Petunjuk
1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.
Surat Pernyataan
Mahasiswa Kejujuran
Akademik
1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada
laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal
ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai
pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan
aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun,
serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas
Terbuka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran
atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan
oleh Universitas Terbuka.
5. Konsiliasi
Konsiliasi yang dikenal dalam Bahasa Inggris dengan conciliation adalah usaha memperbaiki pihak
yang bertikai untuk mencapai suatu kesepakatan. Konsiliasi merupakan mediasi yang bersifat lebih
formal. Keputusan pihak ketiga dalam konsiliasi bersifat tidak mengikat.
Oleh karena itulah, upaya-upaya penyelesaian konflik seperti ini bisanya dilakukan dengan
memanfaatkan beragam tipe lembaga sosial yang tersedia di masyarakat.
6. Rekonsiliasi
Rekonsiliasi atau reconciliation yaitu usaha menyelesaikan konflik pada masa lalu sekaligus
memperbarui hubungan kearah perdamaian yang lebih harmonis. Sehingga prihal penyelesaian
masalah seperti ini biasanya lebih dilakukan setelah konflik terjadi.
7. Stalemate
Stalemate adalah proses sosial dan interaksi sosial dalam penyelesaian konflik dengan langakah
akomodasj yang terjadi karena kedua belah pihak memiliki kekuatan seimbang sehingga pertikaian
biasanya berhenti dengan sendirinya.
8. Transformasi konflik
Conflict transformation atau transformasi konflik yaitu upaya penyelesajan konflik dengan
mengatasnamakan akar penyebab konflik, sehingga proses penyelesaiannya biasanya dapat
mengubah konflik yang bersifat destruktif menjadi konflik konstruktif.
9. Negosiasi adalah proses tawar- menawar dengan jalan berunding guna mencapai
kesepakatan bersama antara satu pihak dengan pihak lain. Negosiasi juga diartikan suatu
cara penyelesaian sengketa secaradamai melalui perundingan antara pihak yang berperkara.
Dalam hal ini, negosiasi merupakan komunikasi dua arah yang dirancang untuk mencapai
kesepakatan pada saat kedua belah pihak memiliki berbagai kepentingan yangsama maupun
yang berbeda.
2. Gambarkan bagaimana bentuk monitoring dan evaluasi yang dilakukan pemerintah pusat saat
menghadapi kasus sengketa pilkada yang kerap terjadi daerah!
Jawaban :
- Perkembangan berdemokrasi di Indonesia sangat pesat hal ini tergambarkan di daerah daerah
tumbuh luar biasa sejak lahirnya kebijakan otonomi daerah. Seluruh kepala daerah dipilih secara
langsung oleh rakyat sesuai dengan amanat undang-undang yang lahir di era reformasi di
beberapa daerah pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) melahirkan ketidakpuasan
yang berujung pada pengajuan keberatan atas hasil Pilkada tersebut ke pengadilan dengan
alasan yang beragam yang dikenal dengan terjadinya sengketa pilkada
Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa
penyelesaian sengketa pilkada diserahkan melalui proses hukum di Mahkamah Agung di satu
sisi. Sementara, di sisi lain putusan sengketa pemilihan kepala daerah oleh Mahkamah Agung di
beberapa daerah menuai kontroversi.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
dalam Pasal 143 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati,
dan Walikota menjadi Undang-Undang. Bawaslu Provinsi dan Bawaslu Kabupaten/Kota
juga mempunyai kewenangan untuk menyelesaikan sengketa Pemilihan Kepala Daerah.
Dalam hal ini peran pemerintah pusat menghadapi sengketa pilkada sudah diatur dalam
regulasi pemerintah baik yang tertuang dalam Undang-undang No. 10 tahun 2016
maupun Peraturan Bawaslu (Perbawaslu) Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Tata Cara
Penyelesaian Sengketa Pemilihan Gubernur, Bupati Dan Walikota
Dimana sengketa pilkada berpotensi terjadi pada tiga tahapan yaitu tahap pencalonan
paslon perseorangan, tahap penetapan paslon, dan tahap kampanye
Pelaksanaan Monitoring dan evaluasi di lakukan oleh bawaslu untuk semua masalah
sengketa pilkada dan penyelesaian sengketa dimonitor baik oleh Bawaslu maupun KPU
baik di tingkat Kabupaten, Provinsi maupun pusat, dan seringkali sengketa yang tidak
terselesaikan di tingkat kabupaten dan di tingkat provinsi akan naik ke KPU dan Bawaslu
Pusat namun ketidak puasan pelapor sengketa atas sidang dan putusan di tingkat
kabupaten dan atau provinsi pada akhirnya sering masuk ke Mahkamah Konstitusi untuk
mendapatkan putusan.
Bentuk lainnya sebagai berikut :
A. Mengindentifikasi dan memetakan potensi kerawanan serta pelanggaran Pemilu. Sebelum
melakukan pengawasan Pemilu, Bawaslu melakukan pengindentifikasian dan memetakan
potensi kerawanan. Disini merupakan tantangan bagi Bawaslu bagaimana pengawas Pemilu
lebih awal mengurai potensi kerawanan dan pelanggaran dalam setiap tahapan Pemilu, agar
potensi tersebut dapat dicegah lebih awal oleh pengawas Pemilu. Jika sudah dilakukan upaya
pencegahan, maka Bawaslu dapat segera melakukan penindakan yang dapat memberikan efek
jera terhadap pelaku pelanggaran Pemilu, hal ini penting dilakukan agar Bawaslu mempunyai
formulasi dan Teknik dalam melakukan tindakan pengawasan;
B. Mengoordinasi, mensupervisi, membimbing, memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan
Pemilu. Tugas tersebut sangat penting dalam rangka memastikan bahwa pengawas Pemilu di
semua tingkatan taat asas dan taat aturan dalan menjalankan tugas, sehingga setiap saat harus
berkoordinasi antar pihak, serta harus melakukan pembinaan dan bimbingan kepada semua
pihak yang tersandung perkara hukum Pemilu, dan terus memantau penyelenggaraan Pemilu
serta melakukan evaluasi hasil pengawasan Pemilu;
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
C. Berkoordinasi dengan instansi pemerintah terkait; berkoordinasi dengan pemerintah dalam hal
memastikan netralitas aparatur sipil Negara (ASN), ASN tidak boleh ikut serta dalam setiap
sosialisasi maupun kampanye peserta Pemilu, karena setiap aspek tahapan kampanye sangat
rentan disusupi ASN yang ingin cari muka terhadap incumbent atau calon lain dengan harapan
imbalan jabatan ketika terpilih nanti, maupun ASN yang bersangkutan ada hubungan
kekerabatan dengan pasangan calon yang menjadi peserta Pemilu; dan
D. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengawasan Pemilu. Dalam undang- undang Pemilu
partisipasi masyarakat dapat dilakukan dengan berbagai macam cara seperti sosialisasi Pemilu,
pendidikan politik bagi pemilih, serta survei atau jejak pendapat tentang Pemilu dan
penghitungan cepat hasil Pemilu. Selain itu pula partisipasi masyarakat dalam kepengawasan
bisa di praktekkan masyarakat dalam laporan pelanggaran Pemilu. Jadi, masyarakat bisa
menyampaikan laporan langsung kepada pengawas Pemilu terdekat jika ada pelanggaran
Pemilu. Semakin banyak laporan masyarakat berarti semakin baik pula tingkat partisipasi
masyarakat dalam pengawasan partisipatif,yang artinya juga sosialisasi yang dilakukan Bawaslu
bisa dikatakan sukses. Tetapi semakin sedikit laporan dari masyarakat yang diterima maka bisa
dikatakan semakin buruk pula cara dan Teknik Bawaslu mendorong pengawasan partisipatif.
Walaupun laporan masyarakat bukan satu-satunya indikator suksesnya pengawasan partisipatif
tetapi sebagai Lembaga pengawas Pemilu Bawaslu satu-satu pintu masuk laporan, maka
Bawaslu harus mempunyai strategi jitu dalam medorong pemilih untuk menyampaikan laporan
jika terjadi pelanggaran atau kecurangan. Dalam konteks pengawasan partisipatif, Bawaslu
seharusnya berupaya mendorong partisipasi masyarakat dengan berbagai macam agenda yang
didesain sebagai penyulut semangat masyarakat dalam ikut serta untu melakukan pengawasan
partisipatif, tujuannya utamanya adalah agar Bawaslu punya partner dalam bekerja, karena
Bawaslu tidak bisa berperan sendiri dalam melakukan pengawasan.
3. Gambarkan dan berikan contoh kasus ketegangan antara elite politik di Indonesia berdasarkan
pada pernyataan diatas!
Penyebab munculnya konflik antar golongan yang dipicu oleh perebutan simpati dan dukungan
dari tokoh-tokoh yang telah dikuasai oleh salah satu partai politik ataupun orang yang dijagokan
dalam pelaksanaan pemilu legislatif atau kepala daerah. Dapat gambarkan dengan contoh
kasus ketegangan antara elite politik di Indonesia dibawah ini.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA