Anda di halaman 1dari 8

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2021/22.1 (2021.2)

Nama Mahasiswa : IDA AGUS TINA HANDAYANI

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 014038962

Tanggal Lahir : 18 AGUSTUS 1976

Kode/Nama Mata Kuliah : IPEM 4309 / MANAJEMEN KONFLIK

Kode/Nama Program Studi : ILMU PEMERINTAHAN S1

Kode/Nama UPBJJ : 15 / PANGKAL PINANG

Hari/Tanggal UAS THE : KAMIS / 23 DESEMBER 2021

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan
Mahasiswa Kejujuran
Akademik

Nama Mahasiswa : IDA AGUSTINA HANDAYANI


NIM : 014038962
Kode/Nama Mata Kuliah : IPEM 4309 / MANAJEMEN KONFLIK
Fakultas : FHISIP
Program Studi : ILMU PEMERINTAHAN S1
UPBJJ-UT : 15 / PANGKAL PINANG

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada
laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal
ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai
pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan
aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun,
serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas
Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran
atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan
oleh Universitas Terbuka.

Tanjungpandan, 23 Desember 2021

Yang Membuat Pernyataan

IDA AGUSTINA HANDAYANI


BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

1. Dari pernyataan diatas kemukakan dengan cara menganalisis langkah-langkah


pendekatan konflik yang dapat dilakukan untuk meredam konflik di Indonesia
berdasarkan pendekatan teori. Berikan contohnya!
Jawaban :
1. Koersi
Koersi yang dikenal dalam Bahasa Inggris coercion adalah salah satu bentuk akomodasi yang
dilakukan melalui paksaan fisik atau psikologis kepada pihak-pihak yang terkait. Prihal ini Contoh
koersi dalam upaya penyelesaian konflik adalah peperangan yang terjadi antara ISIS dengan
Amerika Serikat, Rusia, Irak, Suriah, dan lain sebagainya.
Dimana untuk penyelesaiakan masalah konflik ini berakhir dengan adanya kesepatakan untuk
menghabiskan ISIS dari akar-akarnya yang dilakukan dengan memberikan BOM Nuklir.
2. Kompromi
Kompromi yang dalam Bahasa Asing dikenal dengan compromise adalah salah satu bentuk
peyelesaian konflik yang dilakukan dengan melakukan hubungan sosial antar pihak yang terlibat
dangan cara mengurangi segala bentuk tuntutan untuk mencapai suatu penyelesaian yang diangap
pantas. Istilah sejatinya lebih mengacu pada upaya penyelesaian perbedaan melalui arbitrase atau
dengan persetujuan yang dicapai melalui kesepakatan bersama.
Adapun contoh kompromi ini misalnya saja ketika pemilahan Osis di sekolah. Kadangkala ada yang
merasa tidak terima karena kekalahannya lantaran menuduh pihak lawan melakukan kecurangan
dengan back camping, sehingga proses penyelesaiannya dengan memberikan jabatan pada pihak
yang kalah tersebut dengan jalan kompromi.
3. Arbitrase
Arbitrase atau arbitration yaitu cara penyelesaian konflik sosial yang dilaukan untuk mencapai
sebuah kompromi dengan melalui jembatan pada pihak ketiga yang tentusaja pihak keiga ini bersifat
formal karena pihak-pihak yang bertikai tidak mampu menyelesaikan masalah sendiri.
Pihak ketiga dalam arbitrase berupa majelis arbitrase. Untuk contohnya sendiri ketika terjadinya
Komisi Tiga Negara (KTN) yang berhasil mempertemukan Indonesia dan Belanda dalam perjanjian
dimana prihal ini Australia menjadi pilihan Indonesia, Belgia Pilihan Belanda, dan Amerika Serikat
menjadi negara pilihan antara Australia dan Belgia dalam proses perundingan.
4. Mediasi
Mediasi adalah proses privat di mana orang ketiga yang netral disebut mediator membantu para
pihak berdiskusi dan mencoba menyelesaikan perselisihan. Prihak ini para pihak memiliki
kesempatan untuk menggambarkan masalah, mendiskusikan minat, pemahaman, dan perasaan
mereka. Sehingga saling memberikan informasi dan menggali ide-ide untuk penyelesaian sengketa.
Oleh karena itulah dalam berjalannya mediasi senantisa memperlukan pihak ketiga. Pihak ketiga mi
bersifat netral dan tidak berwenang mengambil keputusan untuk menyelesaikan masalah.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

5. Konsiliasi
Konsiliasi yang dikenal dalam Bahasa Inggris dengan conciliation adalah usaha memperbaiki pihak
yang bertikai untuk mencapai suatu kesepakatan. Konsiliasi merupakan mediasi yang bersifat lebih
formal. Keputusan pihak ketiga dalam konsiliasi bersifat tidak mengikat.
Oleh karena itulah, upaya-upaya penyelesaian konflik seperti ini bisanya dilakukan dengan
memanfaatkan beragam tipe lembaga sosial yang tersedia di masyarakat.
6. Rekonsiliasi
Rekonsiliasi atau reconciliation yaitu usaha menyelesaikan konflik pada masa lalu sekaligus
memperbarui hubungan kearah perdamaian yang lebih harmonis. Sehingga prihal penyelesaian
masalah seperti ini biasanya lebih dilakukan setelah konflik terjadi.
7. Stalemate
Stalemate adalah proses sosial dan interaksi sosial dalam penyelesaian konflik dengan langakah
akomodasj yang terjadi karena kedua belah pihak memiliki kekuatan seimbang sehingga pertikaian
biasanya berhenti dengan sendirinya.
8. Transformasi konflik
Conflict transformation atau transformasi konflik yaitu upaya penyelesajan konflik dengan
mengatasnamakan akar penyebab konflik, sehingga proses penyelesaiannya biasanya dapat
mengubah konflik yang bersifat destruktif menjadi konflik konstruktif.
9. Negosiasi adalah proses tawar- menawar dengan jalan berunding guna mencapai
kesepakatan bersama antara satu pihak dengan pihak lain. Negosiasi juga diartikan suatu
cara penyelesaian sengketa secaradamai melalui perundingan antara pihak yang berperkara.

Dalam hal ini, negosiasi merupakan komunikasi dua arah yang dirancang untuk mencapai
kesepakatan pada saat kedua belah pihak memiliki berbagai kepentingan yangsama maupun
yang berbeda.
2. Gambarkan bagaimana bentuk monitoring dan evaluasi yang dilakukan pemerintah pusat saat
menghadapi kasus sengketa pilkada yang kerap terjadi daerah!
Jawaban :
- Perkembangan berdemokrasi di Indonesia sangat pesat hal ini tergambarkan di daerah daerah
tumbuh luar biasa sejak lahirnya kebijakan otonomi daerah. Seluruh kepala daerah dipilih secara
langsung oleh rakyat sesuai dengan amanat undang-undang yang lahir di era reformasi di
beberapa daerah pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) melahirkan ketidakpuasan
yang berujung pada pengajuan keberatan atas hasil Pilkada tersebut ke pengadilan dengan
alasan yang beragam yang dikenal dengan terjadinya sengketa pilkada
Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa
penyelesaian sengketa pilkada diserahkan melalui proses hukum di Mahkamah Agung di satu
sisi. Sementara, di sisi lain putusan sengketa pemilihan kepala daerah oleh Mahkamah Agung di
beberapa daerah menuai kontroversi.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

dalam Pasal 143 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati,
dan Walikota menjadi Undang-Undang. Bawaslu Provinsi dan Bawaslu Kabupaten/Kota
juga mempunyai kewenangan untuk menyelesaikan sengketa Pemilihan Kepala Daerah.
Dalam hal ini peran pemerintah pusat menghadapi sengketa pilkada sudah diatur dalam
regulasi pemerintah baik yang tertuang dalam Undang-undang No. 10 tahun 2016
maupun Peraturan Bawaslu (Perbawaslu) Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Tata Cara
Penyelesaian Sengketa Pemilihan Gubernur, Bupati Dan Walikota
Dimana sengketa pilkada berpotensi terjadi pada tiga tahapan yaitu tahap pencalonan
paslon perseorangan, tahap penetapan paslon, dan tahap kampanye
Pelaksanaan Monitoring dan evaluasi di lakukan oleh bawaslu untuk semua masalah
sengketa pilkada dan penyelesaian sengketa dimonitor baik oleh Bawaslu maupun KPU
baik di tingkat Kabupaten, Provinsi maupun pusat, dan seringkali sengketa yang tidak
terselesaikan di tingkat kabupaten dan di tingkat provinsi akan naik ke KPU dan Bawaslu
Pusat namun ketidak puasan pelapor sengketa atas sidang dan putusan di tingkat
kabupaten dan atau provinsi pada akhirnya sering masuk ke Mahkamah Konstitusi untuk
mendapatkan putusan.
Bentuk lainnya sebagai berikut :
A. Mengindentifikasi dan memetakan potensi kerawanan serta pelanggaran Pemilu. Sebelum
melakukan pengawasan Pemilu, Bawaslu melakukan pengindentifikasian dan memetakan
potensi kerawanan. Disini merupakan tantangan bagi Bawaslu bagaimana pengawas Pemilu
lebih awal mengurai potensi kerawanan dan pelanggaran dalam setiap tahapan Pemilu, agar
potensi tersebut dapat dicegah lebih awal oleh pengawas Pemilu. Jika sudah dilakukan upaya
pencegahan, maka Bawaslu dapat segera melakukan penindakan yang dapat memberikan efek
jera terhadap pelaku pelanggaran Pemilu, hal ini penting dilakukan agar Bawaslu mempunyai
formulasi dan Teknik dalam melakukan tindakan pengawasan;
B. Mengoordinasi, mensupervisi, membimbing, memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan
Pemilu. Tugas tersebut sangat penting dalam rangka memastikan bahwa pengawas Pemilu di
semua tingkatan taat asas dan taat aturan dalan menjalankan tugas, sehingga setiap saat harus
berkoordinasi antar pihak, serta harus melakukan pembinaan dan bimbingan kepada semua
pihak yang tersandung perkara hukum Pemilu, dan terus memantau penyelenggaraan Pemilu
serta melakukan evaluasi hasil pengawasan Pemilu;
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

C. Berkoordinasi dengan instansi pemerintah terkait; berkoordinasi dengan pemerintah dalam hal
memastikan netralitas aparatur sipil Negara (ASN), ASN tidak boleh ikut serta dalam setiap
sosialisasi maupun kampanye peserta Pemilu, karena setiap aspek tahapan kampanye sangat
rentan disusupi ASN yang ingin cari muka terhadap incumbent atau calon lain dengan harapan
imbalan jabatan ketika terpilih nanti, maupun ASN yang bersangkutan ada hubungan
kekerabatan dengan pasangan calon yang menjadi peserta Pemilu; dan
D. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengawasan Pemilu. Dalam undang- undang Pemilu
partisipasi masyarakat dapat dilakukan dengan berbagai macam cara seperti sosialisasi Pemilu,
pendidikan politik bagi pemilih, serta survei atau jejak pendapat tentang Pemilu dan
penghitungan cepat hasil Pemilu. Selain itu pula partisipasi masyarakat dalam kepengawasan
bisa di praktekkan masyarakat dalam laporan pelanggaran Pemilu. Jadi, masyarakat bisa
menyampaikan laporan langsung kepada pengawas Pemilu terdekat jika ada pelanggaran
Pemilu. Semakin banyak laporan masyarakat berarti semakin baik pula tingkat partisipasi
masyarakat dalam pengawasan partisipatif,yang artinya juga sosialisasi yang dilakukan Bawaslu

bisa dikatakan sukses. Tetapi semakin sedikit laporan dari masyarakat yang diterima maka bisa
dikatakan semakin buruk pula cara dan Teknik Bawaslu mendorong pengawasan partisipatif.
Walaupun laporan masyarakat bukan satu-satunya indikator suksesnya pengawasan partisipatif
tetapi sebagai Lembaga pengawas Pemilu Bawaslu satu-satu pintu masuk laporan, maka
Bawaslu harus mempunyai strategi jitu dalam medorong pemilih untuk menyampaikan laporan

jika terjadi pelanggaran atau kecurangan. Dalam konteks pengawasan partisipatif, Bawaslu
seharusnya berupaya mendorong partisipasi masyarakat dengan berbagai macam agenda yang
didesain sebagai penyulut semangat masyarakat dalam ikut serta untu melakukan pengawasan
partisipatif, tujuannya utamanya adalah agar Bawaslu punya partner dalam bekerja, karena
Bawaslu tidak bisa berperan sendiri dalam melakukan pengawasan.

3. Gambarkan dan berikan contoh kasus ketegangan antara elite politik di Indonesia berdasarkan
pada pernyataan diatas!
Penyebab munculnya konflik antar golongan yang dipicu oleh perebutan simpati dan dukungan
dari tokoh-tokoh yang telah dikuasai oleh salah satu partai politik ataupun orang yang dijagokan
dalam pelaksanaan pemilu legislatif atau kepala daerah. Dapat gambarkan dengan contoh
kasus ketegangan antara elite politik di Indonesia dibawah ini.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Pilkada langsung berarti mengembalikan “hak-hak dasar” masyarakat di daerah dengan


memberikan kewenangan yang utuh dalam rangka rekruitmen politik lokal secara demokratis.
Dalam kontek itu, negara memberikan kesempatan kepada masyarakat di daerah untuk
menentukan sendiri segala bentuk kebijaksanaan yang menyangkut harkat hidup rakyat daerah.
Campur tangan elit politik dalam pemilukada sangat lah mutlak dan berbagai strategi dimainkan
guna menarik simpatisan ataupun rekruitmen politik. Hal ini tidak jarang mengakibatkan
terjadinya sebuah konflik antar tokoh politik ataupun antar kepentingan politik.
Tergambar pada Pemilukada DKI Jakarta Tahun 2017 yang lalu dimana issue sara dimainkan
dimana salah satu pasangan calon Gubernur DKI yang tersangkut issue SARA pada saat proses
pilkada berjalan, tersandung kasus penistaan agama dimana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)
berasal dari minoritas dalam perhelatan demokrasi itu yang menonjolkan perbedaan kelompok
mayoritas dan minoritas. Seakan akan ada pandangan kebudayaan yang dominan, kelompok
mayoritas, seolah nilai kelompok harus diutamakan di atas nilai individu. Beberapa tokoh partai
politik saat itu mengambil bagian untuk berperan dalam manajemen konfik yang di gunakan saat
itu untuk memenangkan pasangan calon pemilu kada DKI lainnya. Dan strategi manajemen
konflik yang dimainkan oleh para tokoh dan elit politik sangat berhasil.

4. Kemukakan dengan menganalisis penerapan UU No. 32 Tahun 2009 tentang


Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang terjadi saat ini di daerah-daerah
di Indonesia!
Jawaban :
Pengelolaan lingkungan, pemerintah menerbitkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Terbitnya Undangundang Nomor 32
Tahun 2009 tersebut tampaknya memang ditujukan untuk lebih memperkuat aspek perencanaan
dan penegakan hukum lingkungan hidup, yang mana terlihat dari struktur undang-undang yang
lebih dominan dalam mengatur aspek perencanaan dan penegakan hukum. Meskipun demikian
terdapat celah yang cukup mencolok dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009, yaitu
ketiadaan pasal dan ayat yang menyinggung tentang komitmen para pemangku kepentingan
untuk memperlambat, menghentikan dan membalikkan arah laju perusakan lingkungan
Pasal 3 UUPPLH, menegaskan bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup bertujuan
untuk melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup; menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan manusia;
menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian ekosistem; menjaga
kelestarian fungsi lingkungan hidup; mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan
lingkungan hidup; menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan generasi masa
depan; menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup sebagai bagian dari
hak asasi manusia; mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana;
mewujudkan pembangunan berkelanjutan; dan mengantisipasi isu lingkungan global.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Namun dalam Kewenangan dan komitmen yang diamanatkan dalam Undang-undang


Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ini
wewenang pemberian izin pengelolaan lingkungan hidup oleh pemerintah daerah, belum
maksimal dalam implementasinya oleh karena Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan peraturan pelaksananya
belum lengkap terkait dengan pembagian kewenangan yang dimiliki oleh penyelenggara
pemerintahan yang berwenang, baik di pusat maupun daerah.
Hal ini menyebabkan masih banyaknya terjadi penambangan illegal, pembalakan hutan

dan sebagainya yang sangat merugikan secara global dan mengancam


keberlangsungan hidup manusia, ditambah kewenangan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup lebih dominan berada di kementerian dan Gubernur, sehingga Bupati /
Wali Kota tidak dapat memberikan sangsi baik administrasi maupun sangksi hukum,
padahal Bupati/Wali Kota merupakan kepala wilayah kabupaten/kota yang lebih
memahami potensi dan permasalahan yang ada di daerahnya yang selayaknya dengan
semangat otonomi daerah mampu meningkatkan penataan, perencanaan, mamanfaatan
sumber daya yang ada guna keberlangsungan pembangunan yang terencana, terarah,
berkelanjutan yang ramah lingkungan. Hal ini merupakan salah satu bentuk kepentingan
pemerintah pusat terhadap sumber daya di daerah melalui mekanisme pemberian izin,
pengawasan dan pemanfaatannya.

Anda mungkin juga menyukai