Referensi: https://tafsirweb.com/1580-surat-an-nisa-ayat-48.html
Pengertian Syirik. Kata syirik berasal dari bahasa Arab syaraka yang berarti sekutu,
berserikat dengan yang lain. Kata syaraka juga berarti “mencampurkan dua atau
lebih benda/hal yang tidak sama menjadi seolah-olah sama”, misalnya
mencampurkan beras kelas dua ke dalam beras kelas satu. Campuran itu
dinamakan beras isyrak. Orang yang mencampurkannya disebut musyrik. Lawan
syaraka ialah khalaṣa artinya memurnikan. Beras kelas satu yang masih murni, tidak
bercampur sebutir pun dengan beras jenis lain disebut dengan beras yang “khaliṣ”.
Jadi orang yang ikhlas bertuhankan hanya Allah Swt ialah orang yang benar-benar
bertauhid. Inilah konsep yang paling sentral di dalam ajaran Islam. Jadi, secara
umum, syirik -lawan dari tauhid- dapat dimaknai menyekutukan Allah Swt. Ibnu
Manzhur dalam Lisan al-Arab menjelaskan bahwa syirik kepada Allah Swt adalah
menjadikan adanya sekutu atau partner bagi Allah Swt dalam hal kepemilikan
semesta. Sebab-Sebab Perbuatan Syirik. a. Dha’iful iman (lemahnya iman). Seorang
yang imannya lemah cenderung berbuat maksiat. Lemahnya rasa takut kepada Allah
Swt ini akan dimanfaatkan oleh hawa nafsu untuk menguasai diri seseorang. Ketika
seseorang dibimbing oleh hawa nafsunya, maka tidak mustahil ia akan jatuh ke
dalam perbuatan-perbuatan syirik seperti memohon kepada pohon besar karena
ingin segera kaya, atau selalu merujuk kepada para dukun agar penampilannya
tetap memikat hati orang banyak. b. Al-Jahlu (kebodohan). Karenanya masyarakat
sebelum datangnya Islam disebut dengan masyarakat jahiliyah. Sebab, mereka
telah diselimuti oleh ego nafsu sehingga tidak mau mengikuti kebenaran atau
memang mereka tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah. Dalam kondisi
yang penuh dengan kebodohan itu, orang-orang cenderung berbuat syirik.
Karenanya semakin jahiliyah suatu kaum, bisa dipastikan kecenderungan berbuat
syirik semakin kuat. ب َفاَل ي ُْظ ِه ُر َعلَ ٰى َغي ِْب ِه أَ َح ًدا
ِ (“ َعالِ ُم ْال َغ ْيDia adalah Tuhan) yang mengetahui
yang ghaib. Maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang
ghaib itu.?” (QS. al-Jin : 26) c. Taqlid (Ikut-Ikutan Secara Membabi-Buta). Al-Qur’an
selalu menggambarkan bahwa orang-orang yang menyekutukan Allah Swt selalu
memberi alasan mereka melakukan itu karena mengikuti jejak nenek moyang
mereka. ون َعلَى هَّللا ِ َما اَل َ َُوإِ َذا َف َعلُوا َفا ِح َش ًة َقالُوا َو َج ْد َنا َعلَ ْي َها آ َبا َء َنا َوهَّللا ُ أَ َم َر َنا ِب َها ۗ قُ ْل إِنَّ هَّللا َ اَل َيأْ ُم ُر ِب ْال َفحْ َشا ِء ۖ أَ َتقُول
َ “ َتعْ لَمDan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata, ‘Kami
ُون
mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh
kami mengerjakannya.’ Katakanlah, ‘Sesungguhnya Allah tidak menyuruh
(mengerjakan) perbuatan yang keji.’ Mengapa kamu mengada-adakan terhadap
Allah apa yang tidak kamu ketahui?” (QS. al-A’raf : 28) Bentuk Perilaku Syirik. a.
Menyembah Berhala. Praktek penyembahan berhala telah berlangsung lama, para
Nabi dan Rasul mengajak dan meluruskan sistem penyembahan mereka kepada
monoteisme murni yakni menyembah hanya kepada Allah Swt. Pada zaman
Rasulullah Saw. berhala yang dianggap penting dalam kehidupan masyarakat
jahiliyah pada saat itu adalah Al-Lata, Al-Uzza dan Manat. Mereka beranggapan
berhala itu adalah anak perempuan Allah Swt. الثالِ َث َة اأْل ُ ْخ َر ٰى َّ َو َم َنا َة. ت َو ْالع َُّز ٰى َ “ أَ َف َرأَ ْي ُت ُم الاَّلMaka
apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) mengaggap al-Lata dan al- Uzza, dan
Manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)?”
(QS. an-Najm : 19-20) b. Sihir. Sihir termasuk perbuatan syirik karena perbuatan
tersebut dapat menipu atau mengelabui orang dengan bantuan jin atau setan. Dan
dalam sebuah hadis disebutkan, “Sesungguhnya mantera, azimat dan guna-guna itu
adalah perbuatan syirik”. (HR. Ahmad) Selain mantera dan guna-guna, memakai
azimah atau jimat dapat digolongkan kepada perbuatan syirik apabila orang yang
memakainya percaya dan menyakini bahwa jimat itu sendiri yang menyelamatkan-
Nya atau memberi faedah kepadanya bukan atas kehendak Allah Swt. Namun
apabila seseorang memakai jimat, baik berbentuk "Hirz atau Ta'widz", yang disertai
keyakinan bahwa bukan benda atau zat dari hirz dan ta'widz itu yang memberi
faedah, tetapi Allah Swt yang memberikan keselamatan dan kesembuhan, maka hal
ini tidak termasuk syirik, hal ini dapat dibuktikan dari riwayat Al-Bayhaqi dalam kitab
as-Sunan Al-kubra tentang kebolehan memakai hirz dari beberapa ulama tabi'in,
diantaranya Sa'id Ibnu Jubair dan Atha'. Bahkan Sa'id Ibnu al-Musayyab
memerintahkan agar dikalungkan ta'widz dari al-Qur'an. Kemudian al-Bayhaqi
berkata : "ini semua kembali kepada apa yang telah aku sebutkan bahwasanya
kalau seseorang membaca ruqa (bacaan-bacaan) yang tidak jelas maknanya, atau
seperti orang-orang di masa jahiliyah yang menyakini kesembuhan berasal dari ruqa
tersebut maka itu tidak boleh. Sedangkan jika seseorang membaca ruqo dan ayat-
ayat al-Qur'an atau bacaan-bacaan yang jelas seperti bacaan dzikir dengan maksud
mengambil berkah dari bacaan tersebutdan dengan keyakinan bahwa kesembuhan
datangnya hanya dari Allah semata, maka hal itu tidak masalah" c. Peramalan.
Peramalan ialah menentukan dan memberitahukan tentang hal-hal yang ghaib pada
masa-masa yang akan datang baik itu dilakukannya dengan ilmu perbintangan,
dengan membaca garis-garis tangan, dengan bantuan jin dan sebagainya.
Rasulullah Saw. bersabda: ث فِي َها َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َمنْ َع َق َد ُع ْق َد ًة ُث َّم َن َف َ ِ َعنْ أَ ِبي ه َُري َْر َة َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا
َ َف َق ْد َس َح َر َو َمنْ َس َح َر َف َق ْد أَ ْش َرDari Abu Hurairah ra, Nabi Saw. bersabda;
ك َو َمنْ َت َعلَّ َق َش ْي ًئا وُ ِك َل إِلَ ْي ِه
"Barang siapa yang mengikat buhul kemudian meniupnya sungguh ia telah berbuat
sihir, dan barang siapa yang melakukan sihir maka sungguh ia telah berbuat syirik
dan barang siapa yang menggantungkan sesuatu maka ia akan diserahkan
kepadanya." (HR. Nasa’i) Ilmu perbintangan dalam hadis ini bukanlah ilmu
perbintangan yang mempelajari tentang planet yang dalam ilmu pengetahuan yang
disebut astronomi. Namun, ilmu tentang ramalan. Percaya kepada ramalan-ramalan
berarti mengakui bahwa ada sesuatu selain Allah Swt yang mengetahui hal-hal yang
ghaib. Hal ini sama artinya mengakui bahwa Allah itu mempunyai sekutu-sekutu.
Perbuatan ini merupakan perbuatan syirik. ْس عِ ْلمًا مِن َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َمنْ ا ْق َت َب
َ ِ َقا َل َرسُو ُل هَّللا
س ُشعْ َب ًة مِنْ السِّحْ ِر َ ُوم ا ْق َت َب
ِ “ ال ُّنجBarangsiapa yang mempelajari salah satu ilmu perbintangan,
maka ia telah mempelajari sihir”. (HR. Abu Daud) d. Mempercayai Paranormal atau
Ahli Nujum dan Ahli Tenung. Dukun ialah orang yang dianggap dapat
memberitahukan tentang hal-hal yang ghaib pada masa datang, atau
memberitahukan apa yang tersirat dalam naluri manusia. Adapun tukang tenung
adalah nama lain dari paranormal, atau orang-orang yang mengaku bahwa dirinya
dapat mengetahui dan melakukan hal-hal yang ghaib, baik dengan bantuan jin atau
setan, ataupun dengan membaca garis tangan. Dalam sebuah hadis diterangkan: َْعن
َ صاَل ةٌ أَرْ َبع
ِين لَ ْيلَ ًة َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َقا َل َمنْ أَ َتى َعرَّ ا ًفا َف َسأَلَ ُه َعنْ َشيْ ٍء َل ْم ُت ْق َب ْل َل ُهَ ِّ" ال َّن ِبيdari Nabi shallallahu
'alaihi wasallam beliau bersabda: "Barangsiapa mendatangi tukang tenung lalu dia
bertanya kepadanya tentang suatu hal, maka shalatnya tidak akan diterima selama
empat puluh malam." (HR. Muslim) e. Riya. Riya adalah beramal bukan karena Allah
Swt, melainkan karena ingin dipuji atau dilihat orang. Riya termasuk syirik,
sebagaimana sabda Rasulullah Saw. "Sesuatu yang amat aku takuti yang akan
menimpa kamu ialah syirik kecil. Nabi ditanya tentang hal ini, maka beliau
menjawab, ialah Riya”. (HR. Ahmad) Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan
tentang pengertian syirik, sebab-sebab perbuatan syirik dan bentuk perilaku syirik.
Sumber buku Siswa Kelas X MA Ilmu Kalam Kementerian Agama Republik
Indonesia, 2014. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat.
Aamiin.
Syirik adalah perbuatan menduakan atau menyekutukan Allah dengan yang lain. Orang yang
syirik memiliki Tuhan selain Allah. Ada sesuatu yang lebih ditakuti dari Allah, ada tujuan
lain yang lebih dituju dari Allah.
Mengapa syirik dilarang ? . Syirik dilarang karena perbuatan syirik mengakibatkan kerusakan
dan keburukan yang sangat besar. Syirik adalah tindakan misorientasi ketuhanan yang
mengakibatkan manusia tidak lagi memiliki tujuan yang baik. Contoh : Seorang yang
menuhankan syaithon, meminta bantuan syaithan untuk mencapai tujuan tertentu. Biasanya
untuk menyantet, menang dalam pemilu atau tujuan yang lain. Akhirnya syaithan itu
membantu orang tersebut dengan kejahatan. Seseorang yang seharusnya menang dipemilu
dengan wajar dengan perbuatan syirik yang dilakukannya menjadi tidak wajar. Tak jarang
kadang musuh-musuh politiknya mati karena disantet.
Dalam bisnis, politik dan kehidupan bermasyarakat, syirik sangat merugikan manusia dan
membuat kerusakan yang sangat serius. Kehidupan menjadi tidak wajar dan tidak berjalan
dengan baik jika manusia melakukan perbuatan syirik.
Maka dari itu Islam menawarkan, " Janganlah Engkau menyekutukan Allah, Tuhankanlah
Allah dengan benar, jangan salah bertuhan , jangan menduakan Tuhan, "
Masih banyak sekali Tuhan -tuhan lain yang bisa mengelincirkan manusia , diantaranya
Uang, kekuasaan dsb . Jika tuhan-tuhan itu lebih diprioritaskan manusia atau disandingkan
sama dengan Tuhan yang sebenarnya maka pasti manusia akan tersesat .
"Sembahlah Allah yang satu, yang maha suci yang membawa kejayaan, janganlah
menyekutukanNya karena hal itu mengakibatkan kehancuran dalam hidupmu".
A. Pengertian Syirik
B. Sebab-Sebab Syirk
3. Dikuasai nafsu
Di antara penyakit yang meninmpa fitrah manusia dan membawa kepada
kemusyrikan ialah selalu mengikuti kehendak hawa nafsu. Hal ini karena ketika fitrah
manusia bersih dan lurus, ia akan menerima segala ajaran Allah denga ridha, dan
berusaha dengan sungguh-sungguh untuk melaksanakannya sebagai bentuk
penghambaan kepada Allah dan mengharapkan ridha-Nya. Namun ketika
seseorang dapat dikalahkan hawa nafsunya, maka iapun merasa sempit untuk
menerima dan melaksanakan ajaran-ajaran Allah dan lebih cenderung untuk
mengikuti hawa nafsunya. Mereka cenderung menolak pedoman ajaran-ajaran yang
bersumber dari Allah sekalipun hati kecil mereka mengakuinya bahwa itu adalah
benar. Karena kalau mereka mengakui, mereka harus melaksanakan ajaran-ajaran
Allah itu, sedangkan mereka tidak suka melaksanakannya, karena hawa nafsu
menguasai mereka sehingga mereka merasa berat melaksanakannya. Oleh karena
itu mereka mengingkari bahwa ajaran Allah itu benar, dan membuat ajaran atau
aturan yang tidak ditentukan Allah, kemudian mereka mengklaim atau mengaku
bahwa ajaran yang mereka buat itu adalah ajaran yang benar, dan lebih tepat untuk
diikuti dari pada ajaran atau hukum yang ditetapkan Allah. Dengan demikian mereka
jatuh pada bentuk syirik taat dan mengikuti. Dalam hal ini Allah berfirman :
ِين َّ َّن ا َّت َب َع َه َواهُ ِب َغيْر ه ًُدى م َِن هَّللا ِ إِنَّ هَّللا َ اَل َي ْهدِي ْال َق ْو َم
َ الظالِم ِ َ َُون أَهْ َوا َء ُه ْم َو َمنْ أ
ِ ض ُّل ِمم َ ك َفاعْ لَ ْم أَ َّن َما َي َّت ِبع
َ ََفإِنْ لَ ْم َيسْ َت ِجيبُوا ل
Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu), ketahuilah bahwa sesungguhnya
mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih
sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat
petunjuk dari Allah sedikitpun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang zalim. (QS. Al-Qashash/28 : 50)
C. Jenis-Jenis Syirik
Syirik Besar adalah bahwa seseorang menjadikan sekutu selain Allah yang ia
sembah dan taati sama seperti ia menyembah dan mentaati Allah. Atau seperti yang
disebutkan dalam pengertian di atas, yaitu seseorang menjadikan tandingan bagi
Allah dalam hal yang hanya menjadi hak Allah SWT.
Syirik Kecil adalah bahwa menyamakan sesuatu selain Allah dengan Allah
dalam bentuk perkatan atau perbuatan. Syirik dalam bentuk amal adalah riya.
Sedang dalam bentuk perkatan lisan adalah lafaz-lafaz yang mengandung makna
menyamakan Allah dengan sesuatu yang lain. Misalnya, ia mengatakan: "Apa yang
dikehendaki Allah dan aku kehendaki." Atau: "Ya Allah, ampunilah aku jika Engkau
mau." Atau:"Abdul Harits" ( Hamba Sang Pembajak Tanah ) dan semacamnya.
Syirik Tersembunyi adalah syirik yang tersembunyi dalam hakikat kehendak
hati, ucapan lisan, berupa penyerupaan antara Allah dengan makhluk. Rasulullah
saw. :
" إِنَّ الرَّ ُج َل لَ َي َت َكلَّ ُم ِب ْال َكلِ َم ِة مِنْ س ُْخطِ هَّللا ِ اَل َي َرى ِب َها َبأْ ًسا: صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم
َ ِ َقا َل َرسُو ُل هَّللا: َعنْ أَ ِبي ه َُري َْر َة َقا َل
)(رواه ابن ماجه . " َخ ِري ًفا ِين َ ار َج َه َّن َم َس ْبع
ِ َف َيه ِْوي ِب َها فِي َن
"Sesungguhnya, terkadang seseorang mungkin mengucapkan suatu perkataan yang
membuat Allah murka, yang ia tidak melihatnya itu berbahaya,
padahal perkataannya itu mengantarkannya ke neraka selama tujuh puluh musim
semi." (HR. Ibnu Majah)
Syirik Tersembunyi sebenarnya dapat digolongkan ke dalam syirik kecil.
Sehingga syirik dapat dibagi menjadi dua jenis; syirik besar yang terkait dengan
keyakinan hati, dan syirik kecil yang terkait dengan perbuatan, perkataan lisan dan
motivasi hati yang tersembunyi.
Nampaknya pembagian syirik menjadi tiga jenis dimana syirik tersembunyi
merupakan bagian ketiganya, didasarkan pada kenyataan bahwa syirik tersembunyi
bisa berubah menjadi syirik besar dan syirik kecil. Kesubliman dan kesamaran itu
menuntut kehati-hatian yang tinggi, agar jangan sampai syirik besar dianggap syirik
kecil, atau sebaliknya.
Atas dasar itu, syirik tersembunyi dapat didefinisikan sebagai syirik yang
berada antara syirik besar dan syirik kecil. Inilah definisi yang agaknya paling tepat.
Berdasarkan penjelasan terlebih dahulu, maka perbedaan antara syirik besar
dengan syirik kecil dapat diringkas sebagai berikut :
Pertama, syirik besar menyebabkan pelakunya keluar dari Islam sedang syirik
kecil tidak menyebabkan pelakunya keluar dari Islam.
Kedua, syirik besar membatalkan seluruh amal pelakunya, sedang syirik kecil
hanya membatalkan amal yang dicampuri syirik kecil sejak awal amal itu dikerjakan
atau mendominasi seluruh proses pengerjaan amal tersebut.
Ketiga, syirik besar menyebabkan pelakunya kekal dalam neraka, sedang syrik
kecil tidak menyebabkan kekekalan dalam neraka. Syirik kecil mempunyai dua
kemungkinan : mengharuskan pelakunya masuk neraka atau tergantung kepada
kehendak Allah, diampuni atau tetap dimasukkan ke dalam neraka.
Keempat, syirik besar menyebabkan darah dan harta pelakunya menjadi halal,
sedang syirik kecil tidak demikian, pelakunya tetap dianggap muslim tetapi memiliki
keimanan yang kurang dan dianggap fasiq dalam beragama.
Kelima, syirik besar dan syirik kecil sama-sama mendapatkan ancaman
siksaan dari Allah dan bahwa keduanya merupakan dosa paling besar di antara
seluruh dosa besar yang terbesar.
Keenam, syirik besar tidak dapat diampuni Allah sedang syirik kecil masih
dapat diampuni Allah.
Oleh karena itu, dalam penjelasan macam-macam syirik ini, hanya akan
dibahas dua macam syirik saja, yaitu syirik besar dan syirik kecil.
1. Syirik Besar
e. Syirik takut : Yaitu rasa takut yang timbul dari asumsi atau
keyakinan akan terjadinya suatu mudharat. Yang dimaksud dengan rasa takut di sini
adalah puncak, ujung dan penghabisannya yang tidak boleh diberikan kecuali hanya
kepada Allah. Firman Allah :
ِ ُف أَ ْولِ َيا َء ُه فَاَل َت َخافُو ُه ْم َو َخاف
َون إِنْ ُك ْن ُت ْم ُم ْؤ ِمنِين ُ ش ْي َطانُ ُي َخ ِّو
َّ إِ َّن َما َذلِ ُك ُم ال
Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu)
dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), Karena itu janganlah
kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaku, jika kamu benar-benar orang
yang beriman. (QS. Ali Imran/3 : 175)
2. Syirik Kecil
Syirik kecil adalah menyamakan sesuatu selain Allah dengan Allah dalam bentuk
perkataan dan perbuatan. Syirik kecil tidak menjadikan pelakunya keluar dari Islam,
tetapi mengurangi kesempurnaan tauhid, termasuk dosa besar dan merupakan
wasilah (perantara) kepada syirik besar.
Syirik kecil ada tiga macam :
1. Kejahilan
Ketika sebuah masyarakat yang tidak diwarnai dan dituntun oleh ilmu keislaman
yang benar, berlandaskan al-Qur’an dan Sunnah sesuai dengan metode pemahaman
Salafus Sholih, maka terjadilah penyimpangan-penyimpangan dari jalan yang lurus,
munculnya paham-paham sesat serta merebaknya kebid’ahan dan kesyirikan yang
beraneka bentuk, seperti yang kita saksikan sekarang ini di bumi Indonesia
khususnya.
Coba kita sekilas melihat kehidupan masyarakat pada zaman jahiliyah dulu, saat ilmu
keislaman yang benar kosong di tengah-tengah masyarakat itu, saat kejahilan yang
mewarnai kehidupan mereka, maka muncullah praktek-praktek peribadatan yang
aneh, yang menyimpang dari fitrah manusia, seperti membunuh atau menguburkan
anak perempuan hidup-hidup karena malu atau aib, melakukan thowaf dengan
bertelanjang bulat dan menyembah berhala-berhala yang dibuat oleh mereka sendiri
baik dari batu, adonan yang terkadang tuhannya di santap tatkala rasa lapar
mendatangi mereka, sungguh betapa terpuruk nya kehidupan mereka tatkala ilmu
yang benar kosong dari kehidupan mereka.
Dan hal seperti inilah yang bahkan lebih parah lagi yang sedang terjadi di tengah-
tengah kaum muslimin saat ini, di mana penyembah setan begitu mewabah, kotoran
kerbau jadi rebutan, dukun-dukun cilik jadi andalan, kuburan yang dikeramatkan jadi
tempat minta pertolongan, jimat dan jampe-jampe kesyirikan jadi tempat
bergantung, dan ruwatan jadi budaya negeri, sedang Alloh swt tak dihiraukan lagi,
itulah realita masyarakat indonesia saat ini kecuali yang dirahmati Alloh Subhanahu
wa Ta’ala. Maka pantaslah kalau kita katakan bahwa kesyirikan yang terjadi sekarang
ini lebih parah dari kesyirikin zaman dahulu.
Padahal Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah mengancam orang yang berbuat syirik
dengan api neraka bahkan diharamkan bagi mereka surga, Alloh Subhanahu wa
Ta’alaberfirman:
} { ِإنَّ ُه ُ مَنْ يُشْ ِركْ ِباللَّ ِه َف َق ْد حَ َّر َم اللَّ ُه عَ لَ ْي ِه ا ْلجَ نَّ َة وَ م َْأوَ ا ُه النَّارُ وَ مَا ِللظَّا ِلمِينَ مِنْ َأنْصَ ار
“Sesungguhnya, barangsiapa yang berbuat syirik kepada Alloh, sungguh Alloh telah
mengharamkan baginya surga dan tempat kembalinya adalah neraka, dan tidak ada
bagi mereka satu penolongpun”.(al-Maidah (5): 72)
2. Mengikuti hawa nafsu
Diantara sebab terjadinya kesyirikan dan kemaksiatan adalah mengikuti hawa nafsu
yang menyuruh kepada yang buruk, kecuali yang dirahmati Alloh. Disaat seseorang
memperturutkan hawa nafsunya dan bahkan menyembahnya maka Alloh swt akan
menyesatkannya serta membiarkannya dalam kesesatan itu dan menjauhkannya dari
hidayah sebagai balasan atas apa yang mereka lakukan, Alloh Subhanahu wa
Ta’alaberfirman:
شاوَ ًة ِ ل عَ لَى بَصَ ِر ِه
َ غ ِ هوَ ا ُه وَ َأضَ لَّ ُه اللَّ ُه عَ لَى
=َ ع ْل ٍم وَ خَ تَ َم عَ لَى سَمْ ِع ِه وَ َق ْل ِب ِه وَ جَ َع َ َن اتَّخَ َذ ِإلَ َه ُه َ َ
ِ }أ َفرَ أ ْيتَ م
{ ََفمَنْ يَ ْه ِدي ِه مِنْ بَ ْع ِد اللَّ ِه َأفَاَل تَ َذ َّكرُ ون
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai
Tuhannya, dan Alloh membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Alloh telah
mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas
penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Alloh
(membiarkannya sesat). Maka mengapa kalian tidak mengambil pelajaran?.(QS.al-
Jatsiah (45): 23).
Coba saudara renungi ayat ini, ketika hawa nafsu disembah, tatkala Alloh Subhanahu
wa Ta’ala dinomorduakan maka Alloh akan menyesatkan, mengkhotam (mengunci)
telinga dan hati mereka dan menjadikan atas penglihatan mereka tutup sehingga
mereka tidak dapat lagi mengambil manfaat dari apa yang mereka dengar dan
memahami ayat-ayat Alloh Subhanahu wa Ta’ala yang mulia sebagai petunjuk
kepada jalan yang lurus, yang akhirnya akan melahirkan berbagai macam
penyimpangan yang sebab awalnya adalah mengikuti hawa nafsu yang buruk itu.
Bukankah diantara kesyirikan dan kebid’ahan yang terjadi disebabkan oleh
pengikutan kepada hawa nafsu, gengsi, takut hilang ketenaran, prestise dan hal-hal
duniawi lainnya.!?
Alangkah merugi dan hinanya orang-orang yang rela agamanya hancur demi
mempertahankan ketenaran dan kehormatan, demi mengharapkan kekayaan
duniawi yang semu nan menipu. Tidakkah mereka tahu bahwa kebahagiaan hakiki
tidak diukur dengan harta dan bukan di dunia yang fana ini tempatnya, tapi di
jannah yang dipenuhi kenikmatan tiada tara, itulah kebahagiaan yang sejati, melihat
wajah Alloh Subhanahu wa Ta’ala yang mulia.
Kemudian diantara penyebab terjadinya kesyirikan adalah:
3. Taklid buta
4. Ghuluw (berlebihan)
Sikap ghuluw atau berlebihan kepada orang sholih juga menjadi penyebab terjadinya
kesyirikan, sebagaimana hal ini telah menimpa orang-orang Yahudi yang
menganggap ‘Uzair adalah putra Alloh, dan juga kaum Nasrani yang menganggap
Isa sebagai tuhan. Sungguh dusta dan menyesatkan anggapan mereka itu.
Jawaban:
Orang yang melakukan syirik akbar itu berhak mendapatkan kemurkaan dari Allah,
dan bara’ah (kebencian) yang mutlak yang tidak ada rasa cinta dan loyalitas
terhadap mereka. Karena aqidah al wala wal bara (cinta kepada ahli iman dan
benci kepada ahli syirik) adalah tali keimanan yang paling kuat. Dan tali
penghubung yang menjadi pondasi dari bangunan masyarakat Muslim. Ia juga
merupakan konsekuensi dan syarat sah dari syahadat. Allah Ta’ala berfirman:
“Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling
berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya,
sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara
ataupun keluarga mereka” (QS. Al Mujadalah: 22).
“tidak beriman salah seorang diantara kalian, sampai aku menjadi yang paling ia
cintai daripada kedua orang tuanya dan anaknya dan seluruh manusia” (HR.
Bukhari no.15, Muslim no.44).
Baca juga:
* Dakwah Tauhid Kepada Keluarga
* 16 Alasan Mengapa Kita Mesti Berdakwah
* Berdakwah, Tapi Tidak Mendakwahkan Tauhid
Berlepas Dirilah Dari Kesyirikan yang Dilakukan Keluarga
َ ُ ِّممَّا َت ۡع َملٞيء
ون ٓ ك َفقُ ۡل إِ ِّن ي َب ِر
َ ص ۡو ¢َ ك م َِن ۡٱلم ُۡؤ ِمن
َ ِين َفإِ ۡن َع ¢َ ك لِ َم ِن ٱ َّت َب َع ۡ ٱخف
َ ِض َج َن
َ اح ¢َ ك ٱأۡل َ ۡق َر ِب
ۡ ين َو َ ِِر َعش¢ۡ أَنذ
َ ير َت
Berlepas Diri Dengan Adab dan Akhlak yang Baik Terhadap Keluarga
Namun sikap berlepas diri dari perbuatan mereka yang buruk tersebut tidak berarti
mengharuskan kita berkata dan berbuat yang buruk kepada mereka. Bahkan wajib
atas setiap Muslim untuk mendakwahkan keluarganya, orang tuanya, dan
kerabatnya kepada Allah dengan cara yang baik. Berdasarkan firman Allah Ta’ala:
ٱلذ ۡك َر ٰى
ِّ تِ ر إِن َّن َف َع¢ۡ َف َذ ِّك
“Berilah peringatan jika memang peringatan itu bermanfaat” (QS. Al A’laa: 9).
Berlepas diri dari orang tua yang musyrik bukan berarti menjauhi dan
meninggalkan mereka, bahkan tetap membersamai mereka dan memperlakukan
mereka dengan baik. Berdasarkan yang ditunjukkan dalam firman Allah Ta’ala:
Dan sikap kepada para kerabat yang musyrik pun sebagaimana sikap kita kepada
orang tua yang musyrik tersebut. Mereka tetap memiliki hak silaturahmi, hak
nafkah, dan hak untuk dipergauli dengan baik. Berdasarkan keumuman firman
Allah Ta’ala:
ِ ار ۡٱل ُج ُن ۡ ۡ ۡ ¢ ۡٱلقُ ۡر َب ٰى َو ۡٱل َي ٰ َت َم ٰى َو ۡٱل َم ٰ َسك¢ن إ ۡح ٰ َس ٗنا َوب ِذي¢ َش ٗۡ ٔي ۖا َوب ۡٱل ٰ َولِ َد ۡي¢ٱع ُب ُدو ْا ٱهَّلل َواَل ُت ۡشر ُكو ْا ب ِهۦ
ب ِ ار ذِي ٱلقُ ۡر َب ٰى َوٱل َج ِ ِين َوٱل َجِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ َ ۡ
َ
م¢ۡيل َو َما َملَ َك ۡت أ ۡي ٰ َم ُن ُك
ِ ب َو ۡٱب ِن ٱل َّس ِب ۡ
ِ ب ِبٱل َج ۢن
ِ ح
ِ صاَّ ﴾وٱلَ
Namun pergaulan yang baik terhadap mereka tidak boleh sampai level
memberikan dukungan kepada kekufuran mereka, atau kepada pelaku kekufuran
atau memberikan persetujuan atas hal itu. Terlebih lagi jika mereka memusuhi
Islam, maka hukumnya haram (memberikan dukungan). Bahkan hal itu bisa
menyebabkan kekufuran terhadap Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman:
“Barangsiapa loyal kepada mereka (Musyrikin) maka ia bagian dari mereka” (QS.
Al Maidah: 51).
Selain itu juga, hendaknya dalam berdakwah para ikhwah menggunakan metode
yang lemah lembut. Hindari sikap kaku dan kasar dalam berdakwah. Hindari sikap
keras yang membuat orang lari dari agama. Berdasarkan firman Allah Ta’ala:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik” (QS. An Nahl: 125).
Baca juga:
* Indahnya Kelembutan Dalam Dakwah
Karena metode dakwah lemah lembut inilah yang menjadi sebab terbesar
tersampaikannya dakwah dan bimbingan para du’at kepada orang-orang awam.
Dan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
“Jika ada satu orang yang mendapatkan hidayah dari Allah oleh sebab dakwahmu,
itu lebih baik dari pada engkau mendapatkan unta merah” (HR. Bukhari no. 3009,
Muslim no. 2406).
وصحبه وإخوانِه
ِ د وعلى آله¢ٍ مح َّم¢ وصلَّى هللا على نبيِّنا¢،د هلل ربِّ العالمين¢ُ أن الحم
ِ خ ُر دعوانا
ِ وآ، هللا تعالى¢والعلم عند
َّ
وسل م تسليمًا¢،إلى يوم ال ِّدين
***
Sumber: Tautan
Penerjemah: Yulian Purnama
Artikel: Muslim.or.id
Sahabat muslim, yuk berdakwah bersama kami. Untuk informasi lebih lanjut
silakan klik disini. Jazakallahu khaira
Share on Facebook
Share on Twitter
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpah kepada
Rasulullah, keluarganya, para sahabat dan seluruh pengikut mereka yang
setia. Amma ba’du, sesungguhnya sebenar-benar ucapan adalah Kitabullah.
Sebaik-baik jalan adalah jalan Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-
jelek urusan adalah bid’ah. Dan setiap bid’ah pasti sesat.
Para pembaca yang budiman, Allah ta’ala berfirman di dalam kitabnya yang mulia,
¢َ ِون َذل
ك لِ َمن َي َشا ُء َ إِنَّ هّللا َ الَ َي ْغفِ ُر أَن ُي ْش َر
¢َ ك ِب ِه َو َي ْغفِ ُر َما ُد
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik kepada-Nya dan Dia
akan mengampuni dosa lainnya yang berada di bawah tingkatannya bagi siapa
saja yang dikehendaki oleh-Nya.” (QS. An Nisaa’: 116)
Syirik adalah menyamakan antara selain Allah dengan Allah ta’ala dalam perkara
yang termasuk kategori kekhususan yang hanya dimiliki oleh Allah ta’ala saja.
Kekhususan Allah itu meliputi tiga hal utama, Pertama; hak rububiyah, seperti
mencipta, mengatur alam, menguasainya, mengabulkan do’a dan lain-lain.
Kedua; hak uluhiyah, seperti berhak untuk diibadahi, menjadi tujuan do’a,
permintaan tolong, permintaan perlindungan, tujuan dalam melaksanakan
persembahan atau sembelihan, menjadi tujuan harapan, rasa takut dan kecintaan
yang disertai dengan ketundukkan. Ketiga, hak kesempurnaan Nama-nama dan
Sifat-sifat, seperti menyandang nama Allah, Ar Rabb dan Ar Rahman, atau
memiliki sifat mengetahui yang Gaib, Maha Mendengar, Maha Melihat, Maha
Mengetahui, yang tidak ada sesuatupun yang menyamai-Nya. Jadi kesyirikan itu
bisa terjadi dalam hal rububiyah, uluhiyah maupun nama dan sifat-Nya.
Berikut ini beberapa dalil dari Al Quran maupun As Sunnah yang hendaknya kita
perhatikan dengan seksama. Dalil-dalil itu akan menggambarkan kepada kita
sebuah gambaran mengerikan dan sangat menakutkan tentang dahsyatnya
bahaya kesyirikan. Semoga Allah menyelamatkan diri kita darinya.
Pertama, Dosa syirik tidak akan diampuni oleh Allah. Allah ta’ala berfirman,
¢َ ِون َذل
ك لِ َمن َي َشا ُء َ إِنَّ هّللا َ الَ َي ْغفِ ُر أَن ُي ْش َر
¢َ ك ِب ِه َو َي ْغفِ ُر َما ُد
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik kepada-Nya, dan Dia
akan mengampuni dosa lain yang berada di bawah tingkatan syirik bagi siapa saja
yang dikehndaki oleh-Nya.” (QS. An Nisaa’: 48 dan 116)
Kedua, Allah mengharamkan surga dimasuki oleh orang yang berbuat syirik. Allah
ta’ala berfirman,
ار
ٍ صَ ِين مِنْ أَن َّ د َحرَّ َم هّللا ُ َعلَي ِه ْال َج َّن َة َو َمأْ َواهُ ال َّن ا ُر َو َما ل¢ْ إِ َّن ُه َمن ُي ْشركْ ِباهّلل ِ َف َق
¢َ ِلظالِم ِ
Ketiga, seorang musyrik akan kekal berada di dalam siksa neraka. Allah ta’ala
berfirman,
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir dari kalangan ahli kitab dan orang-orang
musyrik berada di dalam neraka Jahannam dan kekal di dalamnya, mereka itulah
sejelek-jelek ciptaan.” (QS. Al Bayyinah: 6)
“Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada para Nabi sebelum
engkau, ‘Jika kamu berbuat syirik maka pastilah seluruh amalmu akan lenyap
terhapus dan kamu benar-benar akan termasuk orang-orang yang merugi.” (QS.
Az Zumar: 65)
Kelima, syirik adalah kezhaliman yang paling zalim. Allah ta’ala berfirman,
ُ َك ل
ظ ْل ٌم َعظِ ي ٌم ُ ه َوه َُو َيع¢ِ َِوإِ ْذ َقا َل ل ُ ْق َمانُ اِل ْبن
ِّ ه َيا ُب َنيَّ اَل ُت ْش ِركْ بِاهَّلل ِ إِنَّ ال¢ُ ِظ
َ ْشر
“Sesungguhnya syirik itu adalah kezhaliman yang sangat besar.” (QS. Luqman: 13)
Ketujuh, orang yang berbuat syirik sehingga murtad maka menurut ketetapan
syariat Islam dia berhak dihukum bunuh. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda yang artinya, “Tidak halal menumpahkan darah seorang muslim
kecuali dengan satu di antara tiga penyebab: seorang yang sudah menikah tapi
berzina, seorang muslim yang membunuh saudaranya (seagama) atau orang yang
meninggalkan agamanya sengaja memisahkan diri dari jama’ah (murtad dari
Islam).” (HR. Bukhari dan Muslim). Beliau juga bersabda, “Barang siapa yang
mengganti agamanya maka bunuhlah dia.” (HR. Ahmad dan Bukhari)
Kedelapan, amal yang tercampur dengan syirik akan sia-sia dan sirna
sebagaimana debu-debu yang beterbangan disapu oleh angin. Allah ta’ala
berfirman,
“Dan Kami akan hadapi semua amal yang pernah mereka amalkan (sewaktu di
dunia) kemudian Kami jadikan amal-amal itu sia-sia seperti debu-debu yang
beterbangan.” (QS. Al Furqan: 23)
Kesembilan, orang yang berbuat syirik dalam beramal maka dia akan ditelantarkan
oleh Allah. Allah ta’ala berfirman dalam sebuah hadits qudsi yang artinya, “Aku
adalah Zat yang Maha Kaya dan paling tidak membutuhkan sekutu, oleh sebab itu
barang siapa yang beramal dengan suatu amalan yang dia mempersekutukan
sesuatu dengan-Ku di dalam amalnya itu maka pasti Aku akan telantarkan dia
bersama kesyirikannya itu.” (HR. Muslim)
Kesepuluh, bahaya syirik lebih dikhawatirkan oleh Nabi daripada bahaya Dajjal.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Maukah kalian aku
beritahukan tentang sesuatu yang paling aku khawatirkan mengancam kalian
dalam pandanganku dan lebih menakutkan daripada Al Masih Ad Dajjal?” Maka
para sahabat menjawab, “Mau (ya Rasulullah).” Beliau pun bersabda, “Yaitu syirik
yang samar. Apabila seseorang mendirikan shalat sambil membagus-baguskan
shalatnya karena dia melihat ada orang lain yang memperhatikan shalatnya.” (HR.
Ahmad)
Kesebelas, syirik kecil adalah dosa yang sangat dikhawatirkan terjadi pada
generasi terbaik yaitu para sahabat radhiallahu ‘anhum. Beliau shallallahu ‘alaihi
wa sallam pernah bersabda yang artinya, “Sesuatu yang paling aku khawatirkan
menimpa kalian adalah syirik kecil.” Maka beliau pun ditanya tentangnya.
Sehingga beliau menjawab, “Yaitu riya’/ingin dilihat dan dipuji orang.” (HR. Ahmad,
dishahihkan Al Albani dalam Ash Shahihah no. 951 dan Shahihul Jami’ no. 1551)
Kedua belas, Syirik adalah bahaya yang sangat dikhawatirkan oleh bapak para
Nabi yaitu Ibrahim ‘alaihis salam akan menimpa pada dirinya dan pada anak
keturunannya. Allah ta’ala mengisahkan doa yang dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim di
dalam ayat-Nya,
د األَصْ َنا َم¢َ د آمِنا ً َواجْ ُن ْبنِي َو َبنِيَّ أَن َّنعْ ُب¢َ ََربِّ اجْ َع ْل َهـ َذا ْال َبل
“Dan jauhkanlah aku dan anak keturunanku dari penyembahan kepada arca-
arca.” (QS. Ibrahim: 35)
Ketiga belas, orang yang mati dalam keadaan masih musyrik maka pasti masuk
neraka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Barang
siapa yang menjumpai Allah (mati) dalam keadaan mempersekutukan sesuatu
dengan-Nya maka pasti masuk neraka.” (HR. Muslim)
Keempat belas, orang yang berbuat syirik maka amalnya tidak akan diterima. Allah
ta’ala berfirman,
Kelima belas, seorang mujahid, da’i atau ahli baca Quran serta dermawan yang
terjangkiti kesyirikan maka akan diadili pertama kali pada hari kiamat dan
kemudian dibongkar kedustaannya lalu dilemparkan ke dalam neraka dalam
keadaan wajahnya tertelungkup dan diseret oleh Malaikat.
Keenam belas, orang yang berbuat syirik akan merasa kecanduan dengan
sesembahannya dan ditelantarkan oleh Allah. Abdullah bin ‘Ukaim meriwayatkan
secara marfu’ (sampai kepada Nabi) bahwasanya beliau bersabda, “Barang siapa
yang menggantungkan sesuatu (jimat dan semacamnya, red) maka dia akan
dibuat bersandar dan tergantung kepadanya.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi, dinilai
hasan Al Arna’uth dalam Takhrij Jami’ul Ushul 7/575)
Ketujuh belas, orang yang menyembah selain Allah adalah orang paling sesat
sejagad raya. Allah ta’ala berfirman,
حُشِ َر ال َّن اسُ َكا ُنوا لَ ُه ْم¢م َغافِ ُل َوإِ َذا¢ْ ة َو ُه ْم َعن ُد َعائ ِِه¢ِ وم ْالقِ َيا َم ِ اَّل َيسْ َت¢ون هَّللا ِ َمن
ِ جيبُ لَ ُه إِلَى َي َ ََو َمنْ أ
ِ ُد¢ ِمن¢ َي ْد ُعو¢ض ُّل ِم َّمن
ينَ م َكاف ِِر¢ْ أَعْ َداء َو َكا ُنوا بِ ِع َبا َدت ِِه
“Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyeru kepada
sesembahan-sesembahan selain Allah, sesuatu yang jelas-jelas tidak dapat
mengabulkan doa hingga hari kiamat, dan sesembahan itu juga lalai dari doa yang
mereka panjatkan. Dan apabila umat manusia nanti dikumupulkan (pada hari
kiamat) maka sesembahan-sesembahan itu justru akan menjadi musuh serta
mengingkari peribadatan yang dilakukan oleh para pemujanya.” (QS. Al Ahqaf: 5-6)
Kedelapan belas, orang yang berbuat syirik adalah sosok-sosok manusia yang
sangat dungu lagi tidak mau mengambil pelajaran. Allah ta’ala berfirman,
َ ْه اأْل َر¢ِ َّن َّز َل م َِن ال َّس َما ِء َما ًء َفأَحْ َيا ِب¢َولَئِن َسأ َ ْل َتهُم َّمن
َ ُ د هَّلِل ِ َب ْل أَ ْك َث ُر ُه ْم اَل َيعْ قِل¢ُ د َم ْوتِ َها لَ َيقُولُنَّ هَّللا ُ قُ ِل ْال َح ْم¢ِ ْض مِن َبع
ون
“Apakah mereka itu mau mempersekutukan (dengan Allah) sesuatu yang tidak
bisa menciptakan apa-apa dan mereka sendiri pun sebenarnya diciptakan, mereka
juga tidak sanggup memberikan sedikitpun pertolongan dan tidak bisa pula
menolong diri mereka sendiri.” (QS. Al A’raaf: 191-192)
Kedua puluh, amalan orang yang berbuat syirik atau mengangkat thaghut (sesuatu
yang disembah, ditaati atau diikuti sehingga menjadi sosok tandingan bagi Allah)
akan berubah menjadi penyesalan abadi di akhirat kelak. Allah ta’ala berfirman,
“(Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang
mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan ketika segala hubungan antara
mereka terputus sama sekali. Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti;
“Seandainya kami dapat kembali ke dunia, pasti kami akan berlepas diri dari
mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami.” Demikianlah Allah
memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka;
dan sekali-kali mereka tidak akan keluardari api neraka.” (QS. Al Baqarah: 166-
167)
Kedua puluh satu, orang yang berbuat syirik sehingga mencintai sesembahan atau
pujaannya sebagai sekutu dalam hal cinta ibadah maka dia tidak akan bisa
merasakan manisnya iman. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang
artinya, “Ada tiga ciri, barang siapa yang memilikinya maka dia akan bisa
merasakan manisnya iman: (1) Apabila Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai olehnya
daripada segala sesuatu selain keduanya. (2) Apabila dia bisa mencintai
seseorang hanya karena Allah saja. (3) Apabila dia merasa begitu benci untuk
kembali dalam kekafiran setelah Allah selamatkan dirinya darinya sebagaimana
orang yang tidak mau dilemparkan ke dalam kobaran api.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
Kedua puluh dua, orang yang berbuat syirik maka tidak akan diberikan kecukupan
oleh Allah. Allah ta’ala berfirman,
ًد َج َع َل هَّللا ُ لِ ُك ِّل َشيْ ٍء َق ْدرا¢ْ َفه َُو َحسْ ُب ُه إِنَّ هَّللا َ َبالِ ُغ أَ ْم ِر ِه َق¢ِ َو َمن َي َت َو َّك ْل َعلَى هَّللا
“Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah (bertauhid dan tidak
menyandarkan hatinya kepada selain Allah) maka Allah akan mencukupinya.
Sesungguhnya Allah akan menyelesaikan urusannya, dan Allah telah menentukan
takdir dan ketentuan waktu bagi segala sesuatu.” (QS. Ath Thalaq: 3)
Kedua puluh tiga, celakalah budak harta benda dan pemuja mode busana.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Binasalah hamba
dinar, hamba dirham, hamba Khamishah, hamba Khamilah. Jika dia diberi maka
dia senang tapi kalau tidak diberi maka dia murka. Binasalah dan rugilah
dia…” (HR. Bukhari)
Khamishah adalah kain dari bahan sutera atau wol yang bercorak, sedangkan
Khamilah adalah kain beludru (lihat Al Jadid, hal. 330 dan Fathul Majid, hal. 365).
Kedua puluh empat, orang yang berbuat syirik pasti akan tertimpa bencana atau
siksa yang sangat pedih dan menyakitkan. Allah ta’ala berfirman,
م َع َذابٌ أَلِي ٌم¢ْ ة أَ ْو يُصِ ي َب ُه¢ٌ ون َعنْ أَ ْم ِر ِه أَن ُتصِ ي َب ُه ْم فِ ْت َن ¢َ َف ْل َيحْ َذ ِر الَّذ
َ ُِين ي َُخالِف
“Maka hendaklah merasa takut orang-orang yang menyelisihi urusan Rasul kalau-
kalau mereka itu akan tertimpa fitnah (bala/bencana) atau siksa yang sangat
pedih.” (QS. An Nuur: 63)
MENGHINDARI SYIRIK
MENGHINDARI SYIRIK
0 Karya Ilmiah 7/05/2013
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Ada tiga sebab fundamental munculnya perilaku syirik, yaitu al-
jahlu (kebodohan), dhai’ful iiman(lemahnya iman), dan taqliid (ikut-ikutan secara
membabi-buta).
Al-jahlu sebab pertama perbuatan syirik. Karenanya masyarakat sebelum
datangnya Islam disebut dengan masyarakat jahiliyah. Sebab, mereka tidak tahu
mana yang benar dan mana yang salah. Dalam kondisi yang penuh dengan
kebodohan itu, orang-orang cendrung berbuat syirik. Karenanya semakin jahiliyah
suatu kaum, bisa dipastikan kecenderungan berbuat syirik semakin kuat. Dan
biasanya di tengah masyarakat jahiliyah para dukun selalu menjadi rujukan utama.
Mengapa? Sebab mereka bodoh, dan dengan kobodohannya mereka tidak tahu
bagaimana seharusnya mengatasi berbagai persoalan yang mereka hadapi. Ujung-
ujungnya para dukun sebagai narasumber yang sangat mereka agungkan.
Penyebab kedua perbuatan syirik adalah dhai’ful iimaan (lemahnya iman).
Seorang yang imannya lemah cenderung berbuat maksiat. Sebab, rasa takut
kepada Allah tidak kuat. Lemahnya rasa takut kepada Allah ini akan dimanfaatkan
oleh hawa nafsu untuk menguasai diri seseorang. Ketika seseorang dibimbing oleh
hawa nafsunya, maka tidak mustahil ia akan jatuh ke dalam perbuatan-perbuatan
syirik seperti memohon kepada pohonan besar karena ingin segera kaya, datang ke
kuburan para wali untuk minta pertolongan agar ia dipilih jadi presiden, atau selalu
merujuk kepada para dukun untuk suapaya penampilannya tetap memikat hati orang
banyak.
Taqliid sebab yang ketiga. Al-Qur’an selalu menggambarkan bahwa orang-
orang yang menyekutukan Allah selalu memberi alasan mereka melakukan itu
karena mengikuti jejak nenek moyang mereka. Allah berfirman,“Dan apabila mereka
melakukan perbuatan keji, mereka berkata, ‘Kami mendapati nenek moyang kami
mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh kami mengerjakannya.’
Katakanlah, ‘Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang
keji.’ Mengapa kamu mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu
ketahui?” (QS. Al-A’raf: 28).
B. Rumusan Masalah
1. Apa penyebab terjadinya syirik?
2. Apa akibat dari perbuatan syirik?
3. Bagaimana cara menghindari perbuatan syirik?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya syirik.
2. Untuk mengetahui akibat dari perbuaan syirik.
3. Untuk mengetahui cara menghindari perbuatan syirik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Syirik
Syirik dari segi bahasa artinya mempersekutukan, secara istilah adalah
perbuatan yang mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang lain.[1] Orang yang
melakukan syirik disebut musyrik. Seorang musyrik melakukan suatu perbuatan
terhadap makhluk (manusia maupun benda) yang seharusnya perbuatan itu hanya
ditujukan kepada Allah seperti menuhankan sesuatu selain Allah dengan
menyembahnya, meminta pertolongan kepadanya, menaatinya, atau melakukan
perbuatan lain yang tidak boleh dilakukan kecuali hanya kepada Allah SWT.
Perbuatan syirik termasuk dosa besar. Allah mengampuni semua dosa yang
dilakukan hambanya, kecuali dosa besar seperti syirik. Firman Allah SWT:
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-
Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat
dosa yang besar. (QS. An-Nisaa’: 48)
B. Macam- macam syirik
Syirik akbar ialah dosa besar yang tidak akan mendapatkan ampunan Allah.
Pelakunya tidak akan masuk surga untuk selamanya.
Syirik asgar ialah termasuk dosa besar yang dikhawatirkan pelakunya akan
meninggal dalam keadaan kufur, jika Allah tidak mengampuninya dan selama dia tidak
bertaubat kepadaNya sebelum meninggal.
1. Syirik Akbar (Besar)
Syirik akbar ada dua macam, yaitu Dzahirun Jali (tampak nyata) danBatinun
Khafi (tersembunyi).
a. Menyembah kepada selain Allah
Di antara syirik akbar yang jali ialah beribadah kepada sesembahan lain di samping
menyembah Allah.
b. Meminta Pertolongan Kepada Orang Mati
Di antara syirik Akbar khafi ialah bedoa kepada orang mati dan kuburan orang-orang besar.
Sebab yang mengakibatkan tersembunyinya syirik tersebut :
Karena mereka tidak mengindetikkan doa mohon lindungan kepada kuburan tersebut
sebagai ibadah. Padahal doa itulah adalah ruh ibadah
Mereka berkeyakinan bahwa orang mati yang ditempati untuk berdoa itu bukanlah tuhan,
karena mayit itu sama dengan mereka. Tetapi orang mati itu hanya sebagai perantara yang
menghubungkan mereka dengan Allah. Keyakinan seperti itu timbul akibat kurangnya
pemahaman tentang Allah. Keyakinan seperti itulah yang menjerumuskan kaum musyrikin
pada masa lalu, ketika mereka melukiskan tentang tuhan-tuhan dan berhala-berhala mereka
“Kami tidak menyembah mereka, melainkan agar mereka mendekatkan kami kepada Allah
sedekat-dekatnya.” (QS. Az-Zumar39:3)
“Mereka menyembah selain Allah apa yang tidak dapat mendatangkan bencana kepada
mereka dan juga tidak memberikan manfaat dan mereka berkata : Mereka itu adalah pemberi
syafaat kepada kami di sisi Allah.” (QS. Yunus 10:18)
Allah SWT tidak membutuhkan perantara karena Dia dekat dengan manusia.
“Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah(, bahwa
Aku dekat (dengan mereka).” (QS. Al-Baqarah 2:186)
c. Mengangkat Pembuat Undang-undang Selain Allah
Di antara perbuatan syirik besar yang tampak dan tidak tampak pada kebanyakan manusia
ialah menjadikan selain Allah sebagai pembuat Undang-undang atau mencari hukum selain
hukum Allah. Mereka memberi wewenang kepada beberapa orang guna membuat undang-
undang yang absolut bagi mereka atau bagi orang lain. Dengan wewenang itu mereka
membuat hukum halal dan haram sesuai dengan kemauan sendiri. Membuat sistem, aturan,
metode kehidupan dan idealisme yang berlawanan dengan syari’at Allah. Kemudian orang
lain mengikutinya seolah-olah hukum itu berasal dari langit yang harus dipatuhi dan tidak
boleh dilanggar sedikit pun. Padahal yang berhak membuat undang-undang bagi ciptaanNya
hanyalah Allah sendiri.
Alam adalah kerajaan Allah. Jika ada di antara hamba menganggap ada seseorang yang
mempunyai hak memerintah dan melarang serta membuat undang-undang tanpa seizing
pemilik dan penguasa kerajaan, berarti dia telah menjadikan sekutu bagiNya.
Sebab itu Al-Qur’an memvonis Ahli Kitab sebagai musyrik [Mereka (pastur dan pendeta) itu
telah mengharamkan sesuatu yang halal dan menghalalkan sesuatu yang haram, kemudian
mereka mengikutinya. Yang demikian itulah bentuk penyembahan kepada mereka]
“Mereka menjadikan orang-orang alim dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah,
dan (mereka juga) mempertuhankan al-Masih putra Maryam, padahal mereka disuruh
menyembah Tuhan yang Maha Esa. Tidak ada tuhan selain Dia. Maha Suci Allah dari apa
yang mereka sekutukan.” (QS. At-Taubah 9:31)
“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyari’atkan untuk
mereka agama yang tidak diizinkan Allah?” (QS. As-Syura 42:21)
2. Syirik Asgar (Kecil)
a. Bersumpah Dengan Selain Allah
Seperti bersumpah dengan nama nabi, dengan seorang wali, dengan seorang pembesar,
dengan tanah air, dengan nenek moyang, atau dengan makhluk Allah lainnya. Bersumpah
adalah pengangungan sesuatu yang digunakan untuk bersumpah. Padahal yang harus
diagungkan dan disucikan itu hanya Allah.
“Siapa yang bersumpah, hendaklah bersumpah dengan nama Allah atau diam.” (HR. Muslim)
“Dan siapa yang bersumpah dengan selain nama Allah, maka dia telah kufur atau syirik.”
(HR. Tirmidzi dan dihasankannya)
b. Meyakini suatu benda memiliki kekuatan gaib
Tauhid tidak bertentangan dengan sebab ciptaan Allah dalam alam ini. Seperti obat untuk
penyembuhan, senjata untuk menjaga diri, dll. Tetapi bila menempuh cara lain yang dapat
mengakibatkan pengaruh tersembunyi yang tidak disyari’atkan oleh Allah untuk
menghilangkan penderitaan atau menjaga diri dari bahaya, maka perbuatan tersebut sudah
bertentangan dengan tauhid.
“Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, kecuali dalam keadaan
menyekutukan Allah.”(QS. Yunus 10:106)
c. Menggantung Azimat
Azimat yaitu benda yang dianggap memiliki kekuatan gaib yang dapat menyembuhkan atau
menghindarkan pemakainya dari bahaya. Perbuatan seperti ini termasuk syirik karena
mengandung unsure meminta terhindar dari bahaya kepada selain Allah.
“Jika Allah menimpakan suatu bahaya kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya
melainkan Dia sendiri. Jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa
atas segala sesuatu.” (QS. Al-An’am 6:17)
Ada pula azimat seperti tulisan atau gambar. Menghilangkan perbuatan ini merupakan
kewajiban bagi setiap orang yang mampu.
Bila azimat itu ditulis dari ayat-ayat Al-Qur’an atau mengandung Asmaul Husna, apakah
termasuk dilarang? Para ulama salaf berbeda pendapat. Tetapi pendapat yang kita terima
ialah melarang pemakaian seluruh bentuk azimat, meskipun dibuat dari ayat-ayat Al-
Qur’an. Dalilnya sbb :
1. Karena keumuman lafaz hadis yang melarang penggunaan azimat, dan tidak disebutkan
pengecualiannya
2. Sebagai saddud zariah (tindakan prefentif). Karena memberi keringanan bagi penggunaan
azimat yang dibuat dari ayat-ayat Al-Qur’an itu, berarti membuka pintu penggunaan azimat
lain. Bila pintu kejahatan telah terbuka, maka sulit bagi kita untuk menutupnya
3. Karena bisa menjurus kepada penghinaan Al-Qur’an. Sebab kadangkala pemakainya
memasuki tempat-tempat bernajis seperti ketika membuang hajat.
4. Menganggap rendah ayat-ayat Al-Qur’an dan bertentangan dengan apa yang termuat
didalamnya. Sebab, Allah menurunkan Al-Qur’an untuk menjadi petunjuk bagi manusia,
serta menyelamatkan mereka dari kegelapan kepada cahaya. Bukan untuk dijadikan azimat
d. Mantera
Mantera ialah mengucakan kata-kata tertentu agar dapat menolak kejahatan dan mendapatkan
kekuatan gaib dengan bantuan jin. Mantera yang diharamkan ialah lafaz yang mengandung
ucapan meminta pertolongan selain kepada Allah, atau ucapan yang kadangkala mengandung
makna kekufuran dan kemusyrikan. Adapun selain itu, tidak ada halangan membaca mantera.
Ulama telah membolehkan bermantera bila terdapat tiga persyaratan sebagai berikut : dengan
kalamullah (ayat-ayat Al-Qur’an) atau dengan nama-nama Allah atau sifat-sifatNya, dengan
bahasa Arab atau lainnya yang dapat dipahami maksudnya, berkeyakinan bahwa mantera itu
sendiri tidak berpengaruh, tetapi semuanya itu ditentukan oleh Allah SWT.
e. Sihir
Sihir ialah semacam cara penipuan dan pengelabuan yang dilakukan dengan cara memantera,
menjampi dll. Perbuatan ini termasuk syirik karena ia mengandung makna meminta tolong
kepada selain Allah, yakni meminta bantuan jin. Al-Qur’an mengajari kita untuk berlindung
diri kepada Allah dari bahaya sihir dan tukang sihir
“Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul.” (QS.
Al Falaq 113:4)
Perbuatan sihir adalah haram. Orang yang mempercayai sihir dan datang ke tukang sihir
untuk melakukan penyihiran adalah orang-orang yang ikut berdosa bersama tukang sihirnya.
f. Ramalan
Salah satu bentuk sihir adalah ramalan. Yaitu anggapan mengetahui dan melihat rahasia-
rahasia masa depan berupa kejadian umum atau khusus atau pun nasib seseorang, melalui
perbintangan dsb.
“Siapa yang mempelajari salah satu cabang dari perbintangan, maka dia telah mempelajari
sihir.” (HR. Abu Daud dengan sanad sahih)
g. Guna-guna
“Sesungguhnya mantera, azimat dan guna-guna itu adalah perbuatan syirik.” (HR. Ibnu
Hibban)
h. Dukun dan Tenung
Dukun ialah orang yang menganggap dirinya dapat memberitahukan tentang hal-hal gaib
pada masa datang, atau apa yang tersirat dalam naluri manusia. Tukang tenung ialah nama
lain dari peramal dan dukun. Semua yang gaib itu hanyalah Allah yang mengetahuinya.
“Katakanlah: Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara gaib
kecuali Allah.” (QS. An Naml 27:65)
“(Dia adalah Tuhan) yang mengetahui yang gaib maka Dia tidak memperlihatkan kepada
seorang pun tentang yang gaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya.” (QS. Al-Jin
72:26-27)
“Katakanlah: Aku tidak kuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak
kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang gaib,
tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa
kemudharatan. Aku hanyalah pemberi peringatan dan pembawa berita gembira bagi orang-
orang beriman.” (QS. Al A’raf 7:188)
Bangsa jin tempat mereka meminta bantuan dengan perbuatan sihir dan tenung itu tidak
mempunyai kemampuan untuk mengetahui yang gaib.
“Maka ketika ia tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang
gaib, tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan” (QS. Saba’ 34:!4)
i. Bernazar (berjanji) Kepada Selain Allah
Nazar adalah ibadah dan taqarrub (pendekatan diri) kepada Allah, dan beribadah itu hanya
kepada Allah.
“Apa saja yang kamu nafkahkan atau apa saja yang kamu nazarkan, maka sesungguhnya
Allah mengetahuinya. Tidak ada seorang penolong pun bagi orang-orang yang berbuat
zalim.” (QS. Al-Baqarah 2:270)
Ada orang yang jika sakit atau kehilangan sesuatu bernazar kepada kuburan orang-orang
alim. Hal ini adalah haram, karena :
1. Nazar tersebut ditujukan kepada makhluk. Bernazar untuk makhluk hukumnya haram.
Sebab nazar adalah ibadah yang tidak boleh ditujukan kepada makhluk
2. Tempat menyampaikan nazarnya adalah mayat yang tidak memiliki kemampuan apa pun.
3. Dia menganggap bahwa orang mati itu dapat memberi keputusan terhadap suatu persoalan
di samping Allah. Sedangkan yang mempercayainya berarti berbuat kekufuran.
Demikian pula perbuatan yang dilakukan oleh sebagian orang yang membawa uang, lilin dan
munyak atau barang-barang lain untuk dijadikan sesajian di tempat para wali adalah juga
termasuk perbuatan yang diharamkan.
j. Sembelihan Selain untuk Allah
Telah menjadi kebiadaan orang-orang musyrikin melakukan penyembelihan qurban sebagai
sarana pendekatan diri kepada tuhan-tuhan dan berhala-berhala mereka. Semua ini
diharamkan.
“Ali ra. berkata: “Rasulullah saw. bersabda kepadaku dengan empat kalimat: Allah melaknat
orang yang menyembelih untuk selain Allah, Allah melaknat orang yang melaknat kedua
orang tuanya, Allah melaknat orang yang melindungi penjahat dan Allah melaknat orang
yang merubah batas-batas tanah miliknya.” (HR. Muslim)
Untuk memelihara tauhid dan menjauhkan perbuatan syirik, Islam melarang menyembelih
korban kepada Allah di tempat-tempat pelaksanaan sembelihan kepada selain Allah.
k. Tathayyur (Berperasaan sial)
Ialah berfirasat buruk, berperasaan sial yang menimbulkan rasa pesimis karena pengaruh
berbagai suara tertentu yang didengar atau suatu kejadian yang dilihat atau pun lainnya.
Hal ini termasuk syirik karena dia tidak sepenuhnya bertawakkal kepada Allah, serta
menjadikan firasat buruk (perasaan sial) itu lebih berpengaruh daripada tawakkalnya kepada
Allah SWT.
“Siapa yang membatalkan hajatnya karena tathayyur, maka sungguh dia telah berbuat
syirik. Para sahabat bertanya kepada Rasulullah: Apakah kaffarah (tebusan denda) dari
perbuatan tersebut? Dijawab oleh beliau: “Agar engkau mengucapkan: “Ya Allah tidak ada
sesuatu kebaikan kecuali kebaikanMu dan tidak ada tathayyur (perasaan sial) kecuali
tathayyur yang datang dariMu, dan tidak ada Tuhan melainkan Engkau.” (HR. Imam Ahmad)
C. Hal- hal yang dapat menuju kemusyrikan
Islam telah menentukan berbagai cara penyelamatan agar tidak terjerumus ke dalam
perbuatan syirik. Lubang-lubang yang dapat menghembuskan angin kemusrikan antara lain :
a. Berlebihan Dalam Mengagungkan Nabi
Nabi Muhammad saw melarang umat Islam berlebihan mengagungkan dan memuji-munji
dirinya. Bila Rasulullah saw melihat / mendengar sesuatu yang dapat menjurus kepada sikap
yang melebih-lebihkan pribadinya, maka beliau mencegah melakukannya. Kemudian beliau
mengajarkan yang benar.
“Janganlah engkau menyanjung-nyanjung aku sebagaimana umat Nashara menyanjung Isa
bin Maryam. Sesungguhnya aku adalah seorang hamba, maka katakanlah hamba Allah dan
rasulNya.” (Muttafaq alaih)
b. Berlebihan Menyanjung Orang Shaleh
Umat Kristen berlebihan dalam mengagungkan Isa Almasih. Mereka juga berlebihan dalam
mengagungkan pendera dan rahib, sehingga menjadikan mereka sebagai tuhan-tuhan
disamping Allah.
c. Memuja Kuburan
Islam melarang beberapa perbuatan yang dapat mengarah kepada pemujaan kuburan :
menjadikan kuburan sebagai masjid, shalat menghadap kuburan, menyalakan lampu dan lilin
di atas kuburan, membangun dan mengapur kuburan, menulis di atas kuburan, meninggikan
kuburan, upacara dan peringatan di Kuburan
“Ketahuilah orang-orang sebelum kamu telah menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai
tempat ibadah. Ingat, kamu jangan menjadikan kuburan itu sebagai tempat ibadah, karena
sesungguhnya aku melarang kalian melakukan hal yang seperti itu.” (HR. Muslim)
“Janganlah engkau duduk di atas kuburan dan janganlah engkau shalat menghadap kuburan.”
(HR. Muslim)
“Jabir berkata: Rasulullah saw. melarang mengapur kuburan, duduk di atasnya dan
membangun bangunan di atasnya.” (HR. Muslim)
“Nabi saw. mengutus (Ali) dan memerintahkannya agar tidak membiarkan kuburan
meninggi, kecuali dari tanah kuburan itu sendiri.” (HR. Muslim)
d. Meminta Berkah Kepada Pepohonan dan Bebatuan
Berhala-berhala besar bangsa Arab pada mulanya berbentuk patung besar seperti Lata atau
pohon seperti Uzza atau batu seperti Manat.
e. Ucapan yang Dapat Menimbulkan Kemusyrikan
Sebagai contoh :
Orang berkata: “Apa yang dikehendaki Allah dan dikehendaki si A”
Kalimat yang berbunyi: “Kalau bukan karena Allah dan si A, atau aku bergantung kepada
Allah dan kepadamu, atau pun ungkapan yang serupa dengan kalimat di atas.
Memberi nama dengan nama-nama Allah atau nama yang seharusnya hanya untuk Allah
Pemberian nama manusia dengan Abdun (hamba) selain Allah
Mencaci waktu (zaman) ketika seseorang mendapat kesulitan atau musibah. Menghina
waktu (masa) adalah termasuk suatu keluhan terhadap Allah SWT.
D. Dampak syirik
a. Penghinaan Manusia
Syirik merupakan penghinaan terhadap kemuliaan manusia dan penurunan martabat serta
kedudukannya. Allah memuliakan manusia dan mengajarkannya semua nama dan sebagian
ilmu. Dia menciptakan bagi manusia segala yang ada di langit dan di bumi dan
menjadikannya sebagai khalifah di muka bumi ini. Tetapi manusia tidak dapat menghayati
martabatnya, sehingga menjadikan sebagian dari alam ini sebagai tuhannya. Dia tunduk
merendahkan dirinya, padahal sebenarnya dia adalah tuan dari seluruh makhluk.
b. Sarang Tahayyul
Orang yang berkeyakinan terhadap adanya pengaruh lain di alam ini selain Allah – baik
berupa binatang, jin dan lain sebagainya – akal pikirannya telah siap menerima setiap yang
berbau tahayul.
c. Kezaliman Yang Besar
Zalim terhadap kebenaran, karena kebenaran yang paling agung adalah kalimatla ilaha
illallah. Zalim terhadap diri sendiri, karena orang musyrik menjadikan dirinya sebagai budak
dan hamba bagi makhluk lain, padahal ia dicipta oleh Allah sebagai makhluk yang merdeka.
Dan (ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya, “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (QS. Luqman 31:13)
d. Sumber Ketakutan
Orang yang mempercayai khurafat, tahayul serta kebatilan akan menjadi seorang penakut.
Semuanya menimbulkan rasa pesimis, kebosanan, keguncangan jiwa, serta ketakutan yang
tidak dimengerti asal usul dan sebabnya.
“Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir perasaan takut, disebabkan mereka
menyekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan
tentang itu.” (QS. Ali Imran 3:151)
e. Penghambat Jiwa Optimis
Syirik mengajari penganutnya untuk berserah diri dan bertawakkal kepada perantara dan
pemberi syafaat mereka, sehingga terjerumus ke dalam berbagai dosa besar dan
menggantungkan diri kepada tuhan-tuhan batil dan palsu untuk mendapatkan pengampunan
dosa di sisi Allah.
E. Dampak Syirik di Akhirat
1. Adamul gufran (tidak mendapat ampunan)
“Sesungguhnya Allah tidak akan Mengampuni dosa syirik,dan Dia mengampuni segala dosa
yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa memperseku-
tukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An-Nisa’ 4:48)
“Sesungguhnya Allah tidak Mengampuni dosa memperseku-tukan (sesuatu) dengan Dia, dan
Dia Mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang Dikehendaki-Nya.
Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah
tersesat sejauh-jauhnya.” (QS. An Nisa’ 4:116)
2. Itsmun ‘azhim (dosa besar) (4:48)
3. irmanul Jannah (larangan masuk syurga)
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya Allah ialah al-Masih
putra Maryam”, padahal al-Masih (sendiri) berkata, “Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhan-
ku dan Tuhan-mu.” Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah,
maka pasti Allah Mengharamkan kepadanya Surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada
bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun.” (QS. Al-Ma-idah 5:72).
4. Dukhulunnar (masuk ke dalam neraka) (5:72)
5. Ihbathul ‘amal (penghapusan ‘amal/pahala)
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu,
“Jika kamu memperse-kutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu
termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Az Zumar 39:65)
‘… Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang
telah mereka kerjakan.” (QS. Al-An’am 6:88)
F. Cara menghindari perbuatan syirik
Ada beberapa cara agar kita bisa terhindar dari kesyirikan, di antaranya adalah:
1. Dengan mengikhlaskan segala ibadah dan amal shalih kita hanya untuk mencari ridha
Allah ta'ala semata.
Di dalam hadits Umar ibnul Khaththab radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah صلى هللا عليه
وسلم bersabda:
2. Mempelajari ilmu tauhid yang murni dan benar sesuai dengan apa yang diajarkan oleh
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Hadits di atas dengan jelas menunjukkan bahwa kunci untuk mendapatkan kebaikan agama
adalah dengan mempelajari ilmu agama, dan kebaikan yang paling pokok adalah tauhid.
3. Mempelajari lawan dari tauhid itu, yaitu syirik, baik itu definisinya, jenis-jenisnya, dan
contoh-contohnya. Karena untuk memmahami sesuatu itu terkadang kita juga harus mengenal
lawannya. Lawan dari tauhid adalah syirik dan lawan dari sunnah adalah bid'ah.
ومن ال يعرف الشر من الناس يقع فيه... عرفت الشر ال للشر لكن لتوقيه
“Aku mempelajari kejelekan bukanlah untuk melakukan kejelekan itu, akan tetapi untuk
menghindarinya. Barangsiapa yang tidak mempelajari kejelekan (yang dilakukan) manusia,
maka dia akan terjatuh ke dalamnya.”
4. Memperbanyak doa kepada Allah agar diberikan keistiqomahan (keteguhan) di atas tauhid
dan sunnah dan agar dijauhkan dari segala bentuk kesyirikan dan kebid'ahan baik yang kita
ketahui ataupun tidak, baik yang kita sadari ataupun tidak.
Salah satu doa yang disebutkan oleh Allah ta’ala di dalam Al Qur`an adalah:
َُربَّنَا اَل تُ ِز ْغ قُلُوبَنَا بَ ْع َد ِإ ْذ هَ َد ْيتَنَا َوهَبْ لَنَا ِم ْن لَ ُد ْنكَ َرحْ َمةً إِنَّكَ أَ ْنتَ ْال َوهَّاب
“(Mereka berdoa): “Wahai Rabb kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada
kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami
rahmat dari sisi Engkau. Sesungguhnya Engkau-lah Al Wahhab (Maha Pemberi).” [QS Alu
Imran: 8]
5. Bergaul dengan orang-orang yang lurus dan teguh agamanya (ahlussunnah) dan
menghindari pergaulan dengan orang-orang yang melakukan kesyirikan agar tidak
terpengaruh dengan perbuatan mereka tersebut.
Hal inilah yang dicontohkan oleh para nabi dan rasul, di antaranya adalah Nabiyullah
Ibrahim صلى هللا عليه وسلمsebagaimana yang diceritakan oleh Allah di dalam Al Quran:
َت لَ ُك ْم أُ ْس َوةٌ َح َسنَةٌ فِي إِ ْب َرا ِهي َم َوالَّ ِذينَ َم َعهُ إِ ْذ قَالُوا لِقَوْ ِم ِه ْم إِنَّا بُ َرآ ُء ِم ْن ُك ْم َو ِم َّما تَ ْعبُ ُدونَ ِم ْن دُو ِن هَّللا ِ َكفَرْ نَا بِ ُك ْم َوبَدَا بَ ْينَنَا
ْ قَ ْد َكان
ُضا ُء أَبَدًا َحتَّى تُ ْؤ ِمنُوا بِاهَّلل ِ َوحْ َده َ َوبَ ْينَ ُك ُم ْال َعدَا َوةُ َو ْالبَ ْغ
“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang
bersama dengan dia ketika mereka berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya kami
berlepas diri daripada kalian dari daripada apa yang kalian sembah selain Allah. Kami
mengingkari (perbuatan) kalian dan telah nyata antara kami dan kalian permusuhan dan
kebencian buat selama-lamanya sampai kalian beriman hanya kepada Allah saja.” [QS Al
Mumtahanah: 4]
Demikianlah beberapa cara yang bisa ditempuh untuk menghindari kesyirikan. Sebagai
tambahan, cara-cara di atas juga bisa diterapkan untuk menghindari perkara-perkara bid’ah.
G. Hikmah Menghindari Perbuatan Syirik
Seseorang yang dapat membebaskan dirinya dari perbuatan syirik memiliki pengaruh
dalam kehidupan manusia secara nyata, antara lain:
1. Mengangkat manusia ke derajat paling tinggi dan mulia.
2. Mengalirkan rasa kesederhanaan dan kesahajaan.
3. Membuat manusia menjadi suci dan benar
4. Memunculkan kepercayaan yang teguh dalam segala hal, tidak mempunyai hubungan
khusus dengan siapapun atau apapun yang menyebabkan rusaknya iman.
5. Tidak mudah putua asa dengan keadaan yang dihadapi.
6. Menumbuhkan keberanian dalam diri manusia. Dalam hubungan ini ada dua hal yang
membuat manusia menjadi pengecut, yaitu takut mati, dan pemikiran yang menyatakan
bahwa ada orang lain selain Allah yang dapat mencabut nyawanya.
7. Mengembangkan sikap cinta damai dan keadilan, menghalau rasa cemburu, dengki, dan iri
hati.
8. Menjadi taat dan patuh kepada hukum-hukum Allah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Syirik yaitu kepercayaan terhadap suatu benda yang mempunyai kekuatan
tertentu atau juga mempercayai hal-hal selain Allah Swt. Orang yang mempercayai
hal tersebut dinamakan Musyrik. Sedangkan orang musyrik itu adalah orang yang
mempersekutukan.
b. Sikap syirik dapat merusak, bahkan dapat menggugurkan aqidah Islam. Oleh
karena itu, kita harus berhati-hati jangan sampai gerak hati, ucapan, dan perbuatan
kita terbawa kedalam kemusyrikan. Sebab ada syirik kecil dan syirik besar. Syirik
kecil dapat berubah menjadi syirik besar.
Ada beberapa cara agar kita bisa terhindar dari kesyirikan, di antaranya adalah:
1. Dengan mengikhlaskan segala ibadah dan amal shalih kita hanya untuk mencari ridha
Allah ta'ala semata.
2. Mempelajari ilmu tauhid yang murni dan benar sesuai dengan apa yang diajarkan oleh
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
3. Mempelajari lawan dari tauhid itu, yaitu syirik, baik itu definisinya, jenis-jenisnya, dan
contoh-contohnya.
4. Memperbanyak doa kepada Allah agar diberikan keistiqomahan (keteguhan) di atas tauhid
dan sunnah dan agar dijauhkan dari segala bentuk kesyirikan dan kebid'ahan baik yang kita
ketahui ataupun tidak, baik yang kita sadari ataupun tidak.
4. Bergaul dengan orang-orang yang lurus dan teguh agamanya (ahlussunnah) dan
menghindari pergaulan dengan orang-orang yang melakukan kesyirikan agar tidak
terpengaruh dengan perbuatan mereka tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
http://dakwahquransunnah.blogspot.com/2012/09/kiat-kiat-menghindari-kesyirikan-dan.html
http://lathifashofi.wordpress.com/2011/05/10/makalah-syirik/
Diposkan oleh DPU Daarut Tauhiid Yogyakarta
YIRIK adalah sebutan bagi perbuatan menyekutukan Allah SWT. Adapun pelaku
dosa besar ini dinamakan dengan MUSYRIK. Syirik adalah dosa yang sulit diampuni
oleh sebab itu sekuat mungkin harus dijauhi dan dihindari.
» Pembahasan
Melaksanakan ibadah shalat dengan baik dan benar sebab ibadah ini mencegah
seseorang berlaku keji dan mungkar.
Memperbanyak dzikir dan doa memohon ampunan dan perlindungan dari godaan
syirik.
Banyak-banyak mengingat betapa besarnya dosa dan balasan bagi mereka yang
berbuat syirik.
Meluruskan niat dengan baik saat hendak beribadah sehingga tidak terjebak pada
perbuatan syirik kecil yakni menduakan Allah SWT dalam niat (riya’).
Tawakal atas qada dan qadar Allah SWT sehingga jauh dari godaan ramalan
bintang, shio, zodiac atau perbuatan syirik lainnya. Dengan tawakal seorang hamba
berserah diri atas segala sesuatu yang terjadi dalam hidupnya.
•••••••••••••••••••••••••••
» Detil Jawaban
Kode : 10.14.10
Kelas : 1 SMA
Dalam hadits, Ma’qil bin Yasar Radhiyallahu anhu berkata, “Aku bertolak bersama
Abu Bakar ash-Shiddiq Radhiyallahu anhu menuju Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
salam , lalu Beliau Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Wahai Abu Bakar!
Sungguh, syirik di tengah kalian itu lebih tersembunyi daripada semut yang
merayap.” Lalu Abu Bakar Radhiyallahu anhu berkata, “Bukankah makna syirik
adalah kala seseorang menjadikan ada sesembahan lain selain Allâh?” Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa salam menjawab, “Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya!
Sungguh, syirik itu lebih tersembunyi daripada semut yang merayap. Maukah aku
tunjukkan sesuatu kepadamu, yang bila mana engkau mengucapkannya, maka
kesyirikan pun akan lenyap darimu, baik syirik yang sedikit (yang kecil) maupun
banyak (besar)? Katakanlah: (lalu Rasul Shallallahu ‘alaihi wa salam menyebutkan
doa di atas). [HR. Al-Bukhâri dalam al-Adabul Mufrad]
Karena itu, banyak ahli ilmu yang tidak mampu mengenali petaka darinya (bahaya
syirik tersembunyi), apalagi orang-orang awam.
Tidak jarang penyakit ini menjangkiti kalangan Ulama dan ahli ibadah. Tak sedikit di
antara mereka yang telah bersusah payah menundukkan gejolak nafsunya, menjaga
diri dari terpaan syubhat, menenggelamkan diri dalam telaga ibadah, tampak
padanya goresan amal dan ilmunya, namun seolah ia ingin pula menikmati jerih
payah mujahadahnya seketika; dengan merasa puas dan senang terhadap
perlakuan dan pujian manusia kepadanya. Seolah ia tidak puas dengan pandangan
dan pujian Allâh terhadapnya. Ia tahu bahwa dengan selalu menjaga ketaatan, maka
banjir pujian akan selalu menghampiri. Orang-orang pun akan selalu memberinya
tempat istimewa dalam berbagai forum. Jiwanya pun memandang bahwa
meninggalkan maksiat adalah hal yang remeh; dan menetapi jalan ibadah adalah hal
yang mudah. Sebab ia tahu betapa besar kelezatan dan nikmat yang ia dapatkan
dari pandangan manusia kepadanya. Ia menyangka hidupnya adalah karena Allâh
dan dalam ibadah yang diridhai-Nya. Padahal, hidupnya tidak lain adalah karena
motif kenikmatan semu semata. Semoga Allâh menjaga keikhlasan kita.
Maka Rasul Shallallahu ‘alaihi wa salam pun mengajarkan doa ini agar terhindar dari
segala kesyirikan. Terutama bila hati ini terpaku dan bergantung pada sebab-sebab
materi, lupa bahwa Allâh lah yang menciptakan sebab tersebut. Bila kita meminta
perlindungan kepada Allâh, Allâh pun akan melindungi kita. Karena Allâh tidak akan
menyia-nyiakan orang yang bersandar dan memautkan hatinya hanya kepada-Nya.
Read more https://almanhaj.or.id/9809-memohon-perlindungan-dari-syirik.html
BAB I
A. Latar Belakang
Menyekutukan Allah atau yang disebut syirik merupakan fenomena yang semakin
marak di masyarakat akhir-akhir ini. Bahkan seolah-olah menyekutukan Allah telah
menjadi bagian dari budaya yang berkembang dalam masyarakat kita, biasa-Nya
penyebab hal tersebut antara lain dikarnakan harta, tahta dan wanita yang
kebanyakan masyarakat tidak menyadari bahwa perbuatan itu termasuk perkara
yang menyekutukan Allah atau syirik kepada Allah.
Oleh sebab itu, penulis menyusun paper ini dengan judul “MENGHINDARI
PERBUATAN SYIRIK DALAM AGAMA ISLAM” agar masyarakat mengetahui apa
perbuatan syirik itu, cara menghindari dan apa hikmah menghindari perbuatan syirik
itu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis membuat rumusan masalah sebagai
berikut
1. Apakah perbuatan syirik itu
2. Bagaimana menghindari perbuatan syirik
3. Apa hikmah menghindari perbuatan syirik
C. Tujuan Pembahasan
BAB II
A. PENGERTIAN SYIRIK
Syirik dalam tinjauan bahasa adalah isim dari kata asyraka, yusyriku, syirka, wa
syirkatan, seperti asyrakahufihi, artinya memberikan bagian yang sedikit atau
banyak dalam zat dan makna. Seperti kata syarakahu fii kaza yusyrakuhu, arti-Nya
menjadi sekutu bagi-Nya dalam hal itu dengan bagian yang besar atau kecil dalam
zat atau sifat.
Syirik dalam rububiyah Allah atau sama-sama-Nya atau sifat-sifat-Nya adalah
pendusta terhadap Allah dan kedustaan kepada-Nya. Karena-Nya, syirik jenis ini
dikategorikan kufur. Jika dalam ibadah kepada Allah terdapat unsur ibadah kepada
selain-Nya, ibadah itu di anggap kekufuran dan pendustaan kepada-Nya, allah
berfirman sebagai berikut,
َش ِه َد هَّللا ُ أَ َّن ُه ال إِلَ َه إِال هُو
Artinya: “allah menyatakan bahwa tidak ada tuhan selain dia………(Q.S AL-
IMRAN/3;18)
Mendustakan Allah sebagai bentuk kekufuran. Syirik berbeda dengan kufur, sebab
dalam sebagian syirik ada yang bukan kufur, seperti syirik kecil syirik yang samar,
dimana pelaku-Nya tidak dipandang kafir dan murtad. Rasulullah SAW. dalam
sebuah hadis pernah bersabda,
)ك ْاالَصْ َغ ُر قا َ َل الرِّ يا َ َء (رواه احمد ِ ك ْاالَصْ َغ ُر قاَلُ ْو يا َ َرس ُْو ُل
ُ ْهللا َوما َ ال ِّشر ُ ْاِنَّ اَ ْخ َو َن ما َ اَخا َ َن َعلَ ْي ُك ُم ال ِّشر
Artinya : sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kamu adalah syirik kecil.
Sahabat bertanya,”apakah syirik kecil itu, ya rasulullah?”beliau menjawab,”RIYA,”
(H.R.Ahmad NO.22528)
َ ِون ٰ َذل
ك لِ َمنْ َي َشا ُء ۚ َو َمنْ ُي ْش ِركْ ِباهَّلل ِ َف َق ِد ا ْف َت َرى إِ ْثمًا َعظِ يمًا َ إِنَّ هَّللا َ اَل َي ْغفِ ُر أَنْ ُي ْش َر
َ ك ِب ِه َو َي ْغفِ ُر َما ُد
Artinya: sesungguhnya allah tidak akn mengampuni (dosa) karena
mempersekutukannya (syirik), dan dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik)
itu bagi siapa yang dikehendakinya. Barang siapa mempersekutukan allah, maka
sungguh dia telah berbuat dosa yang besar. (Q.S.An-nisa’/4:48)
Bukan berarti Allah menutup pintu taubat bagi orang syirik, sebab Allah akan
mengampuni dosa apapun kalau yang bersangkutan bertobat kepada-Nya. Akan
tetapi, apabila seorang musyrik tidak bertobat sebelum meninggal dunia, maka pintu
ampunan sudah tertutup bagi-Nya dan diakhirat nanti dia akan dimasukkan oleh
Allah kedalam neraka.
Syirik besar terdiri dari 3 jenis, yaitu syirik dalam berdo’a, syirik dalam niat, iradah,
dan tujuan, serta syirik dalam ketaatan.
a. Syirik dalam berdo’a, Allah SWT telah berfirman,
َ ين َفلَمَّا َنجَّ ا ُه ْم إِلَى ْال َبرِّ إِ َذا ُه ْم ُي ْش ِر ُك
ون َ َِفإِ َذا َر ِكبُوا فِي ْالفُ ْلكِ َد َعوُ ا هَّللا َ م ُْخلِص
َ ين لَ ُه ال ِّد
”maka apabila mereka naik kapal, mereka berdo’a kepada allah dengan penuh rasa
pengabdian (ikhlas) kepadanya, tetapi ketika allah menyelamatkan mereka sampai
kedaratan, malah mereka (kembali) mempersekutukan
(allah).”(Q.S.al-‘ankabut/29:65)
Ketika Rasulullah membacakan ayat tersebut Ali bin halim berkata kepada baginda
Rasulullah SAW,,”mereka itu tidak menyembah orang-orang alim dan rahib-
rahib ?”Rasulullah SAW menjawab,,”ya, sesungguh-Nya mereka itu mengharamkan
yang halal bagi mereka dan menghalalkan apa yang diharamkan bagi mereka, maka
mereka mengikuti-Nya. Maka itulah sembahan atas mereka atas mereka (aim-alim
dan rahib-rahib).”(H.R. At-Tarmidzi).
2. Syirik kecil
Syirik kecil adalah perkara dan perbuatan yang akan membawa seseorang kepada
kemusyrikan. Syirik kecil termasuk perbuatan dosa yang dikhawatirkan akan
mengantarkan pelaku-Nya kepada syirik besar. Jika orang yang melakukan syirik
kecil meninggal sebelum bertobat dan diakhirat ternyata Allah tidak berkenan
mengampuni-Nya dan ia akan masuk neraka. Diantara amal perbuatan yang
termasuk kelompok syirik kecil adalah sebagai berikut.
a. Bersumpah dengan selain Allah,” Barang siapa yang bersumpah dengan nama
selain Allah dia telah kufur atau syirik.”(H.R.At-Tarmidzi)
b. Memakai azimat (untuk menolak bahaya atau mendapat rezeki). Dari Uqbah bin
‘Amir, Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang menggantungkan kepada
tangkal maka Allah tidak akan menyempurnakan iman-Nya dan barangsiapa yang
menggantungkan diri kepada azimat maka Allah tidak akan memercayakan kepada-
Nya.”(H.R. Ahmad).
c. Menggunakan mantra untuk menolak kejahatan dan pengobatan. Sesungguh-
Nya mantra, azimat, dan guna-guna adalah perbuatan syirik.”(H.R. Ibn Hibban).
d. Perbuatan sihir, “Barang siapa yang membuat satu simpul, kemudian dia
meniupi-Nya, maka sungguh ia telah menyihir. Barang siapa menyihir, sungguh ia
telah berbuat syirik. (H.R. An-Nasa’i).
e. Ramalan atau perbintangan (astropologi). “Barang siapa yang datang kepada
tukang normal, kemudian bertanya tentang sesuatu dan membenarkan apa yang
dikatakan-Nya tidak akan diterima shalat-Nya selama 40 hari. (H.R. Muslim).
f. Bernadzar kepada selain Allah. “Barang siapa yang bernadzar untuk berbuat taat
kepada Allah maka hendaklah dia laksanakan nazar-Nya itu dan barang siapa
bernadzar untuk mendurhakai Allah maka janganlah ia mendurhakai-Nya. (H.R. Al-
Bukhari).
g. Menyembah binatang atau mempersembahkan kurban bukan kepada Allah
SWT. dari Ali r.a., Rasulullah SAW bersabda kepadaku dengan empat kalimat,”
Allah melaknat orang yang hendak menyembelih untuk selain Allah, Allah melaknat
kedua orang tua-Nya, Allah melaknat orang yang melindungi penjahat, dan Allah
melaknat orang yang mengubah batas tanah milik-Nya.”(H.R. Muslim).
2. Mempelajari ilmu tauhid yang murni dan benar sesuai dengan apa yang
diajarkan oleh Rasullullah SAW.
Rasullullah SAW bersabda,”
ِ َمنْ ي ُِر ْد هَّللا ُ ِب ِه َخيْرً ا ُي َف ِّق ْه ُه فِي ال ِّد
ين
“Barangsiapa yang Allah menghendaki pada-Nya kebaikan maka Allah akan
memahamkan didalam perkara agama.”(H.R. Bukhari dan muslim).
Hadis diatas dengan jelas menunjukkan bahwa kunci untuk mendapatkan kebaikan
agama adalah dengan mempelajari ilmu agama dan kebaikan yang paling pokok
adalah tauhid.
3. Mempelajari lawan dari tauhid itu yaitu syirik, baik itu defenisi-Nya, jenis-jenis-
Nya dan contoh-contoh-Nya. Karena untuk memahami sesuatu itu terkadang kita
juga harus mengenal lawan-Nya. Lawan dari tauhid adalah syirik dan lawan dari
sunah adalah bid’ah.
ت أَسْ أَلُ ُه َعنْ ال َّشرِّ َم َخا َف َة أَنْ ي ُْد ِر َكنِي
ُ َو ُك ْن،صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َعنْ ْال َخي ِْر َ ُان ال َّناسُ َيسْ أَل
َ ِ ون َرسُو َل هَّللا َ َك
“Dahulu orang-orang bertanya kepada Rasullullah SAW tentang perkara kebaikan,
sedangkan saya bertanya kepada beliau tentang perkara kejelekan karena takut
menimpaku.”(H.R.Al-bukhari dan Muslim).
4. Memperbanyak do’a kepada Allah agar diberikan keistiqamahan diatas tauhid
dan sunah dan agar dijauhkan dari segala bentuk kesyirikan dan kebid’ahan baik
yang kita ketahui ataupun tidak, baik yang kita sadar ataupun tidak.
Salah satu do’a yang disebutkan oleh Allah SWT di dalam Al-Qur’an adalah,
َ ك أَ ْن
ُت ْال َوهَّاب َ ر َّب َنا اَل ُت ِز ْغ قُلُو َب َنا َبعْ َد إِ ْذ َه َد ْي َت َنا َو َهبْ لَ َنا مِنْ لَ ُد ْن
َ ك َرحْ َم ًة إِ َّن َ
“(Mereka berdo’a) :”Wahai Rabb kami, janganlah engkau condongkan hati kami
kepada kesesatan sesudah engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah
kepada kami rahmat dari sisi engkau. Sesungguh-Nya engkaulah Al-Wahhab (maha
pemberi). “(Q.S.Al-Imran:8)
5. Bergaul dengan orang yang lurus dan teguh agama-Nya (Ahlussunnah) dan
menghindari pergaulan dengan orang-orang yang melakukan kesyirikan agar tidak
terpengaruh dengan perbuatan mereka tersebut.
Hal inilah yang dicontohkan oleh para Nabi dan Rasul, diantara-Nya adalah
Nabiyyullah Ibrahim as sebagaimana yang diceritakan oleh Allah dalam Al-Qur’an :
ون هَّللا ِ َك َفرْ َنا ِب ُك ْم َو َبدَ ا
ِ ون مِنْ ُد َ ت لَ ُك ْم أُسْ َوةٌ َح َس َن ٌة فِي إِب َْراهِي َم َوالَّذ
َ ِين َم َع ُه إِ ْذ َقالُوا لِ َق ْوم ِِه ْم إِ َّنا ب َُرآ ُء ِم ْن ُك ْم َو ِممَّا َتعْ ُب ُد ْ َق ْد َكا َن
َ
ُضا ُء أ َب ًدا َح َّتى ُت ْؤ ِم ُنوا ِباهَّلل ِ َوحْ دَ هَ َاوةُ َو ْال َب ْغ
َ َب ْي َن َنا َو َب ْي َن ُك ُم ْال َعد
“Sesungguh-Nya telah ada suri tauladan yang baik hati bagimu pada Ibrahim dan
orang-orang yang bersama dengan dia ketika mereka berkata kepada kaum
mereka :”sesungguh-Nya kami berlepas diri daripada kalian daripada apa yang
kalian sembah selain Allah. Kami mengingkari perbuatan kalian yang telah nyata
antara kami dan kalian permusuhan dan kebencian buat selama-lama-Nya sampai
kalian beriman hanya kepada Allah sahaja.”(Q.S.Al-mumtahanah:4)
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat penulis simpulkan :
1. Perbuatan Syirik
Syirik adalah menyekutukan Allah dengan makhluk-Nya, baik dalam dimensi
rububiyah, mulkiyah, ilahiyah, secara langsung atau tidak, maupun secara nyata
atau terselubung. Syirik juga dapat berarti memalingkan sesuatu bentuk ibadah
kepada selain Allah, seperti berdo’a kepada selain Allah atau mendekatkan diri
kepada-Nya dengan penyembelihan kurban atau nadzar untuk selain Allah, baik
untuk kuburan, jin atau syaitan, atau mengharap sesuatu selain Allah, yang tidak
kuasa memberikan manfaat maupun mudharat.
2. Cara Menghindari Perbuatan Syirik
Upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari perbuatan syirik antara lain :
a. Menghindari akhlak tercela yang dapat menyebabkan perbuatan syirik.
b. Bergaul dengan orang-orang yang berakhlak terpuji.
c. Berdzikir dan bertobat kepada Allah atas segala dosa yang pernah diperbuat.
d. Mengingat akan pedihnya azab api neraka.
e. Bersikap rendah hati terhadap sesama.
f. Bersyukur atas setiap rezeki dari Allah banyak maupun sedikit.
g. Selalu berdo’a kepada Allah.
3. Hikmah Menghindari Perbuatan Syirik
Iman memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan seorang mukmin, jika
iman itu benar, maka akan memberikan pengaruh positif yang akan mendatangkan
keberuntungan dan kebahagiaan. Antara lain sebagai berikut :
a. Mengangkat manusia kederajat yang paling tinggi dan mulia.
b. Mengalirkan rasa kesederhanaan dan kesehajaan.
c. Membuat manusia menjadi suci dan benar.
d. Memunculkan kepercayaan yang teguh dalam segala hal.
e. Tidak mudah putus asa dengan keadaan yang dihadapi.
f. Menumbuhkan keberanian dalam diri manusia.
B. SARAN-SARAN
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis menyatakan hendaklah seorang muslim
mengetahui apakah perbuatan Syirik itu, serta cara-cara menghindari perbuatan
Syirik, dan apakah hikmah yang terkandung dari menghindari perbuatan Syirik.
C. PENUTUP
Akhir-Nya dengan selesai-Nya paper ini penulis mengucapkan puji syukur
Alhamdulillah yang sedalam-dalam-Nya kehadiran Allah SWT., yang melimpahkan
taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan paper ini.
Dan tak lupa penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu menyelesaikan paper ini. Sehingga menjadi paper yang bermutu
dan bermanfaat bagi penulis khusus-Nya dan para kalangan pembaca pada umum-
Nya, Amin.
Rahman, Roli Abdul dan M.Khamzah.2008. Menjaga Akidah dan Akhlaq.Solo: Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri.
Suparmin, dkk.TT. Akidah Akhlaq.TK:Rahma Media Pustaka.
Permenag, berdasarkan.2008.Akhlaq.Mojokerto:Mulia Ilmu.
http://dakwahquransunah.blogspot.co.id/2012/09/kiat-kiat-menghindari-
kesyirikan.html#sthash.TKGnoivf.dpuf:diakses tanggal 30 Oktober 2015
BIODATA PENULIS
Nama : Moh. Thobibul Jazuli
Tempat/Tanggal Lahir : Ponorogo, 23 February 1997
Nama Ayah : Masrurin (Alm)
Nama Ibu : Yani
Alamat Alamat : Ds. Ringin Putih kec. Sampung
Kab. Ponorogo
Pendidikan : R.A MUSLIMAT CARANG REJO
MI MU’AWANAH CARANG REJO
MTS AL-AZHAR CARANG REJO
MA DARUL HUDA PONOROGO
Hobi : Bermain Sepak Bola
Cita-cita : PENGUSAHA
Pesan : ان َا َش ُّد مِنْ َجرْ ِح ْال َي ِد ِ َجرْ ُح اللِّ َس
“Melukai dengan kata-kata itu lebih parah
Daripada melukai dengan tangan”
ً ُكنْ َف ِريا ً َوالَ َت ُكنْ فاَكِسا
"dadiho sopo siro ing wir pari lan ojo dadi sopo siro ing pakis”
Motto : buang jauh-jauh rasa malas pada diri kita
Kesan : Bersekolah di DARUL HUDA ini sesuai dengan yang saya
harapkan
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook
Macam-macam syirik
Syirik dibagi menjadi beberapa macam, berdasarkan pengelompokkan berikut (Al
Qaulul Mufid, 1/125):
Pertama, Syirik yang Terkait dengan Kekhususan Allah Ta’ala, ada tiga bentuk:
a. Syirik dalam Rububiah
Yaitu meyakini bahwa ada diantara makhluk Allah yang mampu menciptakan,
memberi rezeki, menghidupkan atau mematikan, mengatur cuaca, menghilangkan
bencana, dan kemampuan lainnya yang hanya bisa dialakukan Allah.
b. Syirik dalam uluhiah
Adalah melakukan salah satu bentuk ibadah dan ditujukan kepada selain Allah, apa
pun bentuk ibadahnya. Baik ibadah hati, seperti tawakkal, pengagungan. Atau
ibadah lisan, seperti nadzar, bersumpah dengan menyebut selain Allah. Atau ibadah
anggota badan, seperti bersujud kepada selain Allah.
c. Syirik di dalam asma’ wa shifat (nama dan sifat)
Yaitu keyakinan bahwa sebagian makhluk Allah memiliki sifat-sifat khusus yang
Allah ta’ala miliki, seperti mengetahui perkara gaib, dan sifat-sifat lainnya yang
merupakan kekhususan Rabb kita yang Mahasuci.
Kedua, syirik menurut tingkatannya, ada dua:
a. Syirik akbar (besar)
Adalah perbuatan syirik yang menyebabkan pelakunya keluar dari agama islam,
alias murtad.
Syirik besar ada 4 macam:
b. Syirik ashghar (kecil)
Adalah perbuatan syirik yang TIDAK menyebabkan pelakunya keluar dari agama
islam.
Para ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikan syirik kecil:
Pendapat pertama, syirik kecil adalah setiap perbuatan yanng bisa mengantarkan
kepada syirik besar.
Pendapat kedua, syirik kecil adalah setiap perbuatan yang divonis sebagai perbuatan
syirik dalam dalil Alquran dan hadis, namun tidak sampai pada derajat yang bisa
mengeluarkan seseorang dari islam. Misalnya: riya’, sumpah dengan menyebut
selain Allah, menggunakan jimat, dan seterusnya.
Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa syirik kecil kualitas dosanya bertingkat-
tingkat, dan bisa menjadi syirik besar, tergantung kadarnya.
a. Syirik i’tiqadi (keyakinan hati)
Syirik yang berupa keyakinan batin. Misalnya meyakini bahwa ada makhluk yang
bisa mengatur cuaca.
b. Syirik ‘amali (perbuatan)
Yaitu menyekutukan Allah dalam amal perbuatan. Seperti: menyembelih untuk
selain Allah, sujud kepada makhluk, dan bernazar untuk selain Allah dan yang
lainnya.
a. Syirik khafi (tersembunyi)
Yaitu perbuatan syirik yang samar, sehingga sulilt untuk diketahui seseorang.
Seperti ujub pada diri sendiri, riya’, atau berlebihan dalam menyandarkan rizkinya
kepada penghasilannya atau pekerjaanya.
b. Syirik jali (nampak)
Adalah perbuatan syirik yang jelas dan bisa dipahami bahwa itu kesyirikan. Contoh:
sujud kepada selain Allah, dan semacamnya.
Kaidah kedua
Sesungguhnya orang-orang musyrik yang Allah sebutkan dalam Alquran, mereka
melakukan perbuatan kesyirikan karena dua alasan:
Allah berfirman ta’ala (yang artinya): “Dan orang-orang yang mengangkat selain-Nya sebagai
penolong (sesembahan, pen) beralasan, ‘Kami tidaklah beribadah kepada mereka kecuali karena
bermaksud agar mereka bisa mendekatkan diri kami kepada Allah sedekat-dekatnya.’ Sesungguhnya Allah
pasti akan memberikan keputusan di antara mereka terhadap perkara yang mereka perselisihkan itu.
Sesungguhnya Allah tidak akan memberikan petunjuk kepada orang yang gemar berdusta dan suka
berbuat kekafiran.” (Q.s. Az Zumar: 3)
b. Agar mereka mendapatkan syafaat dan pertolongan dari makhluk yang mereka
kultuskan
Allah berfirman (yang artinya): “Dan mereka beribadah kepada selain Allah; sesuatu
yang sama sekali tidak mendatangkan bahaya untuk mereka dan tidak pula
menguasai manfaat bagi mereka. Orang-orang itu beralasan, ‘Mereka adalah para
pemberi syafaat bagi kami di sisi Allah kelak.’” (QS. Yunus: 18)
Kaidah ketiga
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam muncul di tengah-tengah masyarakat yang memiliki
peribadatan yang beraneka ragam. Di antara mereka ada yang beribadah kepada
malaikat. Ada pula yang beribadah kepada para nabi dan orang-orang saleh. Ada
juga di antara mereka yang beribadah kepada pohon dan batu. Dan ada pula yang
beribadah kepada matahari dan bulan.
Mereka semua sama-sama diperangi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tanpa
sedikit pun membeda-bedakan di antara mereka. Dalil tentang hal ini adalah firman
Allah ta’ala (yang artinya), “Dan perangilah mereka semua hingga tidak ada lagi fitnah (syirik)
dan agama (amal) semuanya hanya diperuntukkan kepada Allah.” (Q.s. Al Anfaal: 39)
Dalil yang menunjukkan adanya peribadatan kepada matahari dan bulan adalah
firman-Nya (yang artinya), “Di antara tanda-tanda kebesaran-Nya adalah malam
dan siang, matahari dan bulan, maka janganlah kamu sujud kepada matahari
ataupun bulan. Akan tetapi sujudlah kamu kepada Allah yang menciptakan itu
semua, jika kamu benar-benar beribadah hanya kepada-Nya.” (QS. Fushshilat : 37)
Dalil yang menunjukkan adanya peribadatan kepada para malaikat adalah firman
Allah ta’ala (yang artinya), “Dan Allah tidak menyuruh kamu untuk mengangkat para malaikat dan
nabi-nabi sebagai sesembahan.” (Q.s. Al ‘Imran: 80)
Dalil yang menunjukkan adanya peribadatan kepada para nabi adalah firman-Nya
yang artinya, “Ingatlah ketika Allah berfirman, ‘Wahai Isa putera Maryam, apakah kamu mengatakan
kepada manusia: Jadikanlah aku dan ibuku sebagai dua sosok sesembahan selain Allah’? Maka Isa
berkata, ‘Maha Suci Engkau ya Allah, tidak pantas bagiku untuk berucap sesuatu yang bukan menjadi
hakku. Apabila aku mengucapkannya tentunya Engkau pasti mengetahuinya. Engkau mengetahui apa
yang ada dalam diriku, dan aku sama sekali tidak mengetahui apa yang ada di dalam diri-Mu.
Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui hal-hal yang gaib.” (Q.s. Al Maa’idah: 116)
Dalil yang menunjukkan adanya peribadatan kepada orang-orang salih adalah
firman-Nya Yang Maha Tinggi (yang artinya), “Sosok-sosok yang mereka seru justru mencari
wasilah kepada Rabb mereka; siapakah di antara mereka yang lebih dekat, dan mereka juga sangat
mengharapkan curahan rahmat-Nya dan merasa takut dari azab-Nya.” (Q.s. Al Israa’: 57)
Dalil yang menunjukkan adanya peribadatan kepada pohon dan batu adalah firman-
Nya Yang Maha Tinggi (yang artinya), “Kabarkanlah kepada-Ku tentang Latta, ‘Uzza, dan juga
Manat yaitu sesembahan lain yang ketiga.” (Q.s. An Najm [53]: 19-20).
Demikian juga ditunjukkan oleh hadits Abu Waqid Al Laitsi radhiallahu ’anhu. Beliau
menuturkan, “Ketika kami berangkat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam menuju Hunain. Ketika itu kami masih dalam keadaan baru keluar dari agama
kekafiran. Orang-orang musyrik ketika itu memiliki sebatang pohon yang mereka
jadikan sebagai tempat i’tikaf dan tempat khusus untuk menggantungkan senjata-
senjata mereka. Pohon itu disebut Dzatu Anwath. Ketika itu, kami melewati pohon
tersebut. Lalu kami berkata, ‘Wahai Rasulullah, buatkanlah untuk kami sebatang
Dzatu Anwath seperti Dzatu Anwath yang mereka miliki.’” (H.r. Tirmidzi no. 2181,
Ahmad dalam Musnadnya, 5/218. Tirmidzi mengatakan: hadits hasan sahih)
Kaidah keempat
Orang-orang musyrik pada masa kita justru lebih parah kesyirikannya daripada
orang-orang musyrik zaman dahulu. Sebab orang-orang terdahulu hanya berbuat
syirik di kala lapang dan beribadah (berdoa) dengan ikhlas di kala sempit. Adapun
orang-orang musyrik di masa kita melakukan syirik secara terus menerus, baik
ketika lapang ataupun ketika terjepit. Dalil yang menunjukkan hal ini adalah firman
Allah ta’ala (yang artinya), “Apabila mereka sudah naik di atas kapal (dan diterpa ombak yang
hebat, pen) maka mereka pun menyeru (berdoa) kepada Allah dengan penuh ikhlas mempersembahkan
amalnya. Namun setelah Allah selamatkan mereka ke daratan, tiba-tiba mereka kembali berbuat
kesyirikan.” (Q.s. Al ‘Ankabuut: 65)
(Qawaid Al Arba’, hlm. 1 – 4)
Bahaya kesyirikan
Berikut ini beberapa dalil dari Alquran maupun As Sunnah yang hendaknya kita
perhatikan dengan seksama. Dalil-dalil itu akan menggambarkan kepada kita
sebuah gambaran mengerikan dan sangat menakutkan tentang dahsyatnya bahaya
kesyirikan. Semoga Allah menyelamatkan diri kita darinya.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik kepada-Nya, dan Dia akan mengampuni dosa
lain yang berada di bawah tingkatan syirik bagi siapa saja yang dikehndaki oleh-Nya.” (Q.s. An
Nisaa’: 48 dan 116)
2. Allah mengharamkan surga dimasuki oleh orang yang berbuat syirik.
Allah ta’ala berfirman,
ار َ َإِنَّهُ َمن يُ ْش ِر ْك بِاهّلل ِ فَقَ ْد َح َّر َم هّللا ُ َعلَي ِه ْال َجنَّةَ َو َمأْ َواهُ النَّا ُر َو َما لِلظَّالِ ِمينَ ِم ْن أ
ٍ نص
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir dari kalangan ahli kitab dan orang-orang musyrik berada di
dalam neraka Jahannam dan kekal di dalamnya, mereka itulah sejelek-jelek ciptaan.” (Q.s. Al
Bayyinah: 6)
4. Dosa kesyirikan akan menghapuskan semua pahala amal shalih, betapapun
banyak amal tersebut. Allah ta’ala berfirman,
َك َولَتَ ُكون ََّن ِمنَ ْال َخا ِس ِرين َ َِولَقَ ْد أُو ِح َي إِلَ ْيكَ َوإِلَى الَّ ِذينَ ِم ْن قَ ْبل
َ ُك لَئِ ْن أَ ْش َر ْكتَ لَيَحْ بَطَ َّن َع َمل
“Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada para Nabi sebelum engkau, ‘Jika kamu berbuat
syirik maka pastilah seluruh amalmu akan lenyap terhapus dan kamu benar-benar akan termasuk orang-
orang yang merugi.” (Q.s. Az Zumar: 65)
5. Syirik adalah kezhaliman yang paling besar. Allah ta’ala berfirman,
ِ ك لَظُ ْل ٌم ع
َظي ٌم َّ ََوإِ ْذ قَا َل لُ ْق َمانُ اِل ْبنِ ِه َوهُ َو يَ ِعظُهُ يَا بُن
َ ْي اَل تُ ْش ِر ْك بِاهَّلل ِ إِ َّن ال ِّشر
“Sesungguhnya syirik itu adalah kezhaliman yang sangat besar.” (Q.s. Luqman: 13)
Allah ta’ala juga berfirman,
“Sungguh Kami telah mengutus para utusan Kami dengan keterangan-keterangan, dan Kami turunkan
bersama mereka Al Kitab dan neraca supaya manusia menegakkan keadilan.” (Q.s. Al Hadiid: 25)
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Allah memberitakan bahwa Dia
mengutus para Rasul-Nya, menurunkan kitab-kitabNya agar manusia menegakkan
yaitu keadilan. Salah satu di antara keadilan yang paling agung adalah tauhid. Ia
adalah pokok terbesar dan pilar penegak keadilan. Sedangkan syirik adalah
kezaliman yang sangat besar. Sehingga syirik merupakan kezaliman yang paling
zalim, sedangkan tauhid merupakan keadilan yang paling adil ….” (Ad Daa’ wad
Dawaa’, hlm. 145)
6. Syirik merupakan dosa terbesar.
“Dan Kami akan hadapi semua amal yang pernah mereka amalkan (sewaktu di dunia) kemudian Kami
jadikan amal-amal itu sia-sia seperti debu-debu yang beterbangan.” (Q.s. Al Furqan: 23)
9. Orang yang berbuat syirik dalam beramal maka dia akan ditelantarkan oleh Allah.
Allah ta’ala berfirman dalam sebuah hadits qudsi yang artinya, “Aku adalah Zat yang
Maha Kaya dan paling tidak membutuhkan sekutu, oleh sebab itu barang siapa yang beramal dengan
suatu amalan yang dia mempersekutukan sesuatu dengan-Ku di dalam amalnya itu maka pasti Aku akan
telantarkan dia bersama kesyirikannya itu.” (H.r. Muslim no. 46)
10. Bahaya syirik lebih dikhawatirkan oleh Nabi daripada bahaya Dajjal.
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda yang artinya, “Sesuatu yang paling aku
khawatirkan menimpa kalian adalah syirik kecil.” Maka beliau pun ditanya tentangnya. Sehingga beliau
menjawab, “Yaitu riya’/ingin dilihat dan dipuji orang.” (H.r. Ahmad, dishahihkan Al Albani
dalam Ash Shahihah no. 951 dan Shahihul Jami’ no. 1551)
12. Syirik adalah bahaya yang sangat dikhawatirkan oleh bapak para Nabi yaitu
Ibrahim ‘alaihis salam akan menimpa pada dirinya dan pada anak keturunannya.
Syekh Abdurrahman bin Hasan rahimahullah berkata, “Maka tidak ada lagi yang
merasa aman dari terjatuh dalam kesyirikan kecuali orang yang bodoh tentangnya
dan juga tidak memahami sebab-sebab yang bisa menyelamatkan diri darinya; yaitu
ilmu tentang Allah, ilmu tentang ajaran Rasul-Nya yaitu mentauhidkan-Nya serta
larangan dari perbuatan syirik terhadapnya.” (Fathul Majid, hlm. 72)
13. Orang yang mati dalam keadaan masih musyrik maka pasti masuk neraka.
“Maka barang siapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya hendaklah dia beramal shalih
dan tidak mempersekutukan apapun dengan Allah dalam beribadah kepada tuhannya itu.” (Q.s Al
Kahfi: 110)
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata sembari menukilkan ayat, “[Maka barangsiapa
yang mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya] artinya barangsiapa yang
menginginkan pahala dan balasan kebaikan dari-Nya, [maka hendaklah dia beramal
shalih], yaitu amal yang sesuai dengan syariat Allah. [dan dia tidak
mempersekutukan apapun dalam beribadah kepada kepada Tuhannya] Artinya dia
adalah orang yang hanya mengharapkan wajah Allah saja dan tidak ada sekutu
bagi-Nya. Inilah dua buah rukun diterimanya amalan. Suatu amal itu harus ikhlas
untuk Allah dan benar yaitu berada di atas tuntunan syariat Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam.” (Tafsir Ibnu Katsir, 5/154).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda yang artinya, “Barang siapa
yang mendatangi paranormal kemudian menanyakan sesuatu kepadanya maka
shalatnya tidak akan diterima selama 40 malam.” (HR. Muslim dan Ahmad)
15. Seorang mujahid, da’i, atau ahli baca Quran serta dermawan yang terjangkiti
kesyirikan maka akan diadili pertama kali pada hari kiamat dan kemudian dibongkar
kedustaannya lalu dilemparkan ke dalam neraka dalam keadaan wajahnya
tertelungkup dan diseret oleh Malaikat.
وم ْالقِيَا َم ِة َوهُ ْم عَن ُدعَائِ ِه ْم غَافِ ُل َوإِ َذا ُح ِش َر النَّاسُ َكانُوا لَهُ ْم أَ ْعدَاء َ ََو َم ْن أ
ِ َضلُّ ِم َّمن يَ ْدعُو ِمن دُو ِن هَّللا ِ َمن اَّل يَ ْستَ ِجيبُ لَهُ ِإلَى ي
“Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyeru kepada sesembahan-sesembahan selain
Allah, sesuatu yang jelas-jelas tidak dapat mengabulkan doa hingga hari kiamat, dan sesembahan itu juga
lalai dari doa yang mereka panjatkan. Dan apabila umat manusia nanti dikumupulkan (pada hari kiamat)
maka sesembahan-sesembahan itu justru akan menjadi musuh serta mengingkari peribadatan yang
dilakukan oleh para pemujanya.” (Q.s. Al Ahqaf: 5-6)
Kedelapan belas, orang yang berbuat syirik adalah sosok-sosok manusia yang
sangat dungu dan tidak mau mengambil pelajaran.
Allah ta’ala berfirman,
َض ِمن بَ ْع ِـد َموْ تِهَا لَيَقُولُ َّن هَّللا ُ قُ ِل ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ بَلْ أَ ْكثَ ُرهُ ْم اَل يَ ْعقِلُون
َ َْولَئِن َسأ َ ْلتَهُم َّمن نَّ َّز َل ِمنَ ال َّس َما ِء َما ًء فَأَحْ يَا بِ ِه اأْل َر
“Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka; Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu
menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya?” Tentu mereka akan menjawab, ‘Allah’,
Katakanlah, ‘Segala puji bagi Allah.’ tetapi kebanyakan mereka tidak memahaminya.” (Q.s. Al
‘Ankabut: 63)
19. Orang yang berbuat syirik adalah orang yang berkepribadian rendah dan tidak
yakin dengan kemahakuasaan Allah.
“(Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan
mereka melihat siksa; dan ketika segala hubungan antara mereka terputus sama sekali. Dan berkatalah
orang-orang yang mengikuti; “Seandainya kami dapat kembali ke dunia, pasti kami akan berlepas diri
dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami.” Demikianlah Allah memperlihatkan kepada
mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan keluardari
api neraka.” (Q.s. Al Baqarah: 166-167)
21. Orang yang berbuat syirik sehingga mencintai sesembahan atau pujaannya
sebagai sekutu dalam hal cinta ibadah maka dia TIDAK akan bisa merasakan
manisnya iman.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Ada tiga ciri, barang siapa
yang memilikinya maka dia akan bisa merasakan manisnya iman: (1) Apabila Allah dan Rasul-Nya lebih
dicintai olehnya daripada segala sesuatu selain keduanya. (2) Apabila dia bisa mencintai seseorang
hanya karena Allah saja. (3) Apabila dia merasa begitu benci untuk kembali dalam kekafiran setelah
Allah selamatkan dirinya darinya sebagaimana orang yang tidak mau dilemparkan ke dalam kobaran
api.” (H.r. Al Bukhari no. 16 dan Muslim no. 67)
22. Orang yang berbuat syirik maka tidak akan diberikan kecukupan oleh Allah.
ًَو َمن يَتَ َو َّكلْ َعلَى هَّللا ِ فَه َُو َح ْسبُهُ إِ َّن هَّللا َ بَالِ ُغ أَ ْم ِر ِه قَ ْد َج َع َل هَّللا ُ ِل ُك ِّل َش ْي ٍء قَ ْدرا
“Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah (bertauhid dan tidak menyandarkan hatinya kepada
selain Allah) maka Allah akan mencukupinya. Sesungguhnya Allah akan menyelesaikan urusannya, dan
Allah telah menentukan takdir dan ketentuan waktu bagi segala sesuatu.” (Q.s. Ath Thalaq: 3)
23. Didoakan kecelakaan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Binasalah hamba dinar, hamba
dirham, hamba Khamishah, hamba Khamilah. Jika dia diberi maka dia senang tapi kalau tidak diberi
maka dia murka. Binasalah dan rugilah dia…” (H.r. Al Bukhari no. 2730)
Khamishah adalah kain dari bahan sutera atau wol yang bercorak, sedangkan
Khamilah adalah kain beludru (lihat Al Jadid, hlm. 330 dan Fathul Majid, hlm. 365).
Syekh Muhammad bin Abdul ‘Aziz Al Qar’awi mengatakan, “Hadits itu menunjukkan
bahwasanya barang siapa yang menjadikan (kesenangan) dunia sebagai tujuan
akhir kehidupan serta puncak cita-citanya maka sesungguhnya dia telah
menyembahnya dan mengangkatnya sebagai sekutu selain Allah.” (Al Jadid, hlm.
332).
24. Orang yang berbuat syirik pasti akan tertimpa bencana atau siksa yang sangat
pedih dan menyakitkan. Allah ta’ala berfirman,
“Maka hendaklah merasa takut orang-orang yang menyelisihi urusan Rasul kalau-kalau mereka itu akan
tertimpa fitnah (bala/bencana) atau siksa yang sangat pedih.” (Q.s. An Nur: 63)
Tauhid benar-benar akan terrealisasi pada diri seseorang apabila di dalam dirinya
terkumpul tiga perkara, yaitu:
1. Ilmu, karena tidak mungkin seseorang mewujudkan sesuatu yang tidak
diketahuinya. Allah berfirman yang artinya, “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak
ada sesembahan yang hak selain Allah.” (QS. Muhammad: 19)
2. Keyakinan (I’tiqad). Karena orang yang mengetahui tauhid tanpa meyakininya
adalah orang yang sombong. Maka orang seperti ini tidak akan bisa merealisasikan
tauhid. Hal itu sebagaimana keadaan orang musyrikin Quraisy yang paham makna
tauhid tapi justru menolaknya, sebagaimana dikisahkan oleh Allah di dalam ayat-
Nya yang artinya, “(Mereka berkata) apakah dia (Muhammad) akan menjadikan
tuhan-tuhan yang banyak itu menjadi satu sesembahan saja. Sungguh, ini adalah
perkara yang sangat mengherankan!” (QS. Shad: 5)
3. Ketundukan terhadap aturan (Inqiyad). Orang yang telah mengetahui hakikat
tauhid dan meyakininya akan tetapi tidak mau tunduk terhadap konsekuensinya
bukanlah orang yang merealisasikan tauhid.
Read more https://yufidia.com/2243-syirik.html