Anda di halaman 1dari 8

Available at http://jurnal.stie-aas.ac.id/index.

php/jie
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(03), 2021, 1449-1456

Akuntabilitas Pengelolaan Dana Haji Republik Indonesia


Eric Kurniawan
Pascasarjana Ekonomi Syariah UIN Sunan Ampel Surabaya
Email korespondensi: eric.kurniawan@bankbsi.co.id

Abstrak
Pada tulisan ini akan membedah terkait tata kelola dan manajemen dana haji pada Badan Pengelola Keuangan
Haji (BPKH) dalam kaitannya dengan para pemangku kepentingan dan kepentingannya untuk melaksanakan
amanah negara yang tertuang pada sistem perundangan, baik didekati dengan pendekatan hukum termasuk juga
pendekatan politik. Isu politisasi pengelolaan dana haji dari tahun ketahun tak pernah reda diperbincangkan,
lebih-lebih diperparah dengan isu adanya “pemanfaatan” dana haji oleh pemerintah untuk kepentingan
pembiayaan infrastruktur negara disebabkan oleh minimnya ketersediaan anggaran negara, kondisi makin
diperuncing dan bahkan kadang dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan seakan-akan umat Islam
hanya dimanfaatkan dana hajinya dan tidak jelasnya kebermanfaatan yang akan kembali kepada calon jamaah
haji, data kami dapatkan dari beragam sumber yang kredibel baik cetak maupun non cetak yang relevan dengan
tema bahasan. Dengan menggunakan dua pendekatan di atas, topik diatas akan dibedah secara faktual untuk
selanjutnya kami jelaskan dengan pendekatan deskriptif-analisis. Selain itu, pendekatan kajian Politik digunakan
sebagai instrumen analisis untuk mengungkapkan beragam fakta baik positif maupun negatif terhadap beragam
praktek dan pengelolaan keuangan pada lembaga keuangan maupun instansi formal pemerintah. Sedangkan
aspek yuridis dalam rangka menjawab atas pertanyaan publik perihal adanya regulasi formal untuk meyakinkan
dan melindungi kepentingan publik dalam hal penyelenggaraan ibadah haji. Dari tulisan ini diharapkan
memberikan kerangka gagasan dan sekaligus masukan dalam rangka peningkatan kualitas menejemen
pengelolaan keuangan haji secara komprehensif, yang muaranya akan meningkatkan aspek trust dari masyarakat
terhadap pemerintah.

Kata Kunci: BPKH, Dana Haji, Manajemen, Politik Anggaran, Keuangan, Hukum.

Saran sitasi: Kurniawan, E. (2021). Akuntabilitas Pengelolaan Dana Haji Republik Indonesia. Jurnal Ilmiah
Ekonomi Islam, 7(03), 1449-1456. doi: http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v7i3.2682

DOI: http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v7i3.2682

1. PENDAHULUAN Ada banyak peneliti yang telah melakukan kajian


Indonesia merupakan negara dengan total tentang pelaksanaan haji di Indonesia. Diantara
populasi penduduk Muslim terbesar di dunia, tak sebagian tulisan yang dapat dijadikan referensi adalah
dapat dipungkiri bahwa pelaksanaan haji menjadi satu tulisan Roikhan Muhammad Azis yang membahas
ibadah yang sangat penting sebagai bagian dari rukun tentang manajemen keuangan haji (Aziz, 2018). serta
Islam yang kelima. Kemampuan fisik sekaligus tulisan Endang Jumali yang akan menambah
finansial menjadi prasyarat mutlak dalam menunaikan perspektif tentang tata kelola keuangan haji,
ibadah haji. Faktanya antara tingginya minat khususnya tentang penggunaan akad wakalah pada
masyarakat Muslim di Indonesia dengan jumlah kuota akad pengelolaan keuangan haji (Jumali, 2018).
haji tahunan yang diberikan oleh pemerintah Arab Saudi Berdasarkan tulisan tersebut di atas, kajian secara
terjadi gap yang sangat curam, sehingga bedampak spesifik tentang tata kelola keuangan haji oleh BPKH
langsung tehadap panjangnya antrian keberangkatan belum terdapat kajian yang komprehensif. Oleh sebab
haji Muslim di Indonesia, pun demikian makin itu, penulis merasa penting untuk membahas secara
diperparah dengan adanya peniadaan keberangkatan komprehensif aspek tatakelola keuangan haji dengan
haji pada tahun 2020 dan 2021 sebagai dampak dari khususnya peran BPKH dan lembaga mitra. Pada sisi
pandemi Covid-19. lain isu mengenai “penyalahgunaan” dana haji sebagai

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(03), 2021, 1450
sumber pembangunan infrastruktur strategis negara (pemegang saham) dengan berkinerja baik agar nilai
menggelinding liar seperti bola salju, sehingga saham meningkat (Michael C. JENSEN and William
berdampak pada menurunnya tingkat kepercayaan H. MECKLING, 1976). Namun pada praktiknya
masyarakat terhadap negara dan tidak jarang juga membuktikan bahwa peningkatan nilai saham dan
menjadi alat untuk mendiskreditkan pemerintah. utilitas pemegang saham tidak cukup tanpa tatakelola
Faktanya pemerintah membutuhkan instrumen yang baik. Kondisi inilah yang melatarbelakangi
investasi sebagai underlying untuk upaya mencegah munculnya teori pemangku kepentingan pada CG.
menurunnya nilai dana haji di kemudian hari sebagai Teori yang dicetuskan oleh Freeman (Freeman, 2004)
dampak dari inflasi atas lamanya masa tunggu antrian ini mendorong agar perusahaan tidak hanya
haji, namun di sisi yang lain masyarakat juga merasa membangun hubungan baik dengan pemegang saham
khawatir atas resiko dari penempatan dana haji pada saja, melainkan juga membangun hubungan baik
instrrumen investasi dari ancaman kegagalan proyek- dengan pegawai, pelanggan, penyuplai bahan mentah,
proyek infrastruktur negara. dan kelompok lainnya yang berperan pada kesuksesan
jangka panjang suatu perusahaan.
2. KAJIAN TEORI Dalam praktiknya, konsep GPG memiliki asas-
Tata kelola sektor publik yang baik atau Good asas yang berlaku khusus di Indonesia sepeti asas
Public Governance (GPG) adalah tentang bagaimana demokrasi, transparansi, akuntabilitas, budaya hukum
faktor sektor publik diletakkan pada tempat yang dan kewajaran. Dalam konteks tata kelola Badan
semestinya, dari definisi tersebut menekankan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) maka, para
pentingnya pemangku kepentingan yaitu bahwa perlu pemangku jabatan di Lembaga BPKH wajib
adanya “penempatan yang semestinya” atas seluruh menjalankan asas-asas diatas dalam rangka
faktor dari sektor publik dalam memastikan membangun kepercayaan publik terhadap pengelolaan
ketercapaian hasil bagi pemangku dana haji sebagai bagian dari akuntabilitas publik
kepentingan(International Federation of Accountants lembaga.
(IFAC), 2013). ntuk memastikan tujuan pemangku
kepentingan tercapai, perlu ada analisis pemangku 3. METODE PENELITIAN
kepentingan yaitu konsep 3 pilar GPG menurut Penelitian ini menggunakan pendekatan
KNKG ada 3 pilar yaitu; Negara, masyarakat dan deskriptif. Dimana dengan pendekatan deskriptif
dunia usaha (KNKG, 2008). GPG akan berjalan betujuan untuk memberikan gambaran mengenai
dengan baik ketika ketiga pilar diatas bisa berfungsi keadaan atau kejadian tertentu. Penelitian deskriptif
dengan baik dan dapat memenuhi hak dan kewajiban menggunakan data dasar deskriptif semata, tidak
masing-masing dalam rangka mencapai tujuan dibutuhkan pengujian hubungan, hipotesis, membuat
bersama. ramalan (forecasting), dalam pendapat lain juga kita
Pada prakteknya konsep GPG tidak dapat temukan bahwa metode deskriptif memiliki tujuan
dipisakan dari konsep CG dimana pada abad ke-19 untuk mendeskrripsikan kondisi sesuatu yang tengah
terjadi revolusi industri dengan ditandai adanya berlangsung pada saat penelitian dilakukan dan
transformasi sektor pertanian ke sektor industri dan memeriksa sebab-sebab dari gejala tertentu.
manufacturing dengan tumbuh pesatnya produsen- a. Tinjauan Regulasi Lembaga Operator Haji
produsen barang, produsen ini menjual sahamnya Di Indonesia
kepada publik dalam rangka mendapatkan modal, Ibadah haji telah dilaksanakan begitu lama oleh
karena begitu banyaknya perusahaan yang menjual masayarakat muslim nusantara jauh sebelum era
sahamnya kepada publik, maka muncullah konsep CG kemerdekaan, namun tidak ditemukan dokumen resmi
sebagai bagian dari upaya untuk melindung perihal sejak kapan masayarakat Muslim nusantara
kepentingan pemilik saham dapat terjamin. melaksanakan ibadah haji ke tanah suci Mekkah.
Terdapat dua teori mendasar pada konsep CG Beragam peraturan baru diketemukan di kemudian hari
yaitu teori keagenan (Agency Theory) dan teori pada masa era kolonial dengan adanya beragam
pemangku kepentingan (Stakeholder theory). Adapun ordonansi haji. Namun upaya penjajah dalam rangka
teori keagenan (Jensen&Mecking,1976) menjelaskan membatasi jamaah haji juga sangat terlihat pada masa
bahwa dalam perusahaan, agen (manajemen) harus itu, mengingat terdapat pengaruh langsung terhadap
bertindak untuk memaksimalkan utilitas principal meningkatnya semangat nasionalisme dan Pan

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(03), 2021, 1451
Islamisme pasca kepulangan jamaah haji dari tanah khususnya dalam kurun waktu 10 tahun terakhir,
suci mekkah dan dianggap berpotensi menggangu dimana antrian masa tunggu jamaah haji Indonesia
stabilitas politik pemerintah. Pasca kemerdekaan, bisa mencapai sekitar 19 tahun (Aziz, 2018). Bahkan
Terdapat periodesasi penyelenggaraan haji pada masa di beberapa daerah tertentu masa antrian bisa
orde lama. Pada periode tahun 1950-1959, dimulai dari mencapai 30 tahun lebih terhitung sejak mendaftar
DEPAG sebagai pelaksana administrasi dan Panitia porsi haji di awal.
Perbaikan Perjalanan Haji Indonesia (PPHI) secara Tak terkecuali antrian panjang juga terjadi pada
operasional. Serta pada periode akhir orde lama pada haji khusus, dimana jamaah calon haji bisa antri pada
kisaran tahun 1964-1965 pelaksanaanya baik secara kisaran 5-10 tahun walaupun biaya yang mereka
operasional maupun administrasi dilakukan oleh keluarkan bisa berkali-kali lipat dibandingkan haji
Dewan Urusan Haji (DUHA) (Zainal, 2012). Pada reguler, namun setidaknya antrian pada haji khusus
Periode Orde baru pemerintah membentuk lembaga relatif lebih cepat dibandingkan dengan antrian pada
baru. Pada masa awal orde baru tahun 1966-1978, haji reguler. Setidaknya beginilah fakta hari ini
pengelolaan haji secara teknis dan administratif mengenai pengelolaan penyelenggaran ibadah haji di
dijalankan oleh Dirjen Urusan Haji Departemen Agama negri dengan mayoritas berpenduduk Muslim
serta pada tahun 1979-1997, operasional haji tertinggi di dunia.
dilaksanakan oleh Dirjen BIMAS Islam dan Urusan
Haji(Zainal, 2012). b. Peran Lembaga Resmi Pengelola Haji
Terdapat perubahan yang mendasar pada periode Perencanaan terkait kelahiran BPKH telah
reformasi, dalam hal ini pemerintah menelurkan UU disapkan cukup lama. Lembaga ini pada periode yang
No 17 Tahun 1999 tentang pelaksanaan ibadah haji lalu disebut dengan nama Badan Pengelola Dana
sebagai dasar yuridis yang kuat pelaksanaan haji di Abadi Umat (BP DAU). Sebuah Lembaga yang
Indonesia. Dalam UU tersebut ditegaskan adanya dua memiliki payung hukum Kepres Nomor 22 tahun
penyelenggara ibadah haji, Yaitu Pemerintah ditetapkan 2001 tentang Badan Pengelola Dana Abadi Umat (BP
sebagai pelaksana haji reguler dan lembaga swasta dalam DAU) (Presiden Republik Indonesia, 2001).
hal ini biro travel haji dan umroh sebagai operator haji Dana Abadi Ummat di masa yang lalu
khusus (Zainal, 2012). Pada periode selanjutnya, diharapakan memiliki dampak yang signifikan,
regulasi haji disempurnakan dengan disahkannya sebagaimana amanat UU dana ini memiliki
Undang-undang No.13 Tahun 2008 tentang fleksibilitas peruntukan yang beragam, mulai dari
Penyelenggaraan Ibadah haji. Dalam undang-undang penyaluran di sektor pendidikan dan dakwah yang
ini mengatur dengan jelas bahwa penyelengara ibadah cakupan peruntukannya sangat luas, sektor kesehatan,
haji memiliki tanggungjawab meliputi unsur sosial, ekonomi, pembangunan sarana dan prasarana
kebijakan, pelaksanaan, dan pengawasan. Aspek ibadah dan penyelenggaraan ibadah haji. Sumber
kebijakan dan pelaksanaan adalah domain nasional dan DAU bersumber dari adanya efisiensi
tanggung jawab pemerintah. Sedangkan pengawasan penyelenggaraan haji dan sumber lainnya sesuai UU
menjadi tanggung jawab Komisi Pengawas Haji yang berlaku.
Indonesia (KPHI). Dengan begitu luasnya peruntukan dana DAU,
Terdapat dua model penyelenggaraan ibadah haji tidak heran dalam proses implementasinya banyak
di Indonesia, pertama yaitu haji reguler dimana menyisakan ruang dan peluang perilaku koruptif,
penyelenggaran haji dikelola dan dilaksanakan oleh terutama adanya peluang rangkap jabatan dimana
pemerintah, dan yang kedua yaitu haji khusus dimana seorang Menteri Agama juga sebagai
pihak swastalah yang menjadi penyelenggaranya. penanggungjawab DAU karena secara kelembagaan
Dalam prakteknya, keduanya memiliki regulasi dibawah seorang menteri. Merupakan fakta riil
spesifik masing-masing yang mengatur tentang menteri Agama pada Era Presiden SBY Periode ke-2
manajemen tata kelola keuangannya. menjadi tersangka kasus korupsi dana haji. Kasus
Dengan pertimbangan dua model pengelolaan diatas menjadi pertanyaan besar apakah potensi
haji di atas, Kementrian Agama RI sebagai pengelola perilaku korupsi muncul dari sistemnya yang kurang
dan penyelenggara haji. Sebagaimana sama-sama kita tepat atau potensi perilaku koruptif secara personal.
ketahui, animo masyarakat untuk melaksanakan Indonesian Corruption watch (ICW) jauh-jauh
ibadah haji mengalami peningkatan signifikan, hari telah memberikan warning akan adanya potensi

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(03), 2021, 1452
besar tindakan korupsi, Terlebih sejak lahirnya UU No c. Tata Kelola Dan Kerjasama
13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Merujuk pada PP No 5 thn 2018, tentang
haji sebagai penyempurnaan dari UU sebelumnya No pengawasan tehadap pengelolaan Keuangan haji
17 Tahun 1999. Dalam kajiannya disimpulkan bahwa terdapat pada dewan pengawas. Selaras dengan hal
penguasaan satu institusi dalam penyelenggaraan tesebut, UU Nomor 34 Tahun 2014 menyebutkan
ibadah haji memiliki resiko tinggi untuk melakukan bahwa pengawasan terhadap pengelolaan keuangan haji
penyelewengan meskipun memiliki regulasi dan merupakan fungsi dari dewan pengawas, adapun detail
payung hukum yang jelas sekalipun. Dimana, pada tugasnya antara lain; melakukan penilaian terhadap
saat yang bersamaan fungsi sebagai regulator, rumusan kebijakan, menjalankan fungsi pengawasan
operator dan eksekutor melekat pada Kementerian dan pemantauan atas implementasi pengelolaan
Agama (Z. Zubaedi, 2016). Dengan kata lain, keuangan haji, serta memberikan penilaian dan
kementrian agama mendapatkan peluang lebar untuk petimbangan atas laporan pertanggungjawaban yang
melakukan kegiatan yang bersifat monopolistik yang diberikan BPKH.
muaranya akan memperbesar peluang hadirnya Adapaun badan pelaksana selayaknya juga
perilaku koruptif. mengajukan opini kepada dewan pengawas sebelum
Praktek monopoli akan selalu berbanding lurus melaksanakan suatu tindakan atau kegiatan, Adapun
dengan tidak adanya ruang bagi publik untuk setelah kegiatan, dewan pengawas wajib melaksanakan
berpartisipasi dalam proses penyusunan kebijakan dan evaluasi terhadap setiap kegiatan yang telah selesai
proses pengawasan, terlebih jika pada saat yang dilaksanakan. Hal ini harus menjadi pemahaman
bersamaan juga tidak terdapat tranparansi anggaran bersama sebagai upaya pencegahan atas potensi
serta rendahnya tingkat akuntabilitas publik. Pasti penyimpangan di kemudian hari.
akan berimbas pada sengkarut tata kelola Dari sini semestinya masyarakat tidak perlu
manajemennya. khawatir berlebihan mengingat terdapat unsur
Adanya partisipasi publik dan pengawasan oleh pengawas atas pelaksanaan fungsi BPKH baik oleh
publik akan efektif mencegah para pengambil dan Presiden secara langsung maupun lenbaga pengawas
pelaksana kebijakan dari penyimpangan. Dengan sejanis, Dalam praktiknya BPKH mendapatkan
adanya realitas diatas, diharapakan kelahiran BPKH mandat (wakalah) dari seluruh calon jamaah haji
menjadi jawaban atas kegelisahan semua pihak dan untuk sepenuhnya dapat mengelola secara maksimal
diharapkan pengelolaan keuangan haji makin dana haji demi kebermanfaatan jangka panjang bagi
transparan dan baik serta sesuai dengan sistem calon jamaah haji di masa yang akan datang.
perundang-undangan yang berlaku. Undang-Undang dan PP telah mengamanahkan
Begitu amat besar harapan publik atas kinerja terkait teknis pengelolaan keuangan haji dengan
profesional BPKH dalam menjalankan amanat beberapa prinsip dasar, diantaanya; kehati-hatian,
Undang-Undang, sehingga di dalamnya diharapkan tranparansi, kebemanfaatan, dll. Terkhusus dalam hal
pos-pos penting bisa diisi oleh figur-figur yang memanfaatkan dana haji ke sektor investasi, harus
kompeten dan kredibel dalam menjalankan jelas status kehalalannya, tidak mengandung unsur
amanahnya. Dengan tujuan agar supaya pengelolaan syubhat apalagi keharaman, jangan sampai aspek
keuangan haji makin berkualitas, profesional, syariah complience diterabas dengan menghalalkan
tansparan dan maslahat bagi jamaah calon haji segala cara sehingga dapat berdampak kaburnya aspek
Republik Indonesia. Maqoshid Syariah yang ujungnya turut serta dalam
praktik, Disini kecermatan dan kehatia-hatian harus
dijalankan dengan baik oleh BPKH dalam praktik
pemanfaatan dana haji.
Dalam mengupayakan sinergi antar lembaga,
BPKH wajib mempertimbangkan banyak hal terutama
terkait pesoalan birokrasi pemerintahan, Berdasarkan
UU, BPKH sebagai institusi independen dibawah kendali
presiden langsung(BPKH RI, 2019). bukan merupakan
institusi yang berada dibawah kendali struktur
pemerintahan. Namun, tuntutan agar BPKH secara

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(03), 2021, 1453
profesional juga tetap harus bekerjasama dengan lembaga-lembaga lain baik di dalam maupun di luar
institusi terkait di dalam ataupun luar negeri. negeri.
Terkhusus untuk melakukan kordinasi dan sinegi Adapun dalam konteks BPKH di Indonesia,
dengan Lembaga regulator dalam hal ini Kementrian instrumen investasi yang sudah jalan selama ini yaitu
Agama RI. pada empat instrumen investasi; a. Pertama, Surat
Dalam kurun 3 tahun terakhir BPKH mulai berharga syariah. b. Emas. c. Investasi langsung. dan.
menunjukkan peran positifnya dalam hal menjalin d. Investasi lainnya(Witjacsono et al., 2019).
kejasama dan bekolaborasi dengan lembaga terkait Sebagai bagian dari Risk appetite dan manajemen
lainnya. Hal tersebut tentu layak mendapatkan apresiasi resiko investasi dana haji, maka BPKH melakukan
sebagai upaya untuk mencari bentuk dan formula yang pembatasan jumlah portfolio untuk masing-masing
paling tepat dalam mengoptimalkan pengelolaan keuangan segmen investasi sebagai berikut (Witjacsono et al.,
haji. 2019);
1) Kerjasama antar kelembagaan Secara
Optimal
BPKH dalam usahanya memaksimalkan
pengelolaan keuangan haji harus kreatif dalam melihat
beragam peluang kerjasama investasi, tidak terrbatas
pada sektor perbankan namun juga harus secara berani
melakukan terobosan investasi di sektor non bank,
tentunya setelah melalui proses analisis yang cermat
dan mendalam dari sisi aspek manajemen resiko
investasi. Dari gambar diatas bisa kita lihat bahwa dominasi
Sektor yang tidak kalah menariknya adalah penempatan investasi dana haji mayoritas
kerjasama kemitraan dengan BUMN, khususnya ditempatkan dalam bentuk surat berharga syariah yang
dalam pembiayaan beragam sektor vital transportasi relatif aman (secure), sisanya dalam proporsi yang
dan energi, keduanya saat ini menjadi kebutuhan relatif aman terdistribusi pada investasi langsung
mendasar manusia (Bappenas, 2015). dan relatif sebanyak 20%, investasi lainnya sebanyak 10% dan
sebagai sektor investasi yang liquid tentu tanpa hanya sebesar 5% pada instrumen investasi emas.
mengabaikan aspek perhitungan yang objektif dan Jika merujuk pada Annual report BPKH tahun
kalkulatif, terutama menyangkut visibity study dan 2019 (audited) (BPKH RI, 2019) maka kita bisa
faktor kebesinambungan poyek. mendapatkan beberapa highligt penting sebagai
Ada pelajaran menarik yang bisa didapatkan dari akuntabilitas publik BPKH terkhusus kepada jamaah
Lembaga sejenis di Malaysia yaitu Lembaga Tabung haji dengan beberapa point penting sebagai berikut:
Haji Malaysia (LHTM), dimana investasi pada sektor a. Saldo dana haji pada akhir tahun 2019 mencapai
konstruksi properti dalam bentuk pembangunan Hotel Rp 124 triliun, meningkat 10,6% dibanding tahun
Tabung Haji di Malaysia dan Bay Pavilions di Sydney sebelumnya sebesar Rp 112 triliun.
menjadi pilihan strategis pengelolaan dana haji b. Pendapatan nilai manfaat yang dibukukan BPKH
mereka, dan terbukti sektor tersebut memberikan dari pengelolaan keuangan haji tahun 2019
imbal hasil yang baik dengan besaran penempatan mencapai 7,37 triliun, atau meningkat sebesar
sebesar 20% dari jumlah dana mereka(Nazri, 2013). 29% dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp 5,7
Selain itu, kerjasama idealnya bukan hanya triliun.
dengan lembaga investasi namun yang tidak kalah c. Likuiditas BPKH pada akhir tahun 2019 melebihi
pentingnya juga dengan Lembaga Pengawas 2 kali dari biaya penyelenggaran ibadah haji
Keuangan sebagaimana BPKP serta Lembaga Audit dengan nilai 3,8 kali.
independen, hal ini bertujuan untuk memaksimalkan d. Rasio beban operasional BPKH tahun 2019
upaya pengawasan sekaligus kontrol terhadap tata adalah sebesar 4,9% dari perolehan nilai manfaat
kelola keuangan BPKH. Dalam hal ini BPKH harus tahun 2019. Hal ini menunjukkan bahwa BPKH
menjadi lembaga yang terbuka sekaligus auditable dapat bekerja secara efisien karena rasio beban
serta mengadopsi standar-standar manajemen yang operasional masih dibawah 5%.
baik, temasuk melakukan benchmark tehadap

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(03), 2021, 1454
e. BPKH berrhasil menurunkan proporsi diantaranya faktor usia, jenis kelamin, kondisi
penempatan dana di bank yang semula sebesar kesehatan dan pengalaman.
65% menjadi hanya 43,68%. Telah memenuhi Dalam peraturan BPKH No 2 tahun 2018 Peihal
ketentuan PP No 5 thn 2018 dimana diatur tata hubungan organ BPKH dan hubungan antar
penempatan bank hanya diperbolehkan maksimal lembaga, dimana pada pasal 29 ayat 3 menyatakan
sebesar 50%. bahwa BPKH dapat bekerjasama dengan berbagai
f. Laporan audit keuangan BPKH oleh BPK lembaga baik di Indonesia maupun di luar negeri,
mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian khususnya lembaga-lembaga provider jasa pendukung
(WTP). layanan haji dan umroh, seperti jasa transportasi dan
g. Terkhusus menjelaskan pada point e diatas, akomodasi penyelenggaraan haji (muassasah) di Arab
dimana tejadi penurunan proporsi tingkat Saudi sudah semestinya bisa berjalan dengan baik,
penempatan dana di Bank dan meningkatnya harmonis dan sinergis. Karena hal ini berhubungan
proporsi investasi. Hal ini tentu menjelaskan langsung dengan kepuasan serta kenyamanan para
bahwa BPKH telah lebih berani menempatkan jamaah selama menunaikan ibadah haji.
dana haji pada instrumen investasi dengan Sinergi dan harmoni para pihak terkait
harapan imbal hasil yang didapatkan jauh lebih merupakan kunci penting suksesnya penyelenggaraan
besar dari hanya sekedar penempatan dana di ibadah haji, baik peran BPKH maupun kementrian
bank, tentu hal ini juga harus diimbangi dengan terkait seperti Kementrian Agama, Kementrian
proses manajemen resiko yang baik dan Kesehatan termasuk juga DPR RI, masing-masing
melibatkan dewan pengawas serta lembaga negara tidak boleh ada yang merasa lebih penting dan tampak
lainnya untuk menghindari adanya moral hazard dominan dari yang lain, karena hanya dengan sinergi
para pengurus BPKH, untuk menggambarkan dan harmoni antar lembaga itulah peningkatan
dinamika fluktuasi penemapatan dana di bank dan kualitas layanan haji yang diharapkan dapat terwujud
portfolio investasi bisa digambarkan pada grafik (Deviyanti, 2015).
di bawah ini. Di atas semua itu, harus ada upaya ekstra dari
pemerintah dan BPKH untuk secara terus menerus
melakukan proses edukasi dan literasi kepada
masyarakat khususnya jamaah calon haji mengenai
tugas dan wewenang BPKH dengan melibatkan media
dan lembaga terkait agar akuntabilitas dan
profesionalitas bisa tersampaikan pesannya kepada
masyarakat, karena tak jarang isu inilah yang saat ini
paling mengemuka sebagai bagian dari
Sumber : BPKH 2019 ketidakpercayaan publik tehadap pemerintah
khususnya terkait dengan beragam trauma tata kelola
2) Pelayanan kepada Jamaah Haji Secara keuangan lembaga negara yang dianggap kurang baik,
Optimal sebagaimana kasus ASABRI, Dana Pensiun, dan
Harus ada upaya evaluasi secara menyeluruh dan BPJS, sehingga resistensi masyarakat terhadap adanya
komprehensif serta melibatkan stake holder BPKH dengan beragam tugasnya bisa menurun.
penyelenggara haji terkait untuk memberikan Beragam perdebatan yang muncul belakangan ini
masukan-masukan yang membangun dan positif demi mengenai dana haji yang dianggap “melenceng” oleh
adanya perbaikan kualitas layanan jamaah haji mulai beragam pihak sebagiannya disebabkan belum
dari proses keberangkatan sampai dengan proses maksimalnya pemerintah menyampaikan perihal
kepulangannya. Tentu bukan sesuatu yang mudah keberhasilan kinerja BPKH dalam memaksimalkan
mengingat jumlah jamaah haji Indonesia merupakan pengelolaan dana haji kepada publik. Sehingga tidak
salah satu jamaah haji tebanyak di dunia, namun mengherankan semua rencana dan tindakan BPKH
bukan tidak mungkin dengan upaya yang maksimal atau yang selama ini identik dengan pemerintah
bisa memberikan layanan yang memuaskan, beragam menjadi perdebatan yang tak berujung. Tak jarang
simulasi-simulasi kemungkinan yang akan terjadi para pengamat dan ekonompun juga aktif terlibat
pada jamaah dari beragam aspek petimbangan memberikan kritik dan mencari titik lemah

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(03), 2021, 1455
pengelolaan dana haji. Hal ini merupakan kewajaran f. Sebagai institusi yang relatif baru, BPKH harus
dan harus dilihat sebagai sebuah kritik yang sering melakukan sosialisasi kepada publik
membangun selama BPKH dan pemerintah dengan melibatkan ormas-ormas Islam seperti NU
menjadikan kritik dan masukan membangun sebagai dan Muhammadiyah karena simpul-simpul
bahan evaluasi yang konstruktif. ummat ada disana.
Semua pihak berharap besar terhadap keberadaan g. Secara berkala BPKH juga mempublikasikan
BPKH untuk secara aktif memposisikan jamaah calon terkait kinerja keuangannya di media massa
haji sebagai pelaku utama, seyogyanya jamaah publik agar semakin meningkatkan trust
dilibatkan secara aktif sebagai mitra oleh BPKH masyarakat khususnya calon jamaah haji.
dalam hal pengelolaan dana haji. Jamaah dan BPKH h. Pelibatan secara aktif institusi Perguruan tinggi
berada pada posisi yang equal atas pemenuhan hak beserta civitasnya dalam rangka memberikan
dan kewajiban masing-masing. Dengan harapan akan masukan-masukan konkrit dalam bentuk kajian
berdampak langsung terhdap peningkatan kualitas ragam investasi, bisa melalui riset dan sejenisnya.
layanan pelaksanaan ibadah haji. i. Sebagai lembaga publik, unsur internal pengawas
di BPKH harus memenuhi asas partisipasi publik
4. KESIMPULAN melalui representasi keterwakilan ormas besar dan
Kedepan BPKH harus makin mengedepankan unsur pakar serta akademisi dalam rangka
aspek peningkatan kepercayaan publik sebagai salah memperkuat fungsi pengawasan lembaga.
satu target utamanya, agar trust masyarakat makin j. Transpansi dan akuntabilitas merupakan asas
meningkat dari waktu kewaktu, reduksi semaksimal yang harus menjadi ruh dari pelaksanaan tata
mungkin upaya menarik BPKH ke dalam isu-isu kelola keuangan haji pada semua aspeknya.
politik anggaran nasional untuk menghindari polemik
dan ketidakpercayaan masyarakat dalam pengelolaan 5. REFERENSI
dana haji, dari pembahasan diatas dapat diambil Aziz, R. M. (2018). Hahslm Theory as Guidance of
beberapa kesimpulan sebagai berikut; Straight Path in Management of Hajj and
a. Bahwa keberadaan BPKH sebagai pengelola Finance. KnE Social Sciences, 3(8), 105.
keuangan haji telah sesuai dengan sistem https://doi.org/10.18502/kss.v3i8.2503
perundangan dan regulasi yang berlaku. Bappenas. (2015). Rencana Pembangunan Jangka
b. BPKH dalam menjalankan tugasnya wajib Menengah Nasional (rpjmn) 2015-2019.
mengacu kepada UU dan regulasi yang berlaku Kementrian Perencanaan Pembangunan
dengan mengedepankan prinsip kebermafaatan Nasional, 2015–2019.
terhadap jamaah dan aspek kehati-hatian dengan https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.00
pendekatan manajemen resiko yang baik. 4
c. Melibatkan lembaga lain yang kredibel dan BPKH RI. (2019). Laporan Tahunan Badan
akuntabel untuk turut serta melakukan fungsi Pengelola Keuangan Haji.
pengawasan terhadap BPKH dan pemerintah. Deviyanti, P. (2015). Mekanisme Pengawasan Komisi
d. Pemilihan jenis investasi dan kerjasama harus Pengawas Haji Indonesia Pada
disesuaikan dengan nilai kebermanfaatan untuk Penyelenggaraan Haji Di Indonesia.
jamaah calon haji serta dilakukan pembahasan Freeman, R. E. (2004). The Stakeholder Approach
dengan sangat matang dan cermat oleh komite Revisited. Zeitschrift Für Wirtschafts- Und
resiko. Unternehmensethik, 5(3), 228–241.
e. BPKH dan Pemerintah secara aktif melibatkan https://doi.org/10.5771/1439-880x-2004-3-228
media massa dan stake holder terkait untuk International Federation of Accountants (IFAC).
melakukan edukasi secara intensif dalam hal (2013). Governance in the Public Sector: A
mensosialisasikan keberadaan, fungsi dan peran Governing Body Perspective. Consultation Draft
BPKH, terkhusus mengenai akuntabilitas for an International Framework, June, 6–39.
keuangan dan imbal hasil investasi dalam rangka Jumali, E. (2018). Management of Hajj funds in
meningkatkan kepercayaan publik khususnya Indonesia. Journal of Legal, Ethical and
jamaah calon haji. Regulatory Issues, 21(3), 1–9.

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(03), 2021, 1456
KNKG. (2008). Good Public Governance Indonesia. Presiden Republik Indonesia. (2001). Presiden
Good Public Governance Pedoman Umum Republik Indonesia. Undang-Undang Republik
Indonesia, 1–50. Indonesia Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Badan
Michael C. JENSEN and William H. MECKLING*. Pengelola Dana Abadi Umat, 1–9.
(1976). THEORY OF THE FIRM: www.bphn.go.id
MANAGERIAL BEHAVIOR, AGENCY Witjacsono, B., Harto, P. P., Wibowo, H., & Suprapto,
COSTS AND OWNERSHIP STRUCTURE. E. (2019). Investasi keuangan haji bpkh.
Journal of Financial Economics, 3. Investasi BPKH, Jakarta, 1–202.
Nazri, R. (2013). Bank Haji Indonesia: Optimalisasi Z. Zubaedi. (2016). Analisis Problematika
Pengelolaan Dana Haji Untuk Kesejahteraan Manajemen Pelaksanaan Haji Indonesia
Jama’Ah Haji Indonesia (Sebuah Gagasan). (Restrukturisasi Model Pengelolaan Haji Menuju
Khazanah, 6(1), 13–26. Manajemen Haji yang Modern).
https://doi.org/10.20885/khazanah.vol6.iss1.art2 Ejournal.Iainbengkulu.Ac.Id, Vol. 4 No., 189–
Pengamat: BPKH Harus Masif Sosialisasikan Dana 200.
Haji. (2021). http://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/man
https://www.republika.co.id/berita/qu7u8u430/p haj/article/view/182
engamat-bpkh-harus-masif-sosialisasikan-dana- Zainal. (2012). REGULASI HAJI INDONESIA
haji DALAM TINJAUAN SEJARAH Oleh: Zainal*.
JURIS (Jurnal Ilmiah Syariah), Vol 11, No, 96–
113.

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534

Anda mungkin juga menyukai