Anda di halaman 1dari 24

PRAKTEK PERAWATAN MESIN KONVERSI ENERGI DAN INSTALASI

BAB I
POMPA

Kompetensi Dasar: Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat memahami pinsip
kerja mesin konversi energi secara umum.
Indikator: Setelah menyelesaikan bab ini siswa dapat:
1. Memahami pengertian dari pompa dan fungsinya
2. Memahami prinsip kerja dari pompa
3. Memahami jenis-jenis pompa dan penggunaannya
4. Memahami macam-macam komponen pompa
Deskripsi: Dalam bab ini saudara akan mempelajari tentang prinsip kerja pompa dan fungsinya.
Saudara juga akan mempelajari jenis-jenis pompa dan karakteristiknya serta
komponen-komponen penyusun pompa.
Adapun hasil belajar yang akan dicapai setelah menguasai bab ini, siswa diharapkan
dapat memahami cara kerja pompa dan dapat menyelesaikan permasalan kerusakan
komponen pompa serta dapat melakukan perawatan pompa.

1.1 Definisi Pompa


Pompa adalah mesin yang mengubah energi mekanik menjadi energi hidrolik / fluida.
pompa ini merupakan alat yang mengambil energi dari suatu sumber (misalnya motor bakar
(engine), motor listrik dan lain-lain) dan mengubah energi tersebut menjadi energi-energi fluida
yang berupa aliran fluida dan tinggi angkatnya (head). Kapasitas aliran atau debit, head dan
putaran pompa dapat ditentukan berdasarkan kondisi operasi, tetapi apabila perubahan kondisi
operasi sangat besar, maka putaran dan ukuran pompa yang akan dipilih harus ditentukan
dengan memperhatikan hal tersebut.

Tabel 1.1 Data yang diperlukan untuk pemilihan pompa


NO DATA KETERANGAN
1 Kapasitas Diperlukan juga kapasitas maksimum dan minimum
2 Kondisi isap Tinggi isap dari permukaan air isap le level pompa
Tinggi fluktuasi permukaan air isap
Tekanan yang bekerja pada permukaan air isap.
Kondisi pipa isap
3 Kondisi keluar Tinggi air permukaan keluar ke level pompa
Tinggi fluktuasi permukaan air leluar.
Kondisi pipa keluar.

1
PRAKTEK PERAWATAN MESIN KONVERSI ENERGI DAN INSTALASI
4 Head total pompa Harus ditentukan berdasarkan kondisi isap dan keluar
5 Jenis fluida (zat cair) Airtawar, air laut, minyak, zat cair khusus (zat kimia),
temperatur, berat jenis, viskositas, kandungan zat padat
dll.
6 Kondisi kerja Kerja terus menerus, terputus-putus, jumlah jam kerja
seluruhnya dalam setahun.
7 Penggerak Motor listrik, motor bakar torak, turbin uap.
8 Poros tegak lurus/mendatar
Hal ini biasanya ditentukan oleh pabrik pompa yang
bersangkutan berdasarkan instalasi.
9 Tempat instalasi Pembatasan pembatasan dalam ruang instalasi ketinggian
di atas permukaan laut, di luar atau di dalam gedung,
fluktuasi temperatur, dll
Sumber: Sularso, Pompa & Kompresor, 1991: 13

1.2 Jenis Pompa


Pompa dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu pompa positive displacement dan
pompa non-positive displacement.

1.2.1 Pompa Pengalihan Positif (Positive Diplacement Pump)

Pompa pengalihan positif akan mengeluarkan sejumlah fluida dalam tiap putaran /
revolusi atau langkahnya, dalam jumlah yang sama, tidak dipengaruhi pembatasan pada sisi
saluran luarnya (outlet port), sehingga tekanan kerja berapapun debit akan tetap jika putaran
kerjanya sama.

Gambar 1.1 Konstruksi pompa roda gigi

Gambar 1.1 menunjukkan jenis pompa roda gigi (gear pump) dengan kontruksi roda
giginya saling mengunci dan berputar dengan adanya sumber tenaga. Pompa menghisap cairan
dari wadah penyimpanan dan menyalurkannya ke dalam sistem. Terciptanya rongga hampa
sebagian dalam inlet pompa dan pressure luar (pressure tank dan/atau pressure atmosfir)
mendorong cairan masuk ke inlet ke dalam ruang pompa. Roda gigi yang digerakkan (idle gear)
pompa membawa cairan menuju saluran keluar (outlet port) pompa. Dengan tiap elemen zat cair
yang dikeluarkan pompa, maka harus ada jumlah yang seimbang pada inlet untuk
menggantikannya. Ketersediaan fluida pada inlet ini sepenuhnya tergantung atas tekanan pada
reservoir yang akan mendorong zat cair ke dalam pompa. Makin besar pompanya, atau makin

2
PRAKTEK PERAWATAN MESIN KONVERSI ENERGI DAN INSTALASI
cepat pompa berjalan, maka makin banyak cairan yang dibutuhkan untuk menggantikan jumlah
zat cair yang dikeluarkannya. Ini akan tergantung pada kesesuaian tekanan dalam reservoir untuk
dapat mendorong fluida masuk ke pompa. Tanpa adanya tekanan, terjadi “kekurangan tekanan”
dalam pompa, dan ini akan menyebabkan kerusakan komponen pompa yang cukup parah, dan
pada akhirnya menyebabkan kegagalan pompa dalam menjalankan fungsinya.
Ada beberapa faktor yang dapat menghambat aliran fluida antara reservoir dan pompa:
• Saluran fluida yang terlalu kecil untuk besarnya volume yang melaluinya.
• Outlet reservoir tersumbat.
• Pompa terlalu jauh dari reservoir, atau tinggi di atas reservoir.
• Fluida terlalu kental atau terlalu encer
Jika satu dari berbagai hal diatas terjadi dan mengarah pada “kekurangan tekanan”
pompa, maka hal tersebut harus segera diperbaiki.
“Pompa TIDAK menghasilkan atau menyebabkan tekanan (pressure)”. Hambatan
aliranlah yang menyebabkan munculnya tekanan (pressure). Hambatan ini bisa ditimbulkan oleh
aliran melalui hose, orifice, fitting, cylinder, motor atau apapun dalam sistem yang dapat
menghambat laju bebas menuju tank. “Pompa hanya menimbulkan aliran saja”.

Dalam aplikasinya pompa pengalihan positif banyak dipakai dalam sistem hidrolik,
karena jenis pompa ini dapat digunakan untuk keperluan tekanan yang cukup tinggi

Gambar 1.2 Pompa piston

Pompa tangan pada Gambar 1.2 memberi contoh tentang pengoperasian pompa piston
yang dapat menghasilkan debit yang tetap setiap langkahnya. Pemilihan ini biasanya merupakan
pengalihan secara teoritis, dan tidak memungkinkan terjadinya kebocoran dalam pompa atau
kebocoran internal. Positive Displacement Pump memiliki clearance yang kecil antar komponen.
Ini mengurangi resiko kebocoran dan meningkatkan efisiensi ketika digunakan dalam sistem
hidrolik tekanan tinggi. Positive displacement pump ini memiliki dua jenis ukuran, yaitu pressure
maksimal sistem (21.000 kPa atau 3000 psi) dimana pompa dirancang untuk dioperasikan dan
output tertentu yang dihasilkan baik oleh tiap revolusi atau pada kecepatan tertentu terhadap
3
PRAKTEK PERAWATAN MESIN KONVERSI ENERGI DAN INSTALASI
pressure tertentu. Sebagai contoh, sebuah pompa mungkin diukur dalam liter per menit (lpm) @
rpm @ kPa (misalnya 380 lpm @ 2000 rpm @ 690 kPa). Jika dinyatakan dalam output per
revolusi, maka laju alirannya dapat dengan mudah diubah dengan mengkalikan kecepatannya,
dalam rpm (misalnya 2000 rpm) dan membaginya dengan sebuah konstanta. Sebagai contoh
memperhitungkan aliran pompa yang berputar dengan kecepatan 2000 rpm dan memiliki aliran
190 cc/rev adalah 380 lpm.
Kebanyakan pompa dan motor piston memiliki komponen yang sama dan menggunakan
penamaan yang sama pula. Komponen pump / pompa yang tampak pada Gambar 13 adalah head
(1), housing/rumahan (2), shaft (3), piston (4), port plate (5), barrel (6) dan swashplate
(7). Ada dua jenis rancangan piston, yaitu piston pompa axial dan piston pompa radial. Kedua
jenis pompa itu sama-sama merupakan Positive displacement pump yang efisien. Namun, hasil
dari beberapa fixed pump dan hasil dari sebagian yang lainnya bersifat variable.

Gambar 1.3 Pompa piston aksial tetap dan variabel

Pompa piston aksial dan motornya dibangun dalam rumahan yang luruh atau dalam
rumahan miring. Dasar pengoperasian pompa dan motor piston adalah sama. Gambar 1.3
menunjukkan pompa piston axial positive displacement tetap dan pompa piston axial positive
displacement variable. Dalam pompa piston axial positive displacement tetap, pompa bergerak
maju mundur dalam garis linear yang hampir parallel dengan bagian tengah shaft- nya. Dalam
pompa piston Straight housing yang tampak pada Gambar 1.3, piston berada pada swash plate
yang berbentuk wedge tetap. Sudut dari swash plate ini mengendalikan jarak gerakan keluar
masuk piston ke ruangan barrel (silinder). Makin besar sudut wedge- shaped swash plate, maka
makin besar pula jarak pergerakan piston dan makin besar pula debit pompa untuk tiap
revolusinya.
Dalam pompa piston axial displacement variable, baik swashplate maupun barrel dan
port plate-nya dapat berputar maju mundur untuk mengubah sudutnya terhadap poros. Perubahan
sudut ini menyebatkan aliran output bervariasi antara pengaturan minimal dan maksimal

4
PRAKTEK PERAWATAN MESIN KONVERSI ENERGI DAN INSTALASI
meskipun kecepatan poros tetap konstan. Pada kedua jenis pompa tersebut, ketika piston
bergerak mundur, fluida mengalir melalui inlet port dan menggeser piston. Ketika pompa
berputar, piston bergerak maju, dan fluida terdorong keluar melalui outlet yang menyebabkan
terjadinya aliran ke dalam sistem. Kebanyakan pompa piston yang digunakan pada peralatan
bergerak adalah pompa piston aksial.
Dalam pompa piston dengan rumahan miring (angle) yang tampak pada Gambar 1.4
piston dihubungkan dengan shaft input oleh pistonlink atau piston berujung bundar yang tepat
masuk dalam socket plate. Plate tersebut merupakan bagian yang menyatu dari poros. Sudut
housing angle shaft centreline ini mengendalikan jarak pergerakan keluar masuk piston ke
ruangan barrel. Makin besar sudut rumahan, makin besar hasil output pompa untuk tiap
revolusinya. Aliran hasil dari pompa piston displacement tetap hanya dapat diubah dengan
mengubah kecepatan input shaft.

Gambar 1.4 Pompa piston aksial dengan rumahan miring

Pompa vane pada awalnya ditempatkan berhadapan dengan displacement ring oleh gaya
sentrifugal akibat adanya putaran rotor. Seiring dengan meningkatnya aliran, maka tekanan yang
tercipta dari hambatan atas aliran tersebut diarahkan ke saluran masuk dalam rotor di bawah vane
Tekanan fluida dibawah vane menjaga ujung vane menekan displacement ring dan menjadi
penyekat dan untuk mencegah vane terdorong terlalu keras ke displacement ring, maka vane
dibengkokkan ke belakang (panah) agar tercipta keseimbangan tekanan pada ujung luarnya.

5
PRAKTEK PERAWATAN MESIN KONVERSI ENERGI DAN INSTALASI

Gambar 1.5 Posisi flex vane

Fluida bertekanan tersebut juga diarahkan diantara flex plate dan support plate untuk
menyekat sisi-sisi rotor / rotor side dan ujung vane. Ukuran wilayah / area penyekat di antara flex
plate dan plate pendukunglah yang mengendalikan gaya yang mendorong flex plate ke bagian
sisi-sisi rotor dan ujung vane. Seal yang berbentuk ginjal (kidney shape seal) ini harus dipasang
pada plate pendukung dengan sisi o-ring bundar pada pocket dan sisi flat plastik pada flex plate.

Gambar 1.6. Konstruksi pompa baling-baling (vane pump)

Ketika rotor berputar mengitari bagian dalam displacement ring, maka vane akan keluar
masuk melalui slot rotor untuk menjaga penyekatan pada displacement ring. Keitka vane keluar
dari slot rotor, volume antara vane tersebut berubah. Terjadi peningkatan volume. Peningkatan
volume ini menimbulkan sedikit kondisi vacuum yang memungkinkan fluida pada inlet
terdorong ke rongga diantara vane oleh adanya tekanan atmosfir ataupun tekanan dari tangki.
Ketika rotor terus berputar, penurunan jarak yang terjadi antara displacement ring dan rotor
tersebut menyebabkan penurunan volume. Oli terdorong keluar dari bagian rotor menuju output
pump. Pompa vane yang dijelaskan diatas tadi merupakan jenis unbalanced vane pump.

6
PRAKTEK PERAWATAN MESIN KONVERSI ENERGI DAN INSTALASI

Gambar 1.7 Saluran input dan output pada vane pump

Rancangan pompa vane ini memiliki serangkaian saluran masuk dan keluar yang saling
berlawanan, sehingga gaya yang tinggi dapat dihasilkan pada saluran keluar (port outlet) akibat
saling menutup satu sama lainnya. Hal ini mencegah terjadinya beban samping (side-load) pada
shaft dan bearing pompa dan sehingga shaft dan bearing hanya akan membawa beban puntir
(torque) dan beban eksternal. Karena ada dua orifice pada ring cam per revolusinya, maka
pengalihan pompa setara dengan dua kali jumlah fluida yang dipompa oleh vane yang bergerak
dari satu inlet ke outletnya.

1.2.2 Pompa Pengalihan Non positif (Non-Positive Displacement Pump)


Aliran keluar dari pompa non-positive displacement tergantung pada hambatan pada inlet
dan outlet. Makin besar hambatannya pada bagian keluarnya (outlet side), maka makin debit
aliran yang dikeluarkan pompa. Contoh Non-positive displacement pump ini adalah pompa
sentrifugal (Gambar 1.8). Impeller/ pendorong sentrifugal merupakan contoh dari pompa non-
positive displacement dan terdiri dari dua bagian dasar: Pendorong / impeller (2) yang terpasang
pada shaft input (4) dan housing (3). Impeller ini memiliki solid disc dengan bilah lengkung
blades (1) yang berada pada sisi inputnya. Fluida memasuki bagian tengah housing (5) dekat
input shaft dan mengalir masuk ke impeller. Bilah lengkung impeller memutar fluida ke arah luar
melawan rumah pompa (housing), karena housing dibentuk untuk mengarahkan fluida ke saluran
keluar (outlet port).

7
PRAKTEK PERAWATAN MESIN KONVERSI ENERGI DAN INSTALASI

Gambar 1.8 Bagian-bagian pompa sentrifugal

Karakteristik unjuk kerja pompa yang sesungguhnya tidak didapat dari teori tetapi
melalui pengukuran langsung yang dilakukan terhadap sebuah pompa khusus atau model pompa
tsb. Selisih antara unjuk kerja teoritis dan hasil pengukuran bisa disebabkan baik karena rugi
viskous maupun rugi separasi maupun kebocoran dari bagian keluaran pompa yang kembali ke
saluran masuk (inlet port). Umumnya rugi separasi minimum bila laju aliran sedang – sedang
saja sementara rugi viskous kurang lebih meningkat sebanding dengan kuadrat debitnya. Jadi
impeller pompa berfungsi memberikan kerja pada fluida (zat cair) sehingga energi yang
dikandungnya menjadi bertambah besar. Selisih energi persatuan berat atau head total fluida
antara flens isap dan flens keluar pompa disebut head total pompa

1.3 Pemilihan Peralatan dan Alat Ukur


Pompa yang baru dipasang atau yang sudah lama tidak digunakan harus terlebih dahulu
diperiksa sebelum dijalankan. Adapun prosedur pemeriksaan adalah sebagai berikut.
• Pembersihan tadah isap dan pipa isap: Selama proses pemasangan instalasi pompa
adakalanya terdapat kotoran atau benda asing yang masuk ke dalam pipa isap atau tadah isap,
sehingga hal ini jika tidak dibersihkan pompa akan mengalami gangguan yang serius. Dalam
beberapa kasus tertentu, paking tekan harus dipakai lebih dahulu di dalam kotak paking
pompa dan kemudian setelah air di dalam pompa benar-benar bersih perapat mekanis
dipasang. Pada kegiatan ini pada umumnya tidak memerlukan peralatan khusus, tetapi jika
sampai melakukan pemasangan perapat mekanis sebaiknya menggunakan kunci momen,
sehingga dapat memberikan kekencangan sesuai dengan ketentuan dan dapat memberikan
tekanan pengencengan yang merata.
• Pemeriksaan sistem kelistrikan: ketepatan kapasitas pemutus sirkuit (fuse), relai, ukuran,
dan sambungan kabel harus diyakinkan. Untuk motor, terutama motor benam, tahanan
isolasinya harus diukur dan dipastikan bahwa harganya sesuai dengan ketentuan yang ada
pada buku petunjuknya. Alat ukur yang dperlukan adalah multitester dan peralatannya adalah
8
PRAKTEK PERAWATAN MESIN KONVERSI ENERGI DAN INSTALASI
kunci pas atau obeng guna meyakinkan sambungan kabel. pada terminalnya.
• Pemeriksaan Kelurusan: kelurusan poros pompa dan motor harus diperiksa dengan cara
dan standar yang telah ditentukan dan jika ada penyimpangan harus dikoreksi lebih dahulu.
Dalam kegiatan ini peralatan yang diperlukan pisau perata, kunci pas, kunci momen, dan alat
ukur yang diperlukan antara lain feeler, dial indicator dan peralatan pendukungnya.

1.4 Pengukuran Performance


Dalam memilih suatu pompa untuk suatu tujuan tertentu, terlebih dahulu harus diketahui
kapasitas aliran serta tinggi angkat (head) yang diperlukan untuk mengalirkan cairan yang akan
dipompa. Selain dari pada itu, agar pompa dapat bekerja tanpa mengalami kavitasi, perlu
diperkirakan berapa tekanan minimum yang tersedia pada sisi masuk pompa (isap) yang
terpasang pada instalasinya.

1.5 Prosedur Pembongkaran


Prosedur pembongkaran pompa tidak sama antara yang satu dengan yang lain karena
tergantung pada jenis dan konstruksinya. Namun pekerjaan dasar pada pembongkaran berbagai
pompa mempunyai kesamaan tertentu. Di sini akan diuraikan urutan pekerjaan pembongkaran
pada overhoul pompa sentrifugal isapan ujung sebagai berikut.
1. Persiapan pembongkaran
2. Tutup semua katup sorong (outlet valve)
3. Keluarkan air / fluida dari pompa
4. Lepaskan motor penggerak, dengan terlebih dahulu melepas pelindung kopling kemudian
tarik mundur motor penggerak dan tinggalkan baut kopling di tempatnya selanjutnya
lepaskan baut kopling tersebut dengan menariknya.

Gambar 1.9 Melepas motor penggerak

5. Pembongkaran pompa:
a) Melepas penyangga dan tutup rumah dari rumah pompa: meskipun baut untuk tutup
9
PRAKTEK PERAWATAN MESIN KONVERSI ENERGI DAN INSTALASI
rumah telah dilepas, tutup ini sering tidak mudah dilepas karena sambungannya
berkarat dan sangat rapat. Jika pada flens tutup disediakan dua buah lubang berulir
untuk menarik flens, maka pada lubang tersebut dapat dipasangan baut yang sesuai
dan secara bersama-sama dikencangkan sampai tutup terlepas dari rumah pompa. Jika
lubang ulir tidak ada, masukan obeng (-) atau baji dicelah diantara rumah dan flens
tutupsecara bergantian di beberapa tempat, jika celah mulai melebar, tutup dapat
dicongkel dengan dua buah obeng secara serentak pada tempat yang berseberangan
sampai tutup terlepas. Selanjutnya tarik tutup ini searah sumbu poros dan goresan atau
luka yang ditimbulkan pada permukaan flens harus segera dikikir halus secukupnya
tampa merusak kerataan permukaan flens.

Gambar 1.10 Penyangga dan tutup rumah pompa

b) Melepas Impeller: impeller dapat dilepas setelah mur dan cincin dibuka dengan
menggunakan alat penarik atau tracker (puller) atau dengan memukul ujung poros
impeller dengan hati-hati tampa merusak ujungnya, dan impeller dicongkel dengan
dua buah obeng (-) pada celah antara impeller dan rumah pompa. Pekerjaan ini harus
dilakukan dengan gaya yang tidak berlebihan, sehingga tidak mengakibatkan poros
menjadi bengkok dan bantalan bola menjadi rusak. Selanjutnya keluarkan pasak, jika
alur pasak tergores atau mengembang pinggirnya, haluskan dengan kikir agar
selubung dapat dikeluarkan.

Gambar 1.11 Melepas impeller


10
PRAKTEK PERAWATAN MESIN KONVERSI ENERGI DAN INSTALASI

c) Melepas selubung poros: Selubung poros yang melindungi poros terhadap gesekan
dengan paking tekan (glance packing) dicabut jika dan hanya jika benar- benar perlu
diganti. Selubung ini tidak dapat diputar terhadap poros karena ditahan oleh pasak
impeller dan mudah dikeluarkan, tetapi selubung poros yang dipasang dengan
sambungan kerut pada poros harus lebih dahulu dipanaskan sebelum dapat dicabut.
Perlu diketahui bahwa selubung poros biasanya terbuat dari perunggu yang
mempunyai koefisien muai lebih besar dari pada baja, sehingga jika dipanaskan akan
mudah dilepas, tetapi jika bahan sama tahan karat atau yang sejenis proses pemanasan
tidak akan efektif dan hal ini hanya dapat dilepas dengan jalan membelah nya dengan
gerinda, tampa merusak permukaan poros.
d) Melepas kopling: Kopling untuk daya kecil dapat dilepas dari porosnya dengan
terlebih dahulu mengendurkan baut penetap, kemudian memukul keluar secara
merata dengan palu kayu atau plastik. Kopling untuk daya sedang dan besar
disambungkan pada poros dengan sambungan kerut, sehingga untuk melepasnya
sekeliling naf (hub) kopling luar harus dipanaskan dengan nyala api sambil ditarik.
Sebelum dipanaskan baut kopling harus dikeluarkan agar bus karet tidak rusak kena
panas, begitu juga bantalan bola hendaknya dijaga agar tidak tidak kena pengaruh
panas yang berlebihan.

Gambar 1.12 Melepas kopling

e) Melepas bantalan bola (ball bearing): Bantlan bola dilepas hanya jika perlu diganti
dengan yang baru dan untuk melepasnya dapat menggunakan penarik (puller) yang
dikaitnya dengan cincin luarnya

11
PRAKTEK PERAWATAN MESIN KONVERSI ENERGI DAN INSTALASI
1.6 Prosedur Pengukuran Komponen
Setelah proses pelepasan komponen selesai, pekerjaan selanjutnya adalah memeriksa
semua komponen dan jika perlu dilakukan dilakukan pengukuran pada komponen-komponen
tertentu seperti Impeller, pasak, alur pasak, poros, selubung poros, dudukan bantalan, rongga
rumah pompa, dll guna keperluan indentifikasi layak tidaknya komponen tersebut atau perlu
tidaknya proses perbaikan sebelum proses pemasangan kembali. Dalam pengukuran komponen
tersebut dipelukan alat ukur jangka sorong (vernier caliper), mikrometer luar dan dalam,
sehingga suaian antara poros dan lubangnya sesuai standar.

Impeller yang perlu diperhatikan adalah ukuran lebar dan diameter harus sesuai dengan
ketentuan pasangannya yaitu rumah pompa, sehingga karakteritik (perfomance) pompa ada
jaminan. Lubang yang berpasangan dengan poros harus masih dalam konsisi pas atau sesak, alur
pasak juga harus masih dalam konsisi pas pada ukuran pasak standar. Pasak yang aur atau rusak
harus diganti yang baru. Alur pasak pada poros diukur lebar dan panjangnya dan harus
mempunyai suaian yang pas dengan ukuran pasak standar. Ukuran poros yang perlu diperhatikan
ukurannya adalah yang berpasangan dengan impeller, bantalan, dan selubung poros. Dudukan
bantalan diameter lubangnya harus mempunyai suaian pas dengan diameter luar bantalan.
Komponen lainnya yang kemungkinan mengalami keausan atau kerusakan di chek ukurannya,
masih dalam batas toleransi atau tidak, dengan memeprhatikan spesifikasi, sekiranya ada pada
buku manual.

1.7 Prosedur Pemasangan Komponen


Sebelum proses perakitan semua komponen harus dibersihkan dan semua paking dan seal
harus diganti dengan yang baru, karena paking bekas sudah berubah bentuknya sehingga tidak
dapat menjamin kerapatan. Haluskan bekas-bekas goresan pada tepi-tepi alur pasak dan poros.
Prosedur perakitan kembali berbagai pompa pada dasarnya mempunyai kesamaan tertentu. Di
sini akan diuraikan urutan pekerjaan perakitan pompa sentrifugal isapan ujung sebagai berikut.
1. Memasang selubung poros: Sebelum selubung dipasang, poros harus diampelas halus.

Panaskan selubung poros antara 140oC s/d 160oC secara merata kira-kira selama 6 s/d 8
menit agar memuai dan segera pasangkan pada poros di tempat yang telah ditentukan,
2. Memasang bantalan bola: pasangkan bantalan bola pada poros dengan mesin pres secara hati-
hati, jangan sampai miring sehingga putaran poros nantinya tidak eksentris (oleng). Jika

menggunakan sistem pemanasan, panaskan bantalan maksimum 120 oC dengan


menggunakan alat pemanas (heater) dan masukkan ke poros dengan cepat dan tepat pada
posisinya. Selanjutnya berikan pelumas gemuk (grease), jika bantalan belum ada
pelumasnya.

12
PRAKTEK PERAWATAN MESIN KONVERSI ENERGI DAN INSTALASI

Gambar 1.13 Memasang bantalan Gamabr 1.14 Memasang poros pada


penyangga

Gambar 1.15 Memasang poros pada Gambar 1.16 Memasang tutup bantalan
rumah bantalan

3. Memasang pelempar dan penekan paking (glance packing) di tempat yang telah ditentukan
pada poros.

Gambar 1.17 Memasang paking penekan dan impeller pada poros

13
PRAKTEK PERAWATAN MESIN KONVERSI ENERGI DAN INSTALASI

4. Memasang impeller: Sebelum memasang impeller, terlebih dahulu periksa ukuran impeller
dan alur pasaknya, untuk meyakinkan bahwa pasak benar-benar pas dan tidak goyang.
Selanjutnya pasang impeller dengan dipukul dengan palu plastik sampai pada posisi yang
benar. Pasang ring dan mur pengencang pada poros untuk mengunci posisi impeller.
Memasang cincin perapat: untuk memasangnya, rumah pompa harus dilemas dari landasan
terlebih dahulu. Cincin perapat ini biasanya tipis, sehingga untuk memasangnya cincin harus
dimasukkan secara merata dan lurus.

Gambar 1.18 Memasang cincin perapat, rumah pompa, dan penyangga

5. Memasang pada rumah pompa: Untuk mengawali pasang dahulu paking karet, selanjutnya
memasang rumah pompa dan memasang atau mengencangkan mur pengikat rumah pompa
secara merata dan dengan torsi yang sesuai.
6. Memasang penopang: pasang penopang dengan mengencangkan mur pengikat secara merata
dan torsi yang sesuai.
7. Memasang paking tekan dan penekan paking: Masukan paking baru di kotak paking dalam
jumlah yang sesuai dan pasang penekan paking dengan tekanan ringan serta merata,
sehingga poros dapat diputar dengan tangan.
8. Memasang kopling: Pasang kopling dengan pemukulan secara merata atau dengan proses
pemanasan kalau menggunakan suaiannya sangat sesak.

Gambar 1.19 Pemeriksaan kelurusan kopling (sumbu)


14
PRAKTEK PERAWATAN MESIN KONVERSI ENERGI DAN INSTALASI
9. Meluruskan poros dan pipa: jika rumah pompa juga dilepas maka pipa keluar dan pipa isap
harus disambungkan pada flens pompa dengan diberi paking setelah pompa diluruskan.
Dalam hal ini penyambungan pipa tidak boleh dilakukan dengan paksa sebab akan
menganggu kelurusan poros dan menimbulkan tegangan yang berlebihan pada flens pompa.

1.8 Instalasi
Pompa tidak dapat bekerja sendiri tampa fasilitas penunjangnya seperti pipa-pipa dan
katup-katup. Begitu juga ruang pompa harus direncanakan dengan memperhatikan jalan masuk
mesin, tempat dan ruangan untuk membongkar dan memasang pompa, jalan untuk pemeliharaan
dan pemeriksaan, papan tombol, pipa-pipa dan penopangnya, saluran pembuangan air, drainase
ruangan, ventilasi, penerangan, dll. Jika dalam satu ruangan ada lebih dari satu pompa, perlu
diperhatikan jarak antar pompa, karena jarak yang terlalu dekat akan mengakibatkan pusaran di
tadah isap dan mengakibatkan performasi pompa yang buruk atau menyulitkan pada waktu
proses pemeliharaan, sehingga diperlukan ruang bebas kurang lebih 1 s/d 1,5 m disekitar
pompa.

Gambar 1.20 Instalasi pompa

1.8.1 Pemipaan
1. Pipa isap: dalam merencanakan pipa isap, tindakan pengamanan yang perlu diambil antara
lain:
• Hindari terjadinya penyimpangan aliran atau pusaran pada noze isap.
• Pipa harus sependek mungkin dan jumlah belokan harus sesedikit mungkin agar
kerugian head dapat diperkecil.

15
PRAKTEK PERAWATAN MESIN KONVERSI ENERGI DAN INSTALASI
• Hindari terjadinya kantong udara di dalam pipa dengan membuat bagian pipa yang
mendatar agak menanjak ke arah pompa dengan kemiringan 1/100 sama 1/50. jika
terjadinya kantong udara tidak dapat dihindari, maka harus dibuatkan alat untuk
membuang udara tersebut.

Gambar 1.21 Konstruksi pipa isap

• Sambungan pipa isap harus betul-betul rapat agar udara dari luar tidak dapat masuk,
karena pada umumnya tekanan di saluran pipa isap lebih rendah dari pada tekanan
atmosfer (jika posisi pompa di atas tadah isap).
• Bila diperlukan saringan pada katup isap harus diperhatikan cara untuk
membersihkannya.

Gambar 1.22 Konstruksi pipa isap dengan isapan dan dorongan

2. Pipa Keluar:
• Diameter pipa keluar harus ditentukan berdasarkan atas efisiensi dan ekonomi
pemompaan atau tidak hahus sama dengan diameter lubang keluar pompa. Secara
ekonomi, jika pipa keluar yang diperlukan harus panjang, tergantung pbiaya
pemeliharaan, ongkos daya pompa, dan biaya instalasi yang meliputi, katup-katup, biaya
pemasangan, dan pekerjaan sipil atau pendukung lainnya. Pada umumnya kecepatan
aliran di dalam pipa diambil 1 s/d 2 m/det, untuk pipa berdiameter kecil
16
PRAKTEK PERAWATAN MESIN KONVERSI ENERGI DAN INSTALASI
dan 1,5 s/d 3 m/det untuk pipa berdiameter besar. Kecepatan tidak boleh lebih dari 6
m/det, karena akan terjadi penggerusan.
• Pompa dengan head rendah, ujung akhir pipa keluar umumnya dibuat terbuka dengan
arah hampir mendatar, di bawah permukaan cairan di tadah atas.
3. Penumpu pipa:
• Dalam instalasi pipa harus ditumpu untuk menahan berat pipa, berat cairan yang ada di
dalamnya, gaya karena tekanan dan aliran, dan gaya-gaya lain yang bekerja pada pipa.
Tumpuan harus dibuat sedemikian rupa sehingga pipa tidak membebani pompa atau
katup-katup yang ada.
• Jarak antara tumpuan untuk pipa mendatar diatur sedemikian rupa supaya tidak terjadi
lendutan pipa yang terlalu besar, karena hal ini dapat menimbulkan getaran.
• Pipa yang dipasang miring harus dijaga agar tidak merosot dalam arah sumbunya.
• Pipa yang dipasang tegak dapat mengalami getaran dan tekukan, karena itu juga harus
ditumpu atau diberi pemegang pada jarak-jarak tertentu.

Gambar 1.23 Konstruksi pipa keluar dan penumpunya

1.8.2 Katup
Katup digunakan dalam instalasi pompa untuk menutup aliran, mencegah aliran balik,
atau mengatur aliran. Dalam beberapa hal digunakan gabungan dari dua katup atau lebih, dan
dalam hal lain satu katup berfungsi lebih dari satu tugas. Dalam memilih katup, tujuan dan
kondisi pemakaian seperti tekanan, temperatur, jenis cairan, dan frekwensi pemakaian harus
jelas.

17
PRAKTEK PERAWATAN MESIN KONVERSI ENERGI DAN INSTALASI
1.8.3 Tadah Isap dan Keluar
Bentuk dan ukuran tadah isap serta saluran masuk di dekatnya akan mempengaruhi secara
langsung performansi dan kondisi kerja sebuah pompa. Konstruksi tadah isap yang kurang baik
akan menyebabkan pusaran yang menyebabkan perputaran aliran di dalam pipa isap dan hal ini
akan mengubah performansi dan udara dapat masuk ke dalam pipa isap, akhirnya menyebabkan
bunyi dan getaran.
Kecepatan aliran di dekat tadah isap dianjurkan antara 0,5 s/d 0,8 m/det dan harga
maksimum yang masih diperbolekan antara 0,9 s/d 1,2 m/det. Jarak pipa isap dan dinding jika
terlalu besar dapat menimbulkan pusaran, sehingga jarak yang lebih kecil yang dianjurkan. Katup
isap harus dipasang pada ujung pipa isap, kedalamannya diukur dari permukaan fluida terendah
ke dasar katup isap harus cukup besar (minimal = 1,9 d). Sebaliknya jarak corong isap ke dasar
tadah isap tidak boleh terlalu besar (0,8 s/d 1,5.d).

Gambar 1.24 Konstruksi pompa dengan tadah isap dan keluar

Dalam hal pompa dengan head rendah, perbandingan antara head kecepatan (h = V2/2g)
dan head statis pompa adalah cukup besar, sehingga besarnya kecepatan keluar akan sangat
mempengaruhi harga efisiensi pemompaan. Hal ini untuk mencegah kerugian energi kecepatan
keluar, perlu dipasang reduser untuk menurunkan kecepatan aliran secara bertahap. Ujung pipa
juga harus dipasang dengan lubang keluar dalam arah mendatar dan aliran fluida tidak
menumbuk dinding sisi kiri atau dasarnya.

Gambar 1.25 Ujung pipa keluar dan tadah keluar

18
PRAKTEK PERAWATAN MESIN KONVERSI ENERGI DAN INSTALASI
Sistem penyediaan fluida (air) dengan sebuah pompa yang berkapasitas kecil, umumnya
menggunakan tangki atas (head tank). Air dipompa ke tangki atas kemudian disalurkan ke
segala penjuru sesuai kebutuhan. Dalam banyak hal penggunaan tangki seperti ini tidak
ekonomis, sehingga banyak yang menggunakan tangki tekan yang dipasang di dekat pompa.
Pompa dioperasikan secara otomatis dengan tombol hidup-mati (On - Off), yaitu jika tekanan
didalam tangki berkurang sampai batas tertentu, pompa akan hidup dan jika tekanan mencapai
batas maksimum, pompa akan mati sendiri ukuran tangki tekan ditentukan atas atas laju
kebutuhan fluida (air) sedemikian rupa sehingga pompa tidak terlalu sering hidup dan mati (ON
- Off).

1.9 Pengujian Pompa


Pengujian pompa bertujuan untuk mengetahui karakteristik pompa dan menentuka daya
kerja pompa. Setiap pompa yang telah diperbaiki atau overhoul sebaiknya diuji, sehingga dapat
diketahui kondisi pompa yang sebenarnya setelah proses perbaikan atau dapat diketahui
penurunan unjuk kerjanya (performance). Ketentuan umum yang berlaku pompa yang masih
layak digunakan jika penurunan unjuk kerjanya tidak lebih dari 15% dari unjuk kerja kondisi
pompa baru.

1.9.1 Konstruksi Rangkaian


Peralatan dan alat ukur yang digunakan dama proses pengujian pompa adalah flow meter,
manometer (pressure gauge), hambatan variabel (flow control), dan alat ukur suhu (thermometer)
yang dipasang ke saluran keluar pompa dan dihubungkan ke tadah keluar (reservoir). Alat ukur
suhu (thermometer) bisa tidak diperlukan jika suhu fluida relatif konstan terhadap perubahan
tekanan kerja pompa.

Gambar 1.26 Rangkaian pengujian pompa

19
PRAKTEK PERAWATAN MESIN KONVERSI ENERGI DAN INSTALASI
1.9.2 Prosedur Pengujian
Perlu diingat sebelum menghidupkan mesin, hambatan variabel (flow control) unit
pengujian harus terbuka sepenuhnya untuk menghindari kerusakan pada pompa. Selanjutnya
setelah semua rangkaian dianggap sudah siap, lakukan pengujian dengan langkah-langkah kerja
sebagai berikut.
1. Hidupkan mesin dan jalankan dengan kecepatan rata-rata atau kecepatan uji jika hal ini
ditentukan dalam kecepatan uji.
2. Naikkan hambatan pada aliran pompa dan teruskan sampai temperatur cairan mencapai

temperatur operasi (300C jika tidak diberikan dalam spesifikasi).


3. Dengan hambatan variabel yang sepenuhnya terbuka, catat jumlah dan tekanan aliran.
4. Naikkan hambatan pada aliran pompa untuk memberikan tambahan tekanan sampai
mencapai katup relif yang telah ditentukan. Peringatan: Jangan membiarkan tekanan melebihi
relief valve tekanan normal.
Kesimpulan:
1. Pompa yang bagus akan menunjukkan kurang dari 15% penurunan aliran dari tekanan nol ke
tekanan kerja maksimum.
2. Pompa harus mengalirkan aliran tidak kurang dari 15% jumlah aliran yang telah dispesifikasi
oleh pabrik pembuat.
3. Kebisingan pompa tidak boleh berlebihan pada saat pompa tersebut bekerja dengan tekanan
maksimum.
4. Jika terjadi kebisingan secara berlebihan dan jumlah aliran kurang dari yang telah ditentukan,
maka periksa hambatan isap pompa untuk menentukan jika terjadi kavitasi.
5. Jika hal itu merupakan pompa piston dengan case drain, maka periksa aliran case drain
dengan tekanan maksimum. Hal ini tidak boleh melebihi tekanan maksimum yang telah
ditentukan atau 10% dari jumlah aliran. Contoh grafik karateristik pompa hidrolik

Gambar 1.27 Grafik karakteristik pompa


20
PRAKTEK PERAWATAN MESIN KONVERSI ENERGI DAN INSTALASI
1.10 Overhoul Pompa Roda Gigi (Gear Pump)
Pompa roda gigi merupakan Positive Displacement Pump, sehingga pompa ini mampu
memompa sejumlah fluida atau oli yang sama untuk tiap revolusi shaft inputnya. Perubahan
kecepatan rotasinya mampu mengendalikan jumlah output pompa. Tekanan kerja maksimum
(maximum operating pressure) yang dapat dibatasi pompa ini mencapai 27.579 kPa (4000 psi).
Batasan tekanan ini karena adanya ketidak seimbangan hidrolik yang ada dalam rancangannya.
Ketidak seimbangan hidrolik ini menciptakan beban sisi pada poros yang ditahan dengan adanya
bantalan (bearing) dan roda gigi ke kontak rumah pompa (housing). Pompa roda gigi mampu
mempertahankan ‘efisiensi volumetrk’ diatas 90% ketika tekanan tetap dijaga dalam range
tekanan pengoperasian yang ditentukan.

Gambar 1.28 Rangkaian komponen roda gigi

Gambar 1.28 menunjukkan komponen pompa roda gigi seperti, seal retainer (1), seal (2),
seal back-ups (3), isolation plates (4), spacers (5), sebuah roda gigi penggerak (drive gear) (6)
sebuah roda gigi yang digerakkan (idler gear) (7), sebuah rumah pompa (housing) (8), sebuah
mounting flange (9), sebuah flange seal (10), dan pressure balance plate (11) pada sisi lain dari
roda gigi tersebut. Bantalan dipasang pada rumah pompa dan mounting flange pada sisi roda gigi
untuk menahan poros roda gigi selama perputaran.
Terdapat dua jenis pressure balance plate yang digunakan dalam pompa roda gigi. Jenis
yang lama (1) memiliki bagian belakang yang rata. Jenis ini menggunakan plat isolasi, back up
seal, seal berbentuk angka 3 dan sebauah seal retainer. Jenis yang baru (2) memiliki bentuk
melengkung yang menyerupai angka 3 pada bagian belakangnya dan lebih tebal dibanding jenis
yang sebelumnya. Jenis pressure balance plate yang baru ini menggunakan dua jenis seal yang
berbeda.

21
PRAKTEK PERAWATAN MESIN KONVERSI ENERGI DAN INSTALASI

Gambar 1.29 Komponen seal pada pompa roda gigi

Ketika pompa berputar maka roda gigi akan turut membawa oli dari Inlet pompa ke outlet
pompa. Arah perputaran drive gear shaft ini ditentukan oleh letak bagian inlet dan outlet dan roda
gigi pengerak akan selalu menggerakkan oli memutari sisi / outside dari roda gigi dari bagian
inlet outlet. Hal ini terjadi pada keduanya, baik pada pompa roda gigi dan gear motor. Pada
kebanyakan pompa roda gigi, saluran masuk (inlet port) lebih besar diameternya dibanding
saluran keluar (outlet port) untuk menjamin kecukupan supply cairan sesuai kebutuhan sistem
dan memastikan tidak terjadi kekurangan supply (Starvasion Pump) pada pompa. Pada pompa
dan motor bidirectional, inlet port dan outlet port sama besar.
Aliran keluar (Output flow) dari pompa roda gigi dihasilkan oleh dorongan keluar cairan
pada roda gigi pengerak ketika cairan memasuki sambungan pada outlet side. Hambatan terhadap
aliran fluida menciptakan pressure pada outlet. Ketidakseimbangan pompa roda gigi disebabkan
oleh pressure outlet port yang lebih tinggi dibandingkan tekanan pada inlet port. Makin tingginya
tekanan fluida mendorong roda gigi masuk ke inlet port pada housing. Poros dan bantalan
menahan beban samping untuk mencegah keausan berlebihan antara ujung gear dan housing.
Pada high pressure pump, gear shat sedikit mengecil dibandingkan ujung outboard bearingnya
ke roda gigi. Ini memungkinkan persinggungan penuh antara poros dan bantalan ketika poros
sedikit membengkok ketika terjadi ketidak seimbangan tekanan. Fluid pressurized juga
diarahkan diantara wilayah / area yang terdapat seal dari pressure balance plat dan housing serta
mounting flange untuk menyekat ujung gigi roda gigi. Besarnya area yang disekat/ seal antara
pressure balance dan housing adalah jumlah yang membatasi gaya / force yang mendorong plat
ke ujung gir.
22
PRAKTEK PERAWATAN MESIN KONVERSI ENERGI DAN INSTALASI
1.11 Overhoul Pompa Vane (Vane Pump)
Seperti yang terlihat pada Gambar 1.30 pompa vane merupakan Positive
Displacement pump, tetapi output pompa bisa tetap atau variable. Baik fixed maupun
variable vane pump menggunakan penamaan komponen yang serupa. Setiap pompa terdiri
dari housing (1), Cartridge (2), mounting plate (3), mounting plate seal (4), cartridge seal
(5), cartridge back-up ring (6), snap ring (7), dan input shaft dan bearing (8). Cartridge
ini terdiri dari beberapa plate penunjang / support plate (9), displacement ring (10), flex
plate (11), slotted rotor (12), dan vane (13). Input shaft menggerakkan slotted rotor. vane
bergerak keluar masuk melalui slot pada rotor dan seal pada outer tip terhadap cam ring.
Bagian dalam ring displacement pump tetap berbentuk bulat telur (elips). Bagian dalam
ring positive Displacement pump berbentuk bulat penuh. Flex plate menyekat sisi-sisi rotor
dan ujung vane. Pada beberapa rancangan pump / pompa pressurized rendah, support plate
dan housing menyekat bagian sisi-sisi rotor dan ujung vane. Support plate dipakai untuk
mengarahkan oli ke inlet port yang benar pada housing. housing ini, sebagai tambahan,
memberikan dukungan bagi komponen lain pada vane pump ini, dan mengarahkan flow /
aliran keluar masuk pump / pompa vane.

Gambar 1.30 Bagian-bagian pompa vane

1.12 Latihan Soal Pompa

1. Jelaskan prinsip kerja dari pompa.


2. Jelaskan apa yang dimaksud pompa tidak membuat tekanan fluida tapi hanya membuat
aliran fluida.

23
PRAKTEK PERAWATAN MESIN KONVERSI ENERGI DAN INSTALASI
3. Jelaskan perbedaan yang spesifik antara pompa piston aksial tetap dan pompa piston
aksial variable.
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan flex vane dan fungsinya pada unbalanced vane
pump.
5. Jelaskan fungsi dari pengukuran komponen pompa saat melakukan perawatan pompa.
6. Jelaskan mengapa kita perlu menghindari terjadinya kantong udara di dalam pipa saat
pemasangan kembali pipa isap pompa.
7. Jelaskan faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat efisiensi pompa
8. Apa yang dimaksud dengan head pompa.
9. Gambarkan grafik karakteristik pompa secara umum dan jelaskan cara pembacaan
grafik serta fungsinya.
10. Jelaskan menurut pemahaman saudara faktor apa saja yang perlu dipertimbangkan saat
akan membeli pompa.
11. Sebutkan apa saja tips dalam merawat pompa agar awet dan tahan lama dalam
pemakaian.
12. Jelaskan faktor apa saja yang menjadi indikator berkurangnya performa dari pompa.
13. Bandingkan dan simpulkan manakah yang lebih baik performanya antara pompa
sentrifugal dan pompa piston.
14. Jelaskan kelebihan dan kekurangan apabila pada instalasi air bersih digunakan dua
pompa yang disusun seri secara vertical (prakteknya untuk mengambil air pada sumur
yang sangat dalam namun hanya tersedia pompa dengan head yang kecil ataupun jika
ingin mengalirkan air ke pemukiman warga di perbukitan gersang dan jauh dari mata
air)
15. Jelaskan prosedur pemakaian pompa yang baik agar pompa tidak cepat rusak.

24

Anda mungkin juga menyukai