PRAKTIKUM I
A. Judul
PENGENALAN ALAT BAHAN SURVEI DAN
TEKNIK PENGAMBILAN CONTOH TANAH
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan dalam kegiatan survei
tanah.
2. Untuk mengetahui prinsip kerja serta fungsi masing-masing alat bahan yang digunakan
dalam kegiatan survei tanah.
3. Untuk mengetahui cara pengambilan dan persiapan sampel/contoh tanah untuk
keperluan analisis sifat fisik, kimia dan kesuburan tanah di laboratorium.
9. Buku Taksonomi Tanah, TOR Jenis dan Macam Tanah di Indonesia, atau buku panduan
pengamatan lapangan lainnya sebagai pedoman untuk mengklasifikasikan tanah.
10. Bahan dan peralatan tulis menulis (spidol), termasuk kartu deskripsi pemboran
dan/atau profil.
D. Dasar Teori
Tanah merupakan tubuh alam tiga dimensi yang mencakup bagian daratan paling
atas dari lapisan permukaan bumi. Tanah tersusun dari bahan mineral dan bahan organik,
dan mempunyai lapisan-lapisan (horison) yang dapat dibedakan satu sama lain
berdasarkan sifat-sifat morfologinya di lapangan. Tanah bersifat dinamis dan berbeda-
beda antara satu tempat dengan tempat lainnya, sebagai hasil interaksi antara faktor-
faktor pembentukannya, yaitu iklim, bahan induk, topografi organisme, dan waktu. Tanah
mempunyai sifat-sifat yang dapat diamati dari profil tanah di lapangan, yaitu sifat-sifat
morfologinya.
Peranan tanah sangat penting dalam bidang pertanian karena merupakan media
tumbuh dan berproduksinya tanaman dan ternak. Kemampuan tanah untuk pertumbuhan
dan perkembangan tanaman dapat berbeda-beda tergantung pada sifat-sifat tanahnya.
Sifat-sifat tersebut adalah sifat morfologi, fisika, kimia, biologi dan mineralogi. Dengan
demikian mengetahui dan memahami sifat-sifat tanah sangat dibutuhkan agar dalam
pemanfaatan dan pengelolaannya dapat dilakukan sesuai dengan kemampuan dan
kesesuaiannya. Untuk mengetahui sifat-sifat tanah di lapangan dapat dilakukan dengan
cara survei tanah melalui pengamatan sifat-sifat tanah di lapangan, baik melalui
identifikasi hasil pemboran, minipit maupun pengamatan profil.
Terdapat beberapa istilah yang sering digunakan dalam pengamatan tanah. Pedon
diartikan sebagai volume tanah terkecil untuk tujuan deskripsi dan sampling suatu tubuh
tanah, sedangkan Polypedon merupakan kumpulan dari beberapa pedon yang lebih
dikenal sebagai tubuh tanah (soils). Profil (penampang) tanah adalah salah satu bagian
permukaan (vertikal) dari pedon yang terdiri atas Horison-horison (lapisan-lapisan) dan
Substarta (bahan induk) yang digunakan untuk deskripsi sifat-sifat morfologi dan
pengambilan sampel (contoh) tanah. Solum tanah adalah hrison-horison dari profil tanah
yang terdiri atas horison O, A, E, dan B, dan tidak termasuk horison C dan R.
Salah satu masalah utama yang sering muncul dalam survei tanah adalah
pengambilan contoh tanah. Contoh tanah harus dapat mewakili (representatif) satuan
tanah. Dalam pengambilan, refleksi dari satu titik pengamatan kredibilitasnya dianggap
mewakili wilayah yang luasnya mencapai puluhan, ratusan atau ribuan hektar tergantung
dari tingkat/skala pemetaan survei tanah, yang hanya diwakili oleh beberapa kilogram
tanah.
Di dalam survei tanah biasanya horison-horison (lapisan-lapisan) tanah yang
dideskripsi dari suatu profil tanah digunakan sebagai dasar untuk pengambilan contoh
tanah, tetapi tidak semua horison perlu diambil contohnya. Horison yang terlalu tipis atau
terlalu heterogen, horison peralihan, dan sebagainya tidak perlu diambil.
Untuk keperluan analisis rutin, biasanya diperlukan sekitar 0,5 sampai 1 kg contoh
tanah dari tiap horison dari penampang tanah yang mewakili sudah mencukupi. Tetapi
untuk tanah yang bertekstur kasar seperti berpasir atau berkerikil jumlah contoh tanah
yang diambil disarankan lebih banyak. Satu hal yang perlu diperhatikan ialah contoh tanah
yang berbasis horison tanah dijaga jangan sampai terjadi kontaminasi dengan horison
lainnya. Oleh karena itu pengambilan contoh dari penampang tanah harus mulai dari
Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah 4
lapisan atau horison paling bawah terus ke lapisan atas. Sebelum pengambilan contoh,
penampang tanah dibersihkan terlebih dahulu dari lapisan paling atas ke arah bawah. Alat-
alat yang digunakan juga harus bersih dari kotoran dan tidak berkarat. Tempat contoh atau
kantong plastik yang digunakan sebaiknya masih baru dan belum pernah dipakai untuk
keperluan lain.
E. Cara Kerja
a. Pengenalan Alat dan Bahan Survei Tanah
- Amati bagian komponen masing-masing alat yang diperkenalkan.
- Gambarkan model bentuk masing-masing alat tersebut.
- Tuliskan fungsi/cara kerja masing-masing alat tersebut.
- Deskripsikan secara singkat spesifikasi masing-masing bahan yang diperkenalkan.
b. Teknik Pengambilan Contoh (Sampel) Tanah
Umumnya pengambilan sampel tanah di lapangan disesuaikan dengan
kebutuhan, misalnya: untuk analisis kesuburan, sampel tanah diambil di setiap selang-
seling titik pemboran secara komposit atau diambil setidak-tidaknya 4 atau 5 titik
dengan jarak sekitar 10-100 m dalam bentuk segitiga sama sisi atau persegi empat
dengan kedalaman bervariasi antara 0-20/30, 0-40/60, 0-100/120 cm (tergantung
kebutuhan). Pengambilan sampel kesuburan hanya dari satu titik pemboran tidak bisa
dikatakan pewakil. Hal ini disebabkan adanya kemungkinan gangguan tanah yang
bersifat lokal, misalnya bekas pohon tumbang, bekas kotoran hewan, dan lain
sebagainya. Contoh tanah untuk analisis laboratorium sebaiknya diambil dari profil
tanah atau dari hasil pemboran, contoh tanah merupakan data untuk
mengkonfirmasikan, mengkuantifikasikan atau memperluas cakupan data yang telah
dikumpulkan di lapangan. Untuk keperluan klasifikasi dan genesis, sampel tanah
diambil per lapisan dalam profil tanah. Untuk keperluan analisis sifat fisik tanah yang
tidak dapat ditentukan di lapangan diambil dengan menggunakan ring sampel.
g. Tutuplah ring tersebut dengan plastik dan ikatlah kuat-kuat penutup dengan
lakban/karet kemudian diberi label. Selanjutnya siap diantar ke laboratorium.
PRAKTIKUM II
A. Judul
PEMBORAN DAN PENGAMATAN PROFIL TANAH
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui teknik mengoperasikan bor tanah.
2. Untuk mengetahui bagian-bagian lapisan penyusun tubuh tanah.
3. Untuk mengetahui tingkat perkembangan tanah.
D. Dasar Teori
Alasan utama mengapa tanah perlu dipelajari adalah karena di alam tanah berbeda
dari suatu tempat ke tempat yang lain dan perbedaan ini mempengaruhi terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman yang diusahakan di atasnya. Tanah ditemukan
dimana-mana di sekitar kita dan mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia. Seluruh
umat manusia secara langsung atau tidak langsung bergantung pada keberadaan tanah.
Penelitian tentang tanah pada umunya dimulai dengan pengamatan bor, minipit
atau profil tanah daerah sekelilingnya. Profil tanah adalah irisan penampang tegak
sepanjang tubuh tanah yang menunjukkan susunan horison sampai ke bahan induk.
Horison tanah adalah lapisan-lapisan tanah yang terbentuk karena hasil dari proses
pembentukan tanah. Profil tanah terdiri dari beberapa horison tanah yang kurang lebih
sejajar dengan permukaan tanah dan dibedakan satu sama lain atas dasar warna, struktur,
tekstur, konsistensi, pori, kondisi perakaran, sifat-sifat kimia, susunan mineral dan lain
sebagainya.
Tingkat perkembangan tanah dapat dinyatakan berdasarkan susunan lapisan atau
horison. Tanah belum berkembang (tanah muda) biasanya hanya memiliki horison A dan C.
Tanah sedang berkembang (tanah dewasa) biasanya terdiri dari horison A, B dan C,
sedangkan tanah yang telah mengalami perkembangan lanjut (tanah tua) umumnya
memiliki horison yang lengkap ditandai dengan adanya horison atau lapisan
pencucian/penimbunan liat (A, E, B, dan C).
Pengamatan tanah di lapangan bertujuan untuk memperoleh data sifat-sifat
morfologi tanah dan penyebarannya. Dalam kaitannya dengan jenis data sifat-sifat
morfologi apa saja yang ingin diketahui, tergantung dari jenis pengamatannya. Untuk itu,
dikenal tiga jenis pengamatan tanah, yaitu dengan cara: (a) melakukan pemboran, b)
pembuatan minipit, dan (c) pembuatan penampang (profil) tanah lengkap.
pemboran terdapat sifat-sifat morfologi yang tidak dapat dideskrispi, misalnya struktur
tanah, pori-pori, dan batas horison. Hal ini disebabkan dalam pengamatan pemboran
tanah, yang terambil oleh bor untuk dideskripsi kondisinya sudah terganggu/tertekan
dan tidak mendapatkan potongan penampang yang utuh. Oleh karena itu pengamatan
pemboran biasanya bertujuan untuk pengecekan dalam persiapan pembuatan dan
pengamatan profil atau pengamatan pada tanah yang tidak memungkinkan dilakukan
pembuatan profil, misalnya pada tanah rawa tergenang atau muka air tanah dangkal,
tanah bertekstur pasir lepas, tanah gambut dalam kondisi tergenang dan fibrik.
Pemboran digunakan pula untuk menambah kedalaman tanah pada penampang
minipit hingga dapat diketahui lapisan-lapisan tanah bawahnya (> 1,25 meter).
Alat bor untuk tanah minral yang lazim digunakan adalah bor tipe Belgia
dengan panjang 1,20 meter. Mata bor dapat mengambil contoh tanah sedalam 10-20
cm, tergantung kekerasan tanahnya. Oleh sebab itu, interval kedalaman tanah untuk
deskripsi sifat-sifat morfologi dilakukan setiap 10 sampai 20 cm, misalnya 0-10, 10-20,
20-30, 30-50, 50-70 cm dan seterusnya, tergantung dari variasi perubahan sifat-
sifatnya. Hal ini dilakukan karena sulit memperoleh ketepatan batas yang akurat dalam
pengamatan pemboran. Apabila menghendaki kedalaman lebih dari 125 cm sesuai
dengan control section yang disyaratkan, maka pada bagian atas tanah dapat digali
terlebih dahulu untuk membuat minipit, sehingga pemboran dapat dilakukan lebih
dalam lagi.
E. Cara Kerja
Sebelum membuat profil ada beberapa syarat yang harus dipatuhi dalam
menentukan lokasi pengamatan yaitu:
1. Keadaan penampang profil harus masih bersifat alami, solum di bawah lapisan atas
atau lapisan olah belum banyak terganggu oleh tenaga mekanis luar.
2. Jangan membuat penampang di tempat bekas timbunan pupuk, tanah galian atau
timbunan, bekas bangunan/jalan, kuburan, tempat sampah atau lainnya untuk
mencegah kesalahan pengamatan.
3. Jarak penampang dari saluran air, perumahan, pekarangan, gudang atau pabrik paling
dekat 50 meter.
Ciri-ciri tanah yang tidak alami adalah:
1. Terdapat gumpalan-gumpalan arang, batubata, pecahan gelas, atau bekas
pembakaran, dll.
2. Terdapat lapisan humus di dalam tanah yang sangat berbeda dengan lapisan humus di
atasnya.
3. Terdapat lapisan bawah yang tidak mendatar seperti permukaan tanahnya.
4. Terdapat lapisan berstruktur dan berkonsistensi sangat berbeda dengan lapisan di
bawahnya, tetapi warna dan tekstrunya sama.
Pemilihan tempat pembuatan penampang tanah dilakukan dengan cara:
1. Memperhatikan wilayah sekitar untuk mengenal keadaan wilayah sambil melakukan
pemboran untuk mengenal warna tanah, tekstur, dan perubahan-perubahan yang
terjadi, keadaan batuan di dalam dan di permukaan tanah.
2. Melakukan pemboran sedalam 120 cm di 4-8 tempat berjarak sekitar 100 meter di
lokasi/site yang akan dibuat penampang profil untuk mengecek apakah tanah sudah
homogen. Jika 4-8 pemboran tersebut menunjukkan keadaan tanah yang sama, maka
tempat pembuatan penampang profil sudah cukup representatif.
Dalam membuat profil juga harus memenuhi persyaratan berikut:
1. Lubang penampang harus cukup besar, supaya orang dapat dengan mudah
duduk/bediri di dalamnya sehingga pengamatan dapat dilaksanakan dengan
sempurna.
2. Ukuran penampang (panjang x lebar x dalam) kira-kira 1,5x1,5x1,5 m atau 2x1x1,5 m
(sampai mencapai batuan induk tanah). Untuk tanah berat/dangkal ukuran
penampang dapat diperkecil.
3. Penampang pengamatan dipilih lubang penampang yang dapat sinar matahri. Pada
tempat miring, bidang pengamatan dapat dipilih di sis teratas.
4. Tanah galian tidak boleh ditimbun di atas sisi penampang pengamatan.
Sambil dilakukan pembuatan profil, dapat dicatat kondisi eksternal profil berupa:
ketinggian tempat, kelerengan, cuaca, bentuk wilayah, fisiografi, bahan induk, formasi
geologi, batuan permukaan, singkapan batuan, penggunaan lahan, vegetasi, ancaman
banjir, gejala erosi, dan drainase.
Adapun cara pengamatan penampang profil tanah adalah sebagai berikut:
1. Sambil memperhatikan perbedaan warna, tekstur, konsistensi, dapat ditarik batas-
batas lapisan sebagai tahap pertama (jika warna dan tekstur sama maka perbedaan
Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah 9
struktur, konsistensi dan kandungan bahan kasar dapat digunakan untuk menentukan
batas lapisan tahap kedua).
2. Tiap lapisan/horison diberi nomor/kode berturut-turut dari atas ke bawah kemudian
dilakukan deskripsi dengan mengukur kedalaman masing-masing lapisan, menemukan
warna, tekstur, struktur, pori, konsistensi, karatan, pH, serta kondisi perakaran.
3. Kemudian lakukan pengamatan penampang secara keseluruhan untuk menentukan
tingkat perkembangan tanah berdasarkan jumlah lapisan/horison. Tentukan pula
kdalaman solum, top soil, sub soil, kedalaman efektif, dan kedalaman tanah.
4. Berikut penjelasan pendeskripsian profil.
Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah 10
Zone agroklimat : sebutkan zon agroklimat menurut Oldeman et al. atau sistem lain.
Vegetasi : sebutkan tipe komunitas vegetasi (seperti hutan primer, hutan sekunder,
padang rumput, belukar, dll) dan jenis vegetasi alami baik dominan maupun
spesifik.
Seri : merupakan nama dari tanah. Dapat tidaknya diisi tergantung dari tipe survei
(survei skala besar seperti survei detail atau intensif).
Fase : merupakan segala sifat tanah atau faktor alam yang mempengaruhi
penggunaan tanah dan pertumbuhan tanaman. Biasanya merupakan sifat atau
corak tambahan suatu satuan tanah dalam kategori klasifikasi. Fase dapat juga
berupa faktor penghambat (misalnya relief, lereng, lapisan konkresi, adanya
batuan) atau faktor bahaya (misalnya banjir, kekeringan, keracunan, salinitas,
tinggi muka air tanah, pengkerutan atau erosi).
Tanda satuan peta : merupakan tanda satuan peta pada tanah menurut sistem klasifikasi yang
tanah digunakan. Di lapangan dilakukan penetapan sementara
nama satuan peta tanah, berdasarkan corak dan ciri profil tanah. Tanda akhir
satuan peta tanah ditetapkan kemudian setelah dilakukan Pengklasifikasian
Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah 11
berdasarkan data morfologi profil di lapangan dan data hasil analisis tanah di
laboratorium.
Fisiografi/
Landform : merupakan bentuk permukaan wilayah ditinjau dari faktor dan proses
pembentukannya.
Bahan induk : ditentukan jenis dan macamnya. Bahan induk dibagi dalam 5 jenis batuan beku,
batuan endapan, batuan metamorf, bahan alluvial dan bahan organik. Sedapat
mungkin disebutkan jenis batuan atau bahan induknya.
Formasi geologi : sebutkan formasi geologi daerah berdasarkan keterangan yang dapat diperoleh
dari peta geologi.
Relief makro : atau relief wilayah menguraikan secara ringkas bentuk permukaan wilayah
ditinjau dari lereng dan perbedaan tinggi.
Relief mikro : menguraikan keadaan dan frekuensi bentukan-bentukan tertentu seperti
tanggul, bukit rayap, erosi alur, teras, hummocks atau mounds, dsb.
Lereng : merupakan sudut yang dibentuk oleh permukaan lahan dengan bidang
horizontal (true slope) dinyatakan dalam persen, baik sebagai lereng tunggal
atau sebagai lereng berganda:
Lereng Tunggal Keterangan Simbol
03% Datar A
38% Agak landai B
815% Landai C
1530% Agak curam D
3050% Curam E
50100% Sangat curam F
100150% Terjal G
Lebih dari 150% Sangat terjal G
Bentuk lereng : merupakan bentuk lereng dinyatakan sebagai: garis lurus, cembung, cekung,
(slope form) cembung-cekung.
Panjang lereng : merupakan panjang daerah dengan lereng yang sama, dinyatakan dalam meter.
Posisi : merupakan arah kemiringan lereng ditentukan dari tempat tinggi ke tempat
rendah, dinyatakan dengan arah mata angin.
Drainase : menunjukkan kecepatan meresapnya air ke dalam tanah. Kelas drainase
ditentukan terakhir setelah penetapan-penetapan drainase permukaan,
drainase dalam, permeabilitas, glei, air tanah dan lembab tanah, sehingga
disajikan setelah uraian tentang hal-hal tersebut.
Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah 12
Drainase Permukaan
Sangat cepat : air hujan yang jatuh terus mengalir di permukaan dan sangat sedikit yang
meresap ke dalam penampang tanah.
Cepat : sebagian besar air hujan yang jatuh mengalir di permukaan dan hanya sebagian
kecil meresap ke dalam penampang tanah.
Sedang : air hujan yang jatuh untuk sementara berada di permukaan atau meresap ke
dalam penampang tanah. Merupakan kandungan air optimum bagi tanaman.
Lambat : sebagian besar dari air hujan yang jatuh tergenang di permukaan, kemudian
secara perlahan-lahan meresap ke dalam penampang atau menguap.
Sangat lambat : hampir seluruh air tergenang di permukaan dan secara perlahan sekali meresap
ke dalam penampang atau menguap.
Tergenang : tidak ada air yang mengalir di permukaan dan seluruhnya tergenang.
Air tanah/seepage/
genangan/banjir : Kedalaman muka air tanah diukur dari permukaan tanah (cm). selain itu perlu
dicatat keterangan tentang seepage, adanya genangan serta ketinggiannya dan
keterangan tentang banjir.
Kelas drainase : merupakan hasil penilaian secara keseluruhan drainase permukaan, drainase di
dalam. Permeabilitas, glei, air tanah, dan lembab tanah.
Pada tanah lahan kering (bukan sawah), pembagian kelas drainase adalah:
Sangat cepat : air sangat mudah lepas dari massa tanah. Terdapat pada tanah dangkal sangat
berpori, bertekstur kasar, di daerah berbukit atau berlereng.
Cepat : air mudah lepas dari massa tanah. Biasanya terdapat pada tanah bertekstur
kasar dan sangat berpori di daerah melandai.
Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah 13
Agak cepat : Air mudah meresap ke dalam penampang tetapi massa tanah tidak pernah
jenuh air hanya dalam keadaan lembab, dijumpai sedikit karatan di horison B
bagian bawah atau horison C. Terdapat di daerah melandai berombak.
Sedang (kelas 3) : air ditahan dalam massa tanah, sehingga untuk sementara waktu penampang
terlihat basah. Terdapat karatan di bagian bawah horiosn B (kedalaman sekitar
80-120 cm). terdapat di daerah datar yang agak cekung.
Agak terhambat
(kelas 4) : air lambat terlepas dari masa tanah, sehingga penampang sering kali dalam
keadaan basah. Terdapat karatan di horison B 1 bagian atas (kedalaman antara
50-80 cm). terdapat di daerah datar yang agak cekung.
Terhambat
(kelas 5) : massa tanah sukar melepaskan air. Terdapat karatan di horison A dan/atau
horison B (kedalaman antara 0-50 cm). terdapat di daerah lembah depresi.
Sangat terhambat
(kelas 6) : seluruh penampang tanah dalam keadaan tereduksi. Biasanya teredapat di
daerah lembah atau depresi.
Pada tanah-tanah sawah, pembagian kelas drainase adalah sebagai berikut:
Sedang (kelas 3) : air mudah meresap ke dalam solum, tetapi massatanah tidak pernah jenuh,
hanya dalam keadaan lembab. Karatan besi dan/atau mangan dan gejala
reduksi hanya terdapat sedikit di lapisan atas kurang dari setengah penampang.
Agak terhambat
(kelas 4) : air ditahan oleh massa tanah, sehingga penampang sering terlihat basah.
Karatan besi dan/atau mangan dan gejala reduksi air sawah terdapat di seluruh
penampang.
Terhambat
(kelas 5) : air lambat terlepas dari massa tanah. Karatan besi dan/atau mangan mulai
terlihat di lapisan olah horison Ap. Gejala reduksi air sawah hanya terjadi di
bagian atas. Kurang lebih setengah dari penampang direduksi oleh air tanah.
Sangat terhambat
(kelas 6) : seluruh penampang sama sekali tereduksi. Karatan besi dan/atau mangan
sedikit. Biasanya terdapat di daerah lembah atau depresi.
Keadaan batu : menunjukkan proporsi relatif dari batu-batuan di atas permukaan atau dalam
penampang tanah. Menurut ukurannya dibedakan atas batu kecil (berukuran
diameter < 30 cm) dan batu besar (berdiameter > 30 cm).
Batu Kecil
Sedikit : hingga satu persen menutupi permukaan, tersebar pada jarak 10-30 cm. Dapat
mengganggu pengolahan tanah.
Sedang : satu sampai tiga persen menutupi permukaan, tersebar dengan jarak 0,5-10 m.
Sangat mengganggu pengolahan tanah.
Banyak : lebih besar dari tiga persen menutupi permukaan tanah, tersebar dengan jarak
kurang dari 0,5 m. Pengerjaan tanah hampir tidak dapat dilakukan.
Batu besar
Sedikit : batu besar atau batuan induk muncul tersebar di permukaan dengan jarak 35-
100 m dan menutupi < 10 persen permukaan. Agak mengganggu pengolahan
tanah.
Sedang : batu besar atau batuan induk tersebar di permukaan dengan jarak 35-100 m
dan menutupi 10-25 persen permukaan. Sangat mengganggu terhadap
pengolahan tanah.
Banyak : batu besar atau batuan induk tersebar di permukaan dengan jarak kurang dari
10 m dan menutupi lebih dari 25 persen permukaan. Tanah hampir tidak dapat
diolah lagi.
Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah 14
Erosi : merupakan hilangnya lapisan tanah yang telah terjadi, dinyatakan menurut jenis
dan tingkatannya.
Jenis Erosi
e1 : sebagian kecil tanah bagian atas (horison A) telah tererosi.
e2 : sebagian besar tanah lapisan atas (horison A) telah tererosi. Lapisan olah
(horison Ap) tercampur dengan lapisan di bawahnya (Horison B atau C).
e3 : semua lapisan atas (horison A) telah tererosi. Pengolahan tanah telah dilakukan
di lapisan bawah (horison B atau C).
e4 : sebagian besar tanah telah tererosi.
Usaha
pencegahan : sebutkan tindakan konsevasi/pencegahan erosi yang ada di lapangan
(pembuatan sengkedan, penanaman menurut Kontur, penterasan, dsb).
Tipe
Penggunaan
Lahan : mencakup keterangan tentang bentuk penggunaan lahan seperti sawah,
tegalan,
perkebunan dan sebagainya. Pencatatan tentang penggunaan lahan meliputi
lama penggunaan, jenis tanaman utama, pola tanam, jenis tanaman lain, bentuk
pengelolaan, jenis pupuk yang diberikan, keterangan tentang hama dan
penyakit, hasil atau produksi, sumber air, dan lain-lain.
Kesesuaian
lahan, : menggambarkan kesesuaian lahan dan faktor pembatas yang dimiliki untuk
faktor pembatas suatu pengunaan tertentu. Hal ini biasanya diisi di
kantor.
B. Pencatatan Profil Tanah (Karakteristik Internal Profil)
Seperti halnya pada uraian petunjuk pencatatan lokasi, maka petunjuk pencatatan profil
tanah juga diuraikan dengan mengikuti urut-urutan yang terdapat pada halaman belakang kartu
deskripsi profil.
Nomor lapisan : merupakan nomor urut lapisan mulai dari atas atau dari permukaan ke bawah,
dinyatakan dengan angka Romawi.
Simbol horison : merupakan simbol lapisan atau horison berupa huruf (0, A, B, C, R). lapisan
tanah yang tidak atau belum mengalami proses pembentukan tanah tidak
termasuk horison sehingga hanya diberi simbol angka Romawi.
Dalam lapisan : merupakan kedalaman lapisan diukur mulai dari lapisan teratas hingga lapisan
terbawah dari profil tanah dinyatakan dalam cm.
Batas lapisan : dinyatakan dalam 2 hal yaitu tingkat kejelasan dan bentk batas lapisan.
(batas topografi)
Tingkat Kejelasan
a = sangat jelas; lebar peralihan < 2 cm.
b = jelas; lebar peralihan 2 sampai 5 cm.
c = berangsur; lebar peralihan 5-12 cm.
d = baur; lebar peralihan > 12 cm.
Bentuk Batas Lapisan
s = rata; lurus teratur.
w = berombak; berbentuk kantong dengan lebar lebih besar dari dalamnya.
i = tidak teratur; bentuk kantong dengan lebar lebih kecil dari dalamnya.
b = terputus; batas lapisan tidak bisa disambung dalam satu bidang datar.
Warna : ditentukan dengan cara membandingkan warna tanah baku dari Munsell Soil
Colour Chart. Warna dinyatakan menurut nama warna notasi Munsellnya baik
warna matriks maupun warna karatannya. Pada kartu Munsell, warna
Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah 15
Bentuk
Pl : lempeng ab : kubus bersudut
P : prisma g : butir
cp : tiang cr : remah
b : kubus l : lepas/butir tunggal
sb : kubus membulat m : pejal masif
Pori tanah : merupakan bagian tanah yang ditempati oleh udara atau air. Pori tanah
dinyatakan menurut ukuran pori dan jumlahnya.
Ukuran pori
Mikro : pori yang berukuran < 2,0 mm dalam dimensi kecil
Meso: pori yang berukuran 2-5 mm dalam dimensi kecil
Makro : pori yang berukuran > 5 mm dalam dimensi kecil
Jumlah
Sd : sedikit; rata-rata per dm2 adalah: < 10 (mikro), < 1 (meso dan makro)
S : sedang; rata-rata per dm2 adalah: 10-50 (mikro), 1-5 (meso), 1-2,5 (makro)
B : banyak; rata-rata per dm2 adalah: > 50 (mikro), > 5 (meso) > 2,5 (makro)
Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah 16
Ripening : menunjukkan tingkat kematangan tanah atau perubahan fisik tanah yanG
ditentukan berdasarkan konsistensi dan nilai n (n-value)nya.
1 = matang; teguh tidak melekat pada tangan dan apabila diperas tidak bisa
dilewatkan melalui jari-jari; nilai n < 0,7.
2 = setengah matang; lunak sampai agak teguh, melekat pada tangan dan apabila
diperas dapat dengan mudah melewati jari-jari; nilai n = 0,7-2,0.
3 = tidak matang; lumpur encer tidak dapat dilepas; nilai n > 2,0.
Konsistensi : merupakan perilaku tanah terhadap pengaruh atau gaya dari luar. Ditentukan
dengan jalan meremas atau mempijit tanah pada tiga keadaan kandungan air
tanah yaitu bawah (B), lembab (L), kering (K).
B = Konsistensi dalam keadaan basah
Kelekatan
so : tidak lekat; bila kedua jari direntangkan tidak ada tanah tertinggal di jari.
ss : agak lekat; sebagian kecil contoh tanah tertinggal di jari.
s : lekat; bila jari direnggangkan, tanah tinggal melekat.
vs : sangat lekat; tanah melekat sekali, sukar untuk merenggangkan kedua jari.
Plastisitas
po: tidak plastis; tidak dapat dibentuk gelintir tanah, massa tanah mudah berubah.
ps : agak plastis; dapat dibentuk bulatan pita tetapi mudah sekali berubah.
p : plastis; dapat dibentuk bulatan pita, tekanan yang sedang dapat mengubah
bentuk.
vp : sangat plastis; dapat dibentuk bulatan pita, tahan terhadap tekanan.
L = Konsistensi dalam keadaan lembab
l : lepas; butir-butir tanah terlepas satu dengan lainnya tanpa kohesi.
vf : sangat gembur; dengan sedikit tekanan contoh tanah mudah hancur bila
digenggam mudah menggumpal.
f : gembur, bila diremas contoh tanah dapat hancur, bila digenggam mudah
bergumpal.
t : teguh; massa tanah tahan terhadap remasan dan hancur dengan tekanan
sedang.
vt : sangat teguh; massa tanah tahan terhadap remasan, dapat hancur dengan
tekanan kuat.
et : ekstrim teguh; massa tanah santat tahan terhadap remasan, sukar dihancurkan.
Bentuk
bi : bintik, hampir membulat satu dengan lain tidak bersambung.
bo: bintik berganda, hampir membulat satu dengan lain bersambung.
li : lidah, memanjang kecil membujur dari atas ke bawah.
ap: api, lebar atau besar yang arahnya tidak beraturan.
pi : pipa, bulat memanjang.
Perakaran : menunjukkan keadaan perakaran dalam tanah, diamati ukuran dan jumlahnya.
Ukuran
Halus : apabila diameter akar < 2 mm.
Kasar : apabila diameter akar > 2 mm.
Jumlah
sd : sedikit, < 2% dari luas lapisan.
s : sedang, berkisar antara 2-20% dari luas lapisan tertentu.
b : banyak, > 20% luas lapisan.
Koordinat lokasi :
Ketinggian Tempat :
Kemiringan lereng :
Jenis penggunaan lahan :
Jenis vegetasi :
Drainase :
Penghambat perakaran :
II
III
IV
PRAKTIKUM III
A. Judul
KADAR AIR, BOBOT ISI DAN TOTAL RUANG PORI TANAH
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui penentuan kadar air, bobot isi dan total ruang pori tanah.
2. Untuk membandingkan kadar air, bobot isi dan total ruang pori tanah pada kondisi
jenis penggunaan lahan, kelerengan dan kedalaman berbeda.
D. Dasar Teori
Tipe tanah, iklim dan jumlah humus dalam tanah sangat mempengaruhi kadar air
tanah. Kadar air antar lapisan tanah pada profil yang sama juga dapat berbeda. Tipe
organisme yang dapat hidup pada suatu area tertentu sangat ditentukan oleh jumlah air
tersedia untuk pemenuhan kebutuhannya. Penentuan kadar air tanah dilakukan dengan
membandingkan berat contoh tanah sebelum dan sesudah dikering-ovenkan. Dari
informasi ini persen air tanah dapat dihitung.
Bobot isi (bulk density) tanah adalah bobot kering suatu unit volume dalam
keadaan utuh dinyatakan dalam gram per satuan volume (cm 3). Bobot isi sangat
dipengaruhi oleh perbandingan dari volume total tanah yaitu antara volume padatan,
volume pori di antara zarah tanah yang berisi udara serta volume kadar air tanah. Unit
volume terdiri dari volume yang berisi bahan padat dan volume ruangan di antaranya.
Kandungan air tanah ideal untuk penentuan bobot isi adalah pada kondisi kapasitas
lapang. Namun menyimpang sedikit dari kondisi kapasitas lapang tidak menyebabkan
kesalahan nyata. Perlu diperhatikan, jangan lakukan penentuan bobot isi bila keadaan
tanah sangat kering. Semakin padat suatu tanah maka biasanya bobot isi juga semakin
tinggi, artinya semakin sulit untuk meneruskan air atau ditembusi oleh akar tanaman.
Umumnya bobot isi (BV) berkisar dari 1,1 g/cc-1,6 g/cc. Bobot isi sangat penting untuk
menghitung kebutuhan air/ha tanaman.
Bagian volume tanah yang tidak terisi oleh bahan pada tbaik mineral maiupun
bahan organik disebut ruang pori tanah. Ruang pori total terdiri atas ruang dia antara
partikel pasir, debu dan liat serta ruang di antara agregat-agregat tanah. Pori tanah
diklasifikasikan atas ukurannya yaitu pori makro (diameter > 0,1 mm) berperan untuk
aerase dan aliran air gravitasi; pori meso (diameter 30-100 mm) berperan dalam aliran
cepat kapiler, dan pori mikro (diameter < 30 mm) berperan dalam penanganan air dan
aliran kapiler lambat. Tanah-tanah pasir mempunyai pori makro lebih banyak daripada
tanah liat, namun tanah liat mempunyai pori total lebih tinggi daripada tanah paris. Total
ruang pori adalah jumlah semua volume ukuran pori. Persentase volume ruang pori total
disebut porositas tanah. Perhitungannya didasarkan atas bobot isi dan kerapatan
partikel/berat jenis (partikel density) tanah (biasanya Bj) diasumsikan 2,65 gcm -3 untuk
tanah mineral).
E. Cara Kerja
a. Ambil ring yang telah berisi tanah hasil praktikum I. lepaskanlah penutup ring dan
timbang beratnya, catatlah sebagai berat tanah basah (b = x = gram).
b. Keringkan tanah bersama ring ke dalam oven pada suhu 105C hingga berat konstan
(1x24 jam). Setelah dingin timbanglah tanah kering bersama ring dan catat sebagai
berat tanah kering (c = gram).
c. Timbanglah ring kosong yang telah dikeluarkan tanahnya (a = y = gram).
d. Ukur rata-rata tinggi dan diameter ring kosong untuk menghitung besarnya volume
tanah dengan menggunakan persamaan volume tabung.
e. Tentukanlah kadar air, bobot isi dan total ruang pori, dengan menggunakan
persamaan:
KAT (Z) bc
x 100%
= ca
Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah 22
100
(x-y)
(100+Z)
BV =
Volume Tanah
BV
Total Pori = 1 - x 100%
Bj
Keterangan:
KAT = Kadar air tanah BV = Berat volume tanah
Bj = Berat jenis tanah Volume tanah = Volume ring
Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah 23
PRAKTIKUM IV
A. Judul
TEKSTUR TANAH
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara penetapan kelas tekstur secara kualitatif.
2. Untuk mengetahui cara penetapan kelas tekstur dengan hydrometer.
3. Untuk mengetahui sebaran kelas tekstrur tanah antara berbagai lapisan tanah pada
profil yang sama dan pada berbagai profil yang berbeda dengan berbagai jenis
penggunaan lahan dan kelerengan berbeda.
D. Dasar Teori
Tekstur tanah adalah sifat kasar halusnya tanah yang dilambangkan dengan
perbandingan persentase nisbi (relatif) fraksi pasir, debu dan liat dalam tanah. Berdasarkan
klasifikasi USDA fraksi pasir berdiameter 2 mm 5 mm, debu berdiameter 0,05 mm
0,002 mm dan liat berdiameter < 0,002 mm.
Tekstur tanah dapat mempengaruhi sifat-sifat fisika, kimia dan biologi tanah.
Terhadap sifat fisika tanah, tekstur menentukan struktur, konsistensi, kemampuan
mengikat air, ketahanan terhadap erosi. Terhadap sifat kimia tanah tekstur dapat
meningkatkan kemampuan tanah mengikat unsur hara, memperbaiki kapasitas tukar
kation tanah. Pengaruhnya terhadap sifat biologi tanah adalah keseimbangan air dan
udara ditentukan juga oleh tekstur tanah, dalam hal ini menentukan macam dan jumlah
jasad renik serta aktivitas kegiatannya.
Penetapan kelas tekstur tanah dapat dilakukan secara kualitatif (cara lapangan)
dan secara kuantitatif (cara laboratorium). Penetapan di lapangan dilakukan dengan cara
pengujian contoh tanah dengan ibu jari dan jari telunjuk pada keadaan lembab. Dengan
cara ini dapat diketahui tekstur tanah secara kulaitatif. Cara ini memerlukan keterampilan
dan pengalaman dari penelitinya sendiri, dengan kata lain makin sering seseorang
melakukan pengamatan maka akan semakin mendekati kebenaran.
Penetapan kelas tekstur di laboratorium dikenal sebagai analisa mekanik dan
analisa menggunakan metode hydrometer dilakukan atas dasar kecepatan pengendapan
dalam suspensi tanahnya. Asas cara ini adalah bahwa tanah (berbagai macam zarah) bila
dimasukkan ke dalam air akan tenggelam dan kecepatannya secara kasar berbanding lurus
dengan ukuran zarah tersebut.
E. Cara Kerja
a. Penetapan Tekstur Secara Kualitatif
1. Bahan tanah dibuat pasta, dicoba dibuat bola dengan dikepal-kepal
Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah 24
PRAKTIKUM V
A. Judul
WARNA TANAH
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara menentukan warna tanah.
2. Untuk melihat perbedaan warna pada masing-masing lapisan tanah.
3. Untuk membandingkan ragam warna tanah pada berbagai penggunaan lahan.
D. Dasar Teori
Warna tanah adalah sifat tanah yang paling jelas dan mudah ditentukan. Walaupun
warna ini mempunyai pengaruh yang kecil terhadap kegunaan tanah, tetapi kadang-
kadang dapat digunakan sebagai petunjuk mengenai kondisi tanah tersebut. Sifat-sifat
tanah yang berhubungan dengan warna tanah antara lain kandungan bahan organik,
keadaan drainase, aerase, temperature tanah, bahan induk, mineralogi tanah, dan
beberapa sifat tanah lainnya. Misalnya warna tanah gelap mencirikan kandungan bahan
organik yang tinggi, dan warna kelabu menunjukkan pengaruh air yang dominan,
sedangkan warna merah menunjukkan tanah yang sudah mengalami pelapukan lebih
lanjut.
Oksidasai besi dapat merah, coklat karat atau kuning yang dalam urutan ini
menunjukkan tingkat hidritasi yang makin tinggi. Besi terduksi berwarna kebiruan,
kehijauan, atau biru-hijau. Oksidasi reduksi yang tidak merata menimbulkan warna bercak-
bercak, terdiri atas warna besi teroksidasi dan tereduksi. Mangan menyumbangkan kepada
penampakan warna tua. Kuarsa kebanyakan warna putih. Feldspar dapat berwarna putih,
kelabu atau kadang-kadang hijau zaitun. Liat berwarna kelabu, putih atau merah (kalau
terseliputi besi)> Tanah basah/lembab tampak lebih gelap daripada tanah kering, karena
tanah kering banyak memantulkan sinar.
Penentuan warna tanah ditentukan dengan cara membandingkan warna tanah
dengan warna yang terdapat pada Munsell Soil Colour Chart. Warna tanah dapat diukur
dalam tiga satuan yaitu Hue (kilap), Value (nilai) dan Chrome (kroma) menurut nama yang
tercantum dalam lajur yang bersangkutan. Kilap berhubungan dengan kebersihan warna
dari kroma yang kadang-kadang disebut kejernihan yaitu kemurnian relatif dari spektrum
warna.
Munsell Soil Colour Chart terdiri atas 12 kartu, dimana 9 kartu di antaranya adalah
hue antara merah (R0 dan kuning (Y) berturut-turut 7,5R; 10R; 2,5YR; 5YR; 7,5YR; 10YR;
2,5Y; 5Y: 7,5Y; 10Y. Masing-masing kartu disusun dengan interval value nilai 1,7 - 8 dan
dengan interval chrome nilai 1 - 8 dengan tanpa 5 dan 7. Makin tinggi angka value makin
cerah/mudah warnanya, sedangkan makin tinggi angka chrome makin besar intensitasnya,
jadi value 0 berarti hitam mutlak dan 8 berarti putih mutlak, sedangkan chrome 0 paling
jernih dan 8 paling keruh. Selain itu untuk 3 kartu lainnya masih terdapat 14 nilai hue
yaitu N; 2,5GY; 7,5GY; 10GY; 5G; 10G; 5BG; 10BG; 5B; 5PB; 5P; 5RP; 5R, dengan value
Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah 28
berkisar dari nilai 1,5 - 8 dan chrome dengan hanya nilai 1. Simbol N digunakan untuk
warna kromatis dimana 0 tanpa nilai hue yang berarti netral.
Kesan warna yang diperoleh oleh banyak pengamatan banyak dipengaruhi oleh
pencahayaan dan sudut pengamatan. Untuk pengamatan warna tanah di lapangan
pencahayaan baku ialah matahari terang (tidak diredupkan oleh awan atau kabut) antara 2
jam setelah matahari terbit dan 2 jam sebelum matahari terbenam. Pencahayaan terbaik
adalah setengah hari.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penetapan warna tanah yaitu:
1. Permukaan bongkah harus alis dan tanah harus lembab.
2. Tempat pengamatan terlindungi dari sinar matahari.
3. Tanah disimpan di bawah lubang kertas Munsell Soil Colour Chart dengan alas
kertas.
4. Tanah tidak boleh mengkilap kecuali pada warna bidang struktur.
5. Menghindari bekerja sebelum pukul 09.00 dan sesudah pukul 16.00.
6. Jika warna tanah tidak dapat tepat sama dengan gambar warna maka diberikan angka-
angka kilap, nilai, dan kroma tertinggi dan terendah yang membatasi.
E. Cara Kerja
1. Ambil bongkah tanah dengan permukaan yang asli. Jika tanah dalam keadaan kering
dapat dibasahkan untuk memperoleh permukaan tanah yang lembab/asli.
2. Bandingkan warna tanah dengan warna-warna pada Munsell Soil Colour Chart.
3. Catat hue, value dan chrome. Jika ada bercak dan konkresi tentukan juga warnanya.
4. Lakukan pengamatan serupa (bongkah-bongkah) untuk tanah dalam keadaan lembab
dan basah.
Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah 29
PRAKTIKUM VI
A. Judul
STRUKTUR TANAH
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara menentukan struktur tanah.
2. Untuk mengetahui perbedaan struktur tanah pada tiap lapisan/horison tanah.
3. Untuk membandingkan bentuk struktur tanah pada masing-masing penggunaan lahan
dan kelerengan yang berbeda.
D. Dasar Teori
Struktur tanah adalah susunan pengikat zarah tanah satu dengan lainnya
membentuk pola keruangan, yang memiliki bentuk, ukuran dan kemantapan tertentu.
Pengikatan zarah tanah berwujud agregat tanah, yang terbentuk dengan sedirinya tanpa
sebab dari luar. adapun gumpalan atau bongkahan tanah sebagai akibat pengolahan tanah
atau yang terbentuk karena penimbunan lokal senyawa-senyawa yang mengikat zarah
tanah (konkresi) tidak termasuk agregat.
Struktur merubah pengaruh tekstur berkenan dengan hubungannya terhadap
kelembaban dan udara, ketersediaan hara tanaman aktivitas mikroorganisme, dan
perkembangan akar. Struktur lapisan permukaan mendapatkan lebih banyak perhatian
daripada tanah bagian bawah karena lapisan permukaan penting untuk aerase,
permeabilitas air dan hubungannya dengan run off, derajat ketahanan tanah terhadap
erosi, dan pembentukan media tanam yang baik untuk pertumbuhan tanaman.
Proses yang terlibat dalam pembentukan struktur tanah ialah penjonjotan dan
agregasi, dengan atau tanpa diikuti sedimentasi. Penjonjotan adalah peristiwa
elektrokinetik pengendapan zarah tanah dari suspensi. Agregasi ialah peristiwa
penggabungan jonjot-jonjot tanah menjadi gumpalan. Agregasi dapat diikuti oleh
sedimentasi, yaitu perekatan zarah-zarah yang tergumpal oleh suatu bahan. Sedimentasi
sangat memperkokoh agregasi sehingga tidak mudah terceraikan atau terdispersi.
Penjonjotan menjadi prasyarat agregasi dan agregasi menjadi prasyarat
sedimentasi. Struktur adalah sifat fisik tanah, akan tetapi pembentukan berlangsung secara
fisiokimia dan banyak melibatkan proses biologi. Pengamatan struktur tanah umumnya
dilakukan di lapangan. Penyelidikan di laboratorium lebih sukar, terutama dalam
mempertahankan bentuk agregat asli.
Struktur tanah diklasifikasikan menurut:
Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah 30
Daftar batasan kelas ukuran menurut Soil Survey Division Staff (1993) sebagai berikut:
Kelas Ukuran Bentuk Struktur
(mm) Lempeng Tiang Gumpal Remah dan Granuler
Sangat halus <1 < 10 <5 <1
Halus 12 10 20 5 10 12
Tengahan 25 20 50 10 20 25
Kasar 5 10 50 100 20 50 5 10
Sangat kasar > 10 > 100 > 50 > 10
Tingkat agregasi : Bagian fraksi debu dan liat yang teragregasi menjadi gumpalan
berukuran lebih besar daripada fraksi debu, diyatakan dengan
persen berat terhadap berat total fraksi debu dan lempung.
Kemantapan agregat : Ketahanan rerata agregat tanah melawan penceraian oleh
benturan tetesan air hujan atau penggenangan air; kemantapan
Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah 31
E. Cara Kerja
1. Ambillah gumpalan tanah (sedapat mungkin dalam keadaan lembab) sebesar kurang
lebih 10 cm3.
2. Kemudian pecahkan dengan menggunakan jari. Pecahan gumpalan tanah tersebut
merupakan agregat atau golongan agregat.
3. Dari agregat tersebut tentukanlah bentuk, ukuran, dan kemamntapannya.
Contoh: Struktur tanah yang sebagian besar mempunyai bentuk agregat seperti kubus,
ukuran 5 10 cm (halus), kemantapan remah, dinyatakan kubus halus, lemah (weak, fine
blocky).
Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah 32
PRAKTIKUM VII
A. Judul
KONSISTENSI TANAH DAN STABILITAS AGREGAT
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui perbedaan konsistensi pada berbagai kondisi masing-masing tanah
dengan penggunaan lahan dan kelerengan yang berbeda.
2. Untuk mengetahui penetapan stabilitas agregat tanah menggunakan metode slaking-
dispersi.
D. Dasar Teori
Konsistensi tanah adalah sifat yang melukiskan kekuatan rekat butiran tanah satu
dengan lain. Konsistensi tanah menunjukkan kekuatan daya kiohesi butir-butir tanah atau
daya adhesi butir tanah dengan benda lain. Hal ini ditunjukkan oleh daya tahan tanah
terhadap gaya yang akan mengubah bentuk. Tiap bahan tanah memiliki konsistensi
terlepas dan apakah massa besar atau kecil, dalam keadaan alami satu sangat terganggu,
teragregasi atau tanpa struktur, lembab atau kering. Walaupun konsistensi dan struktur
berhubungan, namun struktur berkenan dengan bentuk, ukuran dan batasan agregat alami
yang dihasilkan oleh varias gaya atau kekuatan tarikan dalam massa tanah, sedangkan
konsistensi berkenan dengan kekuatan dan sifat dari gaya-gaya itu sendiri. Dalam hal ini
konsistnsi mencakup; (1) ketahanan bahan tanah terhadap pecah, (2) ketahanan terhadap
penetrasi, (3) plastisitas, kekerasan, dan kelekatan bahan tanah jenuh air, dan (4) sifat yang
ditunjukkan oleh bahan tanah terhadap tekanan.
Ada tiga macam cara kalsifikasi konsistensi tanah yang masing-masing tergantung
pada kadar lengas yaitu konsistensi dalam keadaan basah, lembab dan kering.
Keliatan : sifat tanah yang menunjukkan kemampuan (plastistly) untuk mudah
diubah-ubah bentuknya.
Kelekatan
(stickness) : ciri tanah dapat melekat atau menempel pada benda-benda.
Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah 33
Stabilitas agregat adalah ketahanan agregat tanah terhadap daya hancur yang
diakibatkan oleh air dan manipulasi mekanik misalnya pengolahan tanah. Tanah dengan
agregat yang tidak stabil mempunyai struktur yang peka terhadap daya rusak air (slaking
dan dispersi), dan manipulasi atau kombinasinya (misalnya memompakan). Slaking
didefinisikan sebagai penghancur agregat menjadi partikel-partikal ukuran > 2 mm.
sedangkan penghancur agregat menjadi partikal < 2 mm disebut dispersi (Abu Sharar et
al., 1987).
Agregat tanah terbentuk dari hasil pengelompokkan sejumlah butir-burit primer
tanah tersusun secara hirarki. Tetapi bila terjadi penghancuran agregat pada susunan
hirarki atas (misalnya pengaruh dari pengolahan tanah dan slaking) hirarki yang paling
bawah tidak terpengaruh.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan agregat ialah tekstur, bahan
organik, kelembaban dan pengolahan tanah, kation-kation pada kompleks jerapan dan
faktor biotik.
E. Cara Kerja
1. Masukkanlah air destilat sebanyak 50 mL ke dalam baker 100 mL.
2. Masukkanlah 3 agregat tanah kering udara berukuran 3-5 mm.
3. Setelah 2 jam dan 20 jam perendaman, amatilah ada atau tidak pemecahan agregat
(slaking) dan atau dispersi.
4. Berikan nilai skor, berdasarkan kriteria yang ada pada tabel berikut:
5. Bila tidak terjadi slaking, dilanjutkan dengan pelumpuran (amoulding) agregat tanah
dalam keadaan lembab yaitu sekitar kapasitas lapang. Bentuk bola-bola kecil dengan
ukuran 3-5 mm.
6. Masukkan ke dalam air destilat seperti pada agregat kering udara.
7. Lakukan skoring berdasarkan kriteria yang terdapat pada tabel berikut.
Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah 34
Plastisitas
Tidak plastis : Tidak dapat dibentuk gelintir tanah, massa tanah mudah berubah
Agak plastis : Dapat dibentuk bulatan/pita tetapi mudah sekali berubah
Plastis : Dapat dibentuk bulatan/pita, tekanan yang sedang dapat
mengubah bentuknya
Sangat plastis: Dapat dibentuk bulatan/pita, tahan terhadap tekanan
PRAKTIKUM VIII
Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah 35
A. Judul
REAKSI (pH) TANAH
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara penentuan pH tanah actual dan potensial.
2. Untuk membandingkan tingkat kemasaman tanah pada berbagai penggunaan lahan
yang berbeda.
D. Dasar Teori
Kemasaman atau pH tanah adalah ukuran aktivitas ion hidrogen dalam larutan
tanah. Nilai pH diperoleh dari logaritma negatif konsentrasi ion hidrogen (pH = -log H +)
dalam larutan tanah. Skala pH diperoleh dengan berpedoman pada air murni yang
mempunyai kadar ion hidrogen = kadar ion hidrogen yaitu 10 -7 sehingga pH air murni =
-log 10-7 = 7,0.
Untuk penilaian kesuburantanah sering dilakukan 2 macam pengukuran pH tanah
yaitu pH actual dan pH potensial. Kemasaman (pH) tanah actual menggambarkan aktivitas
ion hidrogen yang ada dalam larutan tanah sehingga pelarutnya digunakan H2O, yang
sering disebut pH H2O. Kemasaman (pH) tanah potensial menggambarkan aktivitas ion
hidrogen yang ada dalam larutan tanah dan kompleks jerapan koloid tanah yang mudah
tertukar, pada tanah yang agak masam sampai sangat masam, ion Al +3 juga merupakan
penyumbang ion hidrogen di dalam larutan tanah melakukan hidrolisis sebagai berikut:
E. Cara Kerja
1. Hancurkan tanah yang telah dikering-anginkan dengan menggunakan mortar.
Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah 36
PRAKTIKUM IX
A. Judul
PENENTUAN KADAR KAPUR TANAH
B. Tujuan
Menentukan kadar kapur ekuivalen/setara tanah.
E. Cara Kerja
Timbang 5 g tanah untuk setiap tingkat penambahan basa dan masing-masing
dimasukan ke dalam botol kocok 100 mL. Tambahkan dengan pipet larutan NaOH 0,02 N
Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah 38
masing-masing sebanyak 0; 1; 2; 4; 6; 8 dan 10 mL dan air bebas ion sehingga jumlah setiap
larutan menjadi 25 mL (air ditambahkan terlebih dahulu sebelum larutan NaOH 0,02N).
penambahan NaOH ini menghasilkan deret penambahan basa 0; 0,02; 0,04; 0,08; 0,12;
0,16 dan 0,20 m.e. Kocok campuran selama 1 jam dan ukur pH suspensi dengan alat pH
meter yang telah dikalibrasi menggunakan larutan sangga pH 7,0 dan 4,0.
Catatan: Tambah jumlah larutan NaOH 0,02 N atau gunakan NaOH 0,05 N bila volume
larutan melebihi 25 mL.
Perhitungan
Buat kurva hubungan m.e. NaOH yang diperlukan dengan pH tanah yang dihasilkan atau
gunakan persamaan regresi. Dapatkan m.e. NaOH yang menghasilkan pH yang
dikehendaki dan hitung kebutuhan kapurnya sebagai berikut:
Kebutuhan kapur (kw CaCO3 ha-1) = (m.e.NaOHx50) x 10-8 x (1,5x108) x fk
= m.e. NaOH x 75 x fk
Keterangan:
50 = bst CaCO3
10-8 = konversi mg ke kuintal CaCO3
1,5 x 108 = konversi g contoh ke ha
Faktor koreksi kadar air (fk) = 100/(100 - % kadar air)
Catatan:
Kedalaman lapisan olah 15 cm dan BD (bulk density) tanah dianggap 1.
Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah 39
PRAKTIKUM X
A. Judul
PENENTUAN KADAR BAHAN ORGANIK TANAH
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara penentuan kadar C-organik tanah.
2. Untuk membandingkan kandungan bahan organik tanah pada kedalaman dan
berbagai penggunaan lahan yang berbeda.
D. Dasar Teori
Karbon sebagai senyawa organik akan mereduksi Cr6+ yang berwarna jingga
menjadi Cr3+ yang berwarna hijau dalam suasana asam. Intensitas warna hijau yang
terbentuk setara dengan kadar karbon dan dapat diukur dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang 561 nm.
E. Cara Kerja
Timbang 0,500 g contoh tanah ukuran < 0,5 mm, dimasukkan ke dalam labu ukur
100 mL. Tambahkan 5 mL K 2Cr2O2 1N, lalu dikocok. Tambahkan 7,5 mL H 2SO4 pekat,
dikocok lalu diamkan selama 30 menit. Diencerkan dengan air bebas ion, biarkan dingin
dan diimpitkan. Keesokan harinya diukur absorbansi larutan jernih dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 561 nm. Sebagai pembanding dibuat sntadar
0 dan 250 ppm, dengan memipet 0 dan 5 mL larutan standar 5.000 ppm ke dalam labu
ukur 100 mL dengan perlakuan yang sama dengan pengerjaan contoh.
Catatan: Bila pembacaan contoh melebihi standar tertinggi, ulangi penetapan dengan
menimbang contoh lebih sedikit. Ubah faktor dalam perhitungan sesuai brat contoh yang
ditimbang.
Perhitungan
Kadar C-organik (%) = ppm kurva x mL ekstrak 1.000 mL-1 x 100 mg contoh-1 x fk
= ppm kurva x 100 (1.000)-1 x 100 (500)-1 x fk
= ppm kurva x 10 (500)-1 x fk
Keterangan:
ppm kurva = kadar contoh yang didapat dari kurva hubungan antara kadar deret standar
dengan pembacaannya setelah dikoreksi blanko
100 = konversi ke %
fk = faktor koreksi kadar air = 100/(100 - % kadar air)
Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah 40
PRAKTIKUM XI
A. Judul
DISTRIBUSI ORGANISME TANAH
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui perbedaan penyebaran organisme tanah pada penggunaan lahan
berbeda.
2. Untuk mengidentifikasi jenis organisme tanah yang dominan pada setiap penggunaan
lahan tertentu.
D. Dasar Teori
Distribusi hewan tanah di suatu darah tergantung pada keadaan faktor fisika-kimia
lingkungan dan sifat biologis hewan itu sendiri. Distribusi hewan di alam dapat
dikelompokkan atas tiga bentuk, yaitu bentuk teratur (uniform), random, dan bentuk
berkelompok (clump). Penyebaran hewan tanah di suatu Bentangan alam sebagian besar
mengelompok, karena faktor fisika-kimia tanah dan makanan yang tersedia baginya tidak
sama merata di tanah.
Untuk mengetahui penyebaran suatu jenis hewan tanah di suatu lokasi maka dapat
dilakukan dengan mengetahui kepadatan populasi hewan itu pada tanah tersebut.
Selanjutnya dapat dihitung apakah hewan itu hidup berkelompok atau tidak. Dalam
praktikum ini akan dilakukan pengukuran penyebaran hewan tanah di sekitar kampus.
E. Pembahasan
Dari data semua jenis digabungkan dan tiap-tiap mahasiswa juga membandingkan
hasil-hasil perhitungan jenis-jenis itu. Bandingkanlah kepadatan hewan tanah antar
subplot pada setiap penggunaan lahan berbeda dengan memperhatikan kadar air tanah,
kadar bahan organik tanah, berat massa tanah, serta faktor fisik-kimia lingkungan lainnya
yang berpengaruh terhadap kondisi tersebut. Faktor apakah kira-kira penyebab bentuk
Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah 41
distribusi jenis hewan tanah seperti yang didapat sesuai dengan biologis dan faktor
lingkungannya.
Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah 42
PRAKTIKUM XII
A. Judul
KEPADATAN POPULASI CACING TANAH
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui perbedaan kepadatan cacing tanah pada penggunaan lahan
berbeda.
2. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kepadatan cacing tanah
pada setiap penggunaan lahan tertentu.
D. Dasar Teori
Cacing tanah sangat banyak jenisnya. Kepadatan populasi cacing tanah sangat
bergantung pada faktor fisika-kimia tanah dan tersedianya makanan yang cukup baginya.
Pada tanah yang berbeda faktor fisika kimianya tentu kepadatan populasi cacing tanahnya
juga berbeda. Demikian juga, jenis tumbuh-tumbuhan yang tumbuh pada suatu daerah
sangat menentukan jenis cacing tanah dan kepadatan populasinya di daerah tersebut.
Pada praktikum ini akan dibandingkan kepadatan populasi cacing tanah di
beberapa lokasi yang tidak sama vegetasinya, dan diperkirakan jenis dan kepadatan
populasi cacing tanah di lokasi tersebut tidak akan sama pula.
Praktikum estimasi kepadatan populasi cacing tanah ini dilakukan di sekitar
kampus, yaitu pada tanah yang banyak ditumbuhi rumput-rumputan dan pada semak
belukar atau hutan.
E. Pembahasan
Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah 43
Bila kepadatan populasi cacing tanah itu berbeda nyata antar lokasi diskusikan
kira-kira faktor apa penyebab adanya perbedaan itu. Apakah ada kaitan antara faktor
fisika-kimia tanah yang diukur dengan kepadatan populasi cacing tanah. Harus
diperhatikan bahwa dalam pembahasan yang dibuat, harus dijelaskan faktor-faktor apa
saja yang mempengaruhi kepadatan populasi cacing tanah.
PRAKTIKUM XIII
Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah 44
A. Judul
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN CACING TANAH
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui perbedaan perkembangan cacing tanah pada tanah yang diberi
bahan organik dan tanpa pemberian bahan organik.
2. Untuk mengetahui pengaruh cacing tanah terhadap sifat-sifat tanah lainnya.
D. Dasar Teori
Cacing tanah sangat berperan dalam meningkatkan kesuburan tanah pertanian,
meningkatkan daya serap air permukaan, memperbaiki dan mempertahankan struktur
tanah, dan meningkatkan manfaat limbah bahan organik.
Cacing tanah tidak makan vegetasi hidup, tetapi hanya memakan bahan organik
mati baik sisa-sisa tumbuhan maupun hewan. Bahan organik dan tanah halus yang dimakan
kemudian dikeluarkan sebagai kotoran yagn berupa agregat-agregat berbentuk granuler
yang banyak mengandung unsur hara yang tersedia bagi tanaman yang biasa disebut
casting.
Pertumbuhan dan perkembangan cacing tanah sangat bergantung pada
makanannya. Pertumbuhan cacing tanah akan tinggi bila cacing itu menyenangi makanan
tersebut dan banyak makannya. Bila pada cacing tanah diberikan makanan yang berbeda
kemungkinan besar pertumbuhannya tidak akan sama, tergantung dari jenis makan yang
diberikan. Kandungan nitrogen yang terdapat dalam makanan itu sangat menentukan.
Cacing tanah mengaduk tanah dan memperbaiki tata udara tanah. Cacing tanah
lebih senang hidup pada tanah-tanah yang lembab, tata udara baik, hangat sekitar 21C,
pH tanah 5,0-8,4, kaya bahan organik, kadar garam rendah tetapi Ca tersedia, tanah agak
dalam, tekstur sedang sampai halus dan tidak terganggu oleh pengolahan tanah.
E. Cara Kerja
1. Siapkan 9 toples berukuran seragam dalam keadaan bersih.
2. Masukkan tanah yang telah disterilkan sebanyak 1 kg dalam tiap-tiap toples.
3. Masukkan cacing tanah berukuran seragam yang diketahui beratnya masing-masing
sebanyak 3 ekor ke dalam semua toples. Sebanyak 3 buah toples diberi masing-masing
pupuk kandang seberat 250 g dan 3 buah toples lainnya diberi 250 g serasah tanaman
di atas permukaan tanah dalam topels, sedang 3 buah toples lainnya tidak diberi
perlakuan.
4. Tutup toples dengan kain kasa di bagian atasnya, kemudian diberi air secukupnya
dengan jumlah yang sama untuk masing-masing toples dan simpan selama kurang
lebih 4 minggu.
5. Amati jumlah dan berat cacing tanah serta sifat-sifat tanah lainnya.
Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah 45
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah T.S., 1998. Pedoman Teknik Survei Tanah dan Evaluasi Lahan. Jurusan Tanah IPB,
Bogor.
Balai Penelitian Tanah, 2004. Petunjuk Praktis Pengamatan Sifat-sifat Tanah di Lapangan .
Puslitbangtanak Balitbang Pertanian Deptan, Bogor.
Buckman, H.O. dan N.C. Brady, 1982. Ilmu Tanah. Bhatara Karya Aksara, Jakarta.
Foth, H.D., 1991. Dasar-dasar Ilmu Tanah Edisi Ketujuh. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Hardjowigeno, S., 1993. Klasifikasi tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressindo, Jakarta.
Hardjowigeno, S. dan Widiatmaka, 2001. Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tata Guna
Tanah. Jurusan Tanah IPB, Bogor.
Rachim, D.A. dan Suwardi, 2002. Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Jurusan Tanah IPB, Bogor.
Sitorus, S.R.P., 1986. Survei Tanah dan Penggunaan Lahan. Jurusan Tanah IPB, Bogor.
Soepardi, G., 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Faperta IPB, Bogor.
Tejoyuwono, N., 1998. Tanah dan Lingkungan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
Sangat Sangat
Sifat Tanah Rendah Sedang Tinggi
Rendah Tinggi
C (%) < 1,00 1,00 - 2,00 2,01 - 3,00 3,01 - 5,00 > 5,00
N (%) < 0,10 0,10 -0,20 0,21 - 0,50 0,51 - 0,75 > 0,75
C/N <5 5 - 10 11 - 15 16 - 25 > 25
P2O5 HCl (mg/100g) < 10 10 - 20 21 - 40 41 - 60 > 60
P2O5 Bray 1 (ppm) < 10 10 - 15 16 - 25 26 - 35 > 35
P2O5 Olsen (ppm) < 10 10 - 25 26 - 45 46 - 60 > 60
K2O HCl 25% (mg/100g) < 10 10 - 20 21 - 40 41 - 60 > 60
KTK (cmol/kg) <5 5 - 16 17 - 24 25 - 40 > 40
Susunan Kation:
K (cmol(+)/kg) < 0,1 0,1 - 0,2 0,3 - 0,5 0,6 - 1,0 > 1,0
Na (cmol(+)/kg) < 0,1 0,1 - 0,3 0,4 - 0,7 0,8 - 1,0 > 1,0
Mg (cmol(+)/kg) < 0,4 0,4 - 1, 0 1,1 - 2,0 2,1 - 8,0 > 8,0
Ca (cmol(+)/kg) <2 2-5 6 - 10 11 - 20 > 20
Kejenuhan Basa (%) < 20 20 - 35 36 - 50 51 - 70 > 70
Kejenuhan Al (%) < 10 10 - 20 21 - 30 31 60 > 60
Sangat Masam Masam Agak Masam Netral Agak Alkalis Alkalis
pH H2O < 4,5 4,5 5,5 5,6 6,5 6,6 7,5 7,6 8,5 > 8,5
Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah 48
Lampiran 3. Tabel Kombinasi Sifat Kimia Tanah untuk Penetapan Status Kesuburan Tanah
LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH
Rustam
(D1B105001)
Kelompok I
Kode Jurusan/Prodi :
Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah 50
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Praktikum :
Jurusan/Prodi :
Kelompok :
Nama Lengkap :
No. Stambuk :
tahun
Asisten I Asisten II
( .) ( .)
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1.2.Tujuan dan Manfaat
BAB V. PENUTUP
5.1.Kesimpulan
5.2.Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Catatan :
- Laporan Mingguan Terdiri Dari Sampul, Pengesahan dan Isi Laporan
- Jarak Antara BAB dan Sub Bab = 2,5 Spasi
- Jarak Antara Sub Bab dengan Baris Pertama Paragraf = 2 Spasi
- Jarak Antara Baris dalam Paragraf = 1,5 Spasi
- Jarak Antara Baris Terakhir Paragraf dengan Sub Bab = 2 Spasi