Anda di halaman 1dari 14

Dukun dan Ciri-cirinya

Kategori: Majalah AsySyariah Edisi 052

(ditulis oleh: Al-Ustadz Qomar Suaidi, Lc.)

Perdukunan, ramalan nasib, dan sejenisnya telah tegas diharamkan oleh Islam dengan larangan yang keras. Sisi keharamannya terkait dengan banyak hal, di antaranya: 1. Apa yang akan terjadi itu hanya diketahui oleh Allah l. Maka seseorang yang meramal berarti ia telah menyejajarkan dirinya dengan Allah l dalam hal ini. Ini merupakan kesyirikan, membuat sekutu (tandingan) bagi Allah l. Atau; 2. Meminta bantuan kepada jin atau setan. Ini banyak terkait dengan praktik perdukunan dan sihir semacam santet atau sejenisnya. Praktik sihir, ramal, dan perdukunan sendiri telah dikenal di masyarakat Arab dengan beberapa istilah. Para dukun dan peramal itu terkadang disebut: 1. Kahin Al-Baghawi t mengatakan bahwa Al-Kahin adalah seseorang yang mengabarkan sesuatu yang akan terjadi di masa yang akan datang. Ada pula yang mengatakan, al-kahin adalah yang mengabarkan apa yang tersembunyi dalam qalbu. 2. Arraf Al-Baghawi t mengatakan bahwa ia adalah orang yang mengaku-ngaku mengetahui urusan-urusan tertentu melalui cara-cara tertentu, yang darinya ia mengaku mengetahui tempat barang yang dicuri atau hilang. 3. Rammal Raml dalam bahasa Arab berarti pasir yang lembut. Rammal adalah seorang tukang ramal yang menggaris-garis di pasir untuk meramal sesuatu. Ilmu ini telah dikenal di masyarakat Arab dengan sebutan ilmu raml. 4. Munajjim, ahli ilmu nujum Nujum artinya bintang-bintang. Akhir-akhir ini populer dengan nama astrologi (ilmu perbintangan) yang dipakai untuk meramal nasib. 5. Sahir, tukang sihir Ini lebih jahat dari yang sebelumnya, karena dia tidak hanya terkait dengan ramalan bahkan dengan ilmu sihir yang identik dengan kejahatan. Dan masih ada lagi tentunya istilah lain. Namun hakikatnya semuanya bermuara pada satu titik kesamaan yaitu meramal, mengaku mengetahui perkara ghaib (sesuatu yang belum diketahui) yang akan datang, baik itu terkait dengan nasib seseorang, suatu peristiwa, mujur dan celaka, atau sejenisnya. Perbedaannya hanyalah dalam penggunaan alat yang dipakai untuk meramal. Ada yang memakai kerikil, bintang, atau yang lain. Oleh karenanya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah t mengatakan: Al-Arraf, adalah sebutan bagi kahin, munajjim, dan rammaal, serta yang sejenis dengan mereka, yang berbicara dalam hal mengetahui perkara-perkara semacam itu dengan cara-cara semacam ini. (dinukil dari Kitabut Tauhid) Dengan demikian, apapun nama dan julukannya, baik disebut dukun, tukang sihir, paranormal, orang pintar, orang tua, spiritualis, ahli metafisika, atau bahkan mencatut nama kyai dan gurutta (sebutan untuk tokoh agama di Sulawesi Selatan), atau nama-nama lain, jika dia bicara dalam hal ramal-meramal dengan cara-cara semacam di atas maka itu hukumnya sama: haram dan syirik, menyekutukan Allah l.

Demikian pula istilah-istilah ilmu yang mereka gunakan, baik disebut horoskop, zodiak, astrologi, ilmu nujum, ilmu spiritual, metafisika, supranatural, ilmu hitam, ilmu putih, sihir, hipnotis dan ilmu sugesti, feng shui, geomanci, berkedok pengobatan alternatif atau bahkan pengobatan Islami, serta apapun namanya, maka hukumnya juga sama, haram. Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah mengatakan saat menjelaskan sebuah hadits Nabi n: : . : Apabila Allah memutuskan sebuah urusan di langit, tertunduklah seluruh malaikat karena takutnya terhadap firman Allah l seakan-akan suara rantai tergerus di atas batu. Tatkala tersadar, mereka berkata: Apa yang telah difirmankan oleh Rabb kalian? Mereka menjawab: Kebenaran, dan dia Maha Tinggi lagi Maha Besar. Lalu berita tersebut dicuri oleh para pencuri pendengaran (setan). Demikian sebagian mereka di atas sebagian yang lain Sufyan menggambarkan tumpang tindihnya mereka dengan telapak tangan beliau lalu menjarakkan antara jari jemarinya. (Pencuri berita) itu mendengar kalimat yang disampaikan, lalu menyampaikannya kepada yang di bawahnya. Yang di bawahnya menyampaikannya kepada yang di bawahnya lagi, sampai dia menyampaikannya ke lisan tukang sihir atau dukun. Terkadang mereka dijumpai oleh bintang pelempar sebelum dia menyampaikannya, namun terkadang dia bisa menyampaikan berita tersebut sebelum dijumpai oleh bintang tersebut. Dia menyisipkan seratus kedustaan bersama satu berita yang benar itu. Kemudian petuah dukun yang salah dikomentari: Bukankah dia telah mengatakan demikian pada hari demikian? Dia dibenarkan dengan kalimat yang didengarnya dari langit itu. (HR. Al -Bukhari no. 4522 dari sahabat Abu Hurairah z) Pada (hadits ini) terdapat keterangan tentang batilnya sihir dan perdukunan, bahwa keduanya sumbernya sama yaitu mengambil dari setan. Oleh karena itu, sihir tidak boleh diterima, demikian pula berita tukang sihir. Juga dukun dan berita dukun. Karena sumbernya batil. Disebutkan dalam hadits Nabi n: :

Barangsiapa mendatangi dukun atau peramal maka tidak diterima shalatnya 40 hari. Dalam hadits yang lain: n Barangsiapa mendatangi dukun atau peramal lalu memercayai apa yang dia katakan maka dia telah kafir dengan apa yang diturunkan kepada Muhammad n. Dalam hadits ini terdapat keterangan batilnya sihir atau dukun, larangan membenarkan tukang sihir atau dukun, atau mendatangi mereka. Akan tetapi di masa ini, para tukang sihir dan dukun muncul dengan julukan tabib atau ahli pengobatan. Mereka membuka tempat-tempat praktik serta mengobati orang-orang dengan sihir dan perdukunan. Namun mereka tidak mengatakan: Ini sihir, ini perdukunan. Mereka tampa kkan kepada manusia bahwa mereka mengobati dengan cara yang mubah, serta menyebut nama Allah l di depan orang-orang. Bahkan terkadang membaca sebagian ayat Al-Quran untuk mengelabui manusia, tapi dengan sembunyi mengatakan kepada orang yang sakit, Sembelihlah kambing dengan sifat demikian dan demikian, tapi jangan kamu makan (dagingnya), ambillah darahnya, Lakukan demikian dan demikian, atau mengatakan Sembelihlah ayam jantan atau ayam betina ia sebutkan sifat-sifatnya dan mewanti-wanti Tapi jangan menyebut nama Allah l. Atau menanyakan nama ibu atau ayahnya (pasien), mengambil baju atau topinya (si sakit) untuk dia tanyakan kepada setan pembantunya, karena setan juga saling memberi informasi. Setelah itu ia mengatakan: Yang menyihir kamu itu adalah fulan, padahal dia juga dusta. Maka wajib bagi muslimin untuk berhati -hati. (Ianatul Mustafid)

Ciri-ciri Dukun atau Penyihir

Berikut ini beberapa ciri dukun, sehingga dengan mengetahui ciri-ciri tersebut, hendaknya kita berhati-hati bila kita dapati ciri-ciri tersebut ada pada seseorang walaupun dia mengaku hanya sebagai tukang pijat bahkan kyai. Di antara ciri tersebut: 1. Bertanya kepada yang sakit tentang namanya, nama ibunya, atau semacamnya. 2. Meminta bekas-bekas si sakit baik pakaian, sorban, sapu tangan, kaos, celana, atau sejenisnya dari sesuatu yang biasa dipakai si sakit. Atau bisa juga meminta fotonya. 3. Terkadang meminta hewan dengan sifat tertentu untuk disembelih tanpa menyebut nama Allah l, atau dalam rangka diambil darahnya untuk kemudian dilumurkan pada tempat yang sakit pada pasiennya, atau untuk dibuang di tempat kosong. 4. Menulis jampi-jampi dan mantra-mantra yang memuat kesyirikan. 5. Membaca mantra atau jampi-jampi yang tidak jelas. 6. Memberikan kepada si sakit kain, kertas, atau sejenisnya, dan bergariskan kotak. Di dalamnya terdapat pula huruf-huruf dan nomor-nomor. 7. Memerintahkan si sakit untuk menjauh dari manusia beberapa saat tertentu di sebuah tempat yang gelap yang tidak dimasuki sinar matahari. 8. Meminta si sakit untuk tidak menyentuh air sebatas waktu tertentu, biasanya selama 40 hari. 9. Memberikan kepada si sakit sesuatu untuk ditanam dalam tanah. 10. Memberikan kepada si sakit sesuatu untuk dibakar dan mengasapi dirinya dengannya. 11. Terkadang mengabarkan kepada si sakit tentang namanya, asal daerahnya, dan problem yang menyebabkan dia datang, padahal belum diberitahu oleh si sakit. 12. Menuliskan untuk si sakit huruf-huruf yang terputus-putus baik di kertas atau mangkok putih, lalu menyuruh si sakit untuk meleburnya dengan air lantas meminumnya. 13. Terkadang menampakkan suatu penghinaan kepada agama misal menyobek tulisan-tulisan ayat Al-Quran atau menggunakannya pada sesuatu yang hina. 14. Mayoritas waktunya untuk menyendiri dan menjauh dari orang-orang, karena dia lebih sering bersepi bersama setannya yang membantunya dalam praktik perdukunan. (Kaifa Tatakhallas minas Sihr) Ini sekadar beberapa ciri dan bukan terbatas pada ini saja. Dengannya, seseorang dapat mengetahui bahwa orang tersebut adalah dukun atau penyihir, apapun nama dan julukannya walaupun terkadang berbalut labellabel keagamaan semacam kyai atau ustadz.

Dilarang Mendatangi Dukun Bila kita telah mendengar tentang seseorang yang memiliki ciri-ciri sebagaimana dijelaskan di atas, janganlah kita mendatanginya. Hal itu sangat dilarang dalam agama Islam. Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan menjelaskan: Dalam Shahih Muslim disebutkan:

Barangsiapa mendatangi dukun maka tidak akan diterima shalatnya selama 40 hari. Hukum ini sebagai akibat dari hanya mendatangi dukun saja. Karena (sekadar) mendatanginya sudah merupakan kejahatan dan perbuatan haram, walaupun ia tidak memercayai dukun tersebut. Oleh karenanya, ketika sahabat Muawiyah Ibnul Hakam z bertanya kepada Rasulullah n perihal dukun beliau menjawab: Jangan

kamu datangi dia. Nabi n melarangnya walaupun sekadar mendatanginya. Jadi hadits ini menunjukkan tentang haramnya mendatangi dukun walaupun tidak memercayainya, wala upun yang datang mengatakan: Kedatangan saya hanya sekadar ingin tahu. Ini tidak boleh. Tidak diterima shalatnya selama empat puluh hari dalam sebuah riwayat 40 hari 40 malam. Ini menunjukkan beratnya hukuman bagi yang mendatangi dukun, di mana shalatnya tidak diterima di sisi Allah l, tidak ada pahalanya di sisi Allah l, walaupun ia tidak diperintahkan untuk mengulangi shalatnya, karena secara lahiriah ia telah melakukan shalat. Akan tetapi, antara dia dengan Allah l, dia tidak mendapatkan pahala dari shalatnya karena tidak Allah l terima. Ini adalah ancaman keras yang menunjukkan haramnya mendatangi dukun, sekadar mendatangi walaupun tidak memercayai. Adapun bila memercayainya maka hadits-hadits yang akan dijelaskan berikut telah menunjukkan ancaman yang keras, kita berlindung kepada Allah l. Dari Abu Hurairah z dari Nabi n bahwa beliau n bersabda: n Barangsiapa mendatangi dukun atau peramal lalu memercayai apa yang dia katakan maka dia telah kafir dengan apa yang diturunkan kepada Muhammad n. Dalam hadits ini ada dua masalah: Masalah pertama: mendatangi dukun. Masalah kedua: memercayainya pada apa yang ia beritakan dari perdukunannya. Hukumnya ia telah dianggap kafir terhadap apa yang Allah l turunkan kepada Nabi Muhammad n. Karena tidak akan bersatu antara membenarkan apa yang diturunkan kepada Muhammad n dengan membenarkan berita dukun yang itu adalah pekerjaan setan. Dua hal yang tidak mungkin bersatu, memercayai Al-Quran dan memercayai dukun. Yang nampak dari hadits itu bahwa ia telah keluar dari Islam. Dari riwayat dari Al-Imam Ahmad t ada dua pemahaman dalam hal kekafiran semacam ini. Satu riwayat, bahwa maksudnya kekafiran besar yang mengeluarkan dari agama. Riwayat yang lain: kekafiran kecil, di bawah kekafiran tadi. Ada pendapat ketiga: tawaqquf, yakni kita baca hadits sebagaimana datangnya tanpa menafsirkan serta mengatakan kafir besar atau kecil. Kita katakan seperti kata Rasulullah n dan cukup. Tapi yang kuat wallahu alam adalah pendapat yang pertama, bahwa itu adalah kekafiran yang mengeluarkan dari agama. Karena tidak akan bersatu antara iman kepada Al-Quran dengan iman kepada perdukunan. Karena Allah l telah mengharamkan perdukunan, dan memberitakan bahwa itu adalah perbuatan setan, maka orang yang memercayai dan membenarkan berarti telah kafir dengan kekafiran besar. Inilah yang nampak dari hadits. (Ianatul Mustafid) Demikian penjelasan beliau tentang mendatangi dukun. Adapun tentang bertanya-tanya atau konsultasi dengan para dukun, telah dijelaskan dalam rubrik Manhaji secara lebih detail. Ada satu hal yang perlu lebih kita sadari, yaitu kecanggihan teknologi yang ada ternyata digunakan para dukun untuk mencari mangsa. Sehingga tidak mesti seseorang datang ke tempat praktik dukun tersebut, tapi justru dukunnya yang mendatangi seseorang melalui radio, televisi, internet, atau SMS. Dengan itu, bertanya kepada dukun jalannya semakin dipermudah. Cukup dengan ketik: reg spasi . se lanjutnya mengirimkannya ke nomor tertentu melalui ponsel, seseorang sudah bisa mendapatkan layanan perdukunan. Bahkan, sampaisampai ada sebuah stasiun televisi yang membuat program khusus untuk menayangkan kompetisi di antara dukun/ tukang sihir. Subhanallah, cobaan nyata semakin berat. Kaum muslimin mesti menyadari hal ini. Jangan sampai kecanggihan teknologi ini membuat kita semakin jauh dari ajaran agama. Justru seharusnya kita gunakan kemajuan teknologi ini untuk membantu kita agar semakin taat kepada Allah l.

Semoga kaum muslimin menerima dan memahaminya dengan baik sehingga menyadari akan bahaya perdukunan, untuk kemudian kaum muslimin pun bersatu dalam memerangi perdukunan.

Hukuman Bagi Pelanggan Para Dukun Allah Taala berfirman:

Katakanlah: Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah. (QS. An-Naml: 65) Dari sebagian para isteri Nabi shallallahu alaihi wasallam, dari Nabi shallallahu alaihi wasallam bahwa beliau bersabda:

Barangsiapa yang mendatangi dukun lalu dia bertanya kepadanya tentang suatu hal, maka shalatnya tidak akan diterima selama empat puluh malam. (HR. Muslim no. 2230) Dari Abu Hurairah dan Al Hasan dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda:

Barangsiapa yang mendatangi dukun atau peramal kemudian membenarkan apa yang dia katakan, maka dia telah kafir terhadap apa (Al-Qur`an) yang diturunkan kepada Muhammad shallallahu alaihi wasallam. (HR. Ahmad no. 9171) Dari Aisyah radliallahu anha dia berkata;

Beberapa orang bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengenai dukun-dukun, lalu beliau menjawab: Mereka (para dukun) bukanlah apa-apa. Mereka berkata: Wahai Rasulullah! Terkadang apa yang mereka ceritakan adalah benar. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Perkataan yang nyata (benar) itu adalah perkataan yang dicuri oleh jin, kemudian dia membisikkannya ke telinga walinya (dukun) lalu mereka

mencampuradukkan bersama kebenaran itu dengan seratus kedustaan. (HR. Al-Bukhari no. 5762 dan Muslim no. 2228) Penjelasan ringkas: Syaikhul Islam Ibnu Taimiah -rahimahullah- berkata, Al-arraf (dukun) adalah nama bagi al-kahin (peramal), munajjim (ahli nujum), ar-rammal (tukang tenung), dan semisalnya mereka dari orang-orang yang berbicara dalam masalah ghaib dengan metodemetode semacam itu. (Kitab Tauhid, Bab: Keterangan Tentang Dukun dan Semisal Mereka) Maka ini adalah keterangan dari Ibnu Taimiah bahwa semua orang yang mengklaim mengetahui perkara ghaib maka dia adalah dukun. Karenanya walaupun gelarnya dirubah menjadi ustadz, atau kyai, atau para normal (yang sebenarnya orangnya tidak normal), orang pintar (padahal orang bodoh), magician, ki, madam, atau gelargelar lainnya, maka dia tetaplah seorang dukun yang berlaku padanya hukum-hukum selama dia mengaku mengetahui perkara ghaib. Karena hakikat dan hukum tidak akan berubah dengan berubahnya nama, yakni: Selama hakikat dari sesuatu itu sama maka hukumnya juga sama walaupun namanya berbeda. Maka perkara ghaib merupakan hak Allah Taala semata, tidak ada satu makhluk pun yang mengetahuinya baik dari kalangan malaikat maupun para Nabi. Karenanya barangsiapa yang mengaku mengetahuinya maka dia adalah dukun walaupun sesekali dia berkata benar. Al-Qur`an telah menegaskan bahwa tidak ada yang mengetahui perkara ghaib kecuali Allah, karenanya barangsiapa yang mengklaimnya atau meyakini ada makhluk yang mengetahui perkara ghaib maka sungguh dia telah kafir karena telah mendustakan Al-Qur`an, dan itu menyebabkan dirinya keluar dari agama Islam, wal iyadzu billah. Sisi kekafiran dukun yang lain adalah karena dia menggunakan bantuan jin dalam mencuri berita dari langit, dan tentunya jin tidak akan membantunya kecuali setelah dia kafir atau musyrik, misalnya dia harus menyembelih untuk selain Allah, meninggalkan shalat, menghinakan mushaf, dan semacamnya. Ini hukum bagi dukunnya, adapun bagi langganannya maka jika dia bertanya tapi tidak membenarkannya maka shalatnya tidak diterima selama 40 malam. Tapi jika dia mempercayai dan membenarkan ucapan dukun maka dia juga kafir sebagaimana kafirnya dukun tersebut.

Jika ada yang bertanya: Bukankah terkadang ramalan mereka benar? Maka Nabi -alaihishshalatu wassalam- telah menjawabnya sebagaimana di atas, bahwa ramalan mereka asalnya adalah kalimat yang benar tapi ditambahkan oleh jin-jin dengan 100 kedustaan. Karenanya perbandingan benar dan salahnya adalah 1 banding 99, tapi ironisnya para langganan hanya memperhitungkan kalau dukun itu pernah benar dan sama sekali tidak memperhitungkan sudah sangat banyaknya kesalahan mereka. Jadi, kita tidak boleh bertanya kepada mereka bukan hanya karena kebanyakan kabar mereka adalah dusta, tapi kita tidak boleh bertanya karena dilarang oleh syariat, terserah kabar mereka benar atau salah. Tambahan keterangan:
1. Maksud tidak diterima shalatnya selama 40 malam adalah bahwa shalatnya selama 40 hari syah sehingga dia tidak perlu mengulangnya, hanya saja pahala shalatnya selama 40 malam itu terhapus dengan dosa dia bertanya kepada dukun. Jadi ketika shalatnya tidak diterima bukan berarti dia tidak perlu shalat, karena itu hanya akan menambah dosanya. Jadi saking besarnya dosa sekedar bertanya kepada dukun sampai dosanya seimbang dengan pahala 40 hari shalat. 2. Bertanya kepada dukun sama saja hukumnya baik dia yang mendatangi dukun maupun dukun yang datang ke tempatnya. Karenanya termasuk bertanya kepada dukun adalah membaca ramalan nasib (shio dan zodiak) dan atau mendengarnya melalui radio atau menyaksikan ramalan melaui TV, semuanya masuk dalam kategori bertanya kepada dukun dan shalatnya tidak akan diterima selama 40 hari. Demikian diterangkan oleh Asy-Syaikh Saleh Alu Asy-Syaikh dalam syarah beliau terhadap kitab At-Tauhid. 3. Hukum bertanya kepada dukun:

1. Jika dia bertanya (membaca atau menonton) hanya sekedar ingin tahu atau hanya iseng-iseng atau penasaran tapi dia tidak membenarkan ramalannya maka shalatnya tidak akan diterima selama 40 malam. 2. Jika dia melakukannya karena mempercayai ramalannya maka dia telah kafir. 3. Jika dia melakukannya untuk mengungkap kedustaan dan kebatilan dukun, maka itu termasuk jihad dan nahi mungkar selama dia yakin bisa membuktikannya. Sebagaimana yang Nabi -alaihishshalatu wassalam- lakukan tatkala beliau bertanya masalah ghaib kepada Ibnu Shayyad guna mengetahui hakikat keadaan dirinya, dan akhirnya Nampak bagi beliau bahwa dia hanyalah seorang dukun.

Dukun, Tukang Ramal, dan Zodiak


Oleh: Yhouga AM Diriwayatkan dari sebagian istri Nabi shallallaahu alaihi wa sallam, beliau bersabda, Barangsiapa yang mendatangitukang ramal dan meminta untuk mengabarkan sesuatu, kemudian ia membenarkan perkataannya maka tidak diterima shalatnya 40 hari[1] Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu beliau berkata, Rasulullah shallallaahu alaihi wa

sallam bersabda, Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal atau dukun kemudian membenarkan perkataannya, maka ia telah kufur dengan Al Quran yang telah diturunkan kepada Muhammad shallallaahu alaihi wa sallam[2] Syaikh Muhammad Al Yamani Al Wushobiy mendefinisikan tukang ramal (arraaf), yaitu seseorang yang memberitahukan letak barang yang hilang atau dicuri dan selainnya yang tersembunyi

keberadaannya bagi manusia. Maka sebagian manusia mendatangi tukang ramal tersebut dan ia memberitahukan tentang sihir, barang yang hilang, barang yang dicuri, maupun identitas pencuri atau penyihir, atau informasi sejenis yang tidak diketahui. Berbeda dengan dukun ( kaahin, populer dengan sebutan paranormal dalam bahasa Indonesia -pen) yaitu seseorang yang memberitahukan kepada manusia perkara ghaib, yang belum pernah terjadi, seperti Mahdi Amin[3], kalangan dukun dan sejenisnya, begitu pula orang yang memberitahukan perkara batin dalam diri manusia (biasanya dengan memberitahukan sifat-sifat rahasia, karakter, atau watak orang tersebut yang hanya diketahui dirinya pribadi pen).[4] Sedangkan zodiak ialah diagram yang digunakan oleh ahli astrologi untuk menggambarkan posisi planet dan bintang. Diagram tersebut dibagi menjadi 12 bagian, masing-masingnya memiliki nama dan simbol. Zodiak digunakan untuk memperkirakan pengaruh kedudukan planet terhadap nasib atau kehidupan seseorang.[5] Inilah beberapa pembahasan yang diambil dari berbagai penjelasan para ulama, yang insya Allah akan kami ketengahkan ke hadapan pembaca. Semoga Allah mudahkan.

Hukum Mendatangi Tukang Ramal Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullahu taala berkata, Zhahir hadits (yang kami sebutkan di atas pen) ialah barangsiapa yang bertanya kepada tukang ramal, maka shalatnya tidak akan diterima 40 hari, akan tetapi hukum ini tidaklah berlaku mutlak. Adapun hukum bertanya kepada tukang ramal dan sejenisnya terbagi menjadi beberapa jenis: Jenis Pertama: hanya sekedar bertanya saja, maka ini adalah haram berdasarkan sabda Nabi shallallaahu alaihi wa sallam, Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal, dst. (yang telah disebutkan di atas pen). Maka ditetapkannya hukuman bagi orang yang bertanya kepada tukang ramal menunjukkan keharamannya, karena tidaklah hukuman atas suatu perbuatan itu disebutkan kecuali menunjukkan atas keharamannya. Jenis Kedua: bertanya kepada tukang ramal kemudian membenarkan dan mempercayai

perkataannya, maka hal ini adalah bentuk kekufuran, karena membenarkan perkara ghaib berarti mendustakan Al Quran di mana Allah Taalaberfirman (yang artinya), Katakanlah: Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara ghaib, kecuali Allah (QS. An Naml : 65). Jenis Ketiga: bertanya kepada tukang ramal dengan maksud untuk mengujinya, apakah ia jujur atau pendusta, bukan dengan maksud untuk mengambil perkataannya. Maka hal ini tidaklah mengapa, dan tidak termasuk dalam hadits di atas. Nabi shallallaahu alaihi wa sallam pernah bertanya kepada Ibnu Shayyad[6], Apa yang aku sembunyikan darimu?Ibnu Shayyad menjawab, Asap, maka Nabi menjawab, Tetaplah di tempatmu. Engkau tidak akan melampaui apa yang telah Allah takdirkan padamu.[7] Jenis Keempat: bertanya dengan maksud untuk menampakkan kelemahan dan kedustaan tukang ramal tersebut, kemudian mengujinya dalam rangka menjelaskan kedustaan dan kelemahannya. Maka hal ini dianjurkan, bahkan hukumnya terkadang menjadi wajib. Karena menjelaskan batilnya perkataan dukun tidak diragukan lagi merupakan suatu hal yang dianjurkan, bahkan bisa menjadi wajib. Maka larangan bertanya kepada tukang ramal tidaklah berlaku mutlak, akan tetapi dirinci sesuai dalil-dalil syari yang telah disebutkan.[8]

Bagaimana Cara Tukang Ramal Mengetahui Hal-Hal Ghaib? Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alu Syaikh hafizhahullahu taala menjelaskan, Dukun tidaklah mengetahui perkara ghaib kecuali menggunakan jin, yaitu dengan cara beribadah kepada jin tersebut dengan ibadah yang mengandung kesyirikan. Kemudian jin menggunakan kesempatan untuk memalingkan manusia dari ibadah kepada Allah, dan hal tersebut dilakukan agar jin mau mengabarkan hal-hal ghaib. Adapun jin dapat mengetahui perkara ghaib, yang terkadang benar, dengan cara mencuri rahasia langit. Yaitu jin saling menumpuk satu sama lain hingga mendengar wahyu Allah Jalla wa Ala dari langit. Maka dilemparilah jin dengan panah api sebelum jin tersebut memperoleh rahasia langit

dengan sembunyi-sembunyi, akan tetapi terkadang panah api tersebut dilemparkan setelah jin memperoleh rahasia langit. Maka jin kemudian membawa rahasia tersebut kepada dukun, akan tetapi diubah dengan kedustaan, atau ditambah dengan 100 kedustaan. Dukun kemudian mengagungkan jin karenanya, dan pengagungan tersebut ialah bentuk ibadah manusia atas jin. Adapun sebelum diutusnya Nabi alaihish shalatu wa sallam banyak rahasia langit yang beredar, akan tetapi pasca pengutusan Nabi alahish shalatu wa sallam langit dijaga dengan lebih ketat, karena Al Quran dan wahyu telah turun, maka rahasia langit dijaga agar tidak ada yang menyerupai wahyu dan nubuwwah. Hingga wafatnya Nabi alaihish shalatu wa sallam rahasia langit kembali beredar akan tetapi hanya sedikit dibandingkan sebelum diutusnya Nabi. Maka dapat disimpulkan bahwa kondisi rahasia langit terbagi menjadi tiga : 1. Sebelum pengutusan Nabi alaihish shalatu wa sallam: rahasia langit banyak beredar 2. 3. Setelah pengutusan Nabi alaihish shalatu wa sallam: jin tidak mendapat rahasia langit kecuali sangat jarang terjadi, itu pun bukan merupakan wahyu dari Allah Jalla wa Alla Setelah wafatnya Nabi alaihish shalatu wa sallam: rahasia langit kembali beredar, akan tetapi tidak sebanyak sebelumnya, karena langit dijaga ketat dengan panah api. Allah Jalla wa Ala menjelaskan hal tersebut dalam banyak ayat Al Quran, mengenai bintang-bintang dan panah api yang dilemparkan kepada jin, sebagaimana firman Allah (yang artinya), Kecuali syaithan yang mencuri-curi (berita) yang dapat didengar (dari malaikat) lalu dia dikejar olehsemburan api yang terang. (QS. Al Hijr : 18)[9] Hanya Allah yang Mengetahui Perkara Ghaib Ahmad bin Abdul Halim Al Harroni rahimahullah membagi perkara ghaib menjadi dua jenis, yaitu: Pertama, ghaib muthlaq, yang tidak diketahui oleh seluruh makhluq. Allah Taala berfirman (yang artinya), Maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu (QS. Al Jin : 26) Kedua, ghaib muqayyad yang tidak diketahui kecuali oleh sebagian makhluk dari kalangan malaikat, jin, manusia dan yang menyaksikannya. Maka hal ini menjadi ghaib bagi sebagian makhluk, namun tidak ghaib bagi yang menyaksikannya. [10] Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sadiy rahimahullahu taala menjelaskan, Sesungguhnya hanya Allah Taala saja yang mengetahui perkara ghaib, maka barangsiapa yang mengaku mengetahui perkara ghaib maka ia telah menjadi sekutu bagi Allah, baik berupa perdukunan, ramalan, dan sejenisnya. Atau barangsiapa yang membenarkan perkataan tersebut maka ia telah menjadikan sekutu bagi Allah dalam kekhususan-Nya, dan ia telah mendustakan Allah dan Rasul-Nya.[11] Hukum Mempercayai Zodiak Zodiak atau sering diistilahkan dengan astrologi (ilmu tatsir), merupakan bagian dari ilmu nujum. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullahu taala kembali menjelaskan berkaitan dengan ilmu tatsir ini, Ilmu tatsir (astrologi) terbagi menjadi tiga, yaitu: Pertama, keyakinan bahwa bintang-bintang memiliki pengaruh atas seseorang, dalam arti bahwa bintang-bintang tersebut mampu menciptakan kejadian dan musibah. Maka hal tersebut merupakan kesyirikan akbar, karena barangsiapa yang menyerukan bahwa selain Allah ada pencipta lain, maka ia melakukan syirik akbar. Hal tersebut juga menjadikan pencipta (yaitu Allah Taala) tunduk pada salah satu makhluq-Nya (yaitu bintang-bintang). Kedua, keyakinan bahwa bintang-bintang menjadi sebab bagi sesuatu yang belum terjadi, dan hal tersebut ditunjukkan melalui pergerakannya, peralihannya, atau pergantian tertentu dari bintang. Misalnya perkataan Karena bintang ini bergerak seperti ini, maka itu artinya orang ini hidupnya akan sial, atau Karena orang ini lahir saat bintang berada dalam posisi ini, maka ia akan menjadi orang yang bahagia. Maka hal semacam ini termasuk menjadikan ilmu perbintangan sebagai sarana untuk meramal perkara ghaib, dan perbuatan ini termasuk kekufuran yang dapat mengeluarkan seseorang dari agama. Allah Taala berfirman (yang artinya), Katakanlah: Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah (QS. An Naml : 65) Ketiga, keyakinan bahwa bintang-bintang menjadi sebab terjadinya kebaikan atau keburukan. Yaitu dengan menyandarkan segala sesuatu yang terjadi sebagai akibat pergerakan bintang, dan hal tersebut dilakukan hanya jika sesuatu tersebut telah terjadi. Maka perbuatan semacam ini tergolong syirik ashghar.[12]

Semoga Allah memberi taufik. [Yhouga AM]

Mendatangi Tukang Ramal/Dukun dan Bertanya Kepadanya Tentang Sesuatu


Posted by Admin pada 10/05/2009

Sungguh menyedihkan kondisi mayoritas media informasi baik media cetak, elektronik atau lainnya selain menampilkan berbagai bentuk kemaksiatan tapi juga memberi andil dalam menyebarkan penyimpangan-penyimpangan aqidah di tengah-tengah kaum muslimin. Yaitu berupa berbagai acara, artikel, maupun iklan yang mempromosikan praktek-praktek perdukunan yang dihias-hiasi dengan istilah pengobatan, kekuatan pikiran/konsentrasi dll, Allahul Mustaan Soal: Syaikh, bagaimana hukumnya seseorang yang pergi bersama anaknya yang sakit ke seseorang yang dituankan atau dukun untuk meminta kesembuhan. Kemudian menyembelih domba jantan dan sebagian sembelihan tersebut dipersembahkan kepada jin? Berikan fatwa kepada kami ! Jawab: Apabila dia seseorang yang jahil maka ajarkanlah kepadanya yang benar. Sedangkan apabila telah datang hujjah padanya dalam keadaan dia tetap berkeyakinan bahwa tuan atau dukun itu adalah seseorang yang bisa mendatangkan manfaat dan mudharat selain Allah, maka dia dihukumi kafir. Ini setelah diajarkan yang benar dan dan sampainya dakwah dari ayat-ayat Allah dan hadits Rasul-Nya. Rasulullah bersabda yang artinya: Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal/dukun dan bertanya kepadanya tentang sesuatu, maka tidak diterima shalatnya selama 40 hari. Allah berfirman yang artinya : Dan orang-orang yang kalian seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. (Q.S. Faathir: 13) Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat mengabulkan (doa) nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka. (Q.S. Al Ahqaf : 5)

Hai manusia telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah oleh kalian perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kalian seru selain Allah, sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah. (Q.S. Al Hajj : 73) Yang demikian haram hukumnya. Tidak boleh seseorang memberikan nama padanya sebagai sayyid (tuan). Peramal/dukun adalah dajal pendusta. Wajib bagi pemimpin pemerintah menangkap dan memenjarakannya sampai dia bertaubat kepada Allah Azza wa Jalla dan membunuhnya karena dia membuat kerusakan dan keraguan pada aqidah kaum muslimin, memerintahkan manusia untuk menyembelih dan dipersembahkan kepada jin-jin. Rasululah bersabda yang artinya: Allah telah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah. Allah berfirman yang artinya : Maka dirikanlah shalat untuk Rabbmu dan berkorbanlah. (Q.S. Al Kautsar: 2) Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itu yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah). (Q.S. Al Anam : 162 163) Jin adalah makhluk yang tidak mengetahui perkara ghaib sedikitpun. Pergerakan mereka berada di tangan Allah. Apabila kuat aqidah kita maka mereka (jin) akan takut kepada kita tetapi apabila goncang aqidah kita, kita akan mendengar fulan dikatakan terkena penyakit (karena gangguan jin) epilepsi (ayan), fulan menjadi gila, fulan,fulan sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla yang artinya : Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki diantara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki diantara jin, maka jin-jin itu menambah dosa bagi mereka. (Q.S. Al Jin : 6) Yaitu apabila manusia dalam keadaan mereka takut kepada jin, maka jin akan sewenang-wenang dan melampaui batas dalam mempermainkan manusia. Bagi peramal/dukun agar mereka kembali bertaubat dan menyandarkan dirinya (dalam mencari rizki) kepada Allah, karena Dia berkuasa untuk memberikan rizki kepadanya. Allah Azza wa Jalla berfirman yang artinya:

Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semua tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfudz). (Huud: 6) Rizki hanya milik Allah Azza wa Jalla. Haram atas peramal/dukun merampas atau mengambil harta manusia dengan tipuan dan kedustaan. Kami nasehatkan kepada saudara-saudara kaum muslimin membaca kitab Tath-hiru Al Itiqad oleh Imam Ash Shonany, dan Kitabut Tauhid oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Karena kitab kitab tersebut adalah kitab yang sangat berharga dalam pembahasan itu. Orang yang meyakini tukang ramal, dukun dan tukang sihir bahwa mereka bisa mendatangkan manfaat dan menolak mudharat selain Allah maka dia meragukan Al Quran . Allah Azza wa Jalla berfirman yang artinya : Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib ; tidak ada yang mengetahui kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfudz). (Q.S. Al Anam: 59) Allah adalah dzat yang mengetahui perkara ghaib. Barang siapa yang mendakwa/mengklaim dirinya mengetahui perkara ghaib bersama Allah maka dia telah kafir. Dan tidak boleh sholat di belakangnya (menjadi mamum padanya). (Diterjemahkan oleh Al Ustadz Abu Isa Nurwahid dari Kitab Ijaabatu As Saail Ala Ahammi Al Masaail )

HUKUM SIHIR DAN PERDUKUNAN Mengingat akhir-akhir ini banyak sekali tukang-tukang ramal yang mengaku dirinya sebagai thabibi, dan mengobati orang sakiy dengan jalan sihir atau perdukunan. Mereka kini banyak menyebar diberbagai negeri, orang-orang awam yang tidak mengerti sudah menjadi korban pemerasan mereka. Maka atas dasar nasehat kepada Allah dan kepada hamba-Nya, akan dijelaskan tentang betapa besarnya bahanya terhadap islam dan umat islam, oleh adanya ketergantungan kepada selain Allah, serta bertolak belakang dengan perintah Allah dan rasul-Nya. Bahwa berobat dibolehkan menurut kesepakatan para ulama, dan seorang muslim hendaklah berusaha mendatangi dokter yangahli, baik penyakit dalam, pembedahan, saraf, maupun penyakit luar lainnya untuk diperiksa apa penyakit yang diderita, dan kemudian diobati sesuai dengan obatobat yang dibolehkan syara' sebagaimana yang dikenal dalam ilmu kedokteran. Karena Allah swt telah menurunkan penyakit dan menurunkan pula obatnya, akan tetapi Allah swt tidak menjadikan penyembuhnya dari sesuatu yang yang telah diharamkan kepada mereka. Oleh karena itu tidak dibenarkan bagi orang yang sakiy, mendatangi dukun-dukun yang

mendakwahkan dirinya mengetahui hal-hal yang ghaib, untuk mengetahui apa yang dideritanya. Tidak diperbolehkan pula mempercayai atau membenarkan apa yang mereka katakan, atau dengan cara mendatangkan jin, dan meminta pertolongan jin-jin itu tentang sesuatu yang mereka inginkan. Dengan cara demikian dukun-dukun tersebut telah melakukan perkara-perkara kufur dan pewnyesatan. Rasulullah saw menjelaskan dalam berbagai haditsnya sebagaimana berikut: "Barangsiapa mendatangi 'Arraaf(tukang tenung) dan menanyakan sesuatu kepadanya tidaka akan diterima shalatnya selama 40 hari"(HR.Muslim) "Barangsiapa yang mendatangi Kahin(dukun) dan membenarkan apa yang ia katakan, sungguh ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad saw"(HR.Abu Dawud) Dari hadits ini menunjukkan larangan mendatangi "arraaf, kahin dan sebangsanya, larangan bertanya kepada mereka tentang hal-hal ghaib, larangan membenarkan dan mempercayai apa yang mereka katakan, dan ancaman bagi mereka yang melakukannya. Rasulullah saw telah melarang umatnya mendatangi para kahin dan'arraaf, dukun dan tukang tenung, dan melarang bertanya serta membenarkan apa yang mereka katakan, karena mengandung kemungkaran dan bahaya besar pula, karena mereka adalah orang-orang yang melakukan dusta dan dosa. Para kahin dan 'arraaf telah melakukan kekufuran karena mengaku mengetahui hal-hal yang ghaib, dan mereka tidak akan sampai pada maksud yang diinginkan melainkan dengan cara berbakti, tunduk ,ta'at dan menyembah jin-jin dan ini merupakan perbuatan kufur dan syirik kepada Allah swt. Orang yang membenarkan mereka atas pengakuannya, maka hukumnya sama seperti mereka yaitu kufur. Seorang muslim tidak boleh tunduk dan percaya terhadap dugaan dan sangkaan bahwa cara pengobatan seperti yang dilakukan itu sebagai satu cara pengobatan, semisal tulisan-tulisan azimat yang mereka buat, atau menuangakn cairan timah, dan lain-lain cerita bohong yang mereka buat. Barangsiapa yang rela menerima praktek-praktek tersebut tanpa menunjukkan penolakan, sesungguhnya ia telah menolong mereka dalam perbuatan bathil dan kufur. Oleh karena itu tidak dibenarkan seorang muslim pergi kepada para kahin, tukang tenung, tukang sihir dan semisalnya dan menanyakan kepada mereka hal-hal yang berhubungan dengan jodoh, pernikahan, atau yang menyangkut hubungan suami isteri dan keluarga, tentang kecintaan, kesetiaan, perselisihan dan perpecahan yang terjadi dan lain-lain, karena ini berhubungan dengan hal-hal yang ghaib yang tidak diketahui hakekatnya oleh siapapun kecuali Allah swt. Sihir sebagai salah satu nperbuatan kufur yang diharamkan Allah, dijelaskan dalam surah AlBaqarah:102 tentang kisah dua malaikat: "Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaithan-syaithan dimasa kerajaan Sulaiman lalu mereka mengatakan bahwa Sulaiman mengerjakan sihir, padahal sulaiman tidak kafir dan tidak mengerjakan sihir, hanya syaithan-syaithanlah yang kafir. Mereka mengajarkan sihir keapada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat dinegeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedangkan keduanya tidak mengerjakan sesuatu kepada seorangpun sebelum mengatakan: Sesungguhnya kami hanya menjadi cobaan bagi kamu, sebab itu janganlah kamu kafir. Dan mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa-apa yang dengannya mereka dapat menceraikan antara seorang suami dengan isterinya. Padahal mereka tidak dapat mendatangkan mudharat kepada seorangpun dengan sihir mereka, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang mendatangkan mudharat bagi diri mereka sendiri dan tidak mendatangkan manfa'at. Sesungguhnya mereka telah mengetahui bahwa barangsiapa yang memperjual belikaanya, dia tidak memperoleh keuntungan sedikitpun di Akhirat dan alangkah buruknya mereka menjual dirinya dengan sihir seandainya mereka mengetahui". Ayat ini menunjukkan bahwa sihir adalah perbuatan kufur, dan sihir dapat memecah belah hubungan

suami isteri, sihir pada hakekatnya tidak mempunyai pengaruh dalam mendatangkan manfa'at dan mudharat. Pengaruhnya seamata-mata karena izin Allah Yang Maha Kuasa, karena Dia-lah Maha Kuasa menciptakan baik dan buruk. Bahayanya yang besar itu karena semakin dibesarkan oleh orang-orang yang sengaja mengadakan kebohongan diantara orang-orang yang mewarisi ilmu ini dari orangorang musyrik, dengan mempengaruhi orang-orang yang lemah akalnya. "Sesungguhnya kita milik Allah, kita kan kembali kepada Allah jua, dan cukuplah Allah bagi kita, Dia sebaik-baik penolong".

Anda mungkin juga menyukai