Anda di halaman 1dari 12

AL-MIRAH: JURNAL PENDIDIKAN ISLAM ISSN

ONLINE
26850-2454

PERAN FIQIH DAN PRINSIP IBADAH DALAM ISLAM

Indah Arnilah Nur


STKIP Muhammadiyah Enrekang
Pendidikan Non Formal
Email: arnilahnurindah@gmail.com

Abstrak:
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan dan bersifat deskriptif analitik.
Fokus penelitian diarahkan untuk mengkaji Fiqih Ibadah dan Prinsip Ibadah dalam Islam.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa;Islam menegakkan ibadah atas beberapa sendi yang
dapat membersihkan jiwa dan tetap memelihara inti sari ibadah dan setiap ibadah
memiliki hikmah. Fiqih Ibadah adalah pemahaman terhadap yang berkaitan dengan
peribadahan manusia kepada Allah SWT. ditujukan sebagai rasa bentuk ketundukan dan
harapan untuk mecapai ridla Allah SWT.

Kata Kunci: Fiqih, Ibadah, Islam.

———  ———
A. Pendahuluan Ibadah merupakan perkara
yang perlu adanya perhatian, karena
Nash al-Qur‟an dan Hadis ibadah itu tidak bisa dibuat main-
Nabi SAW selain menunjukkan main apalagi disalahgunakan. Dalam
hukum melalui bunyi bahasanya juga islam ibadah harus berpedoman pada
melalui ruh tasryi‟ atau maqasid apa yang telah Allah SWT
syari‟at. Pengembangan ini perintahkan dan apa yang telah
dilakukan dengan menggunakan diajarkan oleh NabiMuhammmad
metode istinbat seperti qiyas, SAW kepada umat islam yang
istihsan, maslahah mursalah, dan dilandaskan pada kitab yang
„urf yang pada sisi lain juga disebut diturunkan Allah SWT kepada Nabi
sebagai dalil.Ibadah merupakan Muhammad SAW berupa kitab suci
unsur mutlak dalam agama. Agama al-Qur‟an dan segala perbuatan,
intinya adalah keyakinan tentang perkataan, dan ketetapan Nabi SAW
adanya zat yang berkuasa di atas atau disebut dengan hadis Nabi.
alam raya, dan kerinduan manusia Umat islam tentunya mengetahui apa
untuk mengagungkan dan itu ibadah dan bagaimana cara
berhubungan dengan-Nya, pelaksanaan ibadah tersebut. Islam
melahirkan berbagai macam cara harus mengikuti ibadah yang
pengabdian, dan ibadah. dicontohkan dan dilakukan oleh Nabi
SAW, dan tidak boleh membuat

20
ibadah yang tidak berdasar pada al- Selain itu Wahbah az-Zuhaili
Qur‟an dan Hadis.Dalam tulisan ini, juga mengutip ulama kalangan
akan dikaji tentang bagaimanaFiqih Syafi„iyyah yang mendefinisikan al-
ibadah dan prinsip ibadah dalam fiqh sebagai berikut:
islam yang sesuai dengan al-qur‟an Pengetahuan tentang hukum
dan hadis. syarayang berhubungan dengan
amal perbuatan, yang digali dari
B. Pengertian Fiqih Ibadah dalil yang terperinci.”
Fiqih adalah hukum Islam yang
Menurut etimologi, kata fiqih tingkat kekuatannya hanya sampai
berasal dari bahasa Arab yang berarti zan, karena ditarik dari dalil-dalil
paham, seperti pernyataan yang yang zanny. Bahwa hukum fikih itu
berarti “saya memahami pelajaran adalah zanny sejalan pula dengan
itu”.Arti ini sesuai dengan arti fiqih kata “al-muktasab”dalam definisi
dalam salah satu hadis yang tersebut yang berarti “diusahakan”
diriwayatkan oleh Imam Bukhori: yang mengandung pengertian adanya
Barang siapa yang dikehendaki campur tangan akal pikiran manusia
Allah SWT. menjadi orang yang baik dalam penarikannya dari al-qur‟an
di sisi-Nya, niscaya diberikan dan sunnah Rasulullah
kepadanya pemahaman yang SAW.3Sementaraibadah secara
mendalam dalam pengetahuan bahasaberarti patuh (al-tha‟ah), dan
agama”. tunduk (al-khudlu). Ubudiyah artinya
Menurut terminologi, fiqih pada tunduk dan
mulanya berarti pengetahuan merendahkan diri. Menurut al-
keagamaan yang mencakup seluruh Azhari, kata ibadah tidak dapat
ajaran agama, baik berupa akidah, disebutkan kecuali untuk kepatuhan
akhlak, maupun amaliah (ibadah), kepada Allah SWT.4
yakni sama dengan arti syariah Menurut kamus Al-Muhith5al-
islamiyyah. Namun, pada abdiyah, al-ubudiyah, dan al-íbadah
perkembangan selanjutnya, fikih artinya taat. Dan dalam Mukhtar
diartikan sebagai bagian dari syariah Ash-Shihhah6, makna dasar al-
islamiyyah, yaitu pengetahuan ubudiyah adalah ketundukan dan
tentang hukum syariah islamiyyah kepasrahan, sementara at-ta‟bid
yang berkaitan dengan perbuatan artinya kepasrahan. Dikatakan thariq
manusia yang telah dewasa dan (jalan) muábbad dan unta yang
berakal sehat yang diambil dari dalil- muábbad artinya yang sudah
dalil yang terinci. Dalam pandangan disiapkan. Semua makna ini sesuai
Wahbah az-Zuhaili, terdapat dengan isytiqaq-nya.
beberapa pendapat tentang Sedangkan úbudiyah artinya
pengertian kata al-fiqh. Beliau menampakkan ketundukan,
mengutip pendapat Abu Hanifah walaupun kata ibadah dalam
yang mendefinisikannya sebagai maknanya karena merupakan puncak
berikut: ketundukan dan tidak ada sesuatu
“…pengetahuan seseorang tentang pun yang berhak mendapat
apa yang menguntungkan dan apa penghambaan, kecuali yang memiliki
yangmerugikan.”

21
puncak keutamaan yaitu Allah SWT. berupa perkataan maupun
Firman Allah SWT: perbuatan, baik terang-
Dan (ingatlah), ketika Kami terangan maupun
mengambil janji dari Bani Israil tersembunyi dalam rangka
(yaitu): janganlah kamu menyembah mengagungkan Allah SWT
selain Allah, dan berbuat dan mengharapkan pahala-
kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum Nya.”
kerabat, anak-anak yatim, dan Ibadah dalam arti
orang-orang miskin, serta umum adalah segala
ucapkanlah kata-kata yang baik perbuatan orang Islam yang
kepada manusia, dirikanlah shalat halal yang dilaksanakan
dan tunaikanlah zakat. kemudian dengan niat ibadah.
kamu tidak memenuhi janji itu, Sedangkan ibadah dalam arti
kecuali sebahagian kecil daripada yang khusus adalah
kamu, dan kamu selalu perbuatan ibadah yang
berpaling.(QS. al-Baqoroh [2]:3) dilaksanakan dengan tata cara
Pengertian Ibadah secara yang telah ditetapkan oleh
terminologis menurut ulama tauhid, Rasulullah SAW. Ibadah
dan hadits ibadah adalah: dalam arti yang khusus ini
Mengesakan dan mengagungkan meliputi Thaharah, Shalat,
Allah SWT sepenuhnya serta Zakat, Shaum, Hajji, Kurban,
menghinakan diri dan menundukkan Aqiqah Nadzar dan Kifarat.
jiwa kepadanya.” Dari pengertian diatas
Para ahli di bidang akhlak jika digabungkan, maka Fiqih
mendefisikan ibadah sebagai berikut: Ibadah adalah ilmu yang
Mengerjakan segala bentuk kataatan menerangkan tentang dasar-
badaniyah dan menyelenggarakan dasar hukum-hukum syar‟i
segala syariat (hukum).” khususnya dalam ibadah khas
● Ulama tasawuf seperti meliputi thaharah,
mendefinisikan ibadah shalat, zakat, shaum, hajji,
sebagai berikut: kurban, aqiqah dan
Pekerjaan seorang mukallaf yang sebagainya yang kesemuanya
berlawanan dengan itu ditujukan sebagai rasa
keinginan nafsunya untuk bentuk ketundukan dan
membesarkan Tuhannya.” harapan untuk mecapai ridla
● Menurut ahli fiqih ibadah Allah SWT.
adalah:
Segala bentuk ketaatan yang engkau C. Pengertian Syari’at
kerjakan untuk mencapai
keridaan Allah SWT dan Syari‟at artinya jalan
mengharapkan pahala-Nya di (thariqah). Secara istilah adalah
akhirat.” segala bentuk hukum baik perintah
● Menurut Jumhur Ulama: dan larangan yang terdapat dalam
Ibadah itu yang mencakup segala Islam, yang tujuannya untuk
perbuatan yang disukai dan mendekatkan diri kepada Allah
diridai oleh Allah SWT, baik SWT. Jadi, secara praktis antara

22
fiqih dan syari‟at tidak jauh berbeda. Maqbulah. As-Sunnah Al-Maqbulah
Perbedaannya fiqih jauh lebih artinya sunnah yang dapat diterima.
teoritik, sementara syari‟at lebih Dalam kajian hadis sunnah al-
praktis.Tujuan diciptakannya Maqbulah dibagi menjadi dua, Hadis
syari‟at di dalam Islam adalah untuk; Shahih dan Hadis Hasan. Hal ini
1. Memelihara agama (hifzud disandarkan pada hadis berikut;
din) Bahwa Rasulullah SAW.
2. Meliharaan jiwa (hifzun bersabda:“Aku meninggalkan
nufus) untukmu dua perkara, kamu tidak
3. Memelihara akal (hifzul aql) akan tersesat jika berpegang pada
4. Memelihara keturunan keduanya, yakni: Kitab Allah (al-
(hifzun nasl) Qur‟an) dan Sunah Nabi.
5. Memelihara harta (hifzul mal)
6. Memelihara kehormatan E. Prinsip Ibadah
(hifzul irdh)
7. Mmelihara lingkungan (hifzul Adapun prinsip melaksanakan
bi‟ah) Ibadah sebagai berikut:
Tujuh kriteria tersebut dapat 1. Niat lillahi ta‟ala(Al-Fatihah
dijadikan ukuran apakah syari‟at [1]:5)
(hukum) yang diterapkan itu benar 1.Dengan menyebut nama Allah yang
atau tidak. Jika hukum yang Maha Pemurah lagi Maha
dikerjakan ternyata menabrak dari Penyayang. 2. segala puji [2]
salah satu kriteria tersebut, maka bagi Allah, Tuhan semesta alam.
keberadaan hukum tersebut perlu 3. Maha Pemurah lagi Maha
ditinjau kembali. Penyayang. 4. yang menguasai di
hari Pembalasan. 5. hanya
D. Dasar Hukum Engkaulah yang Kami sembah,
dan hanya kepada Engkaulah
Ibadah adalah cinta dan Kami meminta pertolongan.
ketundukan yang sempurna.8Firman 2. Ikhlas (Al-Bayinah [98]:5)
Allah SWT: Padahal mereka tidak disuruh kecuali
Dan Aku tidak menciptakan jin dan supaya menyembah Allah dengan
manusia melainkan supaya mereka memurnikan (ikhlas) ketaatan
menyembah-Ku.”(QS.al-Dzariyat kepada-Nya dalam
[51]: 56) (menjalankan) agama yang
Demikian pula firman Allah lurus, dan supaya mereka
berikut: mendirikan shalat dan
Hai manusia, sembahlah Tuhanmu menunaikan zakat; dan yang
Yang telah menciptakanmu dan demikian Itulah agama yang
orang-orang yang sebelummu, agar lurus.
kamu bertakwa.” (QS.Al-Baqarah 3. Tidak menggunakan perantara
[2]: 21) (washilah) (QS. al-Baqarah [2]:
186)
Dasar Ilmu Fiqih: Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya
Dasar ilmu Fiqih Ibadah adalah kepadamu tentang Aku, Maka
yakni al-Qur‟an dan as-Sunnah al- (jawablah), bahwasanya aku

23
adalah dekat. aku mengabulkan janganlah Engkau hukum Kami
permohonan orang yang berdoa jika Kami lupa atau Kami
apabila ia memohon kepada-Ku, tersalah. Ya Tuhan Kami,
Maka hendaklah mereka itu janganlah Engkau bebankan
memenuhi (segala perintah-Ku) kepada Kami beban yang berat
dan hendaklah mereka beriman sebagaimana Engkau bebankan
kepada-Ku, agar mereka selalu kepada orang-orang sebelum
berada dalam kebenaran. kami. Ya Tuhan Kami, janganlah
4. Dilakukan sesuai dengan Engkau pikulkan kepada Kami
tuntunan al-Qur‟an dan sunnah apa yang tak sanggup Kami
5. Seimbang antara dunia akherat memikulnya. beri ma‟aflah
(QS. al-Qashash [28]:77) kami; ampunilah kami; dan
Dan carilah pada apa yang telah rahmatilah kami. Engkaulah
dianugerahkan Allah kepadamu penolong Kami, Maka tolonglah
(kebahagiaan) negeri akhirat, Kami terhadap kaum yang
dan janganlah kamu melupakan kafir.”(QS. al-baqoroh [2]:286]
bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah F. Ruang Lingkup Fiqih Ibadah
(kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat 1) Shalat
baik, kepadamu, dan janganlah Sholat merupakan salah satu perbuatan yang
kamu berbuat kerusakan di dimulai dari tahbirotul ihram dan
(muka) bumi. Sesungguhnya diakhiri dengan salam sesuai dengan
Allah tidak menyukai orang- syarat-syarat tertentu. Sholat
orang yang berbuat kerusakan. diwajibkan bagi setiap umat islam
6. Tidak berlebih-lebihan (QS. al- karena barang siapa yang mendirikan
A‟raf [7]:31) sholat maka maka ia menegakkan
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu agama dan barang siapa yang
yang indah di Setiap (memasuki) meninggalkan sholat maka ia
mesjid, Makan dan minumlah, merobohkan agama.
dan janganlah berlebih-lebihan. 2) Zakat
Sesungguhnya Allah tidak Zakat adalah sebuah ibadah
menyukai orang-orang yang yangmenuntutkeridhoan umat
berlebih-lebihan. Islamuntuk mengeluarkan sebagian
7. Mudah (bukan meremehkan) dan hartanya sesuai ketentuan yang
Meringankan Bukan ditetapkan. seperti yang terdapat
Mempersulit(QS. al-Baqarah dalam al-qur‟an .QS. At-Taubah
[2]:286) [49]: 103)
Allah tidak membebani seseorang 3) Puasa
melainkan sesuai dengan Puasa adalah tindakan sukarela
kesanggupannya. ia mendapat dengan berpantang dari makanan,
pahala (dari kebajikan) yang minuman, atau keduanya, perbuatan
diusahakannya dan ia mendapat buruk dandari segala hal yang
siksa (dari kejahatan) yang membatalkan puasa untuk periode
dikerjakannya. (mereka waktu tertentu. Puasamutlak
berdoa):“Ya Tuhan Kami, biasanya didefinisikan sebagai

24
berpantang dari semua makanan dan boleh menambah syiar-syiar agama
cairan untuk periode tertentu, dengan cara qiyas atau ijtihadnya
biasanyasatu hari (24 jam), atau sendiri pastilah jumlah taklif akan
beberapa hari. Puasa lain mungkin lebih banyak dari apa yang ada di
hanya membatasi sebagian, zaman Rasulullah SAW. Sehingga
membatasi makanan tertentu atau sulit untuk membedakan mana yang
zat. Praktik puasa dapat menghalangi syariat dasar dan mana yang
aktivitas seksual dan lainnya serta tambahan. Dan kaum muslimin tidak
makanan. Seperti dalam QS. al- ubahnya seperti orang nashrani.
Baqoroh [2]:183) Setiap orang yang membuat syariat
4) Haji baru atau ibadah tertentu maka ia
Ibadah adalah nama sebutan bagi segala adalah sesuai dengan dalam (QS.
sesuatu yang disukai Allah dan di Asy-Syura [42]: 21)
Ridhoi-Nya, baik berupa ucapan,
perbuatan, yang tampak maupun G. Hakikat Ibadah dan Tujuan
yang batin. Shalat, zakat, puasa, haji, Ibadah
berkata jujur, menjalankan amanah,
berbakti kepada orangtua dan 1) Hakikat Ibadah
menjaga tali silaturrahim, memenuhi Dalam syari‟at islam ibadah
janji, amar ma‟ruf nahi munkar, mempunyai dua unsur, yaitu
berjihad melawan orang kafir dan ketundukan dan kecintaan yang
munafiq, berbuat baik kepada paling dalam kepada Allah SWT.
tetangga, anak yatin, orang miskin, Unsur yang tertinggi adalah
orang yang berjuang di jalan Allah, ketundukan, sedangkan kecintaan
hamba sahaya, termasuk binatang merupakan implementsi dari ibadah
peliharaan, doa, dzikir, membaca Al- tersebut. Disamping itu ibadah juga
Qurán, dan yang lainnya. Termasuk mengandung unsur kehinaan, yaitu
juga mencintai Allah dan Rosul-Nya, kehinaan yang paling rendah di
rasa mengkhawatirkan Allah, hadapan Allah SWT. Pada mulanya
bertaubat, ikhlas, sabra terhadap ibadah merupakan “hubungan” hati
ujian, syukur nikmat, ridho dengan dengan yang dicintai, menuangkan
qadha, tawakal, berharap akan isi hati, kemudian tenggelam dan
selamat, khawatir dengan azab dan merasakan keasyikan, akhirnya
yang lainnya, semua termasuk sampai kepada puncak kecintaan
ibadah. Ibadah bukan sebatas kepada Allah SWT. Orang yang
bertauhid seperti dalam (QS. al- tunduk kepada orang lain serta
Bayyinah [98]: 5)Namun, ibadah mempunyai unsur kebencian tidak
mencakup tauhid dan semua jenis dinamakan „abid (orang yang
amal baik. Setiap ibadah harus beribadah), begitu juga orang yang
mengacu pada nash yang ada dan cinta kepada sesuatu tetapi tidak
telah disyariátkan Allah, tidak tunduk kepadanya, seperti orang
ditambah-tambahi dan dikurangi. yang mencintai anaknya atau
Tidak semua orangpun boleh meng- temannya. Kecintaan yang sempurna
Qiyas-kan atau mengandalkan adalah kepada Allah SWT. Setiap
pendapat pribadi termasuk juga kecintaan yang bersifat sempurna
ijtihadnya. Sebab, jika ada orang terhadap selain Allah SWT adalah

25
batil.Dengan melihat hakikat dan berperasaan, adalah hamba-hamba
pengertiannya Yusuf Qardhawi Allah. Hamba sebagaimana yang
mengemukakan bahwa ibadah dikemukakan diatas adalah mahluk
merupakan kewajiban dari apa yang yang dimiliki. Kepemilikan Allah
disyari‟atkan Allah SWT yang atas hamba-Nya adalah kepemilikan
disampaikan oleh para rasul-Nya mutklak dan sempurna, oleh karena
dalam benyak perintah dan larangan. itu mahluk tidak dapat berdiri sendiri
Kewajiban itu muncul dari lubuk hati dalam kehidupan dan aktivitasnya
orang yang mencintai Allah kecuali dalam hal yang oleh Alah
SWT.10Manusia ditakdirkan sebagai SWT. Telah dianugerahkan untuk
makhluk yang mempunyai kelebihan dimiliki mahluk-Nya seperti
akal dari makhluk lainnya (QS.At kebebasan memilih walaupun
Tiin). Kenyataannya, manusia tidak kebebasan itu tidak mengurangi
selalu menggunakan akal sehatnya, kepemilikan Allah. Atas dasar
bahkan ia lebih sering dikuasai kepemilikan mutak Allah itu, lahir
nafsunya, sehingga ia sering kewajiban menerimasemua
terjerumus ke dalam apa yang ketetapan-Nya, serta menaati seluruh
disebut dehumanisasi, yaitu proses perintah dan larangan-Nya.Manusia
yang menyebabkan kerusakan, diciptakan Allah bukan sekedar
hilang, atau merosotnya nilai–nilai untuk hidup di dunia ini kemudian
kemanusiaan. Disinilah perlunya mati tanpa pertanggungjawaban,
agama bagi manusia. tetapi manusia diciptakan oleh Allah
Dengan agama, hidup manusia menjadi untuk beribadahhal ini dapat
bermakna. Makna agama terletak difahami dari firman Allah SWT.:
pada fungsinya sebagai kontrol Maka apakah kamu mengira, bahwa
moral manusia. Melalui ajaran– sesungguhnya Kami menciptakan
ajarannya, agama menyuruh manusia kamu secara main-main (saja), dan
agar selalu dalam keadaan sadar dan bahwa kamu
menguasai diri. Keadaan sadar dan tidak akan dikembalikan kepada Kami.”(QS
menguasai diri pada manusia itulah al-Mu‟minun [23]:115)
yang merupakan hakikat agama, atau Karena Allah maha mengetahui tentang
hakikat ibadah. Melalui ibadah kejadian manusia, maka agar
(pengabdian) kepada Allah, hidup manusia terjaga hidupnya, bertaqwa,
manusia terkontrol. Di mana pun dan diberi kewajiban ibadah. Tegasnya
dalam keadaan apa pun, manusia manusia diberi kewajiban ibadah
dituntut untuk selalu dalam keadaan agar menusia itu mencapai taqwa.
sadar sebagai hamba Allah dan
mampu menguasai dirinya, sehingga H. Jenis Ibadah
segala sikap, ucapan, dan
tindakannya selalu dalam kontrol Ditinjau dari jenisnya, ibadah
Ilahi. dalam Islam terbagi menjadi dua
jenis, dengan bentuk dan sifat yang
2) Tujuan Ibadah berbeda antara satu dengan lainnya:
1. Ibadah Mahdhah,
Manusia, bahkan seluruh artinyapenghambaan yang murni
mahluk yang berkehendak dan hanya merupakan hubungan

26
antara hamba dengan Allah d) Azasnya “taat”, yang dituntut
secara langsung. Ibadah bentuk dari hamba dalam
inimemiliki 4 prinsip: melaksanakan ibadah ini
a) Keberadaannya harus adalah kepatuhan atau
berdasarkan adanya dalil ketaatan. Hamba wajib
perintah, baik dari al-Qur‟an meyakini bahwa apa yang
maupun al-Sunnah, jadi diperintahkan Allah
merupakan otoritas wahyu, kepadanya, semata-mata
tidak boleh ditetapkan oleh untuk kepentingan dan
akal atau logika kebahagiaan hamba, bukan
keberadaannya. untuk Allah, dan salah satu
b) Tata caranya harus berpola misi utama diutus Rasul
kepada contoh Rasulullah adalah untuk dipatuhi.
SAW. 2. Ibadah Ghairu Mahdhah, (tidak
Jika melakukan ibadah bentuk ini murni semata hubungan dengan
tanpa dalil perintah atau tidak Allah) yaitu ibadah yang di
sesuai dengan praktek Rasul samping sebagai hubunganhamba
saw.,maka dikategorikan dengan Allah juga merupakan
“Muhdatsatul umur” perkara hubungan atau interaksi antara
mengada-ada, yang populer hamba dengan makhluk
disebutbid‟ah. Salah satu lainnya.Ibadah Ghairu Mahdhah,
penyebab hancurnya agama- yakni sikap gerak-gerik, tingkah
agama yang dibawa sebelum laku dan perbuatan yang
Muhammad saw. adalah mempunyai tiga tanda yaitu:
karena kebanyakan kaumnya pertama, niat yang ikhas sebagai
bertanya dan menyalahi titik tolak, kedua keridhoan Allah
perintah Rasul-rasul mereka. sebagai titik tujuan, dan ketiga,
c) Bersifat supra rasional (di amal shaleh sebagai garis
atas jangkauan akal) artinya amal.Prinsip-prinsip dalam
ibadah bentuk ini bukan ibadah ini, ada 4:
ukuran logika, karena bukan a. Keberadaannya didasarkan
wilayah akal, melainkan atas tidak adanya dalil yang
wilayah wahyu, akal hanya melarang. Selama Allah SWT
berfungsi memahami rahasia dan Rasul-Nya tidak
di baliknya yang disebut melarang maka ibadah
hikmah tasyri‟. Shalat, bentuk ini boleh
adzan,tilawatul Qur‟an, dan diselenggarakan.
ibadah mahdhah lainnya, b. Tata laksananya tidak perlu
keabsahannnya bukan berpola kepada contoh Rasul,
ditentukan oleh mengerti atau karenanya dalam ibadah
tidak, melainkan ditentukan bentuk ini tidak dikenal
apakah sesuai dengan istilah “bid‟ah”, atau jika
ketentuan syari‟at, atau tidak. ada yang menyebutnya,
Atas dasar ini, maka segala hal yang tidak
ditetapkan oleh syarat dan dikerjakan rasul bid‟ah, maka
rukun yang ketat. bid‟ahnya disebut bid‟ah

27
hasanah, sedangkan dalam dilakukan dengan badan/jasad
ibadahmahdhah disebut seperti ruku‟, sujud, thawaf dll.
bid‟ah dhalalah. 5. Ibadah Maliah (harta). Ibadah
c. Bersifat rasional, ibadah maliah adalah amalan-amalan
bentuk ini baik-buruknya, ibadahyang lebih banyak
atau untung-ruginya, manfaat dilakukan dengan sarana harta
atau madharatnya, dapat benda dan kekayaan. Seperti
ditentukan oleh akal atau zakat, infaq dan shodaqoh, dll.
logika.Sehingga jika menurut Walaupun ibadah diatas
logika sehat, buruk, dikategorikan sesuai dominasi yang
merugikan, danmadharat, melakukannya, namun ibadah-ibadah
maka tidak boleh itu dapat juga di lakukan dengan
dilaksanakan. gabungan anggota badan yang
d. Azasnya “Manfaat”, selama melakukannya, contoh Ibadah Haji
itu bermanfaat, maka selama adalah hati harus meyakini bahwa
itu boleh dilakukan. haji adalah wjib bagi yang mampu,
saat ibadah haji lisan terus
Kategori-kategori ibadah: mengumandangkan kalimat talbiyah
(‫ ) لبيك اُللهم لُبيك‬anggota badan
1. Ibadah i‟tiqodiyah (keyakinan). melakukan amalan-amalan haji, dan
Ibadah I‟tiqodiyah adalah ibadah tentunya harta juga memegang
yang berhubungan dengan peranan penting, sebagai ongkos dan
keyakinan dan keimanan, seperti bekal baik untuk yang pergi maupun
iman kepada rukun iman, dan untuk yang di tinggalkannya.
iman kepada yang ghaib
2. Ibadah Qolbiyah (ibadah hati). I. Penutup
Ibadah qolbiyah adalah amalan-
amalan ibadah yang lebih banyak Fiqih Ibadah adalah
dilakukan dengan hati, yang pemahaman terhadap yang berkaitan
tidak boleh di tujukan dan dengan peribadahan manusia kepada
dimaksudkan kecuali hanya Allah SWT. Ibadah adalah segala
kepada Allah. Seperti Hubb bentuk hukum, baik yang dapat
(cinta), Tawakkal, Sabar, Khauf dipahami maknanya (ma‟qulat al-
(takut), Roja‟ (berharap) dan ma‟na) seperti hukum yang
taubat. menyangkut dengan muamalah pada
3. Ibadah Lafzhiyah. Ibadah umumnya, maupun yang tidak dapat
lafzhiyah adalah amalan-amalan dipahami maknanya (ghair ma‟qulat
ibadah yang lebih banyak ma‟na).Dari dua pengertian tersebut
dilakukan dengan lisan. Seperti jika digabungkan, maka Fiqih Ibadah
mengucap kalimat-kalimat adalah ilmu yang menerangkan
thoyyibah, dzikir dan membaca tentang dasar-dasar hukum-hukum
al-Qur‟an. syar‟i khususnya dalam ibadah khas
4. Ibadah Jasadiyah (badan). Ibadah seperti meliputi thaharah, shalat,
jasadiyah adalah amalan-amalan zakat, shaum, hajji, kurban, aqiqah
ibadahyang lebih banyak dan sebagainya yang kesemuanya itu
ditujukan sebagai rasa bentuk

28
ketundukan dan harapan untuk [9] Barnett., M.A. (1989). More than meets the eye.
mecapai ridla Allah SWT.Islam Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall Regents.
menegakkan ibadah atas beberapa
sendi yang dapat membersihkan jiwa [10] Bungin, B. (2003). Analisis Data Penelitian
dan usaha melaksanakan dengan Kualitatif. Jakarta: PT Raja grafindo Persada.
sewajarnya dan dengan semestinya,
dan tetap memelihara inti sari ibadah
[11] Carrell, P.L. (1989). Metacognitive Awareness
dan Setiap ibadah memiliki hikmah. and Second Language Reading. The modern
language journal, 73 (2), 121-134.

DAFTAR PUSTAKA [12] Cultura, L. (2017). INCREASING


STUDENTS’READING COMPREHENSION
THROUGH COGNITIVE STRATEGIES OF
SENIOR HIGH SCHOOL OF SIDENRENG
[1] Alfassi, M. (2004). Reading to learn: Effects of
RAPPANG REGENCY. Lingua, 11(2), 103-107.
combined strategy instruction on high school
students. Journal of Educational research, 97
(4), 171-184. [13] Caverly, D. (1997). Teaching reading in a
[2] Al-Fairuzabadi, Al-Qamus Al- learning assistance center. (ERIC Document
Muhith(Muhammad bin Ya‟qub Majduddin Al- Reproduction Serveices No. ED 478 373).
Fairuzabadi).Cairo: Mathba‟ah Mushthafa Al-
Babi Al-Halabi, cet. II. 1371 H/1952 M.
[14] Caverly, D.C. & Orlando, V. P. (1991). Textbook
[3] Ar-Raghib Al-Ashfihani, Al-Mufradat fi Gharib study strategy. In R.F. Flippo & D. C. Caverly
Al-Qur‟an, dan Mu‟jam Al-Fazh Al-qur‟an Al- (Eds). Teaching reading and study strategies at
Karim. Lajnah min kubbar Al-„Ulama fi Ad-Din the college level. (pp.86-165). Newark, DE:
wa Al-Lughah. Cairo: Al-Ha‟iah Al Mishriyyah International Reading Association.
Al-„Ammah li Al-kitab.
[4] Ash Shiddieqy, H.Z. Fuad Hasbi. 2000.Kuliyah [15] Chamot, A. U., & Kupper, L. (1989). Teaching
Ibadah, Semarang: PT. Pustaka Riski Putra. learning strategies in foreign language
[5] BAHARUDDIN, B., ELIHAMI, E., ARIFIN, I., & intstruction. Foreign Language Annals, 22 (1),
WIYONO, B. B. (2017). KEPEMIMPINAN 13-24.
MORAL SPIRITUAL KEPALA PAUD DALAM [16] Chamot, A. U., Robbins, J., & El-Dinary, P. B
MENINGKATKAN PEMBELAJARAN (1993). Learning strategies in Japanese foreign
KARAKTER ANAK USIA DINI. Jurnal language instruction. (ERIC Document
Pendidikan Islam, 8(2), 103-122. Reproduction Service No. ED 370-346).

[6] Baker, W., & Boonkit, K. (2004). Learning [17] Elihami.(2016).The Challenge of Religious
strategies in reading and writing: EAP Education in Indonesia Multiculturalism. Vol.
contexts; Heinle & Heinle. 5, No. 4, American Research Institute for
Policy Development.

[7] Baker, L., & Brown, A.L. (1984). Metacognitive [18] Elihami, E., & Saharuddin, A. (2017). PERAN
Skills in Reading. In P.D. Pearson (Ed.), TEKNOLOGI PEMBELAJARAN ISLAM DALAM
Handbook of reading research (pp. 353-394). ORGANISASI BELAJAR. Edumaspul-Jurnal
New York: Longman. Pendidikan, 1(1), 1-8.

[8] Bandura, A. (1994). Encyclopedia of human [19] Elihami, E., & Syarif, I. (2017, November).
behavior (Vol. 4). Academic Press. LEADERSHIP MANAGEMENT AND EDUCATION
PLANNING: DEVELOPING THE
ENTREPRENEURSHIP TRAINING OF ISLAMIC

29
EDUCATION. In INTERNATIONAL [31] Pintrich, P.R., & Garcia, T. (1991) Student goal
CONFERENCE ON EDUCATION (Vol. 1, No. 01). orientation and self-regulation in the college
classroom. In M. Maehr & P. R. Pintrich (Eds).,
[20] Elihami, E., & Syahid, A. (2018). PENERAPAN Advances in motivation and achievement: Goals
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM and self-regulatory processes. Greenwich, CT:
DALAM MEMBENTUK KARAKTER PRIBADI JAI Press.
YANG ISLAMI. Edumaspul-Jurnal
Pendidikan, 2(1), 79-96.
[32] Pintrich, P.R., Smith, D.F., Garcia, T., &
McKeachie, W. (1991). A manual for the use of
[21] Elihami, E., Mulyadi, M., & Busa, Y. the Motivated Strategies for Learning
CHILDREN'S TALKING BY USING FLANNEL Questionnaire (MSLQ) (Tech. Rep. No. 91-B-
PAPER MEDIA IN PLAY GROUPS. 004). Ann Arbor, Michigan: The Regents of the
University of Michigan.
[22] Elihami, E., Suparman, S., Busa, Y., &
Saharuddin, A. (2019). PEMBELAJARAN
KOOPERATIF MODEL THINK-PAIR-SHARE [33] Schunk, D. H. (1991). Self-efficacy and
DALAM DUNIA IPTEK. Prosiding, 4(1). academic motivation. Educational
Psychologist, 26,207-231.
[23] Elihami, E. (2016). Meningkatkan Hasil Belajar
Al-Islam Dan Kemuhammadiyahan Melalui [34] Shang, H. F. (2007, May). Reading strategy
Kuis Dengan Umpan Balik Pada Mahasiswa training for the development of EFL reading
Kelas. SAFINA: Jurnal Pendidikan Agama comprehension. Proceedings of the 24th
Islam, 1(2), 27-37. International Conference on English Teaching
and Learning in the Republic of China (ROC-
[24] Daradjat,Zakiyah. 1995. Ilmu Fiqih, TEFL) 424-442, National Chengchi University,
Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, Taipei, Taiwan.

[25] Firawati, F. (2017). Transformasi Sosial dalam


[35] Sweet, A.P., & Anderson, J.I. 1993. Reading
Nilai-Nilai Pendidikan Islam di Kabupaten
Research in to 2000. London: Lawrence
Sidenreng Rappang. Edumaspul-Jurnal
Erlbaum Associate.
Pendidikan, 1(1), 25-35.

[26] Ibrahim Shalih Su‟ad, Fiqih Ibadah Wanita, [36] Wakkang, Hamzah. 2004. Teaching Reading
Jakarta: Amzah, 2011. Comprehension through Comparative Learning
to Third Year Students of SLTP 1 Suppa
[27] Kai-Fat, Lee and Paula Flaming. (1979). Better Pinrang. Unpublished Thesis. Makassar: PPs
Reading Skills. Oxford: Oxford Unversity Press. UNM.
[37] Yusuf, QardhawiAl-„Ibadah fi al-Islam, Beirut:
Muassasah al-Risalah. 1979.
[28] Oxford, R. L. (1990). Language learning
strategies; what every teacher should know, [38] ___________, Konsep Ibadah Dalam Islam,
Toronto, Canada: Heinle & Heinle. Bandung: Mizan, Cet. Ke-2. 2002
[39] ___________, Al-„ibadah fi Al-islam, menukil
tulisan ibnu Taimiyyah dalam kitab Risalah Al-
[29] Philips, D (1996). Longman preparation course
Ibadah.
for the TOEFL test. N.Y. Addison-Weslay.
[40] ___________, Konsep ibadah dalam islam.
Subarabaya. Central Media, 1993.
[30] Pintrich. P.R. (1999). The role of motivation in [41] ___________, Al-Mushthalahat Al-Arba‟ah fi Al-
promoting and sustaining self-regulated
learning. International Journal of Educational Qur‟an. Abu Al-A‟la Al-Maududi. Al-„ibadah fi
Research, 31. 459-470. Al-islam.

30
[42] Weinstein, C. E., & Mayer, R.E (1986). The
teaching of Learning Strategies.In M. Wittrock
(Ed.), Handbook of Research on teaching (pp.
315-327). New York: Macmilan.

[43] Winstead, L. (2004). Increasing academic


motivation and cognition in reading, writing,
and matemathics: Meaning-Making strategies.
Educational Research Quarterly, 28 (2), 30-
49.

31

Anda mungkin juga menyukai