terhadapindependensi dengan biaya tambahan bila menggunakan kantor akuntan publiklain untuk
melakukan audit. Ada tiga persyaratan penting yang harus dipenuhiauditor sebelum dapat diterima untuk
memberikan jasa pembukuan dan auditkepada klien :1. Klien harus menerima tanggung jawab penuh atas
laporan keuangan.2. Akuntan publik tidak boleh berperan sebagai karyawan atau manajemen
yangmengoperasikan perusahaan.3. Akuntan publik dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan
yangdisusun dari pembukuan dan catatan yang telah disiapkan sepenuhnya atausebagian oleh akuntan
publik, harus sesuai dengan GAAS.

E. Konsultasi dan Jasa Nonaudit Lainnya

Aktivitas membantu klien yang secara potensial dapat mengangguindependensi dapat diizinkan sepanjang
anggotanya tidak menjalankan fungsimanajemen atau membuat keputusan manajemen. Banyak kantor
akuntanmemberikan jasa auditing internal dan jasa auditing  lainnya yang diperluaskepada para kliennya.
Kantor akuntan publik harus menilai kesediaan dankemampuan klien untuk melaksanakan semua fungsi
manajemen yang berkaitandengan penugasan serta harus mendokumentasikan pemahaman
tersebutdengan klien. Memberikan jasa nonaudit yang dilarang oleh SEC kepada klien audit perusahaan
publik merupakan pelanggaran terhadap aturan AICPA sertaperaturan PCAOB dan SEC.5.

F. Fee  yang Belum Dibayar

  Menurut Peraturan 101 dan aturan serta interpretasinya independensidianggap terganggu bila fee 
yang ditagih atau belum ditagih atas jasa profesionalyang diberikan masih belum dibayar lebih dari 1
tahun sebelum tanggal laporan. Fee  yang belum dibayar dianggap sebagai pinjaman dari auditor kepada
kliendan melanggar Peraturan 101.Fee  yang belum dibayar dari klien yangmengalami kebangkrutan
tidak melanggar Peraturan 101.
G. Peraturan Perilaku Lainnya

1. Integritas dan ObjektivitasPeraturan 102-Integritas dan Objektivitas

Dalam pelaksanaan setiap jasa profesional, seorang anggota harus dapat


mempertahankan objektivitas dan integritas, harus bebas dari konflik, kepentingan,dan tidak
boleh dengan sengaja mebuat kesalahan penyajian atau menyerahkanpenilainnya kepada orang
lain.

Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnyapengakuan profesional.


Integritas merupakan kualitas yang mendasari kepercayaanpublik serta merupakan patokan
(benchmark ) bagi anggota dalam menguji semua keputusan yang diambil (Mulyadi, 2002).
Anggota yang memenuhi tanggung jawabprofesionalnya dengan integritas tinggi dapat
memelihara dan meningkatkankepercayaan publik. Anggota yang berintegritas seharusnya
bersikap jujur dan tidakmementingkan keuntungan pribadi.

  Sedangkan objektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai


atas jasa yang diberikan anggota. Anggota harus bersikap adil, tidak memihak, jujursecara
intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas daru benturankepentingan atau berada
dibawah pengaruh pihak lain. Meskipun prinsip ini tidakdapat diukur secara tepat, namun wajib
untuk dipegang oleh semua anggota.Objektivitas berarti tidak memihak dan tidak berat sebelah
dalam semua hal yangberkaitan dengan penugasan.

2. Standar TeknisPeraturan 201-Standar Umum

Seorang anggota harus mematuhi standar berikut dan interpretasinya yangditetapkan oleh
lembaga yang ditunjuk oleh Dewan.

a.  Kompetensi Profesional. Hanya melaksanakan jasa profesional yang dimanaanggota atau
kantor anggota menganggap secara wajar dapat diselesaikandengan kompetensi professional

b.  Keseksamaan Profesional. Mempergunakan kemahiran profesional dalammelaksanakan jasa


profesional.

c. Perencanaan  dan Supervisi. Merencanakan dan mengawasi secara mencukupipelaksanaan


jasa profesional.d. Data Relevan yang Mencakupi. Memperoleh data relevan yang
mencukupisebagai dasar yang layak untuk membuat kesimpulan atau memberirekomendasi
dalam hubungannya dengan jasa profesional yang dilaksanakan.

Peraturan 202-Ketaatan pada Standar

Seorang anggota yang melaksanakan jasa audit, review, kompilasi, konsultasimanajemen,


perpajakan, atau  jasa profesional lainnya harus mematuhi standar yangditetapkan oleh
lembaga yang ditunjuk oleh Dewan.

Peraturan 203-Prinsip-prinsip Akuntansi

Seorang anggota tidak dibenarkan untuk(1) Memberikan pendapat atau menyatakan secara
tegas bahwa laporan keuanganatau data keuangan lainnya dari setiap entitas telah disajikan
sesuai denganprinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum atau(2) Menyatakan bahwa ia tidak
menyadari adanya modifikasi yang material yangharus dibuat pada laporan atau data tersebut
agar sesuai dengan prinsip-prinsipakuntansi yang berlaku umum, jika laporan atau data
tersebut mengandungpenyimpangan dari prinsip akuntansi yang telah dirumuskan oleh
badanberwenang yang ditunjuk oleh Dewan untuk menetapkan prinsip semacam itu,yang
mempunyai dampak material terhadap laporan atau data yang diambilsecara keseluruhan.
Namun, jika laporan atau data tersebut mengandungpenyimpangan dan anggota dapat
memperlihatkan bahwa akibat keadaan yangtidak biasa, maka penyimpangan tersebut, laporan
atau data itu justru akanmenyesatkan, anggota dapat mamatuhi peraturan dengan
menjelaskanpenyimpangannya, dampaknya bila dapat diperkirakan, dan alasan
mengapakepatuhan terhadap prinsip-prinsip tersebut diatas akan menghasilkan
laporanyang menyesatkan.

Peraturan ini bertujuan untuk memberikan dukungan kepada ASB, PCAOB,FASB, dan
badan penyusun standar teknis lainnya. Peraturan 201 dinyatak dalampengertian yang berlaku
bagi semua jenis jasa, sedangkan standar auditing hanyaberlaku untuk audit. Peraturan 202
menjelaskan bahwa jika seorang praktisimelanggar standar auditing, secara otomatis peraturan
perilaku juga dilanggar.
3. KerahasiaanPeraturan 301-Informasi Rahasia Klien

 Seorang anggota dalam praktik publik tidak boleh mengungkapkan setiap


informasirahasia klien tanpa persetujuan klien.Peraturan ini tidak boleh diartikan:

(1) Untuk membebaskan seorang anggota dari kewajiban profesionalnya


menurutperaturan 202 dan 203,

(2) Untuk memengaruhi dengan cara apapun kewajiban anggota anggota


memenuhipanggilan pengadilan yang dibuat secara sah dan dapat diberlakukan,

(3) Untuk menghambat review atas praktik profesional anggota menurut AICPA
atauperkumpulan akuntan publik negara bagian atau otorisasi Dewan Akuntansi, atau

(4)  Untuk menghalangi seorang anggota mengajukan keluhan dengan, atau menaggapi


suatu penyelidikan yang dilakukan oleh divisi etika profesional ataudewan pengadilan institut
atau badan investigatif atau disipliner dan perkumpulanakuntan publik negara bagian atau
Dewan Akuntansi.Anggota dari setiap badan yang diidentifikasi dalam butir (4) diatas dan
anggotayang terlibat dengan review praktik profesional yang diidentifikasi dalam butir (3)diatas
tidak boleh menggunakan keunggulan posisi mereka atau mengungkapkansetiap informasi
rahasia klien milik anggota manapun yang datang kepada merekadalam menjalankan aktivitas
tersebut. Larangan ini tidak akan membatasi pertukaninformasi para anggota yang
berhubungan dengan hasil investigasi atau indisiplineryang dijelaskan dalam butir (4) diatas,
atau review praktik profesional yangdijelaskan dalam butir (3) diatas.

Kewajiban anggota yang melakukan praktik publik untuk merahasiakansemua informasi


tentang masalh bisnis klien merupakan hal yang sangat mendasar.Kerahasiaan merupakan hal
yang sangat dibutuhkan dalam membangun dasarkepercayaan bersama antara anggota dan klien.
Ada beberapa kondisipeengecualian atas kerahasiaan, yaitu kewajiban yang berhubungan dengan
standarteknis, penggilan pengadilan dan ketaatan pada hukum serta peraturan,peer review  ,dan
respons terhadap divisi etika.

 
4.Fee Kontinjen

Fee kontinjen adalah Fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan suatu jasaprofesional tanpa
adanya Fee yang akan dibebankan, kecuali ada hasil tertentusehingga jumlah Fee tergantung
pada temuan yang dihasilkan tersebut. Anggota tidak diperkenankan untuk menetapkan fee
kontinjen jika penetapan tersebut dapat mengurangi independensi.

5. Tindakan yang Dapat Didiskreditkan

Peraturan 501-Tindakan yang Dapat Didiskreditkan

Seorang anggota tidak bolehh melakukan tindakan yang dapat didiskreditkan


bagiprofesinya.

Tindakan yang mendiskreditkan profesi antara lain penahanan catatan klien;diskriminasi


dan gangguan dalam praktik karyawan; standar tentang auditpemerintah dan persyaratan badan
serta agen pemerintah; kelalaian dalampenyiapan laporan atau catatan keuangan; kelalaian
mengikuti persyaratan daribadan pemerintah, komisi, atau lembaga pengatur lainnya;
permohinan atau pengungkapan pertanyaan dan jawaban ujian akuntan publk; serta kelalaian
mengisi SPT pajak atau membayar kewajiban pajak

6. Iklan dan PermohonanPeraturan 502-Iklan dan Bentuk Permohonan lainnya

Seorang anggota dalam praktik publik tidak boleh berusaha memperoleh kliendengan
iklan atau bentuk permohonan lainnya dengan cara yang palsu, menyesatan,atau menipu.
Permohonan dengan menggunakan paksaan, melampaui batas, ataumengganggu sangat
dilarang.

Anggota diperbolehkan mencari klien melaui pemasangan iklan, melakukanpromosi


pemasaran , dan kegiatan lainnya sepanjang tidak merendahkan citraprofesi. Sekarang banyak
kantor akuntan publik yang telah mengembangkanperiklanan yang canggih pada jurnal nasional
yang dibaca oleh pelaku bisnis danpada surat kabar. Saat ini,. Beberapa perusahaan lebih sering
mengganti auditoruntuk mengurangi biaya audit. Meskipun demikian, dengan adanya
persyaratan peerreview dan campur tangan SEC serta pemerintah telah membuat mutu audit
tetap tinggi.
 

7. Komisi dan Fee  Referal (Rujukan)

Peraturan 503-Komisi dan Fee Referal

Komisi adalah imbalan dalam bentuk uang atau barang atau bentuk lainnyayang
diberikan kepada atau diterima dari klien/pihak lan untuk memperoleh perikatandari klien/pihak
lain. Anggota tidak diperkenankan untuk memberikan/menerimakomisi jika
pemberian/penerimaan komisi tersebut dapat mengurangi independensi.Akuntan publik dilarang
menerima komisi dari klien yang menerima jasa atestasi darikantor akuntan publik tersebut.
Komisi diizinkan untuk klien lain tetapi harusdiungkapkan.

Fee referal adalah imbalan yang dibayarkan/diterima kepada/dari sesamapenyedia jasa


profesional akuntan publik. Fee referal hanya diperkenankan bagisesama profesi. Setiap fee
referal untuk jasa akuntan publik juga harus diungkapkan.

8. Bentuk dan Nama OrganisasiPeraturan 505-Bentuk dan Nama Organisasi

 Anggota hanya dapat berpraktik akuntan publik dalam bentuk organisasi yangdiizinkan
oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku dan/atau yang tidakmenyesatkan dan
merendahkan citra profesi. Peraturan 505 mengizinkan para praktisi untuk membentuk organisasi
sesuai dengan salah satu dari enam bentuk inisepanjang diizinkan oleh pemerintah yaitu
perusahaan perseorangan, persekutuanumum, korporasi umum, korporasi profesional,
perusahaan dengan kewajibanterbatas, atau persekutuan dengan kewajiban terbatas

H. MEKANISME PEMBERLAKUAN PERATURAN PERILAKU

Kelalaian untuk mematuhi peraturan perilaku dapat mengkibatkan pemecatandari


AICPA. Anggaran rumah tangga AICPA juga memberikan skors otomatis atau dikeluarkan dari
AICPA atas tuduhan tindak kejahatan yang bisa dihukum penjara lebihdari 1 tahun dan untuk
berbagai kejahatan yang berhubungan dengan pajak.
 1. Tindakan oleh Divisi Etika Profesional AICPA

Divisi Etika Profesional AICPA bertanggung jawab untuk menyelidikipelanggaran atas


kode dan menentukan tindakan disipliner. Penyelidikan oleh divisiini timbul akibat informasi
yang diperoleh terutama dari keluhan praktisi atau oranglain, perkumpulan akuntan publiik lain,
atau agen pemerintahan. Ada dua tingkatanutama dari tindakan disiplin atau hukuman. Untuk
yang tidak terlalu serius danmungkin pelanggaran yang tidak disengaja, divisi ini membatasi
hukuman hinggapersyaratan untuk mengmbil tindakan perbaikan atau korektif. Tingkat kedua
daritindakan disipliner adalah tindakan di hadapan Dewan Pengadilan Gabungan.Dewan ini
memillik otoritas untuk menskors atau mengeluarkan anggota dari AICPAkarena berbagai
pelanggaran atas etika profesional.

2. Tindakan oleh Dewan Akuntansi Negara Bagian

Mayoritas negara mengadopsi peraturan perilaku AICPA, tetapi beberapabahkan


memiliki kode yang lebih restriktif. Beberapa negara tetapp membatasiperiklanan dan promosi
maupun permohonan terhadap jasa akuntan publik. Dalamperkembangannya, semakin banyak
negara yang bagian yang mengadopsiperaturan perilaku yang lebih restriktif daripada AICPA.
KESIMPULAN

Etika merupakan serangkaian prinsip atau nilai moral. Etika juga sebagai perekatyang
dapat mengikat anggota masyarakat. Etika berkenaan dengan bagaimana orangakan berperilaku
terhadap sesamanya. Kode Perilaku Profesional AICPAmenyampaikan idealisme yang abadi
melalui prinsp-prinsip, serta menyatakan standarpraktik dan penegakannya melalui peraturan
perilaku yang berubah dari waktu ke waktuuntuk mencermikan adanya perubahan dalam profesi
dan masyarakat. Aktifitasprofesional akuntan publik diatur oleh Kode Perilaku Profesional

  AICPA, dan paraauditor perusahaan publik juga mendapat pengawasan dari PCAOB
serta SEC. Halterpenting dari semua tanggung jawab etis akuntan publik adalah kebutuhan
akanindependensi. Peraturan perilaku dan interpretasinya memberikan pedoman
tentangkepentingan keuangan yang diizinkan dan kepentingan lainnya guna membantu
akuntanpublik mempertahankan independensi. Peraturan perilaku lainnya juga dirancang
untukmempertahankan kepercayaan publik atas profesi akuntan publik. Tanggung jawab
etisakuntan publik diberlakukan oleh AICPA untuk para anggotanya dan oleh dewanakuntansi
negara bagian bagi akuntan publik yang memiliki lisensi.
DAFTAR PUSTAKA

- Auditing & Jasa Assurance Alvin A.Arens, Randal J.Elder Mark S.Beasley

- http://repository.unpas.ac.id/5983/5/7%20BAB%20II.pdf

- https://www.academia.edu/36536518/Etika_Profesi_Seorang_Akuntan_Publik_FAK
ULTAS_EKONOMI_DAN_BISNIS_PROGRAM_STUDI_AKUNTANSI_UNIVER
SITAS_MUHAMMADIYAH_MAGELANG_2017#:~:text=KEBUTUHAN
%20KHUSUS%20AKAN%20PERILAKU%20ETIS,ketentuan%20hukum%20dan
%20peraturan%20masyarakat.&text=Kode%20Perilaku%20Profesional%20berarti
%20memberikan%20standar%20perilaku%20kepada%20semua%20anggota
%20AICPA

Anda mungkin juga menyukai