Anda di halaman 1dari 43

BAB I

FUNGSI PEMBANGKIT

A. PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan diperkenalkan sebuah topik penting dalam
kombinatorik yang disebut fungsi pembangkit. Metode fungsi pembangkit ini
berakar dari karya De Merve tahun 1720 dan dikembangkan oleh Euler pada
tahun 1748 untuk memecahkan masalah partisi. Pada awal abad 19 secara intensif
digunakan oleh Laplace dalam teori probabilitas.
Sebelum mempelajari topik ini, diharapkan mahasiswa telah memahami
konsep - konsep kombinatorika terlebih dahulu. Pada bab ini akan dibahas
mengenai deret kuasa dan fungsi pembangkit. Setelah mempelajari bab ini,
diharapkan mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan tentang deret kuasa.
2. Menjelaskan tentang fungsi pembangkit
3. Menentukan barisa jika diketahui fungsi pembangkitnya
4. Menentukan fungsi pembangkit jika diketahui barisan bilangannya

2
B. DERET KUASA
Sebelum membahas fungsi pembangkit, perlu diperkenalkan beberapa
~
deret kuasa penting. Deret tak hingga yang berbentuk a x
n 0
n
n
disebut deret kuasa.

Catt:
 Bila ada bilangan positif R sedemikian sehingga deret kuasa ini konvergen
untuk setiap x dengan x  R maka R disebut radius kekonvergenan.
 Adakalanya suatu deret kuasa tidak konvergen untuk semua nilai x (x ≠ 0).
Deret tersebut dikatakan divergen.

Ingat kembali deret Taylor fungsi f(x) di sekitar x = 0 memiliki bentuk


seperti berikut ini :

1
f ( x)   f  n   0  x n
n 0 n !

1 1
 f  0   f '  0  x  f ''  0  x 2  f '''  0  x 3  ...
2! 3!
Dari rumus di atas diperoleh beberapa deret kuasa berikut ini :

1 n 1 1
1.) e x   x 1  x  x 2  x3  ... untuk x  1
n 0 n ! 2! 3!

1
2.)
1 x
 x
n 0
n
1  x  x 2  x3  ... untuk x  1


1
3.)   nx n 1
 1  2 x  3x 2  4 x 4  ... untuk x  1
1  x 
2
n 0

4.) Teorema Binomial :


Untuk bilangan riil u dan bilangan bulat non negatif k, untuk x  1 ,

u 
berlaku : 1  x      x k
u

k 0  k 

 u   u (u  1)(u  2)...(u  k  1), jika k  0


dimana    
 k  1, jika k  0

Bentuk deret kuasa khusus lainnya :



1 1 1
1.) e4 x   (4 x) n  1  4 x   4 x    4 x   ...
2 3

n 0 n ! 2! 3!

3

1 1 1
2.) e(  x )   ( x) n  1  ( x)    x     x   ...
2 3

n 0 n ! 2! 3!

e x  e x x2 x4 x6
3.)  1     ...
2 2! 4! 6!
e x  e x x3 x5 x 7
4.)  x     ...
2 3! 5! 7!

1
   2 x   1  (2 x)  (2 x) 2  ...
n
5.)
1  2 x n 0

C. DEFINISI FUNGSI PEMBANGKIT


Misal (an )  (a0 , a1 , a2 ,...) adalah suatu barisan.
Fungsi pembangkit biasa dari barisan (an ) didefinisikan sebagai berikut :

P(x) = a x
n 0
n
n
 a0  a1 x  a2 x 2  a3 x 3  ...

Fungsi pembangkit eksponensial dari barisan (an ) didefinisikan sebagai berikut :



xn x2 x3
P(x) =  an
n 0 n!
 a0  a1 x  a2  a3  ...
2! 3!
Contoh Soal :

1. Tentukan fungsi pembangkit biasa dari barisan (1, 1, 1/2!, 1/3!, …)


Penyelesaian :
Fungsi pembangkit biasa :

P( x)   an x n
n 0

 a0  a1 x  a2 x 2  a3 x 3  ...
 1  (1) x   2!1  x 2   3!1  x3  ...
 1 x        ...
x2
2!
x3
3!

 ex

2. Tentukan fungsi pembangkit eksponensial dari barisan (1, 1, 1, 1, 1, …)


Penyelesaian :
Fungsi pembangkit eksponensial :

4

P ( x )   an xn
n!
n 0

 a0  a1 x  a2 x2
2!  a3 x3
3!  ...
 1  (1) x  1 x2!  1 x3!  ...
2 3

 1 x        ...
x2
2!
x3
3!

 ex

Penjumlahan, pengurangan maupun perkalian dua fungsi pembangkit atau


lebih dapat dilakukan dengan cara yang serupa dengan menjumlah,
mengurangkan ataupun mengalikan dua polinomial atau lebih.
Dengan demikian :

Jika A( x)   an x n dan
n 0


B( x)   an x n
n 0

Maka

A( x)  B( x)    an  bn  x n
n 0 ………………… (*)
Dan

  
A( x)  B( x)     ak bn  k  x n
n 0  k 0  .……………… (**)

k 0
Cn  a bk nk
Apabila (an), (bn) dan (cn) adalah barisan sedmikian sehingga
maka dikatakan cn adalah konvolusi dari (an) dan (bn) yang ditulis (cn) = (an) .
(bn).
Contoh :
Cari barisan (cn) dengan fungsi pembangkit biasa
x5  x 6
P( x) 
1 x

Penyelesaian :
x5  x 6 
  x5  x 6  1  x    cn x n
1
P( x) 
1 x n 0

Jelas bahwa x5 + x6 adalah fungsi pembangkit biasa dari barisan

5
(an) = (0, 0, 0, 0, 0, 1, 1, 0, 0,…)
-1
(1 - x) adalah fungsi pembangkit biasa dari barisan
(bn) = (1, 1, 1, 1, …, 1, …)
Sehingga dari persamaan (**), diperoleh

Cn  a b
k 0
k nk

n
  ak
k 0 karena bi = 1 untuk setiap i
Dengan demikian,
(cn) = (0, 0, 0, 0, 0, 1, 2, 2, …, 2, …)

6
D. RANGKUMAN
Misal (an )  (a0 , a1 , a2 ,...) adalah suatu barisan.
Fungsi pembangkit biasa dari barisan (an ) didefinisikan sebagai berikut :

P(x) = a x
n 0
n
n
 a0  a1 x  a2 x 2  a3 x 3  ...

Fungsi pembangkit eksponensial dari barisan (an ) didefinisikan sebagai berikut :



xn x2 x3
P(x) =  an
n 0 n!
 a0  a1 x  a2  a3  ...
2! 3!

7
E. LATIHAN
1. Tulis fungsi pembangkit biasa dari barisan - barisan berikut, dan sederhanakan
jika mungkin :
a.) (0, 0, 0, 1, 1, 1, 1,…)
b.) (0, 0, 1/2!, 1/3!, 1/4!, …)
c.) (1/3!, 1/4!, 1/5!, …)
d.) (0, 1, 0, 1, 0, 1, …)
e.) (1, -1, 1/2!, 1/3!, 1/4!, -1/5!, …)

2. Tulis fungsi pembangkit eksponensial dari barisan berikut :


a.) (3, 3, 3, 3, …)
b.) (0, 1, 0, 1, 0, 1, … )
c.) (3, 1, 3, 1, 3, 1, … )
d.) an = 3n

3. P(x) adalah fungsi pembangkit biasa dari barisan (an). Cari barisan (an).
1
a.) P( x)  1 
1 x
x5
P( x) 
b.) 1  8x
2
P( x)   3x 2  6 x  1
c.) 1 x
1 4x
P( x )  
d.) 1  3x 1  x
e.) P(x) = 2x +e-x
f.) P(x) = ½ (ex + e-x)

4. Tulis barisan (an) dengan fungsi pembangkit eksponensial sebagai berikut :

a.) P(x) = 5 + 5x + 5x2 + 5x3 + …

b.) P(x) = ex + e4x

c.) P(x) = (1 + x2)n


1
P( x) 
1 4x
d.)
5.) Cari konvolusi dari pasangan barisan berikut :
a.) ( 1, 1, 1, 1, … ) dan ( 1, 1, 1, 1, …)
b.) (1, 1, 1, 1, … ) dan (0, 1, 2, 3, … )
c.) (1, 1, 1, 0, 0, …) dan ( 0, 1, 2, 3, …)
d.) (0, 0, 0, 1, 0, 0, … ) dan (6, 7, 8, 9, …)

8
BAB II
RELASI REKURSIF

A. PENDAHULUAN
Relasi rekursif menghubungkan suatu unsur dengan unsur sebelumnya
dalam sebuah barisan. Relasi rekursif dapat menyelesaikan berbagai persoalan
dalam matematika. Persoalan - persoalan tersebut di modelkan terlebih dahulu
kedalam bentuk relasi rekursif, kemudian ditentukan solusinya.
Bab ini dimulai dengan definisi relasi rekursif itu sendiri, kemudian
menentukan solusi dari relasi rekursif tersebut. Ada beberapa cara yang dapat
ditempuh dalam menentukan relasi rekursif, yaitu dengan menggunakan akar
persamaan karakteristik, dengan menggunakan fungsi pembangkit biasa dan
dengan menggunakan fungsi pembangkit eksponensial.
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan mahasiswa mampu :
1. menentukan model relasi rekursif dari suatu persoalan
2. Menentukan solusi relasi rekursif dengan akar persamaan karakteristik.
3. Menentukan solusi relasi rekursif dengan fungsi pembangkit biasa
4. Menentukan solusi relasi rekursif dengan fungsi pembangkit
eksponensial

9
B. DEFINISI RELASI REKURSIF

Relasi rekursif mengaitkan unsur ke-n dari sebuah barisan dengan unsur
sebelumnya. Banyak permasalahan dalam matematika, khususnya kombinatorik
yang dapat dimodelkan ke dalam bentuk relasi rekursif. Sebagai ilustrasi, ikuti
uraian berikut ini :

Misal Pn menyatakan banyaknya permutasi dari n obyek berbeda.


Jelas P1 = 1, karena hanya ada satu permutasi dari 1 obyek.
Untuk n  2 , Pn diperoleh dengan cara berikut ini :
Terdapat n kemungkinan posisi dari satu obyek tertentu, dan setiap
kemungkinan posisi dari obyek ini akan diikuti oleh permutasi dari n – 1
obyek. Karena banyaknya permutasi dari n – 1 obyek ini adalah Pn-1 maka
terdapat hubungan Pn = n Pn-1 .
Dengan demikian
P1 = 1, Pn = n Pn-1, n  2 …………………………….. (*)

Bentuk (*) di atas disebut relasi rekursif untuk untuk Pn , banyaknya


permutasi n obyek. P1 = 1 disebut kondisi awal, sedangkan Pn = n Pn-1 disebut
bagian rekursif dari relasi rekursif.

Contoh :
Perhatikan barisan bilangan Fibonacci berikut : (1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34, 55,
…). Misalkan Fn menyatakan suku ke-n dari barisan tersebut. Perhatikan bahwa
untuk n  3 , suku ke-n dari barisan tersebut adalah jumlah dua suku berurutan
persis di depannya. Sehingga relasi rekursif untuk Fn dapat ditulis sebagai berikut
F1 = F2 = 1, Fn = Fn-1 + Fn-2, n  3
Dalam relasi ini terdapat dua kondisi awal, yaitu F1 = 1 dan F2 = 1.

C. SOLUSI RELASI REKURSIF


Relasi rekursif linear homogen berderajat k dengan koefisien konstanta
mempunyai bentuk umum sebagai berikut :
an  c1 an1  c2 an2  ...  ck ank  0; ck  0 ………………….. (**)
Dimana 1 i  k , ci  konstanta

Menentukan Solusi Relasi Rekursif Dengan Akar Karakteristik

Beberapa teorema yang diperlukan dalam menyelesaikan relasi rekursif


adalah sebagai berikut.

Teorema A : (Prinsip Superposisi)

10
Jika g1 (n) dan g 2 (n) berturut – turut adalah solusi dari
an  c1 an 1  c2 an 2  ...  ck an k  f1 (n)
Dan
an  c1 an 1  c2 an 2  ...  ck an k  f 2 (n)

Maka untuk sebarang C1 dan C2 ,


C1 g1 (n)  C2 g 2 (n)
Adalah solusi dari
an  c1 an1  c2 an2  ...  ck ank  C1 f1 (n)  C2 f 2 (n)

Teorema B :
Jika g1 (n), g 2 (n), ..., g k (n) adalah solusi dari
an  c1 an1  c2 an2  ...  ck an k  0
Maka
C1 g1 (n)  C2 g 2 (n)  ...  Ck g k
Juga solusi dari
an  c1 an1  c2 an2  ...  ck an k  0 untuk sebarang C1 , C2 ,..., Ck

Untuk menyelesaikan relasi rekursif linear homogen berderajat k dengan
koefisien konstanta yang mempunyai bentuk umum seperti persamaan (**) di
atas, dilakukan tahapan – tahapan berikut :
 Pertama – tama misalkan an  x n
Untuk menentukan x, subsitusikan ai dengan xi pada (**) dimana
i n, n  1, n  2,..., n  k  sehingga diperoleh
xn  c1 xn1  c2 xn2  ...  ck x nk  0
 Bagi kedua ruas persamaan terakhir dengan x nk
sehingga diperoleh
xk  c1 x k 1  c2 x k 2  ...  ck  0 ……………………… (***)
Persamaan (***) di atas disebut persamaan karakteristik dari relasi
rekursif (**). Pada umumnya persamaan karakteristik mempunyai k
akar yang beberapa di antaranya mungkin bilangan kompleks.
 Jika x1, x2, …, xk adalah k akar – akar (yang berbeda) dari persamaan
(***), maka an  xin ;1 i  k adalah solusi dari relasi rekursif.
Sehingga berdasarkan teorema B, untuk sebarang konstanta
C1 , C2 , C3 ,..., Ck berlaku C1 x1n  C2 x2n  C3 x3n  ...  Ck xkn

Jadi solusi umum dari relasi rekursif adalah :


an  C1 x1n  C2 x2n  C3 x3n  ...  Ck xkn
Contoh :
Selesaikan relasi rekursif berikut ini :
a0 = 2, a1 = 7, an = an-1 + 2an-2
11
Penyelesaian :
Persamaan katakteristik :
an = an-1 + 2an-2
an - an-1 - 2an-2 = 0
x2 - x - 2x0 = 0
x2 - x - 2x = 0
(x - 2)(x + 1) = 0
x-2=0 x+1=0
x1 = 2 x2 = -1
Jadi solusi umum :
an  C1 x1n  C2 x2n
a1  C1 x1n  C2 x2n
7 = C1 (2)1 + C2 (-1)1
7 = 2C1 - C2 ……………………………….. (*)

a0  C1 x10  C2 x20
2 = C1(2)0 + C2(-1)0
2 = C1 - C2 ………………………………. . (**)

Subsitusi (*) dan (**) :


2C1 - C2 = 7
C1 + C2 = 2 +
C1 = 2 - C2 …………………………….. (***)

Eliminasi (***) pada (*) atau (**) :


2(2 - C2) - C2 = 7
4 - 2C2 - C2 = 7
4 - 3C2 = 7
-3C2 = 7- 4
-3C2 = 3
C2 = 3/-3
C2 = -1

C1 = 2 - C2
C1 = 2 - (-1)
C1 = 3

Solusi Umum :
an  C1 x1n  C2 x2n
an = 3(2)n + (-1)(-1)n
an = 3(2)n + (-1)n+1

Catatan :
Jika akar karekteristik dari persamaan adalah akar ganda (x1 = x2 = x3 = … )
maka an = (K1n (n-1) + K2n(n-2) + … + Kn ) xn

12
Menentukan Solusi Relasi Rekursif Dengan Fungsi Pembangkit
Cara lain untuk menyelesaikan relasi rekursif adalah dengan
menggunakan fungsi pembangkit, baik fungsi pembangkit biasa ataupun dengan
fungsi pembangkit eksponensial.

1. Solusi Relasi Rekursif Dengan Fungsi Pembangkit Biasa


Fungsi pembangkit biasa dapat digunakan untuk menyelesaikan suatu
relasi rekursif. Langkah - langkah yang dapat dilakukan dalam menentukan solusi
dari relasi rekursif adalah sebagai berikut :
 Misalkan P(x) fungsi pembangkit biasa dari barisan (an) dengan n ≥ k.
n
 Kalikan kedua ruas dengan x dan jumlahkan dari n = k smpai n = ~
 Jabarkan setiap ruas persamaan kemudian dirobah kedalam bentuk
fungsi pembangkit biasa dan sederhanakan jika mungkin.

Contoh :
Gunakan fungsi pembangkit biasa untuk menyelesaikan relasi rekursif berikut ini
:
a0  1, a1  3, an  2an1  4n1 , n  2

Penyelesaian :
Misal P(x) fungsi pembangkit biasa dari barisan (an).
Maka
P( x)   an x n
n 0

an  2an1  4n1
Kalikan kedua ruas dengan x n dan jumlahkan dari n = 2 sampai n = ~
Sehingga :

 a x    2a
n2
n
n

n2
n 1  4n 1  x n

Ekivalen dengan

a x
n2
n
n
 2 an 1 x n   4n 1 x n
n2 n2
…………………… (*)

Dari sebelah kiri persamaan (*) :

a x  a x
n2
n
n

n 0
n
n
 a0  a1 x

 P( x)  1  3x

13
Dari suku pertama ruas kanan persamaan (*) :
2 an 1 x n  2 x  an 1 x n 1
n2 n2

 
 2 x   an 1 x n 1  a0 
 n 1 
 2 x  P( x)  1
Dari suku kedua ruas kanan persamaan (*) :

4
n2
n 1
x n  x  4n 1 x n 1
n2

 
 x    4 x   1
n 1

 n 1 
 1 
 x  1
 1 4x 
x
 x
1 4x
Sehingga persamaan (*) menjadi :
x
P( x)  1  3x  2 xP( x)  2 x  x
1  4x
Ekivalen dengan :
1  3x
P( x) 
1  4 x 1  2 x 
Karena
1  3x 1/ 2 1/ 2
 
1  4 x 1  2 x  1  4 x 1  2 x
1 1 1 
P( x)    
2  1 4x 1 2x 
1 n
    4x    2x 
n

2  n 0 n 0 

 4  2  x
1 n n n
n 0 2
Maka solusi umum :
an  12  4n  2n 

2. Solusi Relasi Rekursif Dengan Fungsi Pembangkit Eksponensial

Pada dasarnya, relasi rekursif dapat diselesaikan dengan fungsi


pembangkit. Untuk beberapa jenis tertentu, relasi rekursif lebih mudah

14
diselesaikan dengan fungsi pembangkit eksponensial daripada fungsi pembangkit
biasa. Langkah - langkah yang dapat dilakukan dalam menentukan solusi dari
relasi rekursif dengan fungsi pembangkit eksponensial adalah sebagai berikut :
 Misalkan P(x) fungsi pembangkit eksponensial dari barisan (an) dengan
n ≥ k.
n
 Kalikan kedua ruas dengan dan x /n! jumlahkan dari n = k smpai n = ~
 Jabarkan setiap ruas persamaan kemudian dirobah kedalam bentuk
fungsi pembangkit eksponensial dan sederhanakan jika mungkin.

Contoh :

Tentukan solusi dari relasi rekursif berikut ini dengan menngunakan fungsi
pembangkit eksponensial :
a0 = 1, an = nan-1 + (-1)n, n ≥ 1
Penyelesaian :
Misalkan P(x) fungsi pembangkit eksponensial dari barisan (an).

xn
P ( x )   an
n 0 n!
an = nan-1 + (-1)n
Kalikan kedua ruas dengan dan xn/n! jumlahkan dari n = k smpai n = ~
Sehingga :
 
  n
n x

n 1
a xn
n n!  
n 1
na n 1  (  1)
n!
  n  n
x n x
n 1
a xn
n n!  n 1
na n 1 
n! n 1
 ( 1)
n! …………………. (*)
Dari sebelah kiri persamaan (*)
 

 an
n 1
xn
n!   an
n 0
xn
n!  a0 x0
0!

 P( x)  1
Dari suku pertama sebelah kanan persamaan (*) :

xn 
x n 1
 nan1
n 1 n!
 x nan 1
n 1 n(n  1)!

x n 1
 x an 1
n 1 (n  1)!
 xP ( x)
Dari suku kedua sebelah kanan persamaan (*) :

15

xn 
( x) n

n 1
(1) 
n

n! n 1 n!

( x) n ( x) n
  a0
n 0 n! 0!

( x) n
 1
n 0 n !
 ex 1
Sehingga persamaan (*) dapat ditulis sebagai berikut :
P( x)  1  xP( x)  e  x  1
P( x)  xP( x)  e  x  1  1
P( x)(1  x)  e  x
e x
P( x) 
(1  x)

( x) n 1 
karena e  x   dan   xn
n 0 n! 1  x n 0
Maka
  ( x) n   n 
P( x)      x 
 n 0 n!  n 0 

 n (1) k  n
    x (rumus konvolusi)
n 0  k 0 k! 
 n
(1) k x n
  n!
n 0 k 0 k! n!

Dengan demikian :
n
(1) k
an  n!
k 0 k!
 1 1 1 1
 n!1     ...  (1) n 
 1! 2! 3! n! 

16
D. RANGKUMAN

Relasi rekursif mengaitkan unsur ke-n dari sebuah barisan dengan unsur
sebelumnya. Solusi relasi rekursif dapat ditentukan dengan berbagai cara,
diantaranya dengan menggunakan akar karakteristik, dengan menggunakan
fungsi pembangkit biasa dan fungsi pembangkit eksponensial.

17
E. LATIHAN
1. Selesaikan relasi rekursif berikut ini dengan menggunakan metode akar
karakteristik :
a.) a1 = a2 = 1 ; an = an-1 + an-2, n ≥ 3
b.) a0 = 0 ; a1 = -1 ; an = 7an-1 - 12 an-2, n ≥ 2
c.) a0 = a1 = 1 ; an = 2an-1 + 3an-2, n ≥ 2
d.) a1 = 2 ; a2 = 6 ; an - 4an-1 + 4an-2 = 0, n ≥ 3
e.) a0 = 0 ; a1 = 1 ; a2 = 2 ; an = 9an-1 - 15an-2 + 7an-3, n ≥ 3

2. Selesaikan relasi rekursif berikut ini dengan menggunakan fungsi pembangkit


:
a.) a1 = 3; an-1 = 2an + 4n , n ≥ 0
b.) a0 = 0; an+1 = an + n + 7 , n ≥ 0
c.) a0 = 2; a1 = 1; an+2 - 2an+1 + an = 2n , n ≥ 0
d.) a0 = 0; an = an-1 + 2n , n ≥ 1
e.) a0 = 1; an = 8an-1 + 10n-1 , n ≥ 1

3. Selesaikan relasi rekursif berikut :


n 1
a0  1; an   ak an k 1 , n  1
a.) k 0
n 1
a0  a1  1; an   3k ank 1 , n  2
b.) k 0
n2
a0  a1  1; an   ak ank 2 , n  2
c.) k 0

18
BAB III
TEORI GRAF

A. PENDAHULUAN
Graf digunakan untuk mempresentasikan objek - objek diskrit dan
hubungan antara objek - objek tersebut. Banyak terapan teori graf yang dapat
digunakan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan dalam kehidupan nyata
sampai saat ini.
Pada bab ini dibahas tentang definisi graf dan terminologinya, jenis -
jenis graf, representasi graf dan beberapa graf khusus. Setelah mempelajari bab
ini, diharapkan mahasiswa mampu :
1. menjelaskan definisi graf dan terminologinya
2. Menjelaskan jenis - jenis graf
3. Merepresentasikan graf
4. Menjelaskan beberapa graf khusus.

19
B. DEFINISI DAN TERMINOLOGI GRAF
Definisi Graf :

Graf G didefinisikan sebagai himpunan (V, E), dimana :


V = Himpunan berhingga dan tidak kosong dari simpul – simpul (titik -
titik/vertice/notes)
V = {v1, v2, …, vn}
E = Himpunan sisi (edges/arc) yang menghubungkan sepasang titik
E = {e1, e2, …., en}
Jika e adalah sisi yang menghubungkan titik vi dan vj maka dapat ditulis sebagai
e = (vi, vj ).
Contoh :

e8

v4
e3
e4 v6
e1 e2 e5 v7
v1
v2 v3
e6
v5 e9
e7

Gambar 1. Graf G

Gambar 1 di atas memperlihatkan sebuah graf G dengan himpunan simpul


V dan himpunan sisi E adalah :
V = {v1, v2, v3, v4, v5, v6, v7}
E = {e1, e2, e3, e4, e5, e6, e7, e8, e9,}
Pada graf G di atas sisi e3 dan e4 dinamakan sisi ganda (multiple edges
atau paralel edges) karena kedua sisi ini menghubungkan dua simpul yang sama
yaitu v3 dan v4. Sisi e9 dinamakan gelang (gelung atau loop) karena sisi ini
berawal dan berakhir pada titik yang sama yaitu v7.

Terminologi Graf

Dalam teori graf ada beberapa terminologi (istilah) yang sering


digunakan. Berikut ini diberikan beberapa terminologi dari graf :
1. Ketetanggaan (Adjacent)
Dua buah simpul dikatakan bertetangga bila keduanya terhubung secara
langsung, dengan kata lain vj bertetangga dengan vk jika e  E sedemikian
sehingga e = (vj, vk).
Contoh :
Pada graf G (gambar 1) terlihat :
20
Simpul v1 hanya bertetangga dengan simpul v2.
Simpul v2 bertetangga dengan simpul v1, v3 dan v7.
Simpul v3 bertetangga dengan simpul v2, v4 dan v6.

2. Bersisian (Incidency)
Untuk sebarang sisi e = (vj, vk) dikatakan
sisi e bersisian dengan simpul vj , atau
sisi e bersisian dengan simpul vk
Contoh :
Pada graf G (gambar 1) terlihat :
Sisi e1 = (v1, v2) bersisian dengan simpul v1 dan v2.
Sisi e5 = (v4, v5) bersisian dengan simpul v4 dan v5
Sisi e8 = (v2, v7) bersisian dengan simpul v2 dan v7

3. Simpul Terpencil (Isolated Vertex)


Simpul terpencil adalah simpul yang tidak mempunyai sisi yang bersisian
dengannya. Atau dapat dinyatakan, simpul terpencil adalah simpul yang tidak
bertetangga dengan sisi - sisi lainnya.

Contoh :

v8

v4
e2
e3 e4 v6 e7
e1 v7
v1
v2 v3
e6
v5 e8
e5

Gambar 2. Graf G1
Pada graf G2 (gambar 2) di atas simpul v8 adalah simpul terpencil.

4. Graf Kosong
Graf kosong adalah graf yang himpunan sisinya merupakan himpunan kosong,
tetapi simpulnya harus ada, minimal satu. Graf kosong disebut juga null graph
atau empty graph.
Contoh :
Vv1


Vv2
Vv3
 
Vv4

Gambar 3. Graf G2 21
5. Derajat (degree)
Derajat suatu simpul adalah jumlah sisi yang bersisian dengan simpul tersebut.
Notasi : d(v)

Contoh :
Pada graf G1 (gambar 2) : d(v1) = 1
d(v4) = 3
d(v8) = 0
Simpul yang memiliki gelung dihitung mempunyai dua buah sisi yang bersisian
dengannya karena gelung direpresentasikan sebagai (v, v) dan simpul v
bersisian dua kali pada sisi (v, v).
Jadi pada graf G1 di atas d(v7) = 3

6. Lintasan (Path)
Lintasan dari titik vi ke vj dalam suatu graf adalah serangkaian simpul - simpul
dan sisi - sisi yang saling bergantian. Titik dan sisi yang dilalui dalam lintasan
boleh berulang.
Ada beberapa jenis lintasan :
 Lintasan Sederhana (Simple Path)
Lintasan sederhana adalah lintasan dengan semua sisi yang dilalui hanya
satu kali.
 Lintasan Elementer (Elementary Path)
Lintasan elementer adalah lintasan dengan semua simpul yang dilalui
hanya satu kali kecuali simpul awal dan simpul akhir.
 Lintasan Tertutup (Closed Path)
Lintasan tertutup adalah lintasan yang berawal dan berakhir pada simpul
yang sama.
 Lintasan Terbuka (Open Path)
Lintasan terbuka adalah llintasan yang berawal dan berakhir pada simpul
yang tidak sama.

Contoh :
Dari graf G (gambar 1) di atas :
Lintasan : lintasan v1, e1, v2, e2, v3, e4, v4
Lintasan sederhana : lintasan v1, e1, v2, e2, v3, e3, v4
Lintasan elementer : lintasan v1, e1, v2, e2, v3, e3, v4
Lintasan tertutup : lintasan v3, e3, v4, e5, v5, e6, v6, e7, v3
Lintasan terbuka : lintasan v1, e1, v2, e2, v3, e4, v4
Panjang lintasan adalah jumlah sisi dalam lintasan tersebut.

7. Sirkuit (circuit)
Sirkuit adalah lintasan elementer dengan simpul pertama dan terakhir sama.
Sirkuit disebut juga dengan siklus (cycle).
Contoh dari graf G (gambar 1) : sirkuit v3, e3, v4, e5, v5, e6, v6, e7, v3
Sirkuit sederhana adalah sirkuit dengan semua sisi yang dilalui hanya satu kali.
Contoh dari graf G (gambar 1) : sirkuit v3, e3, v4, e5, v5, e6, v6, e7, v3

22
8. Terhubung (Connected)
Dua buah simpul vi dan vj disebut terhubung jika terdapat lintasan dari vi ke vj.
Graf tak berarah G dikatakan graf terhubung (connected graph) jika untuk
setiap pasang simpul vi dan vj dalam himpunan V terdapat lintasan dari vi ke vj
begitu juga dari vj ke vi.

Contoh :
Vv1 Vv6
Vv1
Vv3
Vv2 Vv5
v7
Vv2 Vv4

Vv3
Gambar 4. Graf G3 Gambar 5. Graf G4

Graf G3 pada gambar 4 merupakan contoh graf terhubung karena untuk


setiap pasang simpul pada graf tersebut memiliki lintasan.
Graf G4 pada gambar 5 merupakan contoh graf tak terhubung karena ada
beberapa pasang simpul dalam graf tersenut yang tidak memiliki lintasan,
seperti simpul v1 dan v5, v3 dan v7, v2 dan v6, dan masih ada beberapa
pasang simpul lainnya.

9. Pohon (Tree)
Pohon adalah graf terhubung yang tidak mempunyai sirkuit.
Contoh :
v2
v1

v5 v3
v4
Gambar 6. Graf G5 (Pohon)

10. Upagraf (Subgraf) dan Komplemen Upagraf


Misalkan G = (V, E) adalah sebuah graf. G1 = (V1, E1) adalah upagraf
(subgraph) dari G jika V1  V dan E1  E
Komplemen dari upagraf G1 terhadap graf G adalah graf G2 = (V2, E2)
sedemikian sehingga E2 = E - E1 dan V2 adalah himpunan simpul yang
anggota - anggota E2 bersisian dengannya.

23
Contoh :
v1
v1 v1
v2 v5
v2 v2 v5

v3
v3
v4
v4 v4
(a) (b) (c)

Gambar 7. (a). Graf G.


(b). Sebuah upagraf dari G
(c). Komplemen dari upagraf yang bersesuaian

11. Upagraf Rentang (Spanning Suggraph)


Upagraf G1 = (V1, E1) dari G = (V, E) dikatakan upagraf rentang jika V1 = V (
G1 mengandung semua titik dari G)

Contoh :
v1
v1
v2 v5
v2 v5

v3
v3
v4
(a) (b) v4

Gambar 8. (a). Graf G.


(b). Sebuah upagraf rentang dari G

12. Graf Berbobot (Weighted Graph)


Graf berbobot adalah graf yang setiap sisinya diberi bobot.

24
Contoh :
v1
5 8
v2 v5
13 26
11
16
v3
15
v4
Gambar 9. Graf Berbobot

C. JENIS - JENIS GRAF


Graf dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis bergantung pada sudut
pandang pengelompokannya.
Berdasarkan ada/tidaknya gelung/sisi ganda :
1. Graf Sederhana (Simple Graph)
Graf sederhana adalah graf yang tidak mengandung gelang maupun
sisi ganda.
Contoh :
v1 e1 v2

e5 e8 e7 e2

e3 v3
v5 e4 v4
Gambar 10. Graf Sederhana
2. Graf Tak Sederhana (Unsimple Graph)
Graf tak sederhana (Unsimple Graph) adalah graf yang mengandung
sisi ganda atau gelung.
Ada dua macam graf sederhana, yaitu :
a.) Graf Ganda (multigraph)
Graf ganda (multigraph) adalah graf yang mengandung sisi
ganda.
b.) Graf Semu (Pseudograph)
Graf semu (Pseudograph) adalah graf yang mengandung gelung
(termasuk jika graf tersebut memiliki sisi ganda).
Contoh :

v1 e1 v2 v1 e1 v2

e5 e2 e5 e7 e2
e6 e3 e3
v4
v4 e4 v3 e4 v3 25
e6

Gambar 11. (a). Graf Ganda, (b). Graf Semu


(a)
Berdasarkan jumlah simpul yang ada pada graf maka secara (b) umum graf dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
a.) Graf Berhingga (Limited Graph)
Graf berhingga (limited graph) adalah graf yang jumlah simpulnya
berhingga.
b.) Graf Tak Berhingga (Unlimited Graph)
Graf tak berhingga (unlimited graph) adalah graf yang jumlah simpulnya tak
berhingga.

Contoh :

v1 e1 v2

e5 e2
e6 e3
v4 e4 v3

(a) (b)

Gambar 12. (a). Graf Berhingga (b). Graf Tak Berhingga

Berdasarkan orientasi arah pada sisi maka graf dapat dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu :
a.) Graf Tak Berarah (undirected Graph)
Graf tak berarah (undirected graph) adalah graf yang sisinya tidak memiliki
orientasi arah. Pada graf tak berarah, urutan pasangan simpul yang
dihubungkan oleh sisi tidak diperhatikan. Jadi (vi,vj) = (vj, vi).
b.) Graf Berarah (Directed Graph)
Graf berarah (directed graph) adalah graf yang sisinyan memiliki orientasi
arah. Sisi berarah disebut juga dengan busur (arc). Pada graf berarah (vi,vj) ≠
(vj, vi). Pada busur (vi,vj), simpul vi disebut simpul asal(simpul awal/initial
vertex) dan simpul vj disebut simpul akhir (terminal vertex).
Contoh :

v1 e1 v2
v1 e1 v2
e5 e2
e3 e5 e2
e3
v4 e4 v3
v4 e4 v3
(a) (b)
Gambar 13. (a). Graf Tak Berarah (b). Graf Berarah

26
D. REPRESENTASI GRAF
Terdapat beberapa representasi yang mungkin dari graf, diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Matriks Ketetanggan (Adjacency Matrix)
Misalkan G = (V, E) adalah graf dengan n simpul, n ≥ 1. Matriks
ketetanggan G adalah matriks dwimatra yang berukuran n × n. Jika matriks
tersebut dinamakan A = [aij], maka
1, jika simpul i dan j bertetangg a
aij  
0, jika simpul i dan j tidak bertetangg a
Untuk graf yang memiliki sisi ganda elemen aij pada matriks ketetanggan sama
dengan jumlah sisi yang berasosiasi dengan (vi, vj). Untuk graf berbobot, aij
menyatakan bobot tiap sisi yang menghubungkan simpul i dengan simpul j.
Contoh :
v1 e4 v1 v2 v3 v4
e1 e3 v3 e8 v1 0 1 2 0
v2 e2 e6 v2 1 0 1 1
e5 
e7 v3 2 1 1 2
v4 v4 0 
 1 2 0

Gambar 13. Graf dan Matrik Ketetanggannya

2. Matriks Bersisian (Incidency Matrix)


Misalkan G = (V, E) adalah graf dengan n simpul dan m sisi. Matriks
bersisian G adalah matriks dwimatra yang berukuran n × m. Baris menyatakan
label simpul, sedangkan kolom menyatakan label sisinya. Jika matriks tersebut
dinamakan A = [aij], maka
1, jika simpul i bersisian dengan sisi j
aij  
0, jika simpul i tidak bersisian dengan sisi j
Contoh :
e1 e2 e3 e4 e5 e6
v1 v1 1 1 2 0 0 0
e3
v2 1 0 0 0 0 1
e1
e2 
v3 0 1 0 1 1 0
v4 0 
v3
v2 0 0 1 1 1
e4
e6 e5
v4
Gambar 14. Graf dan Matriks Bersisiannya

27
3. Senarai Ketetanggaan (Adjacency List)
Senarai ketetanggan mengenumerasi simpul - simpul yang bertetangga
dengan setiap simpul di dalam graf.
Contoh :
Dari graf pada gambar 14 di atas, senarai ketetanggannya adalah :
Simpul Simpul Tetangga
v1 v2, v3
v2 v1, v4
v3 v1, v4
v4 v2, v3

E. BEBERAPA GRAF KHUSUS


Ada beberapa graf khusus diantaranya :
1. Graf Lengkap (Completed Graph)
Graf lengkap adalah graf sederhana yang setiap simpulnya mempunyai
sisi kesemua simpul yang lainnya. Graf lengkap dengan n buah simpul
dilambangkan dengan Kn.
Jumlah sisi pada graf lengkap dengan n simpul adalah
n(n  1)
Jumlah sisi 
2
Contoh :

K2 K3 K4

Gambar 15. Graf Lengkap

2. Graf Lingkaran
Graf lingkaran adalah graf sederhana yang setiap simpulnya berderajat
dua. Graf lingkaran dengan n simpul dilambangkan Cn..

28
Contoh :

C3 C4 C5
Gambar 16. Graf Lingkaran

3. Graf Teratur (Regular Graph)


Graf teratur adalah graf yang setiap simpulnya memiliki derajat yang
sama. Apabila derajat setiap simpul adalah r maka graf tersebut disebut sebagai
graf teratur berderajat r. Jumlah sisi pada graf teratur dapat ditentukan dengan
rumus berikut :
nr
jumlah sisi 
2
Contoh :
 Graf lengkap Kn adalah graf teratur dengan derajat (n - 1)
 Graf lingkaran Cn merupakan graf teratur dengan derajat 2.

4. Graf Bipartite (Bipartite Graph)


Graf G dikatakan graf bipartit jika himpunan simpulnya dapat dipisah
menjadi dua himpunan bagian V1 dan V2, sedemikian sehingga setiap simpul di
G menghubungkan sebuah simpul di V1 ke sebuah simpul di V2 dan dinyatakan
sebagai G(V1, V2). Dengan kata lain, setiap simpul di V1 tidak bertetangga
begitu juga dengan simpul - simpul di V2.
Graf G dikatakan graf bipartite lengkap (complete bipartite graph)
apabila setiap simpul di V1 bertetangga dengan semua simpul di V2,
dilambangkan dengan Km,n.
Contoh :

v1 v2

Gambar 17. Graf Bipartite

29
5. Graf Isomorfik (Isomorphic Graph)
Dua buah graf dikatakan saling isomorfik jika dua buah graf yang sama
tetapi secara geometri terlihat berbeda. Matriks ketetanggaan dua buah graf
yang isomorfik adalah sama.
Contoh :

G1
G2
Dari gambar 18 di atas, graf G1 dan G2 saling isomorfik
Gambar 18. Graf Isomorfik

6. Graf Planar (Planar Graph) dan Graf Bidang (Plane Graph)


Graf planar adalah graf yang dapat digambarkan pada bidang datar
dengan sisi – sisi tidak saling memotong. Graf planar yang digambarkan
dengan dengan sisi – sisi yang tidak saling berpotongan tersebut disebut graf
bidang (Plane Graph).

Contoh :

(a) (b)
Gambar 19. Graf Planar dan Graf Bidang

Pada gambar 19 di atas, kedua graf merupakan graf planar, tetapi graf
(a) bukan graf bidang sedangkan graf (b) adalah graf bidang. Sisi - sisi pada
graf planar membagi bidang menjadi beberapa wilayah (region). Jumlah
wilayah pada graf planar tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus
Euler berikut :

f=e–n+2
Dengan f = jumlah wilayah
e = jumlah sisi
n = jumlah titik

30
Contoh :

R4
R1
R3
R2

Gambar 20. Graf Planar Yang Memiliki 4 Wilayah


Pada graf planar di atas : e = 6
n=4
Maka R = e – n + 2
=6-4+2
=4
Jadi jumlah wilayah pada graf planar di atas ada 4, yaitu R1, R2, R3 dan R4.

Teorema Kuratoswki

Dua buah graf tidak planar yang khusus, yaitu :


a.) Graf Kuratoswki pertama,
yaitu graf lengkap yang mempunyai lima buah simpul, adalah graf tidak
planar.
b.) Graf Kuratoswki kedua,
yaitu graf terhubung teratur dengan dengan 6 titik dan 9 sisi adalah graf
tidak planar.

Sifat – sifat graf Kuratoswki :


a) Kedua graf Kuratoswki adalah graf teratur
b) Kedua graf Kuratoswki adalah graf tidak planar
c) Penghapusan sisi atau simpul dari graf kuratowski menyebabkannya
menjadi planar
d) Graf Kuratoswki pertama adalah graf tidak planar dengan jumlah simpul
minimum dan graf Kuratoswki kedua adalah graf tidak planar dengan
jumlah sisi minimum. Keduanya adalah graf tidak planar paling sederhana.

Teorema Kuratoswki
Graf G bersifat planar jika dan hanya jika ia tidak mengandung subgraf
yang sama dengan salah satu graf Kuratoswki atau homeomorfik dengan
salah satu dari keduanya.

Dual graf G1 dan G2 dikatakan homeomorfik jika salah satu dari kedua
graf dapat diperoleh dari graf yang lain dengan cara membuang/menyisipkan
secara berulang-ulang simpul berderajat 2.

31
7. Graf Dual (Dual Graph)
Misalkan ada sebuah graf planar G yang direpresentasikan sebagai graf
bidang. Dari graf G dapat dibuat suatu graf G* yang secara geometri
merupakan dual dari graf planar tersebut dengan cara berikut :
a) Pada setiap wilayah di G, buatlah simpul v*
b)Untuk setiap sisi e di G, tariklah sisi e* yang memotong sisi e tersebut.
Sisi e* menghubungkan dua buah titik v1 * dan v2* yang berada dalam
wilayah R1 dan R2 yang dipisahkan oleh e di G.
Graf G* yang terbentuk dengan cara demikian disebut graf dual.

Contoh :

Gambar 21. Graf Dual

Pada gambar 21, digambarkan graf dual G* dari graf planar G dengan garis
putus - putus merah sebagai sisi dari graf dual G*.

8. Graf Euler (Eulerian Graph)


Graf euler adalah graf yang memiliki sirkuit euler. Sirkuit euler
adalah sirkuit yang melewati setiap sisinya tepat satu kali. Sedangkan graf
semi euler adalah graf yang memiliki lintasan euler. Lintasan euler adalah
lintasan yang melewati setiap sisi dalam graf tepat satu kali.
Contoh :

v1 e1 v2 v2 e2 v3
e1 e3
e8
e4 e5 v1 e9 v4
e2 e7 v5 e10
e6 e4
v4 v3 v6 v7
e3 e5
(a) (b)
32
Gambar 21. Graf Euler dan Graf Semi Euler

Pada gambar 21 di atas, graf (a) merupakan graf semi euler karena graf
tersebut memiliki lintasan euler yaitu lintasan (v4, e5, v2, e1, v1, e4, v4, e3, v3, e2,
v2). Graf (b) merupakan graf euler karena graf tersebut memiliki sirkuit euler
yaitu sirkuit ( v1, e1, v2, e2, v3, e3, v4, e4, v7, e10, v3, e9, v5, e11, v7, e5, v6, e12, v5, e8,
v2, e7, v6, e6, v1)

9. Graf Hamilton (Hamilton Graph)


Graf Hamilton adalah graf yang memiliki sirkuit hamilton. Sirkuit
Hamilton adalah sirkuit yang melalui tiap simpul dalam graf tepat satu kali,
kecuali simpul asal. Sedangkan Graf Semi Hamilton adalah Graf yang hanya
memiliki lintasan hamilton. Lintasan Hamilton adalah lintasan yang melalui
tiap simpul di dalam graf tepat satu kali.

Contoh :

v1 e1 v2 e1 v2
v1

e3 e4 e2 e4 e5 e2

v4 v3 v4 v3
e3
(a) (b)

Gambar 22. Graf Hamilton dan Graf Semi Hamilton

Pada gambar 22 di atas, graf (a) merupakan graf semi hamilton karena
graf tersebut memiliki lintasan hamilton yaitu lintasan (v3, e2, v2, e1, v1, e3, v4).
Graf (b) merupakan graf hamilton karena graf tersebut memiliki sirkuit
hamilton yaitu sirkuit ( v1, e1, v2, e2, v3, e3, v4, e4, v1).

33
F. RANGKUMAN
Graf G didefinisikan sebagai himpunan (V, E), dimana V merupakan
himpunan berhingga dan tidak kosong dari simpul – simpul (titik -
titik/vertice/notes) dan E merupakan himpunan sisi (edges/arc) yang
menghubungkan sepasang titik.
Dalam teori graf terdapat beberapa istilah yang sering digunakan,
diantaranya adalah ketetanggan (adjacency), bersisian(incidency), simpul
terpencil(isolated vertex), graf kosong(null graph), derajat(degree), lintasan(path),
sirkuit(circuit), terhubung(connected), pohon(tree), upagraf(subgraph),
komplemen upagraf, upagraf rentang(spanning subgraph) dan graf
berbobot(weighted graph).
Ada beberapa cara merepresentasikan graf. Tiga macam representasi graf
yang sering digunakan adalah dengan matriks ketetanggaan (adjacency matrix),
matriks bersisian (incidency matrix) dan dengan menggunakan senarai
ketetanggan (adjacency list).
Beberapa graf khusus yang sering dijumpai adalah graf lengkap
(completed graph), graf lingkaran, graf teratur (regular graph), graf bipartite
(bipartite graph), graf isomorfik, graf planar (planar graph) dan graf bidang (plane
graph), graf dual (dual graph), graf Euler dan graf Hamilton.

34
G. LATIHAN
Selesaikan soal - soal latihan berikut ini :

1. Gambarkan :
a.) sebuah graf sederhana
b.) sebuah graf tidak sederhana tanpa loop
c.) sebuah graf tidk sederhana tanpa sisi ganda
Masing - masingnya dengan lima buah simpul dan delapan buah rusuk.

2. Gambarkan dua buah graf dengan lima buah simpul yang isomorfik.

3. Tunjukkan bahwa derajat maksimum sembarang simpul pada graf sederhana


dengan n simpul adalah n - 1.

4. Gambarkan graf yang memiliki lintasan hamilton tetapi tidak memiliki sirkuit
hamilton.

5. Bila G adalah sebuah graf dengan empat simpul dengan derajat setiap
simpulnya (1, 2, 3, 4). Tuliskan jumlah sisi dala G dan gambarkan graf
tersebut.

6. Gambarkanlah :
a.) graf dengan lima simpul yang memiliki lintasan Euler dan sirkuit
hamilton.
b.) graf dengan lima simpul yang mempunyai sirkuit Euler namun tidak
mempunyai sirkuit Hamilton.
c.) graf dengan lima simpul yang tidak mempunyai sirkuit Euler namun
mempunyai sirkuit Hamilton.
d.) graf dengan lima simpul yang tidak mempunyai sirkuit Euler maupun
Hamilton.

7. Apakah K13 memiliki sirkuit Euler ataupun sirkuit Hamilton?


Bagaimana dengan K14 ?

8. Tuliskan matriks ketetanggan, matriks bersisian dan senarai ketetanggaan dari


graf berikut ini :

v2 e2 v3
e1 e3
e8
v1 e9 v4
e7 v5 e10
e6 e4
v6 v7
e5

35
9. Gambarkan graf yang memiliki matriks ketetanggan berikut ini :

v1 v2 v3 v4 v5
v1 0 1 1 2 0
v2 1 0 0 0 1

v3 1 0 0 1 1
v4 2 0 1 0 0


v5 0 1 1 0 0

10. Tunjukkan bahwa suatu graf planar terhubung dengan 6 simpul dan 12 buah
sisi, setiap wilayahnya (region) dibatasi oleh 3 buah sisi.

36
BAB IV
APLIKASI GRAF

A. PENDAHULUAN

Teori graf dapat diaplikasikan untuk menyelesaikan berbagai persoalan


yang ditemui di segala bidang dalam kehidupan ini. Graf digunakan sebagai alat
untuk mempresentasikan atau memodelkan persoalan - persoalan tersebut,
kemudian ditentukan solusi dari persoalan tersebut. Berikut ini diberikan
beberapa aplikasi graf dalam menentukan lintasan terpendek, persoalan pedagang
keliling, dan persoalan tukang pos.
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan mahasiswa mampu
mengaplikasikan teori graf untuk berbagai persoalan dalam kehidupan sehari -
hari terutama persoalan - persoalan seperti menentukan lintasan terpendek,
persoalan pedagang keliling dan persoalan tukang pos.

37
B. PERMASALAHAN LINTASAN TERPENDEK

Permasalahan menentukan lintasan terpendek (Shortest Path)


menggunakan graf berbobot (weighted graph). Bobot pada sisi tersebut dapat
menyatakan jarak, waktu, ongkos dan sebaginya. Dalam menentukan lintasan
terpendek dapat digunakan sebuah algoritma yang dikenal dengan nama
“algoritma Djikstra” sesuai dengan nama penemunya. Algoritma ini dapat
menentukan lintasan terpendek dari sebuah simpul ke semua simpul lainnya.

Algoritma Djikstra
Langkah - langkah algoritma Djikstra adalah sebagai berikut :
Langkah 0 (inisialisasi)
 Inisialisasi si = 0 dan di = mai untuk i = 1, 2, …, n

Langkah 1 :
 Isi sa dengan 1 (karena simpul a adalah simpul asal lintasan terpendek, jadi
sudah pasti terpilih)
 Isi da dengan ∞ (tidak lintasan terpendek dari simpul a ke a)

Langkah 2, 3, …, n-1:
 Cari j sedemikian sehingga sj = 0 dan dj = min{d1, d2, …,dn}
 Isi sj dengan 1
 Perbarui di untuk i = 1, 2, 3,…, n

Contoh :
45
v1 50 v2 10
v5
40 20 35
20 15
10 30

v3 15 v4 3 v6

Matriks ketetanggan M dari graf di atas adalah :


j = v1 v2 v3 v4 v5 v6
i = v1 0 50 10 40 45 ~
v2 ~ 0 15 ~ 10 ~
v3 20 ~ 0 15 ~ ~
v4 ~ 20 ~ 0 35 ~
v5 ~ ~ ~ 30 0 ~

38
v6 ~ ~ ~ 3 ~ 0

Perhitungan lintasan terpendek dari simpul a = v1 ke semua simpul


lainnya ditabulasikan sebagai berikut :

Simpul yang S D
Iterasi Lintasan
dipilih 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
Inisial - - 0 0 0 0 0 0 0 50 10 40 45 ~
(1, 2) (1, 3) (1, 4) (1, 5) (1, 6)
1 1 1 1 0 0 0 0 0 ~ 50 10 40 45 ~
(1, 2) (1, 3) (1, 4) (1, 5) (1, 6)
2 3 1, 3 1 0 1 0 0 0 ~ 50 10 25 45 ~
(1, 2) (1, 3) (1, 3, 4) (1, 5) (1, 6)
3 4 1, 3, 4 1 0 1 1 0 0 ~ 50 10 25 45 ~
(1, 2) (1, 3) (1, 3, 4) (1, 5) (1, 6)
4 2 1, 3, 4, 2 1 1 1 1 0 0 ~ 45 10 25 45 ~
(1, 3, 4, 2) (1, 3) (1, 3, 4) (1, 5) (1, 6)
5 5 1, 5 1 1 1 1 1 0 ~ 45 10 25 45 ~
(1, 3, 4, 2) (1, 3) (1, 3, 4) (1, 5) (1, 6)

Keterangan : angka - angka dalam tanda kurung menyatakan lintasn terpendek


dari v1 kesimpul tersebut.
Jadi, lintasan terpendek dari :
v1 ke v3 adalah v1, v3 dengan panjang lintasan 10
v1 ke v4 adalah v1.v3, v4 dengan panjang lintasan 25
v1 ke v2 adalah v1, v3, v4, v2 dengan panjang lintasan 45
v1 ke v5 adalah v1, v5 dengan panjang lintasan 45
v1 ke v6 tidak ada

C. PERMASALAHAN PERJALANAN PEDAGANG

Permasalahan perjalanan pedagang keliling (Travelling Salesperson


Problem) merupakan permasalahan seorang pedagang keliling. Pedagang tersebut
harus menyinggahi beberapa kota untuk menjual barang dagangannya. Pedagang
tersebut ingin menentukan rute yang harus ditempuhnya sehingga semua kota
dilewati tepat satu kali dengan jarak terpendek dan terakhir dia dapat kembali
kekota asalanya.
Jika kita gambarkan dalam graf, kota yang harus dituju dapat dinyatakan
sebagai simpul dan jalan yang harus dilalui adalah sisinya dengan jarak antar kota
tersebut sebagai bobot dari setiap sisi - sisinya. Persoalan pedagang keliling
tersebut merupakan aplikasi dari menentukan graf Hamilton dari suatu graf yang
memiliki bobot minimum.
Jika setiap simpul mempunyai sisi ke simpul yang lain, maka graf yang
merepresentasikannya adalah graf lengkap berbobot. Andaikan dimiliki
sembarang simpul sebanyak n - 1 buah sisi untuk dipilih dari simpul pertama, n -
2 sisi dari simpul kedua, n - 3 sisi dari simpul ke tiga dan seterusnya. Maka akan
diperoleh (n - 1)! pilihan yang independen. Karena tiap sirkuit Hamilton terhitung
dua kali, maka jumlah tersebut harus dibagi dengan dua, sehingga semuanya ada
(n  1)!/ 2 buah sirkuit Hamilton.

39
Jadi pada sembarang graf lengkap dengan n buah simpul (n > 2), jumlah
sirkuit Hamilton yang berbeda dapat ditentukan dengan rumus :

(n  1)!
H
2
Keterangan :
H = Jumlah Sirkuit Hamilton
n = jumlah sisi

v1 12 v2
9
10 5 8

v4 15 v3
Gambar 23. Graf lengkap dengan 4 simpul

Perhatikan graf lengkap dengan n = 4 simpul pada gambar 23 di atas. Graf


tersebut memiliki sirkuit Hamilton sebanyak :
(n  1)!
H
2
(4  1)!

2
3!

2
6
 3
2
Ada 3 sirkuit Hamilton yang dimiliki oleh graf tersebut, yaitu :
H1 = (v1, v2, v3, v4, v1) dengan panjang sirkuit = 10 + 12 + 8 + 15 = 45
H2 = (v1, v3, v4, v2, v1) dengan panjang sirkuit = 12 + 5 + 9 + 15 = 45
H3 = (v1, v4, v2, v3, v1) dengan panjang sirkuit = 12 + 5 + 9 + 15 = 45

Gambar sirkuit Hamiltonnya dapat dilihat pada gambar 24 berikut ini :

40
v1 12 v2 v1 12 v2

8 9
10 5

v4 15 v3 v4 15 v3
H1 H2

v1 v2
9
10 5 8

v4 v3
H3

Gambar 24. Tiga buah sirkuit Hamilton

Jadi, sirkuit Hamilton terpendek adalah H3 dengan panjang sirkuit 32. Ini
merupakan solusi dari permasalahan perjalanan pedagang keliling.

D. PERMASALAHAN TUKANG POS CINA

Permasalahan tukang pos Cina (Chinese Postman Problem) merupakan


permasalahan yang dialami oleh seorang tukang pos di Cina. Tukang pos harus
mengantarkan surat ke beberapa alamat disepanjang jalan di sebuah daerah.
Tukang pos tersebut harus merencanakan perjalanannya sehingga dia dapat
melewati setiap jalan tepat satu kali dan kembali ke tempat awalnya.
Permasalahan tukang pos China ini merupakan persoalan menentukan
sirkuit Euler di dalam graf. Jika peta perjalanan tukang pos mengantarkan surat
merupakan graf Euler maka sirkuit Eulernya dapat dengan mudah ditemukan.
Tetapi jika bukan graf Euler, maka yang dapat ditentukan hanya lintasan Euler
saja. Karena graf semi Euler memungkin memiliki beberapa lintasan Euler, maka
perlu ditentukan lintasan terpendek dari setiap lintasan Euler tersebut. Untuk
menentukan lintasan terpendek dapat digunakan algoritma Djikstra.

41
E. RANGKUMAN
Teori graf dapat diaplikasikan untuk menyelesaikan berbagai
permasalahan yang ditemui dalam kehidupan sehari - hari. Permasalahan lintasan
terpendek, pedagang keliling dan tukang pos merupakan beberapa contoh
permasalahan yang dapat diselesaikan dengan teori graf. Banyak permasalahan
lainnya yang dpat diselesaikan dengan cara yang sama dengan permasalahan di
atas ataupun dengan menggunakan teknik lainnya dalam teori graf.

42
F. LATIHAN
Selesaikan soal - soal di bawah ini :
1. Gunakan algoritma lintasan terpendek untuk menentukan lintasan terpendek
dari v1 ke v4 dari graf berbobot berikut :

v2 40 v3
8
30 6
v1 35 v4
19 v5 11
50 20
12 23
v6 10 v7

2. Tentukan juga lintasan terpendek dari v1 ke setiap simpul lainnya pada graf di
atas.
3. Pecahkan permasalahan pos Cina untuk graf berbobot berikut :

v1
6 10
4
v2 8 v3 v5
4 6
10
v4
4. Dalam sebuah pesta, sepuluh orang saling berjabat tangan. Tiap orang hanya
berjabat tangan satu kali dengan orang yang lainnya. Hitung jumlah jabat
tangan yang terjadi. (modelkan persoalan ini dalam graf).
5. Tiga pasang suami istri yang sedang menempuh perjalanan sampai kesebuah
sungai. Disana mereka menemukan sebuah perahu kecil yang hanya dapat
membawa tidak lebih dari dua orang setiap kali menyeberang. Penyeberangan
sungai dirumitkan oleh kenyataan bahwa para suami sangat pencemburu dan
tidak mau meninggalkan istri - istri mereka jika ada lelaki lain. Buatlah sebuah
graf untuk menunjukkan bagaimana penyeberangan itu dapat dilakukan.

43
DAFTAR PUSTAKA

C. L. Liu. 1995. Dasar - Dasar Matematika Diskrit. Gramedia Pustaka Utama.


Jakarta.

Ferlan, Kevin. 2009. Discrete Mathematics and Intoduction to Proof and


Combinatorics. Houghton Mifflin Company. New York.

Grimaldi, Ralph P. 2004. Discrete And Combinatorial Mathematics. Pearson


Education Inc.USA.

Gallier, Jean. 2017. Discrete Mathematics Second Edition In Progress. Springer.


New York.

Lipschuzt, Seymour dan Lipson, Marc Lars. 2007. Scahum’s Outline of Theory
and Problems Of Discrete Mathematics. Mc Graw-Hill. New York.

Rosen, Kenneth. H. 2012. Discrete Mathematics and Its Aplications. 7th Edition.
Mc. Graw-Hill. New York.

Rinaldi Munir. 2001. Matematika Diskrit. Penerbit Informatika Bandung.


Bandung.

Wilson, Robin. J. 2010. Pengantar Teori Graf. Edisi ke Lima. Penerbit Erlangga.
Jakarta.

44

Anda mungkin juga menyukai