NPM: 1910212027
Kelas : SM6
Tahun : 2014
LATAR BELAKANG
Kemandirian suatu bangsa bisa diukur menurut kemampuan bangsa tersebut untuk
melaksanakan & membiayai pembangunan sendiri. Oleh karenanya untuk menaikkan
penerimaan pajak negara, maka sistem & mekanisme perpajakan yg berlaku terus
disempurnakan menggunakan memperhatikan asas keadilan, pemeratan, manfaat &
kemampuan warga melalui peningkatan mutu pelayanan & kualitas aparat yg mencerminkan
pada peningkatan kejujuran, tanggung jawab, pengabdian & penyempurnaan sistem
administrasi. Dimana pajak penghasilan orang eksklusif adalah keliru satu instrumen untuk
mengatasi ketimpangan distribusi pendapatan antara warga yg berpenghasilan tinggi &
berpenghasilan rendah & pajak penghasilan badan merupakan pajak penghasilan yg
dikenakan terhadap badan & menggunakan penghasilan yg diterima atau diperolehnya selama
1 tahun pajak. Perhitungan PPh badan sering terjadi disparitas antara pajak penghasilan yg
sudah dihitung menggunakan berdasarkan fiskus. 36 Tahun 2008 menurut Direktorat Jenderal
Pajak. PT. Golden Mitra Inti Perkasa merupakan keliru satu perusahaan pada Manado yg
beranjak pada bidang perdagangan, dimana pada perhitungan pajak penghasilan terjadi
disparitas, hal ini ditimbulkan lantaran adanya disparitas antara porto yg diakui laporan
keuangan menggunakan pajak.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan oleh penulis adalah analisis deskriptif kuantitatif, yaitu
metode yang dilakukan dengan mengumpulkan, mengklasifikasikan, menganalisis, serta
menginterpretasikan data sehingga memberikan keterangan yang lengkap bagi pemecahan
masalah dalam penelitian.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
KESIMPULAN
LATAR BELAKANG
Penelitian ini dikhususkan untuk pajak penghasilan, khususnya pajak penghasilan
badan. Perhitungan pajak penghasilan badan seringkali didasarkan pada perhitungan
perusahaan (komersial) dan otoritas pajak (keuangan), hal ini disebabkan adanya perbedaan
pengakuan pendapatan, biaya dan laba dalam laporan keuangan perusahaan (laba komersial).
dan laporan keuangan yang ditentukan oleh otoritas pajak. (Keuntungan fiskal). Perbedaan
perhitungan pajak juga disebabkan oleh pengetahuan perusahaan yang sangat terbatas dan
seringkali perusahaan menghitung sendiri pajak penghasilannya tanpa memerlukan jasa
konsultan pajak dengan alasan penghematan biaya. Oleh karena itu, setiap perusahaan harus
menghitung pajak penghasilan badan sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka pertanyaan yang diangkat dalam penelitian ini
adalah:
1) Bagaimana PT menghitung pajak penghasilan badan. Karinu Jaya Semesta dalam bisnis.
2) Bagaimana PT menghitung pajak penghasilan badan. Karinu Jaya Semesta secara finansial
berdasarkan UU Perpajakan No. 1. nomor 36 tahun 2008.
3) Apakah terdapat perbedaan perhitungan pajak penghasilan badan yang dilakukan oleh PT.
Karinu Jaya Semesta dikomersialkan dengan cara menghitung pajak penghasilan badan
secara fiskal sesuai dengan UU Perpajakan No. nomor 36 tahun 2008.
4) Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan pajak penghasilan badan dihitung berdasarkan
perhitungan bisnis dan fiskal berbeda?
METODE PENELITIAN
Data yang digunakan meliputi data kuantitatif dan data kualitatif, serta sumber
datanya data primer dan data sekunder.Pengumpulan data dilakukan dengan memadukan
berbagai tehnik pengumpulan data yaitu observasi, interview dan dokumentasi.
Teknik analisis data yang digunakan adalah :Teknik Analisis Deskriptif dan
Analisis Comparative yaitu suatu analisis yang menguraikan dan membandingkan
perhitungan PPh badan menurut perusahaan secara komersial dengan menurut Undang-
Undang Perpajakan No. 36 tahun 2008 secara fiskal.
(1) Pendapatan diluar usaha sebesar 55.555.550 merupakan penghasilan atas sewa
gedung dimana merupakan obyek penghasilan PPh final sesuai dengan Pasal 4
ayat 2 UU PPh merupakan koreksi fiskal negatif.
(2) Biaya diluar usaha sebesar 5.555.550 merupakan pembayaran PPh final atas
persewaan gedung sehingga bukan merupakan obyek pajak merupakan koreksi
fiskal positif.
(3) Biaya perjalanan tirta yatra yang dipakai perusahaan yakni sebesar
Rp.75.200.000. Menurut Undang-Undang Perpajakan pasal 9 ayat (1). Biaya
perjalanan tirta yatra termasuk ke dalam pemberian dalam bentuk natura dan
kenikmatan sehingga tidak diakui oleh pajak maka biaya perjalanan tirta yatra
merupakan koreksi positif.
KESIMPULAN