Anda di halaman 1dari 14

NAMA : NURUL AZIZAH

NIM :

TUGAS :

A. Pengertian Ibadah

Ibadah secara etimologi berasal dari kata bahasa Arab yaitu “abida-

ya’budu-‘abdan-‘ibaadatan” yang berarti taat, tunduk, patuh dan merendahkan diri.

Kesemua pengertian itu mempunyai makna yang berdekatan. Seseorang yang tunduk,

patuh dan merendahkan diri dihadapan yang disembah disebut “abid” (yang beribadah).

Kemudian pengertian ibadah secara terminologi atau secara istilah adalah sebagai

berikut :

1. Menurut ulama tauhid dan hadis ibadah yaitu:

“Mengesakan dan mengagungkan Allah sepenuhnya serta menghinakan diri

dan menundukkan jiwa kepada-Nya” Selanjutnya mereka mengatakan bahwa

ibadah itu sama dengan tauhid. Ikrimah salah seorang ahli hadits mengatakan

bahwa segala lafadz ibadah dalam Al-Qur’an diartikan dengan tauhid.

2. Para ahli di bidang akhlak mendefinisikan ibadah sebagai berikut:

“Mengerjakan segala bentuk ketaatan badaniyah dan melaksanakan segala

bentuk syari’at (hukum).”. “Akhlak” dan segala tugas hidup (kewajiban-

kewajiban) yang diwajibkan atas pribadi, baik yang berhubungan dengan diri

sendiri, keluarga maupun masyarakat, termasuk kedalam pengertian ibadah,

seperti Nabi SAW bersabda yang artinya: “Memandang ibu bapak karena

cinta kita kepadanya adalah ibadah” (HR  Al-Suyuthi). Nabi SAW juga


bersabda: “Ibadah itu sepuluh bagian, Sembilan bagian dari padanya terletak

dalam mencari harta yang halal.” (HR Al-Suyuthi).

3.  Menurut ahli fikih ibadah adalah:

“Segala bentuk ketaatan yang dikerjakan untuk mencapai keridhaan Allah

SWT dan mengharapkan pahala-Nya di akhirat.” Dari semua pengertian yang

dikemukakan oleh para ahli diatas dapat ditarik pengertian umum dari ibadah

itu sebagaimana rumusan berikut: “Ibadah adalah semua yang mencakup

segala perbuatan yang disukai dan diridhai oleh Allah SWT, baik berupa

perkataan maupun perbuatan, baik terang-terangan maupun tersembunyi dalam

rangka mengagungkan Allah SWT dan mengharapkan pahala-Nya.”

Pengertian ibadah tersebut termasuk segala bentuk hukum, baik yang dapat

dipahami maknanya (ma’qulat al-ma’na) seperti hukum yang menyangkut

dengan muamalah pada umumnya, maupun yang tidak dapat dipahami maknanya (ghair

ma’qulat al-ma’na), seperti shalat, baik yang berhubungan dengan anggota badan seperti

rukuk dan sujud maupun yang berhubungan dengan lidah seperti dzikir, dan hati seperti

niat.  Ibadah merupakan salah satu dimensi yang begitu asasi didalam ajaran islam. Ibadah

tidak cuma terkait dengan ritual-ritual antara manusia dengan Sang Khalik, namun juga

mengandung sejumlah keutamaan bagi diri manusia dalam hubungannya dengan

lingkungan sosialnya. Dalam konsep ajaran islam, manusia diciptakan tak lain dan tak

bukan untuk beribadah kepada Allah. Dengan kata lain untuk menyembah Allah dalam

berbagai bentuk dan manifestasinya baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pengertian ibadah secara bahasa, kata ibadah adalah bentuk dasar (mashdar) dari

fi’il (kata kerja) ‘abada-ya’budu yang berarti: taat, tunduk, hina, dan

pengabdian. Berangkat dari arti ibadah secara bahasa, Ibnu Taymiyah mengertikan ibadah

sebagai puncak ketaatan dan kedudukan yang didalamya terdapat unsur cinta (al-

hubb). Seseorang belum dikatakan beribadah kepada Allah kecuali bila ia mnecintai Allah

lebih dari cintanya kepada apapun dan siapapun juga. Adapun definisi ibadah menurut

Muhammadiyah adalah “mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan melaksanakan

segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya serta mengamalkan apa saja yang

diperkenankan oleh-Nya. (Himpunan Putusan Tarjih, 278)

Ibadah artinya penghambaan diri kita sebagai makhluk dan Allah sebagai Tuhan

kita atau dengan kata lain segala sesuatu yang kita kerjakan dalam rangka mentaati

perintah-perintah-Nya adalah ibadah. Ibadah meliputi apa saja yang dicintai dan diridhoi

oleh Allah, menyangkut seluruh ucapan dan perbuatan yang tampak dan tidak tampak,

seperti solat, zakat, puasa, menunaikan ibadah haji, berkata yang baik dan benar, belajar,

silaturahmi, membaca Al-Qur’an, berdagang dan lain sebagainya. Adapun pengertian

ibadah secara luas terkait dengan beberapa arti, secara aqidah bisa berarti mentauhidkan

Allah SWT, secara fiqih ia bisa berarti menegakkan hukum Allah SWT dan secara akhlaq

berarti berperilaku sesuai dengan tuntunan Allah SWT. Firman Allah SWT di dalam Al-

Qur’an yang artinya: “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan

orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertaqwa.” (QS Al-Baqarah [2]: 21)

B. Pembagian Ibadah

Secara umum, bentuk perintah beribadah kepada Allah dibagi dua, yaitu sebagai

berikut:
1. Ibadah Mahdhah  atau Ibadah Khusus

a. Yang dimaksud dengan ibadah mahdhah adalah hubungan manusia

dengan Tuhannya, yaitu hubungan yang akrab dan suci antara seorang

muslim dengan Allah SWT yang bersifat ritual (peribadatan), Ibadah

mahdhah merupakan manifestasi dari rukun islam yang lima. Atau

juga sering disebut ibadah yang langsung.  Selain itu juga ibadah

mahdhah adalah ibadah yang perintah dan larangannya sudah jelas

secara zahir dan tidak memerlukan penambahan atau pengurangan.

Jenis ibadah yang termasuk ibadah mahdhah, adalah :

1) Shalat

Secara lughawi atau arti kata shalat mengandung beberapa arti yang

beragam salah satunya do’a, itu dapat ditemukan contohnya dalam

Al Qur’an surat al-Taubah ayat 103: ‫كن لهم‬BB‫لوتك س‬BB‫ل عليهم إن ص‬BB‫وص‬

Berdo’alah untuk mereka, sesungguhnya do’a kamu itu (menjadi)

ketentraman jiwa bagi mereka. Secara terminologis ditemukan

beberapa istilah diantarnya: “Serangkaian perkataan dan perbuatan

tertentu yang dimulai dengan takbir dan disudahi salam”.

2) Zakat

Zakat adalah salah satu ibadah pokok dan termasuk salah satu

rukun Islam, yang berarti membersihkan, bertumbuh dan berkah.

Zakat itu ada dua macam: yaitu zakat harta atau disebut juga zakat

mal dan zakat diri yang dikeluarkan setiap akhir bulan ramadhan

yang disebut juga zakat fitrah.


3) Puasa

Puasa adalah ibadah pokok yang ditetapkan sebagai salah satu

Rukun Islam. Puasa secara bahasa bermakna , menahan dan diam

dalam segala bentuknya. Secara terminologis puasa diartikan

dengan “menahan diri dari makan, minum dan berhubungan seksual

mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan syarat-

syarat yang ditentukan”.

4) Ibadah Haji

Secara arti kata, lafaz haji yang berasal dari bahasa arab, berarti

“bersengaja”. Dalam artian terminologis adalah Menziarahi ka’bah

dengan melakukan serangkaian ibadah di Masjidil Haram dan

sekitarnya, baik dalam bentuk haji ataupun umroh.

5) Umroh

Umroh adalah mengunjungi ka’bah dengan serangkaian khusus

disekitarnya. Perbedaannya dengan haji ialah bahwa padanya tidak

ada wuquf di Arafah, berhenti di Muzdalifah, melempar jumrah dan

menginap di Mina.  Dengan begitu ia merupakan haji dalam

bentuknya yang lebih sederhana, sehingga sering umroh itu disebut

dengan haji kecil.

6) Bersuci dari hadas kecil maupun besar.

Rumusan Ibadah Mahdhah adalah “KA + SS”

(Karena Allah + Sesuai Syari’at)

2. Ibadah Ghairu Mahdhah


Yang dimaksud ibadah ghairu mahdhah berarti mencakup semua

perilaku manusia yang hubungannya dengan sesama manusia, yaitu dalam

semua aspek kehidupan yang sesuai dengan ketentuan Allah swt, yang

dilakukan dengan ikhlas untuk mendapat ridho Allah swt. Atau sering disebut

sebagai ibadah umum atau muamalah, yaitu segala sesuatu yang dicintai dan

diridhoi oleh Allah baik berupa perkataan atau perbuatan, lahir maupun batin

yang mencakup seluruh aspek kehidupan seperti aspek ekonomi, sosial, politik,

budaya, seni dan pendidikan. Seperti qurban, pernikahan, jual beli, aqiqah,

sadaqah, wakaf, warisan dan lain sebagainya.  Selain itu ibadah ghairu

mahdhah adalah ibadah yang cara pelaksanaannya dapat direkayasa oleh

manusia, artinya bentuknya dapat beragam dan mengikuti situasi dan kondisi,

tetapi substansi ibadahnya tetap terjaga. Seperti perintah melaksanakan

perdagangan dengan cara yang halal dan bersih.

Ibadah yang termasuk Ibadah Ghairu Mahdhah, adalah:

a. I’tikaf.

Berdiam di masjid untuk berdzikir kepada Allah.

b. Wakaf.

Wakaf menurut bahasa berarti menahan sedang menurut istilah wakaf

ialah memberikan suatu benda atau harta yang kekal zatnya kepada

suatu badan yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat.

c. Qurban

Qurban secara bahasa berarti dekat, sedang secara istilah adalah

menyembelih hewan yang telah memenuhi syarat tertentu di dalam


waktu tertentu yaitu bulan Dzulhijjah dengan niat ibadah guna

mendekatkan diri kepada Allah.

d. Shadaqah

Shadaqah adalah memberikan sesuatu tanpa ada tukarannya karena

mengharapkan pahala di akhirat.

e. Aqiqah

Aqiqah dalam bahasa arab berarti rambut yang tumbuh di kepala

anak/bayi. Istilah aqiqah kemudian dipergunakan untuk pengertian

penyembelihan hewan sehubungan kelahiran bayi.

f. Dzikir dan Do’a

Rumusan Ibadah Ghairu Mahdhah “BB + KA”

(Berbuat baik + Karena Allah ).

C. Prinsip-prinsip ibadah

1. Niat, merupakan prinsip utama dalam beribadah karena semua perbuatan orang yang

beriman kepada Allah dan Rasulullah SAW yang  diniatkan di jalan Allah bernilai

ibadah, baik dalam ibadah mahdhah maupun ghairu mahdhah.

2. Semua jenis perbuatan ibadah harus mengacu kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah.

3. Melakukan ibadah dengan jalan ittiba’ (mengikuti tata cara yang dilakukan oleh

Rasulullah saw), mengetahui hujjah atau dalil-dalilnya.

4. Tidak berpatokan pada pendekatan rasional, kecuali dalam urusan muamalah.

5. Bertanya kepada ulama (ahli zikir) jika tidak mengetahui dalil-dalilnya.


D. Fungsi dan Hikmah ibadah

1. Ada tiga aspek fungsi ibadah dalam Islam:

a. Mewujudkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya.

Mewujudkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya dapat dilakukan 

melalui “muqorobah” dan “khudlu”. Orang yang beriman dirinya akan  selalu

merasa diawasi oleh Allah. Ia akan selalu berupaya menyesuaikan  segala

perilakunya dengan ketentuan Allah SWT. Dengan sikap itu  seseorang muslim

tidak akan melupakan kewajibannya untuk beribadah,  bertaubat, serta

menyandarkan segala kebutuhannya pada pertolongan  Allah SWT. Demikianlah

ikrar seorang muslim seperti tertera dalam Al- Qur’an surat Al-Fatihah ayat 5

“Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah

Kami  meminta pertolongan.”Atas landasan itulah manusia akan terbebas dari

penghambaan terhadap  manusia, harta benda dan hawa nafsu.

b. Mendidik mental dan menjadikan manusia ingat akan kewajibannya

Dengan sikap ini, setiap manusia tidak akan lupa bahwa dia adalah 

anggota masyarakat yang mempunyai hak dan Kewajiban untuk menerima dan 

memberi nasihat. Oleh karena itu, banyak ayat Al-Qur'an ketika  berbicara tentang

fungsi ibadah menyebutkan juga dampaknya terhadap  kehidupan pribadi dan

masyarakat. Contohnya: Ketika Al Qur'an berbicara tentang sholat, ia menjelaskan

fungsinya: “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al

Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari  (perbuatan-

perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat  Allah (shalat) adalah
lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang  lain). dan Allah mengetahui

apa yang kamu kerjakan.”

Dalam ayat ini Al-Qur'an menjelaskan bahwa fungsi sholat adalah 

mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.Perbuatan keji dan mungkar  adalah

suatu perbuatan merugikan diri sendiri dan orang lain. Maka  dengan sholat

diharapakan manusia dapat mencegah dirinya dari perbuatan  yang merugikan

tersebut. Ketika Al-Qur'an berbicara tentang zakat, Al-Qur'an juga menjelaskan 

fungsinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu 

membersihkan dan mensucikan mereka dan Mendoalah untuk mereka. 

Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan  Allah

Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”Dan masih banyak ibadah-ibadah lain

yang tujuannya tidak hanya baik bagi diri  pelakunya tetapi juga membawa dapak

sosial yang baik bagi  masyarakatnya. Karena itu Allah tidak akan menerima

semua bentuk  ibadah, kecuali ibadah tersebut membawa kebaikan bagi dirinya

dan orang  lain. Dalam hal ini Nabi SAW bersabda : “Barangsiapa yang sholatnya

tidak mencegah dirinya dari perbuatan keji  dan munkar, maka dia hanya akan

bertambah jauh dari Allah” (HR.  Thabrani)

c. Melatih diri untuk berdisiplin

Adalah suatu kenyataan bahwa segala bentuk ibadah menuntut kita untuk 

berdisiplin. Kenyataan itu dapat dilihat dengajn jelas dalam pelaksanaan  sholat,

mulai dari wudhu, ketentuan waktunya, berdiri, ruku, sujud dan  aturan-aturan

lainnya, mengajarkan kita untuk berdisiplin. Apabila kita  menganiaya sesama

muslim, menyakiti manusia baik dengan perkataan maupun perbuatan, tidak mau
membantu kesulitan sesama manusia, menumpuk  harta dan tidak menyalurkannya

kepada yang berhak. Tidak mau melakukan “amar ma'ruf nahi munkar”, maka

ibadahnya tidak bermanfaat dan tidak bisa menyelamatkannya dari siksa Allah

SWT.

2. Hikmah Ibadah

Pada dasarnya ibadah membawa seseorang untuk memenuhi perintah Allah,

bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah dan melaksanakan hak sesama manusia.

Oleh karena itu, tidak mesti ibadah itu memberikan hasil dan manfaat kepada manusia

yang bersifat material, tidak pula merupakan hal yang mudah mengetahui hikmah

ibadah melalui kemampuan akal yang terbatas. Adapun hikmah ibadah adalah sebagai

berikut:

a. Tidak syirik.

Seorang hamba yang sudah berketetapan hati untuk senantiasa beribadah

menyembah kepada Nya, maka ia harus meninggalkan segala bentuk

syirik. Ia telah mengetahui segala sifat-sifat yang dimiliki Nya adalah lebih

bedar dari segala yang ada, sehingga tidak ada wujud lain yang dapat

mengungguli-Nya.

b. Memiliki ketakwaan.

Hai manusia, sembahlah Tuhan mu yang telah menjadikan kamu dan juga

orang-orang sebelummu supaya kamu bertakwa [Al Baqarah 2:21]. Ada

dua hal yang melandasi manusia menjadi bertakwa, yaitu karena cinta atau

karena takut. Ketakwaan yang di landasi cinta timbul karena ibadah yang
di lakukan manusia setelah merasakan kemurahan dan keindahan Nya

munculah dorongan untuk beribadah kepada Nya. Sedangkan ketakwaan

yang dilandasi rasa takut timbul karena manusia menjalankan ibadah

dianggap sebagai suatu kewajiban bukan sebagai kebutuhan. Ketika

manusia menjalankan ibadah sebagai suatu kewajiban ada kalanya muncul

ketidak ikhlasan, terpaksa dan ketakutan akan balasan dari pelanggaran

karena tidak menajalankan kewajiban.

c. Terhindar dari kemaksiatan.

Sesungguhnya shalat mencegah orang dari kekejian dan kejahatan yang

nyata [Al Ankabut 29:45]. Ibadah memiliki daya pensucian yang kuat

sehingga dapat menjadi tameng dari pengaruh kemaksiatan, tetapi keadaan

ini hanya bisa dikuasai jika ibadah yang di lakukan berkualitas. Ibadah

ibarat sebuah baju yang harus selalu dipakai dimanapun manusia berada.

d. Berjiwa sosial

Artinya ibadah menjadikan seorang hamba menjadi lebih peka dengan

keadaan lingkungan sekitarnya, karena dia mendapat pengalaman langsung

dari ibadah yang dikerjakannya. Sebagaimana ketika melalukan ibadah

puasa, ia merasakan rasanya lapar yang biasa dirasakan oleh orang-orang

yang kekurangan. Sehingga mendorong hamba tersebut lebih

memperhatikan orang lain.

e. Tidak kikir

Karena cinta kepada Nya memberikan harta benda kepada ahli kerabat,

dan anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, dan kaum musafir, dan
mereka yang meminta sedekah dan untuk memerdekakan sahaya. [Al

Baqarah 2:177]. Harta yang dimiliki manusia pada dasarnya bukan

miliknya tetapi milik Allah SWT yang seharusnya diperuntukan untuk

kemslahatan umat. Tetapi karena kecintaan manusia yang begitu besar

terhadap keduniawian menjadikan dia lupa dan kikir akan hartanya.

Berbeda dengan hamba yang mencintai Allah SWT, senantiasa dawam

menafkahihartanya di jalan Allah SWT. Ia menyadari bahwa miliknya

adalah bukan haknya tetapi ia  hanya memanfaatkan untuk keperluannya

semata-mata sebagai bekal di akhirat yang di wujudkan dalan bentuk

pengorbanan harta untuk keperluan umat.

f. Terkabul Doa-doanya

Aku mengabulkan doa orang yang memohon apabila ia mendoa kepada

Ku. Maka hendaklah mereka menyambut seruan Ku dan beriman kepada

Ku supaya mereka mengikuti jalan yang benar [Al Baqarah 2:186].

Hamba yang didengar dan dikabulkan doa-doanya hanyalah mereka yang

dekat dengan Nya melalui ibadah untuk selalu menyeru kepada Nya.

g. Menambah Saudara

Ibadah selayaknya dikerjakan secara berjamaah, karena setiap individu

pasti memerlukan individu yang lain dan ibadah yang dikerjakan secara

berjamaah memiliki derajat yang lebih tinggi dari berbagai seginya

terutama terciptanya jalinan tali silaturahim. Dampak dari ibadah tidak

hanya untuk individu tetapi untuk kemajuan semua manusia, jangan


pernah putus asa untuk mengajak orang lain untuk beribadah, karena ia

sedang memperluas lingkungan ibadah dan memperpanjang masanya.

h. Memiliki kejujuran

Dan apabila kamu telah selesai mengerjakan shalat, maka ingat lah

kepada Allah sambil berdiri, sambil duduk dan sambil berbaring atas

rusuk kamu. [An Nisa 4:103]. Ibadah berarti berdzikir (ingat) kepada

Allah SWT, hamba yang menjalankan ibadah berarti ia selalu ingat Allah

SWT dan merasa bahwa Allah SWT selalu mengawasinya sehingga tidak

ada kesempatan untuk berbohong. Kejujuran mengantarkan orang kepada

kebaikan dan kebaikan mengantarkan orang ke surga [HR Bukhari &

Muslim].

i. Berhati ikhlas

Dan mereka tidak diperintahkan melainkan supaya beribadah kepada

Allah dengan tulus ikhlas dalam ketaatan kepada Nya dengan lurus. [Al

Bayyinah 98:5]. Allah SWT menilai amal ibadah hambanya dari apa yang

diniatkan, lakukanlah dengan ikhlas dan berkwalitas. Jangan berlebihan

karena Allah SWT tidak menyukainya. Binasalah orang yang keterlaluan

dalam beribadah, beliau ulang hingga tiga kali. [HR Muslim].

j. Memiliki kedisiplinan, Ibadah harus dilakukan dengan dawam (rutin dan

teratur),  khusyu (sempurna), terjaga dan semangat.

k. Sehat jasmani dan rohani, hamba yang beribadah menjadikan gerakan

shalat sebagai senamnya, puasa menjadi sarana diet yang sehat, membaca
Al Qur an sebagai sarana terapi kesehatan mata dan jiwa. Insya Allah

hamba yang tekun dalam ibadah dikaruniakan kesehatan.

REFERENSI

Wahid, Bali. 2006. 474 IBADAH SALAH KAPRAH. Jakarta. Amzah

Pimpinan Pusat Muhammadiyah. 2014. Himpunan Putusan Tarjih, Yogyakarta: Suara

Muhammadiyah.

Basyir, Ahmad Azhar. 2001. Falsafah Ibadah dalam Islam. Yogyakarta: UII Press

Yogyakarta.

Razak, Yusron, dkk. 2011. Pendidikan Agama untuk Perguruan Tinggi & Umum.Jakarta:

UHAMKA PRESS.

Anda mungkin juga menyukai