A. Deskripsi Masalah
Alkisah ada seorang santri yang melakukan mubahatsah dengan seorang
dosen pemikiran Islam Modern atas permasalahan pembacaan Ila Hadroti…
kepada ulama yang meninggal. Dimana dalam diskusi tersebut, Pak dosen
menganggap bahwa pembacaan Ila Hadroti… kepada ulama yang meninggal itu
tidak relevan dikarenakan tidak sesuai dengan al-Qur’an dan al-Hadits.
Sebagaimana jamak diketahui bahwa pembacaan Ila Hadroti… itu identik
dengan amalan tawasulan yang diamalkan oleh para pengikut ahlussunah wal
jama’ah (Sukarja Salam, 2017, hal. 139). Dalam diskusi tersebut bukan hanya
pernyataan Pak dosen saja yang menjadi rumusan masalah dalam artikel ini,
namun ada beberapa poin yang menarik untuk dibahas, diantaranya;
1. Hakikat Tawassul
2. Hal-hal yang disepakati dan yang tidak disepakati dalam tawassul
3. Dalil-dalil tentang keabsahan Tawassul
B. Jawaban Masalah
1. Hakikat Tawasul
Banyak orang yang salah dalam memahami hakikat dari tawasul, karena
mereka tidak mengetahui hakikat dari tawasul. Berikut adalah hakikat-
hakikat dari tawasul (al-Maliki, 2000, hal. 59):
a. Tawassul adalah salah satu metode berdoa dan salah satu pintu dari
pintu-pintu untuk menghadap Allah SWT. Maksud sesungguhnya adalah
Allah. Obyek yang dijadikan tawassul berperan sebagai mediator untuk
mendekatkan diri kepada Allah. Siapapun yang meyakini di luar batasan
ini berarti ia telah musyrik.
b. Orang yang melakukan tawassul tidak bertawassul dengan mediator
tersebut kecuali karena ia memang mencintainya dan meyakini bahwa
Allah mencintainya. Jika ternyata penilaiannya keliru niscaya ia akan
menjadi orang yang paling menjauhinya dan paling membencinya.
c. Orang yang bertawassul jika meyakini bahwa media yang dijadikan
untuk
bertawassul kepada Allah itu bisa memberi manfaat dan derita dengan
sendirinya sebagaimana Allah atau tanpa izin-Nya, niscaya ia musyrik.
d. Tawassul bukanlah suatu keharusan dan terkabulnya do’a tidaklah
ditentukan dengannya. Justru yang asli adalah berdoa kepada Allah
secara mutlak, sebagaimana firman Allah yang artinya : "Dan apabila
hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah),
bahwasanya aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang
yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka
itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman
kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran."
(Q.S.Al.Baqarah : 186), Juga dalam firmanNya : "Katakanlah: "Serulah
Allah atau serulah Ar-Rahman. dengan nama yang mana saja kamu
seru, Dia mempunyai Al-Asmaa Al-Husna (nama-nama yang terbaik)
dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan
janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara
kedua itu." (Q.S.Al-Israa` : 110)
DAFTAR PUSTAKA
al-'Asqalani, I. H. (1993). Tahdzibu al-Tahdzib. Beirut: Dar el-Kutub al-Islami.
al-Haitami, A. a.-H. (2001). Majma'u al-Zawaid wa Man'u al-Fawaid. Beirut: Dar el-
Kutub al-Ilmiah.
al-Jauzi, I. (1976). al-Wafa bi Ahwali al-Mushtafa. Riyadh: al-Muassah al-Sa'idiah.
al-Maliki, M. b. (2000). Mafahim Yajibu an Tushaha. Kairo: Dar Jawami' al-Kalim.
al-Qhastalani, S. (2004). al-Mawahib al-Laduniah bi-l-Manhi al-Muhammadiah. al-
Maktab al-Islami.
al-Sa'di, '. N. (1970). al-Tanbihat al-Thaifah Fimahtawat 'alaihi al-Wasatiah min al-
Mabahits al-Munifah. Riyadh: Dar al-Thaibah.
al-Sa'wi, M. b. (2003). Risalah fi Asasi-l-'Aqidah. Arab Saudi: Wazarah Syu'un wa al-
Awqaf wa al-Da'wah wa al-Irsyad.
al-Talidi, '. (1995). Tahdzib al-Khasaish al-Nabawiah al-Kubra li-l-Suyuthi. Dar el-
Basyair al-Islamiah.
Ath-Thabari. (1992). Tafsir Ath-Thabari. Beirut: Dar al Kutub al-Ilmiyyah.
Atsir, I. (1995). An-Nihayah fil Gharibil Hadîts wal Atsar. Arab Saudi: Daru Ibn al-
Jauzi.
Ba'lawi, '. b. (2003). Bughyatu-l-Mustarsyidin. Beirut: Dar al-Fikr.
Dahlan, S. A. (2003). al-Durar al-Saniyah fi Raddi 'ala al-Wahabiah. Damaskus:
Maktabah al-Ahbab.
Muhammad, Y. K. (1999). al-Mausu’ah al-Yusufiyah. Damaskus: Nadr.
Nawawi, I. (2008). al-Majmu' Syarh al-Muhadzab. Beirut: Maktabah al-Irsyad.
Qurtubi, I. (2006). al-Jami' Li Ahkami al-Qur'an. Muassasah al-Risalah.
Shihab, M. Q. (2002). Tafsir al-Mishbah. Lentera Hati.
Sukarja Salam, S. P. (2017). Ke-NU-An, Ahlussunah Waljama’ah An-Nahdliyyah.
Yogyakarta: Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Taimiah, I. (1994). Jami'u al-Rasail. Jeddah.
Yamani, A. A. (1997). Intabih Dinuka fi Khathar. Shan’a: Dar el-Kutub.