Anda di halaman 1dari 2

BEBERAPA PERSOALAN

1. Mengikuti thariqat

Secara bahasa thariqat berarti jalan, cara, metode, sistem, madzhab, aliran dan haluan.
Sedangkan dalam ilmu tasawuf tariqat adalah perjalanan seseorang menuju Allah swt dengan cara
mensucikan diri. Sumber utama thariqat adalah wahyu. Termasuk ajaran yang terdapat di dalam
agama nabi muhammad saw. Karena pada hakikatnya thariqat tidak lepas dari pengalaman tiga sendi
islam, yakni iman, islam, dan ihsan.

Dari sini, mengamalkan thariqat marupakan sesuatu yang penting untuk mencapai tingkat keislaman
yang sempurna (kaffah).

2. Tawassul dengan hamba pilihan Allah SWT

Yang dimaksud istighasah dan tawassul dengan para nabi dan orang-orang yang sgaleh ialah
menjadikan mereka sebagai sebab dan perantara dalam memohon kepada Allah swt untuk mencapai
tujuan.

Ada banyak dalil yang menjelaskan keutamaan tawassul. Di antaranya adalah firman Allah swt :

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepasa Allah swt, dan carilah sebuah perantara untuk
sampai kepada Allah swt. Berjihadlah kamu di jalan-Nya mudah-mudahan kamu mendapat
keuntungan”. (QS. Al-Ma`idah: 35).

Maka jelas bedanya antara orang yang menyembah berhala yang memang benar-benar
menyembah berhala. Sementara orang yang bertawassul hanya meminta menyembah Allah swt
semata. Tidak terbesit di dalam hatinya seujung rambutpun keyakinan adanya kekuatan dan
kekuasaan lain di luar kekuatan dan kekuasaan Allah swt.

3. Mencium tangan ulama dan guru

Mencium tangan para ulama merupakan perbuatan yang sangat dianjurkan agama. Karena
perbuatan itu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada mereka. Dalam sebuah hadist di
jelaskan :

“Dari Zari`. Ketika beliau menjadi salah satu delegasi suku abdil qais, beliau berkata, “Ketika
sampai di madinah, kami segera turun dari kendaraan, kemudian kami bersegera turun dari
kendaraan, kemudian kami bersegera turun dari kendaraan kita, lalu kami mengecup tangan kaki
Nabi muhammad saw.” (HR. Abu Dawud [4548]).
4. Amalan, Hizib dan Azimat
Mengamalkan doa-doa, hizib dan memakai azimat pada dasarnya tidak lepas dari ikhtiar
seorang hamba yang dilakukan dalam bentuk doa kepada Allah swt. Dan Allah swt sangat
menganjurkan seorang hamba untuk berdoa kepada-Nya.

Dengan demikian, hizib atau azimat dapat dibenarkan dalam agama islam.
Namun tidak semua ruqyah dan azimat dapat dibenarkan. Setidaknya, ada tiga ketentuan yang
harus diperhatikan.
1. Harus mengandung Asma Allah, ayat Allah, nama para nabi dan nama para malaikat.
2. Menggunakan bahasa Arab ataupun bahasa lain yang dapat dipahami maknanya.
3. Tertanam keyakinan bahwa ruqyah itu tidak dapat memberi pengaruh apapun, tapi (apa
yang diinginkan dapat terwujud) hanya karena takdir Allah swt.

5. Persoalan Bai’at kepada Imam


Dalam agama, tidak satupun ditemukan bukti bahwa bai’at dilakukan sebagai syarat untuk
masuk islam. Keislaman dan keimanan seseorang tidak ditentukan oleh bai’at, namun dengan
ketakinan akan adanya Allah swt dan Rasul-Nya.

Dari sini dapat disimpulkan bahwa untuk masuk islam, tidak harus berbai’at kepada seseorang
karena yang terpenting adalah membaca dua kalimat syahadat, meyakini adanya Allah dan
Rasul-Nya serta apa yang datang dari keduanya.

6. Nikah Mut’ah
Nikah mut’ah disebut juga dengan kawin kontrak adalah suatu perkawinan yang dilakukan
dengan batas waktu tertentu. Sudah tentu di dalamnya tidk terdapat tanggung jawab karena
setelah sampai pada waktu yang disepakati, pernikahan akan berakhir dengan sendirinya
tanpa ada konsekuensi apapun bagi laki-laki.

Dengan alasan inilah islam mengharamkan nikah mut’ah atau kawin kontrak tersebut. Dalam
sebuah hadist Nabi SAW bersabda :
“Dari hasan bin Muhammad bin’Ali dan saudaranya `Abdullah bin Muhammad dari ayah
keduanya, bahwa Sayyidina `Ali berkata kepada`ibn `Abbas “Sesungguhnya Nabi
muhammad SAW telah melarang nikah mut’ah dan daging kedelai peliharaan pada hari
peperangan Khaibar” (HR. Al-Bukhari, 4733, al-Tahzib, juz 2 hal. 186).

Anda mungkin juga menyukai