Anda di halaman 1dari 8

BAB II

DETERMINAN MATRIKS
2.1 MATERI
A. PENGERTIAN DETERMINAN MATRIKS
Determinan matriks dapat diartikan sebagai nilai yang mewakili sebuah matriks bujur
sangkar. Simbol nilai determinan matriks A biasanya dinyatakan sebagai det(A) atau . Cara
menghitung determinan matriks tergantung ukuran matriks bujur sangkar tersebut. Cara
menghitung nilai determinan dengan ordo 3 akan berbeda dengan cara menghitung matriks
bujur sangkar dengan ordo 2.

Notasi dan istilah simbol | A| adalah notasi alternatif untuk det(A).

B. PERMUTASI
Merupakan suatu himpunan bilangan bulat {1,2,…,n} yang disusun dalam suatu
urutan tanpa penghilangan atau pengulangan.

Contoh :

Untuk himpunan integer {1,2,3} terdapat 6 permutasi yang berbeda yaitu:

{ 1,2,3 }{ 2,1,3 }{3,1,2 }


{ 1,3,2 }{2,3,1 }{ 3,2,1 }
{1,2,3} ada 6 permutasi atau susunan yang berbeda karena tempat pertama dapat diisi oleh 3
bilangan yaitu 1,2,3. Kemudian tempat kedua dapat diisi 2 bilangan dan tempat ketiga dapat
diisi dengan 1 bilangan. Sehingga jumlah permutasi ada 3•2•1= 6 permutasi. Secara umum
himpunan {1,2,..,n} akan memiliki n(n-1)(n-2)...2•1= n!

C. INVERSI

Suatu permutasi dikatakan genap jika total banyaknya inversi adalah integer genap
dan dikatakan ganjil jika total banyaknya inversi adalah integer ganjil.

Sebuah inversi dapat terjadi dalam sebuah permutasi (j1,j2,..,jk) bila sebuah bilangan bulat
yang lebih besar mendahului sebuah bilangan bulat yang lebih kecil. Jumlah inversi dapat
dicari :

Pertama : cari banyak bilangan bulat yang < j1 dan yang mengikuti j1 didalam permutasi
tersebut. Kedua : carilah banyaknya bilangan bulat yang < j2 dan yang mengikuti j2 didalam
permutasi tersebut. teruskan untuk Jk yang ada. Jumlah invers = jumlah bilangan – bilangan.

Contoh :
Tabel berikut ini mengklarifikasikan berbagai permutasi dari {1,2,3} sebagai genap atau
ganjil.

9
Permutasi Banyaknya inversi Klarifikasi
(1,2,3) 0 Genap
(1,3,2) 1 Ganjil
(2,1,3) 1 Ganjil
(2,3,1) 2 Genap
(3,1,2) 2 Genap
(3,2,1) 3 Ganjil

D. HASIL KALI ELEMENTER

Buatlah daftar hasil kali elementer dari matriks-matriks

a11 a12 a13


(a)
a 11 a12
[
a 21 a22
(b) a21 a 22 a23
a31 a32 a33
] [ ]
Penyelesaian (a)

Karena setiap hasil kali elementer memiliki dua faktor dan karena setiap faktor
berasal dari baris yang berbeda. Maka hasil kali elementer dapat ditulis dimana titik titik
kosong menunjukkan nomor kolom. Karena tidak ada dua faktor dalam hasil kali tersebut
yang berasal fari kolom yang sama maka nomor kolom karena tidak ada dua faktor dalam
hasil kali tersebut yang berasal dari kolom yang sama,maka nomor kolom haruslah 1 2 atau 2
1. Jadi hasil kali elementer hanyalah a 11 a22 dan a 12 a21

Penyelesaian (b)

Karena setiap hasil kali elementer memiliki tiga faktor yang masing masing berasal
dari baris yang berbeda,hasil kali elementernya dapat ditulis dalam bentuk

a 1−¿ a 2−¿ a 3−¿ ¿ ¿ ¿

Karena tidak ada dua faktor dalam hasilkali tersebut yang berasal dari kolom yang
sama,maka nomor kolom tidak mengalami pengulangan;sebagai konsekuensinya, maka
nomor nomor tersebut harus membentuk permutasi dari himpunan {1,2,3,}. Permutasi 3! = 6
ini menghasilkan daftar hasil kali elementer berikut

a 11 a22 a 33 a12 a21 a 33 a13 a21 a32

a 11 a23 a 32 a12 a23 a31 a13 a22 a31

Seperti yang ditunjukkan pada contoh ini,suatu matriks A, n x n, memiliki hasil kali
elementer. Hasil kali elementer tersebut adalah hasil kali berbentuk a 1 j a 2 j .... a n j , dimana (
1 2 n

j 1 , j 2 … … j n ¿ adalah permurtasi dari himpunan (1, 2, . . . . n).

10
E. HASIL KALI ELEMENTER BERTANDA

Buatlah daftar hasil kali elementer bertanda dari matriks matriks

a11 a12 a13


(a)
[ a 11 a12
a 21 a22 ] [
(b) a21 a 22 a23
a31 a32 a33 ]
Penyelesaian: (a)

Hasil kali Permutasi yg Genap/ganjil Hasil kali


elementer berkaitan elementer
bertanda
a 11 a22 (1,2) Genap a 11 a22
a 12 a21 (2,1) Ganjil −a 12 a21

Penyelesaian: (b)

Hasil kali Permutasi yg Genap/ganjil Hasil kali


elementer berkaitan elementer
bertanda
a 11 a22 a 33 (1,2,3) Genap a 11 a22 a 33
a 11 a23 a 32 (1,3,2) Ganjil −a 11 a23 a 32
a 12 a21 a33 (2,1,3) Ganjil −a 12 a21 a33
a 12 a23 a31 (2,3,1) Genap a 12 a23 a31
a 13 a21 a32 (3,1,2) Genap a 13 a21 a32
a 13 a32 a31 (3,2,1) Ganjil −a 13 a32 a31

F. DETERMINAN MATRIKS 2X2 DAN 3X3

a11 a12
a¿
[ a21 a22 ]
=a11 a22−a12 a 21

a11 a12 a 13

[ ]
( b ) a21 a22 a 23 =a11 a22 a33 −a11 a23 a 32−a12 a 21 a33 + a12 a23 a 31+a 13 a21 a32−a13 a 32 a31
a31 a32 a 33

Agar tidak perlu mengingat pernyataan yang begitu rumit ini, anda di anjurkan untuk
menggunakan alat bantu daya ingat,sebagaimana di berikan pada gambar 1.1 dibawah rumus
pada contoh bagian (a) diperoleh dari gambar 1.1a dengan cara mengalikan entri-entri dengan
arah panah ke kanan dan mengurangkan dengan hasil perkalian dari entri-entri dengan arah
panah kekiri. Rumus bpada bagian (b) diperoleh dengan menyalin kembali kolom pertaman
dan kedua sebagaimana di perlihatkan pada gambar 1.1b. selanjutnya determinan dihitung
dengan menjumlahkan hasil kali- hasil kali pada panah yang mengarah ke kanan dan
mengurangkan dengan hasilkali-hasilkali pada panah yang mengarah kekiri.

11
Gambar 1.1:

a11 a12 a 13 a11 a12


a11 ayang
Perlu diketahui bahwa metode
digunakan untuk menghitung determinan [
12
][
a21 a22 a 23 a 21 a22
]
ditynjukkan pada gambar di atas tidak dapat
a21 a 224x4 atau matriks yang lebih besar.
a31 a32 a 33 a 31 a32
G. MENGHITUNG DETERMINAN REDUKSI BARIS
(a)determinan dari matriks 2 (b) determinan dari matriks 2x2
Teorema dasar definisi determininan berguna untuk membuktikan teorema mengenai
determinan tetapi definisi ini tidak memberikan cara yang praktis untuk
perhitungannya,khususnya determinan matriks matriks dengan ukuran yang lebih besar dari
3x3 oleh karena itu,kita akan mulai dengan teorema dasar yang akan mengarahkan kita
kepada prosedur yang lebih efisien untuk menghitung dterminan dari matriks dengan ordo n.

1. Jika A memiliki satu baris atau satu kolom bilangan nol, maka det(A)= 0
Contoh:

3 −4 5

[ ]
0 0 0 maka det(A)=0 ( elemen-elemen baris 2 semua nol)
3 7 8

2. det(A) = det(AT).
Suatu hasil kali elementer memiliki satu faktor dari tiap baris dan tiap kolom, maka
jelaslah bahwa A dan AT memiliki himpunan hasil kali elementer yang tepat sama. Dengan
bantuan beberapa teorema permutasi, yang akan membawa kita terlalu jauh menyimpang jika
dibahas, dapat ditunjukkan bahwa sesungguhnya A dan AT memiliki himpunan hasilkali
elementer bertanda yang sama. Sehingga det(A) = det(AT).
3. Jika A adalah matriks segitiga atau diagonal maka det(A) sama dengan hasil kali semua
entri diagonal utama.
Contoh:

3 0 0

[ ]
A= 0 2 0 det(A) = 3 x 2 x 1 = 6
0 0 1

3 4 5 7

B=
0
0
0
[ ] 1
0
0
7
1
0
6
5
3 det(B) = 3 x 1 x 1 x 3 = 9
4. Jika A memiliki baris atau kolom proporsional maka det(A)=0
Contoh

12
1 2 3 1 2 3

[ ][ ]
A= 3 6 9 = 0 0 0
4 3 2 4 3 2

baris kedua merupaka tiga kali baris pertama, maka kita menambahkan -3 kali baris kedua
untuk membentuk satu baris nol sehingga det(A)=0

H. REDUKSI BARIS UNTUK MENGHITUNG DETERMINAN

Hitunglah det(A) dimana

0 1 5

[
A= 3 −6 9
2 6 1 ]
Penyelesaian:

Kita mereduksi A menjadi bentuk eselon baris (yaitu segitiga atas )

0 1 5 3 −6 9 baris pertama dan kedua dari


[ 2 6 1 ][ ]
det ( A )= 3 −6 9 = 0 1 5
2 6 1
A dipertukarkan

suatu faktor bersama yaitu 3 dari baris


1 −1 3

[ ]
¿−3 0 1 5
2 6 1
pertama dikeluarkan melewati tanda
determinan

1 −2 3

[ ]
¿−3 0 1 5
0 10 −5
-2 kali baris pertama ditambahkan ke baris
ketiga

1 −2 3

[ ]
¿−3 0 1 5
0 0 −55
-10 kali baris kedua ditambahkan ke baris ketiga

Suatu faktor bersama yaitu -55 dari terakhir


1 −2 3

[ ]
¿−3(−55) 0 1 5
0 0 1
di keluarkan melewati tanda determinan

¿−3 (−55 )=165 ( 1 )=165

I. SIFAT-SIFAT DASAR DETERMINAN

Anggap A dan B adalah matriks n x n dan k adalah sebarang scalar. Kita mulai dangan
mengkaji hubungan yang mungkin antara det(A), det(B),

det(kA), det(A + B), dan det(AB)

13
karena semua factor umum dari setiap baris suatu matriks bisa dipindah melalui tanda setiap
det, dan karena setiap n baris dalam KA mempunyai suatu factor umum k, maka kita peroleh

Sayangnya, secara umum tidak ada hubungan sedrhana antar determinan – determinan
det(A), det(B), dan det (A+B). secara khusus,kami menekankan bahwa det(A+B) biasanya
tidak sama dengan det(A) + det(B). contoh berikut ini mengilustrasikan fakta tersebut,

Contoh :

A= [ 12 25] , B=[ 31 13] , A+ B=[ 43 38]


det(A) = (1)(5) - (2)(2)
=5–4=1
det(B) = (3)(3) - (1)(1)
=9–1=8
det(A+B) = (4)(8) - (3)(3)
= 32 – 9 = 23

jadi det(A+B) ≠ det(A) + det(B)

J. SIFAT SIFAT FUNGSI DETERMINAN

Teorema 1. Jika A adalah sembarang matiks kuadrat, maka det (A) =det (At)

Pernyataan. Karena hasil ini, maka hampir tiap-tiap teorema mengenai determinan yang
mengandung perkataan baris dalam pernyataannya akan benar juga bila perkataan “kolom”
disubstitusikan untuk “baris”. Untuk membuktikan pernyataan kolom, kita hanya perlu
mentranspos (memindahkan) matriks yang di tinjau untuk mengubah pernyataan kolom
tersebut pada pernyataan baris, dan kemudian menerapkan hasil yang bersesuaian yang sudah
kita ketahui untuk baris.

Contoh :
Hitunglah determinan dari

14
1 0 0 3

[ 2
0
7
7
6
3
0 6
3 0
1 −5
]
Determinan ini dapat di hitung seperti sebelumunya dengan menggunakan operasi baris
elementer untuk mereduksi A pada bentuk eelon baris. Sebaliknya, kita dapat menaruh A
pada bentuk segitiga bawah dalam satu langkah dengan menambahkan -3 kali kolom pertama
pada kolom keempat untuk mendapatkan

Contoh ini menunjukkan bahwa selalu merupakan hal yang bijaksana untuk memperhatikan
operasi kolom yang tepat yang akan meringkaskan perhitungan tersebut.

Misalkan A dan B adalah matriks-matriks n x n dan k adalah sebarang skalar. Kita karang
meninjau hubungan yang mungkin di antara det(A), det(B), dan 

det(kA), det(A + B), dan det(AB)


karena sebuah faktor bersama dari sebarang baris matriks dapat dipindahkan melalui tanda
det, dan karena setiap baris n baris dalam kA mempunyai factor bersama sebesr k, maka kita
dapatkan
det(kA) = kn det(A)
Teorema 2. Misalkan A, A’, dan A” adalah matiks n x n yang hanya berbeda dalam
garis tunggal, katakanlah baris ke r, dan anggaplah bahwa baris ke r dari A” dapat
diperoleh dengan menambahkan entri-entri yang bersesuaian dalam baris ke r dari A
dan dalam baris ke r dari A’. Maka
det(A”) = det (A) + det (A’)

Hasil yang serupa berlaku untuk kolom-kolom itu.

Contoh
Dengan menghitung determinan, anda dapat memeriksa bahwa
1 7 9 1 7 9 1 7 9
det
[ 3 5 2
1+0 4+ 2 7+(−1) ] [ ] [
=det 3 5 2
1 4 7
+ det 3 5 2
0 2 −1 ]
Teorema 3. Jika A dan B adalah matrikskuadrat yang ukurannya sama, maka
det(AB)= det(A)det(B)

15
Contoh
Tinjaulah matriks-matriks

A [ 32 11] B [−15 38] C [23 1714]


Kita peroleh det(A) det(B) = (1) (-23) = -23.
Sebaliknya dengan perhitungan langsung maka det(AB) = -23,
sehingga det(AB) = det(A) det(B).

Teorema 4. Sebuah matriks A kuadrat dapat dibalik jika dan hanya jika det(A)0
Contoh :
Karena baris pertama dan baris ketiga dari
1 2 3

[ ]
A 1 0 2
2 4 6

Sebanding, maka det(A) = 0, jadi A tidak dapat dibalik

16

Anda mungkin juga menyukai