Anda di halaman 1dari 3

Mobile Banking menurut (Shinhan Bank, 2017) adalah merupakan layanan yang memungkinkan nasabah

bank melakukan transaksi perbankan melalui ponsel atau Smartphone. Layanan Mobile Banking
dapat digunakan dengan menggunakan menu yang sudah tersedia melalui aplikasi yang dapat di unduh
dan di instal nasabah. Mobile banking menawarkan kemudahan jika dibandingkan dengan SMS banking
karena nasabah tidak perlu mengingat format pesan SMS yang akan dikirimkan ke bank dan juga nomor
tujuan SMS banking. Untuk menggunakan Mobile Banking, nasabah harus mendaftarkandiri terlebih
dahulu ke bank atau ke ATM. Nasabah dapat memanfaatkan layanan Mobile Banking dengan cara
mengakses menu yang telah tersedia pada aplikasi yang terinstal di ponsel, nasabah harus mengunduh
dan menginstal aplikasi pada telepon seluler terlebih dahulu. Pada saat membuka aplikasi tersebut,
nasabah harus memasukan User-ID dan password unutk login, kemudian nasabah dapat memilih menu
transaksi yang tersedia dan diminta memasukan OTP saat menjalankan transaksi.

Mobile banking saat ini secara umum digolongkan menjadi 3 golongan:

 Informational (bersifat memberi informasi)


Di dalam sistem ini, hanya memuat informasi mengenai produk-produk dan layanan-layanan
yang dimiliki oleh suatu bank. Risiko dari sistem ini tergolong cukup rendah, karena sistem ini
sama sekali tidak terhubung dengan server utama dan jaringan yang ada di bank, tetapi hanya
terhubung dengan server hosting situs. Risiko yang mungkin terjadi ialah pengubahan isi dari
situs di internet (atau sering dikenal dengan istilah deface). Hal ini tidak membahayakan
keseluruhan sistem dari bank tersebut, tetapi akan dapat mengacaukan informasi yang ada di
situs bank yang bersangkutan.
 Communicative (bersifat komunikatif)
Tipe yang kedua ini lebih bersifat interaktif dibandingkan dengan tipe yang pertama. Pada tipe
sistem ini, dimungkinkan terjadinya interaksi antara konsumen (nasabah) dengan sistem yang
ada di bank. Interaksi itu dapat berupa informasi saldo, laporan transaksi, pengubahan data
pribadi nasabah, maupun formulir-formulir keanggotaan layanan dari bank yang bersangkutan.
Dilihat dari cara kerjanya, risiko dari sistem ini jelas lebih besar dibandingkan dengan yang
pertama. Hal ini dikarenakan adanya hubungan antara nasabah dengan beberapa server di
jaringan di bank. Untuk itu diperlukan pengawasan dan penjagaan lebih di sistem ini, untuk
mencegah penyusup maupun program-program yang dapat merusak sistem seperti virus,
trojan, dan lain-lain.
 Transactional (dapat melakukan transaksi)
Tipe yang terakhir merupakn tipe yang paling lengkap dibandingkan dengan tipe-tipe yang lain,
dan pada umumnya juga memuat sistem pada dua tipe sebelumnya. Pada sistem di tipe yang
ketiga ini, nasabah dimungkinkan untuk melakukan transaksi secara langsung. Karena sistem ini
memiliki jalur langsung ke server utama dan jaringan yang ada di bank, maka risiko yang dimiliki
sistem ini juga cukup besar, paling besar dibandingkan dengan dua tipe sebelumnya. Oleh
sebab itu, kontrol yang ketat diperlukan di dalam sistem ini. Transaksi yang dapat dilakukan di
sistem ini dapat meliputi akses langsung ke account di bank, seperti informasi saldo ataupun
transaksi terakhir, pembayaran tagihan, transfer dana, isi ulang pulsa, dan lain-lain.
Pengujian Hipotesis

Hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai suatu hal yang dibuat untuk menjelaskan suatu hal yang
sering dituntut untuk melakukan pengecekannya. Sugiyono (2015:87) mendefinisikan hipotetsis
statistik yaitu sebagai, dalam perumusan hipotesis statistik, antara hipotesis alternatif (Ha) selalu
berpasangan, bila salah satu ditolak, mka yang lain pasti diterima sehingga keputusan yang tegas, yaitu
kalo kalu Ho ditolak Ha diterima. Hipotesis statistik dinyatakan melalui simbol-simbol. Rancangan
pengujian hipotesis digunakan untuk mengetahui korelasi dari kedua variabel yang diteliti. Tahap-tahap
dalam rancangan pengajuan hipotesis ini dimulai dengan penetapan hipotesis (Ho)dan hipotesis
alternative (Ha), pemilihan tes statistik, perhitungan nilai statistik dan penetapan tingkat signifikan.

Pengaruh Performance expectancy terhadap Behavioral Intention. Performance expectancy


ditemukakan konsisten secara positif signifikan mempengaruhi minat pemanfaatan teknologi informasi
(Venkatesh, 2003; Sedana & Wijaya, 2010; Jati & Laksito, 2012; Attaquayefio & Addo, 2014; Abar, 2013;
Rivai, 2014). Dengan melihat kegunaan, motivasi, dan keuntungan yang dihasilkan dari penggunaan
teknologi informasi, maka timbul minat pemanfaatan akan teknologi informasi oleh pengguna untuk
meningkatkan kinerja mereka. Al-Gahtani dkk. (2007) juga mengungkapkan bahwa performance
expectancy berpengaruh positif terhadap niat untuk menggunakan komputer. Lebih lanjut Kijsanayotin
et al. (2009) menemukan bahwa kinerja dari teknologi yang diharapkan (performance expectancy)
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi adopsi ICT kesehatan di Thailand. Selanjutnya,
Alkhunaizan dan Love (2012) menemukan bahwa performance expectancy berpengaruh pada keinginan
untuk menggunakan m-commerce di Arab Saudi. Sementara itu, Tai and Ku (2013) dalam risetnya
tentang keiningnan investor untuk mengadopsi mobile stock trading menemukan bahwa performance
expectancy secara signifikant berpengaruh pada behavioral intention pada penggunaan stock trading.

Pengaruh Effort expectancy terhadap Behavioral Intention. Banyak studi melaporkan adanya pengaruh
signifikan dari effort xpectancy terhadap behavioral intention dan pengadopsian teknologi. Wang et al.
(2009) melaporkan bahwa effort expectancy secara signifikan berpengaruh pada keinginan individu
dalam penggunaan M-Learning. Sementara Sin et al. (2013) menemukan bahwa effort expectancy
mempunyai pengaruh signifikan pada keinginan untuk menggunakan internet marketing di Korea
Selatan. Khatimah and Halim (2014) menemukan bahwa effort expectancy berhubungan secara positif
pada keinginan untuk menggunakan e-Money di Indonesia.Pada variabel effort expectancy ditemukan
berpengaruh signifikan terhadap behavioral intention (Venkatesh, 2003; Jati & Laksito, 2012;
Attaquayefio & Addo, 2014; Abar, 2013; Rivai, 2014). Kecuali Sedana & Wijaya (2010) yang menemukan
bahwa kedua konstrak ini tidak berhubungan.

Pengaruh Social influence terhadap Behavioral Intention. Pengaruh sosial (social influence) adalah
pengaruh orang-orang penting yang menyarankan penggunaan system (Venkatesh et al., 2003). Banyak
studi dilakukan untuk menginvestigasi pengaruh sosial (social influence) pada keinginan untuk
menggunakan teknologi. Menurut Alkhunaizan and Love (2012), social influences secara signifikan
berpengaruh pada keinginan untuk menggunakan (behavior intention) e-commerce di Saudi Arabia.
Dalam perspektif blogging, social influence secara signifikan berpengaruh pada penggunaan blog.
Pengguna blog secara sukarela bergabung pada aktivitas blog karena dipengaruhi oleh aktivitas para
pengguna blog yang lain (Hsu dan Lin, 2008). Social influence ditemukan berpengaruh signifikan
terhadap behavioral intention (Venkatesh, 2003; Sedana & Wijaya, 2010; Jati & Laksito, 2012;
Attaquayefio & Addo, 2014; Abar, 2013; Rivai, 2014). Kecuali Jati & Laksito (2012) menunjukkan bahwa
tidak ada hubungan yang signifikan antaranorma-noma sosial terhadap pemanfaatan teknologi
informasi besar terhadap social influence, meskipun dengan pengalaman yang terbatas. Hal ini
menunjukkan bahwa dengan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara faktor-faktor sosial
terhadap pemakai sistem, maka faktor-faktor sosial seperti besarnya dukungan teman sekerja, manajer
senior, pimpinan dan organisasi merupakan faktor penting dalam penerimaan suatu sistem.

Dengan uraian yang ada diatas maka hubungan antar variabel yang akan digunakan dalam pengujian
hipotesis adalah:

H0: Variabel Perfomance Expectancy (X1), Effort Expectancy (X2), dan Social Influence (X3) secara
simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap Behavioral Intention.

H1: Variabel Perfomance Expectancy (X1), Effort Expectancy (X2), dan Social Influence (X3) secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap Behavioral Intention.

Referensi

Alkhunaizan, Abdul Mohsin dan Dr. Steve Love. (2012). What drives mobile commerce? an empirical
evaluation of the revised UTAUT model. International journal of management and marketing academy,
2(1), 82-99.

Bank, S. (2017). Mobile Banking . Retrieved from www.shinhan.co.id: https://www.shinhan.co.id/

Hsu, Chia-Lin., Kuo-Chien, Chan, dan Mu-Chen, Chen. (2012). The impact of website quality on consumer
satifaction and purcahse intentions: perceived playfulness and perceived flow as mediators. Information
system E-Bus management, 10, 549-570

Jati, Nugroho jatmiko dan Herry Laksito. (2012). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi minat
pemanfaatan dan penggunaan E-Ticket. Jurnal Universitas Diponegoro.

Sedana, I. G., & Wijaya, S. W. (2010). UTAUT model for understanding learning management system.
Internet working Indonesia Journal, 2(2), 27-32.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian & Pengembangan Research and Development. Bandung : CV.
Alfabeta

Venkatesh, Viswanath, Michael G. Morris, Gordon B. Davis and Fred D. Davis. (2003). User Acceptance of
Information Technology: Toward a Unified View. MIS Quarterly Vol. 27, No. 3 (Sep., 2003), pp. 425-478.

Anda mungkin juga menyukai