Anda di halaman 1dari 12

JURNAL EKONOMI DAN BISNIS, VOL 10, NO.

2, DESEMBER 2011 : 127-138 127

PERANAN KOPERASI DALAM MENDUKUNG PERMODALAN


USAHA KECIL DAN MIKRO (UKM)

Fatimah dan Darna

Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Jakarta, Kampus Baru UI Depok 16425


Email: fatma_pnj@ymail.com

Abstrak

Satu dari sekian permasalahan yang dihadapi oleh Usaha Kecil dan Mikro (UKM adalah
ketersediaan modal dan sulitnya akses permodalan terhadap lembaga keuangan bank sebagai
pemberi kredit modal usaha. Selama ini masih banyak para pelaku usaha kecil dan mikro
mendapatkan kredit modal usaha dari bank keliling atau dari para pelepas uang dengan tingkat
suku bunga yang tingggi dan memberatkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap berbagai
faktor yang menjadi penyebab belum optimalnya peran koperasi dalam membantu pengembangan
UKM melalui penyediaan modal usaha. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode
deskriptif kuantitatif dengan menggunakan tabulasi silang antar variabel yang menjadi
penegamatan peneliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan koperasi masih sangat
rendah terhadap pemberdayaan permodalan UKM, ada banyak faktor yang menyebabkan
rendahnya peran koperasi terhadap kemajuan UKM di kota Depok; 1) masih sedikitnya jumlah
koperasi dibandingkan jumlah UKM (1:1755), 2) masih rendahnya pemahaman masyarakat akan
pentingnya berkoperasi, 3) rendahnya kemampuan SDM koperasi baik dari sisi pemahaman
tentang manfaat berkoperasi maupun dalam pengelolaan manajemennya; 4) adanya stigma
negative dari masyarakat yang menimbulkan kurangnya kepercayaan dari pelaku UKM terhadap
koperasi. Berbagai faktor tersebut telah menyebabkan pelaku UKM di kota Depok sedikit sekali
yang tergabung dalam wadah koperasi sehingga koperasi masih rendah peranannya dalam
membantu pengembangan UKM melalui penyedian modal usaha.

Keyword : peran koperasi, Usaha Kecil dan Mikro, penyediaan modal usaha

PENDAHULUAN Tertinggal berjumlah sekitar 9,2 juta orang akan


terus berkurang. Dengan demikian kemiskinan
Mencermati banyaknya jumlah pelaku UKM perlahan-lahan akan lenyap dari bumi zamrud
yang mencapai 50,76 juta lebih, sa- ngat potensial khatulistiwa. Mengingat tidak ada lagi orang usia
untuk mengatasi kemiskinan di negeri ini. Jumlah produktif yang menganggur, sehingga
mereka sesuai data BPS pada 2008 mencapai 31,5 kesejahteraan yang didambakan semua pihak akan
juta jiwa dari jumlah penduduk. Bukan tidak tercapai (Bappenas, 2010).
mungkin jumlah tersebut akan berkurang dan Sekalipun potensinya sangat besar, masalah
bahkan habis apabila pemerintah serius permodalan masih menjadi kendala utama bagi
memberdayakan UKM. Asumsinya apabila UKM untuk tumbuh dan berkembang. Masalah
mereka mampu tumbuh dan berkembang, maka mendasar yang menyebabkan UKM menemui
dipastikan membutuhkan tenaga kerja. Seandainya kesulitan dalam pembiayaan usaha; Pertama,
satu unit usaha mikro memerlukan dua tenaga masalah kolateral/jaminan. Hampir seluruh UKM
kerja saja, maka akan tertampung sebanyak 100 mengeluhkan sulitnya mendapatkan pembiayaan
juta orang lebih. Berarti jumlah pengangguran dari perbankan karena ada ketentuan jaminan.
yang sesuai dengan data di Kementrian Daerah Akibatnya, permodalan UKM hingga kini lebih
128 JURNAL EKONOMI DAN BISNIS, VOL 10, NO. 2, DESEMBER 2011 : 127-138

banyak menggantungkan pada pemupukan modal dibangun oleh sebagian besar rakyat yang
sendiri (self financing) yang sangat terbatas. tergolong dalam kelompok UKM. Yang perlu
Kedua, masalah bunga pinjaman di sektor UKM mendapat perhatian adalah bagaimana
masih dirasakan sangat tinggi. Dalam kaitan memposisikan koperasi dalam sistem
dengan pembiayaan setidaknya ada dua tipe perekonomian nasional. Sedangkan diketahui
kelompok UKM. Kelompok pertama adalah sekarang ini sangat banyak kendala yang
UKM yang bankable yang ditandai dengan (1) menghambat pengembangan koperasi, terutama
telah memiliki perangkat legalitas formal yang dari aspek kebijakan makro yang dipengaruhi
memadai; (2) manajemen yang lebih rapi; (3) semangat globalisasi. Selanjutnya, kajian mungkin
akses pemasaran yang cukup; (4) penyajian harus diarahkan pada faktor yang mempengaruhi
informasi keuangan dapat diterima sesuai keberhasilan koperasi terutama yang terkait
persyaratan bank teknis; (5) akses informasi dan dengan hubungan koperasi dan anggotanya
pengetahuan terhadap produk perbankan cukup sebagai modal utama koperasi antara lain ; Faktor
luas; dan (6) jaminan (collateral) dapat memenuhi perekat. Dalam suatu koperasi faktor perekat yang
persyaratan bank teknis. Kelompok kedua adalah sangat mendasar adalah kesamaan (homogenitas)
UKM yang unbankable group, yang ditandai kepentingan ekonomi dari para anggotanya.
dengan (1) belum memiliki perangkat legalitas Dalam membahas peluang koperasi untuk
formal yang memadai; (2) manajemen belum rapi; menjadi lembaga alternative pemberdayaan UKM
(3) akses pemasaran terbatas; (4) penyajian juga perlu dikaji hubungan antara koperasi dengan
informasi keuangan belum memenuhi persyaratan anggotanya yang UKM. Dalam hal ini salah satu
bank teknis; (5) akses informasi dan pengetahuan aspek yang menarik untuk diperhatikan adalah
terhadap produk perbankan terbatas. dan (6) ³IDNWRU SHUHNDW GDODP NRSHUDVL DQWDUD NRSHUDVL
membutuhkan peran koperasi sebagai penghubung dengan anngotanya dan antar anggota di dalam
dan mitra dalam membangun hubungan dengan koperasi) adalah, kesamaan (homogenitas)
perbankan. kepentingan ekonomi. Lebih lanjut juga perlu
Keinginan pemerintah menciptakan difikirkan bagaimana jika keberhasilan koperasi
kesejahteraan seluruh anggota masyarakat dalam telah mampu meningkatkan perekonomian
bentuk pemberdayaan ekonomi rakyat melalui seseorang, sehingga orang tersebut malah merasa
perkuatan UKM sudah diikrarkan sejak awal tidak memerlukan koperasi lagi. Dalam hal ini
masa kemerdekaan. Untuk itu telah dilakukan perlu disadari bahwa peningkatan kemampuan
berbagai program pembangunan, walaupun ekonomi seseorang dapat menyebabkan orang
sampai sekarang ini masih ada sekelompok berubah kepentingannya. Sehingga mungkin saja
masyarakat yang tergolong miskin. Belum orang tersebut dapat pindah ke koperasi lain, yang
optimalnya keberhasilan pembangunan ekonomi dapat memenuhi kepentingannya. Dengan kata
dari satu rezim ke rezim yang lain, nampaknya lain faktor homogenitas kepentingan anggota
tidak terlepas dari konsepsi dasar pembangunan merupakan kata kunci dalam membangun faktor
yang belum sepenuhnya mengutamakan perekat dalam koperasi.
kepentingan pemberdayaan ekonomi rakyat. Melihat pentingnya koperasi bagi
Indikator dari kondisi tersebut antara lain terlihat pengembangan UKM di seluruh wilayah
dari semakin menyurutnya peranan koperasi Indonesia, maka penulis merasa tertantang untuk
dalam pembangunan ekonomi, bahkan sebagian meneliti mengenai masalah ini. Selanjutnya hasil
ekonom sekarang malah mempertanyakan apakah dari penelitian ini diharapkan bisa menjadi
koperasi merupakan alternatif kelembagaan untuk masukan bagi pemerintah daerah pada khususnya,
memberdayakan UKM, atau hanya merupakan dalam membuat kebijakan baru yang terkait
salah satu solusi. dengan revitalisasi fungsi dan peran koperasi
Dari adanya berbagai kekuatan koperasi dan dalam meningkatkan sektor UKM. Selain itu juga
dengan mengeliminir kelemahan yang ada maka dapat dijadikan rujukan bagi kebijakan pemerintah
koperasi idealnya dapat menjadi aktor penting pusat terkait dengan pemberdayaan koperasi dan
dalam mendukung perekonomian nasional, yang UKM. Pemberdayaan usaha kecil dan mikro serta
JURNAL EKONOMI DAN BISNIS, VOL 10, NO. 2, DESEMBER 2011 : 127-138 129

koperasi merupakan langkah yang strategis dalam digunakan dalam penelitian ini adalah gabungan
meningkatkan dan memperkuat dasar kehidupan teknik random sampling dan judgment sampling.
perekonomian dari sebagian besar rakyat Tahap penentuan sampel yang dilakukan adalah
Indonesia, khususnya melalui penyediaan sebagai berikut:
lapangan kerja dan mengurangi kesenjangan dan
tingkat kemiskinan. 1. Tahap pertama, menentukan sampel
kecamatan mana saja yang akan dijadikan
METODE PENELITIAN sebagai sampel penelitian. Dengan
menggunakan metode pengundian, maka di
Metoda yang digunakan dalam penelitian ini pilihlah empat kecamatan yaitu Pancoran
adalah metoda deskriptif yang berusaha Mas, Sawangan, Beji dan Sukmajaya.
mengungkap fakta aktual yang dihadapi oleh 2. Tahap kedua, dari masing masing kecamatan
pelaku UKM di wilayah kota Depok. yang terpilih, selanjutnya ditentukan secara
Pengungkapan fakta tersebut dilakukan melalui random kelurahan yang akan menjadi objek
tahapan kegiatan yang meliputi pengumpulan data penelitian. Karena homogenitas dari masing-
dengan menggunakan instrumen berupa masing usaha kecil dan mikro dari setiap
kuestioner, mentabulasi data, menganalisis, kelurahan, maka dalam penentuan kelurahan,
interpretasi dan membuat kesimpulan. Tujuan dari peneliti melakukannya secara random atau
penelitian deskriptif disini adalah ingin acak.
menggambarkan fakta-fakta tentang permasalahan 3. Tahap ketiga, penentuan sampel usaha kecil
koperasi dan akses permodalan UKM kepada dan mikro (UKM) yang akan dijadikan objek
koperasi sebagaimana adanya, sekaligus penelitian dari setiap kelurahan dilakukan
memberikan gambaran situasi hubungan antar secara random dengan alasan adanya
fenomena yang dihadapi oleh dua lembaga kesamaan karakteristik antara satu UKM
tersebut. dangan UKM lainnya.
Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kota
Depok, yang terdiri dari Kecamatan Cimanggis, Data yang digunakan dalam penelitian ini
Sukma Jaya, Pancoran Mas, Beji, Limo, adalah data primer dan data sekunder. Data
Sawangan, Bojong Sari, Tapos, Cinere, Cipayung primer seperti peminatan pelaku UKM terhadap
dan Cilodong. Melihat homogenitas dari para lembaga koperasi, persepsi mereka tentang
pelaku UKM yang ada di wilayah Depok, maka koperasi, kesulitan pelaku UKM dalam mengakses
dari 11 kecamatan yang ada selanjutnya dipilih permodalan, ketergantungan terhadap bank
secara acak empat kecamatan untuk dilakukan keliling dan para pelepas uang serta harapan para
survey, yaitu kecamatan Pancoran Mas, pelaku UKM terhadap koperasi diperoleh secara
kecamatan Sawangan, Sukmajaya dan Beji. langsung melalui kuesioner. Responden yang
Waktu penelitian dilakukan pada Juli dan Agustus dipilih dalam penelitian ini adalah para pengelola
2010, yang dimulai dengan observasi awal dan UKM, baik yang tergabung di dalam kelompok
dilanjutkan dengan pengumpulan data melaui usaha tertentu maupun mereka yang tidak
wawancara menggunakan instrumen kuesioner tergabung dalam suatu kelompok usaha. Selain itu
dan berakhir dengan penulisan laporan hasil responden akan dipilih dari sentra-sentra UKM
penelitian pada bulan Oktober 2010. yang tersebar di setiap kecamatan yang terpilih
Seluruh usaha kecil dan mikro yang berada sebagai sampel. Sedangkan data sekunder
di wilayah Depok merupakan populasi dari diperoleh dari berbagai dokumentasi yang
penelitian ini. Melihat penyebaran pelaku UKM merupakan hasil penelitian sebelumnya, dari
dan koperasi yang relative merata diseluruh wawancara dengan pengelola KSP/ USP serta dari
wilayah kota Depok dan homogenitas pihak berwenang yang ada di Dinas Koperasi dan
karakteristik dari para pelaku UKM dan lembaga UKM.
koperasi, maka teknik penentuan sampel yang
130 JURNAL EKONOMI DAN BISNIS, VOL 10, NO. 2, DESEMBER 2011 : 127-138

HASIL DAN PEMBAHASAN Dari 65 orang responden hanya 10 orang


atau 15 persen yang merupakan anggota dari
Hasil Penelitian koperasi dan angka tersebut merupakan 42 persen
Kelompok dan Jenis Usaha Responden dari mereka yang memiliki lokasi usaha dekat
Sebanyak enam puluh lima responden yang dengan keberadaan koperasi. Selanjutnya dari
di survey, setelah diklasifikasi berdasarkan aset mereka yang merupakan anggota atau yang
yang dimiliki dan jenis usahanya, terdiri dari 23 tergabung dalam wadah koperasi baru 50
usaha kecil dan 42 jenis usaha mikro. Darri persennya yang memperoleh bantuan modal
responden tersebut diperoleh data bahwa jenis bersumber dari koperasi tersebut dan 60 persen
usaha dagang merupakan jenis usaha yang paling lainnya mendapatkan layanan dalam bentuk
banyak dijalani oleh pelaku UKM baik oleh konsultasi usaha.
kelompok usaha kecil maupun oleh kelompok
usaha mikro (33.8%). Usaha Jasa (18,5%), usaha Minat Membentuk dan Menjadi Anggota
makanan dan kerajinan (23%) dan jenis usaha Koperasi
berikutnya yang banyak dijalani adalah usaha jasa Dari hasil wawancara dengan para pelaku
seperti salón, catering, jasa penyewaan dan UKM, 49 persen dari mereka menyatakan
lainnya, dan usaha gabungan antara usaha dagang berminat untuk membentuk atau menjadi anggota
dengan jenis usaha lainnya. koperasi, dan beberapa kendala seperti sulitnya
merekrut anggota, sulitnya mencari pengelola
Sumber Permodalan Usaha UKM yang andal, citra negatif koperasi dan banyaknya
Secara umum para pelaku UKM dalam koperasi yang gagal, bagi sekitar 50% pelaku
memulai usahanya menggunakan modal sendiri UKM tidak menghalangi minat mereka untuk
ataupun bersumber dari keluarga. Dari 65 pelaku membentuk ataupun menjadi anggota koperasi.
UKM yang disurvey sebanyak 80 persen dari Jadi sebahagian masyarakat pelaku UKM
mereka menjalankan usahanya menggunakan berminat untuk membentuk koperasi maupun
modal sendiri dan hanya 20 persen dari mereka menjadi anggota koperasi, tetapi kendalanya
yang memanfaatkan dana pinjaman yang adalah masalah waktu usaha mereka dan masih
bersumber dari berbagai lembaga keuangan. Hal sedikitnya koperasi yang melayani simpan pinjam
ini masih konsisten dengan hasil penelitian atau masih langkanya koperasi yang mewadahi
sebelumnya yang dilakukan oleh penulis, hanya para pelaku UKM yang jenis usahanya cukup
20 persen dari mereka, memulai usahanya beragam.
menggunakan modal yang bersumber dari
pinjaman. Pilihan Lembaga Dalam Memperoleh
Alasan mereka tidak memanfaatkan lembaga Tambahan Modal
keuangan untuk membiayai kegiatan usahanya Secara umum masyarakat pelaku UKM
sangat beragam. Ada yang mengatakan takut belum memanfaatkan koperasi dalam upaya
berhubungan dengan lembaga keuangan, ada pula memperoleh pinjaman untuk menambah modal
yang mengatakan prosesnya tidak mudah dan usahanya. Hal ini dapat dilihat dari hasil
yang lainnya mengatakan tidak memiliki agunan penelitian yang dilakukan terhadap 65 orang
sebagai jaminan kredit yang mereka ambil. pelaku UKM, hanya 16 pelaku UKM yang pernah
Selanjutnya dari 13 orang responden yang memperoleh tambahan modal usahanya.
modalnya bersumber dari modal pinjaman hanya Selanjutnya dari 16 tersebut, hanya 18,75 persen
15 persen saja yang memperolehnya melalui (3 orang) yang memanfaatkan koperasi sebagai
koperasi. Selebihnya bersumber dari keluarga (31 sumber pembiayaan (kredit).
persen), bank umum (23 persen) dan sisanya dari
sumber lainnya.
Kepercayaan UKM Terhadap Koperasi
Keanggotaan Dalam Koperasi dan Bantuan Kepercayaan masyarakat pelaku UKM
Modal Usaha kepada koperasi masih cukup besar, hal ini terlihat
JURNAL EKONOMI DAN BISNIS, VOL 10, NO. 2, DESEMBER 2011 : 127-138 131

dari jawaban yang menyatakan tidak setuju bahwa Sedangkan koperasi yang mewadahi UKM, petani
ketidakikutsertaan mereka dalam koperasi tanaman buah dan tanaman hias hanya sekitar 4,1
disebabkan oleh karena pengelolanya. Tidak persen.
tergabungnya para pelaku UKM kedalam wadah
koperasi lebih disebabkan oleh belum adanya Jumlah Usaha Menengah Kecil dan Mikro
koperasi disekitar usaha mereka dan/atau belum (UMKM)
adanya koperasi yang mewadahi usaha mereka Berdasarkan rekapitulasi data UMKM pada
masing-masing. Sebetulnya masyarakat tidak Dinas Koperasi bulan Januari 2009
terlalu terpengaruh oleh citra negatif koperasi dan terdistribusikan sebagai berikut :
sedikitnya lembaga koperasi yang berhasil dan
menjadi lembaga ekonomi yang kuat. Hasil Tabel 2 : Data Rekapitulasi UMKM
pengamatan dilapangan menunjukkan pula Kelompok Usaha Jumlah
bahwa koperasi yang anggotanya pelaku UKM Jumlah Unit Usaha Kecil : 2.352
adalah koperasi Simpan Pinjam dan koperasi Jumlah Unit Usaha Menengah : 62
yang mewadahi para pedagang di pasar. Jenis Jumlah Unit Usaha Mikro : 947
koperasi ini jumlahnya lebih sedikit daripada Unit Usaha Mikro di Pasar Tradisional : 116.639
jenis koperasi lainnya, sehingga keadaan ini Total : 120.000
menyebabkan sedikitnya UKM yang tergabung Sumber : Dinas Koperasi Bidang Bina UMKM Depok, 2009
dalam wadah koperasi.
Jumlah terbesar dari kelompok UMKM di atas
Jumlah Koperasi di Kota Depok adalah Usaha Mikro yang merupakan kelompok
Berdasarkan data dari Kantor Dinas Koperasi pedagang pasar tradisional. Sedangkan bila kita
tahun 2010 jumlah koperasi aktif, tidak aktif, perbandingkan dengan jumlah BMT dan koperasi
koperasi yang alamatnya tidak ditemukan, simpan pinjam yang seharusnya melayani mereka
koperasi yang sudah bubar dan koperasi yang adalah sekitar 1:1755 artinya satu koperasi yang
pindah alamat adalah sebagai berikut : ada saat ini harus melayani 1.755 buah unit usaha
Dari 880 koperasi yang terdaftar di Dinas mikro dan pedagang pasar tradicional.
Koperasi Kota Depok, ternyata yang masih aktif
hanya sebanyak 290 buah koperasi dan terdiri dari PEMBAHASAN
berbagai jenis usaha, mulai simpan pinjam,
kopersi pegawai, koperasi pedagang pasar dan Koperasi Belum Menjadi Pilihan UKM
koperasi serba usaha. Terdapat banyak alasan mengapa para pelaku
Jumlah terbesar dari jenis koperasi yang ada UKM masih sedikit yang memanfaatkan koperasi
di Kota Depok didominasi oleh koperasi pegawai sebagai mitra usaha dan sebagai sumber dalam
atau koperasi karyawan perusahaan yaitu sekitar mendapatkan tambahan modal mereka. Alasan-
alasan tersebut antara lain
Tabel 1: Rekapitulasi Data Hasil Penelusuran Koperasi Tahun 2010
adalah : 1) masih sedikitnya
Keterangan Jumlah
jumlah koperasi simpan pinjam
Koperasi yang alamatnya tidak ditemukan : 347
yang mewadahi kelompok UKM
Koperasi yang baru terdata : 1
dan Baitul Maal wa-Tamwil
Koperasi yang sudah tidak beroperasi (bubar) : 35 (BMT) sehingga akses mereka
Koperasi yang pindah alamat : 5 sangat rendah; 2) keengganan
Koperasi yang masih aktif : 290 mereka masuk sebagai anggota
Koperasi yang tidak aktif : 598 koperasi karena ada kewajiban
Sumber : Dinas Koperasi kota Depok, 2010. membayar simpanan pokok dan
simpanan wajib bulanan yang
26,5 persen. Koperasi Serba Usaha sebanyak dianggap sebagai beban; 3). pada umumnya
19,65 persen dan Koperasi Simpan Pinjam mereka tidak mau membentuk koperasi karena
termasuk BMT ada sekitar 15,2 persen. tidak adanya kepercayaan mereka terhadap para
132 JURNAL EKONOMI DAN BISNIS, VOL 10, NO. 2, DESEMBER 2011 : 127-138

pengelola koperasi; 4) ketidaktahuan mereka yang sejenis menyebabkan sedikit sekali para
tentang manfaat berkoperasi yang dapat pelaku UKM di kota Depok yang tergabung dalam
membantu kegiatan usaha mereka; 5) banyaknya wadah koperasi. Sehingga berdasarkan data-data
koperasi yang gagal dan bangkrut karena salah hasil penelitian, penulis berkesimpulan bahwa
kelola, menyebabkan kepercayaan sebagian koperasi belum menjadi pilihan bagi para pelaku
pelaku UKM terhadap koperasi menjadi hilang; 6) UKM dalam memperoleh sumber pembiayaan
masih sedikitnya koperasi yang mampu untuk mengembangkan usahanya.
mensejahterakan anggotanya, sehingga mampu
menarik mereka untuk bergabung dan 7) tidak Jumlah Koperasi Simpan Pinjam Yang
adanya jaminan keamanan dari simpanan mereka Terbatas
di koperasi, mempengaruhi minat mereka untuk Berdasarkan data yang diperoleh, dari 880
menjadi anggota koperasi (BMT). unit koperasi yang pernah terdaftar pada dinas
Hasil penelitian ini memperkuat dugaan awal koperasi tahun 2010, hanya sekitar 290 unit
bahwa peran koperasi terhadap pemberdayaan koperasi yang masih aktif. Dari jumlah koperasi
UKM terutama yang terkait dengan permodalan yang masih aktif tersebut, sebagian besar di
masih dikategorikan sangat rendah, karena dari 65 dominasi oleh koperasi pegawai perusahaan atau
orang pelaku UKM yang lokasi usahanya koperasi pada lembaga pemerintah atau sekolah
berdekatan dengan koperasi hanya 10 orang yang dan kepontren. Sedangkan jenis koperasi simpan
merupakan anggota dari koperasi trsebut. Selain pinjam yang didalamnya termasuk BMT, hanya
itu dari 16 orang responden yang memperoleh ada sekitar 44 unit atau hanya 15,2 persen.
pinjaman modal untuk mengembangkan usahanya Apabila dibandingkan dengan jumlah UKM dan
hanya sekitar 18,75 persen yang memperolehnya pedagang kaki lima yang ada di wilayah kota
melalui koperasi. Hal ini sejalan dengan Depok, perbandingan antara koperasi dengan
penelitian yang dilakukan oleh Teuku Syarif dan jumlah UKM hanya sekitar 1,3%. Persentase
Etty Budiningsih yang dilakukan di tiga propinsi yang sangat kecil inipun belum termasuk
yaitu Sumatra Barat, Kalimantan Barat dan Nusa pedagang pasar sebagai usaha mikro yang
Tenggara Barat. Hasil penelitian tersebut jumlahnya sekitar 116.639 unit. Oleh karenanya
menyatakan bahwa sumber pinjaman usaha mikro sangat wajar sekali apabila sangat sedikit UKM
19.08 persen berasal dari modal sendiri, 11.6 yang memperoleh pembiayaan dari koperasi.
persen berasal dari kredit program, 9.2 persen dari Selain itu koperasi yang mewadahi kelompok
perbankan dan 53,3 persen berasal dari pelepas UKM sejenis hanya ada sekitar 25 unit dengan
uang dan bank keliling, sedangkan dari koperasi jumlah anggota secara rata-rata tidak lebih dari 50
dan lainnya hanya 6.75 persen. Selanjutnya orang. Hal ini menggambarkan bahwa lembaga
sumber pinjaman untuk usaha kecil yang berasal koperasi secara umum belum dapat mewadahi
dari modal sendiri 27.15 persen, dari perbankan UKM yang jumlahnya begitu besar. Dengan kata
sebanyak 31.47 persen sedangkan dari koperasi lain, lembaga koperasi dapat dikatakan belum
dan lainnya sekitar 24,3 persen. Pinjaman pada besar peranannya dalam mengembangkan UKM
lembaga perbankan untuk usaha kecil lebih baik yang ada di kota Depok.
dibandingkan dengan kelompok usaha mikro, Melihat realitas data hasil penelitian yang
karena kemampuan kelompok usaha kecil dalam menunjukkan bahwa jumlah koperasi yang
memenuhi persyaratan kredit lebih dapat dipenuhi mewadahi usaha kecil dan mikro (UKM) masih
dibandingkan dengan usaha mikro. sangat sedikit jumlahnya (+ 25 unit), maka perlu
Masih sedikitnya jumlah koperasi di kota ada upaya pemerintah daerah melalui dinas
Depok dibandingkan dengan jumlah unit usaha koperasi untuk memberikan pencerahan kepada
mikro dan pedagang pasar ( 1 : 1755 ), maka bisa para pelaku UKM tentang manfaat berkoperasi.
dipastikan bahwa kontribusi koperasi terhadap Selain itu untuk memajukan koperasi yang sudah
pemberdayaan usaha kecil dan mikro masih jauh ada saat ini, pemerintah daerah seharusnya bisa
dari harapan. Selain itu terbatasnya jumlah memberikan subsidi dalam bentuk tambahan gaji
koperasi yang mewadahi usaha kecil dan mikro bagi para pengelola koperasi, agar koperasi yang
JURNAL EKONOMI DAN BISNIS, VOL 10, NO. 2, DESEMBER 2011 : 127-138 133

sudah ada bisa berkembang menjadi lebih besar dari citra koperasi di masyarakat. Harus diakui
dan dikelola secara profesional, bukan malah bahwa citra koperasi belum, atau sudah tidak
sebaliknya. seperti yang diharapkan. Masyarakat umumnya
memiliki kesan yang tidak selalu positif terhadap
Minat Membentuk Koperasi atau Menjadi koperasi. Koperasi banyak diasosiasikan dengan
Anggota Koperasi organisasi usaha yang penuh dengan
Sesuai dengan hasil penelitian bahwa ketidakjelasan, tidak profesional, justru
sebahagian pelaku UKM (+ 49 persen) mempersulit kegiatan usaha anggota (karena
menyatakan tertarik utuk membentuk ataupun berbagai persyaratan), banyak mendapat campur
menjadi anggota koperasi. Akan tetapi kenapa tangan pemerintah, dan sebagainya. Di media
sampai saat ini masih sedikit sekali kelompok massa, berita negatif tentang koperasi tiga kali
UKM sejenis maupun kelompok UKM yang lebih banyak dari pada berita positifnya (PSP-IPB,
berbeda jenis usahanya yang tergabung dalam 1995); berita dari para pejabat dua kali lebih
wadah koperasi. Ada beberapa faktor yang banyak dari berita yang bersumber langsung dari
menyebabkan hal tersebut terjadi yaitu : 1) koperasi, pada-hal prestasi koperasi diberbagai
pengetahuan mereka yang kurang terhadap daerah cukup banyak dan berarti. Citra koperasi
manfaat dari koperasi dan manfaat sebagai tersebut pada gilirannya akan mempengaruhi
anggota koperasi, hal ini disebabkan antara lain hubungan koperasi dengan pelaku usaha lain,
karena tingkat pendidikan mereka yang rata-rata maupun per-kembangan koperasi itu sendiri.
masih dibawah SLTA; 2) keterbatasan waktu %DKNDQ FLWUD NRSHUDVL \DQJ NXUDQJ µSDV¶ WHUVHEXW
mereka untuk menjalankan organisasi yang juga turut mempengaruhi pandangan mereka yang
melibatkan sejumlah anggota, karena waktu terlibat di koperasi, sehingga menggantungkan diri
mereka habis untuk digunakan mengelola dan mencari peluang dalam hubungannya dengan
usahanya masing-masing, sehingga tidak tersedia kegiatan pemerintah justru dipandang sebagai hal
waktu untuk menjalankan organisasi koperasi \DQJ ZDMDU EDKNDQ VHEDJDL VHVXDWX \DQJ µVXGDK
yang merupakan kumpulan orang-orang yang VHKDUXVQ\D¶ GHPLNDQ Memperbaiki dan
memiliki jenis usaha yang sama, 3) ketidaktahuan meningkatkan citra koperasi secara umum
meraka tentang bagaimana menjalankan lembaga merupakan salah satu tantangan yang harus segera
koperasi secara benar, agar berkembang dan mendapat perhatian.
mampu menarik anggota baru untuk bergabung; 4) Begitu banyaknya koperasi yang menutup
belum adanya program pendampingan dari dinas kegiatan usahanya adalah merupakan tantangan
koperasi ataupun perguruan tinggi terhadap para berat yang dihadapi oleh pemerintah dan dinas
pelaku UKM yang mampu mengarahkan mereka koperasi sendiri kota Depok. Pada tahun 2010,
untuk membentuk suatu wadah yang bernama dari sebanyak 880 unit koperasi ternyata hanya
koperasi. 290 unit koperasi yang masih aktif. Artinya
Cukup besarnya jumlah UKM yang berminat jumlah koperasi yang menutup kegiatan usahanya
terhadap koperasi ini, menjadi potensi bagi jauh lebih banyak daripada yang bertahan aktif.
pemerintah kota untuk terus memasyarakatkan Dari 290 unit koperasi yang masih aktif inipun
koperasi kepada para pelaku UKM agar mereka masih ada sebagian yang belum ditemukan
terwadahi dalam satu lembaga yang bernama alamatnya, atau tidak jelas alamatnya. Banyaknya
koperasi. Ternyata para pelaku UKM yang koperasi yang tidak aktif ini adalah sesuatu yang
menyatakan tertarik terhadap koperasi ini, tidak sulit untuk dikendalikan oleh pemerintah melalui
terpengaruh terhadap pengelolaan koperasi yang dinas koperasi, karena membentuk koperasi dan
kurang profesional, mereka juga tidak terpengaruh mengahiri kegiatan koperasi adalah hak setiap
oleh banyaknya koperasi yang gagal dan masyarakat. Dengan banyaknya koperasi yang
sedikitnya jumlah koperasi yang berhasil. tidak aktif inilah yang menyebabkan citra koperasi
Stigma Negatif Koperasi menurut sebagian masyarakat menjadi negatif.
Peningkatan Citra Koperasi, pengembangan
kegiatan usaha koperasi tidak dapat dilepaskan
134 JURNAL EKONOMI DAN BISNIS, VOL 10, NO. 2, DESEMBER 2011 : 127-138

Ketergantungan Pembiayaan Pada Pelepas yang melakukan pinjaman modal, namun mereka
Uang dan Bank Keliling tidak otomatis memilih bank keliling atau pelepas
Faktor kemudahan yang disediakan oleh bank uang. Hal ini memberikan gambaran bahwa
keliling dan para pelepas uang menjadi daya tarik masyarakat kota Depok sudah cukup cerdas dalam
bagi sebagian pelaku UKM untuk memperoleh memilih lembaga keuangan untuk memperoleh
pinjaman dari lembaga tersebut. Pada umumnya tambahan modal, sehingga persentase mereka
pelaku usaha kecil di kota Depok belum bankable yang menggantungkan diri kepada para pelepas
karena tidak bisa memenuhi beberapa persyaratan uang dan bank keliling relatif kecil.
yang diminta oleh lembaga keuangan sebagai
syarat dalam pengajuan pinjaman modal. Kesulitan Masalah SDM koperasi
Meskipun demikian tidak sedikit dari mereka yang Sebagian besar koperasi yang tidak aktif atau
kegiatan usahanya cukup feasible untuk dibiayai, bahkan mengalami kebangkrutan itu, diakibatkan
akan tetapi belum memiliki beberapa persyaratan karena mereka dihadapkan pada permasalahan
legalitas usahanya. Keadaan yang lebih buruk lagi sumber daya manusia (SDM) dan manajemen
justru terjadi pada pelaku usaha mikro, secara yang kurang profesional. Pengelolaan yang tidak
umum mereka bukan hanya tidak bankable tetapi profesional sering memicu konflik diantara
juga banyak dari mereka yang tidak feasible pengurus dan anggota. Menyebabkan hilangnya
untuk memperoleh kredit dari lembaga keuangan. rasa saling percaya. Padahal, komitmen dan
Hal inilah yang mendorong sebagian dari mereka kepercayaan diantara anggota dan pengurus
untuk memanfaatkan pinjaman dari para pelepas mutlak diperlukan sebagai modal dasar
uang atau dari bank keliling yang menawarkan pembangunan koperasi dalam upaya memenuhi
tingkat bunga yang relatif tinggi. kesejahteraan anggotanya. Selain masalah SDM
Kehadiran lembaga-lembaga keuangan dan manajemen, persoalan krusial yang dihadapi
formal di kota Depok yang menjangkau hampir koperasi adalah pemodalan. Seharusnya
keseluruh kecamatan dipastikan memberi dampak pemerintah mengupayakan intermediasi koperasi
positif berupa perubahan pandangan masyarakat dengan perbankan, mengupayakan koperasi
terhadap lembaga-lembaga keuangan non-formal ataupun UKM dapat skim dari perbankan, seperti
yang pada awalnya menjadi tumpuan dalam jaminan kredit dengan kelayakan usaha. Tetapi
memperoleh pinjaman secara cepat. Hal ini skim kredit perbankan yang ada pada saat ini
terlihat dari hasil penelitian-peneitian sebelumnya masih sulit diakses koperasi dan UKM.
yang menunujukkan bahwa UKM yang ada di Padahal, bila didukung dan dikelola secara
kota Depok hanya sebagian kecil saja yang masih baik dan professional, koperasi mampu
memanfaatkan jasa bank keliling atau para pelepas menunjukkan daya tahan dan eksistensinya disaat
uang. Sedangkan sebagian besar dari mereka krisis ekonomi yang banyak menghancurkan
memilih meminjam modal kepada keluarga perekonomian diberbagai negara. Hal ini
ataupun teman usahanya yang sejenis dan masih menunjukkan lembaga perbankan belum dapat
sedikit dari mereka yang memanfaatkan koperasi. mengakomodir kebutuhan permodalan seluruh
Khusus untuk kelompok usaha kecil pada pelaku usaha koperasi, kecil, maupun menengah.
umumnya mereka cenderung memilih bank umum Pebankan menilai resiko pinjaman besar jika tanpa
sebagai tempat untuk memperoleh tambahan agunan. Hal seperti itu memberatkan dan sulit
modal, karena kelompok usaha ini biasanya dipenuhi koperasi dan UKM. Persyaratan yang
banyak yang bankable. rumit itu yang menyebabkan banyak kegagalan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari dalam memperoleh permodalan.
25 persen UKM yang memperoleh tambahan Maju mundurnya koperasi juga ditentukan
modal hanya 6,25 persen yang memperolehnya kejujuran, kreativitas, serta kemampuan
dari lembaga keuangan non formal termasuk membangun networking dari anggota dan
pelepas uang atau bank keliling. Artinya disini, pengurus. Masalah klasik seperti kemampuan
meskipun koperasi masih memiliki peran yang sumber daya manusia (SDM), permodalan minim,
kecil yaitu sekitar 15 persen dari kelompok UKM manajemen dan pemasaran yang belum optimal,
JURNAL EKONOMI DAN BISNIS, VOL 10, NO. 2, DESEMBER 2011 : 127-138 135

akan terus berlarut ± larut atau mungkin semakin Penjelasan di atas memperkuat fakta bahwa
menenggelamkan keberadaan koperasi bila tidak di kota Depok jumlah koperasi yang pernah
ada komitmen semua pihak untuk menyelesaikan. terdaftar di dinas koperasi per tahun 2010 adalah
Harus ada sinergi antar-stake-holder mulai dari sebanyak 880 buah, tetapi yang masih aktif hanya
pemerintah, perbankan, koperasi, dan pihak lain sekitar 290 buah. Berdasarkan hasil wawancara
untuk mengembangkan koperasi. dengan beberapa koperasi yang ada, tingkat
Kunci keberhasilan koperasi adalah pendidikan rata-rata pengelola adalah tingkat
kepercayaan dan kemandiran. Dengan menjunjung SLTA. Ini mencerminkan bahwa secara umum
kepercayaan disertai dengan budi pekerti yang SDM koperasi menjadi salah satu faktor dominan
luhur, maka koperasi akan bangkit. Koperasi yang menyebabkan sekian banyak koperasi yang
adalah kumpulan orang yang berusaha dengan bankrupt atau menjadi tidak aktif.
dasar kemanusiaan bukan dari ekonomi kapitalis.
Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah Berbagai Permasalahan Koperasi Saat Ini
satu faktor kunci dalam persaingan global. Organisasi koperasi dibentuk atas dasar
Globalisasi menuntut adanya efisiensi dan daya kepentingan dan kesepakatan anggota pendirinya
saing dalam berbagai bidang termasuk sumber dan mempunyai tujuan utama untuk lebih
daya manusia. Menghadapi era globalisasi,selain mensejahterakan anggotanya. Sistem kontribusi
teknologi, sumber daya manusia berkualitas tinggi insentif sangat relevan dalam suatu organisasi
menjadi salah satu faktor penentu yang sangat koperasi. Sistem tersebut dapat menjamin
penting. Hanya sumber daya manusia yang eksistensi koperasi dan sekaligus merangsang
memiliki keterampilan tinggi yang dapat bertahan anggota untuk lebih berpartisipasi secara aktif.
dan bersaing di era globalisasi. Perbandingan Dalam pembicaraan mengenai organisasi di
kualitas sumber daya manusia dapat ditinjau dari masyarakat, khususnya di daerah pedesan, kiranya
tingkat kesejahteraan hidupnya yang secara lebih dulu perlu dipahami bahwa basis terendah
langsung dapat diukur dari tingkat pendapatan per dalam kehidupan pedesaan adalah "desa", atau
kapita. kampung dusun-dusun kecil yang penduduknya
Koperasi diharapkan dapat ditingkatkan hidup berkelompok dengan
kualitasnya agar mampu tumbuh dan berkembang keterikatan/ketergantungan antar individu yang
sesuai jati dirinya menjadi wadah kepentingan sangat erat. Komunitas penduduk berlangsung
bersama bagi anggotanya. Pemerintah telah dalam rangka membangun kehidupan yang pada
melakukan berbagai kegiatan untuk meningkatkan awalnya bersifat subsistem. Meskipun demikian
kualitas koperasi di kota Depok antara lain: (a) (pola hidup subsistem), kaitan pemasaran sudah
klasifikasi koperasi dan pencapaian koperasi ada dengan daerah urban yang lebih modern.
berkualitas; (b) sosialisasi pembentukan koperasi; Dalam hal ini yang dikenal sebagai pedesaan
(c) pendidikan perkoperasian; dan (d) adalah kumpulan rumah tangga petani yang secara
pengembangan kerja sama koperasi pertanian se tradisional mengambil keputusan-keputusan
ASEAN. Untuk mengetahui kinerja dan produksi, konsumsi, dan investasi. Di sektor
kualifikasi koperasi Indonesia, dan mendorong perkotaan kegiatan yang sama dilakukan oleh
pelaksanaan prinsip-prinsip koperasi, pemerintah lembaga perusahaan dan rumah tangga secara
telah melakukan upaya intensif dan terpadu terpisah dengan tujuan memaksimumkan
dengan klasifikasi koperasi. Pada periode tahun penghasilan perusahaan. Oleh sebab itu yang
2006-2008, telah dilakukan klasifikasi koperasi diperlukan adalah aktualisasi dari prinsip-prinsip
sebanyak 33.463 koperasi dengan rincian 4.796 tersebut sebagai berikut :
koperasi klasifikasi A, 14.240 koperasi klasifikasi (1). Kelompok koperasi (Cooperative Groups);
B, 14.458 koperasi klasifikasi C. Hasil dari bahwa koperasi adalah kelompok orang yang
klasifikasi akan menjadi bahan bagi penetapan mempunyai tujuan dan kepentingan yang
kebijakan pengembangan koperasi dan menjadi sama yaitu meningkatkan kemampuan
sumber informasi bagi pihak lain yang ekonomi secara berkelompok dengan harapan
memerlukan kerja sama dengan koperasi. akan memperbesar skala ekonomi mereka
136 JURNAL EKONOMI DAN BISNIS, VOL 10, NO. 2, DESEMBER 2011 : 127-138

yang berdampak akhir pada meningkatnya Buruknya kinerja koperasi ternyata


efisien dari kegiatan (jual-beli) yang diperparah oleh kurang baiknya kinerja
dilakukannya bersama-sama. pembina. Kondisi seperti ini sebenarnya
(2). Menolong diri sendiri (Self Help sudah diketahui sejak lama, yang diduga
Organization); bahwa dengan berkelompok terkait erat dengan pendekatan, strategi dan
mereka akan menjadi lebih besar dan lebih
pola pembinaan serta kualitas SDM pembina.
kuat posisinya dalam pasar, sehingga mereka
dapat menolong diri sendiri. Dalam hal ini Nasution 1990 dalam
(3). Perusahaan koperasi (Cooperative desertasinya mengatakan bahwa kunjungan
Enterprises) dan; Bahwa koperasi merupakan pembina membawa dampak negatif bagi
perusahan yang jika dalam kegiatan usahanya kenerja koperasi (KUD), yang diindikasikan
mendapatkan nilai lebih maka kelebihan yang dari semakin banyak kunjungan pembina ke
diterima dapat dikembalikan lagi kepada suatu KUD maka akan semakin cepat KUD
anggotanya dan atau dapat dijadikan tersebut mengalami penurunan kinerjanya.
tambahan modal usaha serta investasi. Perbaikan konsepsi pembinaan ternyata
(4). Meningkatkan keuntungan ekonomi sampai sekarang ini belum banyak mendapat
anggotanya (member promotion): Tujuan perhatian dari pemerintah dan hal ini diduga
berkoperasi adalah kebersamaan dalam
terkait dengan komitmen politik untuk
rangka meningkatkan efisiensi dengan
memperbesar skala ekonomi (economic of memberdayakan koperasi yang cukup kuat,
scale) , mengurangi resiko usaha (down sehingga pembenahan permasalahan tersebut
sizing) dan kontribusi insentif (incentive belum mendapat respon yang significant dari
contribution). Pemerintah. Permasalahan diatas nampaknya
Dari prinsip dan tujuan koperasi tersebut, juga terkait dengan masalah-masalah internal
selama ini baru sangat sedikit yang dapat koperasi yang belum terselesaikan antara
diakomendir oleh gerakan koperasi, bahkan laian; a) proses penyempurnaan RUU
sebaliknya ada unsur-unsur yang sama sekali perkoperasian yang sudah tersendat hampir 4
belum dapat dilaksanakan seperti menolong diri tahun; b) Pergantian Pengurus Dewan
sendiri dan efisiensi biaya. Kondisi yang demikian koperasi Indonesia (DEKOPIN) yang berakhir
sering dikaitkan dengan kondisi ekonomi anggota
kisruh sehingga gerakan koperasi pecah
koperasi yang rata-rata terbilang miskin (dibawah
pendapatan rata-rata nasional) dan arah menjadi beberapa kelompok; c) koperasi tidak
pembinaan pemerintah yang lebih pada diberikan peran dalam agenda Dan Prioritas
pembangunan usaha ketimbangan pengkaderan Pembangunan Nasional dalam kurun waktu
koperasi. tahun 2004 sampai dengan tahun 2009 (dalam
Permasalahan khusus yang dihadapi dalam pidato Kenegaraan Presiden SBY tanggal 16
pemberdayaan koperasi adalah belum meluasnya Agustus 2006 tidak menyebutkan koperasi);
pemahaman tentang koperasi sebagai badan usaha d) dalam dunia pendidikan mata ajaran
yang memiliki struktur kelembagaan dan insentif perkoperasian menjadi pelajaran pilihan dan
yang unik/khas dibandingkan dengan badan usaha sampai sekarang belum ada standar baku
lainnya. Di samping itu, masih banyak masyarakat untuk mata ajaran tersebut dan; e) Promosi,
yang kurang memahami prinsip-prinsip dan
penyuluhan dan sosialisasi koperasi di media
praktik-praktik yang benar dalam berkoperasi.
Koperasi dan UMKM juga menghadapi tantangan masa selama era reformasi hampir tidak
terutama yang ditimbulkan oleh pesatnya pernah ada lagi.
perkembangan globalisasi ekonomi dan Disamping masalah makro di atas, dalam
liberalisasi perdagangan bersamaan dengan gerakan koperasi juga terdapat masalah mikro
cepatnya tingkat kemajuan teknologi. yang sangat mempengaruhi kinerja koperasi,
yang sampai sekarang ini juga belum
JURNAL EKONOMI DAN BISNIS, VOL 10, NO. 2, DESEMBER 2011 : 127-138 137

terselesaikan antara lain; a) Anggota koperasi UKM yang tersebar diseluruh wilayah kota Depok
cenderung hanya sebagai pemilik tetapi bukan yang cukup luas. Hasil survey menunjukkan
sebagai pengguna yang diindikasikan dari hanya sekitar 18 persen saja dari 16 persen UKM
rendahnya keterkaitan usaha antara anggota yang memperoleh tambahan modal usaha dari
dan koperasi yang secara langsung lembaga keuangan. Ini bisa diartikan bahwa
koperasi memang belum menjadi pilihan bagi
mempengaruhi rendahnya manfaat koperasi
sebagian besar UKM dalam memperoleh sumber
buat anggota; b) Kepentingan bisnis koperasi pembiayaannya.
lebih diutamakan (menyolok) daripada Ada beberapa faktor selain jumlah koperasi
kepentingan anggotanya; c) Partisipasi yang mempengaruhi rendahnya minat masyarakat
anggota sebagai pemilik dan pengguna sangat pelaku UKM untuk bergabung ke dalam wadah
rendah; d) rasa kebersamaan diantara anggota koperasi; 1) stigma negatif tentang koperasi
maupun antara anggota dengan koperasi juga berperan sekitar 37 % terhadap keengganan
hampir tidak ada; e) Kaderisasi sangat jarang masyarakat untuk bergabung ke dalam koperasi,
dilakukan dan jika adapun sifatnya temporary 2) banyaknya koperesi yang gagal menyebabkan
atau tidak berkesinambungan serta; f) Proses 35% pelaku UKM enggan untuk bergabung
Penyuluhan, pendidikan dan pelatihan tidak dengan koperasi, 3) tidak adanya lembaga
pengawasan dan lembaga penjaminan simpanan
berjalan dengan baik dan berkesinambungan
memberikan kontribusi ke terhadap kengganan
serta hasil-hasil penelitian ataupun pemikiran- masyarakat untuk berkooperasi dan 4) belum
pemikiran ilmiah tidak pernah dimanfaatkan adanya kepercayaan kepada pengelola koperasi
sebagai bahan masukan dalam pengambilan juga memberi kontribusi 39% terhadap
keputusan oleh para pengambil kebijaksanaan. keengganan masyarakat berkooperasi. Faktor-
Kondisi seperti di atas itulah keadaan faktor inilah antara lain yang menyebabkan masih
koperasi di kota Depok saat ini, dari 880 unit rendahnya peran koperasi dalam memajukan
koperasi hanya sekitar 290 saja yang masih UKM di kota Depok. Hal ini tidak bisa diabaikan
aktif. Hal ini mengindikasikan bahwa begitu saja apabila pemerintah kota Depok ingin
perkoperasian di kota Depok belum memberdayakan koperasi menjadi lebih baik dan
bisa meningkatkan pemberdayaan UKM lebih
berkembang seperti yang diinginkan oleh
tinggi lagi.
berbagai pihak. Maka dengan demikian sulit Banyaknya kopeperasi yang tidak aktif di
rasanya bisa mengharapkan peranan yang kota Depok, dapat dimaknai sebagai masih
besar dari koperasi dalam upaya rendahnya pemahaman anggotanya terhadap
mengembangkan UKM melalui penyediaan manfaat berkoperasi serta sulitnya mendapatkan
modal murah yang disediakan oleh koperasi. SDM pengelola yang profesional dan bisa
diandalkan dalam operasional pengelolaan
SIMPULAN koperasi. Rendahnya kepercayaan anggota
Secara umum perkoperasian di kota Depok terhadap pengelola koperasi secara otomatis dapat
masih belum menunjukkan kinerja yang berdampak kepada keluarnya satu persatu anggota
membanggakan karena dari jumlah 880 unit koperasi dari keanggotaannya. Jika ini terjadi
kopersi yang tercatat di Dinas Koperasi pada secara masive maka sudah bisa dipastikan akan
tahun 2010 ternyata yang masih aktif beroperasi banyak koperasi yang bangkrut dan menutup
hanya 290 unit. Dibandingkan dengan jumlah kegiatan operasionalnya. Tidak dapat dipungkiri
UKM yang sekitar 120 ribuan, maka jumlah bahwa masalah kemampuan SDM dalam koperasi
koperasi tersebut masih sangat kecil, apalagi dari inilah yang menyebabkan dari 880 unit koperasi
290 koperasi yang masih aktif tersebut, sekitar 27 menjadi hanya 290 unit koperasi yang sekarang
persennya merupakan koperasi pegawai. Oleh masih aktif.
karenanya sulit mengharapkan peran yang besar
dari koperasi dalam memberdayakan kelompok DAFTAR PUSTAKA
138 JURNAL EKONOMI DAN BISNIS, VOL 10, NO. 2, DESEMBER 2011 : 127-138

TeorL GDQ $SOLNDVL´,ALFABETA CV,


[1] $GL]HV , ³Corporate Lifecycles: How Jakarta
and Why Corporation Grow and Die and [8] Tim Lembaga Penelitian UMM,
What to do About It, Prentice Hall. 2005,´5HQFDQD 3URJUDP 3HPEHUGD\DDQ
Englewood Cliff, New Jersey 8.0 .RWD 3UREROLQJJR´, Jurnal Penelitian
[2] %XUQV % ³Strategies for Success and Volume XVII No.1 TH 2005 Universitas
URXWHV WR )DLOXUH´, dalam Burns, P. dan Merdeka Malang.
Dewhurst, J, (Eds) Small Business and [9] Pramono, Racmadi V, 2001, ³2UJDQLVDVL
Enterpeneurship, Macmillan, London Pembelajar Bagi Usaha Kecil dan
[3] Mubyarto, 1992. Strategi Pengembangan 0HQHQJDK 3HUPDVDODKDQ GDQ 3HOXDQJ´,
Kelembagaan Koperasi. Makalah Seminar Jurnal Administrasi dan Bisnis Vol 1. No. 1
FE UGM-DEPKOP Yogyakarta. Juli-September 2001, Universitas Katolik
[4] 0XKDPPDG ³Lembaga Keuangan Atma Jaya Jakarta
0LNUR 6\DULDK´ Graha Ilmu, Jogyakarta [10] Storey, D, 1994, Understanding the Small
[5] 1XUODQ 1XU 6\DPVL ³Indonesia Business Sektor. Routledge. London
Incorporated : Berpilar Perbankan Syariah [11] Tambunan, M, ³The Institutional
GDQ 80.0´, Ka-tulis-tiwa Press, Jakarta Bottleneck and the Role of Trading House for
[6] Ranupandoyo, Heidjirachman 1992. Aspek promoting small and medium entreprises
Kelembagaan Koperasi. Makalah Seminar 60(V ([SRUW LQ ,QGRQHVLD´, paper
FE UGM-DEPKOP Yogyakarta. presented to Sminar Sehari Pengembangan
[7] Rianse, Usman M.S dan Abdi S.P, 2008, Usaha Kecil di Indonesia: Harapan dan
³0HWRGHRORJL 3HQHOLWLDQ 6RVLDO (NRQRPL kenyataan, 20 Juni 2001, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai