Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH AQIDAH AKHLAK

SYARIAT DAN TARIKAT

OLEH :

NAJWA AZZAHRA

NI’MATUL UZHMA

NOOR ATMAWATI

NOR AIDA

NOVITA INDAH REZEKIYA

MADRASAH ALIYAH NEGRI 1 TAPIN

TAHUN PELAJARAN 2021/2022


Secara umum ada tiga prinsip dalam beragama Islam yang pokok yaitu Islam, Iman
dan Ihsan berdasarkan pada hadis sahih riwayat Muslim dari Umar bin Khattab --
yang dikenal dengan hadits Jibril --dimana menurut Sayyid Bakari, trilogi itu
merupakan kumpulan tahapan dan tingkatan yang saling terkait dalam
mengamalkan islam, lebih-lebih oleh seorang salik. Hal itu dikaitkan dengan
percakapan antara malaikat Jibril dan Rasulullah yang ringkasannya sebagai
berikut:

Hai Muhammad. Beritahukan kepadaku apa itu Islam! Rasulullah Saw berkata :
“Islam adalah Anda bersaksi tiada tuhan yang disembah kecuali Allah dan
Muhammad adalah utusan Allah, tegakkan shalat, bayarkan zakat, puasa di bulan
Ramadhan, laksanakan haji jika Anda mampu berjalan ke sana. Ia berkata : Anda
benar. Kami heran, ia bertanya kemudian ia membenarkan. Ia berkata lagi :
Beritahukan kepadaku apa itu Iman! Rasul menjawab : Anda percaya kepada
Allah, MalaikatNya, kitan-kitabNya, Rasul-rasulNya, hari Akhir, dan anda beriman
kepada qadar baik dan buruk. Ia menjawab : Anda benar. Ia berkata lagi : Beritahu
aku apa itu Ihsan! Rasul berkata : "Anda sembah Allah seolah-olah melihatnya,
dan jika Anda tidak dapat melihatnya, maka Ia pasti melihatmu." (Fath al-Bari li
Ibn Hajr, (125/1)

Sayyid Bakari seperti ingin mengatakan, bahwa islam yang dimaksud dalam hadis
tersebut adalah syariat, iman adalah hakikat dan ihsan itu serupa ma'rifat, ketiga
jenjang ini pada dasarnya adalah pengejewantahan dari makna takwa. Maka untuk
mengamalkannya butuh tarikat dari seorang pembimbing (mursyid). Agar tidak
terjadi ketimpangan, maka ketiganya harus diterapkan secara keseluruhan, yakni
syariat, tarekat, dan hakikat untuk mencapai puncak makrifat (pengetahuan).
Syariat tanpa hakikat adalah kosong dan hakikat tanpa syariat adalah batal serta tak
berdasar.

Jika dianalogikan, maka syariat itu ibarat perahu, tarekat adalah nahkodanya,
hakikat adalah pulau yang hendak dituju dari perjalanan itu, sementara ma'rifat
adalah tujuan akhir, yaitu bertemu dengan Sang Pemilik Pulau. Dengan demikian,
hakikat dan ma'rifat tak akan mampu dituju oleh salik, tanpa menggunakan perahu
dan melalui nahkoda.
Karena itu menurut Sayyid Bakri, umat Islam tidak boleh terkecoh untuk
mudah meninggalkan syariat atas nama hakikat atau ma'rifat

‫والمعنى_ أن الطريقة والحقيقة كالهما متوقف_ على الشريعة فال يستقيمان وال يحصالن إال بها فالمؤمن وإن‬
‫علت درجته وارتفعت منزلته وصار_ من جملة األولياء ال تسقط عنه العبادات المفروضة في القرآن والسنة‬

Artinya, “Maknanya, tarekat dan hakikat bergantung pada (pengamalan) syariat.


Keduanya takkan tegak dan hasil tanpa syariat. Sekalipun derajat dan kedudukan
seseorang sudah mencapai level yang sangat tinggi dan ia termasuk salah satu wali
Allah, ibadah yang wajib sebagaimana diamanahkan dalam Al-Qur’an dan sunnah
tidak gugur darinya,” (Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi,
Kifayatul Atqiya wa Minhajul Ashfiya, Al-Haramain: tt, h. 12).

Sayyid Bakri mencontohkan shalat tahajud Rasulullah SAW sehingga kedua


kakinya bengkak, karena aktivitas shalat malamnya semalam suntuk. Ketika
ditanya, “Bukankah

Allah telah mengampuni dosamu yang lalu dan mendatang?” Rasulullah


menjawab, “Apakah aku tidak boleh menjadi hamba yang bersyukur?” Maksudnya
adalah kewajiban ibadah berlaku untuk memenuhi hak kehambaan dan hak syukur
atas nikmat. Para wali dengan derajat kewalian mereka tidak pernah keluar dari
batas kehambaan dan pihak yang menerima nikmat Allah,” (Sayyid Bakri: 12).
Jadi shalatnya Rasullah ini adalah bagian ibadah yang bisa dilihat dari sisi syariat

1. Kedudukan dan Fungsi Syariat

Menurut bahasa syariat berasal dari kata syara’ yang berarti menjelaskan dan
menyatakan sesuatu atau dari kata Asy-Syir dan Asy Syari’atu yang berarti suatu
tempat yang dapat menghubungkan sesuatu untuk sampai pada sumber air yang tak
ada habis-habisnya sehingga orang membutuhkan tidak lagi butuh alat untuk
mengambilnya. adapun menurut istilah syariat berarti aturan atau undang-undang
yang diturunkan Allah untuk para hamba-Nya, baik terkait masalah aqidah, ibadah,
muamalah, adab, maupun akhlak. Baik terkait hubungan manusia dengan
Tuhannya, hubungan sesama manusia, dan hubungan manusia dengan alam
semesta. At thahanawi juga mengemukakan definisi syariat yaitu Syari’at ialah
hukum-hukum yang disyari’atkan Allah Ta’ala untuk hamba-hamba-Nya yang
disampaikan oleh salah seorang nabi dari nabi nabi, baik hukum tersebut mengenai
amal perbuatan, maupun mengenai akidah. Syariat bersumber dari Al-Qur'an,
hadist dan ijtihad. Kata syariat juga banyak disebutkan dalam Al-Qur'an, di
antaranya Surah al-Jäsiyah ayat 8, al-Ma'idah ayat 48, dan al-A'raf ayat 163.
Dalam dunia tasawuf syariat berarti syarat mutlak bagi salik (penempuh jalan
ruhani) menuju Allah. Tanpa adanya syariat maka batallah apa yang
diusahakannya.  Syariat dalam tasawuf memiliki kedudukan yang penting karena
sebagai dasar untuk menuju tahap berikutnya. Sebagai dasar tasawuf, syariat tidak
diperkenankan untuk orang yang taklid dan munafik karena syariat tidak bisa
diambil separuh saja dan tidak bisa hanya direalisasikan tanpa adanya keimanan di
dalam diri. Seseorang bisa dibilang telah menjalani syariat manakala ia melakukan
segala sesuatunya karena Allah Swt. dengan lapang dada dan ikhlas serta
mengharap rida dari Allah Swt. Syaih Ahmad Sirhindi mengemukanan bahwa
syariat mengandung tiga hal, yaitu ilmu, amal, dan keikhlasan. Syariat juga
mendorong orang yang mengikutinya bisa berlaku tertib, menjaga ketenangan dan
kekhusyukan dalam beribadah, dan menjadi pribadi yang bisa memosisikan diri
dalam menghadapi kejadian-kejadian yang menimpanya dalam kehidupan sehari-
hari.

kunci menjalankan syariat adalah meyakini dan merasakan keberadaan Allah


SWT.seseorang yang selalu merasa diawasi oleh Allah SWT. tidak akan pernah
melakukan suatu keburukan akan sendirian. Ia akan selalu berhati-hati terhadap
tindakan,kata-kata dan perasaannya Karena semua itu akan bertanggung jawabkan
dihadapan Allah SWT.

Para sufi membenci orang-orang yang meremehkan syariat.mereka yang


meremehkan terkadang merasa dirinya yang paling benar.
2. Kedudukan dan Fungsi Tarekat

Secara bahasa tarekat berasal dari kata thariqah yang berarti Jalan,
aliran ,metode.Tarekat merupakan jalan yang ditempuh untuk mendekatkan diri
pada Allah SWT.pada tahap ini seorang murid harus memiliki kekuatan untuk
masuk bertasawuf, mengubah ibadah Lahir menjadi batin, pentingnya bersikap
patuh serta sabar . Terikat dikaitkan dengan firman Allah SWT.dalam surah al-Jin
ayat 16.

Sebagai seorang sufi, imam junaid Al- baghdadi memiliki sikap sederhana,zuhur
dan menjauhi kemewahan. Ia juga tidak menyukai politik. Ia lebih senang
mengajar dan berdiskusi dibandingkan menulis buku. Jadi, tidak heran jika beliau
hanya membuat dua karya, yaitu Amtsal Al - Qur' an dan Ar - Rasail. Beliu di
baghdad dan posisi makan beliau di letakkan di samping makam pamannya pada
hari jumat tahun 298 H/910 M.

Menurut beliau tasawuf adalah sarana manusia untuk bijaksana dalam


menjalani aktivitasnya sehari - hari. Dalam hal ini imam junaid menamainya
dengan makrifat.

Ada dua jenis makrifat, yaitu makrifat ta' aruf dan makrifat ta ' rif.

1). Makrifat ta' aruf yaitu menjelaskan tentang keesaan Allah Swt.

2). Makrifat ta' tarif menjelaskan tentang dalil naqli yabg berupa bukti kekuasaan
Allah Swt.

Adapun dasar - dasar ajaran tasawuf sebagai berikut .

1). Menjauhi larangan - larangan Allah Swt. Dan menaati segala perintahnya.

2). Berlaku baik kepada yang lain dalam rangka membersihkan kotoran yang
menempel pada hati manusia.

3). Mengutamakan urusan - urusan akhirat dari pada dunia karena dunia hanya
sementara dan akhirat selamanya.

4). Tidak berbuat sirik atau menyekutukan Allah Swt.


5). Membiasakan zikir, istiqamah dalam beramal saleh, dan mempunyai tekad yang
kuat menjadi syarat bagi seorang sufi.

Menurut J. Spencer Trimingham, salah satu peneliti dari barat,mangakatan bahwa


ada 3 penyebaran tasawuf yaitu:

1. Khanqah/Khanaqah

Tahap khanqah terjadi pada awal perkembangan islam pada abad ke-5M ada juga
yang mengatakan 10M. Ciri khas tahapan ini adalah metode yang ditempuh oleh
seorang sufi untuk sampai kepada Allah dengan mengamalkan tasawuf secara
mandiri atau individual.

2. Tarekat

Terjadi sekitar abad ke 12M ada juga yang menyebutkan 8M. Pada tahapan ini
orang orang sudah bersama-sama(jamaah) untuk bertasawuf dan muncullah juga
madrasah madrasah yang berpusat pada kajian tasawuf.

3. Ta'ifah

Terjadi sekitar abad ke 15M.

Pada tahapan ini dirubah lah sistem madrasah dalam rangka menghargai jasa guru
tarekat( syekh atau disebut juga mursyid). Pada masa ini sudah ada transisi misi
ajaran dan peraturan dari guru tarekat kepada para murid atau pengikutnya.

Bahkan pada tahapan inilah muncul kelompok kelompok baru seperti tarekat
qadariyah, nasqabandiyah, dan sadziliyah

Adapun bberapa persyaratan bagi murid yang ingin mempelajari dan mengamalkan
tasawuf sebagai berikut:

a. Fokus pada pelajaran agama yang mengandung nilai nilai syariat

b. Taat dan meneladan pengajar

c. Istiqamah pada amalan wajib


d. Semangat melakukan amalan sunnah

e. Tidak menggunakan waktu untuk hal yang sia-sia

Kesimpulan

Dari penjelasan di atas mengenai syariat dan tarekat, sudah jelas bahwa keduanya
saling berhubungan yaitu syariat adalah sebagai tahap awal untuk menuju tarekat.
Karena tarekat tidak pernah jalan tanpa adanya syari`at dan syari`at sendiri muncul
karena adanya tauhid. syariat adalah undang undang yang di buat oleh Allah SWT
untuk hamba-Nya sedang tarekat adalah jalan atau petunjuk untuk melakukan
ibadah yang telah di ajarkan oleh nabi muhammad SAW  untuk mendekatkan diri
kepada Allah Swt

Saran :

Dari penjelasan di atas sebaiknya dijadikan wawasan, ilmu pengetahuan serta


sebagai acuan agar termotivasi untuk  melaksanakan Syariat dan Tarekat

Anda mungkin juga menyukai