FUNGSI PEMBANGKIT
A. PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan diperkenalkan sebuah topik penting dalam
kombinatorik yang disebut fungsi pembangkit. Metode fungsi pembangkit ini
berakar dari karya De Merve tahun 1720 dan dikembangkan oleh Euler pada
tahun 1748 untuk memecahkan masalah partisi. Pada awal abad 19 secara intensif
digunakan oleh Laplace dalam teori probabilitas.
Sebelum mempelajari topik ini, diharapkan mahasiswa telah memahami
konsep - konsep kombinatorika terlebih dahulu. Pada bab ini akan dibahas
mengenai deret kuasa dan fungsi pembangkit. Setelah mempelajari bab ini,
diharapkan mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan tentang deret kuasa.
2. Menjelaskan tentang fungsi pembangkit
3. Menentukan barisa jika diketahui fungsi pembangkitnya
4. Menentukan fungsi pembangkit jika diketahui barisan bilangannya
2
B. DERET KUASA
Sebelum membahas fungsi pembangkit, perlu diperkenalkan beberapa
~
deret kuasa penting. Deret tak hingga yang berbentuk a x
n 0
n
n
disebut deret kuasa.
Catt:
Bila ada bilangan positif R sedemikian sehingga deret kuasa ini konvergen
untuk setiap x dengan x R maka R disebut radius kekonvergenan.
Adakalanya suatu deret kuasa tidak konvergen untuk semua nilai x (x ≠ 0).
Deret tersebut dikatakan divergen.
1 1
f 0 f ' 0 x f '' 0 x 2 f ''' 0 x 3 ...
2! 3!
Dari rumus di atas diperoleh beberapa deret kuasa berikut ini :
1 n 1 1
1.) e x x 1 x x 2 x3 ... untuk x 1
n 0 n ! 2! 3!
1
2.)
1 x
x
n 0
n
1 x x 2 x3 ... untuk x 1
1
3.) nx n 1
1 2 x 3x 2 4 x 4 ... untuk x 1
1 x
2
n 0
k 0 k
n 0 n ! 2! 3!
3
1 1 1
2.) e( x ) ( x) n 1 ( x) x x ...
2 3
n 0 n ! 2! 3!
e x e x x2 x4 x6
3.) 1 ...
2 2! 4! 6!
e x e x x3 x5 x 7
4.) x ...
2 3! 5! 7!
1
2 x 1 (2 x) (2 x) 2 ...
n
5.)
1 2 x n 0
a0 a1 x a2 x 2 a3 x 3 ...
1 (1) x 2!1 x 2 3!1 x3 ...
1 x ...
x2
2!
x3
3!
ex
4
P ( x ) an xn
n!
n 0
a0 a1 x a2 x2
2! a3 x3
3! ...
1 (1) x 1 x2! 1 x3! ...
2 3
1 x ...
x2
2!
x3
3!
ex
B( x) an x n
n 0
Maka
A( x) B( x) an bn x n
n 0 ………………… (*)
Dan
A( x) B( x) ak bn k x n
n 0 k 0 .……………… (**)
k 0
Cn a bk nk
Apabila (an), (bn) dan (cn) adalah barisan sedmikian sehingga
maka dikatakan cn adalah konvolusi dari (an) dan (bn) yang ditulis (cn) = (an) .
(bn).
Contoh :
Cari barisan (cn) dengan fungsi pembangkit biasa
x5 x 6
P( x)
1 x
Penyelesaian :
x5 x 6
x5 x 6 1 x cn x n
1
P( x)
1 x n 0
5
(an) = (0, 0, 0, 0, 0, 1, 1, 0, 0,…)
-1
(1 - x) adalah fungsi pembangkit biasa dari barisan
(bn) = (1, 1, 1, 1, …, 1, …)
Sehingga dari persamaan (**), diperoleh
Cn a b
k 0
k nk
n
ak
k 0 karena bi = 1 untuk setiap i
Dengan demikian,
(cn) = (0, 0, 0, 0, 0, 1, 2, 2, …, 2, …)
6
D. RANGKUMAN
Misal (an ) (a0 , a1 , a2 ,...) adalah suatu barisan.
Fungsi pembangkit biasa dari barisan (an ) didefinisikan sebagai berikut :
P(x) = a x
n 0
n
n
a0 a1 x a2 x 2 a3 x 3 ...
7
E. LATIHAN
1. Tulis fungsi pembangkit biasa dari barisan - barisan berikut, dan sederhanakan
jika mungkin :
a.) (0, 0, 0, 1, 1, 1, 1,…)
b.) (0, 0, 1/2!, 1/3!, 1/4!, …)
c.) (1/3!, 1/4!, 1/5!, …)
d.) (0, 1, 0, 1, 0, 1, …)
e.) (1, -1, 1/2!, 1/3!, 1/4!, -1/5!, …)
3. P(x) adalah fungsi pembangkit biasa dari barisan (an). Cari barisan (an).
1
a.) P( x) 1
1 x
x5
P( x)
b.) 1 8x
2
P( x) 3x 2 6 x 1
c.) 1 x
1 4x
P( x )
d.) 1 3x 1 x
e.) P(x) = 2x +e-x
f.) P(x) = ½ (ex + e-x)
8
BAB II
RELASI REKURSIF
A. PENDAHULUAN
Relasi rekursif menghubungkan suatu unsur dengan unsur sebelumnya
dalam sebuah barisan. Relasi rekursif dapat menyelesaikan berbagai persoalan
dalam matematika. Persoalan - persoalan tersebut di modelkan terlebih dahulu
kedalam bentuk relasi rekursif, kemudian ditentukan solusinya.
Bab ini dimulai dengan definisi relasi rekursif itu sendiri, kemudian
menentukan solusi dari relasi rekursif tersebut. Ada beberapa cara yang dapat
ditempuh dalam menentukan relasi rekursif, yaitu dengan menggunakan akar
persamaan karakteristik, dengan menggunakan fungsi pembangkit biasa dan
dengan menggunakan fungsi pembangkit eksponensial.
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan mahasiswa mampu :
1. menentukan model relasi rekursif dari suatu persoalan
2. Menentukan solusi relasi rekursif dengan akar persamaan karakteristik.
3. Menentukan solusi relasi rekursif dengan fungsi pembangkit biasa
4. Menentukan solusi relasi rekursif dengan fungsi pembangkit
eksponensial
9
B. DEFINISI RELASI REKURSIF
Relasi rekursif mengaitkan unsur ke-n dari sebuah barisan dengan unsur
sebelumnya. Banyak permasalahan dalam matematika, khususnya kombinatorik
yang dapat dimodelkan ke dalam bentuk relasi rekursif. Sebagai ilustrasi, ikuti
uraian berikut ini :
Contoh :
Perhatikan barisan bilangan Fibonacci berikut : (1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34, 55,
…). Misalkan Fn menyatakan suku ke-n dari barisan tersebut. Perhatikan bahwa
untuk n 3 , suku ke-n dari barisan tersebut adalah jumlah dua suku berurutan
persis di depannya. Sehingga relasi rekursif untuk Fn dapat ditulis sebagai berikut
F1 = F2 = 1, Fn = Fn-1 + Fn-2, n 3
Dalam relasi ini terdapat dua kondisi awal, yaitu F1 = 1 dan F2 = 1.
10
Jika g1 (n) dan g 2 (n) berturut – turut adalah solusi dari
an c1 an 1 c2 an 2 ... ck an k f1 (n)
Dan
an c1 an 1 c2 an 2 ... ck an k f 2 (n)
a0 C1 x10 C2 x20
2 = C1(2)0 + C2(-1)0
2 = C1 - C2 ………………………………. . (**)
C1 = 2 - C2
C1 = 2 - (-1)
C1 = 3
Solusi Umum :
an C1 x1n C2 x2n
an = 3(2)n + (-1)(-1)n
an = 3(2)n + (-1)n+1
Catatan :
Jika akar karekteristik dari persamaan adalah akar ganda (x1 = x2 = x3 = … )
maka an = (K1n (n-1) + K2n(n-2) + … + Kn ) xn
12
Menentukan Solusi Relasi Rekursif Dengan Fungsi Pembangkit
Cara lain untuk menyelesaikan relasi rekursif adalah dengan
menggunakan fungsi pembangkit, baik fungsi pembangkit biasa ataupun dengan
fungsi pembangkit eksponensial.
Contoh :
Gunakan fungsi pembangkit biasa untuk menyelesaikan relasi rekursif berikut ini
:
a0 1, a1 3, an 2an1 4n1 , n 2
Penyelesaian :
Misal P(x) fungsi pembangkit biasa dari barisan (an).
Maka
P( x) an x n
n 0
an 2an1 4n1
Kalikan kedua ruas dengan x n dan jumlahkan dari n = 2 sampai n = ~
Sehingga :
a x 2a
n2
n
n
n2
n 1 4n 1 x n
Ekivalen dengan
a x
n2
n
n
2 an 1 x n 4n 1 x n
n2 n2
…………………… (*)
a x a x
n2
n
n
n 0
n
n
a0 a1 x
P( x) 1 3x
13
Dari suku pertama ruas kanan persamaan (*) :
2 an 1 x n 2 x an 1 x n 1
n2 n2
2 x an 1 x n 1 a0
n 1
2 x P( x) 1
Dari suku kedua ruas kanan persamaan (*) :
4
n2
n 1
x n x 4n 1 x n 1
n2
x 4 x 1
n 1
n 1
1
x 1
1 4x
x
x
1 4x
Sehingga persamaan (*) menjadi :
x
P( x) 1 3x 2 xP( x) 2 x x
1 4x
Ekivalen dengan :
1 3x
P( x)
1 4 x 1 2 x
Karena
1 3x 1/ 2 1/ 2
1 4 x 1 2 x 1 4 x 1 2 x
1 1 1
P( x)
2 1 4x 1 2x
1 n
4x 2x
n
2 n 0 n 0
4 2 x
1 n n n
n 0 2
Maka solusi umum :
an 12 4n 2n
14
diselesaikan dengan fungsi pembangkit eksponensial daripada fungsi pembangkit
biasa. Langkah - langkah yang dapat dilakukan dalam menentukan solusi dari
relasi rekursif dengan fungsi pembangkit eksponensial adalah sebagai berikut :
Misalkan P(x) fungsi pembangkit eksponensial dari barisan (an) dengan
n ≥ k.
n
Kalikan kedua ruas dengan dan x /n! jumlahkan dari n = k smpai n = ~
Jabarkan setiap ruas persamaan kemudian dirobah kedalam bentuk
fungsi pembangkit eksponensial dan sederhanakan jika mungkin.
Contoh :
Tentukan solusi dari relasi rekursif berikut ini dengan menngunakan fungsi
pembangkit eksponensial :
a0 = 1, an = nan-1 + (-1)n, n ≥ 1
Penyelesaian :
Misalkan P(x) fungsi pembangkit eksponensial dari barisan (an).
xn
P ( x ) an
n 0 n!
an = nan-1 + (-1)n
Kalikan kedua ruas dengan dan xn/n! jumlahkan dari n = k smpai n = ~
Sehingga :
n
n x
n 1
a xn
n n!
n 1
na n 1 ( 1)
n!
n n
x n x
n 1
a xn
n n! n 1
na n 1
n! n 1
( 1)
n! …………………. (*)
Dari sebelah kiri persamaan (*)
an
n 1
xn
n! an
n 0
xn
n! a0 x0
0!
P( x) 1
Dari suku pertama sebelah kanan persamaan (*) :
xn
x n 1
nan1
n 1 n!
x nan 1
n 1 n(n 1)!
x n 1
x an 1
n 1 (n 1)!
xP ( x)
Dari suku kedua sebelah kanan persamaan (*) :
15
xn
( x) n
n 1
(1)
n
n! n 1 n!
( x) n ( x) n
a0
n 0 n! 0!
( x) n
1
n 0 n !
ex 1
Sehingga persamaan (*) dapat ditulis sebagai berikut :
P( x) 1 xP( x) e x 1
P( x) xP( x) e x 1 1
P( x)(1 x) e x
e x
P( x)
(1 x)
( x) n 1
karena e x dan xn
n 0 n! 1 x n 0
Maka
( x) n n
P( x) x
n 0 n! n 0
n (1) k n
x (rumus konvolusi)
n 0 k 0 k!
n
(1) k x n
n!
n 0 k 0 k! n!
Dengan demikian :
n
(1) k
an n!
k 0 k!
1 1 1 1
n!1 ... (1) n
1! 2! 3! n!
16
D. RANGKUMAN
Relasi rekursif mengaitkan unsur ke-n dari sebuah barisan dengan unsur
sebelumnya. Solusi relasi rekursif dapat ditentukan dengan berbagai cara,
diantaranya dengan menggunakan akar karakteristik, dengan menggunakan
fungsi pembangkit biasa dan fungsi pembangkit eksponensial.
17
E. LATIHAN
1. Selesaikan relasi rekursif berikut ini dengan menggunakan metode akar
karakteristik :
a.) a1 = a2 = 1 ; an = an-1 + an-2, n ≥ 3
b.) a0 = 0 ; a1 = -1 ; an = 7an-1 - 12 an-2, n ≥ 2
c.) a0 = a1 = 1 ; an = 2an-1 + 3an-2, n ≥ 2
d.) a1 = 2 ; a2 = 6 ; an - 4an-1 + 4an-2 = 0, n ≥ 3
e.) a0 = 0 ; a1 = 1 ; a2 = 2 ; an = 9an-1 - 15an-2 + 7an-3, n ≥ 3
18
BAB III
TEORI GRAF
A. PENDAHULUAN
Graf digunakan untuk mempresentasikan objek - objek diskrit dan
hubungan antara objek - objek tersebut. Banyak terapan teori graf yang dapat
digunakan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan dalam kehidupan nyata
sampai saat ini.
Pada bab ini dibahas tentang definisi graf dan terminologinya, jenis -
jenis graf, representasi graf dan beberapa graf khusus. Setelah mempelajari bab
ini, diharapkan mahasiswa mampu :
1. menjelaskan definisi graf dan terminologinya
2. Menjelaskan jenis - jenis graf
3. Merepresentasikan graf
4. Menjelaskan beberapa graf khusus.
19
B. DEFINISI DAN TERMINOLOGI GRAF
Definisi Graf :
e8
v4
e3
e4 v6
e1 e2 e5 v7
v1
v2 v3
e6
v5 e9
e7
Gambar 1. Graf G
Terminologi Graf
2. Bersisian (Incidency)
Untuk sebarang sisi e = (vj, vk) dikatakan
sisi e bersisian dengan simpul vj , atau
sisi e bersisian dengan simpul vk
Contoh :
Pada graf G (gambar 1) terlihat :
Sisi e1 = (v1, v2) bersisian dengan simpul v1 dan v2.
Sisi e5 = (v4, v5) bersisian dengan simpul v4 dan v5
Sisi e8 = (v2, v7) bersisian dengan simpul v2 dan v7
Contoh :
v8
v4
e2
e3 e4 v6 e7
e1 v7
v1
v2 v3
e6
v5 e8
e5
Gambar 2. Graf G1
Pada graf G2 (gambar 2) di atas simpul v8 adalah simpul terpencil.
4. Graf Kosong
Graf kosong adalah graf yang himpunan sisinya merupakan himpunan kosong,
tetapi simpulnya harus ada, minimal satu. Graf kosong disebut juga null graph
atau empty graph.
Contoh :
Vv1
Vv2
Vv3
Vv4
Gambar 3. Graf G2 21
5. Derajat (degree)
Derajat suatu simpul adalah jumlah sisi yang bersisian dengan simpul tersebut.
Notasi : d(v)
Contoh :
Pada graf G1 (gambar 2) : d(v1) = 1
d(v4) = 3
d(v8) = 0
Simpul yang memiliki gelung dihitung mempunyai dua buah sisi yang bersisian
dengannya karena gelung direpresentasikan sebagai (v, v) dan simpul v
bersisian dua kali pada sisi (v, v).
Jadi pada graf G1 di atas d(v7) = 3
6. Lintasan (Path)
Lintasan dari titik vi ke vj dalam suatu graf adalah serangkaian simpul - simpul
dan sisi - sisi yang saling bergantian. Titik dan sisi yang dilalui dalam lintasan
boleh berulang.
Ada beberapa jenis lintasan :
Lintasan Sederhana (Simple Path)
Lintasan sederhana adalah lintasan dengan semua sisi yang dilalui hanya
satu kali.
Lintasan Elementer (Elementary Path)
Lintasan elementer adalah lintasan dengan semua simpul yang dilalui
hanya satu kali kecuali simpul awal dan simpul akhir.
Lintasan Tertutup (Closed Path)
Lintasan tertutup adalah lintasan yang berawal dan berakhir pada simpul
yang sama.
Lintasan Terbuka (Open Path)
Lintasan terbuka adalah llintasan yang berawal dan berakhir pada simpul
yang tidak sama.
Contoh :
Dari graf G (gambar 1) di atas :
Lintasan : lintasan v1, e1, v2, e2, v3, e4, v4
Lintasan sederhana : lintasan v1, e1, v2, e2, v3, e3, v4
Lintasan elementer : lintasan v1, e1, v2, e2, v3, e3, v4
Lintasan tertutup : lintasan v3, e3, v4, e5, v5, e6, v6, e7, v3
Lintasan terbuka : lintasan v1, e1, v2, e2, v3, e4, v4
Panjang lintasan adalah jumlah sisi dalam lintasan tersebut.
7. Sirkuit (circuit)
Sirkuit adalah lintasan elementer dengan simpul pertama dan terakhir sama.
Sirkuit disebut juga dengan siklus (cycle).
Contoh dari graf G (gambar 1) : sirkuit v3, e3, v4, e5, v5, e6, v6, e7, v3
Sirkuit sederhana adalah sirkuit dengan semua sisi yang dilalui hanya satu kali.
Contoh dari graf G (gambar 1) : sirkuit v3, e3, v4, e5, v5, e6, v6, e7, v3
22
8. Terhubung (Connected)
Dua buah simpul vi dan vj disebut terhubung jika terdapat lintasan dari vi ke vj.
Graf tak berarah G dikatakan graf terhubung (connected graph) jika untuk
setiap pasang simpul vi dan vj dalam himpunan V terdapat lintasan dari vi ke vj
begitu juga dari vj ke vi.
Contoh :
Vv1 Vv6
Vv1
Vv3
Vv2 Vv5
v7
Vv2 Vv4
Vv3
Gambar 4. Graf G3 Gambar 5. Graf G4
9. Pohon (Tree)
Pohon adalah graf terhubung yang tidak mempunyai sirkuit.
Contoh :
v2
v1
v5 v3
v4
Gambar 6. Graf G5 (Pohon)
23
Contoh :
v1
v1 v1
v2 v5
v2 v2 v5
v3
v3
v4
v4 v4
(a) (b) (c)
Contoh :
v1
v1
v2 v5
v2 v5
v3
v3
v4
(a) (b) v4
24
Contoh :
v1
5 8
v2 v5
13 26
11
16
v3
15
v4
Gambar 9. Graf Berbobot
e5 e8 e7 e2
e3 v3
v5 e4 v4
Gambar 10. Graf Sederhana
2. Graf Tak Sederhana (Unsimple Graph)
Graf tak sederhana (Unsimple Graph) adalah graf yang mengandung
sisi ganda atau gelung.
Ada dua macam graf sederhana, yaitu :
a.) Graf Ganda (multigraph)
Graf ganda (multigraph) adalah graf yang mengandung sisi
ganda.
b.) Graf Semu (Pseudograph)
Graf semu (Pseudograph) adalah graf yang mengandung gelung
(termasuk jika graf tersebut memiliki sisi ganda).
Contoh :
v1 e1 v2 v1 e1 v2
e5 e2 e5 e7 e2
e6 e3 e3
v4
v4 e4 v3 e4 v3 25
e6
Contoh :
v1 e1 v2
e5 e2
e6 e3
v4 e4 v3
(a) (b)
Berdasarkan orientasi arah pada sisi maka graf dapat dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu :
a.) Graf Tak Berarah (undirected Graph)
Graf tak berarah (undirected graph) adalah graf yang sisinya tidak memiliki
orientasi arah. Pada graf tak berarah, urutan pasangan simpul yang
dihubungkan oleh sisi tidak diperhatikan. Jadi (vi,vj) = (vj, vi).
b.) Graf Berarah (Directed Graph)
Graf berarah (directed graph) adalah graf yang sisinyan memiliki orientasi
arah. Sisi berarah disebut juga dengan busur (arc). Pada graf berarah (vi,vj) ≠
(vj, vi). Pada busur (vi,vj), simpul vi disebut simpul asal(simpul awal/initial
vertex) dan simpul vj disebut simpul akhir (terminal vertex).
Contoh :
v1 e1 v2
v1 e1 v2
e5 e2
e3 e5 e2
e3
v4 e4 v3
v4 e4 v3
(a) (b)
Gambar 13. (a). Graf Tak Berarah (b). Graf Berarah
26
D. REPRESENTASI GRAF
Terdapat beberapa representasi yang mungkin dari graf, diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Matriks Ketetanggan (Adjacency Matrix)
Misalkan G = (V, E) adalah graf dengan n simpul, n ≥ 1. Matriks
ketetanggan G adalah matriks dwimatra yang berukuran n × n. Jika matriks
tersebut dinamakan A = [aij], maka
1, jika simpul i dan j bertetangg a
aij
0, jika simpul i dan j tidak bertetangg a
Untuk graf yang memiliki sisi ganda elemen aij pada matriks ketetanggan sama
dengan jumlah sisi yang berasosiasi dengan (vi, vj). Untuk graf berbobot, aij
menyatakan bobot tiap sisi yang menghubungkan simpul i dengan simpul j.
Contoh :
v1 e4 v1 v2 v3 v4
e1 e3 v3 e8 v1 0 1 2 0
v2 e2 e6 v2 1 0 1 1
e5
e7 v3 2 1 1 2
v4 v4 0
1 2 0
27
3. Senarai Ketetanggaan (Adjacency List)
Senarai ketetanggan mengenumerasi simpul - simpul yang bertetangga
dengan setiap simpul di dalam graf.
Contoh :
Dari graf pada gambar 14 di atas, senarai ketetanggannya adalah :
Simpul Simpul Tetangga
v1 v2, v3
v2 v1, v4
v3 v1, v4
v4 v2, v3
K2 K3 K4
2. Graf Lingkaran
Graf lingkaran adalah graf sederhana yang setiap simpulnya berderajat
dua. Graf lingkaran dengan n simpul dilambangkan Cn..
28
Contoh :
C3 C4 C5
Gambar 16. Graf Lingkaran
v1 v2
29
5. Graf Isomorfik (Isomorphic Graph)
Dua buah graf dikatakan saling isomorfik jika dua buah graf yang sama
tetapi secara geometri terlihat berbeda. Matriks ketetanggaan dua buah graf
yang isomorfik adalah sama.
Contoh :
G1
G2
Dari gambar 18 di atas, graf G1 dan G2 saling isomorfik
Gambar 18. Graf Isomorfik
Contoh :
(a) (b)
Gambar 19. Graf Planar dan Graf Bidang
Pada gambar 19 di atas, kedua graf merupakan graf planar, tetapi graf
(a) bukan graf bidang sedangkan graf (b) adalah graf bidang. Sisi - sisi pada
graf planar membagi bidang menjadi beberapa wilayah (region). Jumlah
wilayah pada graf planar tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus
Euler berikut :
f=e–n+2
Dengan f = jumlah wilayah
e = jumlah sisi
n = jumlah titik
30
Contoh :
R4
R1
R3
R2
Teorema Kuratoswki
Teorema Kuratoswki
Graf G bersifat planar jika dan hanya jika ia tidak mengandung subgraf
yang sama dengan salah satu graf Kuratoswki atau homeomorfik dengan
salah satu dari keduanya.
Dual graf G1 dan G2 dikatakan homeomorfik jika salah satu dari kedua
graf dapat diperoleh dari graf yang lain dengan cara membuang/menyisipkan
secara berulang-ulang simpul berderajat 2.
31
7. Graf Dual (Dual Graph)
Misalkan ada sebuah graf planar G yang direpresentasikan sebagai graf
bidang. Dari graf G dapat dibuat suatu graf G* yang secara geometri
merupakan dual dari graf planar tersebut dengan cara berikut :
a) Pada setiap wilayah di G, buatlah simpul v*
b)Untuk setiap sisi e di G, tariklah sisi e* yang memotong sisi e tersebut.
Sisi e* menghubungkan dua buah titik v1 * dan v2* yang berada dalam
wilayah R1 dan R2 yang dipisahkan oleh e di G.
Graf G* yang terbentuk dengan cara demikian disebut graf dual.
Contoh :
Pada gambar 21, digambarkan graf dual G* dari graf planar G dengan garis
putus - putus merah sebagai sisi dari graf dual G*.
v1 e1 v2 v2 e2 v3
e1 e3
e8
e4 e5 v1 e9 v4
e2 e7 v5 e10
e6 e4
v4 v3 v6 v7
e3 e5
(a) (b)
32
Gambar 21. Graf Euler dan Graf Semi Euler
Pada gambar 21 di atas, graf (a) merupakan graf semi euler karena graf
tersebut memiliki lintasan euler yaitu lintasan (v4, e5, v2, e1, v1, e4, v4, e3, v3, e2,
v2). Graf (b) merupakan graf euler karena graf tersebut memiliki sirkuit euler
yaitu sirkuit ( v1, e1, v2, e2, v3, e3, v4, e4, v7, e10, v3, e9, v5, e11, v7, e5, v6, e12, v5, e8,
v2, e7, v6, e6, v1)
Contoh :
v1 e1 v2 e1 v2
v1
e3 e4 e2 e4 e5 e2
v4 v3 v4 v3
e3
(a) (b)
Pada gambar 22 di atas, graf (a) merupakan graf semi hamilton karena
graf tersebut memiliki lintasan hamilton yaitu lintasan (v3, e2, v2, e1, v1, e3, v4).
Graf (b) merupakan graf hamilton karena graf tersebut memiliki sirkuit
hamilton yaitu sirkuit ( v1, e1, v2, e2, v3, e3, v4, e4, v1).
33
F. RANGKUMAN
Graf G didefinisikan sebagai himpunan (V, E), dimana V merupakan
himpunan berhingga dan tidak kosong dari simpul – simpul (titik -
titik/vertice/notes) dan E merupakan himpunan sisi (edges/arc) yang
menghubungkan sepasang titik.
Dalam teori graf terdapat beberapa istilah yang sering digunakan,
diantaranya adalah ketetanggan (adjacency), bersisian(incidency), simpul
terpencil(isolated vertex), graf kosong(null graph), derajat(degree), lintasan(path),
sirkuit(circuit), terhubung(connected), pohon(tree), upagraf(subgraph),
komplemen upagraf, upagraf rentang(spanning subgraph) dan graf
berbobot(weighted graph).
Ada beberapa cara merepresentasikan graf. Tiga macam representasi graf
yang sering digunakan adalah dengan matriks ketetanggaan (adjacency matrix),
matriks bersisian (incidency matrix) dan dengan menggunakan senarai
ketetanggan (adjacency list).
Beberapa graf khusus yang sering dijumpai adalah graf lengkap
(completed graph), graf lingkaran, graf teratur (regular graph), graf bipartite
(bipartite graph), graf isomorfik, graf planar (planar graph) dan graf bidang (plane
graph), graf dual (dual graph), graf Euler dan graf Hamilton.
34
G. LATIHAN
Selesaikan soal - soal latihan berikut ini :
1. Gambarkan :
a.) sebuah graf sederhana
b.) sebuah graf tidak sederhana tanpa loop
c.) sebuah graf tidk sederhana tanpa sisi ganda
Masing - masingnya dengan lima buah simpul dan delapan buah rusuk.
2. Gambarkan dua buah graf dengan lima buah simpul yang isomorfik.
4. Gambarkan graf yang memiliki lintasan hamilton tetapi tidak memiliki sirkuit
hamilton.
5. Bila G adalah sebuah graf dengan empat simpul dengan derajat setiap
simpulnya (1, 2, 3, 4). Tuliskan jumlah sisi dala G dan gambarkan graf
tersebut.
6. Gambarkanlah :
a.) graf dengan lima simpul yang memiliki lintasan Euler dan sirkuit
hamilton.
b.) graf dengan lima simpul yang mempunyai sirkuit Euler namun tidak
mempunyai sirkuit Hamilton.
c.) graf dengan lima simpul yang tidak mempunyai sirkuit Euler namun
mempunyai sirkuit Hamilton.
d.) graf dengan lima simpul yang tidak mempunyai sirkuit Euler maupun
Hamilton.
v2 e2 v3
e1 e3
e8
v1 e9 v4
e7 v5 e10
e6 e4
v6 v7
e5
35
9. Gambarkan graf yang memiliki matriks ketetanggan berikut ini :
v1 v2 v3 v4 v5
v1 0 1 1 2 0
v2 1 0 0 0 1
v3 1 0 0 1 1
v4 2 0 1 0 0
v5 0 1 1 0 0
10. Tunjukkan bahwa suatu graf planar terhubung dengan 6 simpul dan 12 buah
sisi, setiap wilayahnya (region) dibatasi oleh 3 buah sisi.
36
BAB IV
APLIKASI GRAF
A. PENDAHULUAN
37
B. PERMASALAHAN LINTASAN TERPENDEK
Algoritma Djikstra
Langkah - langkah algoritma Djikstra adalah sebagai berikut :
Langkah 0 (inisialisasi)
Inisialisasi si = 0 dan di = mai untuk i = 1, 2, …, n
Langkah 1 :
Isi sa dengan 1 (karena simpul a adalah simpul asal lintasan terpendek, jadi
sudah pasti terpilih)
Isi da dengan ∞ (tidak lintasan terpendek dari simpul a ke a)
Langkah 2, 3, …, n-1:
Cari j sedemikian sehingga sj = 0 dan dj = min{d1, d2, …,dn}
Isi sj dengan 1
Perbarui di untuk i = 1, 2, 3,…, n
Contoh :
45
v1 50 v2 10
v5
40 20 35
20 15
10 30
v3 15 v4 3 v6
38
v6 ~ ~ ~ 3 ~ 0
Simpul yang S D
Iterasi Lintasan
dipilih 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
Inisial - - 0 0 0 0 0 0 0 50 10 40 45 ~
(1, 2) (1, 3) (1, 4) (1, 5) (1, 6)
1 1 1 1 0 0 0 0 0 ~ 50 10 40 45 ~
(1, 2) (1, 3) (1, 4) (1, 5) (1, 6)
2 3 1, 3 1 0 1 0 0 0 ~ 50 10 25 45 ~
(1, 2) (1, 3) (1, 3, 4) (1, 5) (1, 6)
3 4 1, 3, 4 1 0 1 1 0 0 ~ 50 10 25 45 ~
(1, 2) (1, 3) (1, 3, 4) (1, 5) (1, 6)
4 2 1, 3, 4, 2 1 1 1 1 0 0 ~ 45 10 25 45 ~
(1, 3, 4, 2) (1, 3) (1, 3, 4) (1, 5) (1, 6)
5 5 1, 5 1 1 1 1 1 0 ~ 45 10 25 45 ~
(1, 3, 4, 2) (1, 3) (1, 3, 4) (1, 5) (1, 6)
39
Jadi pada sembarang graf lengkap dengan n buah simpul (n > 2), jumlah
sirkuit Hamilton yang berbeda dapat ditentukan dengan rumus :
(n 1)!
H
2
Keterangan :
H = Jumlah Sirkuit Hamilton
n = jumlah sisi
v1 12 v2
9
10 5 8
v4 15 v3
Gambar 23. Graf lengkap dengan 4 simpul
40
v1 12 v2 v1 12 v2
8 9
10 5
v4 15 v3 v4 15 v3
H1 H2
v1 v2
9
10 5 8
v4 v3
H3
Jadi, sirkuit Hamilton terpendek adalah H3 dengan panjang sirkuit 32. Ini
merupakan solusi dari permasalahan perjalanan pedagang keliling.
41
E. RANGKUMAN
Teori graf dapat diaplikasikan untuk menyelesaikan berbagai
permasalahan yang ditemui dalam kehidupan sehari - hari. Permasalahan lintasan
terpendek, pedagang keliling dan tukang pos merupakan beberapa contoh
permasalahan yang dapat diselesaikan dengan teori graf. Banyak permasalahan
lainnya yang dpat diselesaikan dengan cara yang sama dengan permasalahan di
atas ataupun dengan menggunakan teknik lainnya dalam teori graf.
42
F. LATIHAN
Selesaikan soal - soal di bawah ini :
1. Gunakan algoritma lintasan terpendek untuk menentukan lintasan terpendek
dari v1 ke v4 dari graf berbobot berikut :
v2 40 v3
8
30 6
v1 35 v4
19 v5 11
50 20
12 23
v6 10 v7
2. Tentukan juga lintasan terpendek dari v1 ke setiap simpul lainnya pada graf di
atas.
3. Pecahkan permasalahan pos Cina untuk graf berbobot berikut :
v1
6 10
4
v2 8 v3 v5
4 6
10
v4
4. Dalam sebuah pesta, sepuluh orang saling berjabat tangan. Tiap orang hanya
berjabat tangan satu kali dengan orang yang lainnya. Hitung jumlah jabat
tangan yang terjadi. (modelkan persoalan ini dalam graf).
5. Tiga pasang suami istri yang sedang menempuh perjalanan sampai kesebuah
sungai. Disana mereka menemukan sebuah perahu kecil yang hanya dapat
membawa tidak lebih dari dua orang setiap kali menyeberang. Penyeberangan
sungai dirumitkan oleh kenyataan bahwa para suami sangat pencemburu dan
tidak mau meninggalkan istri - istri mereka jika ada lelaki lain. Buatlah sebuah
graf untuk menunjukkan bagaimana penyeberangan itu dapat dilakukan.
43
DAFTAR PUSTAKA
Lipschuzt, Seymour dan Lipson, Marc Lars. 2007. Scahum’s Outline of Theory
and Problems Of Discrete Mathematics. Mc Graw-Hill. New York.
Rosen, Kenneth. H. 2012. Discrete Mathematics and Its Aplications. 7th Edition.
Mc. Graw-Hill. New York.
Wilson, Robin. J. 2010. Pengantar Teori Graf. Edisi ke Lima. Penerbit Erlangga.
Jakarta.
44