DEFINITION OF GENERATING FUNCTION

AND POWER SERIES

A SRI MARDIYANTI SYAM (1111040156)

FAUZIYYAH ALIMUDDIN (1111040157)

ANDI HUSNAH (1111040154)

INTERNATIONAL CLASS PROGRAM

MATHEMATICS DEPARTMENT
MATHEMATICS AND SCIENCE FACULTY
STATE UNIVERSITY OF MAKASSAR
2013

Generating function is a tool to address issues with the selection and preparation of

repetition. This functions as required to resolve issues that do not pay attention to the order.
Generating function method is rooted in the work of De Mevretahun 1720, developed by

Euler in 1748, then at the end and beginning of the 19th century by Laplace intensively used

in connection with the theory of probability.

Fungsi pembangkit merupakan alat untuk menangani masalah-masalah pemilihan dan

penyusunan dengan pengulangan. Fungsi seperti ini diperlukan untuk menyelesaikan masalah

yang tidak memperhatikan urutan. Metode fungsi pembangkit berakar dari karya De Mevre

tahun 1720, dikembangkan oleh Euler dalam tahun 1748, kemudian pada akhir dan awal abad

19 secara intensif dipakai oleh Laplace sehubungan dengan teori probabilitas.

Before discussing the method of generating functions, first introduced the power

series.

Sebelum membahas metode fungsi pembangkit, terlebih dahulu diperkenalkan deret

kuasa.

A. Power Series
Deret Kuasa

Definition 1

Definisi 1

Power series was defined as definite series which form

an x n
n=0

Deret kuasa didefinisikan sebagai deret tak terhingga yang berbentuk

an x n
n=0

If there are positive integers R such that definite series always convergen for x / R , for

every positive integer R. R are convergency radius of power series above. Sometimes a

power series is not convergen for every x (x 0 ;. And its call divergen. Notes, It should
be noted, inmany ways the future we are not interested in theconvergence power series, but

we are interested in the coefficients of x n . In the other words we view

an x n
n=0

Bila ada bilangan positif R sedemikian sehingga deret tak terhingga ini selalu konvergen

untuk x / R, untuk suatu bilangan positif R. R dalam hal ini disebut radius

konvergensi dari deret kuasa di atas. Ada kalanya suatu deret kuasa tidak konvergen untuk

semua nilai x (x 0 ; dan dikatakan deret tersebut divergen. Perlu dicatat, dalam banyak

hal kelak kita tidak tertarik dengan kekonvergenan deret kuasa tersebut, tapi kita tertarik

dengan koefisien-koefisien dari x n ; dengan kata lain kita pandang

an x n
n=0

As a formal expression. That is formal power series

Sebagai sebuah ekspresi formal saja. Deret kuasa demikian kita sebut deret kuasa formal.

Teorema 1

If f have expansion of power series in point c, that is

f ( x )= an (xc )n ,|xc|< R ,
n=0

Jika f mempunyai perluasan deret kuasa di titik c, yaitu jika

f ( x )= an (xc ) ,|xc|< R ,
n

n=0

f (n ) (c)
a
Then the coefficient can be express in formula n = .
n!
 an
Subtitute series formula above, If f have power series expansion in point c, then

f ( x) can be write in form

f (n ) ( c ) n
f ( x ) = ( xc )
n=0 n!

'
f (c ) f ' ' (c) f ' ' ' (c )
f ( x )=f ( c )+ ( xc ) + ( x c )2+ ( xc )3 +
1! 2! 3!
This series be said to be Taylor series of function f in point c. Expecially for c = 0, we

get Maclaurin series

1 ( n) 1 '' 1 '''
f ( x )= f ( 0 ) x =f ( 0 ) + f ( 0 ) x + f ( 0 ) x + f ( 0 ) x +
n ' 2 3

n=0 n ! 2 ! 3 !

(n )
f (c)
Maka koefisiennya dapat dinyatakan dalam rumus an = .
n!
an
Dengan mensubtitusikan kembali pada rumus deret di atas, jika f mempunyai

perluasan deret kuasa di titikc, maka f ( x) dapat dinyatakan dalam bentuk

f (n ) ( c ) n
f ( x ) = ( xc )
n=0 n!

f ' (c ) f ' ' (c) f ' ' ' (c )

f ( x )=f ( c )+ ( xc ) + ( x c )2+ ( xc )3 +
1! 2! 3!
Deret ini dikenal dengan sebutan deret Taylor dari fungsi f di titik c. Khusus untuk

nilai c = 0, kita memperoleh deret Maclaurin:

1 ( n) 1 '' 1 '''
f ( x )= f ( 0 ) x =f ( 0 ) + f ( 0 ) x + f ( 0 ) x + f ( 0 ) x +
n ' 2 3

n=0 n ! 2! 3!

from that formulas, we get some results:

a) For all real number x, satisfy


1 n 1 1
e =
x
x =1+ x+ x 2 + x 3+
n=0 n! 2! 3!

b) For real number x dengan |x|<1 satisfy

1
= x n=1+x+x 2 +x 3+
1x n=0

c) For real number x dengan |x|<1 satisfy

1
2
= n x n1=1+2 x +3 x2 + 4 x 3+
(1x ) n =0

d) The derivatives from binomial

e) For real number u, non-negative integers k and
|x|<1 satisfy

(1+ x) = u x
u

k=0 k
k
()
Where:

{
u (u1 ) ( u2 ) ( uk +1 )
u=
()
k k!
1

dari formula tersebut, kita peroleh hasil-hasil berikut:

a. Untuk semua bilangan rel x berlaku

1 n 1 2 1 3
e =
x
x =1+ x+ x + x +
n=0 n ! 2! 3!

b. Untuk bilangan real x dengan |x|<1 berlaku

1
= x =1+ x+ x + x +
n 2 3
1x n=0

c. Untuk bilangan real x dengan |x|<1 berlaku

1
2
= n x n1=1+2 x +3 x2 + 4 x 3+
(1x ) n =0

d. Penurunan Teorema Binomial:

Untuk bialangan realu, bilangan bulat non negative k, dan
|x|<1 berlaku:

(1+ x) = u x k
u

k=0 k
()
Dimana:

{
u (u1 ) ( u2 ) ( uk +1 )
u=
()
k
k!
1

Ordinary Generating Function

Definisi Fungsi Pembangkit

a =a , a , a , , an ,
Let ( k ) 0 1 2 are seies of a number

a =a , a , a , , an ,
Misalkan ( k ) 0 1 2 adalah sebuah barisan bilangan.

Ordinary generating function of series { ai } i=o are power series

f ( x )= a x =a0 +a1 x+ a2 x +a 3 x +
n 2 3

k=0

Fungsi pembangkit biasa (ordinary generating function) dari barisan {ai }i=o adalah deret

kuasa.

f ( x )= a x n=a0 +a1 x+ a2 x 2 +a 3 x 3 +
k=0

an
Exponential Generating Function (FPE) of ( is defined as follows

an
Fungsi Pembangkit Eksponensial (FPE) dari ( didefinisikan sebagai berikut:

n 2 3
x x x
P ( x ) = an =a0 +a 1 x +a2 +a3 .
n=0 n! 2! 3!
Let,

Misalnya,

2 3
x x x
P x =e =1+ x+ + +
( )
2! 3!

Is the ordinary generating function of the sequence

adalah fungsi pembangkit biasa dari barisan

1 1
(1,1, , , )
2 ! 3!

Or exponential generating function of the sequence

Atau fungsi pembangkit eksponensial dari barisan

( 1,1,1,1, )

When given a sequence, then we are often asked to write down the generating

function of the sequence in the simplest form possible.

Bila diberikan suatu barisan, maka kita sering diminta untuk menuliskan fungsi

pembangkit dari barisan tersebut dalam bentuk sederhana mungkin.

Contoh 2.1.1

1. Write the simplest form of ordinary generating function of the sequence - the

following sequence :
Tulislah bentuk sederhana fungsi pembangkit biasa dari barisan barisan berikut:
1 1 1
a. (
0,0, , , , ;
2! 3! 4 ! )
b. ( 0,2,4,6, ,2 n , )
 an =n a
2. If , then n 0 , determine FPE sequence ( n)
an =n
Jika , maka n 0 , tentukan FPE barisan (an )

Solution:

Penyelesaian:

1. a. Generating function of the sequence in question is :

Fungsi pembangkit dari barisan yang dimaksud adalah:
1 2 1 3 1 4
P ( x )= x + x + x +
2! 3! 4!

1 2 1 3 1 4
(
1+ x +
2! )
x + x + x + (x1 )
3! 4!

e x x1 (dari persamaan (2.1.1))

b. Fungsi pembangkit yang dimaksud adalah:
P ( x )=2 x +4 x 2 +6 x 3 ++2 nx n +

2 x (1+2 x+ 3 x 2 +n x n1+ )

Untuk |x|<1 , dari identitas (2.1.3), diperoleh

2x
P ( x )=
(1x)2

a =( n)
c. Fungsi Pembangkit Eksponensial barisan ( n) adalah

xn x n1 x n1
P ( x )= n =x n =x
x
=xe
n=0 n! n=0 (n1)! n n=0 (n1)!

( Dari persamaan2.1 .1)

NOTE: Addition, subtraction and multiplication of two or more generating functions, can be

done in the same way as add, subtract or multiply two or more polynomials . Thus, the

following statement is obtained

CATATAN: Penjumlahan, pengurangan maupun perkalian dua fungsi pembangkit atau lebih,

dapat dilakukan dengan cara yang sama seperti halnya menjumlah, mengurangkan ataupun

mengalikan dua polinomial atau lebih. Dengan demikian, diperoleh pernyataan berikut.
Jika

A ( x ) = a n x dan B ( x )= b n x n , maka
n

n=0 n=0

a
( n b n) x n

A ( x ) + B( x )=
n=0

Furthermore, from the multiplication of A ( x) and ( x ) , obtained

Selanjutnya, dari perkalian antara A ( x) dan B ( x ) , diperoleh

a
( 0+ a1 x +a2 x + a3 x ++ an x +)(b0 +b1 x+ b2 x 2 +b x 3+ +b n x n +)
2 3 n

A ( x ) . B ( x )=

a0 b0 + ( a0 b1 +a1 b0 ) x+ ( a0 b2 +a 1 b 1+ a2 b 0 ) x2 ++ ( a0 bn +a 1 b n1+ +ak b nk + +an b0 ) x n +

n

n=0 n=0
( ak bn k ) xn

Thus, obtained the following formula

Dengan demikian diperoleh formula berikut.

n n

( )( ) (
n=0
an x n

k=0
an x = n

n=0 k=0
)
a k b nk x n

Jika ( a n) , (bn ) dan (cn ) adalah barisan barisan bilangan real sedemikian

sehingga c n= ak bnk
n=0

c a
Maka kita katakan ( n ) adalah konvolusi dari ( n) dan (bn ) , yang ditulis
c n=( an )(b n)

Contoh 2.2.2.
c
Cari barisan ( n ) dengan fungsi pembangkit Biasa
5 6
x +x
P ( x )=
1x
Penyelesaian:
n
P ( x )=x + x (1x ) = c n k
5 6 1 n
Misalkan n=0
 5 6
It is clear that x +x is the ordinary generating function of the sequence

( a n) =( 0,0,0,0,0,1,1,0,0, ) . Furthermore, from Formula (2.1.2) and the definition we know

that the generating function (1x )1 is the ordinary generating function of the sequence

( b n) =( 1,1,1, ) . So from the Formula (2.2.4), obtained

Jelas bahwa x 5+ x 6 adalah fungsi pembangkit biasa dari barisan

( a n) =( 0,0,0,0,0,1,1,0,0, ) . Selanjutnya dari Formula (2.1.2) dan definisi fungsi

1
pembangkit kita ketahui bahwa (1x ) adalah fungsi pembangkit biasa dari barisan

( b n) =( 1,1,1, ) . Sehingga dari Formula (2.2.4), diperoleh

n
c n= an bnk
k=0

n
c n = an
k=0

cn
So that, ( ) = (0,0,0,0,0,1,2,2,...,2,...), or
cn
Dengan demikian ( ) = (0,0,0,0,0,1,2,2,...,2,...), atau

{
0, 0 n 4
c n= 1, n=5
2,n 6

Contoh 2.2.3
a
Cari barisan bilangan real ( 0 , a1 a2 , a3 , )
, yang memenuhi

n

an ank =1
k=0

untuk semua n {0,1,2,3, )

Penyelesaian:
Misalkan

P ( x )= an x n
n=0

a
P ( x ) , obtained
Is FPB sequence ). By squaring

a
P ( x ) , diperoleh
adalah FPB barisan ). Dengan mengkuadratkan


P ( x )= ( an x n
n=0
)( )
n=0
an xn

n
(
n=0 k=0
)
ak a nk x n ( dari ( 2.2 .4 ) )

n
( x karena a k a nk =1
n
)
n=0 k=0

1
,untuk |x|<1
1x

Dengan demikian,
1
2
P ( x )= (1x )
n

( )
1
n
2 (1 ) x ( dari ( 2.1 .4 ) )
n=0
n

an ,
Jadi barisan yang dimaksud adalah dengan

( )
1
n
an =(1 ) 2
n

Example 1

Contoh 1
 2
1+ x+ x + 1
ak =1 G ( x )=
Let for k =0,1, 2, , then G ( x )= and 1x , where

|x|<1

ak =1 1+ x+ x 2 + G ( x )=
1
Misalkan untuk k =0,1, 2, , maka G ( x )= dan 1x ,

dengan syarat |x|<1

Example 2

Contoh 2

ak =C ( n , k ) = n , k =0,1, 2, , n .
Let ()k

a
Ordinary generating functionfor series ( k ) are

G ( x )= n + n x + n x + + n x .
()() () ()
2 n

0 1 2 n

With the expansion of Newton Binomial, we get

G ( x )=(1+ x)n .

ak =C ( n , k ) = n , k =0,1, 2, , n .
Misalkan diketahui ()k

a
Fungsi pembangkit biasa bagi barisan ( k ) adalah

G ( x )= n + n x + n x 2+ + n x n .
()() ()
0 1 2 n ()
n
Dengan bantuan perluasan Binomium Newton, kita peroleh G ( x )=(1+ x) .
Example 3

Contoh 3

If we want to calculate the coefficient of x

r
at (1+ x)n .

Finding the coefficient of xr means that calculating the coefficient x as many as r

times and 1 as many as n-r times. So the coefficient of x r at (1+ x)n are C (n, r )

n
Misalkan kita ingin menghitung koefisien x r pada (1+ x) .

Mencari koefisien x r artinya menghitung koefisien pada perkalian x sebanyak r kali,

n
dan 1 sebanyak n-r kali. Dengan demikian koefisien x r pada (1+ x) adalah C ( n , r ) .

Example 4

Contoh 4

If we want to calculate the coefficient of x

4
at (1+ x)3 (1+ x + x 2)2 .

4
Find the coefficient of x that means determine sum of multiplication of formal

coefficient which sum of them power is 4. Determine this coefficient is the same way with

calculating how much the solution of integer number for this equation.
3 2 2
Coefficient x 4 at (1+ x) (1+ x + x ) are the numbers of integer solutions.

e 1+ e2 +e 3 +e 4 +e 5=4

3 2 2
Misalkan kita ingin menghitung koefisien x 4 pada (1+ x) (1+ x + x ) .
 4
Mencari koefisien x berarti menentukan koefisien jumlah perkalian formal yang jumlah

pangkat x nya adalah 4. Menentukan koefisien ini sama saja dengan menghitung

banyaknya solusi bilangan bulat bagi persamaan berikut ini.

Koefisien x 4 pada (1+ x)3 (1+ x + x 2)2 adalah banyaknya solusi bilangan bulat

e 1+ e2 +e 3 +e 4 +e 5=4

0 e1 , e2 , e3 1 0 e 4 , e 5 2. ei
Dengan dan Peubah merupakan pangkat suku ke-I

dalam perkalian formalnya.

This problem is equivalent to the problem of choosing 4 objects from a set consisting of 5

types of objects, where type 1, 2, and 3, respectively 1 object, and type 4 and 5 respectively 2

objects. This problem is also equivalent to the distribution problem 4 the same object into 5

distinct boxes, where the boxes 1, 2, and 3 maximum 1, box 4 and 5 maximum of 2.

Masalah ini ekivalen dengan masalah memilih 4 objek dari suatu himpunan yang terdiri atas

5 tipe objek, dimana tipe 1, 2, dan 3 masing-masing 1 objek, dan tipe 4 dan 5 masing-masing

2 objek. Masalah ini akivalen juga dengan maslah distribusi 4 objek yang sama ke dalam 5

kotak berbeda, dimana kotak 1, 2, dan 3 paling banyak 1, kotak 4 dan 5 paling banyak 2.
3 2 2
In general, the coefficient of x r on (1+ x) (1+ x + x ) is count the number of

integer solutions for the equations.

r 3 2 2
Secara umum, koefisien x pada (1+ x) (1+ x + x ) adalah menghitung

banyaknya solusi bilangan bulat bagi persamaan.

e 1+e2 +e 3 +e 4 +e 5=r

0 e1 , e2 , e3 1 0 e1 , e2 , e3 1
where and
 0 e1 , e2 , e3 1 0 e 4 , e 5 2.
Dengan dan

Contoh 5

Misalkan kita ingin menentukan fungsi pembangkit untuk a , yaitu banyaknya cara

memilih r bola dari setumpuk bola yang terdiri atas tiga bola hijau, tiga bpla putih, tiga

bola biru, dan tiga bola emas.

Masalah ini dapat dimodelkan sebagai banyaknya solusi bilangan bulat

e 1+ e2 +e 3 +e 4=r ,0 e i 3.

ei e2
In this case, present number of green balls selected , number of white balls

e3 e4
selected, number of blue balls selected and the number of gold balss selected. In

the multiplication factor formal, x power of 0 until 3.

0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
Thus, it is the generator function ( x + x + x + x ) =( x + x + x + x ) .

ei e2
Disini mempresentasikan jumlah bola hijau yang dipilih, jumlah bola putih yang

e3 e4
dipilih, jumlah bola biru yang dipilih, dan jumlah bola emas yang dipilih. Pada

factor perkalian formal, x berpangkat dari 0 sampai 3.

0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
Jadi, fungsi pembangkitnya (x + x + x + x ) =( x + x + x + x ) .

Generating function can be used for the manipulation of algebraic functions forms

without having to use a concept commonly used in algebra. For example, a function that has

an inverse, its multiplication can be determined by generating function approach.

 Fungsi pembangkit dapat pula digunakan untuk manipulasi bentuk-bentuk fungsi

aljabar tanpa harus menggunakankonsep yang biasa digunakan dalam aljabar. Misalnya

sebuah fungsi yang mempunyai invers, dapat ditentukan invers perkaliannya dengan

pendekatan fungsi pembangkit.

A function A (x) is expressed in power series

Sebuah fungsi A (x ) yang dinyatakan dalam deret kuasa

f ( x )= ai x
i

i=0

has a multiplicative inverse if there is a power series B (x) such that A (x). B (x) = 1.

mempunyai sebuah invers perkalian jika terdapat sebuah deret kuasa B ( x) demikian

sehingga A ( x ) . B ( x )=1.

Example 6

Suppose we will find the inverse of A (x) = 1-x. We Suppose that

B ( x )= b
i

i=0

Is invers of A ( x) .

Multiplication of A (x) and B (x) yields

A ( x ) . B ( x )=( 1 x ) b x i=1
i

i=0

Which gives the equation

b i x i b i x i+1 =1.
i=0 i=0

Now compare the coefficient of x i i on both sides of the equation.

Can be be easily seen that

b0 =1,b 1b0 =0, b2b1=0,

bn bn1=0

Contoh 6

Misalkan kita akan mencari invers dari A ( x ) =1x . Kita misalkan bahwa

B ( x )= bi
i=0

Adalah invers bagi A ( x) .

Perkalian antara A ( x ) dan B ( x ) menghasilkan

A ( x ) . B ( x )=( 1 x ) b x i=1
i

i=0

Yang memberikan persamaan

b i x i b i x i+1 =1.
i=0 i=0

i
Sekarang bandingkan koefisien dari x pada kedua ruas persamaan tersebut.

Dapat dilihat dengan mudah bahwa

b0 =1,b 1b0 =0, b2b1=0, bn bn1=0.

bi=1 for all i.

Thus we get

2 3
These results show that the inverse of A ( x ) =1x is 1+ x+ x + x +

In the process of determining the inverse of A (x) above, we also obtain the formula

1
=1+ x + x 2 = x 1
1x i=0

bi=1untuk setiap i.
Dengan demikian kita peroleh

Hasil-hasil ini memperlihatkan bahwa invers dari A ( x ) =1x adalah

2 3
1+ x+ x + x +

Dalam proses penentuan invers dari A (x ) di atas, kita pun memperoleh rumus

1
=1+ x + x = x
2 1

1x i=0

DAFTAR BACAAN

Sutarno, Heri, dkk. 2003. Matematika diskrit. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.
Sutarno, Heri, dkk. 2005. Matematika diskrit. Malang : Universitas Negeri Malang.
http://ebookbrowse.com/bab10-fungsi-pembangkit-dan-relasi-rekursi-pdf-d107367365
http://mathkreatifeducation.blogspot.com/2011/05/deret-kuasa-maclaurin.html
http://www.google.co.id/search?q=26-Modul-Matematika---DERET-TAK-HINGGA.htm&ie=utf-

8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a
http://faculty.eicc.edu/bwood/ma155supplemental/supplemental27.htm
http://www.scribd.com/doc/293