1. Apa yang menyebabkan para dukun bisa mengabari sebagian perkara gaib,kemampuan mererka
terbang di udara serta hal-hal lain yang keluar dari kebiasaan?
Sebagian mereka mempunyai hubungan dengan jin. Jin-jin ini menyampaikan kepada si
dukun sebagian berita benar yang dicuri oleh sang jin. Kemudian sang dukun ini membuat
seratus kedustaan
Terkadang orang terkadang memiliki firasat atau kemampuan untuk membaca apa yang
sedang bergejolak dalam hati seseorang yang sedang berada di dalam. Lalu, ia
memberitahukan sebagian saja sehingga ia menjadi kagum dan memperkirakan, bahwa si
penebak tadi seorang wali. Padahal kemampuan seperti ini bisa didapatkan dan dimiliki oleh
orang-orang kafir di negeri-negeri mereka. Bisa juga dimiliki oleh sebagian psikolog atau
selain mereka.
Sebagian dukun itu juga meminta bantuan kepada pembantu-pembantunya yang
menyelinap di tengah masyarakat. Sehingga bisa melihat nama seseorang atau sedikit
tentang riwayat hidupnya, atau sesuatu yang ingin diketahuinya.
2. Apa hukum orang yang mengaku mengetahui ilmu ghaib dan hokum orang yang mempercayai?
Orang yang mengaku melihat perkara ghaib, berarti ia telah kafir. Sebab, ia telah mendustakan
Allah Azza wa Jalla. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman
, َْب إِالَّ هللاُ َو َمايَ ْش ُعرُونَ أَيَّانَ يُ ْب َعثُونَ ض ْال َغي ِ ْت َو ْاألَر َ قُل الَّيَ ْعلَ ُم َمن فِي ال َّس َم
ِ اوا
Katakanlah, ”Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang melihat perkara yang ghaib,
kecuali Allah”, dan mereka tidak tahu bila mereka akan dibangkitkan . [An Naml / 27: 65].
َ ك ِمن بَي ِْن يَ َد ْي ِه َو ِم ْن َخ ْلفِ ِه َر
صدًا ُ ُُول فَإِنَّهُ يَ ْسل
ٍ َضى ِمن َّرس ْ ب فَالَ ي
َ إِالَّ َم ِن ارْ ت. ُظ ِه ُر َعلَى َغ ْيبِ ِه أَ َحدًا ِ عَالِ َم ْال َغ ْي
(Dia adalah Rabb) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak meminta kepada seorangpun
tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhaiNya, maka sebenarnya Dia penjaga-
penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya. [Al Jin / 72: 26,27]. Inilah ayat kedua yang
menunjukkan kekufuran orang-orang yang mengaku melihat perkara ghaib. Padahal Allah Azza
wa Jalla telah memerintahkan NabiNya; Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk
mengumumkan kepada khalayak dengan firmanNya,
Pendapat pertama, tukang sihir itu kafir. Inilah yang dikatakan oleh para ulama, yaitu Imam Abu
Hanifah, Imam Malik dan Imam Ahmad rahimahumullah . Dalilnya adalah firman Allah Ta'ala ,
َ ََّو َما َكفَ َر ُسلَ ْي َمانُ َولَ ِك َّن ال َّشيَا ِطينَ َكفَرُوا يُ َعلِّ ُمونَ الن
اس السِّحْ َر
“ Padahal Sulaiman tidak kafir (tidak melakukan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir
(mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia ”(QS. Al Baqarah: 102). Dalil ini
yang menunjukkan bahwa tukang sihir itu kafir.
Pendapat kedua, kalau sifat sihirnya ada unsur kekafiran, maka tukang sihir kafir. Jika tidak
demikian, maka masuklah kafir. Sebagaimana ada riwayat dari 'Aisyah bahwa ia tidak
membunuh tukang sihir dari budak wanita. Riwayat ini berasal oleh 'Abdurrozaq, Al Baihaqi, dan
Ibnu Hazm dengan sanad yang shahih. Tidak membunuh tukang sihir di sini menunjukkan tidak
kafirnya. Karena hukum asalnya, Islam seseorang tetap ada.
Sihir yang inovatifi kafir yaitu jika ada di dalamnya meminta pertolongan pada setan. Karena
saat itu tukang sihir melakukan amalan sebagai bentuk pengabdian atau ibadah pada setan.
Sihir yang dukungi dosa besar yaitu sihir dengan bantuan obat atau ramuan.
Pendapat pertama, menurut Imam Malik dan Imam Ahmad, tukang sihir mati.
Pendapat kedua, tidak termasuk jika melakukan sihir sampai derajat kekafiran. Inilah pendapat Imam
Syafi'i yang datang oleh At Tirmidzi dalam kitab Jami'nya
Pendapat yang lebih tepat, tukang sihir itu berkembang secara mutlak, baik bentuk sihirnya ditulisi kafir
atau hanya dosa besar.
5. Apa hukum pergi ke dukun dan peramal untuk berobat kepada mereka? Jelaskanlah!
Pergi kepada dukun atau peramal tidak boleh dan bila mempercayainya, lebih besar lagi
dosanya, berdasarkan sabdanya Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
ًصالَةٌ أَرْ بَ ِعينَ لَ ْيلَة ْ َم ْن أَتَى َعرَّافًا فَ َسأَلَهُ ع َْن ش
َ َُى ٍء لَ ْم تُ ْقبَلْ لَه
“Barangsiapa mendatangi peramal lalu bertanya kepadanya tentang sesuatu, maka tidak
diterima shalatnya selama 40 hari“. [Hadits Riwayat Muslim no, 2230, kitab As-Salam, dan
Ahmad no. 22711]