Anda di halaman 1dari 18

PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI UMUM

( MAKROSKOPI TUMBUHAN I )

ISLAMIC TECHNOPRENEUR UNIVERSITY

Disusun oleh :

Nama : Maria Arifah

NIM : 200106100

Hari/ tanggal praktikum : Senin, 25 Oktober 2021

Asisten : Hayatul Azizah

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

PROGRAM STUDI FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANDUNG

2021
I. TUJUAN
I.1. Menentukan ciri morfologi, anatomi dan taksonomi simplisia.
I.2. Mengetahui manfaat dan mutu tanaman obat dari simplisia.
II. TEORI DASAR

Tumbuhan merupakan sumber bahan kimia yang paling lengkap. Begitu


banyak komponen kimia yang terdapat dalam tumbuhan, sehingga banyak
tumbuhan digunakan sebagai jamu atau obat tradisional. Saat ini, dunia berada
dalam iklim back to nature atau dikenal sebagai gerakan kembali ke alam dan
oleh karena itu semua hal yang serba natural semakin digemari dan dicari
orang, salah satunya penggunaan tumbuhan untuk pengobatan. Tumbuhan
obat yang digunakan oleh masyarakat mempunyai kelebihan atau keunggulan.
Kelebihan dari pengobatan dengan ramuan tradisional adalah mempunyai efek
samping yang kecil dibandingkan dengan pengobatan kimiawi (Thomas,1989)
Simplisia merupakan bahan alami yang digunakan untuk obat tradisional
dan belum mengalami proses apa pun, kecuali proses pengeringan. Penjualan
produk simplisia pada sentra biofarmaka Kabupaten Karanganyar masih
sangat rendah apabila dibandingkan dengan penjualan rimpang segar, padahal
harga jual simplisia jauh lebih tinggi dibandingkan harga jual rimpang segar.
Untuk mengatasi masalah itu, telah banyak dikembangkan penelitian
mengenai rancangan alat pengering untuk membantu proses pengeringan
simplisia. Alat pengering simplisia berupa kabinet tertutup yang
mengandalkan energI panas matahari. Alat pengering ini dapat menampung
maksimal 9 kg rimpang segar, akan tetapi jumlah itu masih belum dapat
memenuhi kebutuhan produksi simplisia. Untuk meningkatkan produktivitas
alat pengering, terdapat 2 hal yang harus ditingkatkan yaitu lama waktu
pengeringan dan kapasitas produksi. Lama waktu pengeringan dapat
ditingkatkan dengan tercapainya suhu maksimal (60˚) dan meningkatkan
aliran udara agar uap air di dalam kabinet bisa cepat keluar dengan lancar.
Sedangkan kapasitas produksi dapat ditingkatkan dengan memperbesar
dimensi kabinet pengering. Pada penelitian ini dibuatlah perbaikan rancangan
kabinet pengering untuk dapat meningkatkan produktivitas alat pengering
sebelumnya. Hasil dari penelitian ini adalah berupa kabinet pengering
menggunakan sumber energi panas matahari dengan mekanisme aliran udara
aktif dari turbine ventilator. Kabinet pengering ini dapat menampung rimpang
segar sebanyak maksimal 13 kg. Berdasarkan uji ANOVA diketahui bahwa
tidak ada perbedaan yang signifikan dari penurunan kadar air serta perbedaan
temperatur pengeringan di tiap rak (Prasetyo, 2016)
Obat yang berasal dari bahan alam memiliki efek samping yang lebih
sedikit dibandingkan obat-obatan kimia, karena obat herbal bersifat alamiah.
Hal ini mendorong pemanfaatan tumbuhan obat sebagai bahan baku obat.
Tumbuhan obat dapat diformulasikan menjadi suatu sediaan farmasi untuk
mempermudahpenggunaannya dalam pengobatan ( Utami, 2017).

III. ALAT DAN BAHAN

No Alat Bahan
1. Gunting Abri Folium ( Daun saga )
2. Kertas Perkamen Cardamomi Fructus ( Ketumbar )
3. Lup Cinnamomi Cortex ( Kayu manis )
4. Mikroskop Kaempferiae Rhizoma ( Kencur )
5. Penggaris Melaleucae Folium ( Daun kayu putih )
6. Pensil Liquiritiae Radix ( Akar Manis )
7. Pinset Myristicae Semen ( Biji pala )
8. Pisau Piperis Fongi Fructus ( Cabe jawa )
9. Pulpen Piperis Higri Fructus ( Lada Putih )
10. Sappan Lignum ( Kayu Secang )
11. Thymi Herba ( Herba Timi )
12. Zinggiberis Rhizoma ( Jahe )

IV. PROSEDUR KERJA

Simplisia
Disiapkan alat dan bahan yang akan di gunakan

Ditentukan nama local, nama latin dan nama keluarga dari


simplisia yang digunakan

Didefinisikan kandungan yang ada pada simplisia

Diidentifikasi kegunaan dan simplisia terutama pada obat


– obatan

Ditentukan pemberian simplisia berupa warna, bau dan rasa

Diidentifikasi bagian yang digunakan pada simplisia terhadap


obat – obatan

Ditentukan tempat penyimpanan yang optimal untuk simplisia

Digambarkan bentuk simplisia tersebut diatas kertas

Hasil

V. HASIL PENGAMATAN

No Gambar Keterangan
Nama lokal : Abri folium/ daun saga
Nama Ilmiah : Abrus precatorius L.
Keluarga : Abrus
Kandungan : Glisirizin sampai 15%, Ca
oksalat
1. Penggunaan obat : Obat sariawan
Pemerian : Baunya lemah, rasa agak manis
dan khas
Bagian yang digunakan : Anak daun
Penyimpanan : Dalam tempat atau wadah
yang tertutup dengan baik.
Nama lokal : Cardamomi fructus/ kapulaga
Nama Ilmiah : Amomum compactum solan.
Ex. Maton
Keluarga : Zingiberaceae
Kandungan : Minyak atsiri yang
mengandung koriandrol, minyak lemak,
sinamaldehid.
2.
Penggunaan obat : Bumbu masak,
karminativa
Pemerian : Buah yang diremas aromatik
khas, rasa khas lama – lama agak pedas
Bagian yang digunakan : Buah yang
dimasak dan kering
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
3. Nama lokal : Cinnamomi cortex / kayu
manis
Nama Ilmiah : Cinnamomum zeylanicum
BI.
Keluarga : Lauraceae
Kandungan : Minyak atsiri yang
mengandung egenol sinamiladehida, zat
penyamak, pati, lendir
Penggunaan obat : Karminavita,
menghangatkan lambung, dicampur dengan
adstringensian lainnya untuk obat mencret
Pemerian : Bau aromatik, rasa pedas dan
manis
Bagian yang digunakan : Kulit bagian
dalam yang diperoleh dari anak batang yang
telah dikupas
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Nama lokal : Kaempferiae rhizoma / kencur
Nama Ilmiah : Kaempferia galaga L
Keluarga : Zingiberaceae
Kandungan : Alkaloida,minyak atsiri yang
mengandung sineol dan kamferin, mineral
dan pati
Penggunaan obat : Ekspektoransia,
4.
diaforetika, karminativa, stimulansia,
roboransia
Pemerian : Bau khas aromatik, rasa pedas,
hangat, agak pahit,akhirnya menimbulkan
rasa pedas
Bagian yang digunakan : Akar tinggal
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
5. Nama lokal : Melaleucae folium / Daun
kayu putih
Nama Ilmiah : Melaleuca leucadendra L.
Keluarga : Myrtaceae
Kandungan : Minyak atsiri, sineol
Penggunaan obat : Analgetic, Perdarahan
stomachicum, spasmolika
Pemerian : Bau aromatik khas, rasa pahit
Bagian yang digunakan : Daun
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Nama lokal : Liquiritiae radix / Akar manis
Nama Ilmiah : Glycyrrhiza glabra L
Keluarga : Papilionaceae
Kandungan : Glisirizin (dengan kadar 5 –
10%, yaitu berupa garam K dan Cadari asam
glisirizat. Zat ini 50x lebih manis dari gula
6. tebu), pati, gula, asparagin
Penggunaan obat : Antitusiva, pengisi dan
penyalut pil
Pemerian : Bau khas lemah, manis
Bagian yang digunakan : Akar dan batang
di bawah tanah
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
7. Nama lokal : Myristicae semen/ Biji pala
Nama Ilmiah : Myristica fragrans Houtt.
Keluarga : Myristicaceae
Kandungan : Minyak atsiri yang
mengandung miristin (bersifat membius)
kamfer, minyak lemak (terutama gliserida
dari asam miristin, asam oleat, dan asam
linoleat zat putih telur)
Penggunaan obat : Bahan pewangi,
karminativa, stimulansia setempat terhadap
saluran pencernaan, miristin berkhasiat
membius, menyebabakan rasa kantuk, dan
memperlambat pernafasan,muntah.
Pemerian : Bau khas aromatic, rasa agak
pahit, agak pedas dan agak menimbulkan
rasa tebal di lidah
Bagian yang digunakan : Inti biji buah
yang masak
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Nama lokal : Piperis fongi fructus / cabe
jawa
Nama Ilmiah : Piper retrofractum Vahl.
Keluarga : Piperaceae
Kandungan : Alkaloid, piperin, damar, pati
8. Penggunaan obat : Stimulansia,
karminativa, diaforetika
Pemerian : Bau khas aromatik, rasa pedas
Bagian yang digunakan : Buah majemuk
yang telah tua tetapi belum masak
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Nama lokal : Piperis higri fructus/ Lada
putih
Nama Ilmiah : Piper nigrum L
Keluarga : Piperaceae
9. Kandungan : Minyak atsiri dan pati
Penggunaan obat : Karminativa (ramuan)
Pemerian : Bau aromatik, rasa pedas
Bagian yang digunakan : Buah
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
10. Nama lokal : Sappan lignum/ Kayu secang
Nama Ilmiah : Caesalpinia sappan L
Keluarga : Caesalpiniaceae
Kandungan : Brazilin, zat warna merah
sappan, asam tanat, asam galat
Penggunaan obat : Astringensia, luka
memar, batuk darah, sipilis
Pemerian : Tidak berbau, rasa kelat
Bagian yang digunakan : Irisan-irisan
kecil atau serutan-serutan kayu
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Nama lokal : Thymi herba/ Herba timi
Nama Ilmiah : Thymus vulgaris L.
Keluarga : Lamiaceae
Kandungan : Minyak atsiri yang
mengandung timol, terdapat pula karvakol,
pinen, linalool dan bornil asetat
11. Penggunaan obat : Obat batuk
(ekspektoransia)
Pemerian : Bau aromatik, rasa pedas, sejuk
Bagian yang digunakan : Pucuk berbunga
dan daun
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Nama lokal : Zinggiberis rhizome/ Jahe


Nama Ilmiah : Zingiber officinnale Rosc.
Keluarga : Zingiberaceae
Kandungan : Pati, damar, oleoresin,
gingerin dan minyak atsiri (yang
mengandung zingeron, zingiberol,
zingiberin, borneol, kamfer, sineol, dan
12.
felandren)
Penggunaan obat : Stimulansia,
diaforetika, karminativa
Pemerian : Bau aromatic, rasa pedas
Bagian yang digunakan : Akar tinggal
yang sebagian kulitnya telah dikupas
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
VI. PEMBAHASAN
Dalam praktikum ini dilakukan uji makroskopik tumbuhan I.
Dalam uji makroskopik tumbuhan I dilakukan analisis awal yaitu
mengidentifikasi nama simplisia atau nama lokal, lalu dilakukan
identifikasi nama ilmiah, keluarga simplisia, kandungan yang terdapat
dalam simplisia tersebut, bagaimana cara penggunaan obat dari
simplisia tersebut, pemerian simplisia, bagian mana yang digunakan
dalam simplisia tersebut hingga bagaimana penyimpanan simplisianya.
Berikut terdapat 12 simplisia yang diidentifikasi.
Pertama Daun saga atau nama ilmiah nya adalah Abrus precatorius L.
Salah satu tanaman yang dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia
yaitu tanaman saga (Abrus precatorius L.).Tanaman ini berkhasiat
sebagai obat sariawan, obat batuk dan obat radang tenggorokan
( Pertiwi, 2016 ). Menurut penelitian Wahyuningsih (2006),
kandungan daun saga yang berupa glikosida (Abrusosida A-D dan
Abrusgenin), saponin dan flavonoid mempunyai fungsi sebagai
antibakteri. Nilai kadar bunuh minimum (KBM) dari ekstrak etanol
daun saga untuk bakteri S.aureus sebesar 0,63% dan E.coli sebesar
2,50%. Hal ini membuktikan bahwa ekstrak etanol daun saga
mempunyai kandungan kimia yang aktivitasnya lebih baik pada
bakteri gram positif yaitu S.aureus daripada gram negatif yaitu E.coli
(Pertiwi, 2016).

Kedua adalah kapulaga atau nama ilmiahnta Amomum


compactum Solan. Ex. Maton. Beberapa tanaman obat diduga
memiliki sifat sebagai antibakteri, sehingga dapat dimanfaatkan
sebagai antibiotik alami. Salah satunya adalah kapulaga lokal
(Amomum compactum Sol.Ex Maton),termasuk famili Zingiberaceae
yang merupakan tanaman rempah asli Indonesia yang banyak
dimanfaatkan dan memiliki khasiat melegakan tenggorokan,
menghilangkan bau mulut, mengobati perut kembung dan radang
tenggorokan.Minyak atsiri dan ekstrak metanol dari biji dan
buah kapulaga lokal (Amomum compactum Sol. Ex Maton)
dilaporkan mampu menghambat pertumbuhan cendawan Botrytis
cinere Pers asal buah anggur (Vitis sp) dan senyawa sineol
diduga merupakan senyawa utama dalam kapulaga lokal yang
bersifat sebagai anticendawan (Sukandar, 2015). Kapulaga
umumnya digunakan dalam pengobatan tradisional korea. Dalam
penelitiannya menunjukkan bahwa ekstrak etanolik A. compactum
(ACEE) memiliki anti- inflamasi yang diinduksi lipopolisakarida
( Lee, 2012 ).
Ketiga adalah kayu manis atau cinnamomi cortex dengan
nama ilmiah cinnamomum zeylanicum BI. Kulit kayu manis
(cinnamon) merupakan salah satu jenis rempah-rempah yang menjadi
komoditi perdagangan penting pada saat ini. Kayu manis adalah
kandungan utama dari minyak atsiri yang selama ini banyak
dimanfaatkan sebagai bahan kosmetik, parfum, flavor makanan dan
minuman, serta sebagai antiseptik dan antimikroba dalam bidang
kedokteran. Minyak atsiri kayu manis secara komersial diproduksi
dengan cara penyulingan atau destilasi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh ukuran bahan dan metode destilasi terhadap
kualitas minyak atsiri kayu manis (Yuliarto, 2012).
Keempat adalah kencur atau nama ilmiahnya Kaempferia
galaga L. Kencur (Kaemferia galanga L.) adalah salah satu jenis
tumbuhan temutemuan (umbi-umbian) yang termasuk famili
Zingiberaceae, yang mengandung minyak atsiri 2,4%-3,9%, juga
cinnamal, aldehide, asam motil p-cumarik, asam cinnamal, etil ester,
dan pentadekan. Kemampuan penyesuaian tanaman kencur terhadap
lingkungan cukup tinggi. Tanaman ini punya daya produksi tinggi di
daerah yang punya curah hujan 1500 – 4000 mm/th, suhu udara 19 0
-30 0C dan ketinggian 100-700m dari permukaan air laut (dpl).
Tanaman ini tumbuh baik di tempat terbuka yang mendapat sinar
matahari penuh, tapi memerlukan naungan ringan untuk pertumbuhan
yang optimum. Hal ini dapat diamati pada tanaman kencur yang
ditanam secara monokultur daunnya melipat (menutup pada siang
hari). Sekalipun demikian, kencur yang ditanam di tempat terlindung,
justru hanya akan menghasilkan daundaunnya saja. Sebagai tanaman
obat, kencur memberikan manfaat cukup banyak terutama rimpangnya.
Kencur berkhasiat untuk obat batuk, gatal-gatal pada tenggorokan,
perut kembung, mual, masuk angin, pegal-pegal, pengompresan
bengkak, tetanus dan penambah nafsu makan (Miranti, 2009).
Kelima yaitu daun kayu putih atau nama ilmiahnya
Melaleuca leuca dendra L. Minyak kayu putih termasuk salah satu
jenis minyak atsiri khas Indonesia. Minyak ini diketahui memiliki
banyak khasiat, baik untuk pengobatan luar maupun pengobatan
dalam. Kualitas minyak kayu putih ditentukan oleh besarnya kadar
sineol. Besarnya kadar sineol yang didapatkan dapat dipengaruhi oleh
beberapa hal diantaranya adalah varietas dan kerapatan daun kayu
putih dalam ketel. Varietas daun kayu putih dibedakan menjadi dua
yaitu daun yang berkuncup merah dan putih. Sedangkan dalam
pengolahannya, kerapatan daun ke dalam ketel perlu diatur agar
mencapai kapasitas yang optimum dan merata (Arnita, 2011).
Keenam adalah akar manis atau nama ilmiahnya
Glycyrrhiza glabra L. Akar manis ( G. glabraLinn ) mempunyai
kandungan saponin yang lebih dikenal dengan Glycyrrhizin yang
berfungsi sebagai gastroprotektif ( Depkes RI, 1979). Akar manis juga
digunakan sebagai obat tradisional terutama untuk pengobatan tukak
lambung, hepatitis C dan penyakit paru-paru dan kulit. Seiring dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, pemanfaatan tanaman akar
manis berkembang sebagai bahan baku industri farmasi. Kelemahan
utama mengkonsumsi akar manis dengan cara tradisional yaitu
dikonsumsi sebagai obat secara langsung atau di dekoktasi sehingga
tidak praktis dalam penggunaannya ( Putri, 2021 ).

Ketujuh adalah biji pala atau nama ilmiahnya adalah


Myristica fragrans Houtt. Pala merupakan tanaman asli Indonesia.
Bagian buah pala meliputi daging buah, kulit biji dan biji pala. Secara
komersial biji pala merupakan bagian terpenting dari buah pala dan
dapat dibuat menjadi berbagai produk antara lain minyak atsiri dan
oleoresin (Ansory, 2018). Buah untuk keperluan rempah biasa dipetik
pada umur 9 bulan sejak mulai persarian bunga. Buahnya berbentuk
peer, lebar, ujungnya meruncing, kulitnya licin, berdaging dan cukup
banyak mengandung air. Jika sudah masak petik warnanya kuning
pucat dan membelah dua kemudian jatuh. Dari selutruh bagian
tanaman pala yang mempunyai nilai ekonomis adalah buahnya yang
terdiri dari empat bagian yaitu daging buah, fuli, tempurung dan biji.
Daging buah pala cukup tebal dan beratnya lebih dari 70% dari berat
buah, berwarna putih kekuning-kuningan, berisi cairan bergetah yang
encer, rasanya sepet dan mempunyai sifat astringensia (Nurdjannah,
2016 ).
Adapun simplisia yang kedelapan ialah cabe jawa atau nama
ilmiahnya Piper retrofractum Vahl. Cabe jawa adalah salah satu bahan
obat tradisional yang potensial, antara lain digunakan untuk
menyembuhkan kejang perut, kolik, radang mulut dan sakit gigi.
Selain itu juga digunakan untuk memperkuat fungsi – fungsi organ
tubuh dengan cara memperlancar peredaran darah (stimulan),
memperlancar keluarnya keringat (diaforetik), menghilangkan
kembung ( karminatif ) dan obat gosok. Dibeberapa negara cabe
dikenal sebagai bumbu masakan kari dan sejenisnya. Dijawa selain
sebagai jamu, dikenal juga sebagai bahan pembuat minuman bandrek.
Tanaman ini tumbuh merambat dan melilit dengan panjang 10 meter.
Cara memperbanyaknya bisa melalui biji atau setek batang. Tanaman
ini dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan iklim kering dan panas
(Winarto).

Selanjutnya yang kesembilan ialah lada putih dengan nama


ilmiah Piper ningrum L. lada ini merupakan komoditas pertanian yang
bernilai ekonomis sejak zaman dahulu kala hingga saat ini dan di masa
mendatang. Selain digunakan bumbu masakan, produk lada juga bisa
digunakan sebagai ramuan obat-obatan, wewangian dan kosmetika.
Lada merupakan produk tertua dan terpenting dari produk rempah –
rempah yang diperdagangkan di dunia. Adapun klasifikasi lada, lada
ini termasuk famili Piperaceae terdiri atas 10-12 genera. Terdapat 1400
spesies tanaman lada yang beraneka ragam bentuknya, mulai dari
herba, semak, tanaman menjalar, hingga pohon (suwarto, 2013).
Kemudian yang kesepuluh simplisia kayu secang dengan
nama ilmiah caesalpinia sappan L. Secang merupakan tanaman yang
sudah lama banyak digunakan sebagai obat tradisional. Adanya
komponen brazilin memberikan warna spesifik dari kayu secang yaitu
warna merah. Kayu secang mengandung lima senyawa aktif yang
terkait dengan flavonoid yaitu brazilin, brazilein, 3‘-Ometilbrazilin,
sappanin, chalcone, dan sappancalchone yang dapat digunakan sebagai
antioksidan primer maupun antioksidan sekunder. Adanya komponen
brazilin dalam kayu secang mempunyai efek melindungi tubuh dari
keracunan akibat radikal kimia (Rina, 2013).
Selanjutnya ke sebelas terdapat simplisia herba timi dengan
nama ilmiah thymus vulgaris L. Herba timi merupakan tanaman yang
tumbuh didaerah meditarian barat, eropa dan asia pada ketinggian
tempat 500-1500 m dpl. Diindonesia, tanaman tersebut tumbuh
didataran tinggi. Timi merupakan tanaman aromatik, yang apabila
didistilasi dengan pelarut alkohol mengandung lebih kurang 15%
minyak atsiri, atau sekitar 1% apabila didistilasi dengan pelarut air
(MIRZAEI-AGHSAGHALIet al., 2012). Perbedaan lingkungan
tumbuh tanaman timi dapat mempengaruhi perbedaan jenis dan
jumlah komponen kimia yang dikandungnya. Minyak atsiri timi
yang ditanam di India mengandung 48 komponen bahan aktif.
Dengan menggunakan gas chromatography, pada minyak atsiri
timi tersebut terdeteksi 36 jenis komponen bahan aktif
(SYAMASUNDARet al., 2008). Timi merupakan tanaman
tahunan, berupa semak kecil dengan tinggi tanaman dapat
mencapai 45 cm, berbatang lunak, dan daunnya kecil dengan
panjang helai daun 2,5-5 mm. Produktivitas timi dapat mencapai
5-6 ton/ha herba segar atau 2 ton/ha herba kering. Tanaman timi
dapat dipanen dua kali dengan cara memangkas herba 10-15 cm
di atas permukaan tanah. Timi pada umumnya ditanam dengan
jarak tanam berkisar 10, 15, 20, 25, dan 30 cm. Jarak tanam
mempengaruhi kandungan minyak atsiri. KHORSHIDIet al.
(2009) melaporkan bahwa kadar minyak atsiri tertinggi timi
diperoleh pada jarak tanam 30 cm × 40 cm, namun pada jarak
10 cm × 40 cm kadar minyak atsirinya menurun (Rahardjo, 2014).
Terakhir ada simplisia jahe dengan nama ilmiah Zingiberis
officinnale rosc. Jahe merupakan tanaman rempah yang berasal dari
asia selatan dan sekarang telah tersebar ke seluruh dunia. Dikawasan
asia, jahe telah dimanfaatkan sebagai bahan bumbu masakan dan
bahan obat tradisional sejak ribuan tahun yang lalu. Sebagai bumbu
masakan, kandungan zat gizi dalam jahe dapat melengkapi zat-zat gizi
pada menu utama dan membantu melancarkan proses pencernaan
(ware, 2017). Jahe sebagai bahan obat tradisional, dapat digunakan
secara tunggal ataupun dipadukan dengan bahan obat herbal lainnya
yang mempunyai fungsi saling menguatkan dan melengkapi (santoso,
2008). Menurut Ware (2017), jahe berkhasiat untuk mengatasi
gangguan pencernaan yang berisiko terhadap kanker usus besar
dan sembelit, menyembuhkan penyakit flu, meredakan mual-mual
pada wanitayang sedang hamil, mengurangi rasa sakit saat siklus
menstruasi, mengurangi risiko serangan kanker colorectal, dan
membantu meningkatkan kesehatan jantung.

VII. KESIMPULAN

VII.1. Mengidentifikasi ciri morfolgi simplisia atau tanaman obat


dapat dilakukan dengan uji makroskopik. Dengan uji makroskopik
dapat melihat tanpa perlu menggunakan alat. Untuk mencari
morfologi dengan uji makroskopik dapat melihat warna dan ukuran
simplisia yang akan di ujikan dengan uji makroskopik. Untuk uji
mikroskopik sendiri, untuk mengidentifikasi atau melihatnya
diperlukan alat seperti mikroskop.
VII.2. Mengetahui manfaat dari simplisia atau tanaman obat perlu
diketahui karena selain manfaat penggunaan obat dari simplisia.
Simplisia juga mempunyai keunggulan yakni mempunyai efek
samping yang relatif lebih kecil dari obat-obatan kimia dan
mempunyai komposisi yang saling mendukung untuk mencapai
efektivitas pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA

Ansory, H. M. (2018). ANALISIS SENYAWA MINYAK ATSIRI BIJI PALA SECARA GC-MS DAN
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus
aureus. Fakultas Teknik, Vol. 1 No.1.

Arnita. (2011). Pengaruh varietas dan kerapatan daun kayu putih (melaleuca
leucadendron linn.) Dalam ketel terhadap rendemen dan mutu minyak kayu
putih. The Effect of Variety and Density Cajuput Leaf (Melaleuca leucadendron
Linn.) In The Kettle on Oil Yield and Quality of Cajuput Oil., 32.

Depkes RI. (1979). Materia Medika Indonesia Jilid III. Jakarta.

Lee, J.-A. (2012). Anti-inflammatory Effects of Amomum compactum on RAW 264.7 cells
via induction of heme oxygenase-1. Archives of Pharmacal Research, 739.

M. Ware. (2017). Ginger: Health Benefits and Dietary . /articles/265990.php.

Miranti. (2009). PENGARUH KONSENTRASI MINYAK ATSIRI KENCUR (Kaempferia galanga


L.)DENGAN BASIS SALEP LARUT AIR TERHADAP SIFAT FISIK SALEP DAN DAYA
HAMBAT BAKTERI Staphylococcus aureus SECARA IN VITRO. Jurnal Ilmiah , 53.

MIRZAEI-AGHSAGHALI, A. S. (2012). Some of thyme (Thymus vulgaris) properties in


ruminant's nutrition. . Annals of Biological Research. 3(2): , 1191-1192.

Nurdjannah, N. (2007). Teknologi Pengolahan Pala. 5-10.

Pertiwi, R. D. (2016). UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FORMULASI GEL UNTUKSARIAWAN


DARI EKSTRAK DAUN SAGA (Abrus precatoriusLinn. ) TERHADAP
BAKTERIStaphylococcus aureus. JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 2(2),239-
247,2016, 239.

Prasetyo, C. A. (2016). Perancangan Kabinet Pengering Simplisia Menggunakan Sumber


Energi Panas Matahari dengan Konsep Aliran Udara Ekstra. Journal Science , 2-3.

Putri. (2021). Formulasi Tablet Ekstrak Akar Manis (Glycyrrhiza glabra Linn.) dengan
Variasi Komposisi Bahan Pengisi Avicel® PH 101 dan Bahan Penghancur
Explotab. Jurnal Bio.

Rahardjo, M. (2014). PENGARUH PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN, PRODUKSI,


DAN MUTU TANAMAN TIMI (Thymus vulgaris L.) . Jurnal Littri 20(4), Desember
2014. Hlm. 195 - 202 , 195.
Rina, O. (2013). Identifikasi Senyawa Aktif dalam Ekstrak Etanol Kayu Secang (Caesalpinia
sappan. L.) . Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 324.

Santoso, H. (2008). Ragam & Khasiat Tanaman Obat. Yogyakarta : PT Agromedia Pustak.

Sukandar, D. (2015). AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK BIJI KAPULAGA (Amomum


compactum Sol. Ex Maton. JKTI, Vol. 17, No. 2, Desember 2015, 120.

Suwarto. (2013). LADA Produksi 2 tin/ ha. Jakarta: Penebar Swadaya Grup.

SYAMASUNDAR, K. B. (2008). Chemical composition of volatile oil of Thymus vulgaris L.


from Western Ghats of India. . ournal of Spices and Aromatic Crops. 17(3): , 255-
258.

Utami, Y. P. (2017). Standarisasi Simplisia dan Ekstrak Etanol Daun Leileum


( Clerodendrum minnahasae Teisjm & Binn ). Journal of Pharmaceutical and
Medicinal Science 2017 2 (1) : pp 32-39, Hal 33.

Wahyuningsih. (2006). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Saga ( Abrus
Precatorius L.) Terhadap Staphylococcus aureus dan E.Coli. Jurnal Ilmiah , 246.

Winarto, I. W. (n.d.). Cabe Jawa Si Pedas Berkhasiat Obat. Agromedia Pustaka.

Yuliarto, F. T. (2012). Pengaruh ukuran bahan dan metode destilasi (destilasi air dan
destilasi uap-air) terhadap kualitas minyak atsiri kulit kayu manis (Cinnamomum
burmannii). UNS - F. Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian , 59.

Anda mungkin juga menyukai