Anda di halaman 1dari 17

BAB II

LANDASAN TEORI
2.1

Analisis
Dalam website Kamus Besar Bahasa Indonesia (Ebta Setiawan, 2012)

menjabarkan pengertian analisis sebagai berikut:


a. Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (perbuatan,
karangan, dan sebagiannya) untuk mendapatkan fakta yang tepat (asal
usul, sebab, penyebab sebenarnya, dan sebagainya).
b. Analisis adalah penguraian pokok persoalan atas bagian-bagian,
penelaahan bagian-bagian tersebut dan hubungan antar bagian untuk
mendapatkan

pengertian

yang

tepat

dengan

pemahaman

secara

keseluruhan.
c. Analisis adalah penjabaran (pembentangan) sesuatu hal, dan sebagainya
setelah ditelaah secara seksama.
d. Analisis adalah proses pemecahan masalah yang dimulai dengan hipotesis
(dugaan, dan sebagainya) sampai terbukti kebenarannya melalui beberapa
kepastian (pengamatan, percobaan, dan sebagainya).
e. Analisis adalah proses pemecahan masalah (melalui akal) ke dalam
bagian-bagiannya berdasarkan metode yang konsisten untuk mencapai
pengertian tentang prinsip-prisip dasarnya.
Dapat disimpulkan bahwa pengertian analisis dalam tugas akhir ini adalah
penyelidikan pengaruh kepercayaan terhadap niat beli konsumen pada situs ecommerce.
2.2

Pengaruh
Pengaruh menurut kamus besar Bahasa Indonesia karangan Wajowisito

(2005:849) yaitu : pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang
atau benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan dan perbuatan seseorang.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengaruh merupakan sumber
daya yangdapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain.
7

2.3

Niat Beli
Pengertian niat beli menurut Basu (1993:251) yaitu mengidentifikasi

semua pilihan yangg mungkin untuk memecahkan persoalan itu dan menilai
pilihan-pilihan secara sistematis dan obyektif serta sasaran-sasarannya yang
menentukan keuntungan serta kerugiannya masing-masing.
2.4

Website
Menurut Wahana Komputer (2002) website adalah suatu halaman web

yang saling berhubungan yang umumnya berada pada paladen yang sama
berisikan kumpulan informasi yang disediakan secara perorangan, kelompok atau
organisasi. Pada dasarnya website dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Website Statis: merupakan web yang halamannya tidak berubah, biasanya
untuk melakukan perubahan dilakukan secara manual dengan mengubah
kode. Website Statis informasinya merupakan informasi satu arah,yakni
hanya berasal dari pemilik softwarenya saja, hanya bisa diupdate oleh
pemilinya saja. Contoh dari penggunaan website Statis pada profil
perusaan.
2. Website Dinamis: merupakan web yang halaman selalu update, biasanya
terdapat halaman backend (halaman administrator) yang digunakanuntuk
menambah atau mengubah konten. Web dinamis membutuhkan database
untuk penyimpanan. Website dinamis mempunyai arus informasi dua arah,
yakni berasal dari pengguna dan pemilik, sehingga pengupdatetan dapat
dilakukan oleh pengguna dan juga pemilik website. Contoh website
dinamis yaitu, facebook, dan twitter.

2.5

E-Commerce
8

Menurut Wahana Komputer (2002) e-commerce adalah aktifitas penjualan


dan pembelian barang atau jasa melalui fasilitas internet. E-commerce dapat
dilakukan oleh siapa saja, tanpa dibatasi ruang dan waktu. Dalam aktifitas ecommerce sesungguhnya mengandung makna adanya hubungan antara penjual
dan pembeli, transaksi antar pelaku bisnis, dan proses internal yang mendukung
transaksi dengan perusahaan. Dalam praktiknya, e-commerce dikelompokkan
menjadi dua segmen, yaitu business to business (B2B) dan business to consumer
(B2C). B2B e-commerce merupakan bentuk transaksi perdagangan melalui
internet yang dilakukan oleh dua atau lebih perusahaan, sedangkan B2C ecommerce merupakan transaksi jual beli melalui internet antara penjual dengan
konsumen (end user). Transaksi B2B melibatkan relatif lebih sedikit orang. Orang
yang terlibat dalam transaksi B2B biasanya orang yang terlatih dalam
mempergunakan sistem informasi dan telah terbiasa dengan proses bisnis yang
dipengaruhi oleh transaksi. Jumlah transaksi lebih kecil tetapi memiliki nilai
transaksi yang tinggi.
2.5.1 Manfaat Menggunakan E-Commerce
Menurut Candra dkk (2013), ada beberapa keuntungan e-commerce yang
didapat antara lain:
1. Revenue steam (aliran pendapatan) baru yang mungki lebih menjanjikan,
yang tidak bisa ditemui di sistem transaksi tradisional.
2. Dapat meningkatkan market exposure (pangsa pasar).
3. Menurunkan tingkat biaya operasional (operating cost)
4. Melebarkan Jangkuan
5. Meningkatkan custumer loyality

2.5.2

Kerugian E-commerce
Adapun kerugian menggunakan e-commerce menurut Candra dkk (2013),
9

antara lain :
1. Kehilangan segi finansial secara langsung karena kecurangan. Seorang
penipu mentransfer uang dari rekening satu ke rekening lainnya atau dia
telah mengganti semua data finansial yang ada.
2. Penggunaan akses ke sumber oleh pihak yang tidak berhak. Misalkan
seorang hacker yang berhasil membobol sebuah sistem perbankan. Setelah
itu dia memindahkan sejumlah rekening orang lain ke rekeningnya sendiri.
3. Kehilangan kepercayaan dari para konsumen. Hal ini disebabkan berbagai
macam faktor, seperti usaha yang dilakukan dengan sengaja oleh pihak
lain yang berusaha menjatuhkan reputasi perusaan tersebut.
2.6

Technology Acceptance Model (TAM)


Menurut Jogiyanto (2007), TAM merupakan salah satu model yang

dibangun untuk menjelaskan dan memprediksikan penerimaan pengguna terhadap


sistem informasi. TAM pertama kali diperkenalkan oleh Fred Davis pada tahun
1989 . TAM merupakan hasil pengembangan dari Theory of Reasoned Action
(TRA), yaitu teori tindakan yang beralasan dengan satu premis bahwa reaksi dan
persepsi seseorang terhadap sesuatu hal, akan menentukan sikap dan perilaku
orang tersebut. TRA sendiri dikembangkan oleh Fishbein dan Ajzen pada tahun
1980. Model TRA dapat diterapkan karena keputusan yang dilakukan oleh
individu untuk menerima suatu teknologi sistem informasi merupakan tindakan
dasar yang dapat dijelaskan dan diprediksi oleh niat perilakunya. TAM
menambahkan dua konstruk utama kedalam model TRA. Dua konsrtuk utama ini
adalah persepsi kegunaan (Perceived Usefulness) dan persepsi kemudahan
penggunaan (Perceived Ease Of Usefulness). TAM berargumentasi bahwa
penerimaan individual terhadap sistem teknologi informasi ditentukan oleh dua
konstruk tersebut.
TAM dalam memprediksi penerimaan pengguna berdasarkan pada dua
variabel utama yaitu persepsi kegunaan (perceived ssefulness) dan persepsi
kemudahan penggunaan (perceived ease of use) yang akan mempengaruhi sikap
10

terhadap penggunaan teknologi atitude towards using technology), lalu


mempengaruhi niat perilaku untuk menggunakan (behavioral intention to sse) dan
pada akhirnya menunjukan penggunaan teknologi sesungguhnya (actual
technology use). Hubungan antara konstruksi dalam TAM dapat dilihat
padagambar berikut :

Gambar 2.1 Technology Acceptance Model (TAM) dalam Jogiyanto (2007)


2.6.1 Konstruk-Konstruk TAM
Terdapat

lima

konstruk

utama

yang

membentuk TAM,

kelima

konstruk tersebut adalah sebagai berikut:


a. Kegunaan Persepsian (Perceived Usefulness)
Jogiyanto ( 2007) mendefinisikan Kegunaan Persepsian (perceived
usefulness) sebagai sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan
suatu teknologi akan meningkatkan kinerja pekerjaannya. Kemanfaatan
penggunaan TI dapat diketahui dari kepercayaan pengguna TI dalam
memutuskan

penerimaan

penggunaan

TI

tersebut

TI,

dengan

memberikan

satu kepercayaan
kontribusi

bahwa

positif

penggunanya. Pengukuran konstruk kegunaan ( usefulness)

bagi

menurut

Davis dalam Jogiyanto (2007) terdiri dari:


1. Menjadikan pekerjaan lebih cepat (work more quickly)
2. Bermanfaat (useful)
3. Menambah produktifitas (Increase productivity)
11

4. Mempertinggi efektifitas (enchance efectiveness)


5. Mengembangkan kinerja pekerjaan (improve job performance)
Penelitian sebelumnya Andrie (2013), menunjukkan bahwa konstruk
kegunaan persepsian (perceived usefulness) mempengaruhi secara positif
dan signifikan terhadap niat menggunkan e-commerce.

Selain

itu

konstruk persepsi kegunaan merupakan konstruk paling signifikan dan


penting mempengaruhi sikap (attitude), minat (behavioral intention)
dan perilaku (behaviour) di dalam menggunakan teknologi informasi
dibandingkan dengan konstruk yang lain.
b. Kemudahan Penggunaan Persepsian (Perceived Ease of Use)
Kemudahan penggunaan (ease of use) didefinisikan sebagai sejauh mana
seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan bebas
dari

usaha

(Jogiyanto, 2007). Berdasarkan definisi diatas dapat

disimpulkan bahwa kemudahan dalam menggunkan website e-commerce


akan mempengaruhi kepercayaan niat beli konsumen pada website ecommerce. Davis dalam Jogiyanto (2007) memberikan beberapa indikator
konstruk kemudahan penggunaan yaitu:
1. Kemudahan untuk dipelajari (easy to learn),
2. Controllable,
3. Clear & understable,
4. Flexible,
5. Keterampilan menjadi bertambah (easy to become skillful)
6. Mudah digunakan (easy to use).
Penelitian sebelumnya Andrie (2013), menunjukkan bahwa kostruk
kemudahan mempengaruhi minat konsumen menggunakan e-commerce,
dengan adanya kemudahan dalam menggunakan, mudah untuk dimengerti
dan mudah mendapatkan informasi ini akan menimbulkan minat pengguna
untuk menggunakan.
c. Sikap terhadap Perilaku (Attitude toward Behaviour)
Sikap terhadap perilaku (attitude toward behaviour) didefinisikan oleh
Davis dalam Jogiyanto (2007) sebagai perasaan positif atau negatif
seseorang jika harus melakukan perilaku yang akan ditentukan.
d. Minat Perilaku (Behavioral Intention)
Minat perilaku adalah suatu keinginan (minat) seseorang untuk
melakukan suatu perilaku tertentu. Seseorang akan melakukan suatu
12

perilaku jika mempunyai keinginan atau minat untuk melakukannya


(Jogiyanto, 2007).
e. Perilaku (Behaviour)
Perilaku (behaviour) adalah tindakan yang dilakukan seseorang.
Dalam konteks penggunaan sistem teknologi informasi, perilaku (
behaviour) adalah

penggunaan sesungguhnya

(actual usage) dari

teknologi (Jogiyanto, 2007).


f. Kepercayaan (Trust)
Kepercayaan merupakan penggerak utama dari semua model bisnis
ecommerce. Menurut Mcknight dalam Ainur Ropiq (2007) kepercayaan
didefinisikan sebagai keyakinan yang memungkinkan individu dengan
sukarela untuk menjadi pelanggan terhadap penyedia layanan e-commerce
setelah memertimbangkan karakteristik dari penyedia layanan ecommerce. Menurut Mayer dalam Ainur Ropiq (2007) faktor yang
membentuk kepercayaan seseorang terhadap yang lain ada tiga yaitu
kemampuan (ability), kebaikan hati (benevolence), dan integrity
(integrity). Ketiga faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Kemampuan (Ability)
Kemampuan

mengacu

pada

kompetensi

dan

karakteristik

penjual/organisasi dalam mempengaruhi dan mengotorisasi wilayah


yang spesifik. Dalam hal ini,bagaimana penjual mampu menyediakan,
melayani, sampai mengamankan transaskis dari gangguan pihak lain.
Artinya bahwa konsumen memperoleh jaminan kepuasan dan
keamanan dari penjual dalam melakukan transaksi.
2. Kebaikan hati (Benevolence)
Kebaikan hati merupakan kemauan penjual dalam memberikan
kepuasan yang saling menguntungkan antara dirinya dengan konsumen.
Profit yang diperoleh penjual dapat dimaksimumkan, tetapi kepuasan
konsumen juga tinggi. Penjual bukan semata-mata mengejar profit

13

maksimum semata, melainkan juga memiliki perhatian yang besar


dalam mewujudkan kepuasan konsumen.
3. Integritas (Integrity)
Integritas berkaitan dengan bagaimana perilaku atau kebiasaan penjual
dalam menjalankan bisnisnya. Informasi yang diberikan kepada
konsumen apakah benar sesuai dengan fakta atau tidak. Kualitas produk
yang dijual apakah dapat dipercaya atau tidak.
Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kepercayaan
berpengaruh positif terhadap minat menggunakan e-commerce, di
antaranya penelitian yang dilakukan Hartiwi dkk (2014), Andrie (2013),
dan Abdurrahman (2012).
2.6.2

Perkembangan TAM
Menurut Lee et al dalam Jogiyanto (2007) sejak TAM dikenalkan sampai

tahun 2000 saja, teori ini sudah dirujuk oleh penelitian lainnya dan sampai dengan
tahun 2003 sudah dirujuk oleh 698 penelitian seperti yang dilaporkan oleh Social
Science Citation Index ( SCSI). Perkembangan TAM sampai dengan tahun 2003
diklasifikasikan kedalam empat kemajuan yaitu pengenalan model (model
introduction), validasi model (model validation), ekstensi model (model extention)
dan elaborasi model (model elaboration) yang digambarkan seperti berikut:

Elaborasi Model
Ekstensi Model
Validasi Model
Pengenalan Model

1986
1990
1995
2000
2003
Gambar 2.2 Kemajuan dari penelitian TAM Menurut Lee et al dalam Jogiyanto
(2007)
14

2.6.2.1 Pengenalan Model


Banyak peneliti mencoba menentukan faktor-faktor apa saja yang
memepengaruhi kepercayaan-kepercayaan (beliefs) dan sikap (attitude) pemakai
terhadap penggunaan sistem teknologi informasi. TAM dikembangakan dari teori
Theory of Reasoned (TRA) untuk memberikan penjelasan tentang perilaku
pemakai sistem informasi. TAM pertama kali dikenalkan oleh Davis dalam
Jogiyanto (2007) yang merupakan model baru, penelitian-penelitian di era
pengenalan model ini banyak mencoba membandingkan TAM dengan TRA dan
dengan Theory of Planned Behavior (TPB). Davis et al menemukan bahwa TAM
lebih baik menjelaskan keinginan untuk menerima teknologi dibandingkan dengan
TRA. Mathieson dalam Jogiyanto (2007) membandingkan TAM dan TPB. Kedua
model ini sama-sama memprediksi niat pemakai untuk menggunakan teknologi
sistem informasi. Kedua model ini dibandingkan menggunakan tiga criteria
sebagai berikut:
1. Seberapa baik mereka memprediksi niat pemakai untuk menggunakan
sebuah sistem informasi.
2. Seberapa bernilai informasi yang disediakan oleh model-model.
3. Seberapa sulit model-model diterapkan.
Mathieson menyimpulkan bahwa kedua model menjelaskan niat perilaku
dengan baik, tetapi TAM menjelaskan sikap (attitude) lebih baik dari TPB. Model
TAM lebih sederhana dibandingkan dengan TPB.
2.6.2.2 Validasi Model
Beberapa penelitian menguji validitas dari instrumen-instrumen yang
digunakan untuk mengukur penerimaan teknologi oleh pemakai. Peneliti-peneliti
ini ingin menguji validitas instrument tersebut untuk digunakan di teknologi,
situasi dan tugas-tugas yang berbeda. Penelitian Adam dalam Jogiyanto (2007)
mereplikasi dan mengembangkan penelitian Davis (1989) dengan hasil
menunjukkan bahwa pengukuran konstruk kegunaan persepsian (perceived

15

usefulness) atau PU dan kemudahan penggunaan (perceived ease of use) atau


PEOU adalah valid dan reliabel untuk situasi dan sistem informasi yang berbeda.
2.6.2.3 Ekstensi Model
Disamping menguji validitas model TAM, beberapa peneliti juga mencoba
mengembangkan (mengekstensi) model TAM dengan menambahkan beberapa
variabel eksternal yang menerangkan lebih lanjut atau menjadi penyebab
(anteccedent) dari kegunaan presepsian (perceived usefulness) atau PU dan
kemudahan penggunaan presepsian (perceived ease of use) atau PEOU di TAM.
2.6.2.4 Elaborasi Model
TAM yang pertama kali mempunyai empat buah konstruk yaitu persepsian
perceived usefulness (PU) dan perceived ease of use (PEOU), behavior intention
(BI) dan behavior (B). Niat perilaku (behavior intention) di model TAM diproksi
dengan niat penggunaan (usage intention atau UI) dan perilaku (behavior)
diproksi dengan frekuensi penggunaan, waktu yang digunakan, pemakaian nyata
atau usage (U) dari sistem teknologi informasi.
2.7 Penelitian Terdahulu
Ada pun beberapa studi penelitian terdahulu, yang berhubungan dengan
penelitian yang penulis lakukan dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Hartiwi dkk (2014) dalam penelitiannya dengan judul Analisis
Kepercayaan Dalam C2C E-Commerce Terhadap Keputusan Pembelian
dan Dampaknya Terhadap Repurchase Pada Kaskus. Adapun model
penelitian yang digunakan adalah :

16

Gambar 2.3 Model Penelitian Hartiwi dkk (2004)


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara kepercayaan
terhadap keputusan pembelian dan dampaknya terhadap pembelian ulang
pelanggan di forum jual beli situs kaskus. Hasil penelitian ini menyatakan
variabel kepercayaan pelanggan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap keputusan pembelian, variabel keputusan pembelian berpengaruh
positif dan signifikan terhadap pembelian ulang.
2. Andrie (2013) dalam penelitiannya dengan judul Pengaruh Kepercayaan,
Persepsi Kemudahan, dan Persepi Resiko Terhadap Perilaku Penggunaan
E-commerce. Adapun model penelitian yang digunakan adalah :

Kepercayaan

Kegunaan

17

Penggunaan E-Commerce
Kemudahan
Resiko

Gambar 2.4 Model Penelitian Andrie (2013)


penelitian ini dilakukan pada Jurusan Akutansi Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Brawijaya Malang. Penelitian ini bertujuan untuk
menguji faktor-faktor yang mempengaruhi minat menggunakan ecommerce dan pengaruhnya terhadap perilaku penggunaan e-commerce.
Dalam penelitian ini menggunakan mode pendekatan Techonology
Acceptance Model (TAM). Konstruk TAM yang diambil adalah konstruk
utama TAM yaitu presepsi kegunaan (perceived ease of use) dan presepsi
kemudahan (perceived usefulness) serta kepercayaan (trust), dan presepsi
resiko (perceived risk) sebagai konstruk tambahan. Penelitian ini
menggunakan metode survei dalam pengambilan data. Sampel penelitian
ini adalah mahasiswa S1 Jurusan Akutansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya Malang yang pernah menggunkan layanan ecommerce. sebanyak 231 data diolah dengan menggunakan Partial Least
Square(PLS). Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa konstruk minat
berpengaruh positif terhadap perilaku penggunaan layanan e-commerce,
serta konstruk presepsi kegunaan, presepsi kemudahan berpengaruh positif
terhadap

minat

menggunakan

e-commerce,

dan

presepsi

resiko

berpengaruh negatif terhadap minat menggunkan e-commerce. sebaliknya


konstruk kepercayaan tidak berpengaruh terhadap minat menggunakan ecommerce. Hal ini berarti bahwa perilaku untuk meggunakan e-commerce
dipengaruhi oleh minat, kemudahan, dan presepsi resiko.
3. Penelitain selanjutnya yaitu oleh Mocha dkk (2014) dalam penelitiannya
berjudul Pengaruh Persepsi Resiko, Kemudahan dan Manfaat Terhadaf
Keputusan Pembelian secara Online. Adapun model penelitian yang
digunakan adalah :
Persepsi Resiko

18

Keputusan Pembelian
Secara Online

Persepsi Kemudahan
Persepsi Manfaat

Gambar 2.5 Model Penelitian Mocha dkk (2014)


penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh presepsi
kemudahan dan presepsi manfaat terhadap keputusan pembelian secara
online. Jenis penelitian digunakan adalah explanatory research. Sampel
sampel penelitian ini sebanyak 82 orang pelanggan di website
www.kaskus.co.id.

Metode

pengumpulan

data

dengan

kuesioner,

kuesioner disebarkan secara online menggunakan google.docs. Analisa


data menggunakan analisi deskriptif dan analisa regresi berganda. Hasil
dalam penelitian ini menunjukan bahwa masing-masing variabel persepsi
kemudahan penggunaan, kegunaan yang dirasakan, dan tingkat pendidikan
berpengaruh positif dan sigbifikan terhadap niat berbelanja kembali pada
4.

situs tokobagus.com.
Selanjutnya penelitian oleh Abdurrahman (2012) dalam penelitiannya
berjudul

Analisis

Faktor-Faktor

Yang

Mempengaruhi

Keputusan

Pembelian Melalui Social Networking Website. Adapun model penelitian


yang digunakan adalah :

Trust
Security
Quality of
Service

Sosial
Networking
Website

Perceived
Risk

Gambar 2.6 Model Penelitian Abdurrahman (2012)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel trust,


security, quality of service dan percived risk dalam mempengaruhi
19

keputusan pembelian melalui

social networking website. Teknik

pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan membagikan


kuesioner kepada responden yang menggunakan yang merupakan
pengguna facebook dan twitter yang pernah melakukan pembelian melalui
social networking website. Analisa data dilakukan dengan menggunakan
metodee regresi linear berganda. Hasil dalam penelitian ini menunjukan
faktor trust, quality of service, dan perceived risk berpengaruh signifikan
terhadap keputusan pembelian melalui social networking websites,
sedangkan faktor security menunjukan hasil yang tidak signifikasi.
Sementara secara simultan faktor trust,security, quality of service, dan
perceived risk berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian
melalui social networking website.
2.8

Uji Validitas Dan Reabilitas


Uji validitas merupakan tingkat keandalan dan kesahihan alat ukur yang

digunakan. Instrument dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang


dipergunakan untuk mendapatkan data itu valid atau dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2004).
Kriteria dalam pengujian hipotesis validitas dalam penelitian adalah :
1. Kuesioner dikatakan valid apabila r hitung> r tabel
2. Kuesioner dinyatakan tidak valid apabila r hitung r tabel
Pengujian Uji Reliabilitas adalah untuk mengukur suatu kuisioner yang Uji
Reliabilitas adalah untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap
konsisten. Bila suatu alat ukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama
dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat ukur tersebut
reliabel. Atau dengan kata lain, reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat
ukur di dalam mengukur gejala yang sama.
Indikator pengukuran reliabilitas yang membagi tingkatan reliabilitas
dengan kriteria sebagai berikut :
Jika alpha atau r hitung:
20

1. 0,8-1,0

= Reliabilitas baik

2. 0,6-0,799

= Reliabilitas diterima

3. kurang dari 0,6


2.9

= Reliabilitas kurang baik

Uji Asumsi Klasik


Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada

analisis regresi linear berganda. Setidaknya ada empat uji asumsi klasik, yaitu uji
normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas. Uji
asumsi klasik. Berikut ini adalah uji asumsi klasik yang harus dipenuhi oleh
model regresi.
2.9.1

Uji Normalitas Data


Menurut Ghozali (2006:147) uji normalitas bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi, baik variabel dependen maupun variabel independen
keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik
adalah model regresi yang mempunyai distribusi normal atau tidak medekati
normal. Untuk membuktikan apakah data yang digunakan dalam penelitian ini
terdistribusi normal dapat dilihat dari titik -titik pada grafik menyebar di sekitar
garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal pada grafik normal p-p plot.
Apabila titik-titik pada grafik menyebar jauh dari arah garis diagonal pada grafik
normal p-p plot maka, data tersebut tidak terdistribusi dengan baik atau tidak
normal.
2.9.2

Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2006:99), uji autokorelasi bertujuan menguji apakah

dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan penggangu pada priode t
dengan kesalahan penggangu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi,
maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi
yang beruntun sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul
21

karena residual tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Model regresi
yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.
Pengujian ini dilakukan Durbin-Watson menggunakan (table DW Test),
dasar pengambilan keputusanya adalah :
t= N

(e tet 1)

d= t =2

t =N

et

t=2

. (2.1)
Dimana :
et = kesalahan gangguan dari sampel
et-1 = kesalahan gangguan dari sampel satu periode sebelumnya
Ketentuan:
1 Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi
2 Angka DW diantara -2 sampai 2 berarti tidak ada autokorelasi
Angka DW diatas 2 berarti ada autokorelasi
2.9.3 Uji Heterokedastisitas
Uji Heteroskedasitas merupakan alat uji dengan melihat adanya tindakan
pola tertentu pada grafik. Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan
yang lain.
Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik (poin-poin) yang membentuk suatu
pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka
telah terjadi heteroskedasitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik yang
menyebar di atas dan di bawah angka pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedasitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedasitas.
2.9.4 Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah keadaan di mana variabel-variabel independen
dalam persamaan regresi mempunyai kolerasi (hubungan) erat satu sama lain.
Tujuannya adalah untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel independen digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya
multikolinearitas dalam penelitian adalah dengan menggunakan Variance
22

Inflation Factor (VIF). Jika VIF > 10 maka dianggap ada multikolinearitas dengan
variabel bebas lainnya. Sebaliknya jika VIF < 10 maka dianggap tidak terdapat.
2.10

Populasi Dan Sampel


Menurut Syofian (2013) populasi berasar dari bahasa inggris yaitu

population yang berarti jumlah penduduk. Dalam metode penelitian, kata populasi
amat populer dipakai untuk menyebutkan serumpun/sekelompok objek yang
menjadi sasaran penelitian. Populasi penelitian merupakan keseluruhan dari objek
penelitian

yang dapat berupa manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan dan

sebagainya. Sehingga objek-objek ini dapat dapat menjadi sumber data penelitian.

23

Anda mungkin juga menyukai