0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
16 tayangan3 halaman
1. Dokumen membahas perbedaan antara karomah dan supranatural. Karomah adalah kejadian luar biasa yang diberikan Allah kepada hamba-Nya yang shaleh, sedangkan supranatural bisa berasal dari setan.
2. Ada beberapa perbedaan antara karomah dan supranatural seperti sumber, penyebab terjadinya, dan dampaknya terhadap penerimanya. Karomah biasanya tidak membuat seseorang sombong.
3. Karomah diberikan kepada h
1. Dokumen membahas perbedaan antara karomah dan supranatural. Karomah adalah kejadian luar biasa yang diberikan Allah kepada hamba-Nya yang shaleh, sedangkan supranatural bisa berasal dari setan.
2. Ada beberapa perbedaan antara karomah dan supranatural seperti sumber, penyebab terjadinya, dan dampaknya terhadap penerimanya. Karomah biasanya tidak membuat seseorang sombong.
3. Karomah diberikan kepada h
1. Dokumen membahas perbedaan antara karomah dan supranatural. Karomah adalah kejadian luar biasa yang diberikan Allah kepada hamba-Nya yang shaleh, sedangkan supranatural bisa berasal dari setan.
2. Ada beberapa perbedaan antara karomah dan supranatural seperti sumber, penyebab terjadinya, dan dampaknya terhadap penerimanya. Karomah biasanya tidak membuat seseorang sombong.
3. Karomah diberikan kepada h
Ketika Umar bin Khattab sedang berkhuthbah di Madinah, tiba-tiba Allah tunjukkan kepadanya kondisi pasukan kaum muslimin yang dipimpin oleh Sariyah bin Zanim tengah terdesak di daerah Syam. Maka beliau spontan berteriak: ”Wahai Sariyah! Lari ke gunung, lari ke gunung!” Teriakan beliau itu ternyata didengar jelas oleh mereka, dan mereka pun sangat mengenali suara siapa itu, mereka langsung lari ke gunung, dan selamatlah mereka. Setelah teriak itupun Umar melanjutkan khuthbahnya dan tidak tahu lagi bagaimana nasib mereka setelah itu. Abu Muslim Al Khalulani pernah dilemparkan ke dalam kobaran api oleh pasukan Al Aswad Al Unsyi karena menolak mengakui kenabiannya setelah Nabi Muhammad SAW. Pembaca, dua peristiwa diatas merupakan sedikit contoh dari berbagai karamah yang terjadi pada diri sebagian hamba-Nya yang shaleh. Apa itu Karamah? Karamah adalah kejadian di luar kebiasaan (tabiat manusia) yang Allah swt anugerahkan kepada seorang hamba tanpa disertai pengakuan (pemiliknya) sebagai seorang nabi. Ia terjadi pada seorang hamba yang shalih, yang iltizam dengan syariat-syariat Islam sebagai bentuk ikram (pemulian) kepada hamba tersebut. Ahlus Sunnah wal Jamaah meyakini terjadinya karamah pada diri orang-orang yang shaleh sebagaimana disebutkan dalam Al Qur’an, hadits-hadits shahih dan beberapa atsar para sahabat dan tabi’in. Apakah setiap yang di luar kebiasaan dinamakan dengan Karamah? Abdul Aziz bin Nashir ar-Rasyid memberi kesimpulan bahwa sesuatu yang di luar kebiasaan itu ada tiga macam: - Mu’jizat yang terjadi pada para Rasul dan Nabi - Karamah yang terjadi pada para wali Allah swt -Tipuan setan yang terjadi pada wali-wali setan Lantas jika ada seorang yang tidak mempan ditusuk pedang, tidak mati dilindas mobil atau bisa menghilang dari pandangan orang, bahkan mengaku bisa mengetahui hal yang ghaib, apakah orang tersebut berarti mendapat karamah dari Allah? Untuk mengetahui apakah itu karamah atau kesaktian tentu saja dengan kita mengenal sejauh mana keimanan dan ketakwaan pada masing- masing orang yang mendapatkannya (wali) tersebut. Imam Syafi’i berkata: “Apabila kalian melihat seseorang berjalan di atas air atau terbang di udara maka janganlah mempercayainya dan tertipu dengannya sampai kalian mengetahui bagaimana dia dalam mengikuti Rasulullah saw.” Maka untuk mengetahui apakah peristiwa luar biasa yang terjadi pada diri seseorang disebut dengan karamah atau kesaktian –yang sejatinya merupakan tipu daya setan-, bisa dilihat perbedaannya pada point-point berikut ini: 1. Karamah datangnya dari Allah swt sedangkan kesaktian jelas datangnya dari setan, sebagaimana yang terjadi pada Musailamah Al Kadzdzab dan Al Aswad Al Unsyi (Dua orang pendusta di zaman Rasulullah saw yang mengaku menjadi nabi). Keduanya mengaku mengetahui perkara-perkara yang ghoib sehingga banyak manusia yang tertipu dengan kelicikannya. Karena pengakuan tersebut jelas merupakan bantuan dari setan. 2. Karamah para wali disebabkan karena kuatnya keimanan dan ketaatan mereka kepada Allah swt. Ibnu Taimiyah mengatakan: “Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah swt maka ia pun menjadi wali Allah swt”. Sedangkan kesaktian dikarenakan kufurnya mereka kepada Allah swt dengan melakukan kesyirikan-kesyirikan serta kemaksiatan kepada Allah swt, dan syarat-syarat tertentu yang harus ia lakukan. Ada diantara mereka yang harus melakukan ritual-ritual khusus yang sarat dengan amalan bid’ah, seperti puasa mutih, puasa ngebleng, puasa ngrowot yang semuanya tidak ada contohnya dari Rasulullah SAW. 3. Karamah merupakan suatu pemberian dari Allah swt kepada hamba-Nya yang shalih dengan tanpa susah payah darinya, berbeda dengan kesaktian yang terjadi dengan susah payah setelah sebelumnya ia berbuat syirik kepada Allah swt. Seperti dengan meminta pertolongan dan perlindungan kepada jin setelah melakukan ritual-ritual tertentu yang sarat dengan kesyirikan. Umar bin Khathab tidak pernah belajar ilmu penerawangan sehingga bisa mengetahui pasukannya yang sedang terdesak musuh padahal ia tidak sedang bersama dengan mereka apalagi mengomandoinya. Begitu pula Abu Muslim tidak pernah belajar ilmu kebal sehingga tidak mempan dibakar api. 4. Karamah itu tidaklah menjadikan seseorang sombong dan merasa bangga diri, justru dengan adanya karamah ini menjadikannya semakin bertaqwa kepada Allah swt, semakin mensyukuri nikmat-Nya serta tawadhu’ kepada-Nya. Adapun kesaktian sering menjadikan seseorang bangga diri atau sombong dengan kemampuan yang dia miliki serta angkuh terhadap Allah swt. Ia demonstrasikan kesaktiannya tersebut di depan khalayak ramai yang ujung-ujungnya adalah dijadikan sebagai obyek bisnis dan mengeruk kekayaan. Kepada siapah karamah ini diberikan? Karamah, Allah swt berikan kepada hamba-hamba-Nya yang benar-benar beriman serta bertaqwa kepada-Nya, yang disebut dengan wali Allah swt. Bukan diberikan kepada mereka yang menyekutukan Allah karena meminta bantuan kepada setan atau yang mereka yang berakhlaq bejat dan suka melakukan kemaksiatan. Allah swt berfirman ketika menyebutkan tentang sifat-sifat wali-wali-Nya : Artinya: “Ketahuilah sesungguhnya wali-wali Allah swt itu tidak ada kekhawatiran pada mereka dan tidak pula mereka bersedih hati, yaitu orang-orang yang beriman dan mereka senantiasa bertaqwa“. (QS. Yunus: 62-63) Lantas apakah wali Allah swt itu harus memiliki karamah? Lebih utama manakah antara wali yang memilikinya dengan yang tidak? Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa tidak setiap wali itu harus memiliki karamah. Bahkan, wali Allah swt yang tidak memiliki karamah bisa jadi lebih utama daripada yang memilikinya. Oleh karena itu, karamah yang terjadi di kalangan para Tabi’in itu lebih banyak daripada di kalangan para Sahabat, padahal para Sahabat lebih tinggi derajatnya daripada para Tabi’in. Wallahu a’lam. Agar tidak terjadi kekeliruan dalam memandang suatu kelebihan yang dimiliki oleh wali Allah dengan kelebihan yang dimiliki oleh wali setan, maka disini akan kami jelaskan tentang perbedaan mukjizat, karomah dan sihir. Adapun perbedaan perbedaan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Karomah adalah pemberian dan karunia dari Allah ta’alaa kepada hamba-Nya yang terpilih dan tidak perlu adanya perngorbanan, beigtu juga halnya dengan mukjizat. Hanya saja, mukjizat khusus diberikan kepada para nabi dan rasul saja. Sedangkan sihir adalah suatu ilmu yang bisa diperoleh dengan cara dipelajari, yaitu dengan cara membiasakan ucapan atau perbuatan. Ucapan ini dapat berupa: mantra-mantra. Sedangkan dalam hal perbuatan, dapat berupa: bertapa, puasa dengan waktu tertentu serta dengan jumlah hari tertentu pula, atau puasa dengan berpantang makan (tentunya yang menyelisihi puasa yang disyariatkan) 2. Mukjizat dan karomah tidak akan bisa dimiliki oleh orang yang fasiq dan jahat, adapun sihir tidak muncul kecuali dari orang yang jahat 3. Mukjizat tidak dapat dilenyapkan sedangakan sihir bisa dilenyapkan. 4. Sihir dapat dimiliki oleh siapa saja atau kelompok manapun. Sihir juga dapat ditiru dan bisa dilakukan secara bersamaan dalam satu waktu sekaligus. Sedangkan mukjizat tidak mungkin dapat ditiru oleh siapapun. 5. Mukjizat yang dimiliki para nabi dan rasul merupakan sebuah kenyataan, dimana pada hakikatnya antara yang dzahir dan batin itu selaras dan nyata. Sedangkan sihir merupakan bagian dari hukum sebab-akibat yang dikehendaki oleh Allah ta’ala. Dalam sihir, seringkali apa yang terlihat oleh orang yang terkena sihir sangat merasakan penderitaan, tapi setelah dideteksi oleh ilmu medis, seluruh organ tubuh menunjukkan sehat dan tidak ada kelainan (Al-Furuq, Al-Qarafi 4/168-170; Fathul Bari 10/251 dan Tafsir Ahkamul Qur’an, Imam al-Qurthubi, 2/33.)