Anda di halaman 1dari 9

PEDOMAN PENULISAN AGASTYA………| 1

Kerajinan Kain Tenun Tradisional Tajung di Kelurahan Tuan Kentang


Palembang Tahun 2017-2021
Syarifuddin, Winda Aprilia, Farhana Yunita
Universitas Sriwijaya
*Corresponding author`s e-mail: name@edu.com
Abstract:

Abstrak:

Kerajinan kain tenun tajung merupakan kerajinan tradisional Palembang yang memiliki nilai
historis dan nilai budaya yang tinggi, saksi perjalanan sejarah Palembang sejak ratusan tahun
yang lalu, kerajinan kain tajung Palembang ini banyak ditemukan di Kelurahan Tuan
Kentang. Tuan Kentang merupakan kawasan dimana sebagian besar penduduknya bekerja
sebagai pengrajin kain tradisional yakni kain tajung atau blongsong serta kain jumputan.
Kain Tajung merupakan kain tenun tanpa benang emas untuk sarung laki-laki, yang terbuat
dari benang sutera dan kapas. Selain itu, Lokasi kawasan Tuan Kentang letaknya di tepian
sungai Ogan. Tepat sebelah kiri jalan sebelum Jembatan Kertapati di Seberang Ulu 1,
Sehingga kawasaan tersebut memiliki potensi untuk menjadi daya tarik wisatawan
nusantara maupun mancanegara untuk berkunjung dan mengenal berbagai jenis kain
tradisional Palembang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Perkembangan kain
tenun tajung pada tahun 2017-2021 serta perkembangan sosial ekonomi masyarakat
pengrajin kain tenun tajung di Kelurahan Tuan Kentang tahun 2017-2021. Metode penelitian
ini yaitu berupa metode deskriftif kualitatif. Jenis data berupa data primer dan sekunder.
Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Kata kunci: kain tenun, tajung, Tuan Kentang


Pendahuluan

Kerajinan adalah hal yang berkaitan dengan buatan tangan atau kegiatan yang
berkaitan dengan barang yang dihasilkan melalui keterampilan tangan. Kerajinan sering
diartikan sebagai suatu seni yang sering disebut sebagai seni kriya. Seni kriya sendiri berasal
dari kata Kriya yang berasal dari bahasa Sanskerta yang artinya perbuatan atau pekerjaan
atau membuat. Sedangkan ahli seni lain menyebutkan kriya sebagai pekerjaan dalam
hubungannya dengan keterampilan tangan. Kerajinan merupakan keterampilan tangan yang
menghasilkan barang-barang bermutu seni, maka dalam prosesnya dibuat dengan rasa
keindahan dan dengan ide-ide yang murni sehingga menghasilkan produk yang berkualitas
mempunyai bentuk yang indah dan menarik. (Soeprapto 1985:16).
Kerajinan merupakan kegiatan membuat barang atau benda yang membutuhkan
unsur-unsur, fungsi, mempertimbangkan nilai estetisnya dan juga memperhitungkan bentuk
2 |JURNAL AGASTYA VOL ... NO ... BULAN TAHUN

benda yang indah dipandang atau menyenangkan. (Efrizal 1999:5). Adapun pengertian
kerajinan dalam arti umum dan budaya sebagai berikut: 1. Arti kata umum, kerajinan adalah
sesuatu keterampilan yang menghubungkan dengan suatu pembuatan barang yang harus
dikerjakan secara rajin dan teliti, biasanya dikerjakan dengan menggunakan tangan. 2. Arti
dalam budaya, kerajinan berhubungan erat dengan sistem upacara kepercayaan, pendidikan,
kesenian, teknologi, peralatan bahkan juga mata pencarian. (Tjitrosoepomo 1991: 21).
Adapun macam-macam barang kerajinan yang ada meliputi kerajinan kayu, logam,
keramik, kulit, dan tekstil seperti tenun, batik, sulam, bordir, dan lain sebagainya. Berbagai
macam kerajinan yang ada semuanya mempunyai warna, motif, dan bentuk yang beraneka
ragam dan memiliki karakteristik atau ciri khas tersendiri. Hasil dari barang-barang
kerajinan dapat berupa benda terapan (fungsional) maupun benda hias, seperti barang-
barang kerajinan yan dibuat dengan teknik tenun. Kerajinan tenun dapat dibuat menjadi
benda fungsional misalnya baju, tirai, tas, dan benda hias seperti hiasan dinding. Di
Palembang sendiri banyak dijumpai kerajinan tenun tradisional seperti kain songket, kain
jumputan serta kain tajung.
Kain tajung merupakan kain khas palembang dimana kain tajung dikhususkan untuk
kaum pria sedangkan kain untuk kaum wanita disebut blongsong. Pembuatan kain tajung
dapat dikatakan cukup rumit dikarenakan proses pembuatannya yang panjang. Namun, hal
ini tidak menyurutkan semangat para perajin kain di Kelurahan Tuan Kentang Kecamatan
Jakabaring. Luas wilayah kelurahan Tuan Kentang yaitu “36,50 ha, sebelah Selatan
berbatasan dengan sungai Ogan, sebelah Utara berbatasan dengan kelurahan 3-4 Ulu,
sebelah Timur berbatasan dengan kelurahan 15 Ulu dan sebelah Barat berbatasan dengan Jl.
KH. Wahid Hasyim”. Karena kain tajung merupakan kebudayaan khas Palembang yang
sedikit pengrajin dan kain tersebut hanya ditemukan di Tuan Kentang membuat masyarakat
belum sepenuhnya mengetahui kerajinan tersebut. Untuk itu penelitian ini menarik dan
perlu dilaksanakan. Penelitian ini berusaha untuk mengetahui bagaimana perkembangan
kain tajung pada tahun 2017-2021 serta perkembangan perkembangan sosial ekonomi
masyarakat pengrajin kain tenun tajung di Kelurahan Tuan Kentang tahun 2017-2021.
Penelitian tentang kain tajung sudah dilakukan oleh beberapa peneliti yakni
penelitian yang dilakukan oleh Nadia, Farida dan Sani (2021) dengan judul Kain Tenun
Tajung dan Blongsong: Sejarah dan Ekonomi Masyarakatnya. Berdasarkan hasil wawancara,
Tajung dan Blongsong mulai ditenun di Tuan Kentang sejak datangnya orang-orang Cirebon
ke Tuan Kentang sekitar tahun 1960. Dengan memanfaatkan peluang yang ada, mereka
mengembangkan usaha Tajung dan Blongsong dengan menenun menggunakan Alat Tenun
Bukan Mesin (ATBM). Usaha ini semakin meningkat dan memberikan pengaruh positif
PEDOMAN PENULISAN AGASTYA………| 3

terhadap perekonomian masyarakat termasuk pemilik usaha, perajin, maupun masyarakat


sekitarnya.
Adapun penelitian lain yang dilakukan oleh Maulinda Nadia. (2020). Dengan judul
Pengaruh Perkembangan Kerajinan Kain Tenun Tajung dan Blongsong Terhadap
Perekonomian Masyarakat Perajin di Kelurahan Tuan Kentang Kecamatan Jakabaring Kota
Palembang Tahun 2009-2017. Berdasarkan hasil penelitian bahwa kain tajung mengalami
perkembangan dimulai dari tahun 2009 pengrajin membuka butik sendiri, inovasi motif pada
tahun 2010-2014, pemanfaatan digital marketing pada tahun 2011 dan membangun sebuah
galeri pada tahun 2017.
Metode

Dalam penelitian dan penulisan sejarah tentunya dilakukan secara ilmiah, maka penelitian
dan penulisan sejarah menggunakan metode sejarah. Metode berarti suatu cara, prosedur,
atau teknik untuk mencapai suatu tujuan secara efektif dan efisien. Metode sejarah dapat
diartikan sebagai metode penelitian dan penulisan sejarah dengan menggunakan cara,
prosedur, atau Teknik yang sistematik sesuai dengan asas-asas dan aturan ilmu sejarah ( A.
Daliman, 2012). Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan ialah :
1. Heuristik, Heuristik berasal dari kata Yunani “heuriskein” yang berarti menemukan atau
memperoleh. Heuristik adalah suatu seni, suatu teknik yang memerlukan keterampilan dan
tidak mempunyai peraturan-peraturan yang bersifat umum ( Reiner, 1997). Di dalam sumber
sejarah terdapat data sejarah; bahasa Inggris datum bentuk tunggal, data bentuk jamak;
bahasa Latin datum berarti “pemberian”. Sumber yang dikumpulkan harus sesuai dengan
jenis sejarah yang akan ditulis (Kuntowijoyo, 1995).
2. Kritik Sumber, Sumber yang telah ditemukan melalui tahapan heuristik, harus diuji
terlebih dahulu. Pengujian ini dilakukan melalui kritik. Setelah peneliti mengetahui secara
tepat topik dan sumber sudah dikumpulkan, tahap yang berikutnya ialah verifikasi atau
kritik sejarah atau keabsahan sumber. Verifikasi terdapat dua macam yaitu meneliti
otentisitas sumber atau keaslian sumber yang disebut kritik eksternal, dan meneliti
kredibilitas sumber yang disebut kritik internal (Kuntowijoyo, 1995).
3. Interpretasi atau penafsiran sering disebut sebagai subyektivitas. Tanpa penafsiran
sejarawan, data tidak bisa berbicara. Sejarawan yang jujur akan mencantumkan data dan
keterangan dari mana data diperoleh. Orang lain dapat melihat kembali dan menafsirkan
ulang. Itulah sebabnya, subyektivitas penulis sejarah diakui, tetapi untuk dihindari.
Interpretasi terbagi dua macam, yaitu analisis dan sintesis. (Kuntowijoyo, 1995).
4 |JURNAL AGASTYA VOL ... NO ... BULAN TAHUN

4. Historiografi Telah dikemukakan bahwa dengan kritik peneliti dapat mengumpulkan data,
kemudian dari data peneliti dapat menyusun fakta. Dengan interpretasi dan sintesis peneliti
berusaha merangkai faktafakta menjadi suatu keseluruhan yang harmonis dan rasional
dalam sebuah historiografi (Kuntowijoyo, 1995). Penulisan sejarah (historiografi) menjadi
sarana mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian yang diuji (verifikasi) dan interpretasi.

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosiologi. Pada pendekatan


sosiologis, di dalamnya terungkap segi-segi sosial dari peristiwa yang dikaji dalam
mengungkapkan peristiwa masa lalu. Pada sejarah sosial, pembahasannya mencakup
golongan sosial yang berperan, jenis hubungan sosial, konflik berdasarkan kepentingan,
pelapisan sosial, peranan dan status sosial dan sebagainya (Irwan, 2014). Dengan
pendekatan sosiologis penulis akan meneliti segi-segi sosial tentang masyarakat perajin kain
tenun tajung di Tuan Kentang Palembang.

Hasil Dan Pembahasan

1. Kain Tenun Tajung

Tajung berasal dari kata “tata” dan “ujung”. Yang artinya pada saat proses penenunan
menggunakan alat tenun bukan mesin, salah satu tangan pengrajin memegang salah satu sisi
ujung dari ATBM yang bertujuan untuk merapikan benang agar membentuk motif yang
diinginkan. Tajung disebut sebagai kain gebeng dan adapula yang menyebutnya kain sarung,
kain ini ditenun dengan teknik ikat dan bahannya terbuat dari benang sutera dan benang
katun. Kain tajung diperkirakan sudah ada sejak masa kesultanan Palembang, kain tajung
adalah pakaian para kesultanan Palembang. Laki-laki tidak boleh menggunakan songket,
songket hanya dikhususkan untuk perempuan. Sehingga laki-laki dikhususkan untuk
memakai kain tajung. Kain tajung Biasanya dipadankan dengan jas atau Teluk Belango agar
terlihat cantik. Kain tajung dikenakan dalam beberapa acara seperti pernikahan adat atau
acara besar seperti festival budaya (Alisa, 2018)
Pada awalnya kain tajung digunakan di lingkungan kesultanan, seiring perkembangan
zaman sudah tidak ada lagi kesultanan Paalembang, maka kain tajung sudah dapat dikenakan
oleh masyarakat Palembang secara umum. (Maulinda, Farida, Sani. 2020)
Kerajinan bertenun di kelurahan Tuan Kentang merupakan budaya turun temurun
dan telah menjadi pekerjaan tetap masyarakat sekitar. Pada awalnya daerah Tuan Kentang
masyarakatnya hanya menenun songket dengan menggunakan alat tenun gedogan. Pada saat
orang cirebon datang ke Tuan Kentang, mereka melihat peluang baru dalam menenun
PEDOMAN PENULISAN AGASTYA………| 5

akhirnya mereka mulai menenun tajung dan blongsong. Kain blongsong sama halnya seperti
kain tajung, kain blongsong digunakan untuk perempuan dan dibuat dalam bentuk
selendang. Sedangkan kain tajung berbentuk sarung. Motif yang digunakan pada kain tajung
ialah motif kembang cumpuk dan motif kembang gundul. (Wawancara dengan bapak Misroh
pada 25/08/2021)

2. Perkembangan Kain Tenun Tajung tahun 2017-2021

Kain tenun tajung dikenal dengan istilah sewet atau sarung. Tajung merupakan jenis
kain tenun khas Palembang yang diperkirakan sudah ada sejak masa Kesultanan Palembang.
Penciptaan kain tenun Tajung didasari karena adanya peraturan kesultanan yang melarang
penggunaan kain Songket bagi laki-laki dan perempuan yang belum menikah. Maka dari itu,
muncul kain Tajung, kain tenun berbentuk sarung untuk digunakan oleh laki-laki, kain
Blongsong, merupakan kain tenun berbentuk sarung dan selendang yang digunakan untuk
perempuan. Pada mulanya, kain tajung hanya digunakan oleh para keluarga sultan. Namun,
seiring dengan berjalannya waktu, masyarakat umum pun kini diperkenankan untuk
mengenakan kain tersebut. Biasanya, kain tenun Tajung dan Blongsong akan mudah dijumpai

pada upacara-upacara adat Palembang seperti syukuran, tunangan, dan pesta perkawinan.
(Maulinda, Nadia 2020).
Dari tahun ke tahun kain tajung dibuat menggunakan benang katun dan sutra atau
disebut sutro. Kain tajung dibuat menggunakan mesin gedogan, dimana mesin ini turun
menurun. Pada tahun 2017, Pemerintah Kota Palembang bekerja sama dengan Bank
Indonesia (BI) untuk membangun Griya Kain Tuan Kentang, sebuah komunitas UMKM
pengrajin tekstil Tuang Kentang. Pembentukan komunitas ini dilakukan sebagai upaya
melestarikan tekstil tradisional Palembang, diantaranya adalah kain tenun Tajung dan
Blongsong. Setelah Griya Kain Tuan Kentang diresmikan, kain tenun Tajung dan Blongsong
juga telah menembus pasar internasional. Produk kain tenun Tajung dan Blongsong sering
kali diekspor ke negara Malaysia, Brunei Darussalam, Jepang, dan Belanda. Tidak hanya itu,
di Indonesia sendiri kain tenun Blongsong mulai mendapat momentum dengan
diaplikasikannya kain ini pada desain label lokal. Seperti contohnya pada tahun 2019 lalu,
desainer Itang Yunasz menghadirkan sebuah koleksi berisi 10 padu padan kain tenun
Blongsong dengan sentuhan modern. Kini kain Tajung dan Blongsong selain tersedia di Griya
Kain Tuan Kentang, dapat juga kita temukan di berbagai situs belanja online di Indonesia
seperti shopee. Di shopee kini menjual berbagai motif kain tajung, sehingga masyarakat tidak
6 |JURNAL AGASTYA VOL ... NO ... BULAN TAHUN

harus membeli di griya kain tajung. Apalagi dengan kondisi pandemi, masyarakat tidak perlu
repot untuk keluar membeli kain tajung tersebut. Selain dijual di toko online promosi melalui
media cetak dan media elektronik yang gencar dan terus menerus dilakukan membuat Griya
Kain Tuan Kentang lebih mudah dikenal dengan masyarakat yaitu dengan cara promosi
melalui instagram dan facebook.

(Gambar motif kain tajung)

3. Perkembangan Sosial Ekonomi masyarakat Pengrajin kain tenun tajung di


Kelurahan Tuan Kentang tahun 2017-2021.

Kerajinan Tajung di kelurahan tuan kentang Palembang membawa dampak positif


bagi masyarakat di Kelurahan Tuan Kentang. Setelah datangnya masyarakat Cirebon pada
tahun 1960-an ke Tuan Kentang, dan menjadi perajin Tajung. Sedikit demi sedikit kerajinan
ini mengalami perkembangan. Usaha kerajinan kain tenun menjadi salah satu penghasilan
masyarakat Kelurahan Tuan Kentang. Kerajinan ini mampu meningkatkan pendapatan dan
perekonomian masyarakat Tuan Kentang karena menciptakan lapangan pekerjaan bagi
masyarakat dan menimbulkan persaingan antar pelaku usaha kerajinan kain tenun.
Awalnya proses pembuatan kain tajung menggunakan alat tenun bukan mesin,
proses pembuatannya masih sangat tradisional. Kemudian pemerintah memberikan bantuan
mesin tenun kepada para pengrajin, lambat laun kerajinan kain tajung mengalami
perkembangan. Sehingga pada tahun 2017 griya kain tenun yang didirikan Bank Indonesia di
kelurahan Tuan Kentang Palembang mulai diresmikan gubernur Palembang. Upah yang
PEDOMAN PENULISAN AGASTYA………| 7

didapat dari bekerja sebagai perajin cukup untuk menghidupi keluarga dan menyekolahkan
anak-anak. Upah yang diterima oleh perajin sudah cukup layak dan setara dengan UMR
sehingga mampu memberikan kehidupan ekonomi yang baik. Serta pendapatan pemilik
usaha kain tajung dapat mencapai puluhan juta dikarenakan banyak masyarakat atau
wisatawan yang tertarik untuk membeli kain tersebut, harga jual kain tajung mulai dari
130.000,00-250.000,00.
Setiap tahunnya pendapatan pemilik usaha ataupun pengrajin selalu normal, apalagi
kondisi pandemi seperti ini pendapatan masyarakat Tuan Kentang masih stabil tidak
mengalami penurunan. Harga bahan bakunya saja yang mengalami kenaikan. Biaya
modalnya berkisar 4.000.000,00. Perhari masyarakat bisa membuat 1 kain tajung. Biasanya
masyarakat pengrajin kain, ada yang hanya memproduksi kain saja dan diperjual belikan lagi.
Masyarakat atau wisatawan yang berkunjung ke Tuan Kentang selama masa pandemi ini
tidak terlalu banyak seperti tahun sebelumnya. Seminggu tekadang hanya ada dua
pengunjung. (Wawancara dengan bapak Misroh pada 25/08/2021)

Kesimpulan

Daftar Pustaka
8 |JURNAL AGASTYA VOL ... NO ... BULAN TAHUN

Alisa Tia Novira. (2018) Designing The Booklet of Palembang Traditional Tajung Cloth.
Other thesis, Politeknik Negeri Sriwijaya.
Arifin Fatahul. (2020). Disain Mesin-mesin Industri Kain Tradisional di Tuan Kentang
Palembang. Citrabooks : Palembang.
Asriana Nova & Syahriyah (2020). Pola Pergerakan Wisata di Kawasan Wisata Tuan Kentang.
Jurnal Arsitektur ARCADE. Volume 4 no 1 : 7-11.
Ariyanti Indri dkk. (2019) Kerajinan Tenun Tradisional Blongsong/Tajung Palembang.
Volume 2 : 310-317. Jurnal Arsitektur ARCADE. Volume 4 no 1 : 7-11.
Depdiknas. (2000). Tenun Tradisional Sumatera Selatan. Palembang: Depdiknas.
Nurhasana dkk. (2020) Pengembangan Sistem Informasi Akuntansi Penggajian di Griya Kain
Tuan Kentang. (dalam https://jurnal.polsri.ac.id) diakses pada 20 agustus 2021.
Dewi Agusriani. (2015). Pengaruh Kualitas Produk dan Harga Terhadap Keputusan
Pembelian Konsumen Pada Kain Tajung Khas Palembang di Silaberanti. Universitas
Muhamadiyah : Palembang.
Falashifa Dewi. (2013). Kerajinan Tenun Ikat Tradisional Home Industry Dewi Shinta di Desa
Troso Pecangaan Kabupaten Jepara (Kajian Motif, Warna, dan Makna Simbolik).
Skripsi. Yogyakarta :Pendidikan Seni Rupa UNY.
Febriyanti Amanda dkk. (2021). Penerapan Analisis SWOT Strategi Promosi Objek Wisata
Belanja Griya Kain Tuan Kentang. Jurnal Terapan Ilmu Ekonomi, Manajemen dan
Bisnis. Volume 1 no 3 : 118-123.
Maulinda Nadia. (2020). Pengaruh Perkembangan Kerajinan Kain Tenun Tajung dan
Blongsong Terhadap Perekonomian Masyarakat Perajin di Kelurahan Tuan Kentang
Kecamatan Jakabaring Kota Palembang Tahun 2009-2017. Skripsi. Universitas
Sriwijaya.
Maulinda, Farida, Sani Safitri. (2021). Kain Tenun Tajung dan Blongsong : Sejarah ekonomi
masyarakatnya. Vol 9 (1).
Nasution Eran. (2019). Rancangan Bangun Alat Bantu Penggulung Benang Kain Tajung
Palembang. (dalam https://eprints.polsri.ac.id) diakses pada 20 Agustus 2021
Putra Edi Setiadi. (2011). Perancangan Diversifikasi Produk Tenun Tajung Khas Desa Tuan
Kentang Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan. Bandung.
https://lib.itenas.ac.id: 49-52
Raharja, Timbul (2011). Seni Kriya dan Kerajinan. Yogyakarta.
Syahputra Erik. S., Wadin, W., & Parlan. (2020). Upaya Untuk Mengembangkan
Keterampilan Tangan. Journal Of Lifelong Learning. Vol. 3 No.1. .
PEDOMAN PENULISAN AGASTYA………| 9

Yulina Bainil dkk. (2019) Implementasi Program Pengembangan Produk Unggulan Daerah
Kain Tenun Khas Daerah Palembang. Volume 2 no 1 : 1303-1312.

Anda mungkin juga menyukai