Anda di halaman 1dari 30

1.

Jelaskan Istilah-istilah berikut : Syariat, aqidah,


ibadah, muamalah, ahlak, sunnah, dan bidah
Jawaban :
Syariat : Ketentuan Allah yang berhubungan dengan mukallaf, baik
dalam bentuk tuntutan (perintah, larangan dan bentuk materil lainnya)
maupun sebab sebab suatu tuntutan (rukun, syarat dan bentuk aturan
formal lainnya). Sumber syariat adalah Al Quran dan Hadis (nash).
Syariat Islam (Arab: Kata syara' secara etimologi berarti
"jalan-jalan yang bisa di tempuh air", maksudnya adalah jalan yang di
lalui manusia untuk menuju allah. Syariat Islamiyyah adalah hukum
atau peraturan Islam yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat
Islam. Selain berisi hukum, aturan dan panduan peri kehidupan, syariat
Islam juga berisi kunci penyelesaian seluruh masalah kehidupan
manusia baik di dunia maupun di akhirat.

Aqidah : Secara Bahasa (Etimologi) :


Kata "Aqidah" diambil dari kata dasar "al-aqdu" yaitu ar-rabth
(ikatan), al-Ibraamal-ihkam (pengesahan), (penguatan), at-tawatstsuq
(menjadi kokoh, kuat), asy-syaddu biquwwah (pengikatan dengan
kuat), at-tamaasuk(pengokohan) dan al-itsbaatu (penetapan). Di
antaranya juga mempunyai arti al-yaqiin (keyakinan) dan al-jazmu
(penetapan).
"Al-Aqdu" (ikatan) lawan kata dari al-hallu(penguraian, pelepasan).
Dan kata tersebut diambil dari kata kerja: " Aqadahu" "Ya'qiduhu"
(mengikatnya), " Aqdan" (ikatan sumpah), dan " Uqdatun Nikah"
(ikatan menikah). Allah Ta'ala berfirman, "Allah tidak menghukum
kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk
bersumpah), tetapi dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah
yang kamu sengaja ..." (Al-Maa-idah : 89).
Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang
mengambil keputusan. Sedang pengertian aqidah dalam agama
maksudnya adalah berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan.
Seperti aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya pada Rasul. Bentuk
jamak dari aqidah adalah aqa-id. (Lihat kamus bahasa: Lisaanul Arab,
al-Qaamuusul Muhiith dan al-Mu'jamul Wasiith: (bab: Aqada).
Jadi kesimpulannya, apa yang telah menjadi ketetapan hati seorang
secara pasti adalah aqidah; baik itu benar ataupun salah.
Pengertian Aqidah Secara Istilah (Terminologi)
Yaitu perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi
tenteram karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan
kokoh, yang tidka tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan.
Dengan kata lain, keimanan yang pasti tidak terkandung suatu
keraguan apapun pada orang yang menyakininya. Dan harus sesuai
dengan kenyataannya; yang tidak menerima keraguan atau prasangka.
Jika hal tersebut tidak sampai pada singkat keyakinan yang kokoh,
maka tidak dinamakan aqidah. Dinamakan aqidah, karena orang itu
mengikat hatinya diatas hal tersebut.

Ibadah : ibadah secara luas-universal adalah segala tindakan baik


berupa perkataan maupun perbuatan yang disenangi dan diridhai Allah
Swt. Untuk mengetahui tindakan tersebut disukai dan diridhai Allah
atau tidak, indikasinya adalah tindakan tersebut memberikan kebaikan
dan kemaslahatan kepada orang lain sekaligus terdapat dalam perintah
Al Quran maupun hadis.
Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta
tunduk. Sedangkan menurut syara (terminologi), ibadah mempunyai
banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara
lain adalah:
o Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-
Nya melalui lisan para Rasul-Nya.
o Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla,
yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa
mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi.
o Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai
dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau
perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin. Yang ketiga ini
adalah definisi yang paling lengkap.
Ibadah terbagi menjadi ibadah hati, lisan, dan anggota badan. Rasa khauf
(takut), raja (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan),
raghbah (senang), dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang
berkaitan dengan hati). Sedangkan tasbih, tahlil, takbir, tahmid dan
syukur dengan lisan dan hati adalah ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan dan
hati). Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah
qalbiyah (fisik dan hati). Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah
yang berkaitan dengan amalan hati, lisan dan badan.

Muamalah : Dari segi bahasa, "muamalah" berasal dari kata aamala,


yuamilu, muamalat yang berarti perlakuan atau tindakan terhadap orang
lain, hubungan kepentingan. Kata-kata semacam ini adalah kata kerja
aktif yang harus mempunyai dua buah pelaku, yang satu terhadap yang
lain saling melakukan pekerjaan secara aktif, sehingga kedua pelaku
tersebut saling menderita dari satu terhadap yang lainnya. Pengertian
Muamalah dari segi istilah dapat diartikan dengan arti yang luas dan
dapat pula dengan arti yang sempit.

Akhlak : secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong


oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang
baik. Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari
bahasa Arab yang berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat. [2] cara
membedakan akhlak, moral dan etika yaitu Dalam etika, untuk
menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk menggunakan tolok
ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan dalam moral dan susila
menggunakan tolok ukur norma-norma yang tumbuh dan berkembang
dan berlangsung dalam masyarakat (adat istiadat), dan dalam akhlaq
menggunakan ukuran Al Quran dan Al Hadis untuk menentukan baik-
buruknya. Kata akhlak diartikan sebagai suatu tingkah laku, tetapi
tingkah laku tersebut harus dilakukan secara berulang-ulang tidak cukup
hanya sekali melakukan perbuatan baik, atau hanya sewaktu-waktu saja.
Seseorang dapat dikatakan berakhlak jika timbul dengan sendirinya
didorong oleh motivasi dari dalam diri dan dilakukan tanpa banyak
pertimbangan pemikiran apalagi pertimbangan yang sering diulang-
ulang, sehingga terkesan sebagai keterpaksaan untuk berbuat. Apabila
perbuatan tersebut dilakukan dengan terpaksa bukanlah pencerminan dari
akhlak.

Sunnah : Segala sesuatu yang diriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu


Alaihi wa Sallam baik perkataan, perbuatan, ataupun persetujuan. Sunnat
pula berarti sesuatu yang pelakunya mendapat pahala dan tidak ada dosa
bagi yang meninggalkannya. As-Sunnah menurut istilah ahli fiqih
(fuqaha) ialah segala sesuatu yang sudah tetap dari Nabi Shallallahu
alaihi wa sallam dan hukumnya tidak fardhu dan tidak wajib, yakni
hukumnya sunnah. As-Sunnah menurut ulama Salaf adalah petunjuk
yang dilaksanakan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan para
Shahabatnya, baik tentang ilmu, itiqaad (keyakinan), perkataan maupun
perbuatannya.

Bidah dalam agama Islam berarti sebuah peribadahan yang tidak pernah
diperintahkan ataupun dicontohkan oleh Nabi Muhammad atau
dikerjakan oleh para sahabat, tetapi banyak dilakukan oleh umatnya.
Hukum dari bid'ah menurut pendapat para ulama Salaf adalah haram,
berdasarkan hadits dari nabi.Perbuatan dimaksud ialah perbuatan baru
atau penambahan dalam hubungannya dengan peribadatan dalam arti
sempit (ibadah mahdhah), yaitu ibadah yang tertentu syarat dan
rukunnya. Bidah menurut etimologi adalah hal baru yang disisipkan pada
syariat, setelah syariat itu sudah sempurna. Ibnu As-Sikkit berpendapat
bahwa bid'ah adalah segala hal yang baru. Sementara istilah pelaku bid'ah
(mubtadi') menurut adat terkesan tercela.
Adapun Abu Adnan berpendapat bahwa bid'ah adalah melakukan satu
perbuatan yang nyaris belum pernah dilakukan oleh siapapun, seperti
perkataan anda: si fulan berbuat bid'ah dalam perkara ini, artinya ia telah
mendahului untuk melakukan hal itu sebelum orang lain.
(Sumber : Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pustaka Asy-syafiI
(pustakaimamsyafii.com), islamcendikia.com)

2. Jelaskan apa yang disebut ibadah mahdhoh dan goir


mahdhoh dan jelaskan perbedaan antara keduanya
dengan menyebutkan ciri-cirinya.
Jawaban :
Ibadah Mahdoh
adalah ibadah yang dari segi perkataan, perbuatan telah didesign oleh Alloh
SWT kemudian diperintahkan kepada Rasulullah untuk mengerjakannya.
Seperti sholat fardu 5 kali, ibadah puasa ramadhan dan haji. Semuanya adalah
bentuk paket dari Allah turun kepada Rasulullah kemudian wajib ditirukan
oleh umatnya tanpa boleh menambah atau memperbaharui sedikitpun.
Ibadah mahdhah atau ibadah khusus ialah ibadah yang apa saja yang telah
ditetpkan Allah akan tingkat, tata cara dan perincian-perinciannya. Jenis
ibadah yang termasuk mahdhah, adalah :
Wudhu,
Tayammum
Mandi hadats
Shalat
Shiyam ( Puasa )
Haji
Umrah

Apa pernah yang berani menambah atau memperbaharui ibadah semacam itu?
Jawabannya ada, yaitu Muawiyah. Dalam Sunah Rasulullah ibadah jumat
didahului dengan 2 khotbah, sedangkan sholat 2 Id didahului sholat baru
kemudian khutbah. Ibadah cara ini kemudian oleh Muawiyah diubah yaitu
tatakala sholat Id, dia melangkah ke mimbar dan memberi khotbah baru
kemudian sholat. Oleh para ulama pada masa itu telah diingatkan,
Hai Muawiyah, sungguh engkau melakukan sesuatu yang belum pernah
dilakukan oleh Rasulullah Kemudian Muawiyah menjawab,
Kalau aku khutbah setelah usai sholat maka tidak ada manusia yang akan
mendengarkan khutbahku sambil berlalu menuju ke mimbar dan ia sungguh
telah berkotbah sebelum sholat Id didirikan. Inilah bidah yang sesat itu.
Sholat dengan bahasa Indonesia, seperti yang terjadi di Jawa Timur, itu juga
bidah dholalah (sesat) karena sholat masuk ke dalam ranah ibadah mahdoh
sehingga mengubah dan menambahi aturan di dalamnya termasuk kategori
sesat. Bukankah Rasulullah sduah menggariskan Sholluu kamaa roaitumuuni
usholli sholatlah kalian sebagaimana kalian lihat aku sholat. Ibadah bentuk
ini memiliki 4 prinsip, yaitu:
a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari
al-Quran maupun al- Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh
ditetapkan oleh akal atau logika keberadaannya. Haram kita melakukan ibadah
ini selama tidak ada perintah.
b. Tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul saw. Salah satu
tujuan diutus rasul oleh Allah adalah untuk memberi contoh:

Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul kecuali untuk ditaati dengan izin
Allah(QS. 64)

Dan apa saja yang dibawakan Rasul kepada kamu maka ambillah, dan apa
yang dilarang, maka tinggalkanlah( QS. 59: 7).
c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini
bukan ukuran logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal
hanya berfungsi memahami rahasia di baliknya yang disebuthikmah tasyri. Shalat,
adzan, tilawatul Quran, dan ibadah mahdhah lainnya, keabsahannnya bukan
ditentukan oleh mengerti atau tidak, melainkan ditentukan apakah sesuai dengan
ketentuan syariat, atau tidak. Atas dasar ini, maka ditetapkan oleh syarat dan rukun
yang ketat.
d. Azasnya taat, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah
ini adalah kepatuhan atau ketaatan. Hamba wajib meyakini bahwa apa yang
diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata untuk kepentingan dan
kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah, dan salah satu misi utama diutus
Rasul adalah untuk dipatuhi.

Ibadah Ghairu Mahdah


Ibadah ghoiru mahdoh : adalah seluruh perilaku seorang hamba yang diorientasikan
untuk meraih ridho Allah (ibadah). Dalam hal ini tidak ada aturan baku dari
Rasulullah. (edisi I tentang bidah, sudah penulis singgung-- Dalam hadis Jarir ibn
`Abdullah disebutkan bahwa Rasulullah saw. bersabda:



Barangsiapa merintis jalan yang baik dalam Islam (man sanna fl Islm
sunnatan hasanah), maka ia memperoleh pahalanya dan pahala orang-orang
yang melakukannya sesudahnya, tanpa berkurang sedikit pun pahala mereka;
dan barangsiapa merintis jalan yang buruk dalam Islam (man sanna fl Islm
sunnatan sayyi-ah), maka dia menanggung dosanya dan dosa orang-orang
yang melakukannya sesudahnya, tanpa berkurang sedikit pun dosa mereka.
(Lihat antara lain: Shahih Muslim, II: 705, Hadis senada diriwayatkan oleh 5
imam antara lain, Nasai, Ahmad, Turmudi, Abu Dawud dan Darimi).

Atau dengan kata lain definisi dari Ibadah ghairu mahdhah atau umum ialah
segala amalan yang diizinkan oleh Allah. misalnya ibadaha ghairu mahdhah
ialah belajar, dzikir, dakwah, tolong menolong dan lain sebagainya. Prinsip-
prinsip dalam ibadah ini, ada 4:
a. Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang.
Selama Allah dan Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh
diselenggarakan. Selama tidak diharamkan oleh Allah, maka boleh melakukan
ibadah ini.

b. Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul, karenanya


dalam ibadah bentuk ini tidak dikenal istilah bidah , atau jika ada yang
menyebut nya, segala hal yang tidak dikerjakan rasul bidah, maka bidahnya
disebut bidah hasanah, sedangkan dalam ibadahmahdhah disebut bidah
dhalalah.
c. Bersifat rasional, ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-
ruginya, manfaat atau madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika.
Sehingga jika menurut logika sehat, buruk, merugikan, dan madharat, maka
tidak boleh dilaksanakan.
d. Azasnya Manfaat, selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh
dilakukan.

Maka segala bentuk kegiatan baik yang ditujukan untuk meraih ridho Allah
masuk ke dalam ranah ibadah ghoiru mahdoh.
Lha itu peringatan mulid nabi, isro miroj kan juga bidah tho ustadz? Betul,
itu bidah namun ia masuk ke dalam kategori sunnah hasanah (bukan sunnah
sayyi-ah). Mengapa? Dahulu Buya Hamka ketika kali pertama mendengar
aktifitas Maulid Nabi dan Isro Miroj juga mengatakan itu adalah bidah
sesuatu yang tidak pernah dijalankan oleh Rasulullah. Namun ketika beliau
menyaksikan sendiri rangkaian kegiatan tersebut yanga ternyata berisi dzikir-
dzikir kepada Allah dan mauidhoh hasanah yang mengajak umat untuk amar
maruf nahi munkar serta untuk menteladani pribadi Rasulullah dan
memikirkan kekuasaan Allah yang telah menjalankan hambaNya Muhammad
saw dari Masjidil Haram-Masjidil Aqsha-Sidratul .
Sumber :
al Bantani, Imam Nawawi, Nashaihul Ibad. Toha Putra : Semarang.
al Ghazali, Abu Hamid, 2007. Minhaj al Abidin Ila al Jannah. Jogjakarta:
Diva Press.
ash Shiddieqy, Hasbi, 1991. Kuliah Ibadah. Yogyakarta: Bulan Bintang.
Syukur, Prof. Amin MA, 2003. Pengantar Studi Islam. Semarang :CV.
Bima Sakti
Alim, Drs. Muhammad, 2006. Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.

3. Zakat merupakan salah satu pondasi ajaran islam.


Jelaskan apa pengertian zakat? Syarat harta yang wajib
dikeluarkan zakatnya? Siapa yang berhak menerima
zakat? Dan jelaskan apa fungsi zakat untuk kehidupan
umat khususnya ditinjau dari segi ekonomi?
Jawaban :
Zakat adalah salah satu rukun Islam yang lima. Zakat berarti tumbuh dan
bertambah. juga bisa berarti berkah, bersih, suci, subur dan berkembang
maju. Dapat kita ambil kesimpulan bahwa kita selaku umat muslim telah
diwajibkan oleh Allah SWT untuk mengeluarkan zakat, seperti firman Allah
Swt : Dan dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat dan taatlah kepada Rasul,
supaya kamu diberi rahmat. (Surat An Nur 24 : 56).
Dalam ayat yang lain Allah menjelaskan bahwa orang yang mentaati perintah
allah khususnya dalam menunaikan zakat niscaya Allah akan memberikan
rahmat kepada kita dan akan dikembalikannya kita kepada kesucian/kembali
fitrah seperti bayi yang baru dilahirkan ke alam muka bumi ini atau seperti
kertas puti9h yang belum ada coretan-coretan yang dapat mengotori kertas
tersebut, seperti firman-Nya : Ambillah zakat dari sebagian harta mereka,
dengan zakat itu kamu bersihkan dan mensucikan mereka dan berdoalah
untuk mereka. Sesungguhnya dosa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi
mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi maha Mengetahui . (Surat At
Taubah 9 : 103).
Sedangkan yang menyangkut harta, harta yang wajib dikeluarkan zakatnya
adalah harta yang telah memenuhi beberapa syarat, yaitu:
1. Kepemilikan penuh. Maksudnya, penguasaan seseorang
terhadap harta kekayaan sehingga bisa menggunakannya secara khusus.
Karena Allah swt. mewajibkan zakat ketika harta itu sudah dinisbatkan
kepada pemiliknya. Perhatikan firman Allah swt. ini, Ambillah zakat
dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka (At-Taubah: 103)
Karena itulah zakat tidak diambil dari harta yang tidak ada pemiliknya
secara definitif. Seperti al-fai (harta yang diperoleh tanpa perang),
ghanimah, aset negara, kepemilikan umum, dan waqaf khairi. Sedang
waqaf pada orang tertentu, maka tetap kena wajib zakat menurut pendapat
yang rajih (kuat)[1].
Tidak wajib zakat pada harta haram, yaitu harta yang diperoleh manusia
dengan cara haram, seperti ghasab (ambil alih semena-mena), mencuri,
pemalsuan, suap, riba, ihtikar (menimbun untuk memainkan harga),
menipu. Cara-cara ini tidak membuat seseorang menjadi pemilik harta. Ia
wajib mengembalikan kepada pemiliknya yang sah. Jika tidak ditemukan
pemiliknya, maka ia wajib bersedekah dengan keseluruhannya. [2]
Sedangkan hutang, yang masih ada harapan kembali, maka pemilik harta
harus mengeluarkan zakatnya setiap tahun. Namun jika tidak ada harapan
kembali, maka pemilik hanya berkewajiban zakat pada saat hutang itu
dikembalikan dan hanya zakat untuk satu tahun (inilah madzhab Al-Hasan
Al-Bashriy dan Umar bin Abdul Aziz) atau dari tahun-tahun sebelumnya
(madzhab Ali dan Ibnu Abbas).
2. Berkembang. Artinya, harta yang wajib dikeluarkan zakatnya harus
harta yang berkembang aktif, atau siap berkembang, yaitu harta yang
lazimnya memberi keuntungan kepada pemilik.
Rasulullah saw. Bersabda, Seorang muslim tidak wajib mengeluarkan
zakat dari kuda dan budaknya. (Muslim). Dari hadits ini beberapa ulama
berpendapat bahwa rumah tempat tinggal dan perabotannya serta
kendaraan tidak wajib dikeluarkan zakatnya. Karena harta itu disiapkan
untuk kepentingan konsumsi pribadi, bukan untuk dikembangkan. Dari ini
pula rumah yang disewakan dikenakan zakat karena dikategorikan sebagai
harta berkembang, jika telah memenuhi syarta-syarat lainnya.
3. Mencapai nishab, yaitu batas minimal yang jika harta sudah melebihi
batas itu, wajib mengeluarkan zakat; jika kurang dari itu, tidak wajib
zakat.
Jika seseorang memiliki kurang dari lima ekor onta atau kurang dari empat
puluh ekor kambing, atau kurang dari dua ratus dirham perak, maka ia
tidak wajib zakat. Syarat mencapai nishab adalah syarat yang disepakati
oleh jumhurul ulama. Hikmahnya adalah orang yang memiliki kurang dari
nishab tidak termasuk orang kaya, sedang zakat hanya diwajibkan atas
orang kaya untuk menyenangkan orang miskin. Hadits Nabi, Tidak wajib
zakat, kecuali dari orang kaya. (Bukhari dan Ahmad)
4. Nishab itu sudah lebih dari kebutuhan dasar pemiliknya sehingga ia
terbukti kaya. Kebutuhan minimal itu ialah kebutuhan yang jika tidak
terpenuhi ia akan mati. Seperti makan, minum, pakaian, tempat tinggal,
alat kerja, alat perang, dan bayar hutang. Jika ia memiliki harta dan
dibutuhkan untuk keperluan ini, maka ia tidak zakat. Seperti yang
disebutkan dalam firman Allah swt., Dan mereka bertanya kepadamu
apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: Yang lebih dari keperluan.
(Al-Baqarah: 219). Al-afwu adalah yang lebih dari kebutuhan keluarga,
seperti yang dikatakan oleh kebanyakan ahli tafsir. Demikian juga yang
Rasulullah saw. katakan, Tidak wajib zakat, kecuali dari orang kaya.
(Bukhari dan Ahmad). Kebutuhan dasar itu mencakup kebutuhan
pribadi dan yang menjadi tanggung jawabnya seperti isteri, anak, orang
tua, kerabat yang dibiayai.
5. Pemilik lebih dari nishab itu tidak berhutang yang menggugurkan atau
mengurangi nishabnya. Karena membayar hutang lebih didahulukan
waktunya daripada hak orang miskin, juga karena kepemilikan orang
berhutang itu lemah dan kurang. Orang yang berhutang adalah orang
yang diperbolehkan menerima zakat, termasuk dalam kelompok
gharimin, dan zakat hanya wajib atas orang kaya. Hutang dapat
menggugurkan atau mengurangi kewajiban zakat berlaku pada harta
yang zhahir, seperti hewan ternak dan tanaman pangan, juga pada harta
yang tak terlihat seperti uang.
Syarat hutang yang menggugurkan atau mengurangi zakat itu adalah:
Hutang yang menghabiskan atau mengurangi nishab dan tidak ada
yang dapat dugunakan membayarnya kecuali harta nishab itu.
Hutang yang tidak bisa ditunda lagi, sebab jika hutang yang masih
bisa ditunda tidak menghalangi kewajiban zakat.
Syarat terakhir, hutang itu merupakan hutang adamiy (antar
manusia), sebab hutang dengan Allah seperti nadzar, kifarat tidak
menghalangi kewajiban zakat.
6. Telah melewati masa satu tahun. Harta yang sudah mencapai satu
nishab pada pemiliknya itu telah melewati masa satu tahun qamariyah
penuh. Syarat ini disepakati untuk harta seperti hewan ternak, uang,
perdagangan. Sedangkan pertanian, buah-buahan, madu, tambang, dan
penemuan purbakala, tidak berlaku syarat satu tahun ini. Harta ini wajib
dikeluarkan zakatnya begitu mendapatkannya. Dalil waktu satu tahun
untuk ternak, uang, dan perdagangan adalah amal khulafaur rasyidin
yang empat, dan penerimaan para sahabat, juga hadits Ibnu Umar dari
Nabi saw., Tidak wajib zakat pada harta sehingga ia telah melewati
masa satu tahun. (Ad-Daru Quthni dan Al-Baihaqi)

Orang yang berhak menerima zakat fitrah ditetapkan oleh Allah SWT dalam
Al-Quran ada delapan Golongan. Sesungguhnya sedekah sedekah (zakat)
itu hanya untuk orang orang Fakir, Miskin, Pengurus zakat (amil),orang
orang yang telah dibujuk hatinya (muallaf), Untuk memerdekakan budak
budak yang telah dijanjikan akan dimerdekakan, orang yang berhutang
(gharim) untuk dijalan Allah (sabilillah) dan untuk orang musafir (orang
yang dalam perjalanan). Yang demikian ketentuan Allah (Q.S. At taubah : 60)
Penjelasan ayat tersebut menurut imam syafii sebagai berikut :
1. Fakir, adalah orang yang tidak mempunyai pekerjaan dan tidak
memiliki harta.
2. Miskin, adalah orang yang memiliki pekerjaan namun penghasilanya
tidak mencukupi kebutuhannya.
3. Amil, adalah panitia yang menerima dan membagikan zakat.
4. Muallaf, adalah
Orang yang baru masuk Islam karena Imannya belum teguh.
Orang Islam yang berpengaruh pada kaumnya dengan harapan agar
orang lain dari kaumnya masuk Islam.
Orang Islam yang berpengaruh di orang Kafir agar kita terpelihara
dari kejahatan orang orangkafir dibawah pengaruhnya.
Orang yang sedang menolak kejahatan dari orang orang yang anti
zakat.
5. Riqab, adalah budak yang ingin memerdekakan diri dengan
membayar uang tebusan.
6. Gharim, adalah orang yang banyak hutang, baik untuk diri sendiri
maupun untuk mendamaikan orang yang berselisih maupun untuk
menjamin hutang orang lain.
7. Sabilillah, adalah untuk kepentingan agama.
8. Ibnu sabil, adalah musafir yang kehabisan bekal.

Manfaat pemberian zakat antara lain :


6 Mempererat hubungan si kaya dan si miskin.
6 Agar tidak terjadi kejahatan dari orang orang miskin dan susah yang
dapat merusak ketertiban masyarakat. Firman Allah SWT, Sekali-kali
janganlah orang orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan
kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik
bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu buruk bagi mereka. (Q.S. Ali
Imran : 180)
6 Guna membersihkan diri. Firman Allah SWT, Ambillah zakat dari
sebagian harta meraka. Dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka dan mendoakanlah untuk mereka. Sesungguhnya doa
kamu itu menjadi ketentraman mereka dan Allah Maha mendengar lagi
mengetahui. (Q.S. At Taubah: 103).
Sumber:
http://www.dakwatuna.com/2008/09/19/1020/zakat-syarat-wajib-zakat-dan-harta-
yang-wajib-dizakati/#ixzz43AvvI1t5
Drs. Muhammad Alim, Pendidikan agama islam, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya,2006)
Abu Hamid Al Ghazali, Minhaj Al Abidin Ila Al Jannah, (Jogjakarta: Diva
Press,2007)

4. Puasa ternyata memiliki manfaat sangat besar bagi


pembentukan pribadi muslim yang melaksanakannya,
jelaskan pengertian puasa? Apa sesungguhnya yang menjadi
hakikat puasa? Tujuan disyariatkan ibadah puasa dan
jelaskan juga apa hubungan puasa dengan iman, disertai
contoh?
Jawaban :
Pengertian puasa dalam kaidah bahasa bisa diartikan sebagai menahan. Menahan di
sini, yaitu menahan dari hal-hal yang masuk ke dalam mulut dalam bentuk makanan
dan minuman, bahkan juga diartikan menahan dari perbuatan dan bicara.

Dalam petikan surat Maryam ayat 26 dijelaskan bahwa, Sesungguhnya aku telah Aku
telah bernazar berpuasa demi Tuhan yang Maha Pemurah, bahwasanya Aku tidak
akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini."

Sementara Pengertian puasa menurut secara syariah Islam disepakati para ulama,
yaitu menahan dari apa pun yang membatalkan puasa, disertai niat untuk berpuasa
dari terbit fajar sampai tenggelam matahari (maghrib). Ada pula sebagian ulama yang
mendefinisikan kata-kata membatalkan puasa itu sebagai perbuatan dua anggota
badan, yaitu perut dan alat kelamin.

Dalam selain agama Islam, dikenal pula kegiatan puasa. Para pendeta, misalnya
senantiasa melaksanakan puasa untuk menambah pahala, kaum Yahudi pun mengenal
puasa bicara. Puasa bagi umat Buddha dan sebagian Yahudi merupakan bagian dari
kegiatan bertapa.

Bagi umat muslim, salah satu hikmah melaksanakan puasa adalah untuk mendekatkan
diri kepada Allah Swt dan memperoleh derajat yang agung di hadapan Allah Swt
berupa ketakwaan. Hal ini seperti dijelaskan dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat
183, yang artinya, Hai orang-orang yang beriman telah diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana telah diwajibkannya atas orang-orang sebelum kamu, agar
kamu bertakwa.

Hakikat Puasa adalah puasa lahir dan batin


Sesungguhnya puasa yang disyariatkan bukanlah sekedar menahan diri dari makan
dan minum, namun hakikatnya adalah puasa yang meliputi dua dimensi sekaligus,
lahir maupun batin. Para ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah rahimahumullah dari dulu
telah menjelaskan tentang hakikat puasa yang memiliki dua dimensi sekaligus.
Ibnu Qudamah rahimahullah dalam ringkasan kitab Ibnul Jauzi rahimahullah yang
dinamakan Mukhtashar Minhajil Qashidin, pada hal. 44 menjelaskan tentang
tingkatan puasa,
:
Puasa memiliki tiga tingkatan:
1. Puasa umum
2. Puasa khusus, dan
3. Puasa super khusus
Beliaupun menjelaskan satu persatu macam-macam puasa tersebut,

1. Puasa Orang Umum


Ibnu Qudamah rahimahullah mengatakan,
:
Adapun puasa umum adalah menahan perut dan kemaluan dari menuruti selera
syahwat (menahan diri dari melakukan berbagai pembatal puasa, seperti makan,
minum, dan bersetubuh).
Puasa jenis umum ini jelas sekali diambil dari dalil-dalil tentang adanya pembatal-
pembatal puasa.

2. Puasa Orang Khusus (VIP)


Ibnu Qudamah rahimahullah melanjutkan penjelasannya,

Dan puasa khusus adalah menahan pandangan, lisan, kaki, pendengaran, penglihatan
dan seluruh anggota tubuh dari dosa-dosa.
Puasa jenis khusus ini diambil dari dalil-dalil yang menunjukkan bahwa hakikat
disyariatkannya puasa itu untuk sebuah hikmah meraih derajat ketakwaan dan takut
kepada Allah, sehingga dengannya orang yang berpuasa bersih jiwanya dari seluruh
kemaksiatan dan menjadi orang yang diridhai oleh-Nya.
Di antara dalil yang menunjukkan hal ini adalah
firman Allah Taala,

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa (Ramadhan)


sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa (Al-
Baqarah: 183). Lihatlah tafsirnya kembali dalam artikel pertama.
Adapun dalil-dalil lainnya, insyaallah akan diisyaratkan pada artikel selanjutnya.

3. Puasa Super Khusus (VVIP)

Adapun puasa super khusus adalah puasanya hati dari selera yang rendah dan pikiran
yang menjauhkan hatinya dari Allah Subhanahu wa Taala serta menahan hati dari
berpaling kepada selain Allah Subhanahu wa Taala secara totalitas
Adapun dalil-dalil tentang puasa super khusus ini adalah:
Dalil-dalil tentang jenis puasa khusus yang telah disebutkan di atas dan dalil tentang
bahwa baiknya hati adalah asas bagi baiknya anggota tubuh yang lainnya. Sehingga
ketakwaan yang asasi adalah ketakwaan hati, maka jika hikmah disyariatkannya
puasa itu adalah untuk meraih ketakwaan, maka hakikatnya, yang pertama kali
tercakup adalah ketakwaan hati, karena ketakwaan yang paling mendasar dan paling
agung adalah ketakwaan hati.
Dari An Numan bin Basyir radhiyallahu anhuma, Nabi shallallahu alaihi wa sallam
bersabda,
.




Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula
seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia
adalah hati (jantung) (HR. Bukhari dan Muslim).

Syaikh Abdur Rahman As-Sadi rahimahullah menjelaskan lebih rinci tentang bentuk
ketakwaan yang diperoleh dengan berpuasa, setelah menyebutkan firman Allah,

Agar kalian bertakwa, dengan mengatakan,

Sesungguhnya puasa termasuk salah satu sebab terbesar diraihnya ketakwaan, karena
di dalam ibadah puasa terdapat bentuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi
larangan-Nya

, :
, , , .

Yang termasuk dalam cakupan takwa (yang terdapat dalam ibadah puasa ini, pent.)
adalah bahwa seorang yang berpuasa meninggalkan perkara yang diharamkan oleh
Allah berupa makan, minum, bersetubuh, dan lainnya yang disenangi oleh nafsunya,
dengan niat mendekatkan dirinya kepada Allah, mengharap pahala-Nya dengan
meninggalkan perkara-perkara tersebut, maka ini termasuk bentuk ketakwaan.
, , , :

Dan diantara bentuk-bentuk ketakwaan dari ibadah puasa ini adalah bahwa orang
yang berpuasa melatih dirinya untuk senantiasa merasa diawasi oleh Allah Taala,
sehingga ia meninggalkan sesuatu yang disukai dirinya, padahal ia memiliki
kemampuan untuk melakukannya, karena ia meyakini bahwa Allah mengawasinya.

, , , , :

Dan diantaranya juga bahwa orang yang berpuasa berarti menyempitkan jalan-jalan
setan dalam tubuhnya, karena setan berjalan dalam diri keturunan Nabi Adam -alaihis
salam- di tempat aliran darah. Maka dengan puasa melemahkan kekuatan setan dan
menjadi sedikit kemaksiatan karenanya.

Ibadah puasa hakikatnya merupakan bentuk tarbiyyah (pendidikan) sosial


kemasyarakatan, mendidik pelakunya menjadi insan yang peka terhadap
masyarakatnya dan bentuk tarbiyyah tersebut, contohnya :
1. Memperkuat kasih sayang dan semangat tolong menolong dalam kebaikan
di antara kaum muslimin, antara si kaya dengan si miskin, karena si kaya
merasakan sebagian kesulitan si miskin berupa rasa lapar saat berpuasa.
2. Memupuk persatuan diantara kaum Muslimin, karena mengawali puasa
Ramadhan dan mengakhirinya secara bersama-sama, sahur dan buka pun
pada waktu yang bersamaan.
3. Mengajarkan kesamaan kedudukan antara si kaya dan si miskin, pejabat
dan rakyat, bangsawan bernasab tinggi, dan rakyat yang tak bernasab
tinggi, tidak ada yang membedakan diantara mereka kecuali
ketakwaannya. Masih banyak faidah-faidah lainnya, hal ini terisyaratkan
dalam firman Allah,


Dan berpuasa lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui (Al-
Baqarah: 184).
5. Ibadah shalat merupakan salah satu rukun islam.
Jelaskan tujuan disyariatkannya shalat, jelaskan nilai
penting shalat dalam islam, dan jelaskan shalat yang seperti
apa yang dapat mencapai target dari tujuan syariat islam?
Jawaban :
Sholat adalah kewajiban utama yang harus dikerjakan oleh setiap muslim. Tidak
seorang muslim pun yang bisa membantah hal tersebut. Di dalam Al Quran dan
Hadits, tidak sedikit ayat yang membahas mengenai sholat, mulai dari perintah untuk
melaksanakannya, faedah / manfaat yang diperoleh apabila melaksanakan sholat,
maupun ancaman bagi siapa yang tidak mengerjakannya. Sekarang, yang jadi
pertanyaan adalah kenapa kita harus sholat??? Bukankah dengan mengucapkan dua
kalimat Syahadat itu sudah cukup untuk menunjukan kita sebagai muslim??? Inilah
yang akan saya coba bahas lewat tulisan ini.
Kalau kita kaji secara akal sehat, ada beberapa hal yang menjadi alasan utama
yang mengharuskan kita untuk sholat.

1. Sholat merupakan bukti pengakuan seorang hambah kepada Allah

Salah satu persyaratan utama suatu dzat sebagai tuhan adalah ketika ada yang
menyembahnya. Di dalam agama apapun yang ada di dunia ini, selalu ada kegiatan
ritual khusus untuk penyembahan terhadap tuhan. Bagi para penyembah berhala
misalnya, mereka relah meskipun harus mengorbankan materi yang tidak sedikit
untuk membuat patung maupun makanan bahkan nyawa yang disediakan untuk
sesembahan. Tujuannya tentu hanya satu, yakni untuk mengagungkan
sembahan/tuhan mereka. Dalam Islam, ritual tersebut adalah Sholat. Dengan Sholat,
kita mengagungkan, mengakui, dan memintah pertolongan hanya kepada Allah SWT.
Dalam doa iftitah, kita mengucapkan Innassholati, wanusuki, wa mahyaya,
wamamati liloohi robbil alamin. Artinya sesungguhnya Sholatku, hidupku, ibadaku
dan matiku, hanya untuk Allah tuhan semesta alam. Inilah bukti nyata dari
pengakuan seorang hambah terhadap Allah SWT sebagai Tuhan. Bagaimana mungkin
kita menganggap / meyakini Allah SWT sebagai Tuhan sementara kita sendiri tidak
pernah menyembahnya. Ini tentu merupakan suatu tindakan kemunafikan terhadap
Allah SWT. Dalam Syahadat, kita mengakuinya sebagai satu-satunya tuhan yang kita
sembah. Namun kita tidak pernah mewujudkannya melalui sholat.

2. Sholat merupakan perwujudan tujuan penciptaan manusia

Segala sesuatu yang diciptakan, pasti memiliki tujuan. Tidak ada satu pun yang
menciptakan sesuatu, kalau tidak memiliki tujuan yang jelas. Di jaman modern seperti
sekarang ini, kita bisa melihat begitu banyak hasil karya cipta manusia, yang
semuanya dibuat dengan tujuan tertentu. Begitu pula Allah SWT menciptakan
manusia, semuanya telah diprogramkan dan memiliki tujuan yang begitu jelas. Dalam
Alquan, Allah SWT menjelaskan mengenai tujuan penciptaan manusia, sbb :


Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah
kepada-Ku.
Untuk mewujudkan tujuan penciptaan manusia tersebut, kita tentu harus
mewujudkannya dengan beribadah, salah satunya adalah Sholat. Hal ini mengingat,
kalau kita tidak melakukannya, tentu kita bisa menjadi penciptaan yang gagal.
Tentunya bukan Allah, SWT yang gagal, tetapi kita manusia yang gagal memenuhi
tujuan penciptaan tersebut. Segala sesuatu ciptaan yang gagal, tentu memiliki
konsekuensi. Jika manusia menciptakan sesuatu yang tidak berfungsi seperti yang
diinginkan, ciptaan tersebut kemudian dirusak, dimusnahkan atau ditarik dari
peredaran. Begitu pula manusia sebagai ciptaan Allah SWT, apabila gagal
mewujudkan tujuan Allah SWT

3. Sholat adalah peritah Allah yang disampaikan langsung kepada Rasulullah.

Kita pasti semua tahu atau pernah mendengar peristiwa Isra' Mi'raj. Setiap
tahun, tidak sedikit umat Islam yang memperingati Isra' Mi'raj. hal ini wajar,
mengingat peristiwa isra' Mi'raj merupakan salah satu mukzizat Nabi Muhammad,
SAW dan belum pernah terjadi dan tidak akan pernah terjadi di dunia ini. salah satu
dari inti Isra Mi'raj tersebut adalah turunnya perintah Shalat. Perintah tersebut
disampaikan langsung oleh Allah SWT kepada Rasulullah Muhammad,
SAW.Awalnya, Rasulullah SAW menerima perintah sholat sebanyak 50
rakaat.Namun, dengan saran Nabi Musa, AS,Rasulullah SAW meminta keringanan
hingga tinggal 5 rakaat. Jadi, wajarlah jika Sholat menjadi ibadah yang pertama kali
dihisab dan menjadi penetu diterimanya amalan - amalan ibadah kita yang lain.

6.Ibadah haji adalah salah satu rukun islam yang


pelaksanaanya berbeda dari ibadah yang lain, karena harus
ada syarat mampu. Jelaskan makna ibadah haji yang
berhubungan dengan makna persamaan derajat,
persaudaraan, persatuan menjadi simbolnya?

Jawaban :
Memahami Makna Ibadah Haji dari berbagai Dimensi

Setiap ibadah dalam Islam memiliki dimensi hablun minallah dan hablun minannas,
dimensi hakikat dan syariat. Khusus untuk ibadah haji, terdapat dimensi memahami
dan menghayati semua dimensi tersebut.

Secara umum, tujuan pokok ibadah haji sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Haj
27-28, adalah agar manusia menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan agar
mereka mengingat dan menyebut nama Allah.

1. Dimensi Sejarah

Melalui ibadah haji, umat Islam dapat menyaksikan secara langsung, tempat-
tempat suci dan bersejarah yang merupakan saksi abadi perjalanan hidup dan
perjuangan habibullh Muhammad Saw dan khalilullh Ibrahim As. Ketika berada
di kota Mekah, terbayang dalam imaji kita, tatkala Muhammad lahir dalam
keadaan yatim, kemudian tumbuh menjadi remaja dan pemuda di kota suci ini,dan
di sekitar Kabah ini. Terbayang ketika Muhammad muda yang bijak
memadamkan perselisihan yang hampir menyulut peperangan antar suku Arab,
karena berebut meletakkan hajar aswad pada tempatnya, memulai dakwah-
dakwahnya dalam situasi yang sangat sulit, ditolak, dicemooh, dan dilawan oleh
paman-pamannya sendiri, bahkan hendak dibunuh, sampai akhirnya hijrah ke
Madinah. Terbayang pula ketika Nabi Muhammad Saw menaklukkan Mekah,
beberapa tahun kemudian, dan juru bicaranya mengumumkan kepada penduduk
Mekah yang gemetaran menunggu hukuman: Al-yaum yaumul marhamah - hari
ini adalah haari kasih sayang, siapa saja yang masuk Masjidil Haram, ia akan
aman dan dilindungi. Siapa saja, termasuk tokoh-tokoh Musyrikin yang dulu
mengusirnya dari Mekah, yang dulu menghalanginya masuk dan beribadah di
sekitar Kabah. Dengan pengalaman rohaniah seperti ini, akan lahir solidaritas dan
tekad yang kuat untuk melanjutkan perjuangan membela Islam, dalam diri seorang
haji yang sadar dan mampu mengambil hikmah dari perjalanan hajinya. Lebih
jauh melalui manasik haji, umat Islam diajak menghayati pengalaman Nabi
Ibrahim As. bersama keluarganya. Ibadah thawaf, shalat di maqam Ibrahim dan
hijir Ismail, meminum air zamzam, sai, dan lempar jumrah, pada hakekatnya
adalah napak tilas kehidupan dan perjuangan Nabi Ibrahim As bersama
keluarganya, dalam melaksanakan perintah dan ujian dari Allah Swt. Ibrahim dan
keluarganya adalah prototipe pribadi mukmin-muslim sejati, dengan keteguhan
imandan kepasrahan iman dan kepasrahan tanpa batas kepada Allah.

2. Hakekat di Balik Syariat


Agama Islam mengajarkan beberapa nilai yang merupakan sendi pokok dan
menjadi landasan bagi peradaban manusia. Antara lain, nilai persamaan,
persaudaraan, perdamaian, cinta kebaikan, benci kejahatan, dan ketakwaan
kepada Allah yang Maha Tinggi dan Maha Agung Dalam ihram, setiap orang
menanggalkan pakaian kesehariannya dan hanya mengenakan pakaian
sederhana, baik warna maupun potongannya, semata-mata karena Allah. Ini
adalah proklamasi dari persamaan manusia, tidak ada diskriminasi kelas.
Dalam ihram ini pula, setiap orang tidak boleh memotong rambutnya,
menggunting kukunya, menebang pohon, berburu binatang, dan berbuat
sesuatu yang menyakitkan hati orang lain. Bahkan seandainya bertemu dengan
pembunuh ayahnya, dia tidak boleh melabrak dan membalas dendamnya. Ini
semua merupakan latihan praktis untuk menginternalisasikan nilai-nilai
perdamaian, dan dari sisi lain mengingatkan manuasia akan jati dirinya
sebagai khalifah Allah yang berkewajiban melindungi makhluk Allah. Dalam
thawaf mengitari Kabah, seseorang sebenarnya sedang berasyik-masyuk
dengan Sang Pencipta. Doa-doanya mendaki langit menerawang angkasa.
Hatinya merunduk-runduk, menyerah-pasrah, kehariban Yang Maha Kuasa.
Tak sesaatpun lepas dari doa dan permohonan, dengan air mata bercucuran,
mengharap anugerah Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Orang-orang yang tidak mengerti berkata bahwa Kabah dan Hajar Aswad
adalah sia-sia berhala yang dibiarkan tetap ada oleh orang Islam. Kepada
mereka kita katakan, bahwa Islam datang untuk memusnahkan keberhalaan
dalam segala bentuknya. Semua amalan dalam ibadah haji merupakan
pernyataan tauhid dan penyerahan diri semata-mata kepada Allah.

Melakukan sai merupakan perlambang dari kesungguhan berusaha dalam


mencapai suatu tujuan. Siti Hajar memberikan tauladan, bagaimana ia mencari
air untuk anaknya Ismail, 7 kali pulang balik dari bukit Shafa ke Marwah
dengan semangat tinggi tak kenal lelah dan putus asa, demi kelangsungan
hidup anak yang dicintainya. Dengan hikmah ibadah Sai ini diharapkan tdak
ada seorang muslim, setelah berasyik-masyuk dengan Al-Khalik Sang
Pencipta, lalu melemahkan semangat hidup duniawinya atau hubungan
kemasyarakatannya. Wuquf di padang Arafah yang terhampar luas, sangat
tepat untuk bermakrifat, mengenal jati diri sebagai hamba Allah yang dhaif
berlumur dosa. Padang Arafah tampaknya sebagai miniatur dari padang
Mahsyar, Kesadaran yang mendalam terhadap jati diri inilah yang kemudian
mendorong para hujjah segera turun ke Muzdalifah guna mengumpulkan
senjata berupa batu-batu kerikil untuk melempar musuh utamanya yaitu
syetan. Batu-batu kerikil tersebut sengaja diambil pada waktu malam sebagai
perlambang bahwa menghadapi syetan itu, kita harus selalu waspada sambil
menyembunyikan senjaa dan rahasia kekuatan kita. Lempar jumrah yang
dilakukan oleh para hujjah, merupakan perlambang bahwa kekuatan jahat
telah berwujud sebagai iblis, dan bahwa seorang yang melakukan ibadah haji
telah bersih dari dosa-dosanya seperti paa saat dia dilahirkan. Setelah wuquf di
Arafah, dengan kebahagiaan yang memuncak karena limpahan rahmat Allah
kepadanya, maka terpaterilah sebuah sikap bahwa Allah lah Pelindungnya dan
bahwa syetan lah musuhnya. Gejolak jiwa itu diperlambangkan dengan
sejumlah batu yang dilemparkannya ke wajah iblis, guna memperoleh ridha
Allah.

3. Hablun Minallh dan Hablun Minanns


Ibadah haji adalah ibadah mahdhah, ang semua manasik atau tata cara
peribatannya bersifat baku, mengikuti contoh dan petunjuk dari Rasulullah
Saw. Semua manasik yang dijalani dalam haji, sebagaimana juga dalam shalat,
adalah untuk dzikrullah (mengingat dan menyebut Allah). Dalam shalat Allah
berfirman, Aqimishshalta li dzikri. Dalam haji Allah berfirman,
Liyadzukurullha fi ayymin madudat. Agar para hujjaj senantiasa
dzikrullah, Rasulullah mengajarkan doa-doa untuk setiap langkah dalam haji.
Ibadah haji adalah momentum bagi seorang mukmin untuk mengasah
kepekaan rohaniahnya sehingga mencapai tingkat keimanan yang sejati.
Kesejatian iman itu digambarkan dalam Al-Quran surat Al-Anfal ayat-2:

Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka bila disebut nama


Allah, gemetarlah hati mereka,dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya
bertambahlah iman mereka, dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakal.

Disamping itu, ibadah haji sarat dengan dimensi hablun minanns. Di musim
haji itulah terselenggara muktamar umat Islam sedunia. Di dalam Muktamar
itulah universalitas Islam dan pluralitas umat Islam mewujud dengan nyata. Di
sekeliling Kabah, di padang Arafah, atau di sekitar jamarat, berbaur umat
muhammad dari berbagai negeri yang berbeda-beda kebangsaan, kesukuan,
warna kulit, budaya, adat-istiadat, mazhab keagamaan, dan beragam strata
sosial, tapi mereka menyatu dalam talbiyah, menyatu dalam takbir, tahmid,
tasbih, istigfar, dan doa-doa.
Di sinilah nilai-nilai persamaan, ukhuwah, solidaritas, tsr, dan
tasmuh, antara saudara seiman sedang diujikan. Maka setiap tamu Allah,
yang sedang dijamu di rumah-Nya yang suci, wajib memasang niat untuk
mengokohkan silaturahim dengan sesama umat muhammad dari berbagai
penjuru dunia. Untuk itu pertama-tama harus ditanamkan husnu zhan dan
dipinggirkan suu zhan. Image tentang saudara Afrika kita yang katanya kasar
dan brutal, saudara Turki kita yang katanya suka main tabrak, saudara Pakistan
kita yang katanya suka minta uang, para sopir yang katanya suka menipu dan
minta bakhsis, hendaklah kita buang jauh-jauh. Kebaikan bukanlah monopoli
suatu bangsa. Kalau kita berbaik sangka, insyaallah kita aka dipertemukan
dengan yang baik-baik. Seusai shalat dhuhur, di sebuah tangga turun dari
tingkat dua Masjidil Haram, seorang ibu Indonesia yang bertubuh kecil jatuh
di sebuah anak tangga, di tengah himpitan jamaah wanita Turki yang bertubuh
besar. Tapi sebuah pemandangan menakjubkan seera terlihat. Ibu-ibu turki
yang selalu kompak itu secara spontan membentuk sebuah lingkaran untuk
melindungi, dan salah seorang dari mereka mengangkat ibu yang jatuh tadi.
Setelah aman sampai lantai dasar, dengan mengucapkan syukur
alhamdulillah,mereka bergantian menciumi dengan penuh kasih ibu Indonesia
yang mereka tolong tadi. Mereka tidak saling mengenal secara pribadi. Tapi
mereka merasa sebagai sesama manusia meskipun berbeda kebangsaan,
apalagi sesama orang beriman yang mengikrarkan dua kalimat syahadat.

Mengetahui hikmah-hikmah yang terselip dalam setiap pelaksanaan ibadah haji


memang bukan suatu persyaratan dan kewajiban bagi seorang calon jamaah haji, akan
tetapi paling tidak, ia akan menjadi pelengkap kesempurnaan pelaksanaan ibadah haji
itu sendiri. Diantara simbol-simbol yang terkandung dalam ibadah haji :
1. Pertama, Pakaian Ihram
Memakai pakaian ihram merupakan salah satu rukun haji. Setiap orang yang
ingin melaksa-nakan ibadah harus memakai kain ihram yang terdiri dari dua
lembar kain putih tanpa jahitan. Apabila tidak memakainya, maka hajinya
batal alias tidak sah.
Secara etimologi kata ihram berasal dari Ahrama yuhrimu ihroman
yang berarti mengharamkan, mengalahkan dan memasuki tanah suci. Oleh
sebab itu, seorang yang sedang berpakaian ihram dalam melaksanakan haji
diha-ramkan melakukan pelanggaran yang telah ditentukan oleh Allah dan
RasulNya, seperti merusak tanaman / pohon, membunuh binatang, berkelahi
dan melakukan tindakan lain yang dilarang oleh agama.
Dengan memahami makna simbol pakaian ihram diharapkan para hujjaj
(orang yang telah
menyandang gelar haji) setelah pulang dari tanah suci tidak lagi melakukan
larangan-larangan agama atau dengan kata lain, para hujjaj seharusnya
melarang dan mengharamkan dirinya dari perbuatan yang diharamkan oleh
Allah dan RasulNya seperti, korupsi, menyuap, berkelahi/tawuran, menghina
orang, mendustakan rakyat, menghambur-hamburkan uang rakyat, dan
sebagainya.
2. Kedua, Wukuf di Arafah
Wukuf di padang Arafah merupakan bagian terpenting dalam pelaksanaan
ibadah haji. Saking pentingnya, sehingga Nabi saw berpesan kepada para
sahabat : Haji itu hanya di Arafah (HR. Lima orang ahli hadits). Dan dalam
riwayat lain : Barang siapa yang ketinggalan di Arafah pada malam (10
bulan haji) maka batal hajinya. (HR. Darulqutni).
Padang Arafah merupakan gambaran miniatur padang Mahsyar, tempat
dikumpulkan umat manusia dihari kiamat, sejak dari nabi Adam as hingga
umat akhir zaman untuk dimintai pertang-gungjawaban mereka selama hidup
di dunia.
Menurut penuturan Al Quran surat Taha : 125-126 dan Al Isra : 97 dan
riwayat yang lain bahwa manusia ketika dibangkitkan dari alam qubur dan
dikumpulkan di Padang Mahsyar, rupa mereka sesuai dengan amalan mereka
di dunia. Diatara mereka ada yang buta, bisu, tuli dan menyerupai binatang.
Untuk itu, kita khususnya para hujjaj hen-daknya bertafakkur dan
merenungkan makna simbol wukuf di Padang Arafah. Dan tidak kalah
penting, untuk mengingat cuplikan khutbah Nabi saw pada haji wada (haji
terakhir nabi). Wahai sekalian manusia. Sesungguhnya Tuhanmu satu dan
nenek moyangmu satu, kalian berasal dari Adam, dan Adam diciptakan dari
tanah. Orang yang paling Mulia di sisi Allah adalah orang yang paling
bertaqwa diantara kalian.
3. Ketiga, Melempar Jumrah
Melempar jumrah atau kerikil merupakan salah) satu dari tiga wajib haji.
Menurut riwayat yang shahih bahwa ketika Nabi Ibrahim as disuruh Allah
untuk menyembelih anaknya, Ismail as syaitan selalu menggoda agar Nabi
Ibrahim as mengurung-kan niatnya. Oleh sebab itu, Nabi Ibrahim
melemparnya dengan batu beberapa kali sehingga syaitan tersebut lari
menjauh.
Hikmah apa yang bisa kita petik dari pelajaran Nabi Ibrahim as tersebut di
atas. Bagi seseorang yang telah melaksanakan ibadah haji, seharusnya mampu
melempar dan membuang sifat-sifat jahat yang dimiliki syaitan seperti berbuat
keji dan mungkar. Hal ini telah dijelaskan dalam Al Quran
Surat Nur ayat 21: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengikuti langkah-langkah syaitan. Barang siapa yang mengikuti langkah-
langkah syaitan maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan
perbuatan yang keji dan mungkar.
4. Keempat, Sai (Lari kecil antara bukit Shafa dan Marwah)
Menurut bahasa, Sai berasal dari kata Saaa-yasaa-sayan yang berarti
bertindak, berbuat, berusaha (berikhtiar), sedangkan Shafa berarti suci, bersih
dan Marwah berarti santun. Kalau kita gabungkan dari ketiga kata tersebut di
atas, maka memiliki makna bertindak, berbuat dan berusaha dengan cara yang
bersih dan santun untuk mendapatkan sesuatu.Menurut sejarah, Sai dari bukit
Shafa dan Marwah dilakukan pertama kali oleh Siti Hajar, istri Nabi Ibrahim
as. Pada saat itu, ia ingin mendapatkan air untuk anaknya, Ismail yang sedang
menangis. Setelah 7 kali bolak-balik antara Shafa dan Marwah baru
mendapatkan air tersebut.
(sumber : diketik ulang dari Majalah Ghoib Haji dan Kehadiran Syetan
edisi 74, 29 Desember 2006)

7. Menurut Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah


Bagaimana cara melaksanakan shalat fardhu
Bila kamu hendak menjalankan shalat, maka bacalah: "Allahu Akbar" (1)
dengan ikhlas niyatmu karena Allah (2) seraya mengangkat kedua belah tanganmu
sejurus bahumu, mensejajarkan ibu jarimu pada daun telingamu (3) Lalu letakkanlah
tangan kananmu pada punggung telapak tangan kirimu di atas dadamu (4) lalu
bacalah do'a iftitah:"Alla-humma ba-'id baini-wa baina khatha-ya- ya kama-ba-'adta
bainal masyriqi wal maghrib. Alla-humma naqqini- minal khatha-ya- kama-yunaqqats
tsaubul abyadlu minad danas. Alla-hummaghsil khatha-ya-ya bilma-i wats tsalji wal
barad." (5) atau: "Wajjahtu wajhiya lilladzi- fatharas sama-wa-ti wal ardla hani-fan
musliman wa ma- ana minal musyriki-n. Inna shala-ti wa nusuki- wa mahya-ya wa
mama-ti lillahi-hi rabbil 'a-lami-n. La- syari-kalahu- wa bidza-lika umirtu wa ana
awwalul muslimi-n (wa ana minal muslimi-n." Alla-humma antal maliku la-ila-ha illa-
anta, anta rabbi- wa ana 'abduka, dlalamtu nafsi- wa'taraftu bidzambi- fagh firli-
dzunu-bi- jami-'an. La- yagh firudz dzunu-ba illa- anta, wah dini-liahsanil akhla-qi la-
yahdil liahsaniha- illa- anta. Washrif 'anni- sayyiaha- la-yashrifu 'anni- sayyiaha- illa-
anta. Labbaika wa sa'daika wal khairu kulluhu- fi-yadaika, wasysyarru laisa ilaika.
Ana bika wa ilaika. Taba-rakta wa ta'a-laita astaghfiruka wa atu-bu ilaika."(6) Lalu
berdo'a mohon perlindungan dengan membaca: "A'u-dzu billa-hi minasy syaitha-nir
raji-m" (7) dan membaca: "Bismilla-hirrahmani-nirrahi-m" (8) lalu bacalah surat al-
Fatihah (9) dan berdo'alah sesudah itu :a-mi-n" (10) Kemudian bacalah salah satu
surat daripada al-Qur'an (11) dengan diperhatikan artinya dan dengan perlahan-lahan
(12) Kemudian angkatah kedua belah tanganmu seperti dalam takbir permulaan (13)
lalu ruku'lah (14) dengan bertakbir (15) seraya melempangkan (meratakan)
punggungmu dengan lehermu, memegang kedua lututmu dengan dua belah tanganmu
(16) , sementara itu berdo'a: "Subha-nakalla-humma rabbana- wa bihamdikalla-
hummaghfirli." (17), atau berdo'alah dengan salah satu do'a dari Nabi saw. (18)
Kemudian angkatlah kepala untuk i'tidal (19) dengan mengangkat kedua belah
tanganmu seperti dalam takbiratul ihram dan berdo'alah: "Sami'alla- hu liman haidah"
dan bila sudah lurus berdiri berdo'alah: "Rabbana- wa lakal- hamd" (20). Lalu
sujudlah (21) dengan bertakbir (22) letakkanlah kedua lututmu dan jari kakimu di atas
tanah, lalu kedua tanganmu, kemudian dahi dan hidungmu (23) dengan
menghadapkan ujung jari kakimu ke arah Qiblat serta merenggangkan tanganmu
daripada kedua lambungmu dengan mengangkat sikumu (24). Dalam bersujud itu
hendaklah kamu berdo'a: "Subha-nakalla-humma rabbana- wa bihamdikalla-
hummaghfirli." (25) atau berdo'alah dengan salah satu do'a daripada Nabi saw. (26).
Lalu angkatlah kepalamu dengan bertakbir dan duduklah tenang dengan berdo'a:
"Alla-hum maghfirli- warhamni- wajburni- wahdini- warzuqni-" (27). Lalu sujudlah
kedua kalinya dengan bertakbir dan membaca "tasbih" seperti dalam sujud yang
pertama. Kemudian angkatlah kepalamu dengan bertakbir (28) dan duduklah sebentar,
lalu berdirilah untuk raka'at yang kedua dengan menekankan (tangan) pada tanah (29)
Dan kerjakanlah dalam rakaat yang kedua ini sebagaimana dalam raka'at yang
pertama, hanya tidak membaca do'a iftitah (30). Setelah selesai dari sujud kedua
kalinya, maka duduklah di atas kaki kirimu dan tumpukkan kaki kananmu serta
letakkanlah kedua tanganmu di atas kedua lututmu. Julurkanlah jari-jari tangan
kirimu, sedang tangan kananmu menggenggam jari kelingking, jari manis dan jari
tengah serta mengacungkan jari telunjukmu dan sentuhkan ibu jari pada jari tengah
(31). Duduk ini bukan dalam raka'at akhir. Adapun duduk dalam raka'at akhir maka
caranya memajukan kaki kiri, sedang kaki kanan bertumpu dan dudukmu
bertumpukan pantatmu (32) Dan bacalah tasyahud begini "attahiyya-tu lilla-h
washshalawa-tu waththayyiba-t, assala-mu 'alaika ayyuhan Nabiyyu wa rahmatulla-hi
wa baraka-tuh. Assala-mu 'alaina wa 'ala- 'iba-dilla-hish sha-lihin. Asyahadu alla- ila-
ha illalla-h wa asyhadu anna Muhammadan 'abduhu- wa rasu- luh (33) Lalu bacalah
shalawat pada Nabi saw.: "Alla-humma shalli 'ala- Muhammad wa 'ala- a-li
Muhammad, kama- shallaita 'ala- Ibrahi-m wa a-li Ibra- him, wa ba-rik 'ala-
Muhammad wa a-li Muhammad, kama- ba-rakta 'ala- Ibra- him wa a-li Ibra-him,
innaka hami-dum maji-d.(34) Kemudian berdo'alah kepada Tuhanmu, sekehendak
hatimu yang lebih pendek daripada do'a dalam tasyahhud akhir (35) Kemudian
berdirilah untuk raka'at yang ketiga kalau shalatmu itu tiga atau empat raka'at, dengan
bertakbir mengangkat tanganmu (36) dan kerjakanlah dalam dua raka'at yang akhir
atau yang ketiga, seperti dalam dua raka'at yang pertama, hanya kamu cukup
membaca Fatihah saja (37). Dan sesudah raka'at yang akhir, bacalah tasyahhud serta
shalawat kepada Nabi saw., lalu hendaklah berdo'a mohon perlindungan dengan
membaca: "Alla-humma inni- a'udzu bika min 'adza-bi jahannama wa min 'adza-bil
qabri wa min fitnatil mahya- wal mama-ti wa min syarri fitnatil masi-hid dajja-l (38)
Kemudian bersalamlah dengan berpaling ke kanan dan ke kiri, yang pertama sampai
terlihat pipi kananmu dan yang kedua sampai terlihat pipi kirimu oleh orang yang
dibelakangmu (39) sambil membaca: "Assalamu'alaikum wa rahmatulla-hi wa baraka-
tuh."(40) Jika shalatmu dua raka'at, maka letak do'a isti'adzah (a'udzubilla-h) setelah
nembaca "shalawat kepada Nabi", sesudah raka'at yang kedua, lalu bersalamlah
sebagai yang tersebut (41).

Bagaimana cara menghilangkan najis


Apabila sebagian dari badanmu, pakaianmu dan tempatmu sholat terkena najis
hendaklah dibasuh (dengan menggosok dan menghilangkannya kalau itu darah haid)
(53), sehingga hilanglah sifat-sifatnya, bau dan rasanya, dengan air yang suci (54),
dan tidak mengapa tertinggal bekas salah satu sifat najis tadi (55). Dan untuk
menghilangkan najis kencing anak laki-laki yang belum makan-makanan, percikkan
dengan air sampai basah (56). Dan apa yang terkena oleh liur anjing cucilah tujuh
kali, salah satunya dengan debu yang bersih (57).
Bagaimana cara wudhu
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak melaksanakan sholat,
basuhlah (cucilah) mukamu, tanganmu sampai ke siku, usaplah kepalamu dan cucilah
kakimu sampai kedua mata kaki. Dan jika kamu berjunub maka bersuci (mandi) lah.
Dan jika kamu sakit atau bepergian atau salah seorang diantara kamu buang air
(buang hajat) atau kamu sentuh wanita (bersetubuh), dan tidak kamu dapati air maka
bertayammumlah kamu dengan debu yang bersih maka usaplah mukamu dan
tanganmu dengan debu itu. Allah tidak menginginkan kesempitan kepadamu, tetapi
hendak mensucikan kamu dan menyempurnakan nimatnya kepadamu, supaya kamu
bersyukur. ( Qs. Maidah ayat 6).

Apabila kamu hendak berwudhu, maka bacalah: Bismillahirrahmanirrahim. (1)


dengan mengikhlaskan niatnya karena Tuhan Allah (2) dan basuhlah telapak
tanganmu tiga kali (3) gosoklah gigimu dengan Kayu arok atau sesamanya. (4)
kemudian berkumurlah dan isaplah air dari telapak tangan sebelah dan berkumurlah;
kamu kerjakan yang demikian 3 kali (5) sempurnakanlah dalam berkumur dan
mengisap air itu, apabila kamu sedang tidak berpuasa (6); kemudian basuhlah
mukamu tiga kali (7) dengan mengusap dua sudut matamu (8) dan lebihkanlah
membasuhnya (9) dengan digosok (10)dan selai-selailah jenggotmu (11); kemudian
basuhlah (kedua) tanganmu dan kedua sikumu dengan digosok tiga kali (12) dan
selai-selailah jari-jarimu (13), dengan melebihkan membasuh kedua tanganmu mulai
tangan kanan (15); lalu usaplah ubunmu dan atas surbanmu (16); dengan menjalankan
kedua telapak tangan (17) dari ujung muka kepala sehingga tengkuk dan di
kembalikan lagi pada permulaan (18); kemudian usaplah kedua telingamu sebelah
luarnya dengan dua ibu jari dan sebelah dalamnya dengan telunjuk (19) lalu basuhlah
kedua kakimu beserta kedua mata kaki dengan digosok tiga kali (20) dan selai-
selailah jari-jari kakimu dengan melebihkan membasuh keduanya (21) dan mulailah
dengan yang kanan (22) dan sempurnakanlah membasuh kedua kaki itu (23)
kemudian ucapkan Asyhadu alla- ila-ha-ilallah wahdahu-la-syari-kalah, wa asyhadu
anna Muhammadan abduhu- wa rasu-luh (24).

Bagaimana cara tayamum


Dan jika kamu berhalangan menggunakan air atau sakit atau khawatir mendapat
madlarat (46), atau kamu di dalam bepergian, kemudian tidak mendapat air, maka
tayammumlah dengan debu yang baik, untuk mengganti wudlu dan mandi (47), maka
letakkanlah kedua tanganmu ke tanah kemudian tiuplah keduanya (48) dengan ikhlas
niatmu karena Allah (49) dan bacalah :Bismillahirrahmanirrahim (50) kemudian
usaplah kedua tanganmu pada mukamu dan kedua telapak tanganmu (51). Dan
apabila kamu dapat menggunakan air maka bersucilah dengan air itu (52).

Bagaimana cara mandi wajib


Apabila kamu berjinabat karena mengeluarkan mani (31) atau bertemunya
kedua persunatan (32) atau kamu hendak menghadiri shalat Jumah (33) atau
kamu baru selesai dari Haid (34) atau Nifas (35), maka hendaklah kamu mandi
dan mulailah dengan membasuh (mencuci) kedua tanganmu (36) dengan ikhlas
niatmu karena Allah (37) lalu basuhlah (cucilah) kemaluanmu dengan tangan
kirimu dan gosoklah tanganmu dengan tanah atau apa yang menjadi gantinya
(38) lalu berwudlulah seperti yang diatas; kemudian ambillah air dan
masukkanlah jari-jarimu pada pangkal rambut dengan sedikit wangi-wangian
(39), sesudah dilepaskan rambut-nya (40). Dan mulalilah dengan yang kanan
(41), lalu tuangkan air ke atas kepalamu tiga kali, lalu ratakanlah atas badanmu
semuanya (42), serta di gosok (43), kemudian basuhlah (cucilah) kedua kakimu
dengan mendahulukan yang kanan dari pada yang kiri (44), dan jangan
berlebih-lebihan dalam menggunakan air (45).

Bagaimana cara shalat idain


Bagaimana cara shalat jumat

Anda mungkin juga menyukai