Anda di halaman 1dari 42

KEPUTUSAN DIREKTUR PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR

PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN


NOMOR : HK. 02.03/6/ 1391/2020
TENTANG

RENCANA AKSI KEGIATAN


DIREKTORAT PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR
TAHUN 2020-2024

DIREKTUR PENCEGAHAN PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR,

Menimbang : bahwasebagaipenjabarandariRencanaStrategisKementerianKesehatanTahun
2020-2024, perlu disusun Rencana Aksi Kegiatan Pengendalian Penyakit Tidak
Menular (PPTM) tahun 2020-2024 yang ditetapkan dengan Keputusan
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular;
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Mengingat : 1. Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003. Nomor 47, Tambahan Berita Negara Republik
Indonesia Nomor. 4287);
2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4916);

3 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5036)
4. Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2015 tentang Kementerian
Kesehatan (Lembaran-Negara Nomor 59 Tahun 2015);
Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala
Badan Perencanaan Pembangunan Nomor 5 tahun 2019 tentang
Tata Cara Penyusunan Rencana Strategis kementerian/ Lembaga Tahun
2020-2024;
5. Peraturan Menteri Kesehatan RINomor 64 Tahun 2015
tentangOrganisasidan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1508)
sebagaimana telah diubah dengan Perarturan Menteri
Kesehatan Nomor 30 Tahun 2018 tentang Perubahan atas
Peraturan Meteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 945);
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 tahun 2020 tentang Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024;

7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 71 tahun 2015 tentang


Penanggulangan Penyakit Tidak Menular
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK
MENULAR TENTANG RENCANA AKSI KEGIATAN DIREKTORAT PENCEGAHAN
DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR (P2PTM) TAHUN 2020-2024

KESATU : Rencana Aksi Kegiatan Dit.P2PTM tahun 2020-2024 merupakan Dokumen


perencanaan Kegiatan PPTM selama lima tahun yang berisikan upaya
yang akan dilakukan Dit.P2PTM untuk mencapai indikator kegiatan dan
kegiatan yang telah ditetapkan dalam kurun waktu 5 tahun (2020-
2024).
KEDUA : Rencana Aksi Kegiatan Dit.P2PTM tahun 2020-2024 digunakan sebagai
salah satu pedoman bagi pelaksana Kegiatan P2PTM dalam menyusun
Kegiatan

KETIGA : Rencana Aksi Kegiatan Dit.P2PTM tahun 2020-2024 digunakan sebagai


salah satu pedoman bagi seluruh satuan kerja pelaksana kegiatan
PPTM dalam penyusunan perencanaan tahunan.
KEEMPAT : Rencana Aksi Kegiatan P2PTM Tahun 2020-2024 digunakan sebagai salah
satu pedoman penilaian laporan Kinerja Satuan Kerja Dit.P2PTM.
KELIMA: Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila di
kemudian hari terdapat kekeliruan akan dilakukan perbaikan seperlunya

Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal : 20 Agustus 2020
Direktur P2PTM

dr. Cut Putri Arianie, MH.Kes


NIP 196206221988122001
RENCANA AKSI KEGIATAN
DIREKTORAT P2PTM

TAHUN 2020
DIREKTORAT P2PTM
LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR
NOMOR HK. 02.03/6/ 305/2020
TENTANG
RENCANA AKSI KEGIATAN
DIREKTORAT PENCEGAHAN
DAN PENGENDALIAN
PENYAKIT TIDAK MENULAR
TAHUN 2020-2024

RENCANA AKSI KEGIATAN DIREKTORAT PENCEGAHAN DAN


PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR TAHUN 2020-2024

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Periode tahun 2020-2024 merupakan tahapan terakhir dari Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, sehingga
merupakan periode pembangunan jangka menengah yang sangat penting dan
strategis. RPJMN 2020-2024 akan memengaruhi pencapaian target
pembangunan dalam RPJMN, di mana pendapatan perkapita Indonesia akan
mencapai tingkat kesejahteraan setara dengan negara-negara berpenghasilan
menengah atas (Upper-Middle Income Country) yang memiliki kondisi
infrastruktur, kualitas sumber daya manusia, pelayanan publik, serta
kesejahteraan rakyat yang lebih baik.
Sejalan dengan Visi Presiden Republik Indonesia Tahun 2020-2024 yaitu
Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian
Berlandaskan Gotong - Royong, dimana peningkatan kualitas manusia Indonesia
menjadi prioritas utama dengan dukungan pembangunan kesehatan yang
terarah, terukur, merata dan berkeadilan. Pembangunan kesehatan bertujuan
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Undang undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa Kementerian/Lembaga
menyusun Rencana Strategi (Renstra). Selanjutnya merujuk kepada Keputusan
Menteri Kesehatan nomor 21 tahun 2020 tentang Rencana Strategik
Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 bahwa tingkat Eselon I menjabarkan
dalam Rencana Aksi Program (RAP) dan Eselon II atau satuan kerja
menjabarkan Rencana Aksi Kegiatan (RAK).
Direktorat P2PTM menyusun RAK sebagai acuan dan pedoman dalam
pelaksanaan program dan kegiatan sesuai TUPOKSI selama 5 tahun ke depan
dapat dievaluasi secara berkala, dengan harapan pelaksanaannya dapat
dilaksanakan secara efisien dan efektif. Upaya pencegahan dan pengendalian,
dan penanganan penyakit tidak menular beserta akibat yang ditimbulkannya
dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran,
kemauan berperilaku sehat dan mencegah terjadinya penyakit tidak menular.
Upaya tersebut dilakukan melalui kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif bagi individu atau masyarakat.

B. Kondisi Umum
Pada tingkat global, 70 persen penyebab kematian di dunia adalah akibat
PTM. Kematian akibat PTM seperti kanker, penyakit jantung, stroke dan
diabetes, diperkirakan akan terus meningkat di seluruh dunia, dimana
peningkatan terbesar (80%) akan terjadi di negara-negara berpenghasilan
menengah dan miskin. Dalam jumlah total, pada tahun 2030 diprediksi akan ada
52 juta jiwa kematian per tahun karena PTM, naik 9 juta jiwa dari 38 juta jiwa
pada saat ini. Pada negara- negara berpenghasilan menengah dan miskin PTM
akan bertanggung jawab terhadap tiga kali dari tahun hidup yang hilang akibat
disabilitas (Disability adjusted life years=DALYs) dan hampir lima kali dari
kematian penyakit menular, maternal, perinatal dan masalah nutrisi. (WHO,
2018).
Indonesia mengalami peningkatan beban akibat PTM. Hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan menunjukkan prevalensi PTM
mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013, antara lain
kanker, stroke, penyakit ginjal kronis, diabetes melitus, dan hipertensi. Prevalensi
kanker naik dari 1,4% (Riskesdas 2013) menjadi 1,8%; prevalensi stroke naik
dari 7% menjadi 10,9%; dan penyakit ginjal kronik naik dari 2% menjadi 3,8%.
Berdasarkan pemeriksaan gula darah, diabetes melitus naik dari 6,9% menjadi
8,5%; dan hasil pengukuran tekanan darah, hipertensi naik dari 25,8% menjadi
34,1%. Kenaikan prevalensi PTM ini berhubungan dengan pola hidup, antara lain
merokok, aktivitas fisik, serta konsumsi buah dan sayur. Sejak tahun 2013
prevalensi merokok pada remaja (10-18 tahun) terus meningkat, yaitu 7,2%
(Riskesdas 2013), 8,8% (Sirkesnas 2016) dan 9,1% (Riskesdas 2018). Demikian
juga proporsi aktivitas fisik kurang juga naik dari 26,1% menjadi 33,5% dan 0,8%
mengonsumsi minuman beralkohol berlebihan. Tren ini juga diikuti dengan
peningkatan penduduk di Indonesia yang cenderung memiliki berat badan lebih
(overweight) atau bahkan obesitas dari tahun ke tahun (Overweight: 8,6% di
tahun 2007 menjadi 13,6% di tahun 2018; obese: 10,5% di tahun 2007, menjadi
21,8% di tahun 2018). Sementara itu, juga tercatat lebih dari 95,5% masyarakat
Indonesia yang berusia lebih dari 5 tahun mengkonsumi kurang dari 5 porsi buah
dan sayur dalam sehari.
Data death rate PTM dari IHME 2019, akibat Penyakit kardiovaskular
251.09 per 100.000 penduduk, Kanker 88.46 per 100.000 penduduk, DM dan
PGK 57.42 per 100.000 penduduk dan Penyakit Paru Kronis 38.9 per 100.000
penduduk.
Litbangkes Kemenkes merilis data terbaru dari Global Youth Tobacco
Survey (GYTS) tahun 2019 menunjukkan bahwa 40,6% pelajar di Indonesia
(usia 13-15 tahun), 2 dari 3 anak laki-laki, dan hampir 1 dari 5 anak perempuan
sudah pernah menggunakan produk tembakau: 19,2% pelajar saat ini merokok
dan di antara jumlah tersebut, 60,6% bahkan tidak dicegah ketika membeli rokok
karena usia mereka, dan dua pertiga dari mereka dapat membeli rokok secara
eceran. Data GYTS juga menunjukkan hampir 7 dari 10 pelajar melihat iklan atau
promosi rokok di televisi atau tempat penjualan dalam 30 hari terakhir, dan
sepertiga pelajar merasa pernah melihat iklan di internet atau media sosial.
Berdasarkan Globocan 2018 yang bersumber dari Registrasi Kanker
Nasional, Kanker payudara merupakan kanker terbanyak di Indonesia saat ini
dengan insidens rate sebesar 42.1 per 100.000 penduduk dengan angka
kematian sebesar 17 per 100.000 penduduk dan diikuti oleh kanker leher rahim
dengan insidence rate sebesar 23.4 per 100.000. Data RS Kanker Dharmais dari
tahun 2010-2013 menunjukan bahwa penyakit kanker terbanyak di RS Kanker
Dharmais adalah kanker payudara, serviks, paru, 4 ovarium, rektum, tiroid, usus
besar, hepatoma, dan nasofaring, dan jumlah kasus baru serta jumlah kematian
akibat kanker tersebut terus meningkat. Berdasarkan riset kesehatan dasar yang
dilakukan oleh Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2018 menyebutkan angka
prevalensi penyakit kanker di Indonesia sebesar 1,79 per 1000 penduduk.
Prevalensi tertinggi untuk penyakit kanker yang tertinggi di Provinsi D.I.
Yogyakarta, yaitu sebesar 4,86‰.
Berdasarkan data dari World Report of vision tahun 2019, saat ini di
seluruh dunia terdapat sektara 2,2 miliar orang yang mengalami gangguan
penglihatan. Dari seluruh orang dengan gangguan penglihatan, hampir
setengahnya, atau sekitar 1 miliar orang, merupakan gangguan penglihatan yang
dapat dihindari, baik dicegah maupun diobati. Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi kebutaan pada
penduduk dengan usia ≥6 tahun di Indonesia mencapai 0,4%. Sekitar 80% dari
para penyandang gangguan penglihatan dan kebutaan dapat dicegah atau
diobati. Oleh karena itu, upaya promotif-preventif sangat penting untuk dilakukan.
Berdasarkan data WHO tahun 2018, 466 juta penduduk dunia mengalami
gangguan pendengaran dan 34 juta diantaranya adalah anak-anak. Di sisi lain
diperkirakan 1,1 miliar anak muda (berusia 12-35 tahun) berisiko mengalami
gangguan pendengaran akibat paparan kebisingan. Hasil Riskesdas tahun 2013
menunjukan bahwa penduduk Indonesia usia 5 tahun keatas mengalami
gangguan pendengaran 2,6%, ketulian 0,09%, sumbatan serumen 18,8%, dan
sekret di liang telinga 2,4%.
Saat ini baik dunia maupun Indonesia sedang mengalami pandemi Covid
19. Berdasarkan data yang diperoleh sampai dengan tanggal per 31 Agustus
2020
diketahui bahwa jumlah penderita COVID-19 di dunia sebanyak 25,3 juta jiwa
dengan jumlah kematian mecapai 850.064 jiwa, sedangkan di Indonesia jumlah
kasus COVID-19 sebanyak 174.796 dengan jumlah kematian sebanyak 7.417
jiwa. Berdasarkan data dari beberapa negara yang merawat pasien Covid 19,
disebutkan bahwa PTM merupakan komorbid yang banyak diderita dan
memperburuk dampak dari covid 19. Hal ini disebabkan antara lain adalah
karena kerusakan organ tubuh pada penyandang PTM sehingga rawan terinfeksi
meningkatkan komplikasi berat pada penyandang penyakit jantung, kemoterapi
dan radioterapi yang berdampak pada menurunnya sistem imunitas tubuh
penyandang kanker dan peningkatan reseptor ACE 2 pada penyandang
hipertensi dan diabetes.

C. Potensi dan Permasalahan


Penetapan strategi penanggulangan PTM sebagai- mana tercantum pada
buku Rencana Pencegahan dan Penanggulangan PTM tahun 2015-2019,
meliputi: memperkuat aspek legal penanggulangan PTM, meningkatkan
surveilans epidemiologi PTM, meningkatkan deteksi dini faktor risiko PTM,
meningkatkan media komunikasi, informasi, dan edukasi penanggulangan PTM,
meningkatkan kualitas penanganan kasus PTM, meningkatkan kemitraan dan
peran serta aktif masyarakat dalam penanggulangan PTM, dan meningkatkan
replikasi program penanggulangan penyakit tidak menular melalui Indikator
pembangunan utama yang terkait dengan PTM. Sebagian besar target tidak
tercapai, tetapi beberapa peningkatan dalam cakupan program terintegrasi PTM
yang patut dipertahankan.
Kecenderungan peningkatan PTM yang terjadi dalam beberapa dekade
terakhir ini di tingkat global juga terjadi di Indonesia baik angka kesakitan
(morbiditas) maupun angka kematiannya (mortalitas). Penyebab kematian terkait
PTM yang dikembangkan oleh WHO menunjukkan bahwa penyakit
kardiovaskular merupakan penyebab kematian tertinggi di negara-negara Asia
Tenggara, termasuk di Indonesia yaitu sebesar 37%. Lebih dari 80% kematian
disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler dan diabetes serta 90% dari kematian
akibat
penyakit paru obstruktif kronik terjadi di negara-negara berpendapatan
menengah ke bawah.

Tabel 1. Prevalensi PTM di Indonesia berdasarkan disparitas antar provinsi


(Riskesdas 2018)

Prevalensi
Kelompok
PTM Prevalensi Paling Paling
Umur Provinsi Provinsi
Rendah Tinggi
Kalimantan
Hipertensi ≥ 18 34.1% 22,2% Papua 44.1%
Selatan
Diabetes
≥ 15 2,0% 0.9% NTT 3.4% DKI Jakarta
Mellitus*
Semua Sumatera DI
Asma 2.4% 1,0% 4,5%
Umur Utara Yogyakarta
Semua DI
Kanker 1,8% 0,9% NTB 4,9%
Umur Yogyakarta
Kalimantan
Stroke ≥ 15 10,9% 4,1% Papua 14,7%
Timur
Penyakit Kalimantan
≥ 15 1,5% 0,7% NTT 2.2%
Jantung Utara
*Diagnosis Diabetes berdasarkan diagnosis dokter tahun 2013-2018. Prevalensi Diabetes menurut Konsensus Perkeni
(Perkumpulan Endokrinologist Indonesia) adalah 10.9% pada usia >= 15 tahun di tahun 2015.
Sumber: Riskesdas, 2018

Direktorat P2PTM telah menyusun beberapa regulasi dan NSPK terkait


P2PTM di Indonesia, mensinergikan program P2PTM dengan Program
Indonesia Sehat dengan Pendekatan keluarga, BPJS Kesehatan dan
mengembangkan UKBM melalui Posbindu PTM serta melakukan penguatan
system pelayanan kesehatan melalui Pelayanan Terpadu (PANDU) PTM di
FKTP. Pengembangan program P2PTM dilakukan dengan koordinasi dan
kolaborasi multisektor serta melibatkan pemerintah daerah dalam
pelaksanaannya.
Indikator yang menjadi permasalahan yang sebagian besar target tidak
tercapai sebagai berikut:
1. kab/kota yang telah mengimplementasikan kebijakan KTR pada 50% sekolah:
a. Belum semua Kementerian dan Lembaga yang memiliki komitmen untuk
mengendalikan konsumsi produk tembakau
b. Kegiatan advokasi dan sosialisasi di daerah dalam pengendalian
konsumsi Tembakau pada kabupaten/ kota belum optimal
c. Belum semua sekolah mengetahui dan menerapkan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan no 64 tahun 2015
d. Belum optimalnya koordinasi antara lintas program dan lintas sektor di
tingkat kabupaten/ kota dalam upaya pengendalian konsumsi rokok.
e. Daerah yang memiliki kebijakan KTR di daerah masih terbatasnya
jumlahnya, dan penerapan kebijakan di daerah yang telah memiliki
kebijakan KTR belum optimal
f. Belum ada atau lemahnya sanksi dan penegakan hukum dalam
implementasi KTR
g. Sistem pencatatan pelaporan melalui surveilans berbasis web PTM
belum optimal
h. Penganggaran daerah yang belum optimal dalam memfasilitasi kegiatan-
kegiatan terkait pengendalian konsumsi rokok
i. Masih rendahnya pemahaman dan kesadaran masyarakat akan bahaya
konsumsi rokok
j. Belum optimalnya pemberdayaan masyarakat untuk penegakan KTR di
7 tatanan
k. Penetapan dan implementasi kebijakan KTR belum menjadi prioritas
daerah

2. Puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM terpadu (PANDU PTM):


a. Masih ada Puskesmas yang belum mendapatkan pelatihan teknis Pandu
PTM
b. Adanya mutasi pengelola program PTM di daerah yang telah dilatih
program PPTM, sehingga menyebabkan pelaksanaan program kurang
optimal.
c. Sistem pencatatan pelaporan melalui Sistem Informasi Surveilans
berbasis web PTM masih ditemukan kendala jaringan internet di daerah.
d. Pelayanan Pandu yang ada saat ini dikerjakan di puskesmas/FKTP
masih minimal program berdasarkan pada kemampuan SDM yang ada
e. Minimnya alokasi anggaran Pusat dan daerah untuk melakukan
Pelatihan, orientasi PANDU PTM di daerah

3. Desa/Kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu


(Posbindu) PTM:
a. Belum maksimalnya sistem pelaporan surveilans faktor risiko PTM
melalui Posbindu PTM.
b. Perpindahan atau mutasi petugas daerah yang telah dilatih program
PPTM yang terlalu sering dan cepat, sehingga program PPTM didaerah
menjadi kurang optimal.
c. Belum optimalnya sosialisasi dan advokasi program pengendalian PTM
kepada Pemerintah Daerah
d. Masih rendahnya komitmen pemangku kebijakan didaerah terhadap
program pengendalian PTM.
e. Dukungan lintas sektor sangat minimal, sedangkan kegiatan
kemasyarakan seperti Posbindu PTM sangat membutuhan kepedulian
dan dukungan lintas sektor baik pendanaan maupun sarana dan
prasarananya.
f. Masih perlunya advokasi dan sosialisai yang bersifat masif dan
terintegrasi dalam mendukung kegiatan Posbindu PTM
g. Minimnya pemanfaatan dana DAK dan Dana lainnya dalam menunjang
kegiatan Posbindu di daerah.
h. Masih kurangnya pemahaman pemerintah desa dalam penggunaan
dana desa guna mendukung kegiatan posbindu.
i. Masih rendahnya tingkat pengetahun kader dalam sistem pelaporan
Posbindu PTM sehingga pelaporan masih menghandalkan tenaga
kesehatan di Puskesmas.
j. Masih kurangnya pemahaman tenaga kesehatan terhadap pemanfaatan
data yang ada di SIPTM Posbindu PTM.
k. Masih sulitnya akses internet di beberapa daerah.

4. Puskesmas yang Melaksanakan Kegiatan Deteksi Dini Kanker Payudara dan


Leher rahim pada Perempuan Usia 30-50 tahun:
a. Jumlah dokter dan bidan terlatih masih terbatas hal ini disebabkan oleh
karena tenaga yang sudah dilatih pindah tugas atau dipindah tugaskan
karena promosi jabatan di wilayah lain
b. Upaya pencegahan dan pengendalian kanker belum menjadi prioritas hal
ini disebabkan karena sosialisasi dan advokasi pada pemangku
kebijakan optimal
c. Koordinasi lintas sektor dan program serta sistem rujukan belum berjalan
dengan optimal
d. Koordinasi lintas sektor dan program dan sistem rujukan belum maksimal
di tingkat kabupaten kota
e. Sistem pembiayaan yang belum optimal menyebabkan layanan deteksi
dini IVA di puskesmas belum berjalan efektif.
f. Lemahnya sistem pembiayaan menyebabkan layanan deteksi dini IVA di
Puskesmas belum berjalan dengan efektif
g. Sarana dan prasarana pendukung dan bahan habis pakai seperti gas
N2O/CO2 dalam pelaksanaan deteksi dan tindak lanjut dini masih
terbatas.

5. Puskesmas yang melakukan deteksi dini dan rujukan katarak


a. Advokasi dan sosialisasi upaya pengendalian gangguan indera pada
pemangku kebijakan di daerah belum optimal.
b. Koordinasi dan integrasi program gangguan indera dengan lintas
program terkait belum optimal.
c. Pelatihan/peningkatan kapasitas petugas dalam penanggulangan
gangguan indera belum optimal di provinsi.
d. Sistem pencatatan dan pelaporan rutin penanggulangan gangguan
indera belum optimal.
e. Alat kesehatan untuk deteksi gangguan indera sesuai dengan
permenkes 75 tahun 2014 belum tersedia optimal.

Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator:


1. Kabupaten/ Kota yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok
(KTR) minimal 50% sekolah sebagai berikut :
a. Advokasi dan sosialisasi terhadap pemangku kebijakan baik pusat
maupun daerah yang belum memiliki kebijakan KTR,
b. mendorong terbitnya peraturan KTR di kabupaten/ kota
c. implementasinya dalam melindungi perokok pemula dan masyarakat dari
bahaya merokok oleh Kementerian Kesehatan (Dit P2PTM), Dinkes
Provinsi dan jejaring mitra pengendali tembakau
d. Melaksanakan Review Implementasi Kawasan Tanpa Rokok di 7 tatanan
e. Layanan konseling Upaya Berhenti merokok di Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama (FKTP)
f. Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dalam upaya implementasi KTR
g. Pengembangan Layanan Quitline (Layanan Konsultasi Upaya Berhenti
Merokok melalui telpon tidak berbayar)

2. Puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM (PANDU PTM)


a. Melaksanakan pelatihan jarak jauh (PJJ) untuk meningkatkan kapasitas
SDM(nakes) dan fasilitator melalui TOT.
b. Menyelenggarakan Pandu PTM di FKTP lainnya, termasuk FKTP Swasta.
c. Memperkuat peran Dinas Kesehatan provinsi, Kabupaten/Kota dalam
melaksanakan monitoring dan evaluasi di FKTP .
d. Pemenuhan Sarana Prasarana pelaksanaan Pandu PTM di Puskemas
melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) dan sumber lainnya.

3. Desa/Kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu


(Posbindu) PTM
a. Peningkatan kapasitas petugas dan kader dalam pelaksanaan Posbindu
PTM melalui pelatihan berjenjang dan pembekalan baik melalui dana
dekonsentrasi, APBD, dana DAK Non Fisik maupun dana lain sesuai
dengan peraturan yang berlaku
b. Melakukan sosialisasi dan advokasi pengendalian faktor risiko PTM,
melalui penguatan Posbindu di daerah.
c. Penguatan sistem informasi faktor risiko berbasis web.
d. Mengintegrasikan kegiatan Posbindu PTM dengan kegiatan Program
Indonesia Sehat melalui pendekatan Keluarga Sehat (PIS – PK),
Posyandu Lansia, SPM, Germas, Kampus Sehat dan institusi lainnya
(OPD, universitas, swasta, sekolah, dll)
e. Mendorong Pemerintah Daerah untuk mengalokasikan anggaran sarana
dan prasarana Posbindu sesuai dengan kebutuhan dan jumlah sasaran
diwilayah nya.
f. Melakukan bimbingan teknis dan monev secara berkala.
g. Meningkatkan kerjasama dengan lintas program dan lintas sektor terkait
dalam rangka perluasan cakupan Posbindu dan skrining faktor risiko
PTM.
4. Puskesmas yang melaksanakan kegiatan deteksi dini kanker payudara dan
leher rahim pada perempuan usia 30-50 tahun
a. Melaksanakan pelatihan jarak jauh (PJJ) untuk meningkatkan kapasitas
SDM(nakes) dan fasilitator melalui TOT SADANIS dan IVA melalui
pemanfaatan dana dekon, APBD, pajak rokok dll
b. Advokasi dan sosialisasi terhadap pemangku kebijakan baik pusat
maupun daerah dalam mendukung pelaksanaan IVA dan SADANIS
c. Memperkuat logistik deteksi dini sebagai sarana dukung deteksi dini
kanker payudara dan kanker serviks di FKTP.
d. Memaksimalkan layanan rujukan hasil IVA positif.
e. Penguatan sistem informasi faktor risiko berbasis web untuk penguatan
registri kanker
f. Meningkatkan kerjasama kemitraan dengan lintas program dan lintas
sektor terkait, dalam rangka perluasan cakupan skrining IVA dan
Sadanis

5. Puskesmas yang melakukan deteksi dini dan rujukan katarak


a. Sosialisasi dan advokasi Regulasi dan kebijakan penanggulangan
gangguan indera khususnya untuk percepatan penanggulangan
gangguan penglihatan dan kebutaan akibat katarak.
b. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan kelembagaan dalam
penanggulangan gangguan indera
c. Memaksimalkan deteksi dini, layanan rujukan dan pembiayaan kesehatan
pada kelompok berisiko dengan penyediaan sarana dan prasarana yang
memadai.
d. Penguatan sistem pencatatan dan pelaporan.
e. Meningkatkan jejaring kemitraan dalam penanggulangan gangguan
indera.
f. Mendorong pemerintah daerah untuk melengkapi kebutuhan alat
kesehatan deteksi dini dan diagnosis gangguan indera di Puskesmas
sesuai dengan Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas.
BAB II
VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI

A. Visi dan Misi


Dalam rangka mencapai terwujudnya Visi Presiden yakni: “Terwujudnya
Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian, Berlandaskan
Gotong Royong”, maka telah ditetapkan 9 (sembilan) Misi Presiden 2020-2024,
yakni: Peningkatan Kualitas Manusia Indonesia, Penguatan Struktur Ekonomi
yang Produktif, Mandiri dan Berdaya Saing, Pembangunan yang Merata dan
Berkeadilan, Mencapai Lingkungan Hidup yang Berkelanjutan, Kemajuan
Budaya yang Mencerminkan Kepribadian Bangsa, Penegakan Sistem Hukum
yang Bebas Korupsi, Bermartabat, dan Terpercaya, Perlindungan bagi Segenap
Bangsa dan Memberikan Rasa Aman pada Seluruh Warga, Pengelolaan
Pemerintahan yang Bersih, Efektif, dan Terpercaya dan Sinergi Pemerintah
Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan.
Guna mendukung peningkatan kualitas manusia Indonesia, termasuk
penguatan struktur ekonomi yang produktif, mandiri dan berdaya saing,
Kementerian Kesehatan telah menjabarkan Misi Presiden Tahun 2020-2024,
melalui Menurunkan angka kematian ibu dan bayi, Menurunkan angka stunting
pada balita, Memperbaiki pengelolaan Jaminan Kesehatan Nasional dan
Meningkatkan kemandirian dan penggunaan produk farmasi dan alat kesehatan
dalam negeri.
Direktorat P2PTM mendukung pelaksanaan penjabaran visi misi presiden
yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan

B. Tujuan
Tujuan pencegahan dan pengendalian PTM yaitu meningkatnya
pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular secara berhasil-guna dan
berdaya-guna dalam mendukung pencapaian derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi tingginya 100%.
C. Sasaran
Sasaran kegiatan pengendalian penyakit tidak menular adalah menurunnya
angka kesakitan dan kematian akibat penyakit tidak menular; meningkatnya
pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular.

Indikator pencapaian sasaran tersebut pada tahun 2024 adalah:


1. Kabupaten/kota yang melakukan deteksi dini faktor risiko PTM ≥ 80% sebanyak
514 kabupaten/kota di akhir tahun 2024.
2. Kabupaten/kota yang menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) sebanyak 514
kabupaten/kota di akhir tahun 2024.
3. Kabupaten/kota yang menyelenggarakan layanan Upaya Berhenti Merokok
(UBM) sebanyak 350 kabupaten/kota di akhir tahun 2024.
4. Kabupaten/kota yang melakukan pelayanan terpadu (Pandu) PTM di ≥ 80%
Puskesmas sebanyak 514 kabupaten/kota di akhir tahun 2024.
5. Kabupaten/kota yang melaksanakan deteksi dini gangguan indera pada ≥ 40%
populasi sebanyak 514 kabupaten/kota di akhir tahun 2024.
6. Kabupaten/kota yang melakukan deteksi dini penyakit kanker di ≥ 80% populasi
usia 30-50 tahun sebanyak 514 kabupaten/kota di akhir tahun 2024.
BAB III
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI DAN KERANGKA REGULASI

A. Arah Kebijakan
Arah kebijakan dan strategi kegiatan Direktorat P2PTM adalah
mendukung kebijakan dan strategi Ditjen P2P dan Kementerian Kesehatan
yang didukung oleh inovasi dan pemanfaatan teknologi ditetapkan arah
kebijakan Direktorat P2PTM sebagai berikut:
1. Penguatan deteksi dini dan faktor risiko PTM
2. Penguatan kapasitas dan pengembangan Sumber Daya manusia
3. Penguatan sinergisme, kolaborasi dan integrasi program
4. Perluasan pemanfaatan teknologi tepat guna
5. Promosi Kesehatan dan Penurunan Faktor Risiko

B. Strategi
Melihat semakin mengkhawatirkannya faktor risiko penyakit tidak menular,
khususnya faktor metabolik dan faktor perilaku, maka diperlukan upaya-upaya
strategis diantaranya peningkatan upaya promotif dan preventif serta edukasi
kepada masyarakat terkait pencegahan faktor risiko, peningkatan skrining dan
deteksi dini PTM di semua puskesmas, jejaring dan jaringannya (pendekatan
PIS-PK), penguatan upaya pemberdayaan masyarakat terkait pengendalian
penyakit tidak menular (penguatan posbindu, pos UKK), perbaikan mutu
pelayanan melalui penguatan pelayanan kesehatan primer sebagai garda
depan (gate keeper) dan sistem rujukan antara FKTP dan FKRTL dan
peningkatan aksi multisektoral terkait Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
(GERMAS).

Direktorat P2PTM telah menetapkan tujuan strategis yang mendukung


strategi program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2020 - 2024
serta mengacu pada strategi Kementerian Kesehatan yang kemudian
dijabarkan melalui strategi aksi kegiatan sebagai berikut:
1. Perluasan cakupan deteksi dini penyakit dan faktor risiko
2. Peningkatan respon kejadian penyakit dan faktor risiko
3. Peningkatan inovasi dalam deteksi dini dan respon penyakit dan factor risiko
4. Peningkatan komunikasi dan advokasi
5. Penguatan akuntabilitas
6. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia
7. Kerjasama lintas sektor dan program

C. Kerangka Regulasi
Agar pelaksanaan program dan kegiatan dapat berjalan dengan baik maka
perlu didukung dengan regulasi yang memadai. Perubahan dan penyusunan
regulasi disesuaikan dengan tantangan global, regional dan nasional. Kerangka
regulasi diarahkan untuk: 1) penyediaan regulasi dari turunan Undang-Undang
yang terkait dengan kesehatan; 2) meningkatkan pemerataan sumber daya
manusia kesehatan; 3) pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan; 4)
peningkatan pemberdayaan masyarakat dan pembangunan berwawasasn
kesehatan; 5) penguatan kemandirian obat dan alkes; 6) penyelenggaraan
jaminan kesehatan nasional yang lebih bermutu; 7) penguatan peran
pemerintah di era desentralisasi; dan 8) peningkatan pembiayaan kesehatan.
Kerangka regulasi yang akan disusun antara lain adalah perumusan peraturan
pemerintah, peraturan presiden, dan peraturan menteri yang terkait, termasuk
dalam rangka menciptakan sinkronisasi, integrasi penyelenggaraan
pembangunan kesehatan antara pusat dan daerah.
1. Regulasi yang sudah dibuat pada tahun 2015-2019:
a) Permenkes 63 tahun 2015 tentang pencantuman informasi kandungan
Gula garam lemak
b) Permenkes 34 tahun 2015 tentang penanggulangan kanker payudara
dan kanker leher rahim
c) Permankes 71 tahun 2015 tentang penanggulangan PTM
2. Regulasi yang dibutuhkan selama 5 tahun kedepan:
a) Permenkes tentang penanggulangan gangguan penglihatan dan
gangguan pendengaran.
b) RPP penanggulangan penyakit tidak menular.

D. Kerangka Kelembagaan
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No 64 tahun 2015 tentang Struktur
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, terdapat tugas pokok dan
fungsi Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular
sebagai berikut :
Tugas pokok Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak
Menular adalah melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan Norma, standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan
teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang
pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Fungsi Direktorat Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular


adalah
1. penyiapan perumusan kebijakan di bidang pencegahan dan pengendalian
penyakit paru kronik dan gangguan imunologi, jantung dan pembuluh darah,
kanker dan kelainan darah, diabetes mellitus dan gangguan metabolik dan
gangguan indera dan fungsional;
2. penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pencegahan dan pengendalian
penyakit paru kronik dan gangguan imunologi, jantung dan pembuluh darah,
kanker dan kelainan darah, diabetes mellitus dan gangguan metabolik dan
gangguan indera dan fungsional;
3. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
pencegahan dan pengendalian penyakit paru kronik dan gangguan
imunologi, jantung dan pembuluh darah, kanker dan kelainan darah,
diabetes mellitus dan gangguan metabolik dan gangguan indera dan
fungsional;
4. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pencegahan
dan pengendalian penyakit paru kronik dan gangguan imunologi, jantung
dan pembuluh darah, kanker dan kelainan darah, diabetes mellitus dan
gangguan metabolik dan gangguan indera dan fungsional.

Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan Direktorat


Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular terdiri atas :
1. Subdirektorat Penyakit Paru Kronik Dan Gangguan Imunologi;
2. Subdirektorat Penyakit Jantung Dan Pembuluh Darah;
3. Subdirektorat Penyakit Kanker Dan Kelainan Darah;
4. Subdirektorat Penyakit Diabetes Mellitus Dan Gangguan Metabolic
5. Subdirektorat Gangguan Indera Dan Fungsional
6. Subbagian Tata Usaha
BAB IV
TARGET KINERJA DAN KEGIATAN

Memperhatikan Rencana Aksi Program Direktorat Pencegahan dan


Pengendalian Penyakit Tidak Menular tahun 2020-2024, Tujuan, Arah Kebijakan,
Strategi dan Sasaran Strategis sebagaimana diuraikan dalam bab-bab sebelumnya,
maka target kinerja dan kerangka pendanaan program dan kegiatan Direktorat
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular 2020-2024.

A. Target Kinerja
Target kinerja merupakan penilaian dari pencapaian program yang diukur
secara berkala dan dievaluasi pada akhir tahun 2024. Sasaran Kegiatan
Pengendalian Penyakit Tidak Menular dalam Rencana Aksi Kegiatan ditetapkan
dengan merujuk pada sasaran yang ditetapkan dalam RPJMN dan Renstra selama
lima tahun dan berakhir pada tahun 2024.
Indikator pencapaian sasaran tersebut adalah:

Sasaran kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat
penyakit tidak menular; serta meningkatnya pencegahan dan penanggulangan
penyakit tidak menular. Indikator pencapaian sasaran tersebut pada tahun 2020
adalah:
1. Jumlah kabupaten/kota yang melakukan deteksi dini faktor risiko PTM ≥ 80%
sebanyak 514 kabupaten/kota di akhir tahun 2024.
2. Jumlah kabupaten/kota yang menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
sebanyak 514 kabupaten/kota di akhir tahun 2024.
3. Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan layanan Upaya Berhenti
Merokok (UBM) sebanyak 350 kabupaten/kota di akhir tahun 2024.
4. Jumlah kabupaten/kota yang melakukan pelayanan terpadu (Pandu) PTM di ≥
80% puskesmas sebanyak 514 kabupaten/kota di akhir tahun 2024.
5. Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan deteksi dini gangguan indera pada
≥ 40% populasi sebanyak 514 kabupaten/kota di akhir tahun 2024.
6. Jumlah kabupaten/kota yang melakukan deteksi dini penyakit kanker di ≥ 80%
populasi usia 30-50 tahun sebanyak 514 kabupaten/kota di akhir tahun 2024.

Tabel.2
Tujuan Strategis, Sasaran Strategis, dan Indikator Sasaran Strategis RAK
Direktorat Pencegahan dan Pengendalan Penyakit Tidak Menular 2020-2024

No Tujuan Sasaran Indikator 2020 2021 2022 2023 2024


(%) (%) (%) (%) (%)
1 Peningkatan Menurunnya Jumlah 52 129 232 360 514
pencegahan dan angka kabupaten/kota yang
penanggulangan kesakitan dan melakukan deteksi
penyakit tidak kematian dini faktor risiko PTM
menular akibat ≥ 80% sebanyak 514
penyakit tidak kabupaten/kota.
2 menular; Jumlah 324 374 424 474 514
meningkatnya kabupaten/kota yang
pencegahan menerapkan Kawasan
dan Tanpa Rokok (KTR)
pengendalian sebanyak 514
penyakit tidak kabupaten/kota.
3 menular. Jumlah 50 100 175 275 350
kabupaten/kota yang
menyelenggarakan
layanan Upaya
Berhenti Merokok
(UBM) sebanyak 350
kabupaten/kota.
4 Jumlah 103 205 308 411 514
kabupaten/kota yang
melakukan pelayanan
terpadu (Pandu) PTM
di ≥ 80% puskesmas
sebanyak 514
kabupaten/kota.
5 Jumlah 155 206 308 360 514
kabupaten/kota yang
melaksanakan deteksi
dini gangguan indera
pada ≥ 40% populasi
sebanyak 514
kabupaten/kota
6 Jumlah 283 309 360 411 514
kabupaten/kota yang
melakukan deteksi
dini penyakit kanker di
≥ 80% populasi usia
30-50 tahun sebanyak
514 kabupaten/kota.

B. Kegiatan
Dalam rangka menjamin tercapainya tujuan strategis, sasaran strategis,
dan indikator sasaran strategis, maka ditetapkan sasaran program, Indikator
Kinerja Program, Sasaran Kegiatan, dan Indikator Kinerja Kegiatan Rencana
Aksi kegiatan 2020-2024.
Kegiatan yang dilakukan untuk mencapai target indikator yang telah di
tetapkan dan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Direktorat P2PTM adalah:
1. Kabupaten/kota yang melakukan deteksi dini faktor risiko PTM ≥ 80%
sebanyak 514 kabupaten/kota di akhir tahun 2024.
a. Penguatan sinergitas program Posbindu dengan Prolanis BPJS.
b. Pengembangan deteksi dan tindak lanjut dini faktor risiko PTM secara
berkala pada kampus, sekolah, tempat kerja, tempat ibadah dll.
c. Penguatan deteksi dini faktor risiko PTM dalam rangka implementasi
GERMAS di Kementerian/Lembaga.
d. Penguatan deteksi dini faktor risiko PTM di FKTP terintegrasi dengan
PANDU PTM.
e. Akselerasi penguatan program kampus sehat .
f. Pengembangan dan peningkatan kapasitas nakes dan kader.
g. Pengembangan pengelolaan pre diabetes di komunitas.
h. Pengelolaan obesitas pada anak terintegrasi dengan UKS.
i. Pengembangan Gerakan Lawan Obesitas (GENTAS).
j. NSPK: pengendalian Pre Diabetes, Obesitas, Kampus Sehat.

2. Kabupaten/kota yang menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) sebanyak


514 kabupaten/kota di akhir tahun 2024.
a. Advokasi Perda KTR.
b. RAN Pengendalian Dampak Konsumsi Rokok bagi Kesehatan.
c. Pengembangan Monev KTR melalui IT.
d. Peningkatan kapasitas anak dan remaja sebagai pioneer generasi tidak
merokok.
e. NSPK: Juknis Implementasi KTR (Buku Saku untuk Anak dan Remaja
tentang Stop Merokok, Buku Saku Untuk Tokok Agama, Tatanan di
Tempat Kerja dan lainnya).
3. Kabupaten/kota yang menyelenggarakan layanan Upaya Berhenti Merokok
(UBM) sebanyak 350 kabupaten/kota di akhir tahun 2024.
a. Pengembangan layanan Quitline dengan mHealth Berbayar.
b. Pengembangan konseling UBM di FKTP dan dokter online.
c. Pengembangan dan peningkatan kapasitas SDM.

4. Kabupaten/kota yang melakukan pelayanan terpadu (Pandu) PTM di ≥ 80%


puskesmas sebanyak 514 kabupaten/kota di akhir tahun 2024.
a. Pengembangan Agent of Change bagi K/L, Perguruan Tinggi, Organisasi
Masyarakat, Organisasi Peduli Sehat dan Perusahaan
b. Pengembangan dan penguatan PANDU PTM di FKTP
c. Integrasi Pandu PTM dengan program penyakit kronik BPJS
d. Peta Jalan PTM (RAN Pengendalian konsumsi Gula Garam dan Lemak)
e. Penguatan Jejaring Kemitraan Pengendalian Faktor Risiko PTM
f. TOT Pandu PTM pada dosen FK
g. Kampanye cerdas baca label pangan
h. NSPK revisi Permenkes GGL; Revisi Pedoman Pandu PTM; Kepmen
Pedoman Pelaksanaan Pandu PTM di FKTP; Pedoman
Penyelenggaraan Orientasi AoC PTM; Buku Saku Cerdas Baca Label
Pangan; Buku Saku Cerdas Konsumsi Gula Garam dan Lemak.

5. kabupaten/kota yang melaksanakan deteksi dini gangguan indera pada ≥


40% populasi sebanyak 514 kabupaten/kota di akhir tahun 2024.
a. Penguatan deteksi dini gangguan indera.
b. Pengembangan dan peningkatan kapasitas SDM.
c. Penguatan integrasi dan kolaborasi dengan program SDIDTK.
d. Penguatan Surveilans Gangguan Indera.
e. Pengembangan kesehatan indera di sekolah.
f. Pengembangan desa sehat pendengaran.
g. Kampanye peduli kesehatan pendengaran dan penglihatan di keluarga.
h. NSPK: Pedoman deteksi dini gangguan indera, Perpres PTM,
Penyusunan Pedoman Pemeriksaan Visus dan Pemberian Kacamata di
sekolah, Penyusunan Pedoman Pemeriksaan Pendengaran di sekolah,
Pedoman Desa Sehat Pendengaran.

6. kabupaten/kota yang melakukan deteksi dini penyakit kanker di ≥ 80%


populasi usia 30-50 tahun sebanyak 514 kabupaten/kota di akhir tahun 2024.
a. Revisi Permenkes Penanggulangan Kanker Payudara dan Leher Rahim.
b. Penguatan deteksi dini kanker payudara, kanker leher rahim, leukemia
pada anak.
c. Implementasi RAN kanker 2020-2024.
d. Gerakan sadar deteksi dini kanker (webinar dan DD kanker)
e. Pembekalan Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama sebagai champion
pencegahan kanker.
f. Penguatan integrasi registri kanker dengan capaian program.
g. Kolaborasi program deteksi dini kanker dengan multisektor.
h. Penguatan program paliatif berbasis masyarakat.
i. TOT deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim pada dosen FK
dan dosen pendidikan bidan.
j. Penguatan deteksi dini talasemia pada saudara kandung penyandang
talasemia.
k. NSPK P2 Kanker: Review Permenkes Penanggulangan Kanker,
Penguatan sistem rujukan kanker, Petunjuk teknis kanker payudara dan
kanker leher rahim, Pedoman leukemia pada anak, Buku saku kanker
payudara dan kanker leher rahim, Buku saku leukemia
NSPK Kelainan Darah: RPMK Penanggulangan Talasemia, Pedoman
Penanggulangan Talasemia di FKTP, Buku saku edukasi dan
pemeriksaan laboratorium talasemia di FKTP, Panduan Pemeriksaan
calon pengantin dan Ibu hamil, Panduan pemeriksaan talasemia pada
remaja dan anak sekolah
C. Kerangka Pendanaan
Untuk mencapai sasaran kegiatan sebagai tersebut di atas, perlu adanya
pendanaan yang bersumber dari rupiah murni (APBN), pinjaman dan / atau
hibah luar negeri (PHLN) seperti WHO dan UNION, selain itu juga perlu
dukungan pendanaan dari pemerintah daerah sebagai upaya untuk
meningkatkan pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular. Untuk
mendukung upaya kesehatan di daerah, direktorat penyakit tidak menular
memberikan anggaran melalui dana DAK dan dana dekonsentrasi
BAB IV
PENUTUP

Rencana Aksi Kegiatan (RAK) Direktorat P2PTM Tahun 2020-2024 ini


disusun untuk menjadi acuan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian
upaya Direktorat P2PTM dalam kurun waktu lima tahun ke depan. Dengan demikian,
Bidang/ seksi di Direktorat P2PTM mempunyai target kinerja yang telah disusun dan
akan dievaluasi pada pertengahan periode (2022) dan akhir periode 5 tahun (2024)
sesuai ketentuan yang berlaku.

Penyusunan dokumen ini melibatkan semua Bidang/ seksi di Direktorat


P2PTM Oleh karena itu kepada semua pihak yang telah berkontribusi disampaikan
penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Diharapkan melalui penyusunan Rencana Aksi Kegiatan (RAK) Direktorat


P2PTM upaya dukungan manajemen memberikan kontribusi yang bermakna dalam
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menukar dan pembangunan
kesehatan untuk menurunkan angka kematian, kesakitan dan kecacatan akibat
penyakit serta pencapaian sasaran program berdasarkan komitmen nasional dan
internasional.

Apabila di kemudian hari diperlukan adanya perubahan pada dokumen ini,


maka akan dilakukan penyempurnaan sebagaimana mestinya.
LAMPIRAN 1. Matrik Rencana Kinerja dan Pendanaan

No Kegiatan Prioritas Sasaran Indikator Target Alokasi (miliyar rupiah) Total


alokasi
2020-
2024
2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024

1 Pengendalian menurunnya Jumlah kabupaten/kota yang 52 129 232 360 514 3,5 18,2 31,1 35,0 40,0 127,8
PTM angka kesakitan melakukan deteksi dini faktor
dan kematian risiko PTM ≥ 80% sebanyak 514
akibat penyakit kabupaten/kota.
tidak menular; Jumlah kabupaten/kota yang 324 374 424 474 514 0,5 2,8 8,5 18,5 20,5 50,8
meningkatnya menerapkan Kawasan Tanpa
pencegahan dan Rokok (KTR) sebanyak 514
pengendalian kabupaten/kota.
penyakit tidak Jumlah kabupaten/kota yang 50 100 175 275 350 5,4 10,4 10,2 20,2 25,2 71,4
menular. menyelenggarakan layanan
Upaya Berhenti Merokok (UBM)
sebanyak 350 kabupaten/kota.
Jumlah kabupaten/kota yang 103 205 308 411 514 2,7 11,5 12,0 15,5 16,6 58,3
melakukan pelayanan terpadu
(Pandu) PTM di ≥ 80% puskesmas
sebanyak 514 kabupaten/kota.
Jumlah kabupaten/kota yang 155 206 308 360 514 2,1 5,4 9,7 10,7 10,8 38,7
melaksanakan deteksi dini
gangguan indera pada ≥ 40%
populasi sebanyak 514
kabupaten/kota
Jumlah kabupaten/kota yang 283 309 360 411 514 1,8 70,3 37,3 41,0 45,1 195,5
melakukan deteksi dini penyakit
kanker di ≥ 80% populasi usia 30-
50 tahun sebanyak 514
kabupaten/kota.
LAMPIRAN 2. Matrik Komponen Rencana Kerja

No Kegiatan Sasaran Indikator Komponen


Prioritas 2020 2021 2022 2023 2024
1 P2PTM menurunnya Jumlah Program kampus Program kampus Program kampus sehat Program kampus Program kampus
angka kabupaten/kota sehat sehat sehat sehat
kesakitan dan yang melakukan Uji coba Penguatan Penguatan Penguatan Penguatan
kematian deteksi dini faktor pengelolaan Implementasi Implementasi Implementasi Implementasi
akibat risiko PTM ≥ 80% faktor risiko PTM Pelaksanaan Pelaksanaan Deteksi Pelaksanaan Deteksi Pelaksanaan Deteksi
penyakit tidak sebanyak 514 Deteksi Dini di K/L Dini Faktor Risiko PTM Dini Faktor Risiko Dini Faktor Risiko
menular; kabupaten/kota. PTM PTM
meningkatnya Uji coba pengelolaan Akselerasi Akselerasi
pencegahan obesitas pada anak pengelolaan obesitas pengelolaan obesitas
dan terintegrasi dengan pada anak pada anak
pengendalian UKS terintegrasi dengan terintegrasi dengan
penyakit tidak UKS UKS
menular. Assesment risiko Uji coba
pre diabetes pengelolaan pre
diabetes
Sosialisasi Sosialisasi promotif Sosialisasi promotif Sosialisasi promotif Sosialisasi promotif
promotif preventif FR PTM preventif FR PTM preventif FR PTM preventif FR PTM
preventif FR PTM;
Webinar
"Pengelolaan pre-
Diabetes di FKTP"
Reviu Pedoman Penyusunan Buku Penyusunan Pedoman Penyusunan Manual Penyusunan Buku
Pengendalian Seri Komik Obesitas Penanggulangan Pendampingan Saku Pengendalian
Obesitas; untuk Anak; Review Obesitas Mandiri (Seri Obesitas Mandiri; Diabetes Tipe I seri
Penyusunan Pedoman Umum komunitas, kantor, Pembuatan aplikasi komunitas;
Pedoman Pengendalian kampus); Penyusunan pendampingan Penyusunan
Penanganan Pre- Diabetes; Panduan Pre Diabetes Obesitas mandiri; Pedoman
Diabetes Penyusunan bagi Masyarakat; Penyusunan Manual Pengendalian
Penyusunan Kurikulum Pendampingan Pre Diabetes Pada
Instrumen Advokasi dan Modul Pelatihan Diabetes Mandiri; Kehamilan;
Pre Diabetes Penanganan Pre Pembuatan aplikasi enyusunan Pedoman
Diabetes; Penyusunan pendampingan Pre Pengendalian
Petunjuk Teknis Diabetes mandiri; Diabetes Tipe I
Penilaian Stratifikasi Pembuatan aplikasi
Kampus Sehat pendampingan Pre
Diabetes mandiri
Jejaring dan Jejaring Kemitraan Jejaring Kemitraan Jejaring Kemitraan Jejaring Kemitraan
kemitraan pencegahan dan pencegahan dan pencegahan dan pencegahan dan
pengendalian DM pengendalian DM dan pengendalian DM pengendalian DM dan
dan GM GM dan GM GM
Pertemuan Lintas Pertemuan Lintas Pertemuan Lintas Pertemuan Lintas Pertemuan Lintas
Sektor dan Lintas Sektor dan Lintas Sektor dan Lintas Sektor dan Lintas Sektor dan Lintas
Program Program Program Program Program
Pertemuan Pertemuan Evaluasi Pertemuan Evaluasi Pertemuan Evaluasi Pertemuan Evaluasi
Evaluasi Capaian Capaian Program Capaian Program PTM Capaian Program Capaian Program
Program PTM PTM PTM PTM
Bimbingan Teknis Bimbingan Teknis Bimbingan Teknis dan Bimbingan Teknis Bimbingan Teknis dan
dan Monev dan Monev Monev Implementasi dan Monev Monev Implementasi
Implementasi Implementasi Deteksi Dini FR PTM Implementasi Deteksi Deteksi Dini FR PTM
Deteksi Dini FR Deteksi Dini FR Dini FR PTM
PTM PTM
Pembuatan, Pembuatan dan Pembuatan, Pembuatan dan Pembuatan,
pencetakan, dan Pencetakan Media pencetakan, dan Pencetakan Media pencetakan, dan
penayangan KIE FR PTM; penayangan media KIE KIE FR PTM; talkshow penayangan media
media KIE Faktor talkshow Faktor Risiko PTM KIE Faktor Risiko PTM
Risiko PTM
Media Briefing Media briefing FR Media briefing FR PTM Media briefing FR Media briefing FR
PTM PTM PTM
Webinar Peningkatan Kampanye Gerakan Kampanye Gerakan Kampanye Gerakan
"Pengelolaan dan Kesadaran Lawan Obesitas Lawan Obesitas Lawan Obesitas
Pencegahan Masyarakat dalam (GENTAS) (GENTAS) (GENTAS)
Obesitas di FKTP" Melawan Obesitas
Pengadaan Pengadaan Pengadaan Posbindu Pengadaan Posbindu Pengadaan Posbindu
Posbindu Kit Posbindu Kit Kit Kit Kit
Buffer Stock BHP Buffer Stock BHP Buffer Stock BHP Buffer Stock BHP Buffer Stock BHP
TOT Penanganan TOT Penanganan TOT Penanganan
Prediabetes Prediabetes Prediabetes
2 Jumlah Advokasi Lintas Advokasi Lintas Advokasi Lintas Advokasi Lintas Advokasi Lintas
kabupaten/kota Kementerian dan Kementerian dan Kementerian dan Kementerian dan Kementerian dan
yang menerapkan Lembaga Tentang Lembaga Tentang Lembaga Tentang Lembaga Tentang Lembaga Tentang
Kawasan Tanpa Kawasan Tanpa Kawasan Tanpa Kawasan Tanpa Rokok Kawasan Tanpa Kawasan Tanpa
Rokok (KTR) Rokok (KTR) Rokok (KTR) (KTR) Rokok (KTR) Rokok (KTR)
sebanyak 514 Advokasi kepada Advokasi kepada Advokasi kepada Advokasi kepada Advokasi kepada
kabupaten/kota. Pemerintah Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah
Daerah untuk untuk Penerapan untuk Penerapan KTR untuk Penerapan KTR untuk Penerapan KTR
Penerapan KTR KTR
Penyusunan RAN Pendampingan NSPK Implementasi NSPK Implementasi
Pengendalian Penerapan RAN Kawasan Tanpa Kawasan Tanpa
Dampak Rokok Bagi Pengendalian Dampak Rokok di 7 Tatanan Rokok di 7 Tatanan
Kesehatan Konsumsi Rokok bagi
Kesehatan
Sarasehan Nasional Peningkatan kapasitas Kampanye Anak dan Kampanye Anak dan
dalam anak dan remaja Remaja sebagai Remaja sebagai
Penanggulangan sebagai pioneer Pioneer Generasi Pioneer Generasi
Konsumsi Rokok generasi tidak Tidak Merokok Tidak Merokok
pada Generasi merokok.
Muda
Sosialisasi dan Sosialisasi Monev KTR
Diseminasi melalui IT
Pelaksanaan
Layanan Kawasan
Tanpa Rokok
Bimbingan Teknis Bimbingan Teknis Bimbingan Teknis Bimbingan Teknis
Implementasi Implementasi Kawasan Implementasi Implementasi
Kawasan Tanpa Tanpa Rokok Kawasan Tanpa Kawasan Tanpa
Rokok Rokok Rokok
3 Jumlah Pengembangan layanan Quitline layanan Quitline layanan Quitline Pengembangan
kabupaten/kota layanan Quitline dengan mHealth dengan mHealth dengan mHealth layanan Quitline
yang dengan mHealth (Berbayar) (Berbayar) dengan mHealth
menyelenggarakan (Berbayar)
layanan Upaya NSPK upaya NSPK upaya NSPK upaya layanan NSPK upaya layanan NSPK upaya layanan
Berhenti Merokok layanan berhenti layanan berhenti berhenti merokok berhenti merokok berhenti merokok
(UBM) sebanyak merokok merokok
350 Jejaring dan Koordinasi Koordinasi Penguatan Koordinasi Koordinasi Penguatan
kabupaten/kota kemitraan Penguatan Layanan Upaya Berhenti Penguatan Upaya Upaya Berhenti
UBM Merokok Berhenti Merokok Merokok
media KIE Media komunikasi, Media komunikasi, Media komunikasi, Media komunikasi,
pencegahan dan informasi, edukasi informasi, edukasi informasi, edukasi informasi, edukasi
pengendalian Layanan Upaya Layanan Upaya Layanan Upaya Layanan Upaya
UBM Berhenti Merokok Berhenti Merokok Berhenti Merokok Berhenti Merokok
Sosialisasi dan Sosialisasi dan Sosialisasi dan Sosialisasi dan
Diseminasi Diseminasi Diseminasi Diseminasi
Pelaksanaan Pelaksanaan Layanan Pelaksanaan Layanan Pelaksanaan Layanan
Layanan Upaya Upaya Berhenti Upaya Berhenti Upaya Berhenti
Berhenti Merokok Merokok Merokok Merokok
Bimbingan Teknis Bimbingan Teknis Bimbingan Teknis Bimbingan Teknis
Pelaksanaan Pelaksanaan Layanan Pelaksanaan Layanan Pelaksanaan Layanan
Layanan Upaya Upaya Berhenti Upaya Berhenti Upaya Berhenti
Berhenti Merokok Merokok Merokok Merokok
TOT UBM bagi Nakes di
FKTP dan Dokter
Online

Orientasi Orientasi Pelatihan Layanan Pelatihan Layanan Pelatihan Layanan


Implementasi KTR implementasi KTR Upaya Berhenti Upaya Berhenti Upaya Berhenti
dan UBM dan UBM (dekon) Merokok ( Merokok Merokok
(Dekonsentrasi) PelatihanKonseling
UBM bagi Nakes di
FKTP dan Dokter
Online (Dekon)
4 Jumlah Pencetakan dan Pertemuan Penguatan Surveilans Pengembangan Evaluasi
kabupaten/kota pembuatan Koordinasi Faktor Risiko PTM Agent of Change bagi Implementasi Pandu
yang melakukan Media KIE Pandu Surveilans dan SI melalui SI PTM K/L, Perguruan PTM
pelayanan terpadu PTM PTM Tinggi, Organisasi
(Pandu) PTM di ≥ Masyarakat,
80% puskesmas Organisasi Peduli
sebanyak 514 Sehat dan
kabupaten/kota. Perusahaan
Pertemuan Jejaring Kemitraan Sarasehan Agent of Jejaring Kemitraan Jejaring Kemitraan
Koordinasi PJPD Change PJPD PJPD
Surveilans dan SI
PTM
Orientasi Evaluasi Agent of Kampanye Monitoring dan Evaluasi Agent of
Manajemen Change bagi K/L, Penanggulangan Evaluasi PANDU PTM Change
Program P2PTM Perguruan Tinggi, Penyakit Tidak di FKTP
Ormas, Org peduli Menular
sehat dan
Perusahaan
Jejaring dan Koordinasi Diseminasi Sinergi Pandu PTM Evaluasi
Kemitraan Pemanfaatan Pengendalian dan Penyakit Kronis Implementasi PMK
Algoritme Pandu Konsumsi Gula Garam BPJS GGL
PTM di FKTP dan Lemak

Pendampingan Lokakarya Upaya Sosialisasi Germas Advokasi Evaluasi SPM


Implementasi Pengendalian dalam Penanggulangan Implementasi Peta Pelayanan Hipertensi
Pandu PTM Hipertensi Penyakit Tidak Jalan
Menular di daerah
terpilih
NSPK Layanan Sosialisasi Germas Sosialisasi Peta Jalan Kampanye Kampanye
Pandu PTM Bersama Lintas Penanggulangan Penanggulangan Penanggulangan
Sektor Penyakit Tidak Penyakit Tidak Penyakit Tidak
Menular Menular Menular
Lokakarya Upaya Advokasi dan Penyusunan Kepmen TOT Pandu PTM pada TOT Pandu PTM pada
Pengendalian Sosialisasi RAN Pedoman Pelaksanaan dosen FK dosen FK
PTM Pengendalian Gula Pandu PTM di FKTP
Garam dan Lemak
Orientasi Pandu Penyusunan RAN Buku Saku Cerdas Baca ToT Agent of Change ToT Agent of Change
PTM di FKTP Pengendalian Gula Label Pangan P2PTM P2PTM
Garam dan Lemak
Orientasi Pencetakan dan Buku Saku Cerdas Assisten Pandu PTM
Manajemen pembuatan Media KIE Konsumsi Gula di Puskesmas
Program P2PTM Pandu PTM Garam dan Lemak
Orientasi AoC ToT Agent of Change Orientasi Pandu PTM Orientasi Pandu PTM
P2PTM P2PTM (Pusat) di FKTP (Dekon) di FKTP (Dekon)

Bimtek Orientasi Pandu PTM


pendampingan di FKTP (Dekon)
implementasi
pandu PTM di FKTP
Assisten Pandu PTM di
Puskesmas
Orientasi Pertemuan Penguatan Gangguan Penguatan Penguatan Gangguan
Penanggulangan koordinasi Indera melalui Deteksi Gangguan Indera Indera melalui
Gangguan Indera Penanggulangan Dini Disekolah; melalui Deteksi Dini Deteksi Dini
Gangguan Indera Pengembangan Desa Disekolah; Disekolah;
dan Fungsional; Sehat Pendengaran; Pengembangan Desa Pengembangan Desa
Peringatan Hari Peringatan Hari Sehat pendengaran; Sehat pendengaran;
Penglihatan Penglihatan Sedunia; Peringatan Hari Peringatan Hari
Seduania; Peringatan Hari Penglihatan Sedunia; Penglihatan Sedunia;
Peringatan Hari Pendengaran Seduania Peringatan Hari Peringatan Hari
Pendengaran Pendengaran Pendengaran Sedunia
Seduania Sedunia
Pengembangan Sosialisasi Peta Kampanye Kampanye Kampanye
Surveilans Jalan; Media Penanggulanga Penanggulanga Penanggulanga
Gangguan Indera Penyiaran Program gangguan Indera di gangguan Indera di gangguan Indera di
Gangguan Indera masyarakat; Media masyarakat; Media masyarakat; Media
Sosialisasi Germas Penyiaran Program Penyiaran Program Penyiaran Program
Pencegahan dan Gangguan Indera Gangguan Indera; Gangguan Indera;
Pengendalian Sosialisasi Germas di Sosialisasi Germas di Sosialisasi Germas di
Gangguan Indera Daerah Terpilih Daerah Terpilih Daerah Terpilih
5 Jumlah Bimtek dan NSPK NSPK
kabupaten/kota Monev Terpadu Penyusunan Buku Penyusunan Buku
yang melaksanakan Pencegahan dan Pencegahan dan Pedoman Pemeriksaan
deteksi dini Pengendalian pengendalian visus dan pemberian
gangguan indera Gangguan Indera Akibat Bising; Kacamata di sekolah;
pada ≥ 40% Penyusunan Buku Penyusunan Buku
populasi sebanyak Pintar Deteksi Dini Pedoman
514 Gangguan Indera; Pengembangan Desa
kabupaten/kota Penyusunan RPP Sehat Pendengaran;
PTM Penyusunan Buku
Pedoman Pemeriksaan
Gangguan
Pendengaran disekolah
Jejaring dan Data Dan Publikasi Talkshow media Talkshow media Talkshow media
Kemitraan Pencetakan dan Penayangan Program Penayangan Program Penayangan Program
Pembuatan Media PTM di TV PTM di TV PTM di TV
KIE
NSPK Pencegahan Fasilitasi dan Fasilitasi dan Fasilitasi dan Fasilitasi dan
dan Pengendalian Pendampingan Pendampingan Daerah Pendampingan Pendampingan
Gangguan Indera Daerah Daerah Daerah
Pencetakan Orientasi Orientasi Orientasi Orientasi
Media KIE Penanggulangan Penanggulangan Penanggulangan Penanggulangan
Pencegahan dan Gangguan Indera Gangguan Indera Gangguan Indera Gangguan Indera
Pengendalian
Gangguan Indera
Orientasi Koordinasi Koordinasi Koordinasi Koordinasi
Penanggulangan Pertemuan Penguatan Gangguan Penguatan Penguatan Gangguan
Gangguan Indera koordinasi Indera melalui Deteksi Gangguan Indera Indera melalui
Penanggulangan Dini Disekolah; melalui Deteksi Dini Deteksi Dini
Gangguan Indera Pengembangan Desa Disekolah; Disekolah;
dan Fungsional; Sehat Pendengaran; Pengembangan Desa Pengembangan Desa
Peringatan Hari Peringatan Hari Sehat Pendengaran; Sehat Pendengaran;
Penglihatan Penglihatan Sedunia; Peringatan Hari Peringatan Hari
Seduania; Peringatan Hari Penglihatan Sedunia; Penglihatan Sedunia;
Peringatan Hari Pendengaran Seduania Peringatan Hari Peringatan Hari
Pendengaran Pendengaran Pendengaran
Seduania Seduania Seduania
Pengembangan Sosialisasi Sosialisasi Sosialisasi SosialisasiKampanye
Surveilans Peta Jalan; Media Kampanye Kampanye Penanggulanga
Gangguan Indera Penyiaran Program Penanggulanga Penanggulanga gangguan Indera di
Gangguan Indera; gangguan Indera di gangguan Indera di masyarakat; Media
Sosialisasi Germas masyarakat; Media masyarakat; Media Penyiaran Program
Pencegahan dan Gangguan Indera
Pengendalian Penyiaran Program Penyiaran Program 3.Sosialisasi Germas
Gangguan Indera Gangguan Indera Gangguan Indera di Daerah Terpilih
Sosialisasi Germas di 3.Sosialisasi Germas
Daerah Terpilih di Daerah Terpilih
Bimtek dan NSPK NSPK
Monev Terpadu Penyusunan Buku Penyusunan Buku
Pencegahan dan Pencegahan dan Pedoman Pemeriksaan
Pengendalian pengendalian visus dan pemberian
Gangguan Indera Akibat Bising; Kacamata di sekolah;
Penyusunan Buku Penyusunan Buku
Pintar Deteksi Dini Pedoman
Gangguan Indera; Pengembangan Desa
Penyusunan RPP Sehat Pendengaran;
PTM Penyusunan Buku
Pedoman Pemeriksaan
Gangguan
Pendengaran disekolah
Jejaring dan Data Dan Publikasi Talkshow media Talkshow media Talkshow media
Kemitraan Pencetakan dan Penayangan Program Penayangan Program Penayangan Program
Pembuatan Media PTM di TV PTM di TV PTM di TV
KIE
NSPK Pencegahan Bimtek dan Monev Bimtek dan Monev Bimtek dan Monev Bimtek dan Monev
dan Pengendalian Pencegahan dan Pencegahan dan Pencegahan dan Pencegahan dan
Gangguan Indera Pengendalian Pengendalian Pengendalian Pengendalian
Gangguan Indera Gangguan Indera Gangguan Indera Gangguan Indera
Pencetakan Orientasi Orientasi Orientasi Orientasi
Media KIE Penanggulangan Penanggulangan Penanggulangan Penanggulangan
Pencegahan dan Gangguan Indera Gangguan Indera Gangguan Indera Gangguan Indera
Pengendalian
Gangguan Indera
6 Jumlah Lokakarya Sosialisasi P2 Koordinasi Sosialisasi program
kabupaten/kota Pencegahan dan Kanker pada tokoh penyelenggaraan paliatif berbasis
yang melakukan pengendalian masyarakat dan deteksi dini kanker masyarakat
deteksi dini Kanker (FGD) tokoh agama dengan multi sektor
penyakit kanker di
≥ 80% populasi usia Sosialisasi Rencana Evaluasi pelaksanaan
30-50 tahun Aksi Nasional Rencana Aksi Daerah
sebanyak 514 Penanggulangan penanggulangan
kabupaten/kota. Kanker kanker
Media briefing Media Briefieng Media Briefieng hari Media Briefieng hari Media Briefieng hari
hari kanker dan hari kanker dan kanker dan talasemia kanker dan talasemia kanker dan talasemia
hari Talasemia talasemia
Pertemuan social Webinar penyakit Gerakan Sadar deteksi Gerakan Sadar Gerakan Sadar
media influencer kanker dan dini kanker deteksi dini kanker deteksi dini kanker
kelainan darah
Jejaring dan Jejaring dan Jejaring dan Kemitraan Jejaring dan Jejaring dan
kemitraan P2 Kemitraan P2 P2 Kanker Kemitraan P2 Kanker Kemitraan P2 Kanker
Kanker Kanker
Sosialisasi deteksi Sosialisasi DD Sosialisasi P2 Kanker di Sosialisasi P2 Kanker Sosialisasi P2 Kanker
dini kanker kanker dalam daerah Terpilih di daerah Terpilih di daerah Terpilih
(Germas) rangka Germas

Uji coba Sosialisasi uji petik Penguatan integrasi


implementasi Pelaksanaan DD capaian program
program paliatif kanker ( Sosialisasi dalam registri kanker
berbasis SBMR): 15 prov, 20
komunitas- org
refocusing
Monev P2 Kanker Bimtek P2 Kanker Bimtek P2 Kanker dan Bimtek P2 Kanker Bimtek P2 Kanker dan
(virtual 34prov, Kel Darah dan KD KD
tatap muka : 13 Monev P2 Kanker dan Monev P2 Kanker Monev P2 Kankerdan
prov) KD dan KD KD
Pertemuan LP/LS Pertemuan LP/LS Pertemuan LP/LS Pertemuan LP/LS

NSPK: NSPK: NSPK: NSPK: NSPK:


-Tools penilaian Review PMK P2 - Buku saku Q and A - Panduan
mandiri deteksi Kanker Leukemia dan pelaksanaan program -Review penyusunan
dini kanker Pedoman kenali retinoblastoma pada paliatif berbasis media KIE kanker
serviks-- leukemia pada Anak masyarakat
refocusing anak -Panduan Sistem - Buku Saku -Buku saku edukasi
Informasi Deteksi Dini mengenal pelayanan dan pemeriksaan
Review Pedoman dan Rujukan Kanker paliatif berbasis laboratorium
Talasemia /RPMK Leher Rahim masyarakat talasemia di FKTP
Penanggulangan -Pedoman Acuan -Panduan
Talasemia Orientasi Talasemia pemeriksaan pada -Panduan
calon pengantin dan pemeriksaan
ibu hamil talasemia pada
remaja dan anak
sekolah
Sarana Prasarana Sarana Prasarana Sarana Prasarana Alkes Sarana Prasarana Sarana Prasarana
Alkes Kanker: Alkes Kanker: Kanker: Alkes Kanker: Alkes Kanker:
Pengadaan 5.500 Pengadaan 3.000 IVA Pengadaan 1500 IVA TCA (Trichloroacetic
IVA KIT KIT KIT Acid)
Media KIE: Media KIE: Media KIE: Media KIE: Media KIE:
Pembuatan dan Penayangan ILM Pembuatan dan Pembuatan dan Pembuatan dan
pencetakan di RRI (KD: pencetakan buku dan pencetakan buku dan pencetakan buku dan
media KIE dan mery:Mei), Media KIE Media KIE Media KIE
Buku PKKD (Kanker: Yanti: ) Penayangan ILM dan Penayangan ILM dan Penayangan ILM dan
Talkshow Talkshow Talkshow
Sosialisasi Uji Uji coba DD Uji coba DD talasemia Sosialisasi Sosialisasi
coba DD Talasemia Prov Prov Jawa Tengah Penanggulangan Penanggulangan
Talasemia Jawa Barat Talasemia melalui Talasemia melalui
deteksi dini pada deteksi dini pada
keluarga Ring 1 keluarga Ring 1
Lokakarya Penyintas
Talasemia
FGD P2 Talasemia
Peningkatan SDM TOT DD kanker Pelatihan DD Kanker TOT DD kanker Pelatihan DD kanker
payudara dan leher payudara dan leher payudara dan leher payudara dan leher
rahim bagi dosen rahim bagi rahim bagi pengelola rahim pada Nakes
FK dan bidan Kementerian dan program PTM di
Lembaga Dinkes Prov dan
Dekon: Orientasi Bapelkes
DD Kanker Dekon: Orientasi DD
Payudara dan Leher Kanker Payudara dan
rahim di 34 Provinsi Leher rahim di 34
Dekon: Uji coba DD Dekon: Uji coba DD Dekon: Orientasi DD Dekon: Orientasi DD
Talasemia di Prov Talasemia di Prov Jawa Kanker Payudara dan Kanker Payudara dan
Jabar Tengah Leher rahim di 34 Leher rahim di 34
Provinsi

Anda mungkin juga menyukai